• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SILA KE 3 DALAM KEMAJEMUKAN BUDAYA YANG MASUK DI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN SILA KE 3 DALAM KEMAJEMUKAN BUDAYA YANG MASUK DI YOGYAKARTA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN SILA KE 3 DALAM KEMAJEMUKAN

BUDAYA YANG MASUK

DI YOGYAKARTA

Disusun oleh

:

Nama : Dwi Rahayu Septyaningrum NIM : 11.11.5013

Kelompok : D Jurusan : S1-TI

Nama dosen : Tahajudin Sudibyo, Drs Untuk memenuhi syarat mata kuliah pendidikan pancasila

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

(2)

ABSTRAK

Membahas tentang bagaimana hubungan antara sila persatuan Indonesia dengan kemajemukan budaya Indonesia. Kebhinekaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ini harus dijaga dengan baik dan bukan menjadikan hal ini sebagia pemecah persatuan. Keberagaman yang di anugrahkan pada bangsa Indonesia, kita jadikan sebagai pemersatu yang bermatabat. Segala sesuatu yang mengancam persatuan harus diberantas. Agar tercapai persatuan Indonesia.

Pengaruh budaya asing terhadap budaya di Yogyakarta yang pada dasarnya dapat mempengaruhi budaya asli yang ada. Budaya asing yang cenderung negatife sebisa mungkin harus dihindari. Menyaring dan menyeleksi budaya- budaya asing yang masuk agar tidak merusak buadaya yang kita miliki. Budaya-budaya yang bersifat positif bisa memperkaya budaya asli.

Keanekaragaman budaya yang masuk di Yogyakarta jarang menimbulkan konflik budaya. Konflik datang justru karena ulah beberapa pemimpin pemerintahan yang ingin merubah tatanan yang telah lama berlaku dan juga menjadi cirri dari budaya daerah Yogyakarta. Merubah bentuk pemerintahan di suatu daerah yang kental dengan budaya secara otomatis pula merubah budaya atau kebiasaan yang ada di daerah tersebut.

Keadaan budaya Indonesia yang beraneka ragam terkadang membuat bingung untuk menentukan budaya nasional yang digunakan bangsa Indonesia. Mempersatukan budaya yang begitu banyak ragam tidaklah mudah, namun tetap menjadi tujuan yang harus dicapai bersama sehingga makna dari kebhinekaan benar-benar terwujud.

Solusi yang diberikan pancasila terhadap konflik adalah memotivasi atas segala perbuatan yang baik dalam kehidupan bermasyaraka setiap harinya. Meminimalisasikan masalah-masalah yang mungkin akan menimbulkan peselisihan antar budaya yang mungkin akan merusak persatuan dalam kebhinekaan Indonesia.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyususan makalah dapat terselesaikan dengan baik tanpa terkendala.

Maksud dan tujuan penyusunan makalah penerapan sila persatuan Indonesia dalam kemajemukan budaya yang masuk di Yogyakarta ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila.

Makalah ini membahas tentang penerapan sila persatuan Indonesia dalam kemajemukan budaya yang masuk di Yogyakarta . Adapun penyusunan makalah ini berdasarkan data-data yang penulis peroleh selama melakukan penelitian , dari buku-buku referensi, serta data-data dan keterangan yang didapat di lapangan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh untuk dikatakan sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis memohon maaf atas segala kekeliruan dan kesalahan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.

Yogyakarta, 13 oktober 2011

Penulis

(4)

DAFTAR ISI iv Halaman Judul ………...………... Abstrak ……… i ii Kata Pengantar ………..………...……... iii Daftar Isi ……….………….. iv BAB I

Latar Belakang Masalah ………. 1

Rumusan Masalah ………... 2 BAB II PENDEKATAN :……… 1).Historis 2).Sosiologis 3). Yuridis 3 PEMBAHASAN……… 7 BAB III KESIMPULAN……… 15 DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB I

LATAR BELAKAN MASALAH

Perstuan Indonesia begitulah sila ke 3 dari Pancasila. Nilai nilai yang terkandung dalam sila Pancasila tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kelima sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Kesatuan Yang Maha Esa dan Kemanusian Yang Adil dan Beradab serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Sejarah bangsa Indonesia telah menungkapkan bahwa Pancasila adalah Ideologi yang menjiwai seluruh rakyat Indonesia. Memberikan kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia, serta membimbing dalam mencapai tujuan bersama yaitu persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti idiologis, ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangakan dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang senasib. Nilai persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

