• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI LAHAN PEKARANGAN BERBASIS PERIKANAN DAN TANAMAN UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KERAGAMAN HAYATI DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI LAHAN PEKARANGAN BERBASIS PERIKANAN DAN TANAMAN UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KERAGAMAN HAYATI DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI LAHAN PEKARANGAN BERBASIS PERIKANAN DAN

TANAMAN UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KERAGAMAN HAYATI DAN

PELESTARIAN LINGKUNGAN

Sri Karyaningsih

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah e-mail: karya.q354@gmail.com

ABSTRAK

Di pedesaan potensi lahan pekarangan pada umumnya cukup luas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Lahan pekarangan dapat diusahakan untuk tanaman, ternak dan ikan. Tanaman budidaya yang berada dipekarangan pada umumnya merupakan tanaman yang keberadaannya sangat dibutuhkan penduduk. Beraneka ragamnya tanaman pekarangan sehingga terbentuklah formasi tanaman budidaya yang dapat hidup dan terus dimanfaatkan serta dilestarikan. Keberadaan tanaman pekarangan mempunyai beberapa fungsi antara lain fungsi hidrologi, pecagaran sumber gen atau plasma nutfah, efek iklim mikro, fungsi estetika, sosial dan fungsi produksi. Untuk menambah pendapatan keluarga sebagian besar masyarakat melakukan usaha budidaya lahan pekarangan dengan menanam ragam tanaman dan usaha perikanan (ternak ikan). Studi kasus dilaksanakan di Desa pondok Kecamatan Grogol, Kab. Sukoharjo. Jenis tanaman yang diusahakan untuk optimalisasi lahan adalah tanaman sayuran, buah-buahan dan hortikultura yang dipadukan dengan kolam ikan. Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga usaha tersebut untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Indeks keanekaragaman jenis tanaman mencapai 2,58 termasuk kategori sedang, ekosistem pekarangan cukup seimbang dengan produktivitas cukup tinggi dan tekanan ekologis sedang serta memberikan petunjuk komunitas tumbuhan mampu hidup dan beradaptasi. Peningkatan jumlah populasi tanaman memberikan peningkatan indeks keanekaragaman hayati dan berkontribusi dalam menjaga pelestarian lingkungan

Kata kunci: Potensi, lahan pekarangan, keragaman hayati, pelestarian lingkunga

n

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, ditandai dengan beragamnya jenis dan plasma nutfah (genetik) dalam ekosistem. Keanekaragaman hayati yang tinggi tersebut merupakan kekayaan alam yang dapat memberikan manfaat serba buna dan strategis sebagai modal dasar pembangunan di masa kini maupun yang akan datang. Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan semakin besar kebutuhan dasar sehingga sering terjadi perubahan fungsi lahan. Disatu sisi lahan pekarangan yang ada belum dimanfaatkan secara optimal untuk memproduksi bahan pangan dan obat-obatan.

Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. Pada umumnya

di perdesaan lahan pekarangan masih cukup luas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Lahan pekarangan jika dipelihara dengan baik selain dapat sebagai usaha ekonomi produktif juga dapat memberikan lingkungan yang menarik, nyaman dan sehat serta menyenangkan. Dengan menanam tanaman produktif di pekarangan akan memberi keuntungan ganda, salah satunya adalah kepuasan jasmani dan rohani (Anonim, 2009). Tujuan utama optimalisasi lahan pekarangan adalah: (1) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga secara lestari; (2) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; (3) Mengembangkan

(2)

sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan; dan (4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga.

Tanaman budidaya yang berada di pekarangan pada umumnya merupakan tanaman yang keberadanya sangat dibutuhkan oleh penduduk baik sebagai bahan bangunan maupun sebagai tabungan serta pemenuh kebutuhan keluarga. Pertambahan penduduk semakin meningkatkan kebutuhan pangan maupun pemukiman. Setiap individu berusaha menggunakan lahan pekarangan untuk dijadikan sebagai pendukung pemenuhan kebutuhan, sehingga terbentuk formasi tanaman budidaya yang dapat hidup dan terus dimanfaatkan serta dilestarikan. Pengoptimalan penggunaan lahan pekarangan dengan beraneka ragam jenis tanaman secara ekologis dapat menggambarkan tingkat keanekaragaman dan kerapatan tanaman yang ada. Berdasarkan penilaian kuantitatif melalui indek keanekaragaman dan dominansi dihasilkan suatu gambaran tentang tingkat keanekaragaman jenis tanaman tersebut dan dapat memberi petunjuk kestabilan ekosistem.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi kestabilan ekosistem serta tingkat produktivitas lahan pekarangan pada optimalisi lahan pekarangan yang berbasis perikanan dan tanam melalui indikator indeks keragaman jenis tanaman. Tujuan penulisan ini adalah menyampaikan hasil pengamatan dan gambaran inisiasi kelompok wanita tani pada usaha ekonomi produktif melalui pengoptimalan lahan pekarangan yang berbasis perikanan dan tanaman di desa Pondok, Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

