i
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PAI
(TELAAH TERHADAP
HIDDEN CURRICULUM
DI
SMA N 1 DAN SMA N 2 GRABAG TAHUN 2018)
Oleh:
KHUZAIMAH
NIM. 12010160057
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi
ABSTRAK
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM
PEMBELAJARAN PAI (TELAAH TERHADAP HIDDEN CURRICULUM DI SMA N
1 DAN SMA N 2 GRABAG)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI dalam hidden curriculum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik Pengambilan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa; Pertama, terdapat beberapa muatan nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag seperti saling menghargai antar beda agama dan kepada yang lebih tua (orang tua, guru, dan kakak angkatan), dan memahami karakter antar teman dan memahami perbedaan waktu dan cara beribadah dari masing-masing agama. Kedua, penerapan atau implementasi dari muatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag diterapkan dengan pembiasaan dan teladan yang baik. Ketiga, hasil implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag yaitu dengan adanya saling menghargai dan memahami perbedaan yang ada di sekolah siswa menjadi lebih baik terbukti dengan tidak adanya pertengkaran dan perselisihan antar teman.
vii ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF MULTICULTURAL EDUCATION VALUES IN PAI LEARNING (STUDY ON HIDDEN CURRICULUM AT SMA N 1 AND SMA N 2
GRABAG)
viii
PRAKATA
Alhamdulillahi robbil ‟aalamiin. Washsholatu wassalaamu ‟ala sayyidil anbiyai wal
mursalin, wa‟alaa alihi washoh bihi ajmain. Segala puji atas segala rahmat Alloh SWT
penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Pembelajaran Pai (TelaahTerhadap Hidden Curriculum di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag)
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis mendapat bantuan, motivasi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan Jazza kumulloh khoiron katsiro kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Bapak Hammam, Ph.D selaku ketua progdi PAI Pascasarjana IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag selaku pembimbing tesis yang telah membimbing dengan ikhlas sampai tesis selesai.
5. Semua Dosen pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah membimbing dan memberi kemudahan selama penulis mengikuti kuliah.
ix
7. Kepada seluruh Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, seluruh guru PAI dan siswa-siswi SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Grabag, Magelang.
8. Kepada keluarga tercinta yang telah memotivasi dan memberikan segala fasilitas selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat untuk penulis dan juga semua pihak. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis megharap saran dan masukan yang membangun.
Penulis
x
MOTTO
هسفنل بحي ام هيخ لا بحي ىتح مكدحا نمؤي لا
)ملسمو ررخبلا هاور(
xi
Persembahan
Tesis ini saya persembahkan untuk
Ibu dan ayah ku tercinta, Ibu Salamah dan Bapak Sudir yang telah
menyayangiku tanpa batas dan pamrih, untuk adik-adik ku, Muhammad
Nasikin dan Sabilir Rosad teruslah belajar dan gapailah mimpi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN...… iii
ABSTRAK………... iv
PRAKATA……… ………. .. ……. v
MOTTO………... vi
PERSEMBAHAN……….. vii
DAFTAR ISI ... viii
TRANSLITERASI………... ix
DAFTAR GAMBAR ...……. x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1
B. RumusanMaslah……... .….. 4
C. Signifikansi Penelitian ... 4
D. Kajianpustaka……. ... 6
E. MetodePenelitian ... 19
xiii
BAB II MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DALAM HIDDEN CURRICULUM
A. Data Penelitian di SMA N 1 Grabag
1. Profil SMA N 1 Grabag……… 23
2. MuatanNilai-nilaiPendidikanMultikultural
dalam Hidden Curriculum………...…... 25
B. Data Penelitiandi SMA N 2 Grabag
1. Profil SMA N 2 Grabag……….………...… 27
2. MuatanNilai-nilaiPendidikanMultikultural
dalam Hidden Curriculum……...….…...……….. 28
BAB III IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM HIDDEN CURRICULUM
A. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Multikultural
dalam Hidden Curriculumdi SMA N 1 Grabag... 30
B. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Multikultural
dalam Hidden Curriculum di SMA N 2 Grabag... 34
BAB IV HASIL IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM HIDDEN CURRICULUM
A. MuatanNilai-nilaiPendidikanMultikultural dalam
Hidden Curriculumdi SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag... 39 B. ImplementasiNilai-nilaiPendidikanMultikultural dalam
xiv
C. HasilImplementasiNilai-nilaiPendidikanMultikulturaldalam
Hidden Curriculumdi SMA N 1 dan SMA 2 Grabag...…. 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 48 B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ………...………….... 50
LAMPIRAN
xv
TRANSLITERASI BAHASA ARAB
Huruf Arab Nama Huruf Latin
ا
Alif -ب
Ba Bت
Ta Tث
aج
Jim Jح
H a Hخ
Kha Khد
Dal Dذ
alر
Ra Rز
Zai Zس
Sin Sش
Syin Syinص
S ad Sض
D ad Dط
T a Tظ
Z a Zع
„Ain „غ
Gain Gف
Fa Fق
Qof Qك
Kaf Kل
Lam Lxvi
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harokat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
َت اَم
: ma ta
ُت ْوَُيَ
:yamu tu
ن
Nun Nو
Wau Wه
Ha Hء
Hamzah _‟xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Surat Bukti telah Melakukan Penelitian 3. Pedoman Wawancara
4. Catatan lapangan/ Field Note
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pluralisme dan multikulturalisme adalah keniscayaan yang tak bisa ditolak di Indonesia.Indonesia adalah salah satu negara-bangsa di dunia yang meniscayakan multi-etnik dan agama tumbuh dalam masyarakat yang pluralis.Karena itu, pendidikan yang mengacu kepada trans-etnik dan agama harus diusung sedemikian rupa agar tercipta relasi yang dinamis dan harmonis.1
Keniscayaan pluralisme dan multikulturalisme akan dipahami dengan sehat oleh anak didik jika proses tradisi pembelajaran keagamaan dipraktikkan secara professional dan proposional. Keniscayaan pluralisme dan multikulturalisme dalam konteks pendidikan agama bagi anak didik di sekolah-sekolah dan universitas-universitas meniscayakan guru/dosen yang bersangkutan juga berasal dari agama atau setidak-tidaknya ahli agama yang sama dengan mereka. Di sini, profesionalisme dan porposionalisme guru/dosen yang mengajarkan agama sangat ditekankan.Selain aspek profesionalisme, dalam konteks pendidikan pluralism dan multikulturalisme, guru/dosen juga disarankan memiliki peralatan metodoligis yang khusus baik secara psikologis, filosofis, dan maupun sosiologis.Pendidik disarankan bagaimana bisa memadukan integralitas kaitan agama antara yang sacral-transenden dan profan-fenomena sosial/budaya.Sebab, bagaimana pun pendidikan agama merupakan suatu usaha memahami fenomena agama yang unik dan kompleks itu secara shahih.2
Multicultural education provides appropriate representation in the school curriculum to groups previously marginalized or excluded because of gender, class, race, or sexual orientation. Public schools should be places where students hear the stories of many
1
Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, Malang: UIN-Maliki Press, 2011, 47.
2
2
different groups. The curriculum should present the perspectives of women as well as men, the poor as well as rich, and should celebrate the heroism not only of conquering generals but of those who are victorious in the struggles of everyday life.3
Pendidikan multikultural memberikan representasi yang tepat dalam kurikulum sekolah untuk kelompok-kelompok yang sebelumnya terpinggirkan atau dikeluarkan karena gender, kelas, ras, atau orientasi seksual. Sekolah umum harus menjadi tempat di mana siswa mendengar cerita dari berbagai kelompok. Kurikulum harus menyajikan perspektif perempuan serta laki-laki, orang miskin dan juga orang kaya, dan harus merayakan kepahlawanan bukan hanya menaklukkan jenderal, tetapi juga mereka yang menang dalam perjuangan kehidupan sehari-hari.
