• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kegiatan Ekstrakurikuler - PERAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER DISIPLIN DAN CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kegiatan Ekstrakurikuler - PERAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER DISIPLIN DAN CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran. Suryosubroto (2009:286) menyatakan bahwa: “Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa.” Ekstrakurikuler dapat dijadikan media dalam proses penanaman karakter kepada siswa. Muslich (2011:86) berpendapat

bahwa: “Kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini diselenggarakan

sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan pembinaan mutu akademik peserta didik.”

Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk pembinaan sikap siswa, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Naim (2012:146) bahwa: “Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mendorong pembinaan nilai dan sikap serta memungkinkan penerapan lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dari kurikulum”. Selanjutnya mengenai ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler, Suryosubroto (2009:288) menjelaskan bahwa:

(2)

kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap.

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran, untuk membantu pengembangan potensi siswa sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan aspek afektif dan psikomotor kepada siswa, sehingga diharapkan dapat mengembangkan watak siswa itu sendiri. Kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal pada kegiatan yang dapat menunjang serta dapat mendukung program intrakurikuler.

2. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di setiap sekolah terdapat berbagai macam jenisnya. Banyaknya jenis ekstrakurikuler tersebut bertujuan agar siswa dapat memilih ekstrakurikuler yang mereka sukai dan disesuaikan dengan bakat dan minat masing-masing siswa. Jenis kegiatan ekstrakurikuler ada yang wajib dan ada juga yang pilihan. Daien (dalam Suryosubroto, 2009:288) mengemukakan tentang dua jenis kegiatan ekstrakurikuler yaitu:

Bersifat rutin dan bersifat periodik. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin adalah bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus menerus, seperti latihan bola voly, latihan sepak bola, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik adalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja, seperti lintas alam, kemping, pertandingan olahraga, dan sebagainya.

(3)

merupakan kegiatan di luar jam pelajaran yang berfungsi untuk pengembangan bakat. Pemilihan ekstrakurikuler atas kehendak siswa sendiri, tetapi jika tergolong ekstrakurikuler wajib maka semua siswa wajib mengikutinya. Pelaksanaan ekstrakurikuler ada yang berlangsung terus menerus ada pula pada waktu tertentu saja disesuaikan dengan jenis ekstrakurikulernya.

Jenis kegiatan ekstrakurikuler yang biasanya diselenggarakan di sekolah pada setiap jenjang pendidikan terdapat berbagai macam. Secara umum oleh Suryosubroto (2009:290) jenis kegiatan ekstrakurikuler dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Pramuka b. PMR / UKS c. Olahraga prestasi

d. Kesenian tradisional / modern

e. Cinta alam dan lingkungan hidup, dan lain sebagainya.

Uraian tersebut menjelaskan bahwa, terdapat berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler yang dapat siswa pilih sesuai dengan keinginannya. Sekolah berupaya mengembangkan ekstrakurikuler yang ada karena bakat dan minat siswa perlu dibina dan digali sejak dini. Kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya untuk pembinaan minat dan bakat saja tetapi melalui kegiatan ekstrakurikuler juga dapat dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan karakter pada siswa.

3. Prinsip-Prinsip Program Ekstrakurikuler

(4)

dengan baik. Sutrisna (dalam Suryosubroto, 2009:291) menguraikan prinsip program ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

a. Semua murid, guru, dan personel administrasi hendaknya ikut serta dalam usaha meningkatkan program.

b. Prosesnya adalah lebih penting daripada hasil.

c. Program hendaknya cukup komprehensif dan seimbang dapat memenuhi kebutuhan dan minat semua siswa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, agar ekstrakurikuler dapat berjalan dengan efektif dan maksimal harus ada kerjasama yang erat antara semua warga sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang terpenting dari berjalannya proses bukan hasilnya.

4. Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler

a. Partisipasi Siswa dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan dengan efektif apabila terdapat kerjasama dan adanya partisipasi dari berbagai pihak. Suryosubroto (2009:294) menjelaskan bahwa: “Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.” Lebih lanjut Suryosubroto (2009:295) mengatakan partisipasi yang dimaksud adalah:

(5)

yang dibuat oleh sekolah. Kepala sekolah sebagai administrator sekolah agar dapat menilai secara periodik tentang kemanfaatan program bagi siswa serta perubahan dan perbaikan program kegiatan murid tersebut.

Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, maupun minat siswa serta memiliki kemanfaatan bagi siswa sebagai sarana pendewasaan diri dan penyaluran bakat-bakat potensial siswa, sehingga siswa berpartisipasi mengikutinya. Kepala sekolah harus dapat menjadi motivator bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mensukseskan program kegiatan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

b. Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan memberikan banyak manfaat tidak hanya terhadap siswa tetapi juga bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Daien (dalam Suryosubroto, 2009:304) menyatakan hal-hal yang perlu diketahui oleh Pembina ekstrakurikuler yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan harus dapat meningkatkan pengayaan siswa yang beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Memberikan tempat serta penyaluran bakat dan minat sehingga siswa akan terbiasa dengan kesibukan-kesibukan yang bermakna.

3) Adanya perencanaan dan persiapan serta pembinaan yang telah diperhitungkan masak-masak sehingga program ekstrakurikuler mencapai tujuan.

4) Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler oleh semua atau sebagian siswa.

(6)

yang akan dilaksanakan. Penyusunan program aktivitas ini dimaksudkan agar guru mempunyai pedoman yang jelas dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler. Setelah program selesai, Pembina perlu mengadakan evaluasi. Suryosubroto (2009:304) menjelaskan bahwa: “Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui kemanfaatan

program bagi siswa maupun bagi sekolah, hemat biaya atau tidak, dan sebagainya.” Evaluasi bertujuan agar kepala sekolah dapat mengambil kebijakan selanjutnya dan untuk perbaikan selanjutnya pula. Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai banyak fungsi dan makna dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini akan terwujud, manakala pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sebaik-baiknya dan adanya kerjasama antar berbagai pihak.

c. Tersedianya Sarana

Sarana dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah semua fasilitas yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, baik yang bergerak maupun tidak agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan efektif, dan efesien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Suryosubroto (2009:305) menyatakan

bahwa: “Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler akan berjalan dengan

(7)

bahwa fasilitas maupun sarana dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1) Fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibedakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan suatu usaha.

2) Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa dalam kegiatan ekstrakurikuler harus tersedia sarana dan fasilitas yang memudahkan siswa dalam mengikutinya. Sarana dan prasarana yang lengkap dapat menunjang pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Sarana prasarana yang menunjang serta memadai tersebut diharapkan kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan dengan lancar serta maksimal. Oleh sebab itu, sekolah harus selalu mengoptimalkan sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ada. d. Tersedianya Dana

(8)

2009:306) menguraikan sumber pembiayaan pendidikan berasal dari empat arah, yaitu:

1) Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah 2) Orang tua murid (SPP dan BP3)

3) Masyarakat

4) Dana bantuan atau pinjaman pemerintah dari luar negeri Uraian di atas menjelaskan bahwa semua dana harus dipergunakan secara terarah dan bertanggung jawab dengan tidak bertumpang tindih dengan yang lain. Pimpinan harus mampu menjalankan kebijaksanaan agar semua dana itu dapat dimanfaatkan secara efisien, dalam arti saling menunjang sehingga semua kegiatan baik ekstrakurikuler maupun kegiatan lainnya dapat dilaksanakan dengan sekecil mungkin hambatannya.

e. Keberadaan Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler

Jadwal sangat penting sehingga jadwal harus diketahui oleh semua pihak yang ada di sekolah. Suryosubroto (2009:307) menjelaskan bahwa:

Penjadwalan merupakan salah satu kegiatan administrasi di sekolah, jadwal ini dimaksudkan untuk mengatur program belajar, praktik, program lapangan dapat terselenggara secara tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang tersedia dengan segala keterbatasannya.

