i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI
MATERI IMAN KEPADA RASUL
DENGAN METODE QUICK ON THE DRAW
PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER II
SMPN 6 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
TRISNA WIDYAWATI
NIM: 11114147
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI
MATERI IMAN KEPADA RASUL
DENGAN METODE QUICK ON THE DRAW
PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER II
SMPN 6 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
TRISNA WIDYAWATI
NIM: 11114147
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vii MOTTO
ٍراماث الَِب ِراج َّشلااك ٍلاماع الَِب ُمْلِعْلا
”
Ilmu tanpa pengamalan bagaikan pohon tak
berbuah
”
.
( Mahfudzot)
“Sebaik
-baik manusia adalah yang
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kepada kedua orang tuaku tersayang Bapak Mubakir & Ibu Mu’izah yang
telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran serta
menjadi motivasi motivasi dalam setiap langkah hidupku.
2. Kepada adik-adikku Muhammad Nashirul Haq dan Luluk Nadya Salma
yang sangat kusayangi, terimakasih atas kasih sayang, dukungan dan
motivasinya. Semoga kita bisa membahagiakan Bapak dan Ibu.
3. Kepada keluarga besar Bapak H. Zainudin dan Bapak Winarto (alm) yang
sangat kusayangi, terimakasih atas kasih sayang, dukungan dan
motivasinya
4. Kepada keluarga besar SMP Negeri 6 Salatiga terimakasih telah
membantu saya dalam penelitian skripsi.
5. Kepada keluarga besar Pondok Pesantren An-nida Kota Salatiga.
Terimakasih motivasi dan semangatnya.
6. Kepada teman-temanku Nur Hasanah, Nana Miftahul Hasanah, Puji
Nurhidayah, dan Istirokhah terimakasih telah memberikan motivasi serta
semangatnya, sukses buat kita semua.
7. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan tahun 2014 terimakasih untuk
semangat dan motivasi yang telah diberikan. Sukses untuk semuanya.
8. Keluarga kecil saya PPL SMP Negeri 6 Salatiga dan KKN Posko 69
Jurang sambi, Watugede, Kec. Kemusu, Kab. Boyolali yang telah
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir. Aamiin
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI
MATERI IMAN KEPADA RASUL DENGAN METODE QUICK ON THE
DRAW PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER II SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018” Skripsi ini disusun guna
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana progam studi Pendidikan Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
x
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I Selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan, membimbing, dan meluangkan wktunya dalam penulisan
skripsi ini.
5. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd. Selaku dosen pembimbing akademik (PA).
6. Ibu Mudjiyati, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 6 Salatiga yang
telah memberi izin penelitian dalam skripsi ini.
7. Bapak Ahmad Noor Muhib H, S.Pd selaku guru mata pelajaran PAI di
SMP Negeri 6 Salatiga yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini.
8. Segenap dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah
membekali pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
9. Kepada kedua orang tua penulis Bapak Mubakir & Ibu Mu’izah
terimakasih atas kasih sayang, dukungan, doa restu kepada penulis
sehingga skripsi ini terselesaikan.
10.Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan, doa restu kepada
penulis, sehingga penulisan ini dapat terselesaikan.
11.Keluarga besar Pondok Pesantren An-nida Kota Salatiga. Terimakasih
motivasi dan semangatnya.
12.Teman-teman satu angkatan tahun 2014 yang telah memberikan semangat
xi
13.Keluarga kecil saya PPL SMP Negeri 6 Salatiga dan KKN Posko 69
Jurang sambi, Watugede, Kec. Kemusu, Kab. Boyolali yang telah
xii ABSTRAK
Widyawati, Trisna 2018. PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI
IMAN KEPDA RASUL DENGAN METODE QUICK ON THE DRAW
PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER II SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2107/2018. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I
Kata Kunci : Hasil belajar, Quick on the draw, Iman kepada rasul
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran Quick on The Draw dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi iman kepada rasul pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga yang terdiri dari 21 siswa yaitu 6 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan cara membandingkan pencapain nilai hasil belajar tiap siklus dengan ditandai peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN BERLOGO...ii
HALAMAN SAMPUL...iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iv
PENGESAHAN KELULUSAN...v
DEKLARASI...vi
MOTTO...vii
PERSEMBAHAN...viii
KATA PENGANTAR...ix
ABSTRAK...xii
DAFTAR ISI...xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...5
C. Tujuan Penelitian...5
D. Manfaat Penelitian...6
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan...7
xiv
G. Metode Penelitian...9
1. Rancangan Penelitian...9
2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian...11
3. Langkah-langkah Penelitian...11
4. Instrumen Penelitian...15
5. Pengumpulan Data...15
6. Analisis Data...17
H. Sistematika Penulisan...18
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian teori...21
1. Peningkatan Hasil Belajar...21
a. Peningkatan...21
b. Hasil Belajar...21
2. Metode Quick on The Draw...34
a. Pengertian Metode Quick on The Draw...34
b. Manfaat Metode Quick on The Draw...36
c. Komponen Pendukung Metode Quick on The Draw...37
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Quick on The Draw...37
e. Langkah-Langkah Metode Quick on The Draw...38
3. Pendidikan Agama Islam...39
a. Pengertian Pendidikan agama Islam...39