Multicultural education furthers the democratic principles of social
justice.4Pendidikan multibudaya mendukung prinsip demokrasikeadilan sosial.
The important concern here is that this approach eschews the importance of such
variables as culture, rather, emphasis is on a comparative approach that uses similar
measures to compare males and females, children of different age or ethnic groups,
etc.5Yang menjadi perhatian penting di sini adalah bahwa pendekatan ini menjauhkan pentingnya variabel-variabel seperti budaya, lebih tepatnya, penekanan pada pendekatan komparatif yang menggunakan langkah-langkah serupa untuk membandingkan pria dan wanita, anak-anak dari usia yang berbeda atau kelompok etnis, dll.
Sedangkan, Kurikulum tersembunyi ( The Hidden Curriculum)adalah kurikulum yang tidak direncanakan. Sekolah selalu berisi totalitas pelajaran-pelajaran murid yang berhubungan dengan sekolah.Kurikulum mungkin dilihat sebagai seluruh rencana belajar
3
Jack L. Nelson, Stuart B. Palonsky, Mary Rose McCarthy, Crtical Issues In Education…,299. 4Jeanette Haynes Writer, “Unmasking, Exposing, and Confronting:Critical Race Theo
ry, Tribal Critical
Race Theory andMulticultural Education”, International Journal of Multicultural Education, Volume 10, Number 2 (2008), 1-15.
5
3
yang sengaja diperuntukkan bagi anak didik di bawah tanggung jawab dan perlindungan sekolah.Meskipun demikian, anak didik mendapatkan pelajaran yang banyak tidak direncanakan, dan hal ini kemudian diketahui sebagai hidden curriculum. Fenomena yang sama pada lembaga pendidikan yang menawarkan program pendidikan, yakni pelajar-pelajar tersebut akan mendapatkan rencana, yang tidak disengaja sebagaimana halnya dengan tidak direncanakan atau belajar yang tidak direncanakan. Kemudian kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) telah menjadi suatu hal yang diterima dan secara umum telah digunakan sebagai bagian dari tulisan atau neraca ilmiah pada decade yang lalu.Hidden curriculum tidak direncanakan oleh sekolah dalam programnya dan tidak tertulis atau dibicarakan oleh guru, sehingga kurikulum ini merupakan upaya murni anak didik atas potensi dan kreativitasnya yang tentunya bisa berkonotasi negatif maupun positif.Dalam arti positif, berarti hidden curriculum memberi manfaat bagi individu anak didik, guru dan sekolah. Misalnya, anak didik memiliki cara sendiri untuk juara kelas melalui cara belajar yang dimilikinya. Sebaliknya, bisa berkonotasi negatif, artinya keberadaan hasil kurikulum ini tidak menguntungkan bagi anak didik, guru, kepala sekolah maupun orang tua. Misalnya, anak ingin menjadi juara dengan cara mencontek. Karenanya, hidden curriculum bisa berkonotasi negatif maupun positif, yang tentunya upaya bimbingan guru, orang tua atau pihak lain yang berwenang dapat mampu memanfaatkan kurikulum jenis ini untuk membantu anak didik secara maksimal.6
Pendidikan agama khususnya agama Islam adalah pendidikan yang secara kasat mata mengajarkan tentang akhlak atau budi pekerti siswa.Pembelajaran pendidikan agama menjadi penting karena menjadi pondasi perilaku siswa.Di tambah lagi di Indonesia yang beragam agama, suku bangsa, bahasa, dan lain sebagainya, menjadikan Indonesia multikultural.Untuk itu penting untuk menggali nilai-nilai pendidikan multikultural dalam
6
4
pendidikan agama Islam melalui kurikulum yang tersembunyi atau Hidden Curriculum.Khususnya di sekolah umum yang pembelajaran agamanya masih belum cukup banyak.
Dari paparan semua di atas untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dari kurikulum tersembunyi di SMAN 1 dan SMAN 2Grabag,maka peneliti mengambil judul penelitian sebagai berikutImplementasi Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Agama Islam (Telaah terhadap Hidden Curriculumdi SMAN 1 SMAN 2Grabag).
B. Rumusan Masalah
Dari judul di atas muncul beberapa rumusan masalah di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana muatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculumpembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2Grabag?
2. Sejauh mana implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculumpembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2Grabag?
3. Sejauh mana hasil implementasi nilai-nilai pendidikan multicultural dalam Hidden Curriculumpembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
b. Untuk menemukan sejauh mana implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag.
c. Untuk menemukan sejauh mana hasil implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculumpembelajaran PAI di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag.
2. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan ilmiah untuk perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI.
b. Secara praktis a). Bagi peneliti
1) Memberikan pengetahuan dan wawasan baru tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculumpembelajaran PAI.
2). Dapat mengetahui upaya apa yang harus dilakukan untuk membentuk pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI.
b). Bagi sekolah
1). Dapat meningkatkan pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI.
2). Sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan tentang nilai-nlai penddikan multikultural dalam pembelajaran PAI.
c). Bagi akademik
6
2). Dapat berguna untuk mewujudkan nilai-nilai penddikan multikultural dalam hidden curriculumpembelajaran PAI.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan judul di atas ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait, diantaranya sebagai berikut:
Dari artikelnya Erlan Muliadi yang berjudul Urgensi pembelajaran Agama Islam Berbasis Multikultural di Sekolah.Artikel ini menganalisis tentang pentingnya pembelajaran Agama Islam yang berbasis multicultural di sekolah.7
Artikelnya Husniyatus Salamah Zainiyati yang berjudul Pendidikan MultikulturalUpaya Membangun Keberagamaan Inklusif di Sekolah.Artikel ini membahas tentang pendidikanmultikultural sebagai upaya untuk mengajarkan perdamaian dan resolusi konflik yang terjadi pada keberagaman agama.8
Artikelnya Ali Murtadho yang berjudul Mengembangkan Pendidikan Multikultural Dalam Pembelajaran PAI.Artikel ini membahas tentang mengembangkan pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI.9
Artikelnya Edi Susanto yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Multikultural di Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional SMAN Pamekasan.Artikel ini membahas tentang pelaksanaan pendidikan agama berwawasan multikultural di sekolah rintisan bertaraf internasional.10
7Erlan Muliadi, “Urgensi pembelajaran Agama Islam Berbasis Multikultural di Sekolah”, Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 1, Number 1 (Juni 2012/1433), 55-68.
8Husniyatus Salamah Zainiyati, “Pendidikan Multikultural Upaya Membangun Keberagamaan Inklusif Di Sekolah”, Islamica, Volume 1, Number 2( Maret 2007), 135-145.
9
Ali Murtadho, “Mengembangkan Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran PAI”, Al -Tadzkiyyah, Volume 7, Number 2 (Mei 2016), 1-17.
7
Artikelnya Nur Kholik yang berjudul Peranan Sekolah Sebagai Lembaga Pengembangan Pendidikan Multikultural.Jurnal ini membahas tentang peran sekolah baik dari segi kurikulum, guru dan juga materinya dalam pengembangan pendidikan multikultural.11
Sedangkan fokus penelitian dalam tesis ini adalah implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (telaah terhadap
hidden curriculum) yaitu menelaah nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran pendidikan agama Islam melalui kurikulum tersembunyi atau hidden curriculumdi SMAN 1 dan SMAN 2Grabag.
