• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI VOLUMETRIK MARSHALL CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN ROADCELL-50 SEBAGAI BAHAN ADITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI VOLUMETRIK MARSHALL CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN ROADCELL-50 SEBAGAI BAHAN ADITIF"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI VOLUMETRIK MARSHALL CAMPURAN ASPAL PANAS

DENGAN ROADCELL-50 SEBAGAI BAHAN ADITIF

Joice E. Waani

Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsrat email: joicewaani@yahoo.com

ABSTRAK

Campuran aspal panas adalah campuran perkerasan jalan yang umum digunakan di Indonesia. Penggunaan material agregat lokal dalam campuran ini akan membawa keuntungan dari segi efisiensi anggaran, mengingat dalam campuran aspal panas penggunaan agregat mencapai 92-96% dari total volume campuran (Mathew, 2009). Namun demikian, karakteristik fisik agregat yang kurang akan mengakibatkan karakteristik mekanik dari campuran menjadi lemah. Oleh karena itu, penambahan roadcell-50 dalam campuran dimaksudkan untuk meningkatkan karakteristik mekanik campuran. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa karakteristik mekanik campuran aspal panas yang menggunakan material agregat lokal dengan penambahan roadcell-50 sebagai bahan aditif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan karakteristik mekanik dan karakteristik fisik dari campuran aspal panas.

Keywords: evaluasi volumetrik, campuran aspal panas, Roadcell-50.

ABSTRACT

Hot mix asphalt pavement mixture that is commonly used in Indonesia. The use of local aggregate material in this mixture would get a benefit in terms of the efficiency of the budget, given the hot mix asphalt aggregate usage reaches 92-96% of the total volume of the mixture (Mathew, 2009). However, the physical characteristics of the aggregate less will result in the mechanical characteristics of the mixture to be weak. Therefore, the addition of roadcell-50 in the mixture is intended to improve the mechanical characteristics of the mixture. The research was carried out to analyze the mechanical characteristics of hot mix asphalt using local aggregate material with the addition roadcell-50 as an additive. The results showed an increase in the mechanical characteristics and physical characteristics of hot mix asphalt.

Keywords: evaluation of volumetric, hot mix asphalt, Roadcell-50.

PENDAHULUAN

Karakteristik mekanik dari campuran aspal panas adalah ditentukan oleh material yang membentuk campuran tersebut. Beberapa material yang digunakan dalam campuran ini adalah agregat kasar, agregat halus dan aspal (AASHTO, 2002). Fungsi agregat dalam campuran adalah sebagai tulangan yang memungkinkan campuran perkerasan dapat memikul beban lalu-lintas yang melalui perkerasan jalan tersebut. Sedangkan fungsi aspal adalah sebagai perekat antara butiran agreagat agar supaya butiran agregat dapat menjadi satu kesatuan

yang kokoh dan sanggup memikul beban secara bersamaan (NCHRP, Report 539, 2005) Mengingat besarnya volume agregat yang dibutuhkan dalam campuran aspal panas yaitu mencapai 92% - 96% (Mathew, 2009), maka penggunaan agregat lokal akan membawa pengaruh bagi penghematan anggaran pelaksanaan pekerjaan per-kerasan jalan. Di sisi lain, sifat-sifat fisik agregat lokal yang tidak memenuhi spesifikasi untuk digunakan dalam campuran aspal panas, mengakibatkan penggunaan agregat lokal untuk campuran ini menjadi terbatas. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan karakteristik mekanik dari