(9)

ekstrakurikuler, bagi administrator mempermudah dalam memberikan dukungan sarana prasarananya yang diperlukan dan bagi kepala sekolah mempermudah dalam mengadakan supervisi.

5. Ekstrakurikuler Pendidikan Berkarakter

Membangun budaya moral yang positif di sekolah salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler, Lickona (2013:469) berpendapat

bahwa: “Kegiatan ekstrakurikuler adalah cara efektif untuk membantu

siswa mengembangkan rasa dihargai sebagai manusia yang berharga di komunitas sekolahnya.” Ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah dalam pelaksanaannya sebaiknya diselipkan suatu pendidikan yang bermuatan karakter bagi siswa. Diuraikan oleh Permendiknas No. 39 Tahun 2008 (dalam Aqib, 2015:60) mengenai kegiatan ekstrakurikuler untuk pengembangan bakat, minat, dan kepribadian/karakter meliputi:

a. Pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Pembinaan budi pekerti luhur dan akhlak mulia.

c. Pembinaan kepribadiaan unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara.

d. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan olahraga sesuai bakat dan minat.

(10)

seperti melalui Kepramukaan ataupun yang bersifat mengembangkan bakat seperti beberapa ekstrakulikuler olahraga.

Pendidikan karakter dapat dipadukan melalui beberapa cara, salah satunya yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler. Fitri (2012:50) mengemukakan mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang berperan dalam pembinaan karakter diantaranya adalah Pramuka yang dikemukakan sebagai berikut:

Melalui kegiatan pramuka, peserta didik dapat dilatih dan dibina untuk mengembangkan diri dan meningkatkan hampir semua karakter. Misalnya, melatih untuk disiplin, jujur, menghargai waktu, tenggang rasa, baik hati, tertib, penuh perhatian, tanggung jawab, pemaaf, peduli, cinta tanah air, cermat, dan lain-lain.

Penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, ekstrakurikuler Pramuka dapat digunakan sebagai sarana dalam proses menanamkan karakter kepada siswa. Sekolah harus berperan aktif dalam memberdayakan ekstrakurikuler secara maksimal, efektif, dan efisien agar karakter baik tertanam kepada siswa sejak dini.

B. Kepramukaan

1. Pengertian Pramuka, Gerakan Pramuka, dan Kepramukaan

Gerakan Pramuka, Pramuka, dan Kepramukaan memiliki arti yang berbeda. Sarkonah (2012:3) menjelaskan pengertian Pramuka, Gerakan Pramuka, dan Kepramukaan adalah sebagai berikut:

a. Pramuka

(11)

berkepribadian, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tinggi moral, dan tinggi keterampilannya (Orangnya).

b. Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka merupakan nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan Pendidikan Kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia (Organisasinya).

c. Kepramukaan

Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (Kegiatannya).

Penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa, Pramuka adalah singkatan dari Praja Muda Karana, muda dimaksud bukan berarti hanya para pemuda, tetapi juga orang dewasa, yang dimaksud muda adalah orang-orang yang berjiwa muda dan suka berkarya. Jika ada orang yang mempunyai tujuan yang sama berkumpul, maka perlu adanya wadah atau tempat untuk berkumpul tersebut, wadah atau organisasi tempat dimana pramuka berkumpul dan menyelesaikan masalah secara bersama disebut Gerakan Pramuka. Jika sudah ada wadahnya atau organisasinya, Pramuka juga perlu ada kegiatan-kegiatan untuk menunjang organisasi tersebut serta mewujudkan cita-cita dari Pramuka itu sendiri, seperti melakukan pembinaan atau menanamkan karakter diri bagi setiap anggotanya, kegiatannya disebut Kepramukaan.

2. Tujuan Gerakan Pramuka

(12)

Tahun 2010 pasal 4 (dalam Sarkonah, 2012:224) Tentang Gerakan Pramuka menjelaskan bahwa:

Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap Pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa, Gerakan Pramuka bertujuan untuk menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan para pemuda-pemudi Indonesia. Anggota Pramuka diharapkan mampu menjadi manusia yang berkepribadian serta mampu dan sanggup untuk membangun dirinya dan membangun masyarakat, bangsa, dan negara.

3. Fungsi Kepramukaan

Pendidikan Kepramukaan yang dilaksanakan di sekolah mempunyai fungsi yang berguna untuk mengembangkan karakter anak bangsa. Sunardi (2011:4) menguraikan fungsi Kepramukaan terdiri dari tiga fungsi yaitu:

a. Kegiatan yang menarik yang mengandung pendidikan bagi anak-anak, remaja, dan pemuda.

b. Suatu pengabdian (job) bagi para anggota dewasa yang merupakan tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian.

c. Alat (means) bagi masyarakat, Negara atau organisasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, alat bagi organisasi atau Negara untuk mencapai tujuannya.

(13)

maupun pemuda. Sejalan dengan pendapat Sunardi, Dahlan (2013:16) juga menjelaskan fungsi Gerakan Pramuka yaitu:

Sebagai lembaga pendidikan diluar sekolah dan diluar keluarga serta sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta sistem among, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia.

Cuplikan di atas menjelaskan bahwa kegiatan Pramuka berfungsi untuk mengisi waktu luang di luar sekolah yang mengandung pendidikan khususnya kedisiplinan, karakter, dan nasionalisme. Fungsi dari kegiatan Pramuka itu sendiri lebih cenderung fleksibel sesuai dengan keadaan atau perkembangan yang ada di lingkungan sekitar sampai Negara.

4. Prinsip Dasar Kepramukaan

Anggota Pramuka dalam bertindak sebaiknya berpedoman pada Prinsip Dasar Kepramukaa. Dahlan (2013:17) menyatakan prinsip dasar

adalah: “Asas yang mendasar yang menjadi dasar dalam berfikir dan

bertindak. Sedangkan Prinsip Dasar Kepramukaan adalah: “Asas yang mendasari kegiatan Kepramukaan dalam upaya membina watak peserta didik.” Sunardi (2011:61) menguraikan mengenai Prinsip Dasar Kepramukaan adalah:

a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya.

c. Peduli terhadap diri sendiri.

d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

(14)

siswa. Dahlan (2013:17) mengemukakan fungsi Prinsip Dasar Kepramukaan yaitu:

a. Norma hidup seorang anggota Gerakan Pramuka b. Landasan kode etik Gerakan Pramuka

c. Landasan sistem nilai Gerakan Pramuka

d. Pedoman dan arah pembinaan kaum muda anggota Gerakan Pramuka

e. Landasan gerak dan kegiatan Gerakan Pramuka mencapai sasaran dan tujuan.

Pramuka ditanamkan dan ditumbuhkembangkan kepada setiap siswa melalui proses penghayatan untuk diri pribadi dengan bantuan Pembina. Pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggung jawab, serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Prinsip Dasar Kepramukaan yaitu Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hal tersebut karena kegiatan Pramuka merupakan kegiatan yang berakhlak mulia. Prinsip Pramuka yaitu peduli terhadap bangsa, peduli dalam arti ketika bangsa dalam hal sulit seperti terjadi bencana bahkan perang, Pramuka wajib membantu atau ikut serta dalam menanggulangi bencana bangsa. 5. Metode Kepramukaan

(15)

Pendidikan Kepramukaan yang menarik, menyenangkan, dan menantang yang disesuaikan kondisi, situasi, dan kegiatan peserta didik.” Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) (2014:34) menguraikan mengenai Metode Kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui:

a. Pengalaman Kode Kehormatan Pramuka

Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas janji yang disebut Satya dan ketentuan moral yang disebut Darma. Hal tersebut merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam Metode Kepramukaan.