b. Dasar Pendidikan Agama Islam...41
xv
d. Fungsi Pendidikan Agama Islam...44
4. Tinjauan Materi Iman Kepada Rasul...45
a. Pengertian Iman Kepada Rasul...47
b. Tugas Para Rasul...47
c. Pengertian Ulul Azmi...48
d. Sifat-sifat Para Rasul...49
5. Penerapan Metode Pembelajaran Quick on The Draw Dalam Proses Belajar Mengajar Materi Iman Kepada Rasul...49
B. Kajian Pustaka...49
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...52
1. Tempat Penelitian...52
2. Profil Sekolah...52
3. Sejarah Berdirinya Sekolah...53
4. Visi dan Misi SMP N 6 Salatiga...54
5. Tenaga Pendidik...55
6. Data Peserta Didik...59
7. Fasilitas Pendidikan...59
B. Subjek Penelitian...62
C. Pelaksanaan Penelitian...63
D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian...63
1. Deskripsi Pra Siklus...64
xvi
3. Deskripsi Siklus 2...71
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian...76
1. Pra Siklus...76
2. Siklus 1...79
3. Siklus 2...82
B. Pembahasan...85
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN...91
B. SARAN...91
DAFTAR PUSTAKA
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Tenaga Pendididik SMP Negeri 6 Salatiga...55
Tabel 3.2 Daftar Peserta Didik SMP Negeri 6 Salatiga...59
Tabel 3.3 Daftar Fasilitas Fisik SMP Negeri 6 Salatiga...60
Tabel 3.4 Data Siswa Kelas VIII A (Data Responden)...62
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Siswa Pra Siklus...77
Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Belajar Pra Siklus...78
Tabel 4.3 Data hasil belajar siswa siklus I...80
Tabel 4.4 Distribusi Ketuntasan Belajar Siklus I...82
Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II...83
Tabel 4.6 Distribusi Ketuntasan Belajar Siklus II...85
Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Nilai-Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II...86
xviii
DAFTAR DIAGRAM
xix
DAFTAR GAMBAR
xx
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Dokumentasi Kegiatan
3. Soal Siklus 1
4. Kunci Jawaban Siklus 1
5. Lembar Jawab Siswa Soal Siklus 1
6. Soal Siklus 2
7. Kunci Jawaban Siklus 2
8. Lembar Jawab Siswa Soal Siklus 2
9. Lembar Observasi Guru Siklus 1
10.Lembar Observasi Guru Siklus 2
11.Lembar Observasi Siswa Siklus 1
12.Lembar Observasi Siswa Siklus 2
13.Materi Pembelajaran
14.Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
15.Surat Ijin Penelitian
16.Surat bukti penelitian
17.Lembar Konsultasi Skripsi
18.SKK
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia baik
laki-laki maupun perempuan. Kewajiban manusia belajar sejak ia mulai lahir
sampai usia manusia itu berakhir. Selain itu belajar juga merupakan suatu
kebutuhan bagi setiap manusia. Tanpa belajar manusia tidak akan
mencapai tujuan hidup yang diinginkan. Manusia belajar tidak hanya pada
hal-hal yang mudah saja, akan tetapi hal-hal yang sulit juga harus ia
pelajari.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 1991:2).
Menurut Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (dalam
Susanto, 2013:2). Menurut Hamdani (2011:17) belajar terjadi ketika ada
interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah buku, alat peraga, dan
alam sekitar. Adapun lingkungan pembelajaran adalah lingkungan yang
merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Sedangkan lingkungan
sosial yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat sekitar,
lingkungan sekolah baik itu guru, teman sebaya dan lain sebagainya yang
2
Sukmadinata (2011:5) mengemukakan bahwa lingkungan sosial
merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan anatar
pendidik dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat
dalam interaksi pendidikan.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku melalui pengalamannya sendiri
akibat interaksi dengan lingkungannya.
Belajar dapat dilakukan dalam lingkungan formal maupun
lingkungan non formal. Dalam lingkungan formal misalnya lingkungan
sekolah, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dari keseluruhan
proses pendidikan. Oleh karena itu, berhasil tidaknya pencapain tujuan
pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang
dialami siswa sebagai anak didik. Siswa atau anak didik merupakan subjek
yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Bagi siswa belajar merupakan
aktivitas yang dilakukan sehari-hari di sekolah. Dalam proses belajar
tersebut siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari
bahan belajar.
Sedangkan dalam lingkungan non formal misalnya pondok
pesantren, taman pendidikan Al-Qur’an dan lain-lain yang melibatkan
interaksi dengan lingkungan masyarakat, proses belajar bagi setiap
manusia itupun juga terjadi. Dengan melibatkan anggota masyarakat,
manusia belajar berinteraksi dengan masyarakat dengan baik, belajar
3
kerjasama dan lain sebagainya. Pendidikan non formal meliputi berbagai
usaha khusus yang diselanggarakan secara terorganisasi agar generasi
muda maupun dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak
berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan
praktis dan berketerampilan dasar memilki pengetahuan dasar yang
mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang produktif.
Tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembelajaran selain dilihat dari
perubahan tingkah laku siswa tersebut dapat dilihat pula melalui
pencapaian hasil belajar yang maksimal setelah diadakan evaluasi di akhir
proses pembelajaran. Dengan mengetahui hasil belajar setiap siswa maka
dapat dijadikan tolak ukur bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana
proses pembelajaran itu berlangsung, dan sejauh mana siswa tersebut
memahami dan mendalami materi pembelajaran yang telah diajarkan, serta
sejauh mana tujuan pendidikan yang telah ditetapkan itu tercapai.