(2)

campuran, antara lain dengan menambahkan bahan aditif seperti roadcell-50. Penambahan roadcell-50 dalam campuran aspal adalah untuk menyerap aspal sehingga mencegah terjadinya bleeding dalam campuran. Di samping itu penambahan roadcell-50 adalah untuk meningkatkan

softening point campuran aspal, meningkatkan ketebalan film aspal dengan demikian meningkatkan karakteristik mekanik dari campuran (Yoga, 2000). Dari beberapa proyek di Singapura, Malaysia dan Indonesia yang menggunakan roadcell sebagai bahan aditif untuk lapis permukaan perkerasan jalan, baik untuk campuran aspal panas jenis SMA (Split Mastic Asphalt), HRS (Hot Roll Sheet) dan AC (Asphalt Concrete) menunjukkan adanya peningkatan dari karakteristik campuran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di laboratorium, dimana material agregat yang digunakan dalam campuran adalah sirtu dari sungai Nimanga desa Tumpaan Minahasa Selatan. Aspal yang digunakan dalam campuran adalah aspal keras penetrasi 60/70. Pemeriksaan sifat-sifat fisik material agregat dan aspal mengikuti prosedur dari AASHTO, sedang rancangan campuran untuk aspal beton mengikuti prosedur dari

Asphalt Institute.

Penentuan sifat-sifat fisik material agregat dilakukan dengan pengujian:

 Analisa Saringan Basah (AASHTO T-11-82)

 Analisa Saringan kering (AASHTO T-27-82)

 Berat Jenis dan Penyerapan (AASHTO T-85-81)

 Abrasi (AASHTO T-96-7)

Penentuan sifat-sifat fisik aspal dilakukan dengan pengujian:

 Pemeriksaan Penetrasi aspal (AASHTO T-49-80)

 Daktilitas (AASHTO T-51-81)

 Berat jenis aspal (AASHTO T-228-79)

Benda Uji:

Benda uji untuk campuran aspal panas mengikuti prosedur Asphalt Institute, dimana persyaratan gradasi material agregat harus memenuhi standar spesifikasi yang ditetapkan oleh Asphalt Institute. Oleh karena gradasi agregat yang digunakan tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, maka dilakukan penam-bahan agregat halus untuk memenuhi persyaratan spesifikasi.

Variasi penambahan agregat halus dalam campuran adalah sbb: 0%; 1,5%; 3,0% dan 4,5% dari total berat agregat dalam campuran.

Variasi kadar aspal dalam campuran adalah sbb: 4,5%; 5,5%; 6,5%; dan 7,5% terhadap total campuran.

Variasi penambahan roadcell-50 adalah sbb: 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5% Dengan demikian jumlah benda uji dalam penelitian ini adalah:

 Agregat halus (semen) = 0%; 1,5%; 3%; 4,5%

 Aspal = 4,5%; 5,5%;

6,5%; 7,5%

 Roadcell-50 = 0%; 0,1%;

0,2%; 0,3%; 0,4%; 0,5%

 Duplikasi benda uji (n) = 3 (tiga) Jadi jumlah total benda uji dalam penelitian ini adalah: 4x4x6x3 = 288 sampel.

Penentuan sifat-sifat mekanik dari campuran dilakukan dengan melihat karakteristik volumetrik campuran melalui pengujian Marshall berdasarkan standar AASHTO T 245 (24). Karakteristik campuran yang akan dilihat dalam pengujian ini adalah meliputi variabel-variabel sbb: Stabilitas, Kelelehan, Hasil bagi Marshall, VMA, VIM dan VFB.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian sifat-sifat fisik agregat dan aspal sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan hasil pemeriksaan gradasi agregat gabungan adalah sebagaimana yang digambarkan pada Gambar 1.

Hasil pengujian Marshall terhadap campuran aspal panas dengan penambahan roadcell-50 sebagai bahan aditif, secara umum

(3)

menunjukkan adanya peningkatan karak-teristik mekanik, sebagaimana yang ditunjukkan dalam Grafik-grafik hasil pemeriksaan Marshall, yaitu meliputi variabel-variabel Stabilitas, Flow, VIM, VMA, MQ, VFB dan Tebal Film Aspal.