b. Belajar Sambil Melakukan

Belajar sambil melalukan dilaksanakan dengan mengutamakan sebanyak mungkin kegiatan praktik secara praktis pada setiap kegiatan Kepramukaan dalam bentuk pendidikan keterampilan dan berbagai pengalaman yang bermanfaat bagi anggota muda. Mengarahkan perhatian anggota muda untuk selalu berbuat hal-hal nyata, merangsang agar timbulnya keingintahuan akan hal-hal baru, serta memacu agar berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan.

c. Kegiatan Berkelompok, Bekerjasama, dan Berkompetisi

(16)

kerukunan. Kegiatan berkelompok memberi kesempatan untuk saling berkompetisi dalam suasana persaudaraan guna menumbuhkan keinginan untuk menjadi lebih baik.

d. Kegiatan yang Menarik dan Menantang

Kegiatan menarik dan menantang merupakan kegiatan yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan mengandung pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan kecakapan hidup setiap anggota Gerakan Pramuka. Kegiatan yang diutamakan dapat mengembangkan bakat dan minat yang mencakup ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik siswa, serta bermanfaat bagi perkembangan kepribadian siswa.

e. Kegiatan di Alam Terbuka

Kegiatan di alam terbuka merupakan kegiatan rekreasi yang edukatif dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan dan keamanan. Kegiatan di alam terbuka dapat memberikan pengalaman dengan adanya rasa saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya, bahwa menjaga lingkungan adalah hal yang utama yang harus ditaati dan dikenali sebagai aturan dasar dalam setiap kegiatan yang selaras dengan alam.

f. Kehadiran Orang Dewasa

(17)

dan penilai. Konsultan dan motivator untuk siswa dalam melaksanakan kegiatan. Pembina, pamong, pelatih, instruktur, pendamping, dan pelindung siswa pada waktu melaksanakan kegiatan serta penanggung jawab pelaksanaan kegiatan siswa.

g. Penghargaan Berupa Tanda Kecakapan

Penghargaan berupa tanda kecakapan bertujuan mendorong dan merangsang siswa agar secara bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Kepramukaan serta memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Tanda kecakapan merupakan pengakuan yang diberikan kepada siswa yang telah menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Kepramukaan serta telah memiliki berbagai kompetensi keterampilan.

f. Satuan Terpisah

Satuan terpisah Pramuka putra dan Pramuka putri diterapkan di gugus depan, satuan karya Pramuka, dan kegiatan bersama. Satuan Pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan Pramuka putra dibina oleh pembina putra, kecuali perindukan Siaga putra dapat dibina oleh pembina putri.

(18)

unsur dalam Metode Kepramukaan memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan Pendidikan Kepramukaan. Pembina Pramuka dalam mengajar kegiatan Kepramukaan hendaknya memperhatikan metode dalam kegiatan Kepramukaan tersebut agar pelaksanaannya dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

6. Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan bagi kaum muda agar menjadi warga negara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif bagi bangsa. Pendidikan Kepramukaan hendaknya dijalankan oleh sekolah sebagai media dalam menanamkan karakter siswa. Furqon (2015:78) mendefinisikan tentang Pendidikan Kepramukaan adalah:

a. Pendidikan Kepramukaan merupakan proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia Pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Kepramukaan.

(19)

kesejahteraan dan kedamaian masyarakat baik nasional maupun internasional.

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, dengan Pendidikan Kepramukaan diharapkan dapat membentuk watak siswa yang baik. Gerakan Pramuka selaku penyelenggara Pendidikan Kepramukaan memiliki peran besar dalam menanamkan karakter dan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

(20)

Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa, Pendidikan Kepramukaan untuk golongan Penggalang yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia 11-15 tahun. Dalam siklus kehidupan manusia, anak usia 11-15 tahun termasuk dalam kelompok kanak-kanak akhir yang sedang memasuki usia remaja serta sedang menuju masa dewasa. Di sekolah dasar, usia Pramuka Penggalang sendiri masuk pada siswa yang sedang duduk di kelas V dan VI yaitu usia 11 dan 12 tahun. Pada usia tersebut anak-anak mempunyai sifat keingintahuan yang tinggi, semangat yang kuat, sangat aktif, dan suka berkelompok.

Kode Kehormatan Pramuka ditetapkan dan diterapkan sesuai dengan golongan usia dan perkembangan rohani dan jasmani anggota Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) (2014:32) menyatakan Kode Kehormatan bagi Pramuka Penggalang, terdiri dari:

a. Janji dan komitmen diri yang disebut Trisatya

Trisatya berbunyi: Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesama hidup, dan mempersiapkan diri membangun masyarakat, serta menepati Dasadarma.

(21)

pilar bernama Dasadarma. Dari Dasadarma dapat dijabarkan menjadi banyak sikap hidup (pola tingkah laku) sehari-hari.

Sarkonah (2012:35) menguraikan bunyi dan penjabaran dari Dasadarma adalah sebagai berikut:

1) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Hal ini dibuktikan dengan selalu berperilaku baik agar dipercaya dan selalu patuh dalam menjalankan ajaran agama yang di anut.

2) Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia

Hal ini dibuktikan dengan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki kerusakan pada lingkungan sekitar serta menjaga kelestarian lingkungan.

3) Patriot yang Sopan dan Kesatria

Hal ini dibuktikan dengan sikap dan perbuatan yang menunjukkan rasa senang bergaul, bekerja sama, adil, dan memberikan rasa aman atas kehadirannya. Perbuatan lain seperti mengikuti upacara bendera, ikut serta dalam bela Negara.

4) Patuh dan Suka Bermusyawarah

(22)

5) Rela Menolong dan Tabah

Hal ini dibuktikan dengan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada setiap orang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan dan tidak mudah putus asa.

6) Rajn, Terampil, dan Gembira

Hal ini dibuktikan dengan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan terus berkarya untuk mengembangkan bakatnya. Selalu riang gembira dalam setiap melakukan kegiatan.

7) Hemat, Cermat, dan Besahaja

Hal ini dibuktikan dengan tidak boros, teliti dalam melakukan sesuatu, serta bersikap hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan. 8) Disiplin, Berani, dan Setia

Hal ini dibuktikan dengan tindakan dan perilaku yang menunjukkan taat pada setiap aturan yang berlaku, setelah bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan menjalankan amanat dengan baik. 9) Bertanggungjawab dan Dapat Dipercaya

(23)

10) Suci dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan

Hal ini dibuktikan dengan sikap dan tindakan tidak menyinggung perasaan orang lain, selalu menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda.

Upaya menanamkan dan menumbuhkan karakter bangsa, di Kepramukaan mempergunakan 10 pilar yang menjadi Kode Kehormatan. Kode Kehormatan mempunyai makna suatu norma (aturan) yang menjadi ukuran kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan dalam hati yang menyadari harga dirinya, serta menjadi standar tingkah laku Pramuka di masyarakat. Pramuka telah menjawab bentuk dari pendidikan karakter pemuda yaitu melalui tujuannya, landasannya dan juga melalui 10 pilar pokok yang disebut dengan Dasadarma Pramuka. Pramuka mengandung segudang pendidikan karakter baik teori maupun praktek. Melalui Dwisatya dan Dwidarma untuk siaga, Trisatya dan Dasadarma, untuk penggalang juga kegiatan berkemah, lomba tingkat, hiking dan lain sebagainya merupakan wujud kongkrit proses pendidikan karakter pemuda.

Kegiatan Kepramukaan dilakukan dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, terarah, teratur serta praktis sehingga dapat mencapai tujuannya dalam membentuk watak, akhlak, dan budi pekerti luhur pada siswa. Pusbangtendik (2014:22) berpendapat bahwa:

(24)

keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Berdasarkan cuplikan penjelasan d atas maka, terdapat berbagai keterampilan Pendidikan Kepramukaan yang dapat menanamkan karakter pada siswa, termasuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Jenis kegiatan dan materi Pramuka dalam menanamkan karakter disiplin siswa dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan dan materi yaitu:

a. Dasadarma Ke Delapan

Dasadarma merupakan Kode Kehormatan Gerakan Pramuka yang merupakan suatu norma dalam kehidupan Pramuka yang menjadi ukuran atau standar tingkah laku Pramuka dalam kehidupan sehari-hari. Isi dari Dasadarma memuat nilai-nilai yang mengacu ke 18 nilai karakter. Dasadarma ke delapan berbunyi Disiplin, Berani dan Setia, maksudnya disiplin berarti patuh dan mengikuti aturan dan norma yang ada.