METODE

Penelitian ini merupakan studi kasus pada usaha ekonomi produktif melaui usaha pengoptimalan lahan pekaranagan yang berbasis ternak dan tanaman. Penelitian dilaksanakan di Desa Pondok Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo pada bulan Juli-Oktober 2012. Lokasi ditentukan secara stratified purposive sampling. Data yang dikumpulkan meliputi seluruh tanaman pekarangan yang berada di desa tersebut. Sampel penelitian meliputi sebagian tanaman pekarangan yang diambil dari

dukuh-dukuh yang dapat mewakili desa Pondok diambil lima titik sampel secara random. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Analisa data dilakukan secara diskriptif dan tabulasi. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener :

dimana :

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener ni = Jumlah individu jenis ke-n

N = Total jumlah individu

Untuk menentukan nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Soerianegara dan Indrawan (2005) :

dimana :

C : Indeks dominasi

ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n N : Total nilai penting dari seluruh jenis HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Sumber daya alam dan kondisi iklim Di Kabupaten Sukoharjo dalam satu tahun memiliki dua musim dengan batasan yang jelas yaitu musim penghujan dan kemarau. Dalam satu hari hujan berkisar antara 95 – 145 dengan hari hujan per bulan antara 1-25 hari. Curah hujan bulanan antara 0 - 315 mm. Lahan pekarangan merupakan sumber daya fisik yang cupuk potensial untuk pengembangan tanaman pangan, sayuran, ternak dan ikan. Menurut penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Grogol terdiri dari lahan pekarangan, tegalan, sawah, pemukiman dan penggunaan lainnya. Luas lahan pekarangan di Desa Pondok sekitar 205 ha (Tabel 1) merupakan lahan pekarangan terluas kedua di wilayah Kecamatan Grogol setelah desa Telukan. Curah hujan yang cukup sepanjang tahun merupakan modal utama dalam melakukan kegiatan tanam. Ketersediaan air merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tanaman.

(3)

Tabel 1.

Luas Lahan Pekarangan Dan Jeis Penggunaannya Di Desa Pondok Kec. Nguter

Tahun 2012

Desa Jenis Penggunaan

Pekarangan Tegalan Sawah lainnya Telukan Pondok Langenharjo Cemani Parangjoro Desa lainnya 221 205 152 147 139 864 12 8 10 0 7 36 69 75 25 8 321 509 23 4 8 171 20 307 Jumlah 1.728 73 1.007 533 Sumber: BPS, 2012

Desa Pondok Kecamatan Grogol terletak di bagian utara Kabupaten Sukoharjo yang sebagian wilayahnya dilalui sungai Bengawan Solo dan anak sungai yang telah mati. Sebagian masyarakat memanfaatkan aliran sungai mati untuk usaha keramba ikan. Usaha ini merupakan awal usaha pemanfaatan lahan sebagai usaha ekonomi produktif yang selanjutnya dikembangkan pada usaha pengoptimalan lahan pekarangan. Usaha pengoptimalan lahan pekarangan dikelola oleh ibu-ibu rumah tangga yang diwadahi kelompok. Selanjutnya kelompok usaha tersebut dinamakan kelompok wanita tani “Mina Lestari”. Kelompok tersebut mengembangkan usahanya pada lahan pekarangan dengan berbasis perikanan (ternak ikan) yang dipadukan dengan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan dan hortikultura.

Saliem (2011) menyampaikan bahwa lahan pekarangan di perdesaan berdasarkan kategori luasnya dibedakan menjadi 4 strata yaitu:

1. Pekarangan sangat sempit (tanpa pekarangan)

2. Pekarangan sempit ( ˂ 120 m2 ) 3. Pekarangan sedang ( 120 – 400 m2) 4. Pekarangan luas ( ˃ 400 m2 )

Pekarangan yang termasuk dalam kategori luas untuk megoptimalkan lahan dilakukan penanaman tumbuhan pohon penghasil kayu dan pohon buah-buahan. Serta tanaman sayuran dan hortikultura. Dibawah tegakan dapat dimanfaatkan dengan tanaman biofarmaka ataupun kolam budidaya ikan. Sementara pekarangan yang luasnya termasuk kategori sedang peningkatan populasi tanaman dapat dilakukan melalui penanaman tanaman produktif

seperti pohon buah-buahan, sayuran dan kolam ikan.