Terhadap Stabilitas(Gambar 2a, b, c, d)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk seluruh campuran, mulai dari campuran tanpa penambahan filler (0% filler) hingga campuran dengan penambahan filler 4,5% pada variasi penambahan roadcell 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5%, menunjukkan adanya peningkatan stabilitas baik untuk persentase pada kadar aspal 4,5% hingga pada kadar aspal 6,5%. Namun, pada kadar aspal lebih besar 6,5% sampai 7,5% nilai stabilitas mulai menurun. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa untuk campuran tanpa penambahan roadcell, nilai stabilitas yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 6,5% dan 7,5%. Sedangkan untuk campuran dengan penambahan roadcell 0,1% dan 0,2%, nilai stabilitas yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 5,5%; 6,5% dan 7,5%. Pada penambahan roadcell 0,3%; 0,4% dan 0,5% nilai stabilitas memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi kadar aspal. Namun demikian pada penambahan roadcell 0,1% hingga 0,4) untuk seluruh variasi tambahan filler, pada kadar aspal > 6,5-7,5% hampir tidak terjadi penurunan nilai stabilitas, hal ini dapat dilihat dari arah grafik yang tidak menurun (datar).

Pada ketiga campuran dengan variasi filler 1,5%; 3,0% dan 4,5% nilai stabilitas yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada campuran tanpa penambahan roadcell yaitu pada kadar aspal 4,5% dan 5,5% sedangkan pada penambahan roadcell 0,1% dan 0,2% nilai stabilitas yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 4,5% saja. Selanjutnya pada penambahan roadcell 0,3%; 0,4% dan 0,5% nilai stabilisasi memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi kadar aspal.

Terhadap Flow (Gambar 3a,b,c,d).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk semua campuran yaitu dengan variasi penambahan filler 0,0%; 1,5%; 3% dan 4,5% (Gambar 3a,b,c,d) nilai Flow

meningkat seiring dengan penambahan kadar aspal. Namun demikian, pada campuran tanpa penambahan roadcell, nilai flow yang memenuhi persyaratan spesifikasi hanyalah pada kadar aspal 4,5. Sedangkan pada penambahan roadcell 0,1% dan 0,2% nilai flow yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 4,5% dan 5,5%. Pada penambahan roadcell 0,3%; 0,4% dan 0,4% nilai flow yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 4,5%; 5,5% dan 6,5%. Sedangkan untuk kadar aspal 7,5% tidak ada nilai flow

yang memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi penambahan roadcell. Terhadap VIM (Gambar 4a,b,c,d)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada campuran tanpa penambahan filler dan pada penambahan filler 1,5% nilai VIM tidak memenuhi persyaratan spesifikasi hampir pada semua variasi kadar aspal, kecuali pada kadar aspal 7,5% pada penambahan roadcell 0,4% dan 0,5% (Gambar 4a dan 4b). Pada campuran dengan variasi penambahan filler 3% nilai VIM yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada campuran dengan kadar aspal 6,5 dan & 7,5 untuk semua variasi penambahan roadcell (Gambar 4c). Sedangkan pada campuran dengan variasi penambahan filler 4,5%, nilai VIM yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 5,5%; 6,5% dan 7,5% untuk semua campuran, baik campuran tanpa penambahan roadcell maupun campuran dengan variasi penambahan roadcell 0,1% - 0,5%.

Terhadap VMA (Gambar 5a,b,c,d)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada seluruh campuran, baik untuk campuran dengan penambahan filler 1,5%; 3%; 4,5% maupun campuran tanpa penambahan filler pada seluruh variasi kadar aspal (4,5%; 5,5%; 6,5% dan 7,5%) dan pada semua

(4)

variasi penambahan roadcell (0,0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5%) semua menunjukkan nilai VMA yang memenuhi persyaratan spesifikasi.