(25)

b. Salam Pramuka

Materi salam Pramuka akan melahirkan disiplin. Dahlan (2013:11) mengungkapkan fungsi salam untuk melahirkan disiplin, tata tertib yang mewujudkan suatu ikatan jiwa yang kuat ke dalam maupun ke luar, yang hanya dapat dicapai dengan adanya saling menyampaikan penghormatan yang dilakukan secara tertib, sempurna dan penuh keikhlasan.

Sarkonah (2012:51) mengatakan: “Hal ini dibuktikan dengan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada aturan yang ditetapkan organisasi Pramuka dan menghargai sesama.”

Mengucapkan salam akan melahirkan nilai disiplin. Dalam menyampaikan salam (baik yang memakai topi dan saling menghargai sesama anggota) sama artinya dengan melakukan gerakan penghormatan.

c. Tanda Pengenal dalam Gerakan Pramuka

(26)

berpakaian dengan menggunakan atribut dengan lengkap dan seragam yang sesuai.

d. Peraturan Baris-Berbaris (PBB)

Baris-berbaris merupakan suatu wujud latihan fisik, yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Perwatakan tertentu yang dimaksud yaitu terbentuk karakter disiplin. Sarkonah (2012:83) menguraikan bahwa tujuan dari baris berbaris yaitu:

1) Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap, tangkas, rasa disiplin, dan tanggung jawab.

2) Menumbuhkan rasa senasib sepenanggungan serta ikatan yang sangat kuat dalam menjalankan tugas.

3) Menumbuhkan rasa disiplin, artinya mengutamakan tugas di atas kepentingan pribadi.

(27)

e. Upacara

Kegiatan upacara merupakan salah satu alat pendidikan untuk membiasakan diri selalu berperilaku tertib, disiplin, menanamkan rasa cinta tanah air dan tanggung jawab. Karakter disiplin dalam upacara dapat dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan menaati segala peraturan yang berlaku. Dahlan (2013:46) menjelaskan bahwa:

“Gerakan Pramuka menyelenggarakan upacara sebagai alat

pendidikan dan dilaksanakan dengan khidmat, teratur, dan tertib.” Kegiatan upacara terdiri dari berbagai macam jenis seperti upacara umum, pembukaan dan penutupan latihan, pelantikan dan upacara pemberian penghargaan. Kepramukaan merupakan alat pendidikan berkaitan erat dengan proses perkembangan jiwa siswa untuk meumbuhkan kesadaran siswa sesuai dengan tujuan upacara.

f. Perkemahan

(28)

ditaati setiap anggota Pramuka. Ini merupakan bentuk nyata dari penciptaan kedisiplinan.

Macam-macam kegiatan dan materi Pramuka Penggalang dalam membentuk karakter cinta tanah air dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan dan materi yaitu:

a. Penjebaran Trisatya

Bagi seorang anggota Pramuka kode kehormatan Trisatya dijadikan sebagai norma atau aturan yang mengikat. Sarkonah (2012:35) menguraikan setiap butir Trisatya memiliki makna, sebagai berikut:

1) Mengakui bahwa setiap anggota Pramuka merupakan hamba Tuhan yang hidup sebagai makhluk sosial yang selalu tolong menolong dalam kebaikan.

2) Setiap anggota Pramuka selalu hidup bersama dan berkembang untuk mencintai tanah airnya, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3) Setiap anggota Pramuka juga harus mengamalkan Dasadarma Pramuka.

(29)

mengamalkan Dasadarma. Hal itu dibuktikan dengan sikap dan perbuatan yang lebih mempedulikan kepentingan bersama di atas segalanya.

b. Dasadarma Ke Tiga

Dasadarma ke tiga berbunyi Patriot yang sopan dan kesatria. Sarkonah (2012:39) menjelaskan Dasadarma poin ke 3 bermaksud bahwa sebagai seorang Pramuka hendaklah memiliki sifat patriot. Sikap ini dapat dituangkan dalam membela bangsa dan negara Indonesia. Sopan dapat dihubungkan dengan tingkah laku atau perilaku yang selalu menghormati orang lain sehingga orang lain dapat menghargai kita. Sementara itu kesatria adalah orang yang gagah berani dan jujur serta mampu membela dirinya untuk kepentingan orang banyak. Hal tersebut apabila benar-benar diaplikaskan dalam kehidupan sehari-hari siswa maka karakter cinta tanah air dapat tertanam sejak dini.

c. Sejarah Bendera Merah Putih

Bendera merupakan secarik kain yang berukuran empat persegi panjang, terbagi menjadi dua bagian berwarna merah dan putih yang mengandung arti tersendiri. Sarkonah (2012:60) menyatakan bahwa: “Merah berarti berani, sedangkan putih berarti suci, jadi bendera

(30)

kali dikibarkan saat momentum proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Bagi anggota Pramuka yang memahami akan makna dari bendera merah putih dibuktikan dengan menunjukkan kesetiaan, kepedulian, cinta tanah air, dan menempatkan kepentingan bangsa di atas diri dan kelompoknya.

d. Pancasila dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Sarkonah (2012:66) menjelaskan bahwa: “Panca berarti lima dan sila berarti dasar, jadi Pancasila merupakan lima dasar atau landasan negara Republik Indonesia.” Lagu Indonesia raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Lagu Indonesia Raya digunakan sebagai pembakar semangat dalam setiap pertemuan organisasi. Sarkonah (2012:70) berpendapat bahwa: “Setelah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan pelambang pemersatu bangsa.” Bagi anggota Pramuka yang memahami akan makna dari lagu Indonesia Raya ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan yang menghargai semangat perjuangan para pahlawan dan mencintai tanah air dan bangsa sepenuh hati.

e. Mengenal Lagu Nasional, Lagu Daerah, dan Lagu Pramuka

Lagu nasional, lagu daerah maupun lagu Pramuka terdapat berbagai macam. Setiap anggota Pramuka hendaknya mengetahui macam-macam lagu tersebut serta dengan senang hati mempelajari maupun menghafalnya. Sarkonah (2012:213) menyatakan bahwa:

(31)

dibuktikan dengan sikap dan tindakan selalu menghafal dan menyanyikan lagu nasional, lagu daerah, dan lagu Pramuka atas dasar mencintai tanah air dan bangsa.”

f. Penjelajahan dan Tanda Jejak

Terbentuknya pribadi dan karakter cinta tanah air melalui penjelajahan merupakan salah satu perwujudan yang dapat dilihat dan diamati oleh siapapun. Sarkonah (2012:169) mengungkapkan bahwa: “Tujuan dari penjelajahan adalah untuk mengaplikasikan pengetahuan

tentang ilmu medan, peta, kompas, dan survival.” Penjelajahan dapat dijadikan media bagi siswa supaya sadar akan keindahan alam yang dilakukan saat penjelajahan sehingga akan sadar akan cinta terhadap tanah air.

Pusbangtendik (2014:25) berpendapat bahwa penjelajahan dan tanda jejak merupakan salah satu bentuk latihan berpetualang. Anggota Gerakan Pramuka harus terbiasa dengan alam bebas. Di alam bebas tidak terdapat rambu-rambu secara jelas sebagaimana di jalan raya. Oleh karena itu, seorang anggota Gerakan Pramuka harus dapat memanfaatkan fasilitas alam sebagai petunjuk arah dan atau tanda bahaya kepada teman kelompoknya. Kegiatan penjelajahan dapat membentuk karakter religius, toleransi, cinta tanah air, peduli lingkungan, kerja sama, dan tanggung jawab.