Secara khusus makalah “Penerapan Sila Persatuan Indonesia dalam Kemajemukan Budaya yang masuk di Yogyakarta” akan membahas tentang sikap masyarakat Yogyakarta dalam menanggapi kemajemukan budaya yang masuk ke dalam daerah mereka tanpa mengubah ataupun mengurangi nilai-nilai dari budaya asli di Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta secara terbuka memberi tempat bagi keberagaman budaya atau etnis yang ada sehingga menjadikan hubungan antar warga Negara dapat berjalan secara harmonis, mempererat persatuan,dan mempertinggi rasa solidaritas.

(6)

RUMUSAN MASALAH

Untuk membahas tentang Persatuan Indonesia dengan mengangkat tema Penerapan Sila Persatuan Indonesia dalam Kemajemukan Budaya di Yogyakarta terdapat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara sila ketiga Pancasila dengan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh budaya negara asing terhadap budaya di Yogyakarta? 3. Apakah muncul konflik dengan adanya keanekaragaman budaya di Yogyakarta? 4. Bagaimana keadaan budaya indonesia saat ini ?

5. Solusi apa yang diberikan Pancasila terhadap konflik keanekaragaman budaya ?

(7)

BAB II

PENDEKATAN

1. Pendekatan Historis

Bangsa Indonesia terbentuk oleh proses yang amat panjang. Semenjak jaman kerajaan- kerajaan seperti kutai, sriwijaya, majapahit sampai dengan datangnya bangsa penjajah ke tanah air tercinta ini. Nilai-nilai persatuan mulai muncul disaat bangsa mengalami proses penjajahan oleh bangsa asing. Rakyat Indonesia pun berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dengan cara menghimpun kekuatan.

Prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia) tersusun dalam kesatuan majemuk tunggal yaitu :

a). Kesatuan sejarah; yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam suatu proses sejarah.

b). Kesatuan nasib; yaitu berda dalam satu proses sejarah yang sama dan mengalami nasib yang sama yaitu dalam penderitaan penjajah dan kebahagiaan bersama.

c). Kesatuan kebudayaan; yaitu keanekaragaman kebudayaan tumbuh menjadi suatu bentuk kebudayaan nasional.

d). Kesatuan asas kerohanian; yaitu adanya ide, cita-cita dan nilai-nilai kerokhanian yang secara keseluruhan tersimpul dalam Pancasila.

(8)

Berdasarkan prinsip-prinsip nasionalisme yang tersimpul dalam sila ketiga tersebut dapat disimpulkan bahwa naionalisme

(Persatuan Indonesia) pada masa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia memiliki peranan historis yaitu mampu mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi “ Persatuan Indonesia “ sebagai jiwa dan semangat perjuangan kemerdekaan RI.

Kemajemukan merupakan pemersatu bangsa Indonesia. Yogyakarta yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota yang masih mempertahankan sistem Kesultanan yang dan berpegangan teguh terhadap budaya jawa. Masyarakat Yogyakarta telah terbiasa dengan kemajemukan budaya yang datang ke daerah mereka. Kemajemukan tersebut bukan menjadi suatu ancaman bagi warga asli, namun menjadi suatu keuntungan tersendiri dalam kehidupan mereka.

Dalam perjalanan hidup, masyarakat terus berjuang untuk menemukan jati diri sesungguhnya sebagai warga yang merdeka. Masyarakat yang memiliki kedaulatan serta diakui oleh bangsa lain.

Masyarakat Yogyakarta memiliki prinsip untuk mencapai kemerdekaan bersama , walaupun dalam kenyataanya berasal dari berbagai daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan beranekaragam suku dan budayanya. Perbedaan inilah yang dijadikan sebagai penguat rasa persatuan dan kesatuan.

2. Pendekatan Sosiologis

Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang dalam kehidupan bermasyarakat.

