HIDDEN CURRICULUM
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM HIDDEN CURRICULUM
A. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Hidden Curriculum d
SMA N I Grabag
Ada berbagai cara yang digunakan untuk menerapkan atau mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan multikultural, salah satunya yang diungkapkan oleh guru PAI SMA N 1 Grabag, Bu Hanum sebagai berikut:
Penerapannya dalam satu semester biasanya ada pertunjukkan kemudian seperti tahun kemarin saya mengajarkan multikultural mencampurkan antara buadaya Islam dan budaya Jawa, karena anak suka seni jadi saya gabungkan antara solawat dengan permainan musiknya ada angklung gamelan hadroh, organisasi Rohis mengadakan acara berbagi kemarin, pada kegiatan bulan Ramadhan membagikan takjil gratis. Karena di sekolah ini tidak hanya Islam saja, kita ajarkan tata cara toleransi seperti apa, menghargai agama lain seperti apa, tidak menutup kemungkinan acara-acara pada bulan Ramadhan mereka yang non Islam bergabung dengan kita, bagian layout, dan mereka antusias sekali dan juga pembagian sembako gratis setiap tahunan, kita data anak baik yang muslim atau non muslim bagi yang mmbutuhkan, anak yang iuran sodaqoh dari anak kembali ke anak, pembagian diberikan kepada yang membutuhkan saja tidak semuanya dapat, dan untuk masalah daging kurban setiap tahunnya ada pelatihan daging kurban yang dapat tidak hanya yang muslim tapi juga non muslim dapat, jadi merata.
Selain penerapan seperti yang diungkapkan di atas ada juga penerapan pada
pembiasaan hafalan do‟a dan praktek ibadah, seperti yang diungkapkan oleh Pak
Bahrodin guru PAI SMA N 1 Grabag sebagai berikut:
Penerapannya saya memberikan penilaian, setiap hari setiap mengadakan pembelajaran saya biasakan suatu perbuatan, hafalan doa-doa, penelitian, praktek melakukan kegiatan ibadah.Dan juga meningkatkan keimanan dan memberikan pencerahan pada siswa saat siswa ada permasalahan-permasalahan.Selain itu juga membina kecerdasan emosioanal dari tiap-tiap anak untuk bisa memilah-milah mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang kurang baik.
Hal tersebut di atas juga disampaikan oleh Guntur dan Poppy siswa kelas XI IPS I sebagai berikut: Sangat pnting bagi siswa untukdiajarkan kaidah-kaidah dalam
31
agama Islam untuk siswa dapat terhindar dari hal-hal yang buruk dan mengajarkan akhlak yang baik dan menghargai satu sama lain
Selain itu juga disampaikan oleh Pak Bahrodin untuk saling berbagi dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah seperti berikut ini:
Pada kegiatan hari raya besar Idul Adha, Isra‟ Mi‟raj, kegiatan hari besar agama,
pengajian atau dengan cara kedermawan-kedermawaan kepada orang lain, berbakti kepada masyarakat, setiap harinya, setiap jam-jam sholat Dzuhur dan Asar, seruan untuk sholat, betapa penting artinya sebagai seorang siswa mau sholat di tempat belajarnya, menunaikan ibadah sholat, memberikan kultum atau pengajian oleh bpk
ibu guru, setiap hari jum‟at sholat jumat di sini, wajib bagi siswa laki-laki. Saya masukkan berbagai contoh perbuatan-perbuatan, implementasi dari contoh kehidupan sehari-harinya, mmberikan tugas dan saya ajak menyelasaikan masalah yang timbul atau di temukan dari tugas, latihan, dibahas bersama untuk menemukan solusi pelaksanaannya atau sumber hukumnya.
Pembelajaran yang telah diungkapkan oleh pak Bahrodin dirasakan oleh Agus siswa kelas XII IPA VI pada kegiatan-kegiatan sekolah sebagai berikut: “Kegiatan sholat berjamaah, memperingati hari besar Islam, belajar berkorban, membayar zakat
ketika menjelang Idul Fitri.”
Penerapan pendidikan multikultural juga diterapkan pada saling menghargai
agama lain seperti yang diungkapakan oleh Bu hanum guru PAI berikut ini: “Ada
guru yang non muslim begitu juga siswanya, saling menghargai sekali, orangnon muslim toleransinya pun bagus sekali, muslim merayakan hari besarnya mereka mendukung,mendukung bahkan juga mengucapkan.” Hal serupa disampaikan dan dirasakan oleh para siswa diantaranya oleh Agus siswa kelas XII IPA IV sebagai berikat: “Sama teman tidak membedakan satu sama lain, mereka mempersatukan kita mereka tidak menganggap agama mereka paling benar, mereka selalu menghargai apakeyakinan teman masing-masing.” Disampaikan juga oleh Fa‟izal siswa kelas XI
IPS I sebagai berikut: “Pada acara Pensi missal lomba rebana, siswa yang non muslim
32
disampaikan Syafrina siswa kelas XII IPA IV sebagai berikut: “Karena tidak cuma
Islam saja ada yang non Islam tidak beda-bedakan satu sama lain, saling tuker-tuker pikiran.”