(32)

untuk menanamkan karakter cinta tanah air pada siswa. Tertanamnya jiwa yang tangguh, tidak cepat putus asa, dan rasa cinta terhadap tanah air menjadi tujuan dan sasaran kegiatan penjelajahan. Berdasarkan kegiatan-kegiatan Kepramukaan tersebut, diharapkan untuk dapat menanamkan serta membina nilai-nilai karakter kepada siswa, sehingga siswa mampu memiliki watak yang berbudi luhur. Subagyo (2011:35) menjelaskan bahwa:

Pendidikan karakter dan pendidikan Kepramukaan mempunyai keterkaitan dalam dua hal yaitu kesamaan materi pendidikan dan kesamaan dalam proses (metode) pendidikan. Materi Pendidikan Kepramukaan adalah nilai-nilai kepramukaan yang identik dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang berpengaruh pada pembentukan karakter. Sedangkan metode (proses) Pendidikan Kepramukaan adalah penerapan prinsip belajar mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi seseorang (learning to be).

Penjebaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, Pendidikan Kepramukaan adalah bagian dari pendidikan karakter dalam bentuk suplemen dengan kata lain pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui Pendidikan Kepramukaan. Berbagai media bisa digunakan untuk pendidikan karakter, namun melalui Kepramukaan semua sudah dirangkum menjadi satu dalam penanaman sebuah karakter pemuda.

(33)

membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka adalah sebagai berikut:

a. Intervensi

Intervensi merupakan bentuk campur tangan yang dilakukan pembimbing ekstrakurikuler Pramuka terhadap siswa. Intervensi dilakukan oleh pembimbing melalui pemberian pengarahan, petunjuk dan bahkan memberlakukan aturan ketat agar dipatuhi oleh siswa yang mengikutinya.

b. Pemberian Keteladanan

Pendidik harus dapat menjadi teladan atau contoh bagi siswanya, karena semua yang dilakukan pendidik baik itu sikap atau perilaku, perkataan maupun cara beretika akan ditiru oleh siswanya. Sudah sepantasnya pendidik memberikan contoh yang baik agar dapat ditiru oleh siswa dengan baik.

c. Habituasi/Pembiasaan

Pembiasaan merupakan suatu strategi yang dilakukan dengan pembiasaan yang dilakukan setiap hari dan secara terus menerus. Ini berarti bahwa pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, akan mengkristal menjadi karakter yang melekat pada siswa.

d. Mentoring/Pendampingan

(34)

positif yang sudah disemaikan, dicangkokkan, dan diintervensikan tetap terkawal dan diimplementasikan oleh siswa.

e. Penguatan

Penguatan yang diberikan oleh pembimbing ekstrakurikuler Pramuka berkhasiat untuk memperkuat perilaku siswa. Penguasaan atas siswa ini dapat ditempuh dengan secepatnya memberikan penguatan terhadap perilaku berkarakter positif.

f. Keterlibatan Berbagai Pihak

Berbagai pihak yang sepatutnya terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka adalah kepala sekolah sebagai ketua mabigus, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, guru pembimbing ekstrakurikuler Pramuka sebagai ketua gugus depan Pramuka, komite sekolah, pengawas sekolah, dan orang tua siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam mengimplementasikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler Kepramukaan harus memperhatikan berbagai strategi yang ada. Pelaksanaanya diharapkan adanya kerjasama antara semua pihak agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

(35)

Nasional Gerakan Pramuka dalam Anggaran Rumah Tangga bab IV pasal 11 (2014:29) menguraikan sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan yaitu:

a. Ing ngarso sung tulodho maksudnya di depan memberi

teladan.

b. Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan.

c. Tut wuri handayani maksudnya di belakang memberi

dorongan, dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.

Siswa kelas V berada pada golongan Penggalang. Hal tersebut memberikan makna bahwa dalam Penggalang, porsi terbesar adalah ing madyo mangun karso atau di tengah membangun kemauan. Sedangkan ing ngarso sung tuladha dan tut wuri handayani memiliki porsi lebih kecil. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yang lebih banyak membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat mengembangkan segala dimensi kepribadian secara seimbang. Sistem among dilaksanakan dengan bentuk hubungan pendidik dengan siswa merupakan hubungan khas. Hal tersebut dimaksudkan setiap anggota dewasa wajib memperhatikan perkembangan anggota muda secara pribadi agar pembinaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka.

(36)

kepramukaan yang tercermin pada perkataan dan perbuatan pendidik akan diamati, dipahami dan dapat ditiru oleh siswa. Prinsip yang kedua bahwa di tengah atau diantara siswa, pendidik harus mampu menciptakan prakarsa dan ide-ide, sementara itu prinsip ketiga menjelaskan dari belakang seorang pendidik harus memberikan dorongan, arahan, dan membangun motivasi kearah yang positif sesuai dengan tujuan Pendidikan Kepramukaan.

Pendidikan Kepramukaan untuk Penggalang mempunyai beberapa pertimbangan. Penggalang sebagai anggota Pramuka pada usia 11-15 tahun mempunyai karakteristik yang harus diperhatikan. Metode dan strategi yang digunakan dalam Pendidikan Kepramukaan harus memperhatikan karakteristik masing-masing anggota Pramuka Penggalang agar tepat dan potensi diri siswa dapat dikembangkan secara optimal. Kegiatan Kepramukaan harus bervariasi agar siswa tidak bosan dan tetap menyenangkan tanpa menghilangkan unsure edukasi.

C. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa. Pembentukan karakter siswa harus dimulai sejak dini sehingga siswa mampu beretika, bermoral, sopan santun, dan berinteraksi dengan baik di masyarakat. Muslich (2011:84) menjelaskan bahwa:

(37)

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Penjabaran di atas menjelaskan bahwa, karakter merupakan tingkah laku atau pola pikir yang dimiliki seseorang yang terbentuk baik itu secara alami ataupun faktor lingkungan. Pendidikan karakter sebagai proses mendidik seseorang untuk menjadi manusia yang berkarakter baik melalui pendidikan budi pekerti, pendidikan watak, dan lainnya. Adanya pendidikan karakter sehingga siswa mampu memutuskan atau menyikapi suatu permasalahan dengan tepat dan menimbulkan efek yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sangat penting untuk membimbing dan memfasilitasi siswa agar memiliki karakter positif (baik). Fitri (2012:25) menyatakan bahwa: “Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk, menanamkan, memfasilitasi, dan mengembangkan nilai-nilai positif pada anak sehingga menjadi pribadi yang unggul dan bermartabat.” Sedangkan Muslich (2011:81) berpendapat bahwa: “Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.”

(38)

akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan dapat dijadikan sarana dalam menyalurkan karakter positif pada ssiwa. Penanaman karakter pada siswa juga bermanfaat dalam meningkatkan mutu dan hasil pendidikan yang menghasilkan keluaran siswa yang tertanam karakter.

3. Peran Pendidikan dalam Penanaman Karakter

Pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam penanaman karakter kepada siswa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1134:2005) menjelaskan bahwa: “Penanaman adalah proses, cara, perbuatan, menanam, menanami dan menanamkan.” Dengan demikian maka penanaman adalah suatu usaha yang dilakukan dalam menanamkan dalam hal ini karakter disiplin dan cinta tanah air melalui kegiatan ekstrakurikuler Kepramukaan, dalam rangka menumbuhkan dan membentuk kepribadian yang baik bagi siswa sejak dini khususnya di bangku sekolah dasar kelas V.