(9)

Nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila merupakan hasil pemikiran konseptual dari tokoh bangsa Indonesia seperti: Soekarno, Drs. Mohammad. Hatta, Mr. Muhammad Yamin, Prof. Mr. Dr. Supomo, dan tokoh lainnya.

Nilai-nilai Pancasila itu digali dari budaya bangsa Indonesia.

Pancasila mengandung nilai-nilai yang terbuka untuk masuknya nilai-nilai baru yang positip, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

3. Pendekatan Yuridis

Persatuan Indonesia terefleksi sangat kuat secara operasional di dalam UUD 1945 yaitu:

3.1. Pasal 1”

Negara Indonesia ialah Negara kesatuan , yang berbentuk republik.”

3.2. Pasal 25A

Negara kesatuan republik Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. ”

3.3.Pasal 26 Ayat(1)

Yang menjadi warga Negara ialah orang-orang bangsa indonesia asli dan orang- orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. ”

Ayat (2)

Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia”.

Ayat (3)

Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang”.

(10)

3.4.Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih”.

3.5. Pasal 36A

Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika”.

3.6. Pasal 36B “ Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya”.

Pancasila yang bersumber dari nilai agama dan nilai budaya Bangsa Indonesia tercermin dari keyakinan akan kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa dan kehidupan budaya berbagai suku Bangsa Indonesia yang saat ini masih terpelihara. Persatuan Indonesia yang ada di pembukaan UUD-45 telah terefleksikan secara jelas secara operasional dalam UUD’45 dan tidak ada alasan apapun bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan seluruh masyarakat bangsa Indonesia untuk tidak mentaatinya.

(11)

PEMBAHASAN

1. Hubungan Antara Sila ke-3 Pancasila dengan Keanekaragaman Budaya Indonesia.

Keberagaman menjamin kehormatan antarmanusia di atas perbedaan, dari seluruh prinsip ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia, baik ilmu ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Hak asasi manusia memperoleh tempat terhormat di dunia, hak memperoleh kehidupan, kebebasan dan kebahagiaan yang dirumuskan oleh MPR, dan ketika amandemen UUD `45, pasal 28, ditambah menjadi 10 ayat dengan memasukkan substansi hak pencapaian tujuan di dalam pembukaan UUD `45. Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah sebuah rasionalitas yang telah teruji. Pancasila adalah rasionalitas kita sebagai sebuah bangsa yang majemuk, yang multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan multi ras yang bernama Indonesia.

Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya adalah beranekaragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang diliukiskan dalam Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.

(12)

Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu, maupun golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya.

Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan warganya serta dalam kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kebinekaan yang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinekaan yang kita inginkan adalah kebhinekaan yang bermartabat, yang berdiri tegak di atas moral dan etika bangsa kita sesuai dengan keragaman budaya kita sendiri. Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah, maka berbagai hal yang mengancam kebhinekaan mesti ditolak, pada saat yang sama segala sesuatu yang mengancam moral kebhinekaan mesti diberantas. Karena kebhinekaan yang bermatabat di atas moral bangsa yang kuat pastilah menjunjung eksistensi dan martabat manusia .

2. Pengaruh Budaya Luar terhadap Budaya Yogyakarta.

Kebudayaan di Indonesia walau beranekaragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan Kebudayaan Arab.

(13)

Kebudayaan India masuk dari penyebaran agama Hindu dan Budha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Sedangkan budaya yang ada di Yogyakarta berasal dari warisan nenek moyang yang juga dipengaruhi beberapa budaya hindu ataupun budha yang menjadi budaya tersendiri yang disebut dengan budaya jawa. Budaya jawa terkenal dengan tingkat kesopanan serta tenggang rasa yang sangat tinggi.