a. Tauhid (mengesakan Tuhan), adalah hal penting yang harus diterapkan kepada siswa, karena nilai ketauhidan adalah dasar bagaimana siswa mengenal Tuhannya, dan mengenal siapa yang menciptakannya. Tidak hanya mengenalkan saja tetapi juga, memberikan pengetahuan dan bimbingan apa yang wajib dilaksanakan dan apa yang dilarang oleh Tuhannya. Penanaman nilai ketauhidan bisa dilakukan dengan cara seperti setiaphari mengadakan pembiasaan hafalan do‟a-do‟adan melakukan praktek kegiatan ibadah, seperti sholat jamaah dhuzur dan asar di masjid sekolah dan pengajian.31 Selain itu juga, sangat penting bagi guru mengajarkan kaidah-kaidah dalam agama Islam untuk siswa agar dapat terhindar dari hal-hal yang buruk.32 Tidak hanya kaidah-kaidah Islam yang diajarkan tapi juga mengajarkan tentang akhlak-akhlak yang baik.33
b. Ta‟aruf, ih san (saling mengenal dan berbuat baik), yaitu kesadaran dan keinginan untuk tinggal bersama berdampingan dengan yang lain yang berbeda budaya, etnis, dan agama, agar dicapai wawasan sosial yang luas, saling bekerja sama, saling memberi dan menerima, serta siap berkurban. Sikap seperti di atas dapat diterapkan pada kegiatan kedermawan-kedermawaan kepada orang lain dan berbakti kepada masyarakat. Selaian itu juga, guru memberikan tugas atau latihan dan mengajak para siswa untuk menyelesaikan masalah yang timbul atau yang siswa temukan dari tugas yang diberikan, untuk selanjutnya dibahas bersama untuk menemukan
31
Wawancara dengan Bahrodin, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 32
Wawancara dengan Muhammad Guntur, Siswa Kelas XI IPS I SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 33
33
solusinya dan pelaksanaannya.34 Kemudian, pada hari-hari besar keagamaan siswa diajarkan untuk belajar berkorban pada hari raya Idul Adha dan belajar membayar zakat ketika mnjelang hari raya Idul Fitri.35Guru juga mengajarkan bagaimana cara berbagi, melalui kegiatan pada bulan Ramadhan dengan membagikan takjil gratisdan setiap tahunnya ada iuran sodaqoh dari siswa ke siswa yang akan digunakan untuk pembagian sembako secara gratis bagi siswa yang kurang mampu.36
c. Tafahum (saling memahami), kesadaran bahwa nilai-nilai mereka dan kita adalah berbeda. Bahwa kita bisa melengkapi satu sama lain dan memberikan kontribusi pada hubungan yang dinamis terhadap pihak lain. Sahabat yang sejati adalah partner dialog yang senantiasa memperlihatkan komitmen mereka untuk mencapai platform yang sama, memahami perbedaan, persamaan dan keunikan masing- masing. Dalam hal ini, contoh penerapannya pada perayaan hari besar keagamaan mereka saling mendukung antar umat beragama dalam melaksanakan perayaan hari besar keagamaan baik guru maupun siswa.37 Selain itu, memahami perbedaan yang ada, tidak memilah-milah dan terpecah-pecah tetapi dengan perbedaan itu dapat mempersatukan semuanya.38
d. Takrim (saling menghormati), saling menghormati merupakan nilai-nilai universal yang ada dalam semua agama dan budaya di mana kita dapat mempersiapkan diri kita untuk mendengarkan pendapat dan perpektif yang berbeda, juga untuk menghormati nama baik (kemuliaan) dari berbagai individu maupun kelompok. Menerapkan sikap saling menghormati harus dilakukan dengan terus menerus,
34
Wawancara dengan Bahrodin, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 35
Wawancara dengan Agus Supriyanto, Siswa Kelas XII IPA VI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 36
Wawancara dengan Hanum Jazimah Puji Astutik, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 37
Wawancara dengan Hanum Jazimah Puji Astutik, Guru PAI SMA N I Grabag, 26 Juli 2018. 38
34
dengan mengajarkan tidak saling mengolok-olok satu sama lain.39 Sikap seperti ini diajarkan misal pada acara Pensi lomba rebana, siswa yang non muslim tetap berpartisipasi dan mendukung terselenggaranya acara tersebut.40
e. Tasamuh, toleransi, artinya menerima kebebasan beragama dan berekspresi serta menghormati perbedaan dan keragaman dalam agama, budaya, dan etnis. Karena di sekolah SMA yang sekolah tidak hanya islam saja, maka guru mengajarkan tata cara bertoleransi seperti apa, menghargai agama lain seperti apa, dan tidak menutup kemungkinan pada acara-acara Ramadhan mereka yang non Islam ikut bergabung dalam acara tersebut, seperti ikut andil pada pembuatan mading, mereka ikut pada bagian layout, dan mereka antusias sekali.41 Selain tu, guru juga mengajarkan untuk menghargai satu sama lain, terlebih pada siswa yang beda agama untuk tidak membeda-bedakan agama satu dengan yang lainnya.42