Tanaman sayuran dan buah-buahan yang diusahakan dipekarangan dapat memberikan manfaat yang sangat besar yaitu selain manfaat estetis dan produktif serta ikut mendukung gaya hidup hijau yang merupakan suatu usaha untuk mengatasi laju pemanasan global yang bisa kita mulai dari rumah kita (Anonim, 2009). Manfaat lain dari pengoptimalan lahan pekarangan melalui peningkatan populasi tanaman pekarangan secara tidak langsung turut berkontribusi dalam pelestarian lingkungan terutama konservasi sumber daya air dan peningkatan keragaman jenis. Tumbuhan pada siang hari berfotosintersis dengan mengambil CO2 dari udara dan sebagai hasilnya tumbuhan melepaskan O2 ke udara. Dengan menanam sayuran ataupun tanaman buah-buahan di pekarangan dapat mengurangi konsentrasi CO2 dan meningkatkan kualitas udara disekitar rumah secara tidak langsung juga turut berkontribusi dalam mengurangi efek gas rumah kaca.

Sistem budidaya dan Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan lahan pekarangan di desa pondok belum optimal. Pada umumnya tanaman yang berada/ditanam di pekarangan yang termasuk kategori luas adalah tanaman pohon yang direncanakan untuk bahan bangunan dan kayu bakar yaitu jenis tanaman mahoni, trembesi, nangka, bambu dan kelapa. Kelompok wanita tani (KWT) Mina Lestari telah melakukan inisiasi memanfaatkan lahan pekarangan yang ada menjadi lebih produktif. Inovasi teknologi yang diterapkan oleh kelompok wanita tani yaitu inovasi teknologi budidaya tanaman sayuran, buah buahan dan hortikuktura yang berbasis ternak ikan (perikanan). Hasil dekomposisi bahan oraganik sisa pakan dan kotoran ikan dari usaha ternak ikan di kolam setelah panen ikan dan pembongkaran kolam dimanfaatakan sebagai pupuk organik.

Upaya optimalisasi lahan pekarangan untuk usaha ekonomi produktif dapat disesuaikan sesuai dengan konsep pengelolaan sumberdaya perdesaan yang berkelanjutan yang disampaikan oleh Baiquni (2007). Adapun pengelolaan sumber daya perdesaan merupakan siklus perencanaan, aksi dan refleksi yang dirumuskan

(4)

dalam tiga gatra, yaitu:

1. Pengelolaan sumberdaya perdesaan secara berkelanjutan pada dasarnya merupakan upaya mengintegrasikan perspektif ekonomi dan ekologi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Secara praktis, berupaya memperhatikan kepentingan penduduk perdesaan dalam meningkatkan penghidupan dan kesejahteraan serta secara simultan berusaha melakukan konservasi sumberdaya sebagai basis bagi keberlanjutan penghidupannya.

2. Pengelolaan sumberdaya perdesaan secara berkelanjutan memberikan prioritas untuk memperkuat dinamika sosial ekonomi lokal dan memberdayakan pelaku dan kelembagaan lokal dalam pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya. Upaya ini tentu saja perlu memperhitungkan dan berinteraksi dengan faktor eksternal seperti inovasi teknologi, perkembangan pasar dan kebijakan pemerintah.

3. Pengelolaan sumberdaya perdesaan secara berkelanjutan seyogyanya memahami permasalahan sumberdaya dan potensi yang dikandungnya dalam rangka kesamaa akses bagi kelompok-kelompok sosial dan kepentingan antar generasi. Pemahamam semacam itu perlu proses pencerahan melalui serangkaian refleksi sebagai upaya untuk mempelajari apa yang telah dicapai dan apa yang perlu dilakukan di masa mendatang.

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang. Pemanfaatan lahan

pekarangan pada umumnya belum dirancang dengan baik dan sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Pemanfaatan dan pengoptimalan pekarangan yang dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga mendukung pelestarian tanaman pangan untuk masa depan dan pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Menurut Baiquni (2007) pembangunan berkelanjutan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan: 1) upaya memenuhi kebutuhan manusia yang ditopang dengan kemampuan daya dukung ekosistem, 2) upaya peningkatan mutu kehidupan manusia dengan cara melindungi dan memberlanjutkannya, 3). meningkatkan sumberdaya manusia dan alam yang akan dibutuhkan pada masa mendatang dan 4) mempertemukan kebutuhan manusia antar generasi.