Dari waktu ke waktu budaya barat semakin marak dan diserap dengan mudah oleh masyarakat kita. Tidak peduli budaya itu merusak ataukah tidak, namun nampaknya masyarakat kita lebih cenderung menyerap budaya-budaya luar itu daripada melestarikan budaya tanah airnya sendiri. Hal ini harus bisa disikapi dengan seksama karena bila kebiasaan ini terus berlangsung tanpa proses penyaringan dan pengontrolan, maka dapat dipastikan bahwa budaya daerah akan hilang lenyap tinggal nama. Permasalahan ini timbul bukan karena faktor luar, namun timbul dari diri pribadi masing-masing warga masyarakat yang saat ini seakan malu dan menganggap kuno budayanya sendiri. Beberapa contoh budaya asing yang sangat negatif namun telah marak yaitu freesex, pengkonsomsian narkoba, dan abortus. Freesex ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun dari golongan remajalah yang sekarang ini marak diberikan. Sehingga tidak jarang kasus kematian, tindak kriminal dan kenakalan remaja yang disebabkan benda haram tersebut. Kasus abortus atau aborsi ini sebenarnya tidak terlalu jauh hubungannya dengan kasus freesex inilah banyak kaum wanita yang hamil di luar nikah dan karena rasa malu kebanyakan para wanita itu melakukan aborsi. Selain dibenci oleh Tuhan, kegiatan ini dapat mencelakai pihak wanita itu sendiri. Namun, selain mempunyai sisi negatif budaya barat juga memnpunyai pengaruh positif, misalnya dalam bidang IPTEK, pembangunan, dsb, yang tentunya kesemuanya itu tidak terlepas dari pengawasan Pancasila sebagai paradigma kehidupan di Indonesia.

(14)

Dalam penjelasan di atas jelas sekali bahwa kebudayaan luar sangat berpengaruh pada kebudayaan asli yogyakarta, tinggal bagaimana cara kita menyaring dan menyeleksi budaya-budaya luar itu agar tidak merusak budaya kita. Budaya luar yang sesuai dengan kepribadian bangsa dapat diterapkan guna memperkaya budaya daerah. Sedangkan budaya luar yang tidak sesuai hendaknya kita buang jauh-jauh agar tidak menjadi kebiasaan yang buruk di masyarakat.

3. Konflik yang Muncul Akibat Adanya Keanekaragaman Budaya yang masuk ke Yogyakarta.

Kesalahan yang sering terjadi di Yogyakarta masa kini karena ada beberapa pemimpin menggunakan ukuran budaya asalnya sendiri dalam menghadapi masalah-masalah di wilayah budaya lain. Contohnya beberapa waktu yang lalu terdapat wacana untuk merubah tatanan pemerintahan di Yogyakarta yang sejak dulu merupakan pemerintahan kesultanan dengan pemerintahan yang ada di daerah lain. Hal ini tentu menimbulkan pertentangan dari masyarakat di Yogyakarta.

Apabila benar-benar peruban itu terjadi, maka dampak yang cukup besar akan terjadi di daerah yang sangat kental nilai-nilai kebudayaan ini. Kemungkinan besar yang akan terjadi ialah hilangnya rasa sopan santun atau tata krama yang telah membudaya sejak dahulu. Berganti dengan budaya-budaya lain yang belum tentu cocok dengan masyarakat asli.

Secara umum tidak ada satu konflik yang terjadi diakibatkan keanekaragaman budaya yang masuk ke daerah istimewa Yogyakarta ini. Semua budaya yang datang baik budaya asing maupun budaya dari dalam Indonesia sendiri masi dapat di control dan disaring dengan baik oleh masyarakat Yogyakarta. Sehingga budaya asli masi tetap terjaga.

(15)

4. Keadaan Budaya di Indonesia.

Kebudayaan di Yogyakarta dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan Indonesia yang telah ada sebelum terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan yang berasal daripada kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam suku-suku. Kebudayaan tersebut telah mengikat dan mempersatukan setiap kelompok suku bangsa Indonesia. Budaya kelompok akan tercermin dalam sikap atau kepribadian kelompok itu. Hal ini dapat dilihat saat kebudayaan kelompok pertama kali membentuk kita sebagai manusia yang menganut dan menghargai nilai-nilai bersama. Dengan demikian kelompok suku bangsa akan tumbuh menjadi manusia berbudaya dengan “kondisioning” terhadap nilai-nilai masyarakat sekitar, melalui orang tua dan keluarga.