Terhadap Marshall Quotient (Gambar 6a, b, c, d)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Marshall Quotient untuk semua campuran dengan variasi penambahan filler (0,0%; 1,5%; 3% dan 4,5%) pada semua variasi kadar aspal dan pada semua variari penambahan roadcell adalah memenuhi persyaratan spesifikasi, kecuali pada kadar aspal 4,5% pada campuran tanpa penambahan roadcell, tanpa penambahan filler dan dengan penambahan filler 1,5%. Sedangkan pada penambahan filler 4,5% nilai Marshall Quotient yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 5,5% dan 6,5% pada campuran dengan penambahan roadcell 0,1% dan tanpa penambahan roadcell. Terhadap VFB (Gamabar 7a,b,c,d)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai VFB meningkan bersamaan dengan penambahan kadar aspal untuk semua campuran, yaitu pada variasi penambahan filler 0,0%; 1,5%; 3% dan 4,5%.untuk semua variasi penambahan roadcell (0,0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5%). Namun demikian, nilai VFB yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah hanya pada campuran dengan penambahan filler rendah yaitu 1,5% dan pada campuran tanpa penambahan filler (0,0%) (Gambar 7a dan 7b). Sedangkan pada campuran dengan penambahan filler 3,0% (Gambar 7c), nilai VFB yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada campuran dengan penambahan kadar aspal 4,5%; 5,5% dan 6,5% untuk semua variasi penambahan roadcell. Pada campuran dengan kadar aspal 7,5% nilai VFB tidak memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi penambahan roadcell. Pada campuran dengan penambahan filler 4,5% (Gambar 7d), nilai VFB yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 4,5% dan 5,5%, untuk

semua variasi penambahan roadcell (0,0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5%) sedangkan pada kadar aspal 6,5% dan 7,5% nilai VFB tidak memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi penambahan roadcell.

Terhadap Tebal Film Aspal (Gambar 8a, b, c, d)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Tebal

Film Aspal meningkat pada semua campuran, yaitu pada variasi filler 0,0%; 1,5%; 3,0% dan 4,5%. Namun demikian, nilai Tebal Film Aspal yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada campuran tanpa penambahan filler (0,0%) untuk semua variasi kadar aspal (4,5%; 5,5%; 6,5% dan 7,5%. Sedangkan pada campuran dengan penambahan filler 1,5% nilai Tebal Film Aspal yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 5,5%; 6,5% dan 7,5%. Untuk campuran dengan penambahan variasi filler 3,0% dan 4,5%, nilai Tebal Film Aspal yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 6,4% dan 7,5%. Adapun penambahan Roadcell dalam campuran tidak membawah pengaruh pada nilai Tebal Film Aspal dalam campuran.

KESIMPULAN

Penambahan roadcell pada campuran aspal panas meningkatkan karakteristik mekanik fisik yang kurang baik, hal ini dapat dilihat pada variabel-variabel yang diperoleh dalam pengujian yaitu Stabilitas, Flow, VIM, VMA, Marshall Quotient, VFB dan Tebal Film Aspal. Namun demikian perlu diperhatikan persentase kadar filler dan kadar aspal yang ditambahkan dalam campuran, dimana semakin tinggi persentase kadar filler (3,0% -4,5%) dan kadar aspal (5,5% - 7,5%) semakin baik pengaruhnya terhadap stabilitas campuran.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO, 2008.”Standard Specifications for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, Part 2 : Tests.AASHTO, Washington D.C. Departemen Permukiman dan Prasana

Wilayah, 2002, “Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pt T-01-2002-B”, Pusat Litbang Teknologi Prasarana Transportasi, Bandung

Ditjen Bina Marga, 1998. “Aspal Campuran Panas Dengan Durabilitas Tinggi”.

Buku I Rancangan Campuran, Jakarta, Departemen PU

Ditjen Bina Marga, 1995. “Proyek Peningkatan Jalan Jilid III Spesifikasi Umum”. Jakarta, Departemen PU. Mathew, T.V., 2009. “Pavement Materials”.

File://F: Print. Pavement Materials Aggregate.htm

Moussa, G.K.M., 2003, “ The Optimum Location of Geotextile Reinforcement in Asphalt Layers”, Alexandria Engineering Journal Vol.42 No.1 pp.103-111, Faculty of Engineering Alexandria University, Egypt

Mulyono, A.T., 2011, “ Kerusakan Jalan di Indonesia Tipologi Penyebab dan Tipe Kerusakan Jalan ”, Rapat Koordinasi Teknis Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur

The Asphalt Institute, 1963. “Mix Design Methods for Asphalt Concrete and Other Hot-Mix Types”. Manual series. The Asphalt Institute, 1984. “Model

Construction Specification For Asphalt Concrete and Other Plant-Mix Types.