2. Kerangka Teori
Dalam menganalisis penelitian ini penulis menggunakan acuan teori dari fungsi pendidikan secara mikro dan makro.Fungsi pendidikan secara mikro adalah membantu secara sadar perkembangan jasmani dan rohani pserta didik. Sedangkan fungsi pendidikan secara makro adalah sebagai alat: 1) pengembangan pribadi; 2) pengembangan warga Negara; 3) pengembangan kebudayaan; dan 4) pengembangan bangsa. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat.Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang berhubungan erat dengan pembangunan. Sekolah juga nantinya akan menerima input yang pada akhirnya memberikan output berupa manusia yang bermoral bangsa sesuai dengan falsafah negaranya.12
11Nur Kholik, “Peranan Sekolah Sebagai Lembaga Pengembangan Pendidikan Multikultural”,
Tawadhu, Volume 1, Number 2 (2017), 244-271. 12
8 a. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan cultural yang ada pada para siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Pendidikan multikultural sekaligus juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka. Dengan kata lain, dapat di gambarkan melalui sebuah
pribahasa “sambil menyelam minum air”. Artinya selain siswa diharapkan dapat
dengan mudah memahami, menguasai dan mempunyai kompetensi yang baik terhadap mata pelajaran yang diajarkan guru, siswa juga diharapkan nilai-nilai demokrasi, humanism dan pluralism di sekolah atau di luar sekolah.
Adapun tujuan akhir pendidikan multikultural ini adalah peserta didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi diharapkan juga bahwa para peserta didik akanmempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis, dan humanis.13
Multicultural education may help minority students examine inequity and the
factors that prevent them from enactment of their language and cultural
rights.14Pendidikan multikultural dapat membantu siswa minoritas memeriksa ketidakadilan danfaktor-faktor yang mencegah mereka dari pengesahan bahasa dan hak budaya mereka.
13
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural (Cross-cultural understanding untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media, 2005, 25-26.
14Yuxiang Wang and JoAnn Phillion, “Minority Language Policy and Practice in China:The Need for
9
The future of multicultural education and intercultural competencies might rest on taking into account similarities across national boundaries rather than solely differences; this would lead to a more complex and less one-sided picture of intercultural encounters.15
Masa depan pendidikan multikultural dan kompetensi antarbudaya mungkin terletak pada mempertimbangkan kesamaan di seluruh perbatasan nasional bukan hanya perbedaan; ini akan mengarah pada gambaran pertemuan interkultural yang lebih kompleks dan kurang satu sisi.
In areas like multicultural education, professionalism, and medical ethics, the
basic orientation of education and learning is fundamentally different than in the
biomedical or clinical sciences or practice-related fields.16
Di bidang-bidang seperti multikulturalpendidikan, profesionalisme, dan medis etika, orientasi dasar pendidikandan pembelajaran pada dasarnya berbeda daripada dalam ilmu biomedis atau klinisatau bidang yang terkait dengan praktik.
The multicultural education mentality should be provided with a school and education environment having the equality of opportunities regardless of their races, ethnicity, languages, religions, genders, cultural backgrounds, sociocultural status, and sexual orientations. 17
pendidikan multikultural harus disediakandengan lingkungan sekolah dan pendidikan yang memiliki persamaan kesempatan tanpa menghiraukannyaras, etnis, bahasa, agama, jenis kelamin, latar belakang budaya, status sosial budaya, dan seksualorientasi.
15Fred Dervin, “Multicultural Education in Finland: Renewed Intercultural Competencies to the
Rescue?”,International Journal of Multicultural Education, Volume 14, Number 3 (2012), 1-13. 16
Arno K. Kumagai, and Monica L. Lypson, “Beyond Cultural Competence: CriticalConsciousness, Social Justice, andMulticultural Education”, Academic Medicine, Volume 84, Number 6 ( June 2009), 782-787.
17Fatih Yılmaz, “
Multiculturalism and multicultural education: Acase study of teacher candidates‟
10 b. Nilai Multikultural dalam Islam
Ada banyak nilai-nilai multikultural khususnya dalam Islam.Ayat Al-Qur‟an yang sebagai dasar dari multikulturalisme adalah QS. Al-Hujurat ayat 13 sebagai berikut:
َي ا
رَكَذ نِّم مُك َنقَلَخ اَّنِإ ُساَّنلٱ اَهُّ ي
ِوَّللٱ َدنِع مُكَمَركَأ َّنِإ ْاوُفَراَعَ تِل َلِئاَبَ قَو ابوُعُش مُك َنلَعَجَو ىَثنُأَو
ٌيِبَخ ٌميِلَع َوَّللٱ َّنِإ مُك ىَقتَأ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Selain ayat Al-Qur‟an di atas, sebuah Hadist Rasullallah juga menerangkan tentang multikultural, yaitu sebagai berikut:
َّتلا ِماَّيَأ ِطَسَو ِفِ َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا ِلوُسَر َةَبْطُخ َعَِسَ ْنَم ِنَِثَّدَح َةَرْضَن ِبَِأ ْنَع
اَي َلاَقَ ف ِ يِرْشْر
َّنلا اَهُّ يَأ
َلََو ٍّيِمَجْعَأ ىَلَع ٍِّبَِرَعِل َلْضَف َلَ َلََأ ٌدِحاَو ْمُكاَبَأ َّنِإَو ٌدِحاَو ْمُكَّبَر َّنِإ َلََأ ُسا
ىَلَع ٍّيِمَجَعِل
: طوؤنرلِا بيعش يلعت دحْأ هاور(ىَوْقَّ تلاِب َّلَِإ َرَْحَْأ ىَلَع َدَوْسَأ َلََو َدَوْسَأ ىَلَع َرَْحَِْلِ َلََوٍّ يِبَرَع
) حيحص هدانسإ
Diriwayatkan dari Abi Nadhrah, telah menceritakan kepadaku orang yang
mendengar khutbah Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam di tengah hari-hari
tasyriq (yaitu khutbah wada‟), maka beliau bersabda: Wahai para manusia,
ingatlah sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan bapak kalian itu satu. Ingatlah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang ajam/ asing, dan tidak bagi orang ajam atas orang Arab, tidak bagi orang kulit merah atas kulit hitam, dan tidak bagi orang kulit hitam atas kulit merah kecuali dengan taqwa.
Nilai-nilai multikultural dalam Islam di antaranya adalah sebagai berikut:
11
2). Ummah (Hidup bersama), semua orang memiliki akses yang sama untuk tinggal di jagat raya ini, saling berdampingan, dan mengikat hubungan sosial dalam sebuah kelompok, komunitas, masyarakat, atau bangsa.
3). Rahmah (kasih sayang), yakni perwujudan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia yang diciptakan oleh Tuhan untuk berinteraksi satu sama lain atas dasar semangat saling mengasihi dan peduli.
4). Al-musawah, taqwa (egalitarianism), bahwa semua manusia adalah bersaudara dan mendapat perlakuan yang sama di hadapan Allah SWT. meskpun berbeda jenis kelamin, gender, ras, warna kulit, dan agama.
Nilai-nilai multikultural di atas untuk selanjutnya bisa diterapkan oleh semua orang khususnya pada siswa di sekolah. Adapun penerapan dari nilai-nilai multicultural di antaranya adalah sebagai berikut:
1). Ta‟aruf, ih san (saling mengenal dan berbuat baik), yaitu kesadaran dan
keinginan untuk tinggal bersama berdampingan dengan yang lain yang berbeda budaya, etnis, dan agama, agar dicapai wawasan sosial yang luas, saling bekerja sama, saling memberi dan menerima, serta siap berkurban.
12
3).Takrim (saling menghormati), saling menghormati merupakan nilai-nilai unifersal yang ada dalam semua agama dan budaya di mana kita dapat mempersiapkan diri kita untuk mendengarkan pendapat dan perpektif yang berbeda, juga untuk menghormati nama baik (kemuliaan) dari berbagai individu maupun kelompok.