Wadah yang paling strategis dan efektif untuk mewujudkan pendidikan karakter adalah dunia pendidikan sejak dari PAUD hingga perguruan tinggi. Narwanti (2012:42) menyatakan wadah yang paling strategis satuan pendidikan dalam melakukan pembinaan dan pengembangan karakter dengan menggunakan:

a. Pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. b. Pengembangan budaya satuan pendidikan.

c. Pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

(39)

Penanaman dan pengembangan pendidikan karakter di sekolah menjadi tanggung jawab bersama. Penanaman karakter kepada siswa dapat dilakukan melalui berbagai hal misalnya melalui ekstrakurikuler maupun saat pembelajaran. Daryanto (2013:68) menguraikan penanaman karakter dalam peranannya dalam bidang pendidikan sebagai berikut:

a. Pembinaan watak (jujur, cerdas, peduli, tangguh) merupakan tugas utama pendidikan.

b. Mengubah kebiasaan buruk tahap demi tahap yang pada akhirnya menjadi baik.

c. Karakter adalah sifat yang terwujud dalam kemampuan daya dorong dari dalam ke luar untuk menampilkan perilaku terpuji dan mengandung kebajikan.

Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendidikan sangat berperan dalam penanaman karakter. Pendidikan mempunyai tugas yang utama yaitu membina watak atau karakter siswa dari yang kurang baik menjadi baik bahkan lebih baik. Sekolah sebagai penyalur pendidikan karakter yang utama, karena jika sudah diluar sekolah atau di lingkungan masyarakat, sudah tidak ada kontrol mana yang baik dan buruk.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter Siswa mempunyai perbedaan baik dari segi sikap maupun karakteristik perilaku, hal tersebut mempengaruhi berhasil tidaknya pendidikan karakter ditanamkan. Zubaedi (2011:177) mengatakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter yaitu:

a. Faktor Insting (Naluri)

(40)

merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir dan berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya. tingkah laku manusia. Naluri atau insting manusia secara fitrah sudah ada dalam diri manusia tanpa harus dipelajarinya terlebih dahulu, dengan potensi naluri tersebut akan mempengaruhi perilaku seseorang sesuai dengan corak naluri yang dimilikiinya.

b. Faktor Adat atau Kebiasaan

Adat atau kebiasaan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan juga tidak hanya dilakukan secara berulang-ulang saja, tetapi juga harus disertai dengan rasa kesukaan dan kecenderungan hati terhadapnya.

c. Faktor Keturunan (Wirotsah/Heredity)

Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi karakter atau sikap dari seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada umumnya, anak kadang-kadang mewarisi salah satu sifat dari orang tuanya. Adapaun sifat yang diturunkan orang tua terhadap anaknya bukanlah suatu sifat yang tumbuh dengan matang karena pengaruh lingkungan, adat dan pendidikan melainkan sifat-sifat bawaan yang dibawa sejak lahir.

d. Faktor Lingkungan

(41)

seseorang itu berada. Lingkungan dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang melingkupi manusia dalam kehidupannya. Lingkungan terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan pergaulan. Lingkungan alam adalah kondisi alam yang melingkupi manusia yang akan mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan pergaulan adalah hubungan manusia dengan orang lain yang mana hubungan tersebut dapat mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku

Pemaparan Zubaedi di atas maka dapat disimpulkan, pendidikan karakter tidak serta merta akan selalu berhasil, karena karakteristik dari setiap siswa itu berbeda-beda. Maka muncul beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter itu sendiri, seperti lingkungan, kebiasaan, dan keturunan. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap karakter seseorang, sehingga menanamkan pendidikan karakter di sekolah sangat tepat sebab lingkungan sekolah jauh lebih baik dari pada lingkungan luar.

D. Disiplin

1. Pengertian Disiplin

(42)

menyatakan bahwa: “Disiplin yaitu suatu ilmu tertentu yang diberikan kepada murid untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan tertentu, disiplin diri biasanya disamakan artinya dengan control diri (self-control).” Sedangkan Naim (2012:142) berpendapat bahwa: “Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku.”

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Siswa yang disiplin akan selalu menaati peraturan dan tata tertib yang ada. Disiplin perlu diterapkan sejak dini kepada siswa yang dimulai dari lingkungan keluarga kemudian diperkuat dengan lingkungan sekolah. Perubahan perilaku yang lebih baik dari sebelumnya akan sangat berpengaruh terhadap masa depannya.

2. Tujuan dan Fungsi Disiplin

Disiplin sangat diperlukan untuk siswa agar siswa dapat belajar mendisiplinkan diri dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock (1978:82) mengatakan bahwa: “Disiplin memiliki tujuan untuk membentuk perilaku

(43)

disiplin agar dapat menentukan jalan tindakan yang terbaik dan menentang hal-hal yang lebih dikehendakinya.”

Disiplin membantu siswa menyadari apa yang diharapkan dan membantu mencapai apa yang diharapkan. Rachman (dalam Naim, 2012:147) menguraikan ada empat tujuan disiplin yaitu:

a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang. b. Mendorong siswa melakukan perbuatan yang baik dan benar.

c. Membantu siswa memahami dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah.

d. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut Naim (2012:148) mengemukakan bahwa: “Tujuan diciptakannya kedisiplinan siswa bukan untuk memberikan rasa takut atau pengekangan, melainkan untuk mendidik siswa agar sanggup mengatur dan mengendalikan dirinya dalam berperilaku.” Hurlock (1978:83)

menjelaskan fungsi pokok disiplin ialah: “Disiplin mengajarkan anak

untuk menerima pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan energi anak ke dalam jalur yang berguna dan diterima secara sosial.”

(44)

diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya ataupun pendidik terhadap anak didiknya. Penerapan disiplin tersebut diharapkan dapat menjadikan siswa yang tertib dalam segala hal.

3. Konsep dan Unsur Pokok Disiplin

Konsep disiplin bertujuan agar siswa mengetahui akan pentingnya disiplin yang bersifat positif dan negatif tetapi kedua hal tersebut sama-sama bertujuan untuk mendidik. Hurlock (1978:82) mengungkapkan tentang konsep disiplin yaitu:

Konsep disiplin terbagi menjadi dua, yaitu negatif dan positif. Konsep disiplin negatif berarti pengendalian dengan kekuasaan luar yang biasanya diterapkan secara sembarangan dalam bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dan menyakitkan, sedangkan konsep disiplin positif berarti sama dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan di dalam, disiplin diri dan pengendalian diri yang kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam. Disiplin negatif memperbesar ketidakmatangan individu, sedangkan disiplin positif menumbuhkan kematangan.

Sekolah adalah institut yang memiliki kewenangan untuk membantu siswa belajar mengembangkan perilaku yang sehat, salah satunya adalah disiplin. Hurlock (1978:84) mengatakan ada empat unsur pokok cara mendisiplinkan siswa yaitu:

Peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksanya, hukuman untuk pelanggaran peraturan, serta penghargaan untuk perilaku baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.

(45)

siswa tersebut tidak akan dapat menerapkan sikap disiplin pada dirinya. Pendidik juga hendaknya memantau mengenai perilaku siswa sehari-hari serta dapat mengaplikasikannya sehingga akan berdampak positif untuk siswa itu sendiri. Berikut ini adalah uraian dari keempat unsur pokok disiplin tersebut:

a. Peraturan

Peraturan merupakan serangkaian pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Peraturan untuk anak dapat ditetapkan oleh orangtua, pendidik atau teman bermain. Hurlock (1978:85) menjelaskan tujuan dari peraturan adalah: “Membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya, peraturan ini hanya memberikan pedoman tentang apa yang tidak boleh dilakukan anak di lingkungan sekolah.”