Pendidikan agama Islam (PAI) perlu ditanamkan sedini mungkin
karena dengan agama Islam manusia dapat membedakan mana yang benar
dan mana yang salah sehingga dapat menjadi insan yang kamil. Menurut Ramayulis (2014:21) pendidikan agama Islam (PAI) adalah upaya sadar
atau terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, mengimani, berakhlak mulia, bertakwa, dan
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur’an
dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta
penggunaan pengalaman. Dengan demikian dalam pembelajaran PAI
4
memberikan keluasaan berfikir siswa serta siswa diajak berfikir aktif
dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memahami dan
mendalami materi pembelajaran PAI serta dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran PAI di
SMP Negeri 6 Salatiga menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa banyak
yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah
ditetapkan yaitu 75. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu dari
siswa maupun guru itu sendiri. Dilihat dari faktor siswa, siswa memiliki
hasil belajar yang rendah karena kurangnya minat untuk belajar PAI,
kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, rendahnya minat
baca siswa terhadap materi pembelajaran, ditambah di era sekarang ini
yang mana teknologi sudah sangat modern siswa-siswi lebih memilih
bermain gadget ataupun bermain internet sehingga minat baca terhadap
meteri pembelajaran itu terkalahkan dengan bermain android dan lain
sebagainya.
Dilihat dari aspek guru, selama ini dalam pembelajaran guru hanya
menggunakan metode konvensional seperti ceramah sehingga siswa
kurang tertarik terhadap proses pembelajaran. Selain itu guru juga kurang
memanfaatkan media yang dapat menarik perhatian siswa. Proses
pembelajaran yang kurang baik dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,
bila guru hanya menggunakan metode yang monoton, menggunakan
pendekatan yang kurang tepat maka siswa akan merasa bosan dan enggan
5
sehingga memberikan dampak yang kurang baik terhadap hasil belajar
siswa.
Untuk memperbaiki kasus tersebut penulis menerapkan metode
pembelajaran yang akan digunakan yaitu metode quick on the draw.
Dengan penggunaan metode ini maka diharapkan dapat menarik perhatian
siswa terhadap proses pembalajaran PAI sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Dari permasalahan di atas, maka penulis termotivasi untuk meneliti
tentang “Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Iman
Kepada Rasul Dengan Metode Quick on The Draw Pada Siswa Kelas VIII
A Semester II SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas,
maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Apakah
penerapan metode quick on the draw dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi iman kepada rasul pada siswa kelas VIII A Semester II SMP Negeri
6 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai permasalahan di atas peneliti memiliki tujuan untuk
mengetahui penerapan metode quick on the draw dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI di kelas VIII A Semester II
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembangunan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan agama
Islam, dan dapat dijadikan informasi dan bahan pertimbangan
untuk melaksankan pembelajaran pendidikan agama Islam.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan
literatur kepustakaan dan sebagai acuan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1) Memberikan motivasi dan semangat siswa dalam pembelajaran
PAI.
2) Melalui metode quick on the draw, diharapakan dapat memudahkan siswa untuk memahami materi iman kepada rasul
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
1) Dapat meningkatkan kreativitas guru dalam penyajian
pembelajaran dan sebagai masukan bagi guru agar dapat
menumbuhkan kelas yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
2) Dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang
7
keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Menciptakan rasa saling membantu dan kerjasama dengan
sekolah dalam meningkatkan hasil belajar khususnya untuk mata
pelajaran pendidikan agama Islam, sehinggan dengan keberhasilan
guru mengajar akan memberikan nama baik bagi sekolah.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan dorangan dan masukan
kepada peneliti untuk mengembangkan ide kreatif dan inovatifnya
dalam melakukan penelitian.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dan bersifat
teoritis. Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang
mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat
menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada
atau fakta, atau dengan kenyataan teori yang relevan (Sukardi,
2011:41). Jadi suatu hipotesis akan diterima jika disertai dengan
adanya fakta-fakta yang mebenarkan. Setelah menelaah berbagai
sumber, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Penerapan
metode quick on the draw dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi iman kepada rasul pada siswa kelas VIII A
8 2. Indikator Pencapaian
Penerapan metode quick on the draw ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat
dirumuskan penulis adalah:
a. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai ≥ 75.
b. Dari seluruh siswa yang ada 85% telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM).
F. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013:5). Secara sederhana,
hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang diperoleh siswa
setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan
pembelajaran, biasanya telah ditetapakan tujuan belajar. Siswa yang
berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapi
tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Metode quick on the draw
Metode quick on the draw adalah sebuah metode yang di dalamnya melakukan sebuah aktivitas riset dengan intensif bawaan untuk kerja
tim dan kecepatan. Metode pembelajaran ini lebih menekankan pada
9
melaporkan informasi dalam sebuah permainan yang mengarah pada
pacuan kelompok melalui aktivitas kerja tim dan kecepatannya
(Ginnis, 2008:164). Sehingga aktivitas dalam metode ini mendorong
kerja kelompok semakin efesien, semakin cepat kemajuannya.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang peneliti laksanakan merupakan penelitian tindakan
kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian tindakan kelas adalah sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan,
serta dilakukan secara kolaboratif (Kemmis dalam Saminanto, 2010:2).
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan,
memperdalam, dan memperbaiki proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian
kolaboratif dikarenakan dapat dilaksanakan dengan bantuan guru
mitra.
Peneliti memilih jenis penelitian tindakan kelas untuk memecahkan
permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran PAI.