4). Fastabiq al-khairat, (berlomba kebaikan) persamaan dalam perbedaan dapat mendukung terjalinya komunikasi dan kompetisi antar individu dan kelompok untuk memperoleh harga diri dan mutu yang lebih tingi pada semua aspek keidupan sosial.
5). Amanah (saling mempercayai), untuk menjaga sikap saling mempercayai dalam hubungan antarsesama manusia.
6). usnu al-z on (berpikir positif), agar dapat memiliki sikap berfikir positif berarti harus lah awas dalam menghakimi seseorang/sesuatu dan berusaha untuk mencari klarifikasi dari sumber atau tangan pertama.
7). Tasamuh, toleransi,artinya menerima kebebasan beragama dan berekspresi serta menghormati perbedaan dan keragaman dalam agama, budaya, dan etnis.
8). „Afw, magfirah, (pemberian/permohonan ampunan), memberi maaf berarti
13
9). S ulh (perdamaian atau rekonsiliasi), yakni jalan yang terpilih untuk mengumpulkan konsep kebenaran, ampunan, dan keadilan, setelah kekerasan terjadi.
10). Islah atau resolusi konflik, perilaku ini menekankan pada kekuatan hubungan antara dimensi psikologis dan kehidupan politik masyarakat melalui kesaksian bahwa penderitaan individu atau kelompok tentulah akan tumbuh dengan cepat bilamana kita dapat memahami, mengampuni, dan menyelesaikan konflik.
Selain itu muatan nilai multikultural dalam Islam memiliki tujuan adalah sebagai berikut:
1). S ilah, salam(perdamaian), yakni membangun perdamaian, menjaga perdamaian, dan membuat perdamaian.
2). Layyin( lemah lembut atau budaya anti-kekerasan), yakni perilaku, perkataan, sikap, perbuatan, serta berbagai struktur dan sistem yang memelihara dan menjaga fisik, mental, sosial, dan lingkungan menjadi aman dan damai.
3). „Adl (keadilan), keseimbangan sosial yang memuat rasa peduli, saling berbagi, serta sikap moderat dalam merespon perbedaan, jujur, dan terbuka dalam sejala sudut pandang atau perbuatan.18
18
14
c. Hidden Curriculum (kurikulum tersembunyi)
Istilah hidden curriculum menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh didalamnya berlangsungnya pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolahan yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah.19 Di dalam praktek pendidikan yang dibicarakan secara sempit, hidden curriculum meliputi pengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuan, hubungan guru dengan peserta didik, aturan atau prosedur kelas, isi buku teks secara implisit, perbedaan peranan peserta didik menurut jenis kelamin dan struktur kenaikan kelas. Dalam pembicaraan, hidden curriculum secara lebih luas berkaitan dengan hasil pendidikan yang meliputi sosialisasi politik, kepercayaan, kepatuhan, pelajaran tentang nilai dan adat budaya, pengembangan sikap terhadap kekuasaan dan penguatan perbedaan kelas. Dengan kata lan, merupakan apa saja yang ada hubungannya dan mempengaruhi pelaksanaan kurikulum dan pendidikan.20
19
Subandjah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT RajaGrafindo, 1993, 25.
20
15
Selain pengertian di atas tentang hidden curriculum banyak para ahli kurikulum yang mengajukan konsepsi maupun pengertian hidden curriculum, diantaranya sebagai berikut:
1). Dreeben memfokuskan pada “apa yang dipelajari di sekolah” sebagai suatu fungsi
struktur sosial kelas dan latihan otoritas guru.
2). Kohlberg mengidentifikasikan hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peranan guru dalam mentransformasikan standar moral.
3). Henry cenderung pada hubungan antara siswa dengan guru, aturan untuk mengatur hubungan tersebut dan peranan aturan ini dalam mendidik untuk kepatuhan
(decolitas).
4). Kritisi sosial seperti Goodman, Friendenberg, Reiner dan Illich menggunakan konsepsi hidden curriculum sebagai aturan untuk mengidentifikasikan dan menjelaskan penguatan sekolah mengenai struktur kelas dan norma sosial tertentu.21
Di dalam praktek pendidikan yang dibicarakan secara sempit, hidden curriculum
meliputi pengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuan, hubungan guru dengan peserta didik, aturan atau prosedur kelas, isi buku teks secara implisit, perbedaan peranan peserta didik menurut jenis kelamin dan struktur kenaikan kelas. Dalam pembicaraan,
hidden curriculum secara lebih luas berkaitan dengan hasil pendidikan yang meliputi sosialisasi politik, kepercayaan, kepatuhan, pelajaran tentang nilai dan adat budaya, pengembangan sikap terhadap kekuasaan dan penguatan perbedaan kelas. Dengan kata
21
16
lain, merupakan apa saja yang ada hubungannya dan mempengaruhi pelaksanaan kurikulum dan pendidikan.22
One of the most important contribution to curriculum thinking in the last few decades has been clarification of what is knonw as the hiddn curriculum. From a theoretical viewpoint ,we may talk about theplanned curriculum,which is the object of intentional and formal curriculum planning procedures, and the hidden curriculum wich is not ordinarily addressed through regular curriculum planning but which nevertheless influences what and how student learn.23
Salah satu kontribusi paling penting bagi pemikiran kurikulum dalam beberapa dekade terakhir adalah klarifikasi tentang apa yang disebut kurikulum tersembunyi. Dari sudut pandang teoritis, kita dapat berbicara tentang kurikulum yang direncanakan, yang merupakan objek prosedur perencanaan kurikulum yang disengaja dan formal, dan kurikulum tersembunyi yang biasanya tidak dibahas melalui perencanaan kurikulum reguler tetapi yang mempengaruhi apa dan bagaimana siswa belajar.
Hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) dapat dipandang sebagai alat (vehicle) untuk pertumbuhan moral peserta didik.Hidden curriculum dapat menggambarkan suasana adil, memberikan semua perubahan untuk ikut serta dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan untuk pencapaian hasil belajar secara wajar.Kurikulum semacam ini dapat dikatakan mempunyai nilai lebh daripada kurikulum formal (resmi secara terencana) dan ikut memberi pengaruh dan menentukan makna harga diri para peserta didik.Saran yang diajukan terhadap kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) adalah agar menciptakan situasi atau keadaan yang konsisten dan serasi dengan idealnya kurikulum formal.
22
Subandjah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum…, 27. 23
17
Agar kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dapat menjadi konsisten dengan kurikulum formal terprogram maka pengembangan kurikulum harus menguji konsekuensi sifat khusus dengan tiga kategori sebagai berikut:
a. Organisasional, meliputi masalah waktu, fasilitas dan bahan.
b. Interpersonal, adalah terjadinya hubungan antara guru dengan peserta didik, guru dengan para administrator sekolah, guru dengan orang tua peserta didik, serta peserta didik dengan peserta didik.
c. Institusional, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan (policy), prosedur pengarahan, acara ritual, struktur sosial, kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan peserta didik dan masyarakat.24
The foregoing analysis of differences in schoolwork in contrasting social class contexts suggests the following conclusion: the “hidden curriculum” of schoolwork is tacit preparation for relating to the process of production in a particular way. Differing curricular, pedagogical, and pupil evaluation practices emphasize different cognitive and behavioral skills in each social setting and thus contribute to the development in the children of certain potential relationships to physical and symbolic capital, to authority, and to the process of work. School experience, in the sample of schools discussed here, differed qualitatively by social class.25
Analisis sebelumnya tentang perbedaan dalam tugas sekolah dalam konteks kelas sosial yang berbeda menunjukkan kesimpulan berikut: "kurikulum tersembunyi" dari pekerjaan sekolah adalah persiapan diam-diam untuk berhubungan dengan proses produksi dengan cara tertentu. Praktek evaluasi kurikuler, pedagogis, dan murid yang berbeda menekankan kemampuan kognitif dan perilaku yang berbeda dalam setiap lingkungan sosial dan dengan demikian berkontribusi pada perkembangan pada anak-anak dari hubungan potensial tertentu dengan modal fisik dan simbolik, kepada otoritas, dan untuk proses kerja. Pengalaman sekolah, dalam sampel sekolah yang dibahas di sini, berbeda secara kualitatif oleh kelas sosial.