Specification series.

Roberts, F.L., Kandhal, P.S., Brown, E.R, Lee, D.Y., Kennedy, T.W., 1991, “ Hot Mix Asphalt Materials, Mixture Design and Construction”, NAPA Education

Foundation Lanham, Maryland

Utama, D., 2005. “Pengaruh Gradasi

Agregat Terhadap Kedalaman Alur Roda Pada Campuran Beton Aspal Panas”, Jurnal Transportasi Vol.5,

No.1, pp 87-98, Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi, Bandung

LAMPIRAN Gambar 1

(6)

Gambar 2a Gambar 2b Gambar 2c Gambar 2d Gambar 3a Gambar 3b 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 4.5 5.5 6.5 7.5 St ab ili ta s (KG) Kadar Aspal (0%)

Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0,1% RC-50 0,2% RC-50 0,3% RC-50 0,4% RC-50 0,5% RC-50 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 4.5 5.5 6.5 7.5 St ab ili ta s (KG) Kadar Aspal (0%)

Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 4.5 5.5 6.5 7.5 St ab ili ta s (KG) Kadar Aspal (0%) Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal

0% RC-50 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 4.5 5.5 6.5 7.5 St ab ili ta s (KG) Kadar Aspal (0%) Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 4.5 5.5 6.5 7.5 Fl o w ( m m ) Kadar Aspal (%) Hubungan Flow dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0,1% RC-50 0,2% RC-50 0,3% RC-50 0,4% RC-50 0,5% RC-50 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 4.5 5.5 6.5 7.5 Fl o w ( m m ) Kadar Aspal (%) Hubungan Flow dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50

(7)

Gambar 3c Gambar 3d Gambar 4a Gambar 4b Gambar 4c Gambar 4d 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 4.5 5.5 6.5 7.5 Fl o w ( m m ) Kadar Aspal (%) Hubungan Flow dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 4.5 5.5 6.5 7.5 Fl o w ( m m ) Kadar Aspal (%) Hubungan Flow dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 4.5 5.5 6.5 7.5 V IM (%) Kadar Aspal (%) Hubungan VIM dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0,1% RC-50 0,2% RC-50 0,3% RC-50 0,4% RC-50 0,5% RC-50 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 4.5 5.5 6.5 7.5 V IM (% ) Kadar Aspal (%) Hubungan VIM dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 4.5 5.5 6.5 7.5 V IM (% ) Kadar Aspal (%) Hubungan VIM dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 4.5 5.5 6.5 7.5 V IM (%) Kadar Aspal (%) Hubungan VIM dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50

(8)

Gambar 5a Gambar 5b Gambar 5c Gambar 5d Gambar 6a Gambar 6b 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 4.5 5.5 6.5 7.5 V M A (%) Kadar Aspal (%) Hubungan VMA dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0,1% RC-50 0,2% RC-50 0,3% RC-50 0,4% RC-50 0,5% RC-50 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 4.5 5.5 6.5 7.5 V M A (%) Kadar Aspal (%) Hubungan VMA dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 4.5 5.5 6.5 7.5 V M A (%) Kadar Aspal (%) Hubungan VMA dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 4.5 5.5 6.5 7.5 V MA (% ) Kadar Aspal (%) Hubungan VMA dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 4.5 5.5 6.5 7.5 Ma rs h al Q u o ti e n t (K N /mm ) Kadar Aspal (%) Hubungan MQ dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0,1% RC-50 0,2% RC-50 0,3% RC-50 0,4% RC-50 0,5% RC-50 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 4.5 5.5 6.5 7.5 Ma rs h al Q u o ti e n t (K N /mm ) Kadar Aspal (%) Hubungan MQ dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50

(9)

Gambar 6c Gambar 6d Gambar 7a Gambar 7b Gambar 7c Gambar 7d 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 4.5 5.5 6.5 7.5 M ar sh al Q u o ti e n t (KN /m m ) Kadar Aspal (%) Hubungan MQ dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 4.5 5.5 6.5 7.5 M ar sh al Q u o ti e n t (KN /m m ) Kadar Aspal (%) Hubungan MQ dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 40 50 60 70 80 4.5 5.5 6.5 7.5 V FB (%) Kadar Aspal (%)