Rendahnya hasil belajar siswa dapat dianalisa menggunakan jenis
penelitian tindakan kelas. Setelah penyebab masalah ditemukan,
10
masalah tersebut. Pada akhir tindakan dilakukan refleksi tentang
keberhasilan dan kegagalan tindakan terhadap pemecahan masalah.
Model PTK yang peneliti pergunakan adalah model Kemmis & Mc
Taggart yang terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait.
Komponen-komponen tersebut adalah perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini akan
dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari
tahapan-tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
11
GB. 1.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
2. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 6 Salatiga yang
beralamatkan di Jalan Tegalrejo Raya, Salatiga
b. Waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan kurang lebih selama
satu bulan pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 di SMP
Negeri 6 Salatiga.
c. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek adaalah
kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga. Siswa kelas VIII A dipilih
sebagai subjek penelitian karena dinilai perlu adanya suatu
pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran supaya mereka lebih
termotivasi dan hasil belajar merekapun meningkat.
3. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari tahapan-tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a. Perencanaan
Dalam penelitian tindakan kelas ini kegiatan perencanaan yang
12
1) Membicarakan rencana penelitian tindakan kelas dengan kepala
sekolah dan guru mata pelajaran.
2) Melakukan penyusunan jadwal kegiatan yang akan dilakukan.
3) Membuat silabus dan rencana rancangan pembelajaran (RPP).
4) Mempersiapkan fasilitas-fasilitas dan saran pendukung yang
dilakukan di dalam kelas.
5) Mempersiapkan lembar observasi.
6) Menyediakan alat evaluasi yang terdiri dari lembar tes dan
lembar kerja siswa (LKS).
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri dari beberapa
langkah diantaranya:
1) Awal kegiatan pembelajaran
a) Persiapan
(1) Melakukan pembelajaran pendahuluan
(2) Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum,
memotivasi siswa, dan menjelaskan tujuan yang
dipelajarinya.
b) Materi
Materi pembelajaran kooperatif model quick on the draw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam satu kelompok serta
banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai
13
c) Membagi siswa kedalam beberapa kelompok
Kelompok dalam pembelajaran kooperatif model
quick on the draw beranggotakan 3-5 siswa yang heterogen baik dari kemampuan akademis maupun jenis kelamin.
d) Menentukan skor awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara
individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa
individual pada semester sebelumnya atau pembelajaran
sebelumnya.
2) Rencana kegiatan
a) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik
masing-masing, menetapkan anggota yang akan menjadi
operator dan menentukan anggota sebagai penulis.
b) Anggota kelompok yang menjadi operator megambil soal
yang telah disediakan oleh guru kemudian mendiskusikan
dengan anggota kelompok.
c) Setiap kelompok menuliskan jawaban atas soal yang telah
diberikan di kertas yang telah disediakan .
d) Setelah soal dijawab maka soal dan jawaban dikembalikan
kepada guru untuk dikoreksi kemudian mengambil soal
berikutnya.
e) Lakukanlah berulang kali hingga soal yang telah disediakan
suda habis terjawab.
14 3) Sistem evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
a) Mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik.
b) Membuat laporan mandiri atau kelompok.
c) Presentasi.
Sedangkan materi evaluasi dalam sistem evaluasi mencakup
beberapa hal berikut ini:
a) Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh
siswa.
b) Proses belajar yang dilakukan oleh siswa.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dipersiapkan, untuk mengamati
kondisi dan reaksi serta keaktifan siswa terhadap tugas yang
diberikan.
Aspek-aspek keaktifan siswa yang diamati antara lain:
1) Aktifitas siswa dalam menerima materi.
2) Aktifitas siswa dalam belajar kelompok.
3) Kemampuan mengukangkap pendapat.
4) Kerjasama dengan teman.
d. Refleksi
Pada akhir evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang
15
pembelajaran sudah tercapai maka tidak perlu siklus selanjutnya,
tetapi jika belum tercapai maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
a. Silabus
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik.
d. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru yang
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
e. Soal evaluasi yang berupa post test.
5. Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Menurut Hadi (1996:136) mengemukakan bahwa observasi
adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki. Peneliti mengadakan pengamatan secara
langsung datang ke lokasi penelitian untuk mengamati
peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan tujuan peneliti di SMP
Negeri 6 Salatiga.
b. Tes
Teknik pengumpulan data dalam tes, peneliti membuat dan
mengemukakan lembar tes tertulis guna mengetahui sejauh mana
siswa memahami materi yang telah diajarkan. Dengan demikian
16
diakhir proses pembelajaran dengan membagikan lembar kerja
siswa pada semua siswa kelas VIII A untuk mengetahui hasil
belajar siswa sehingga data dapat diolah oleh peneliti.
c. Dokumentasi
Merupakan salah satu alat pengumpul data yang dapat
berupa buku, notulen rapat, majalah, foto, rapor, buku transkip,
agenda, buku, kitab, dan lain-lainnya. Dokumentasi digunakan
untuk menemukan karakteristik populasi dan sampel. Di samping
itu, dokumentasi juga berguna sebagai bukti pelaksanaan tindakan
melalui pemotretan. Oleh karena itu metode dokumentasi
digunakan untuk mendukung hasil observasi, memperoleh
data-data, proses pembelajaran, struktur organisasi SMP Negeri 6
Salatiga dan foto-foto pada saat kegiatan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti.