Indeks Keanekaragaman, Dominansi dan Indeks Nilai Penting (INP)

Keanekaragaman hayati atau Biological diversity merupakan istilah yang menunjukan derajat keanekaragaman sumber daya alam hayati baik species, genetik, jumlah dan frekuensi maupun ekosistemnya pada suatu daerah tertentu.

Pemahaman tentang pentingnya arti sumber daya plasma nutfah bagi kehidupan dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap pembangunan berkelanjutan. Strategi utama pelestarian keanekaragaman hayati adalah bagaimana menjaga keanekaragan jenis tumbuhan dan satwa beserta habitatnya agar tidak rusak dan punah. Upaya menjaga pelestarian keanekaragaman jenis selain di wilayah kawasan konservasi juga dapat dilakukan mulai dari pekarangan. Upaya konservasi ragam hayati tidak hanya meliputi spesies liar tetapi juga spesies budidaya dan spesies asalnya. Di Desa Pondok peningkatan jumlah populasi tumbuhan melalui penanaman tumbuhan kantil di pekarangan merupakan salah satu bentuk konservasi plasma nutfah Jawa Tengah.

Tabel 2.

Potensi Dan Tipe Lahan Pekarangan Petani Desa Pondok Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo

Pada Tahun 2012

Kategori Kelompok lahan Persentase luas lahan (%) Strata 1 Pekarangan sempit

(<120 m2)

10,25 Strata 2 Pekarangan sedang

(120 – 400 m2)

35,45 Strata 3 Pekarangan luas

(>400 m2)

(5)

Informasi keanekaragaman hayati merupakan salah satu kondisi yang menggambarkan potensi suatu ekosistem. Keanekaragaman hayati dan dominansi serta nilai penting dapat menjadi indikator dalam eksploitasi bahan pangan ataupun sumber daya alam. Sangat sedikit spesies yang memiliki potensi ekonomi secara aktual. Di dunia terdapat puluhan ribu jenis tumbuhan yang memiliki bagian yang dapat dimakan, namun hanya sedikit yang telah dibudidayakan atau dikoleksi sebagai bahan pangan. Dari seluruh tumbuhan yang telah dimanfaatkan sekitar 20 jenis memberikan sumbangan pangan dunia sekitar 90%. Bahkan hanya 3 jenis tumbuhan seperti gandum, jagung dan beras yang mensuplai kebutuhan pangan dunia lebih dari 50 %. Jenis buah – buahan yang dapat dikembangkan sebagai komoditi ekonomi dan secara aktual merupakan potensi ragam hayati yang menjanjikan. Nilai dan manfaat keanekaragaman hayati bersifat tak nyata (intangible) bahkan tidak ternilai oleh perhitungan ekonomi, namun memberikan kontribusi sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Manfaat keanekaragaman hayati dalam menjaga tata air, mencegah berbagai jenis bencana alam, mendaur ulang bahan pencemar dan mempertahankan kondisi iklim merupakan bukti nyata besarnya peranan ragam hayati bagi manusia. (http://blhbu.net/index...).

Optimalisasi lahan pekarangan melalui budidaya tanaman sayuran, buah-buahan dan hortikultura selain berpeluang untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga sehari-hari, peningkatan pendapatan dan investasi masa depan juga mempunyai peran dapat meningkatkan indeks keragaman hayati dan pelestarian lingkungan. Menurut Southwood dan Anderson (2000) dalam Restu (2002) tolok ukur indeks keanekaragaman hayati dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi (Tabel 3).

Berdasarkan identifikasi dan analisa indeks keanekaragaman jenis tanaman diperoleh nilai 2,58. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kondisi ekosistem pekarangan di Desa Pondok memiliki tingkat keanekaragaman hayati termasuk kategori sedang, ekosistem pekarangan cukup seimbang dengan produktivitas cukup tinggi serta tekanan ekologis termasuk sedang. Indeks keanekaragaman sedang sampai tinggi komunitas tanaman stabil, mampu hidup dan beradaptasi

dilingkungan tersebut. Faktor yang mempengaruhi indeks keanekaragaman selain faktor lingkungan (keadaan tanah, kelembaban, suhu dan curah hujan) juga peran manusia dalam meningkatkan jumlah populasi tanaman. Peningkatan jumlah populasi tanaman memberikan nilai indeks keanekaragaman kategori sedang sampai tinggi sehingga turut berkontribusi meningkatkan keanekaragaman hayati dan pelestarian lingkungan.