(46)

peraturan tersebut secara bertahap sehingga siswa dapat mengingat dan menerimanya sebagai kewajiban yang harus dipenuhi.

b. Hukuman

Unsur pokok disiplin yang kedua adalah hukuman. Hurlock (1978:86) berpendapat bahwa: “Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena kesalahan, perlawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.” Pelaksanaan proses pendidikan di sekolah, khususnya sekolah dasar, pendidik mempunyai hak untuk memberikan hukuman kepada siswanya. Namun dalam memberikan hukuman kepada siswa, pendidik mempunyai pertimbangan tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hukuman yang diberikan sebagai upaya mendisiplinkan siswa tidak berdampak buruk baik secara fisik maupun psikis. Hukuman harus bersifat mendidik siswa sehingga tidak menimbulkan trauma. Hurlock (1978:89) menguraikan mengenai pokok-pokok hukuman yang baik sebagai berikut:

1) Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran. Bila seorang anak membuang makanan ke lantai karena sedang marah-marah, anak itu harus langsung membersihkannya. 2) Hukuman yang diberikan harus konsisten sehingga anak itu

mengetahui bahwa kapan saja suatu peraturan itu dilanggar, hukuman itu tidak dapat dihindarkan.

3) Suatu penjelasan mengenai alasan mengapa hukuman diberikan harus menyertai hukuman agar anak itu akan melihatnya sebagai adil dan benar.

(47)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, hukuman sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mendisiplinkan siswa terkadang memang tidak dapat dihindari. Namun dengan memperhatikan pokok-pokok hukuman dan fungsi hukuman, seorang pendidik diharapkan dapat memberikan hukuman yang tepat untuk siswanya. Hukuman haruslah dapat menolong siswa memperbaiki perilakunya. Hukuman pula dapat memberikan manfaat sebagai pembelajaran bagaimana berperilaku yang lebih baik lagi.

c. Penghargaan

Pokok ketiga dari disiplin adalah adanya penghargaan atas tindakan siswa. Penghargaan merupakan bentuk apresiasi untuk suatu hasil yang baik. Hurlock (1978:90) mengatakan bahwa: “Penghargaan tidak harus berbentuk materi namun juga dapat berupa kata-kata pujian, senyuman, atau tepukan di punggung.” Adanya penghargaan yang dilakukan oleh pendidik, maka siswa akan lebih termotivasi untuk berperilaku baik. Penghargaan sangat penting diberikan kepada siswa walaupun dalam bentuk yang sederhana yaitu berupa pujian saja, karena dengan adanya penghargaan dapat menjadi suatu motivasi bagi siswa untuk selalu bersikap yang jauh lebih baik.

Hurlock (1978:90) menyatakan fungsi penghargaan yang wajib diketahui oleh pendidik supaya tepat dalam pengaplikasiannya kepada siswa. Penghargaan mempunyai tiga fungsi yaitu:

(48)

2) Penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial.

3) Penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku ini.

Uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, penghargaan bertujuan untuk mendisiplinkan siswa. Melalui penghargaan dimaksdukan agar siswa termotivasi untuk selalu berdisiplin. Bentuk penghargaan harus mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya yaitu penghargaan tersebut berfungsi sebagai nilai mendidik.

d. Konsistensi

Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Mendisiplinkan siswa harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, dalam cara peraturan diajarkan dan dipaksakan, dalam memberikan hukuman bagi yang melanggar, dan pemberian penghargaan bagi yang menaati. Hal tersebut bertujuan agar memberikan efek jera bagi siswa yang melanggarnya. Hurlock (1978:91) menjelaskan bahwa konsistensi memiliki tiga fungsi yaitu:

1) Konsistensi mempunyai nilai mendidik yang besar. 2) Konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat.

(49)

menyadari bahwa penghargaan akan mengikuti perilaku yang disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang dilarang.

4. Pembinaan Disiplin di Sekolah

Salah satu indikasi yang perlu mendapat perhatian agar berubah kearah yang lebih baik yaitu pengabaian terhadap aturan yang berlaku, Lickona (2013:23) berpendapat bahwa:

Kepatuhan siswa yang menjadi standar tentunya berbeda di setiap sekolah, tetapi secara keseluruhan para guru menyatakan sebuah masalah serius telah muncul di dalamnya, sejumlah besar siswa menunjukan perilaku mereka yang memabangkang dan mengacuhkan aturan yang berlaku.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sekarang menjadi tanggung jawab guru sekolah dasar untuk menanamkan disiplin kepada siswa. Menanamkan karakter kedisiplinan siswa diperlukan strategi dengan cara yang harus dilakukan demi terwujudnya disiplin diri dalam diri siswa. Kedisiplinan tersebut seperti mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib. Siswa perlu disiplin untuk mengembangkan motivasi yang kuat dalam proses belajar.

(50)

hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa-masa dewasa. Yaumi (2014:93) menjelaskan mengenai disiplin dalam lingkup sekolah yaitu:

Disiplin dapat dibangun dan dikembangkan melalui aktivitas seperti mengikuti upacara bendera, berpakaian seragam, melakukan tugas kebersihan, mengumpulkan tugas tepat waktu, datang ke sekolah lebih awal dari jam pelajaran, mengerjakan tugas terstruktur walaupun tidak diperiksa atau belum sampai batas waktu yang ditentukan. Semua kegiatan itu dilakukan atas dasar kesadaran mendalam dan dorongan kuat yang lahir dari dalam.

Jika sejak dini siswa sudah ditanamkan karakter disiplin, mereka akan menjadikannya sebagai kebiasaan dan bagian dari dirinya. Empat bentuk kedisiplinan dalam konteks pembelajaran di sekolah, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Naim (2012:146) bahwa:

a. Hadir di ruangan tepat pada waktunya, hal ini akan memacu kesuksesan dalam belajar.

b. Tata pergaulan dalam sekolah, hal ini dapat diwujudkan dengan tindakan-tindakan menghormati semua orang yang tergabung di dalam sekolah.

c. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dalam hal ini siswa dituntut berdisiplin serta aktif mengikutinya dengan mencurahkan segala potensi yang dimiliki, baik bersifat fisik, mental, emosional dan intelektual. d. Belajar di rumah, hal ini supaya siswa menjadi lebih ingat terhadap

(51)

Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus dapat menerapkan pendidikan karakter pada siswa. Implementasi pendidikan karakter khususnya karakter disiplin melalui penerapan peraturan, tata tertib maupun sanksi yang berlaku di sekolah. Penerapan ini agar siswa taat dan patuh terhadap peraturan yang ada, sehingga siswa mulai terbiasa dan dapat menerapkan kedisiplinan khususnya di lingkungan sekolah dan umumnya di dalam kehidupan bermasyarakat sehari–hari.

5. Indikator Karakter Disiplin

Nilai karakter akan dikatakan berhasil terbentuk pada siswa apabila memenuhi indikator keberhasilan yang telah ada. Berikut ini terdapat beberapa indikator keberhasilan disiplin menurut beberapa sumber.

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Disiplin

Nilai Indikator

Disiplin 1. Guru dan siswa hadir tepat waktu.

2. Menegakkan prinsip dengan memberikan punishment bagi yang melanggar dan reward bagi yang berprestasi.

3. Menjalankan tata tertib sekolah.

Sumber: Fitri (2012:41) Tabel 2.2 Indikator Pencapaian Pembelajaran Karakter Disiplin

Nilai Indikator

Disiplin 1. Hadir tepat waktu.

2. Mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran 3. Mengikuti prosedur kegiatan pembelajaran 4. Menyelesaikan tugas tepat waktu

Sumber: Narwanti (2012:66) Tabel 2.3 Indikator Kelas dan Sekolah Karakter Disiplin

(52)

terlaksana dengan baik.

1. Pengertian Cinta Tanah Air

Cinta tanah air termasuk ke dalam 18 nilai karakter. Cinta tanah air merupakan suatu sikap positif untuk memberikan kontribusi positif dalam membangun bangsa dan Negara. Kemendiknas (2010:27)

menjelaskan bahwa: “Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap dan

berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa cinta tanah air adalah suatu sikap yang mementingkan kebangsaan di atas segalanya. Seseorang yang memiliki sikap cinta tanah air yang tinggi akan lebih memahami dan menghargai nilai-nilai kebangsaan dan memiliki semangat kebangsaan yang tinggi.