Instrumen yang dapat peneliti gunakan dalam teknik
dokumentasi adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), dan nilai siswa sebelum diterapkan strategi quick on the draw pada mata pelajaran PAI.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, indikator,
penilaian, alakosi waktu, dan sumber/bahan/alat ajar.
Sedangkan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah
17
pelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana
pelaksanaan pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi
dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk
satu pertemuan atau lebih.
6. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis
data untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian. Menurut Arikunto
(2007:131) dalam penelitian tindakan kelas ketika menganalisis data
menggunakan dua jenis data sebagai berikut:
a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis
secara deskriptif dengan statistik deskriptif. Dalam analisis ini
biasanya untuk mencari nilai rata-rata dan mencari presentase
keberhasilan belajar dengan rumus sebagai berikut:
1) Rumus mencari nilai rata-rata
𝑀𝑥 =𝛴𝑥𝑁
Keterangan
𝑀𝑥 = Mean (rerata)
𝛴𝑥 = Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor
dengan frekuensinya
18
2) Rumus mencari prosentase keberhasilan
𝑃 =𝑁 x 100%𝑓
Keterangan:
𝑃 = Angka presentase
𝑓 = frekuensi yang sedang dicari presentasenya
𝑁 = jumlah frekuensi atau banyaknya individu
(Sudijono, 2010:43).
b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk
kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang
tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),
pandangan atau sikap terhadap metode belajar yang baru (efektif),
aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian antusias dalam
belajar kepercayaan diri motivasi belajar dan sejenisnya dapat
dinilai secara deskriptif (Arikunto, 2007:131).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi hasil tindakan kelas ini dimaksudkan
sebagai gambaran yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi
sehingga dapat memudahkan dalam memahami atau mencerna
masalah-masalah yang akan dibahas. Maka akan disusun sistematika sebagai
berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar berlogo,
19
tulisan, moto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,
daftar tabel, daftar diagram, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaaat penelitian,
hipotesis dan indikator pencapaian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan ruang
lingkup hasil belajar, ruang lingkup pembelajaran aktif, strategi
pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dan ruang lingkup PAI.
Bab III berisi tentang pelaksanaan penelitian yang menjelaskan
deskripsi lokasi dan deskripsi pelaksanaan siklus I dan siklus II.
Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang
meliputi hasil observasi pada tahap pra penelitian, hasil penelitian
deskripsi per siklus dan pembahasan.
Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran,
dan daftar riwayat penulis.
20 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Peningkatan Hasil Belajar
a. Peningkatan
Peningkatan berasal dari kata “tingkat” yang kemasukan imbuhan
pe-an. Kata “tingkat” itu sendiri memiliki arti tinggi rendahnya
martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, pendapatan, dsb) pangkat,
derajat, taraf kelas (depdiknas, 2007:1197). Sehingga ketika dimasuki
imbuhan pe-an menjadi kata peningkatan, yang memiliki arti proses,
cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb) (depdiknas,
2007:1198).
Jadi yang dimaksud peningkatan disini yaitu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari
hasil sebelumnya dengan ketentuan dan tata cara yang telah
ditentukan.
b. Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara satu individu dengan individu lainnya dan
antara individu dengan lingkungannya (Usman, 2000:5).
Slameto (1991:2) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
21
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto,
1991:2). Menurut Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah (dalam Suprijono, 2011:2-3). Menurut
Hamdani (2011:17) belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Lingkungan fisik adalah buku, alat peraga, dan alam sekitar. Adapun
lingkungan pembelajaran adalah lingkungan yang merangsang dan
menantang siswa untuk belajar.
Sedangkan Djamarah (2011:13) mengemukakan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku melalui pengalamannya
22
Dalam belajar terdapat hasil belajar yang dapat menjadi tolak
ukur berhasil tidaknya suatu pembelajaran. Hasil belajar yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati
dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan (Hamalik, 2008:155). Menurut Suprijono (2011:5) hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan.
Secara sederhana, hasil belajar siswa adalah kemampuan yang
diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar atau hasil yang
dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar
dalam jangka waktu tertentu.
Jadi yang dimaksud dengan peningkatan hasil belajar dalam
penelitian ini adalah usaha yang dilakukan untuk menuju pada suatu
proses yang lebih efektif dan signifikan melalui berbagai macam
model pembelajaran demi mencapai hasil belajar yang maksimal dan
meningkatkan taraf kemampuan siswa.
1) Macam-macam hasil belajar
Hasil belajar sebagaimana yang telah dijelaskan di atas
meliputi pemahaman konsep atau aspek kognitif, keterampilan
proses atau aspek psikomotor, dan sikap siswa atau aspek afektif
(Susanto, 2003:6-11).
a) Pemahaman Konsep
Pemahaman adalah seberapa besar siswa mampu
23
oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat
memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang
dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau
observasi langsung yang ia lakukan.
Dengan demikian pehamanan konsep adalah sejauh mana
siswa memahami dan mengerti terhadap materi pembelajaran
yang telah disampaikan oleh guru baik melalui pengalaman
siswa dalam proses belajar mengajar.
b) Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang
mengarah kepada pembangunan mental, fisik, dan sosial yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi
dalam diri individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan
menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan
efesien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitasnya.
Oleh karena itu hasil belajar yang berupa keterampilan
proses adalah kemampuan siswa dalam menggunakan pikiran
dan nalar untuk memperoleh pendewasaan diri.
c) Sikap
Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan
sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu
24
maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan,
perilaku, atau tindakan seseorang.