Di samping itu, perlu kita ketahui bahwa alam pun ikut menentukan serta memberi ciri yang khas terhadap corak kebudayaan. Namun tidak sepenuhnya pengaruh lingkungan akan menimbulkan akibat yang seragam terhadap kebudayaan. Manusia sebagai makhluk budaya tidak menggantungkan semata-mata kepada alam, tetapi manusia bertindak sebagai gaya perombak alam untuk digunakan bagi kepentingan hidupnya. Oleh karena itu, antara lingkungan dan manusia saling bergantung. Demi seluruh kebutuhan langsung dan kepentingan-kepentingan praktis, manusia tergantung dari lingkungan fisiknya. Manusia tidak dapat hidup kalau tidak menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya.

Begitu pun juga jika lingkungan itu melekat kuat pada setiap suku bangsa, maka kebudayaan asing tidak akan berpengaruh pada kebudayaan mereka. Sehingga masing-masing suku bangsa itu mengembangkan corak kebudayaannya sendiri. Dalam proses pertumbuhannya, kebudayaan daerah ini mengalami perkembangan baru, sebagai akibat hubungan yang makin luas antar suku- suku, di samping sebagai akibat makin kendurnya ikatan-ikatan kesukuan.

(16)

Hingga saat ini bangsa Indonesia belum memiliki identitas kebudyaan yang jelas. Selama ini, Indonesia hanya memiliki identitas semu yang belum mantap tetapi dipaksakan seolah-seolah menjadi ciri khas kebudayaan bangsa. Menurut James Danandjaja menyebutkan,

” Indonesia memiliki dua unsur kebudayaan, yaitu kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional”.

Menurutnya, unsur kebudayaan daerah yang dimiliki masing-masing daerah dan suku bangsa di Indonesia sudah mantap, tetapi kebudayaan nasional yang mewakili seluruh bangsa masih belum mantap.

Kebudayaan nasional sendiri hanya memiliki dua unsur kebudayaan yang dapat dikatakan sudah mantap, yaitu bahasa Indonesia dan Pancasila sebagai filosofi atau pandangan hidup bangsa. Bahkan, Pancasila pun lanjutnya hingga kini masih terus dipermasalahkan sebagai pandangan hidup bangsa oleh beberapa pihak. Padahal, hanya filosofi Pancasila sajalah yang bisa membuat seluruh bangsa bisa bersatu. Begitu juga menurut Yunus Melalatoa:

’’

Identitas bangsa Indonesia yang disebutkan dalam UUD 1945 adalah identitas tiap-tiap etnik di seluruh Indonesia. Jadi, identitasnya bersifat plural atau jamak”.

Yang menjadi masalah sekarang ini adalah identitas dan nilai-nilai kebudayaan masing-masing suku-suku bangsa di tiap daerah di seluruh Indonesia sudah mulai luntur, bahakan menghilang. Padahal, nilai-nilai kebudayaan itu berfungsi untuk mempertahankan harga diri kita, nilai-nilai yang mulai luntur itu akan menggerogoti harga diri kita dan harga diri bangsa sendiri.

(17)

Hal itu dikarenakan telah banyak budaya asing yang telah masuk bahkan ada yang sudah mendarah daging pada budaya Indonesia. Anggapan bangsa Indonesia saat ini, jika hanya mempertahankan nilai-

nilai budaya Indonesia yang ada, maka mereka beranggapan hal tersebut adalah budaya lama dan kurang moderen.

Budaya asing telah berhasil membaurkan budaya kita dengan budayanya. Demikian juga dikarenakan kurang mantapnya kebudayaan nasional dalam mempertahankan nilai–nilai budaya. Sehingga kebudayaan daerah yang telah dibentengi dengan adanya kebudayaan nasional kuga ikut terpengaruh oleh budaya asing. Dalam hal ini , pancasilapun menjadi tersangka. Karena pancasila tidak bisa memberikan penerapan yang jelas terhadap kebudayaan nasional maupun daerah.

Saat ini budaya Indonesia bukan saja dikatakan sudah mulai luntur tetapi sudah sedikit banyak ada yang telah menghilang dari kebudayaan Indonesia. Misalnya tradisi Pela Gandong di Ambon, Maluku, yang sudah sejak dua generasi lalu tidak pernah dipraktekan tradisi yang mengandung identitas dan nilai-nilai budaya asli orang Ambon itu, yaitu cinta persaudaraan dan perdamaian, saat ini hanya bisa dijumpai dalam literature-literatur buatan luar negeri, tanpa adanya prakteknya dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat Ambon.