24
Subandjah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum…, 28-29. 25
18
Yet little attention has been paid to theteaching about citizenship which already takes place - not in the formalcurriculum (as represented in syllabuses, lesson plans and attainment tests) -in the hidden curriculum, i.e. the "unstated norms, values, and beliefsembedded in and transmitted to students through the underlying rules thatstructure the routines and social relationships in school and classroom life".26
Namun sedikit perhatian telah diberikan kepadamengajar tentang kewarganegaraan yang sudah terjadi - tidak dalam bentuk formalkurikulum (seperti yang diwakili dalam silabus, rencana pelajaran dan tes pencapaian) -dalam kurikulum tersembunyi, yaitu "norma, nilai, dan keyakinan yang tidak dinyatakan"tertanam dan ditransmisikan ke
siswamelalui aturan yang mendasari itu
struktur rutinitas dan hubungan sosial di sekolah dan kehidupan kelas”.
d. Aspek Hidden Curriculum
Glatthorn menyatakan bahwa ada dua aspek dalam hidden curriculum, yaitu aspek yang relatif tetap dan aspek yang dapat berubah.Hal yang dimaksud dengan aspek relatif tetap adalah ideologi, keyakinan, nilai budaya masyarakat yang memengaruhi sekolah dalam arti bahwa budaya masyarakat yang menetapkan pengetahuan mana yang perlu diwariskan dan mana yang tidak perlu diwariskan pada generasi mendatang suatu bangsa.Sistem pengelolaan sekolah, ruang kelas, aturan yang diterapkan, pola pengelompokan peserta didik, kesemuanya berpengaruh pada diri peserta didik.Aspek yang dapat berubah meliputi variabel organisasi sistem sosial dan kebudayaan.Variabel organisasi meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, bagaimana sistem kenaikan kelas (promosi) dilakukan.Sistem sosial meliputi bagaimana pola hubungan sosial guru dengan guru; guru dengan kepala sekolah; guru dengan peserta didik; dan guru dengan staf sekolah lainnya.
26
19
Selain aspek di atas hidden curriculum juga memiliki dimensi-dimensi, seperti yang dikemukakan oleh Bellack dan Kliebard, tiga dimensi itu sebagai berikut:
1). Hidden curriculum dapat menunjukkan pada suatu hubungan sekolah, yang meliputi interaksi guru, peserta didik, struktur kelas, keseluruhan pola organisasional peserta didik sebagai mikrokosmos sistem nilai sosial.
2). Hidden curriculum dapat menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan di dalam atau di luar sekolah yang meliputi hal-hal yang memiliki nilai tambah, sosialisasi, pemeliharaan struktur kelas.
3). Hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat kesenjangan (intensionalitas) yang ke
dalam “ketersembunyian” seperti halnya yang dihayati oleh para peneliti, tingkat yang
berhubungan dengan hasil yang bersifat incidental. Bahkan hal ini kadang-kadang tidak diharapkan dari penyusunan kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi sosial pendidikan.27
Another aspect of the hidden curriculum is the way in which the school portrays
itself to the general society so as to maintain its acceptance.28
Aspek lain dari kurikulum tersembunyi adalah cara di mana sekolah menggambarkan dirinya ke masyarakat umum untuk mempertahankan penerimaannya.
E. Metode penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitianField Research (penelitian lapangan).Penelitian lapangan (Field Research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai
27
Subandjah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum…, 26. 28
20
metode untuk mengumpulkan data kualitatif.Ide pentingnya adalah bahwa peneliti
berangkat ke „lapangan‟ untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau „in situ‟.Dalam hal demikian maka pendekatan ini
terkait erat dengan pengamatan-berperanserta. Peneliti lapangan biasanya membuat catatn lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.29Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.
2. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini antara lain guru PAI di SMAN 1 dan SMA N 2 Grabag, Waka Kurikulum, dan beberapa siswa di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag, Magelang. 4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Dengan observasi peneliti mengobservasi sikap dan perilaku siswa di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag yang berkaitan dengan implementasi pendidikan multikultural dalam hidden curriculumpembelajaran PAI.
b. Wawancara mendalam
Wawancara ini dilakukan dengan kepala sekolah, waka kurikulum, guru-guru (khususnya guru-guru PAI) dan siswa-siswi di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag yang terkait dengan implementasi pendidikan multikultural dalam hidden curriculum dalam pembelajaran PAI.
29
21 c. Dokumentasi
Dengan dokumentasi peneliti mencari data dari dokumen-dokumen penting, gambar, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan implementasi pendidikan multikultural dalam hidden curriculum dalam pembelajaran PAI. d. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dengan menganalisis dari sekumpulan hasil wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya sehingga data penelitian memiliki banyak variasi. Proses analisis data dimulai dengan mengorganisasikan seluruh data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber tadi. Data tersebut kemudian diberi kode-kode dan dikelompokkan sesuai dengan tema permasalahan atau pertanyaan penelitian.Setelah dikelompokkan dalam satu tema yang sama, data kemudian dibaca kembali, ditelaah dan dipelajari.
Data yang telah dikelompokkan tersebut kemudian disusun kembali menjadi abstraksi atau rangkuman inti sesuai dengan tema atau permasalahan yang diteliti. Proses analisis kemudian dilakukan peneliti dengan mengembangkan abstraksi tersebut menjadi paparan yang mendalam berdasarkan pemahaman peneliti selama proses pengumpulan data sampai menemukan esensi dari fenomena yang diteliti. Peneliti menjelaskan secara sistematis dan logis tentang bagaimana fenomena itu terjadi.Untuk membantu agar peneliti mampu menganalisis data secara mendalam dengan penjelasan yang tepat, peneliti dapat mengkaji kepustakaan, mengkonfirmasikan temuan dengan teori yang telah ada sebelumnya.30
30
22
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman dalam tesis ini, maka akan dikemukakan sistematika hasil yang secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal meliputi: halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan, nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Bab I: Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah signifikansi penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan tesis.
Bab II: Deskripsi Data Penelitian, meliputi deskripsi data penelitian yang didapat di lapangan mengenai muatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam
Hidden Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag. Bab III: Analisis Data Penelitian, meliputi analisis data mengenai implementasi
nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag.
Bab IV: Hasil Penelitian, meliputi hasil implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag.
Bab V: Penutup, meliputi kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir
23
BAB II
MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM
HIDDEN CURRICULUM
A. Data Penelitian di SMA N 1 Grabag
1. Profil SMA N 1 Grabag
SMA Negeri 1 Grabag merupakan sekolah negeri yang berkedudukan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.Lokasinya berada di Kecamatan Grabag, ± 22 km dari Kota Magelang dan ± 35 km dari Kota Mungkid. Sekolah dengan nuansa pedesaan, ini terletak di ketinggian ± 1200 m dpl dengan hawa sejuk, menjadikan SMA Negeri 1 Grabag sangat cocok untuk kegiatan belajar mengajar.
SMA Negeri 1 Grabag diresmikan pada tanggal 2 Juni 1981 dengan nama Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA) Grabag oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daoed Joesoef. Pada awal berdirinya, SMA Negeri Grabag menumpang di SMP Negeri 1 Grabag. Baru pada tanggal 20 Juli 1981, SMA Negeri Grabag menempati bangunan baru di dusun Susukan, Desa Grabag, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Dengan berdirinya SMA Negeri 2 Grabag di Desa Kalikuto, Kecamatan Grabag sekitar tahun 1997, maka SMA Negeri Grabag berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Grabag.