Hubungan VFB dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0,1% RC-50 0,2% RC-50 0,3% RC-50 0,4% RC-50 0,5% RC-50 40 50 60 70 80 4.5 5.5 6.5 7.5 V FB (% ) Kadar Aspal (%) Hubungan VFB dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 40 50 60 70 80 4.5 5.5 6.5 7.5 V FB (% ) Kadar Aspal (%) Hubungan VFB dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50 50 60 70 80 90 4.5 5.5 6.5 7.5 V FB (% ) Kadar Aspal (%) Hubungan VFB dengan Kadar Aspal

0% RC-50 0.1% RC-50 0.2% RC-50 0.3% RC-50 0.4% RC-50 0.5% RC-50

(10)

Gambar 8a Gambar 8b Gambar 8c Gambar 8d 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 11.000 12.000 13.000 14.000 15.000 16.000 4.5 5.5 6.5 7.5 Te b al Film ( m ik ro n ) Kadar Aspal (%)

Hubungan Tebal Film dengan Kadar Aspal

5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 11.000 12.000 13.000 14.000 15.000 16.000 4.5 5.5 6.5 7.5 Te b al F ilm ( m ik ro n ) Kadar Aspal (%)

Hubungan Tebal Film dengan Kadar Aspal

5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 11.000 12.000 13.000 14.000 15.000 16.000 4.5 5.5 6.5 7.5 Te b al F ilm (mikr o n ) Kadar Aspal (%)

Hubungan Tebal Film dengan Kadar Aspal

5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 11.000 12.000 13.000 14.000 15.000 16.000 4.5 5.5 6.5 7.5 Te b al F ilm (mikr o n ) Kadar Aspal (%)

Gambar

Gambar 2a  Gambar 2b  Gambar 2c  Gambar 2d Gambar 3a Gambar 3b 300400500600700800900100011001200130014001500160017004.55.56.57.5Stabilitas (KG)Kadar Aspal (0%)
Gambar 3c  Gambar 3d  Gambar 4a  Gambar 4b Gambar 4c Gambar 4d 1.502.002.503.003.504.004.505.005.504.55.56.57.5Flow (mm)Kadar Aspal (%)Hubungan Flow dengan Kadar Aspal
Gambar 5a  Gambar 5b  Gambar 5c  Gambar 5d Gambar 6a  Gambar 6b 131415161718192021224.55.56.57.5VMA (%)Kadar Aspal (%)Hubungan VMA dengan Kadar Aspal
Gambar 6c  Gambar 6d  Gambar 7a  Gambar 7b Gambar 7c Gambar 7d 0.001.002.003.004.005.006.007.004.55.56.57.5Marshal Quotient (KN/mm)Kadar Aspal (%)Hubungan MQ dengan Kadar Aspal
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan-perusahaan jasa angkutan termaksud, yang akan mengikuti tender, haruslah memiliki surat izin pelulusan prakwalifikasi yang permohonannya baru dapat dipertimbangkan

7.5 Student has not been able to describe their data collection planning clearly.. Student has been able to describe their plan of

a) Kinerja gempa tidak elastis dari jembatan yang ditumpu pada perletakan karet berinti timah dapat dianggap sebagai struktur moda tunggal elastis dengan “periode efektif” dan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan terhadap seluruh data yang diperoleh menggunakan uji statistik (model regresi linear berganda) disertai uji asumsi klasik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan fisik motorik berjalan di atas papan titian terhadap keseimbangan tubuh anak di TK Kuntum dan

Dengan Indonesia memenuhi kewajiban IPT 1965 maka dapat menjadi sumber legitimasi bagi negara Indonesia untuk membuktikan diri sebagai negara yang mampu

Pengukuran variable independent yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara sebagai bahan untuk memperkuat penelitian dan menggunakan kuesioner dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: (1) pengaruh variabel- variabel dalam konsep psikologiss (moti- vasi, sikap, secara bersama-sama maupun secara