Mungkin kita tidak menyadari bahwa kita telah dijajah. Meskipun secara tidak terang-terangan, hal itu telah cukup membuat bangsa kita kehilangan identitas bangsanya, sehingga ada yang sampai terjadi perpecahan antar suku dan budaya. Penjajahan itu berupa budaya asing yang telah campur tangan ke dalam budaya Indonesia. Padahal budaya Indonesia merupakan salah satu bentuk kepribadian bangsa kita. Pendeknya jika bangsa Indonesia tercerai berai maka budaya Indonesia tidak akan bisa terbentuk dan bersatu. Begitu pula kepribadian Indonesia lama-lama akan terhapus.

(18)

5. Solusi yang Diberikan Pancasila dalam Mengatasi Konflik

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan tuntunan dan pegangan dalam mengatur sikap dan perilaku manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia yang menjadi sumber moral dan menjelma dalam wujud yang beraneka ragam kebudayaan daerah dapat dikembangkan dalam rangka memperkaya nilai-nilai pancasila, yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa. Nilai-nilai tersebut adalah nilai baru yang tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia yang sedang membangun, yang sedang teruji sebagai nilai luhur yang perlu dikembangkan. Dalam konteks pengembangan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila, perlu diperhatikan perubahan sikap masyarakat terhadap nilai-nilai yang ada sebagai akibat dinamika yang terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah sebuah rasionalitas kita sebagai bangsa majemuk, multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan multi ras, yang bergambar dalam Bhineka Tunggal Ika. Kebinekaan Indonesia harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinekaan yang kita inginkan adalah kebhinekaan yang bermartabat. Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah, maka berbagai hal yang mengancam kebinekaan harus ditolak. Namun dengan kebhinekaan tersebut hingga saat ini bangsa Indonesia belum memiliki identitas kebudayaan yang jelas. Selama ini Indonesia hanya memiliki identitas semu yang belum mantap tetapi dipaksakan seolah-olah menjadi ciri khas kebudayaan. Hal inilah yang mengakibatkan peselisihan dan menimbulkan konflik.

Didalam pancasila terdapat nilai-nilai yang digunakan bangsa Indonesia sebagai landasan serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan kenegaraan.

Nilai-nilai tersebut selalu dapat memberikan solusi atas masalah yang terjadi dalam negara Indonesia kususnya masalah kemajemukan. Nilai-nilai luhur pancasila tersebut tertuang dalam setiap butir-butir pancasila.

(19)

BAB III

1. Kesimpulan

Telah kita ketahui bersama bahwa masyarakat yogyakarta merupakan masyarakat yang terbuka dengan adanya budaya asing yang datang. Masyarakat Yogyakarta mampu menyaring budaya-budaya yang masuk tanpa merubah budaya asli yang mereka miliki. Karena hakekatnya bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak ragam budaya yang berbeda-beda dari setiap suku daerah yang berbeda pula. Perbedaan itu sendiri justru memberikan kontribusi yang cukup besar pada citra bangsa Indonesia. Kebudayaan dari tiap-tiap suku daerah inilah yang menjadi penyokong dari terciptanya budaya nasional Indonesia.

Identitas budaya nasional kita saat ini memang belum jelas selain hanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan Pancasila sebagai filosofi atau pandangan hidup bangsa.

Selain itu, perbedaan juga akan menyulut terjadinya sebuah konflik jika para pelakunya tidak dapat mengendalikan emosi mereka masing-masing. Lingkungan dan masyarakat sangatlah menentukan bagaimana sebuah kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat itu sendiri. Manusia sebagai pelaku dan pencipta kebudayaan mengatur perkembangan budaya, dan budaya sebagai fenomena sosial citapaan manusia mendidik manusia itu sendiri untuk mengerti dan memahami tentang keadaan sosial masyarakatnya. itulah yang disebut dengan dialektika atau saling ketergantungan antara manusia dengan kebudayaan.

Ancaman lain yang turut serta datang dan membahayakan kebudayaan bangsa adalah budaya asing yang terbawa dalam arus globalisasi.