SMA Negeri I Grabag termasuk sudah Sekolah Standar Nasional, dengan sarana prasarana 30 ruang kelas, 5 ruang laboratorium, dan 1 ruang perpustakaan. Dengan tenaga pengajar 57.Jumlah murid keseluruhan tahun ini 827, 353 laki-laki dan 474 perempuan. Visi Sekolah SMA N I Grabag
24 Misi Sekolah SMA N I Grabag
a. Menumbuhkembangkan keimanan dan ketakwaan melalui pengamalan ajaran agama masing-masing.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan komitmen terhadap tugas pokok serta fungsinya.
c. Meningkatkan sistem dan kualitas pembelajaran dan bimbingan yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
d. Menanamkan keteladanan dan budi pekerti melalui pengembangan kultur sekolah yang sesuai dengan norma keagamaan, norma sosial kemasyarakatan, dan norma kebangsaan.
e. Meningkatkan kerjasama antara sekolah dengan orang tua, masyarakat, atau instansi lain.
f. Mengembangkan potensi dan kreatifitas warga sekolah yang unggul dan mampu bersaing baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.
Tujuan Sekolah SMA N I Grabag
a. Terselenggaranya budaya sekolah yang religius sehingga menghasilkan lulusan yang beriman dan berakhlak mulia.
b. Tersedianya tenaga pendidik dan kependidikan yang professional.
c. Tercapainya peningkatan perolehan rata-rata ujian sekolah dan ujian nasional.
25
e. Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, atau jalur mandiri, baik melalui jalur bidik misi atau jalur umum.
f. Tercapainya peningkatan kerjasama dengan orang tua, masyarakat sekitar, dan instansi lain.
g. Terwujudnya pelayanan yang cepat, tepat, dan memuaskan kepada masyarakat. h. Terwujudnya budaya belajar, membaca, dan menulis.
i. Terwujudnya lingkungan dan budaya yang kondusif, indah, nyaman dan menyenangkan sebagai wahana kegiatan belajar bagi seluruh warga sekolah.
2. Muatan Nilai-nilai Pendidikan Multikultural
Ada beberapa muatan nilai-nilai pendidikan multikultural di SMA N 1 Grabag seperti yang diungkapkan oleh Bu Hanum guru PAI sebagai berikut:
Sebenarnya muatan tentang multikultural itu tidak ada dalam kurikulum cuma ada beberapa point yang diajarkan .seperti dalam kelas XII ini diajarkan khususnya dalam QS Ali-Imron ayat 190, 191, 159 ayat ini mengajarkan tentang multikultural toleransi demokrasi kebebasan berpikir, pluralitas ,salah satu bagian multikultural. Selain itu, terkadang gabungan budaya masyarakat yang ada di daerah grabag dengan agama Islam.
Memang tentang kebebasan berpikir dan pluralitas sangat penting diajarkan kepada siswa, dimana masa SMA adalah masa transisi dari remaja ke dewasa harus ada ruang untuk berpikiran yang luas tapi masih dalam batas, misal ada batas soal keyakinan seperti yang disampaikan oleh Agus siswa kelas XII IPA IV SMA N I
Grabag sebagai berikut: “Saya di suruh saling menghargai antar beda agama,misal
dalam satu kelas ada yang beda agama, anggap sama, tapi soal ibadah bisa membedakannya.”
Selain nilai-nilai di atas di SMA N 1 Grabag ada juga nilai-nilai tanggung jawab, disiplin dan lain-lain, seperti yang diungkapkan oleh Waka Kurikulum Bu
26
tentang kedisplinan, tentang kerja sama, tentang empati terhadap sesama, tentang sopan santun, dan disini juga diajarkan tentang salam, sapa, senyum.
Nilai-nilai yang ada di SMA N 1 Grabag diupayakan dapat diterapkan pada perbuatan atau amaliyah, seperti yang diungkapkan oleh Pak Bahrodin guru PAI
sebagai berikut:“Muatan disini sangat mengembangkan karakter yang telah di bawa
dari rumahnya, artinya melanjutkan kebiasaan-kebiasaan ibadah, di samping yang ada di kurikulum, selalu berkaitan dengan budi pekerti di implementasikan dalam amaliyah.” Nilai yang diwujudkan dalam amaliyah itu seperti tolong menolong dan saling membantu seperti yang disampaikan oleh Fini siswa kelas XII IPA IV sebagai berikut:
Setiap guru tidak hanya guru agama dan guru Pkn, semuanya mengajarkan untuk menghargai teman, tidak membedakan, sama teman untuk membantu saat ada kesulitan, dan sekiranya tidak menyinggung soal keimanan kita, soal ibadah kita, kita saling toleransi sesama.
Nilai serupa juga disampaikan oleh Syafrina siswa kelas XII IPA IV sebagai
berikut: ”Diajarin toleransi, untuk menghargai satu sama lain, membantu saat teman
kesusahan, yang beda agama juga tidak membedakan satu sama lain.”
Selain soal menghargai yang diajarkan siswa secara teori, guru juga memberkan contoh langsung sikap menghargai kepada siswa seperti menyambut kedatangan siswa di pagi hari, seperti yang disampakan oleh pak Bahrodin guru PAI sebagai berikut:
27
Nilai-nilai positif khususnya yang berkaitan dengan pendidikan multikultural memang sangat penting untuk membentuk karakter siswa yang tidak hanya berwawasan luas tapi juga berakhlak mulia.
B. Data Penelitian di SMA N 2 Grabag
1. Profil SMA N 2 Grabag
Sekolah SMA N 2 Grabag berdiri pada tanggal 5 Oktober 1995, berlokasikan di desa Kalikuto RT 02/ RW 01. Jl Raya Grabag 46 Kalikuto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Berdasarkan analisis konteks, SMA Negeri 2 Grabag menetapkan visi lembaga Satuan Pendidikan. Visi merupakan impian/harapan dan cita-cita yang ingin dicapai oleh warga sekolah, merupakan keinginan dan pernyataan moral yang menjadi dasar atau rujukan dalam menentukan arah dan kebijakan pimpinan dalam membawa gerak langkah organisasi menuju masa depan yang lebih baik, sehingga eksistensi/keberadaan organisasi (sekolah) diakui oleh masyarakat. Visi sekolah diharapkan akan memberikan inspirasi, motivasi dan kekuatan bagi seluruh warga sekolah yang berkepentingan terhadap masa depan lembaga Satuan Pendidikan.
Visi Sekolah
Visi SMA N 2 Grabagadalah sebagai berikut:
“Kompetitif, mandiri, dan religius”
Indikator visi:
a. Kompetitif artinya mampu bersaing dalam bidang akademik maupun nonakademik
b. Mandiri artinya tidak bergantung pada orang lain dalam meraih prestasi
28
Misi Sekolah
Misi SMA N 2 Grabag merupakan upaya atau tindakan yang akan dilakukan oleh warga sekolah untuk mewujudkan visi sekolah. Misi sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kompetisi dalam bidang akademik dan nonakademik
b. Menigkatkan daya saing untuk masuk ke perguruan tinggi yang berkualitas c. Mengenali potensi diri untuk berkembang secara optimal
d. Membentuk pribadi yang tidak bergantung pada orang lain e. Membentuk pribadi yang disiplin, bertanggung jawab, dan jujur f. Membina warga sekolah yang taat terhadap ajaran agamanya
2. Muatan Nilai-nilai Pendidikan Multikultural
Muatan nlai-nilai pendidikan multikultural yang ada di SMA N 2 Grabag ditekankan pada sikap/attitude, moral dan akidah seperti yang diungkapkan oleh guru PAI SMA N 2 Grabag, Bu Dian sebagai berikut:
Dalam pembelajaran PAI banyak sikap yang ditanamkan, baik dari segi akidah, ibadah, dan lain-lain. Kalau di SMA ini yang lebih ditekankan attitude/ sikap, bagaimana berperilaku kepada orang tua, bapak ibu guru, teman sebaya, terutama kalau sudah di masyarakat lebih diutamakan. Pembelajaran PAI tidak mengarahkan pendalaman materi yang detail tapi lebih ke dasar-dasarnya.