Jadi sikap adalah perbuatan, perilaku, dan tindakan siswa
setelah melakukan belajar, adakah perubahan sikap pada siswa
antara sebelum dan sesuadah belajar.
2) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Dalam proses belajar mengajar terdapat berbagai faktor
kompleks yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu,
masing-masing faktor harus diperhatikan agar proses belajar dapat
berbuah hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Belajar tidak hanya dipengaruhi oleh potensi yang
dimiliki setiap individu akan tetapi juga dipengaruhi dari faktor
lain yang berasal dari luar individu yang belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu, faktor internal dan faktor
eksternal (Muhibbin Syah, 2006:144).
a) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan
belajarnya. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan
faktor psikologis.
25
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat
dalam diri individu. Menurut Sriyanti (2013:24) faktor
fisiologis terdiri dari:
(a) Keadaan jasmani pada umumnya. Keadaan jasmani
(tegangan otot) secara umum yang ada dalam diri
individu sangat mempengaruhi hasil belajar, misalnya
tingkat kesehatan, kelelahan, mengantuk dan kebugaran
fisik individu. Apabila badan individu dalam keadaan
bugar dan sehat maka akan mendukung sebaliknya.
Sebaliknya apabila badan individu dalam keadaan
kurang bugar dan kurang sehat maka akan menghambat
hasil belajar.
(b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu. Keadaan
jasmani ini terutama terkait dengan fungsi pancaindra
dan kelengkapan anggota tubuh yang ada dalam diri
individu. Pancaindra merupakan pintu gerbang
masuknya pengetahuan dalam diri individu.
Kesempurnaan anggota tubuh akan sangat menunjang
belajar.
(2) Faktor psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan
pembelajaran siswa. Diantaranya adalah tingkat
26
(a) Kecerdasan (intelegensi) siswa
Kecerdasan adalah kemampuan belajar yang
disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang dihadapinya (Hamdani, 2011:139).
Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Kemampuan intelegensi
seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat dan
lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau
tidaknya suatu permasalahan. Kemampuan merupakan
potensi dasar bagi pencapaian hasil belajar yang
dibawa sejak lahir.
(b) Sikap siswa
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi
terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka,
tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan
keyakinan (Hamdani, 2011:140).
Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif
(menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya.
Sikap positif siswa akan menggerakkannya untuk
belajar. Adapun sikap negatif siswa (menolak) kepada
sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai
27
akan mempengaruhi hasil belajar siswa baik sikap
positif maupun sikap negatif.
(c) Bakat siswa
Menurut Chaplin (dalam Susanto, 2003:16) yang
dimaksud bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan datang. Sebagaimana halnya
intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk
mencapai hasil belajar tertentu. Bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang
dimilikinya. Bakat mempengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam
proses belajar, terutama belajar keterampilan, bakat
memegang peranan penting dalam mencapai suatu
hasil akan prestasi yang baik.
(d) Minat siswa
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberpa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus
menerus yang disertai rasa senang. Jadi berbeda
28
dan belum tentu diikuti rasa senaang, sedangkan minat
selalu diikuti rasa senang dan dari situlah diperoleh
kepuasan (Slameto, 2003:57).
Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Apabila siswa memilki minat yang tinggi
terhadap pelajaran tertentu maka ia akan terus berusaha
untuk belajar dengan giat agar mendapatkan hasil yang
memuaskan.
(e) Motivasi siswa
Menurut Purwanto (2004:73) motivasi adalah suatu
usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan, dan manjaga tingkah laku seseorang
agar dirinya terdorong untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Djamarah (2002:167) mengemukakan motivasi adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah
kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk
belajar.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting
karena hal tersebut merupakan keadaan yang
mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
29
bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan. Demikian pulan, dalam kegiatan belajar
mengajar seorang anak didik akan berhasil jika
mempunyai motivasi untuk belajar.
Dalam perkembangannya, motivasi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi
intrinstik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri
seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk
melakukan suatu pekerjaan belajar. Motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang datang dari luar diri siswa, yang
menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan
belajar (Hamdani, 2011:142).
b) Faktor eksternal
Adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.
(1) Keluarga
Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya,
pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang
terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berlaku
30
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Susanto,
2013:12-13).
(2) Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar
lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian
pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran,
dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang
kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajaranya
(Hamdani, 2011: 144). Dengan demikian sekolah juga
merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil
belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan
kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula
hasil belajar siswa.
(3) Masyarakat
Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu
berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas
belajarnya. Lingkungan masyarakat di mana warganya
memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat
lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di
31
semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya
(Sukmadinata, 2011:165).
Masyarakat dan lingkungan alam sekitar juga
merupakan faktor ekstrenal yang berpengaruh terhadap
belajar siswa dan juga hasil belajar siswa sebab dalam
kehidupan sehari-hari pertumbuhan pribadi anak akan lebih
banyak bergaul dalam lingkungan masyarakat dimana anak
itu berada.
3) Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu
kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi
pada diri peserta didik. Pada umumnya hasil belajar akan
memberikan pengaruh dalam dua bentuk: (1) peserta didik akan
mempunyai persfektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas
perilaku yang diinginkan, (2) mereka mendapatkan bahwa
perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau
dua tahap, sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan
perilaku yang sekarang dengan perilaku yang diinginkan (
Mulyasa, 2009: 243-244).