(20)

Kebudayaan dalam konteks Nasional saja masih bisa berbeda, apalagi kebudayaan yang datang dari luar konteks tersebut, jelas sangat berbeda. Seiring dengan berjalannya waktu, manusia akan mengikuti budaya yang sedang marak dan mulai melupakan budaya nenek moyang mereka, walaupun pada hakikatnya manusia tidak dapat bebas dari budayanya sendiri.

Jika kita melihat bangsa Indonesia pada masa lalu, maka yang ada di benak kita adalah sebuah pertanyaan ’mengapa bagsa Indonesia dapat menunjukkan kesatuaannya saat itu dan sekarang tidak?’. Hal itu terjadi karena seluruh komponen masyarakat mengalami nasib yang, yaitu dalam masa penjajahan. Sekarang, rasa persatuan tersebut hanya dapat kita lihat dalam beberapa kejadian saja di mana seluruh komponen masyarakat Indonesia kembali merasa senasib, sepenanggungan, dan seperjuangan. Dalam permainan sepak bola misalnya. Baik masyarakat Jawa, Batak, Minang, Sunda, dan masyarakat budaya Indonesia lainnya akan mendukung tim sepak bola Indonesia dengan rasa kesatuannya, yaitu Indonesia, bukan Bugis, Madura atau suku-suku lainnya.

Dengan kata lain, kebudayaan Nasional Indonesia tidak bisa hanya diukur dengan salah satu budaya daerah saja. Kepemimpinan menurut suku Jawa akan berbeda dengan kepemimpinan menurut suku Asmat dan juga suku yang lainnya. Kebudayaan Nasional Indonesia harusnya bersifat umum yang bisa diikuti oleh semua suku-suku bangsa Indonesia, dan bukan menggunakan budaya di mana pusat pemerintahan itu dijalankan. Pusat hanya menjadi fasilitator, bukan

educator. Hal inilah yang dibutuhkan bangsa Indonesia dalam membentuk kebudayaan Nasionalnya.

(21)

2. Saran

Nilai-nilai dan identitas kebudayaan daerah yang menjadi citra bangsa, yang juga merupakan sebagai alat untuk mempertahankan harga diri bangsa ini mulai luntur. Masyarakat mulai enggan mengenali budaya nenek moyang mereka. Padahal, sebagaimana yang telah tertulis di atas, bahwa kebudayaan daerah adalah dasar dari kebudayaan nasional.

Oleh karena itu, demi terbentuknya kebudayaan Nasional yang benar-benar dapat menyatukan kembali seluruh komponen budaya bangsa, perlu kita mempelajari dan mengenal lebih dalam lagi tentang sejarah dan warisan-warisan budaya kita, dan juga demi mencari jati diri yang bhineka itu.

(22)

REFERENSI

Buku

Darji, Darmodiharjo. 1989. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang: Lab. Pancasila IKIP Malang.

Jamal, D. 1984. Pokok- Pokok Bahasa Pancasila.Bandung : Remaja Karya CV Bandung.

Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma Yogyakarta

Laboratorium Pancasila IKIP Malang. 1972. Pokok-Pokok Pembahasan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Malang : Lembaga Penerbitan IKIP Malang.

Margono, dkk. 2002. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dan Kebangsaan. Malang : UM

Referensi

Dokumen terkait

kebersamaannya dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Buat Junior KesSos stambuk 2012 dek Nando, Kaka, Oscar, Eko dan stambuk 2013 dek Nikmah,

Easton Park Apartment Serpong adalah proyek apartemen baru di Serpong BSD yang akan dibangun oleh Kalmar Land developer yang telah sukses mengembangkan proyek-proyek perumahan

P 1) Apakah menurut anda identitas (nama, logo, tulisan, gambar dsb) itu penting bagi sebuah usaha ? J - Perlu, sebagai sumber informasi yang mudah tersampaikan

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ditulis, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui implementasi Hak Asasi Manusia menurut Universal Declaration Of

Model logit regresi ZIP menjelaskan bahwa peluang jumlah penderita filariasis di kabupaten/kota yang bernilai nol dipengaruhi oleh persentase penduduk yang tidur

Organisasi yang baik bisa di katakan organisasi yang terorganisir,organisasi yang mempunyai visi dan misi atau tujuan yang jelas,organisasi yang mempunyai