Selain itu juga, diungkapkan oleh Waka Kurikulum tentang nilai-nilai yang ada d SMA N 2 Grabag Bu Jumiyati yaitu sebagai berikut: “Sekolah ini menerapkan
nilai 5 S yaitu senyum, sapa, salam, sopan, santun.” Nilai saling menghargai beda
agama juga diajarkan seperti yang diungkapkan oleh guru PAI Pak Isa sebagai
berikut:”Saling menghargai, yang bersumber dari gurunya yang menanamkan untuk
menghargai walaupun beda keyakinan.”
29
berikut:”Mengajarkan menghormati dan menghargai, antar sesama teman, rukun
antar sesama manusia.” Nilai saling tolong menolong juga diajarkan kepada siswa
seperti yang disampaikan oleh Santi siswa kelas X IPA I sebagai berikut:”Karena
guru agama mengajari menghormati, menghargai, saling tolong menolong, tidak membeda-bedakan teman.” Diajarkan juga untuk tidak pilih-plih dalam berteman dan jangan ada saling mengejek atau membuli seperti yang disampaikan oleh Zulia siswa
kelas XI IPA II sebagai berikut:”Menghormati, menghargai, tidak pilih-pilih teman,
saling tolong menolong.” Dan disampaikan oleh Peta siswa kelas XI IPA II sebagai
berikut:”Saling menghargai antar sesama teman dengan adanya perbedaan, sehingga
dapat belajar dengan baik saat pembelajaran, akrab, tidak ada pembulian.”
30
BAB III
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM
HIDDEN CURRICULUM
A. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Hidden Curriculum di
SMA N I Grabag
Ada berbagai cara yang digunakan untuk menerapkan atau mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan multikultural, salah satunya yang diungkapkan oleh guru PAI SMA N 1 Grabag, Bu Hanum sebagai berikut:
Penerapannya dalam satu semester biasanya ada pertunjukkan kemudian seperti tahun kemarin saya mengajarkan multikultural mencampurkan antara buadaya Islam dan budaya Jawa, karena anak suka seni jadi saya gabungkan antara solawat dengan permainan musiknya ada angklung gamelan hadroh, organisasi Rohis mengadakan acara berbagi kemarin, pada kegiatan bulan Ramadhan membagikan takjil gratis. Karena di sekolah ini tidak hanya Islam saja, kita ajarkan tata cara toleransi seperti apa, menghargai agama lain seperti apa, tidak menutup kemungkinan acara-acara pada bulan Ramadhan mereka yang non Islam bergabung dengan kita, bagian layout, dan mereka antusias sekali dan juga pembagian sembako gratis setiap tahunan, kita data anak baik yang muslim atau non muslim bagi yang mmbutuhkan, anak yang iuran sodaqoh dari anak kembali ke anak, pembagian diberikan kepada yang membutuhkan saja tidak semuanya dapat, dan untuk masalah daging kurban setiap tahunnya ada pelatihan daging kurban yang dapat tidak hanya yang muslim tapi juga non muslim dapat, jadi merata.
Selain penerapan seperti yang diungkapkan di atas ada juga penerapan pada
pembiasaan hafalan do‟a dan praktek ibadah, seperti yang diungkapkan oleh Pak
Bahrodin guru PAI SMA N 1 Grabag sebagai berikut:
Penerapannya saya memberikan penilaian, setiap hari setiap mengadakan pembelajaran saya biasakan suatu perbuatan, hafalan doa-doa, penelitian, praktek melakukan kegiatan ibadah.Dan juga meningkatkan keimanan dan memberikan pencerahan pada siswa saat siswa ada permasalahan-permasalahan.Selain itu juga membina kecerdasan emosioanal dari tiap-tiap anak untuk bisa memilah-milah mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang kurang baik.
31
agama Islam untuk siswa dapat terhindar dari hal-hal yang buruk dan mengajarkan akhlak yang baik dan menghargai satu sama lain
Selain itu juga disampaikan oleh Pak Bahrodin untuk saling berbagi dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah seperti berikut ini:
Pada kegiatan hari raya besar Idul Adha, Isra‟ Mi‟raj, kegiatan hari besar agama,
pengajian atau dengan cara kedermawan-kedermawaan kepada orang lain, berbakti kepada masyarakat, setiap harinya, setiap jam-jam sholat Dzuhur dan Asar, seruan untuk sholat, betapa penting artinya sebagai seorang siswa mau sholat di tempat belajarnya, menunaikan ibadah sholat, memberikan kultum atau pengajian oleh bpk
ibu guru, setiap hari jum‟at sholat jumat di sini, wajib bagi siswa laki-laki. Saya masukkan berbagai contoh perbuatan-perbuatan, implementasi dari contoh kehidupan sehari-harinya, mmberikan tugas dan saya ajak menyelasaikan masalah yang timbul atau di temukan dari tugas, latihan, dibahas bersama untuk menemukan solusi pelaksanaannya atau sumber hukumnya.
Pembelajaran yang telah diungkapkan oleh pak Bahrodin dirasakan oleh Agus siswa kelas XII IPA VI pada kegiatan-kegiatan sekolah sebagai berikut: “Kegiatan sholat berjamaah, memperingati hari besar Islam, belajar berkorban, membayar zakat
ketika menjelang Idul Fitri.”
Penerapan pendidikan multikultural juga diterapkan pada saling menghargai
agama lain seperti yang diungkapakan oleh Bu hanum guru PAI berikut ini: “Ada
guru yang non muslim begitu juga siswanya, saling menghargai sekali, orangnon muslim toleransinya pun bagus sekali, muslim merayakan hari besarnya mereka mendukung,mendukung bahkan juga mengucapkan.” Hal serupa disampaikan dan dirasakan oleh para siswa diantaranya oleh Agus siswa kelas XII IPA IV sebagai berikat: “Sama teman tidak membedakan satu sama lain, mereka mempersatukan kita mereka tidak menganggap agama mereka paling benar, mereka selalu menghargai apakeyakinan teman masing-masing.” Disampaikan juga oleh Fa‟izal siswa kelas XI
IPS I sebagai berikut: “Pada acara Pensi missal lomba rebana, siswa yang non muslim
32
disampaikan Syafrina siswa kelas XII IPA IV sebagai berikut: “Karena tidak cuma
Islam saja ada yang non Islam tidak beda-bedakan satu sama lain, saling tuker-tuker pikiran.”