Menurut Mulyasa (2009: 53-256) penilaian pembelajaran
pada umumnya mencakup pre tes, penilaian proses, dan post tes.
32 a) Pre Tes (tes awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran
dimulai dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan
dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu pre tes memegang peranan yang cukup penting
dalam proses pembelajaran. Fungsi pre tes ini antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikur:
(1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar,
karena dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus
pada soal-soal yang harus mereka dijawab/kerjakan.
(2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik
sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pres
tes dengan post tes.
(3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki
peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan
topik dalam proses pembelajaran.
(4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses
pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan man yang telah
dikuasai peserta didik, daan tujuan-tujaun mana yang perlu
mendapat penekanan dan perhatian khusus.
b) Penilaian Proses
Penilaian proses dimaksudkan untuk menilai kualitas
33
didik, termasuk bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan.
Kualitas pembelajaraan dapat dilihat dari segi proses dan dari
segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebesar
(75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental,
maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar
yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari
segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (70%). Lebih
lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak
dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan masyarakat dan pembengunan.
c) Post Tes
Pada umumnya pelakssanaan pembelajaraan diakhiri
dengan post tes. Sama halnya dengan pre tes, post tes juga
memiliki banyak kegunaan, terutama dalam melihat
keberhasilan pembelajaran. Fungsi post tes antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
(1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
34
secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui
dengan membandingkan antara hasil pre tes dan post tes.
(2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang
dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar
dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan
dengan kompetensi dasar dan tujuan yang belum dikuasai
ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu
dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching).
(3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti
kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan
pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam
mengerjakan modul (kesulitan belajar)
(4) Sebagai acuan untuk melakukan perbaikan terhadap
komponen-komponen pembelajaran (modul), dan proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap
perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian.
2. Metode Quick On The Draw
a. Pengertian Metode Quick On The Draw
Metode berasal dari bahasa yunani yaitu, methodos yang berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa inggris
dikenal dengan istilah method dan way yang diterjemahkan ke dalam
bahasa indonesia mejadi “metode dan cara”. Sedangkan dalam bahsa
al-35
wasilah (mediator). Kata arab yang paling dekat dengan metode adalah at-thoriqah (Ismail, 2008:7).
Ismail (2008:8) mengartikan metode pembelajaran sebagai suatu
cara atau jalan yang ditenpuh yang sesuai dan serasai untuk
menyajikan suatu hasil sehingga akan tercapai suatu tujaun
pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.
Sedangkan Hamdani (2011:80) mengartikan metode pembelajaran
sebagai cara yang dipergunakan oleh guru untuk menyampaikan
pelajaran kepada siswa atau cara yang dipergunakan oleh guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran.
Jadi metode adalah suatu cara yang dipergunakan oleh guru untuk
menyampaiakan materi pembelajaran guna memperoleh pembelajaran
yang aktif, efetif, dan efesien sehingga dapat mencapai tujuan
pemebelajaran yang telah ditentukan.
Sedangkan metode quick on the draw secara etimologi quick on the draw dalam kamus quick diartikan dengan “cepat, lekas”, on
diartikan dengan “pada, atas, tentang”, sedangkan draw diartikan
sebagai “sangat cepat berpikir” (Echol dan Shadly, 1976: 197/461).
Jadi quick on the draw bisa diartikan sebagai kecepatan pada berpikir. Metode quick on the draw adalah sebuah metode yang di dalamnya melakukan sebuah aktivitas riset dengan intensif bawaan
untuk kerja tim dan kecepatan. Metode pembelajaran ini lebih
36
menjawab, dan melaporkan informasi dalam sebuah permainan yang
mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas kerja tim dan
kecepatannya (Ginnis, 2008:164). Sehingga aktivitas dalam metode
ini mendorong kerja kelompok semakin efesien, semakin cepat
kemajuannya.
Metode ini memberikan pengalaman mengenai macam-macam
keterampilan membaca, yang didorong oleh kecepatan aktivitas,
ditambah belajar mandiri dan kecakapan ujian yang lain membaca
pertanyaan dengan hati-hati, menjawab pertanyaan dengan tepat,
membedakan materi yang penting dan yang tidak. Kegiatan ini
membantu siswa untuk membiasakan diri mendasarkan belajar pad
sumber bukan guru. Siswa dituntut mempunyai tanggung jawab
terhadap diri dan kelompoknya. Dalam proses belajar siswa dituntut
mempunyai tujuan yang sama. Dalam pembelajaran siswa diberi tugas
individu dan tugas kelompok.
b. Manfaat Metode Quick On The Draw
Menurut Ginnis (2008:164-165) manfaat metode quick in the drw
adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pengalaman tentang macam-macam keterampilan
membaca yang didorong kecepatan aktivitas lainnya.
2) Mendorong anak didik untuk melakukan kerja kelompok dan
dengan semakin cepat kerja kelompok maka semakin cepat pula
37
3) Membantu siswa untuk membiasakan diri mendasarkan pada
sumber bukan guru.
4) Sesuai bagi siswa dengan karakter yang tidak dapat duduk diam
dalam waktu yang relatif lama.
c. Komponen Pedukung Metode Quick On The Draw
Dalam metode ini terdapat beberapa komponen penting yang
cukup berperan dalam memperlancar jalannya metode quick on the draw pada pembelajaran, yaitu:
1) Guru yang berkompeten dan profesional.