(53)

individu pada Negara tempat dimana ia tinggal, yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikan alam dan lingkungannya. Orang yang mempunyai sikap cinta tanah air akan selalu berusaha melestarikan semua kekayaan yang dimiliki oleh Negara Indonesia.

2. Penanaman Cinta Tanah Air

Siswa sebagai putra-putri terbaik bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan bangsa, belajar sekuat tenaga agar dapat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju, disegani, dan dihormati oleh bangsa lain. Yaumi (2014:105) mengatakan karakter cinta tanah air harus ditanamkan sejak dini kepada siswa sehingga diharapkan siswa memiliki sikap cinta tanah air yang begitu besar kepada Negara dengan mengikuti beberapa langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menggali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia untuk menjadi modal dasar dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. b. Menunjukkan rasa cinta kepada budaya, suku, agama, dan

bahasa Indonesia.

c. Memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada perjuangan para pendahulu (pendiri) bangsa dengan menghargai dan mengamalkan hasil karya dan jerih payah yang ditinggalkan.

d. Memiliki kepedulian terhadap pertumbuhan ekonomi, kebersihan lingkungan, dan pemeliharaan terhadap flora dan fauna.

(54)

Penanaman cinta tanah air kepada generasi muda mengenai arti menjadi warga negara yang baik, yaitu dengan mereka menunjukkan kebanggaan dan kecintaan terhadap tanah air. Naim (2012:178) berpendapat bahwa: “Sekarang ini, semangat mencintai tanah air

seharusnya semakin ditumbuhkembangkan di tengah gempuran globalisasi yang semakin tidak terkendali.” Hal tersebut bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa dalam kompetisi global. Indikasi yang perlu mendapat perhatian agar berubah ke arah yang lebih baik salah satunya adalah penggunaan bahasa yang tidak baik. Lickona (2013:25) menyatakan: “Siswa sekarang terbiasa menggunakan kata yang tidak baik yang berakibat konflik, penggunaan kata-kata yang memancing emosi pendengar.” Dengan demikian penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi sangat diperlukan.

Mustari (2011:195) mengemukakan yang menjadi indikasi bahwa ciri-ciri menjadi nasionalis atau cinta tanah air diantaranya adalah:

a. Menghargai Jasa para Tokoh/Pahlawan Nasional

(55)

padahal patung-patung di Eropa itu tidak ada hubungan sedikit pun dengan bangsa Indonesia, bahkan mungkin menjadi penjajah bangsa. b. Bersedia Menggunakan Produk dalam Negeri

Bersedia menggunakan produk sendiri harus ditanamkan kepada diri masing-masing dengan demikian berarti menghormati karya sendiri, tentu saja ini akan lebih nikmat dan membanggakan. Banyak orang lain yang memborong pakaian yang berasal dari dalam Negeri, sementara masyarakat dalam negeri lebih bangga jika menggunakan merk-merk asing. Orang membeli atau memborong karya dalam negeri karena karya yang dihasilkan memang berkualitas, apalagi ditambah dengan harga yang murah.

c. Menghargai Keindahan Alam dan Budaya Indonesia

Menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia juga harus dipupuk sejak dini kepada siswa, karena memang bangsa Indonesia memiliki alam dan budaya yang indah. Sebegitu hebatnya budaya yang dimiliki, banyak jenis budaya kita yang dipatenkan oleh Negara lain. Indonesia perlu mematenkan semua kekhasan alamiah dan budaya yang dimiliki kepada dunia. Namun, untuk upaya tersebut diperlukan adanya semangat cinta tanah air yang tinggi.

d. Hafal Lagu-Lagu Kebangsaan

(56)

mereka, para pahlawan, para tokoh kemerdekaan dalam memerdekakan negeri ini, mempertahankan kemerdekaaan ini, dan juga dalam berjuang untuk membangun negeri ini. Heroisme kenegaraan perlu terus diperdengarkan kepada khalayak bahwa semangat itu masih ada, dan akan terus ada.

e. Memilih Berwisata dalam Negeri

Memilih berwisata dalam Negeri sendiri merupakan sikap terpuji untuk menumbuhkan dan menyelenggarakan rasa cinta tanah air yang dimiliki. Warga Indonesia harus mengenal tempat wisata di negerinya, lebih dari orang atau turis asing. Orang-orang asing berbondong-bondong ke Indonesia untuk berwisata, melakukan penelitian, membuat film, melakukan usaha, melakukan eksplorasi, dan sebagainya. Oleh karena itu, sering-seringlah berwisata di Indonesia untuk mencari inspirasi, melepas lelah, mengikuti rasa ingin tahu, dan mungkin juga melaksanakan berbagai peluang kerja dan bisnis. Hal yang terpenting adalah rakyat mengenali dulu negerinya. Baru setelah itu, banyak hal yang dapat dimanfaatakan dari negeri itu untuk rakyat Indonesia.

(57)

menghargai bangsa dan Negara, serta memahaminya sehingga pelaksanaan cinta tanah air akan lebih mudah direalisasikan.

3. Indikator Karakter Cinta Tanah Air

Nilai karakter akan dikatakan berhasil ditanamkan kepada siswa apabila memenuhi indikator keberhasilan yang telah ada. Hasan (dalam Fitri, 2012:39) mengemukakan mengenai macam indikator yaitu:

a. Indikator untuk Sekolah dan Kelas

Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari.

b. Indikator untuk Mata Pelajaran

Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menanamkan karakter kepada siswa, khususnya karakter cinta tanah air harus memperhatikan indikator keberhasilan yang ada. Berikut ini terdapat beberapa indikator keberhasilan cinta tanah air menurut beberapa sumber.

Tabel 2.4 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air

Nilai Indikator

Cinta Tanah Air

1. Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. 3. Memajang bendera Indonesia, Pancasila, gambar presiden

serta simbol-simbol Negara lain. 4. Bangga dengan karya bangsa.

5. Melestarikan seni dan budaya bangsa.

(58)

Tabel 2.5 Indikator Pencapaian Pembelajaran Karakter Cinta Tanah Air

Nilai Indikator

Cinta Tanah Air

1. Menyanyikan lagu-lagu perjuangan.

2. Diskusi tentang kekayaan alam, budaya bangsa, peristiwa alam, dan perilaku menyimpang.

3. Menumbuhkan rasa mencintai produk dalam negeri dalam pembelajaran.

4. Menggunakan media dan alat-alat pembelajaran produk dalam nenegri.

Sumber: Narwanti (2012:67) Tabel 2.6 Indikator Sekolah dan Kelas Karakter Cinta Tanah Air Indikator Kelas 4-6 Indikator Sekolah Indikator Kelas - Mengagumi posisi geografis

wilayah Indonesia dalam

F. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Disiplin
Tabel 2.4 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air
Tabel 2.5 Indikator Pencapaian Pembelajaran Karakter Cinta Tanah Air

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu tempat pelaksanaan asimilasi, Lapas Terbuka dapat menjadi model ideal dalam pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana dalam sistem pemasyarakatan

Analisis statistik menggunakan ujian-t tak bersandar yang dilakukan ke atas beberapa rantau pengaktifan yang diminati ( ROI ) pada hirisan pertama, kedua dan ketiga

Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha.. Perusahaan inti

2.92 Kesimpulan Berbagai Jenis Informasi dalam Pikiran Pembaca 205 BAB III MAKSUD YANG TERKANDUNG DALAM WACANA PIKIRAN PEMBACA PADA SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI

Eboni {Diospyros celebica Bakh.) yang tumbuh secara alami di pulau Sulawesi termasuk pohon yang istimewa sebagai pohon penghasil kayu mewah. Kayu yang dihasilkannya dan yang

Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk menjamin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan

London Sumatra Indonesia, Tbk yang terletak di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 produksi kelapa sawit mencapai produksi tertinggi dari 10 tahun

[r]