a. Tauhid (mengesakan Tuhan), adalah hal penting yang harus diterapkan kepada siswa, karena nilai ketauhidan adalah dasar bagaimana siswa mengenal Tuhannya, dan mengenal siapa yang menciptakannya. Tidak hanya mengenalkan saja tetapi juga, memberikan pengetahuan dan bimbingan apa yang wajib dilaksanakan dan apa yang dilarang oleh Tuhannya. Penanaman nilai ketauhidan bisa dilakukan dengan cara seperti setiaphari mengadakan pembiasaan hafalan do‟a-do‟adan melakukan praktek kegiatan ibadah, seperti sholat jamaah dhuzur dan asar di masjid sekolah dan pengajian.31 Selain itu juga, sangat penting bagi guru mengajarkan kaidah-kaidah dalam agama Islam untuk siswa agar dapat terhindar dari hal-hal yang buruk.32 Tidak hanya kaidah-kaidah Islam yang diajarkan tapi juga mengajarkan tentang akhlak-akhlak yang baik.33
b. Ta‟aruf, ih san (saling mengenal dan berbuat baik), yaitu kesadaran dan keinginan untuk tinggal bersama berdampingan dengan yang lain yang berbeda budaya, etnis, dan agama, agar dicapai wawasan sosial yang luas, saling bekerja sama, saling memberi dan menerima, serta siap berkurban. Sikap seperti di atas dapat diterapkan pada kegiatan kedermawan-kedermawaan kepada orang lain dan berbakti kepada masyarakat. Selaian itu juga, guru memberikan tugas atau latihan dan mengajak para siswa untuk menyelesaikan masalah yang timbul atau yang siswa temukan dari tugas yang diberikan, untuk selanjutnya dibahas bersama untuk menemukan
31
Wawancara dengan Bahrodin, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 32
Wawancara dengan Muhammad Guntur, Siswa Kelas XI IPS I SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 33
33
solusinya dan pelaksanaannya.34 Kemudian, pada hari-hari besar keagamaan siswa diajarkan untuk belajar berkorban pada hari raya Idul Adha dan belajar membayar zakat ketika mnjelang hari raya Idul Fitri.35Guru juga mengajarkan bagaimana cara berbagi, melalui kegiatan pada bulan Ramadhan dengan membagikan takjil gratisdan setiap tahunnya ada iuran sodaqoh dari siswa ke siswa yang akan digunakan untuk pembagian sembako secara gratis bagi siswa yang kurang mampu.36
c. Tafahum (saling memahami), kesadaran bahwa nilai-nilai mereka dan kita adalah berbeda. Bahwa kita bisa melengkapi satu sama lain dan memberikan kontribusi pada hubungan yang dinamis terhadap pihak lain. Sahabat yang sejati adalah partner dialog yang senantiasa memperlihatkan komitmen mereka untuk mencapai platform yang sama, memahami perbedaan, persamaan dan keunikan masing-masing. Dalam hal ini, contoh penerapannya pada perayaan hari besar keagamaan mereka saling mendukung antar umat beragama dalam melaksanakan perayaan hari besar keagamaan baik guru maupun siswa.37 Selain itu, memahami perbedaan yang ada, tidak memilah-milah dan terpecah-pecah tetapi dengan perbedaan itu dapat mempersatukan semuanya.38
d. Takrim (saling menghormati), saling menghormati merupakan nilai-nilai universal yang ada dalam semua agama dan budaya di mana kita dapat mempersiapkan diri kita untuk mendengarkan pendapat dan perpektif yang berbeda, juga untuk menghormati nama baik (kemuliaan) dari berbagai individu maupun kelompok. Menerapkan sikap saling menghormati harus dilakukan dengan terus menerus,
34
Wawancara dengan Bahrodin, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 35
Wawancara dengan Agus Supriyanto, Siswa Kelas XII IPA VI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 36
Wawancara dengan Hanum Jazimah Puji Astutik, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 37
Wawancara dengan Hanum Jazimah Puji Astutik, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 38
34
dengan mengajarkan tidak saling mengolok-olok satu sama lain.39 Sikap seperti ini diajarkan misal pada acara Pensi lomba rebana, siswa yang non muslim tetap berpartisipasi dan mendukung terselenggaranya acara tersebut.40
e. Tasamuh, toleransi, artinya menerima kebebasan beragama dan berekspresi serta menghormati perbedaan dan keragaman dalam agama, budaya, dan etnis. Karena di sekolah SMA yang sekolah tidak hanya islam saja, maka guru mengajarkan tata cara bertoleransi seperti apa, menghargai agama lain seperti apa, dan tidak menutup kemungkinan pada acara-acara Ramadhan mereka yang non Islam ikut bergabung dalam acara tersebut, seperti ikut andil pada pembuatan mading, mereka ikut pada bagian layout, dan mereka antusias sekali.41 Selain tu, guru juga mengajarkan untuk menghargai satu sama lain, terlebih pada siswa yang beda agama untuk tidak membeda-bedakan agama satu dengan yang lainnya.42
B. Implementasi Nilai-nilai pendidikan Multikulturaldalam Hidden Curriculum di
SMA N 2 Grabag
SMA N 2 Grabag menerapkan sistem pembiasaan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan multikultural seperti yang diungkapkan oleh guru PAI Bu Dian sebagai berikut:
Penerapannya yang sering dilakukan pembiasaan. Pembelajaran PAI pada awal pembelajaran dilakukan membaca Asmaul Husna, dan 5 menit membaca Al-Qur‟an, pendidikan moral, dan akidah. PAI adalah penentu perilaku siswa, attitude/ sikap siswa yang ada di sini ditentukan bagaimana dia bertindak menghormati gurunya, saling tutur sapa tidak buli antar teman, menghindari hal-hal kekerasan, karena sekarang yang lebih ditakutkan buli, kekerasan antar teman tapi untuk sekolah kami sudah terminimalisir, tapi untuk buli masih ada satu atau dua, karena pengaruh teman dan lingkungan.
Nilai yang lain guru ajarkan juga kepada siswa tentang bagaimana berhubungan dengan Tuhannya, bahkan guru ajarkan juga bagaimana berhubungan dengan manusia
39
Wawancara dengan Bahrodin, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 40
Wawancara dengan Fa‟izal Masduqi, Siswa Kelas XI IPS I SMA N I Grabag, 26 Juli 2018.
41
Wawancara dengan Hanum Jazimah Puji Astutik, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 42
35
tidak hanya kepada Tuhannya, seperti yang disampaikan oleh Kustia siswa kelas XI
IPA II SMA 2 Grabag sebagai berikut:”Pembelajaran PAI tidak hanya tentang
hubungan kepada Allah saja, tapi juga hubungan kepada sesama manusia.” Tentang hubungan dengan manusia guru ajarkan untuk saling tolong-menolong kepada sesama, seperti yang disampaikan oleh Santi Rahayu siswa kelas X IPA I sebagai
berikut:”guru agama mengajari menghormati, menghargai, saling tolong menolong,
dan tidak membeda-bedakan teman.” Berbuat baik dan tolong-menolong dilakukan pada praktek-praktek pembagian zakat, pembagian daging kurban, dan lain-lain,
seperti yang diungkapkan oleh guru PAI Bu Dian sebagai berikut: “Kegiatan bakti
sosial, ada yang dari agama Islam dan juga agama lain, Idul Adha berkurban, pembagian zakat ada yang muslim dan non muslim tapi mmbaur jadi satu.”
Selain penerapan nilai di atas di SMA N 2 Grabag juga menerapkan nilai saling memahami, menghormati dan toleransi.Penerapan nilai tersebut guru lakukan dengan antusias dan sungguh-sungguh agar siswa terbentuk karakter yang baik.
Nilai-nilai tersebut seperti yang diugkapkan oleh guru pai Pak Isa sebagai berikut: “Pada
saat pembelajaran agama Islam sendiri,agama lain sndiri, ketika agama Islam sedang pelajaran agama yang agama lain langsung mencari guru agama yang di anutnya,saling menghargai, tidak berbenturan.” Hal tersebut membuat semua merasa nyaman dan damai, seperti yang disampaikan oleh Peta siswa kelas XI IPA II sebagai
berikut:”Dan adanya pemisahan dalam berdoa, sama sama enak, nyaman muslim
semua, gak ada yang ganjel atau cangung.” Adanya rasa saling memahami akan
timbul rasa saling menghormati antar yang lain dalam berbagai hal, seperti yang
diungkapkan oleh Pak Isa guru PAI sebagai berikut:”Saat waktu dzuhur yang non