2) Anak didik yang aktif dalam proses pembelajaran.
3) Buku bacaan yang sesuai dengan topik yang diajarkan dengan
jumlah yang banyak dan bervariasi.
4) Beberapa teknik pembelajaran yang mempunyai peranan cukup
penting dalam terlaksananya metode quick on the draw dalam pembelajaran, agar dapat tercapai tujuan yang telah ditentukan.
d. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Quick On The Draw
Kelebihan dari metode quick on the draw ini adalah mempertajam seluruh keterampilan berpikir visual, ia juga mengarahkan visualisasi,
untuk lebih rinci kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas ini mendorong kerja kelompok, semakin cepat kerja
kelompok semakin cepat kemajuannya. Kelompok dapat belajar
bahwa pembagian tugas lebih prodiktif daripada menduplikasi
38
2) Memberikan pengalaman mengenai macam-macam keterampilan
membaca yang didorong oleh kecepatan aktivitas, ditambah belajar
mandiri, membaca pertanyaan dengan hati-hati, menjawab
pertanyaan dengan cepat.
3) Membantu siswa membiasakan diri untuk belajar pada sumber,
tidak hanya pada guru.
4) Sesuai bagi siswa dengan karakteristiknya yang tidak dapat duduk
diam.
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah:
1) Membutuhkan waktu yang relatif lama dari penerapannya.
2) Dalam kerja kelompok siswa akan mengalami keributan jika
pengelolaan kelas kurang baik.
3) Guru sulit untuk memantau sktivitas siswa dalam kelompok.
e. Langkah-Langkah Metode Quick On The Draw
Ginnis (2008:163) mengemukakan langkah-langkah metode quick on the draw adalah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan satu set pertanyaan, misalnya lima mengenai
topik yang sedang dibahas. Guru membuat cukup salinan agar tiap
kelompok punya sendiri. Tiap pertanyaan harus di kertas terpisah.
Tiap set pertanyaan sebaiknya ditulis di kartu dengan warna yang
berbeda. Guru meletakkan set pertanyaan tersebut di atas mejanya,
39
2) Bagi kelas menjadi 3-5 kelompok. Beri warna untuk tiap kelompok
sehingga mereka dapat mengenali set pertanyaan mereka di meja
guru.
3) Guru memberi tiap kelompok materi sumber tentang pelajaran
yang diajarkan.
4) Ketika guru mengatakan mulai satu orang dari tiap kelompok lari
ke meja guru untuk mengambil pertanyaan pertama dan kembali
membawanya ke kelompok.
5) Dengan menggunakan materi sumber kelompok tersebut mencari
dan menulis jawaban di lembar kertas terpisah.
6) Jawaban dibawa orang kedua ke meja gurunya. Guru memeriksa
jawaban. Jika jawaban benar maka diperbolehkan mengambil
kertas soal nomer 2. Tetapi jika tidak akurat atau salah maka harus
dibawa kembali ke kelompoknya dan memperbaiki jawaban.
Begitu seterusnya.
7) Kelompok yang pertama selesai menjawab semua pertanyaan
dianggap menang.
8) Guru kemudian membahas semua pertanyaan secara
bersama-sama.
3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Majid (2012:11-12) pendidikan agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
40
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber
utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Disertai dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antarumat beragama dalam
masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Sedangkan Zakiyah Daradjat (1987:87) mengemukakan bahwa
pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan
ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
Menurut Wulansari (2016:34) pendidikan agama Islam (PAI)
memainkan peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam ikut
serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional, terutama untuk
mempersiapkan peserta didik dalam memahami ajaran-ajaran agama
dan berbagai ilmu yang dipelajari serta melaksanakannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Jadi, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan
oleh pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan
Hadis melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang
telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan serta
41
b. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah memilki dasar
yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini (dalam Majid,
2012:13-15) dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu sebagai berikut:
1) Dasar Yuridis/hukum
Dasar yuridis, yakni dasar pelaksanaan pendidikan agama yang
berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat
menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di
sekolah secara formal. Dasar yuridis formal terdiri dari tiga macam
a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama
yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.
b) Dasar stuktural/konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam bab XI
pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: a) negara berdasarkan atas
Ketuhanan yang Maha Esa; b) negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
c) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No
IV/MPR/1973/ yang kemudian dikukuhkan dalam Tap
MPR/no. IV/MPR 1978 , ketetapan MPR No. II/MPR/1983,
diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No.
II/MPR 1993 tentang garis-garis besar haluan negara yang pada
pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama
sekolah-42
sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.
2) Dasar religius
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam
yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Menurut ajaran Islam pendidikan
agama adalah perintah dari Tuhan dan merupakan perwujudan
ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang
menunjukkan perintah tersebut, antara lain:
a) Q.s An-Nahl ayat 125
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”
(Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2013:281).
b) Q.s Ali Imran ayat 104
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”
43 3) Dasar psikologis
Psikolagis, yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa
dalam hidupnya, manusia baik secara individu maupun sebagai
anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat
hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan
adanya pegangan hidup. Pegangan hidup tersebut adalah agama.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
betaqwa kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadai, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Ramayulis,
2014:22).
Pendidikan agama Islam di sekolah /madrasah bertujuan untuk
menumbuhkam dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (Majid, 2012:16).
Dengan demikian pendidikan agama Islam sangat perlu
dilaksanakan di sekolah ataupun di madrasah karena tujuan