Restu (2002) menyatakan bahwa indeks keanekaragaman menggambarkan keanekaragaman jenis, produktivitas, tekanan pada ekosistem terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi dan kestabilan suatu komunitas atau ekosistem. Sementara indeks dominansi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominansi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominansi rendah. Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas (Soerianegara dan Indrawan, 2005). Hasil analisa dominansi dan indeks nilai penting tertinggi dicapai oleh jenis sayuran, karena petani dalam mengoptimalkan lahan meningkatkan populasi tanaman sayuran.

Tabel 3.

Tolok Ukur Indeks Keanekaragaman Hayati Nilai tolok ukur Keterangan H’ < 1,0 1,0 < H’ < 3,322 H’ > 3,322 • Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil. • Keanekaragaman sedang,

produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang. • Keanekaragaman tinggi,

stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis

(6)

KESIMPULAN

1. Potensi lahan pekarangan di desa pondok sebesar 205 ha (11,86%) dari luas wilayah di kecamatan Grogol belum dimanfaatkan secara optimal sehingga berpeluang untuk usaha ekonomi produktif melalui optimalisasi lahan dan peningkatan jumlah populasi tanaman.

2. Kelompok wanita tani Mina Lestari telah merintis memanfaatkan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman sayuran, buah-buahan dan hortikultura yang berbasis ternak ikan (perikanan), pengembangan usaha ekonomi produktif, peningkatan pendapatan masyarakat dan investasi.

3. Indeks keanekaragaman jenis tanaman di desa pondok Kec. Nguter mencapai 2,58 termasuk kategori sedang, ekosistem pekarangan cukup seimbang dengan produktivitas cukup tinggi dan tekanan ekologis sedang serta memberikan petunjuk komunitas tumbuhan mampu hidup dan beradaptasi.

4. Peningkatan jumlah populasi tanaman memberikan peningkatan indeks keanekaragaman hayati dan berkontribusi dalam menjaga pelestarian lingkungan. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009.

http://icon- agry.blogspot.com/2009/09/tekan-budaya-konsumtif-mulailah.htmlmanfaatkan Pekarangan Rumah yang Sempit Menjadi Lahan Produktif

Baiquni, 2007. Strategi Penghidupan Di Masa Krisis. IdeAs Media. Yogyakarta

Restu, I.W. 2002. Kajian Pengembangan Wisata Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Wilayah Pesisir Selatan Bali. [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Southwood, T.R.E. and P.A. Anderson. 2000. Ecological Methods. London: Blackwell Science.

Soerianegara, I dan Andry Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Saliem. HP. 2011. Kawasan rumah pangan lestari

sebagai solusi pemantapan ketahanan pangan. Makalah Konggres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS). Jakarta 8-10 Nopember 2011. http://blhbu.net/index.php? option=com_content&view=article&id=27 %3Akeanekaragaman-hayati&catid=10&Itemid=18 http://itswrong.webs.com/ukur_bio.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Dengan permasalahan – permasalahan tersebut maka secara umum design daerah tropis di Indonesia selalu menerapkan overstek yang berfungsi untuk menjaga agar air hujan

Berdasarkan hasil Penelitian dan pembahasan pada modul interaktif berbasis Trait Treatment Interaction (TTI) Menggunakan Adobe Flash terhadap keterampilan berpikir kritis

No.. Meskipun demikian, Tabel 5.1 tidak serta merta menggambarkan bahwa semua laki-laki dan perempuan beserta pasangan masing-masing telah benar-benar selalu terlibat

Komunikasi dosen pembimbing dengan masyarakat (misalnya dalam menjembatani komunikasi antara mahasiswa dengan

Pengaruh media pendingin udara, pasir clan air memberikan perbedaan kekerasan clan ukuran butir AIMg2 yang mengalami perlakuan panas pada suhu 200 °c selama 6 jam. Dengan pendingin

NO.348 l kamis 2 april 2015 l TaHUN kE-1 kriminal 4-9 mobil DiJUAl DESAINER HENGKI KAWILARANG DITANGKAP POLISI halaman 3 D ESAINER kondang Hengki Kawilarang ditangkap tim

Berdasarkan hasil penelitian bahwa data yang diperoleh terdiri dari dua variabel yaitu hasil belajar Mekanika materi kinematika dan dinamika pada mahasiswa yang

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa media sudah memenuhi kelayakan yaitu lebih besar atau sama dengan 75. Hasil data uji coba lapangan menunjukkan bahwa media