A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang amat penting
sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter
warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk itu dituntut PKn
dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai democratic
laboratory, yang dapat menanamkan, mengajarkan dan mensosialisasikan kepada generasi muda/peserta didik tentang sikap demokratis. Untuk
selanjutnya dipraktikan dan diamalkan dalam kehidupan bersama sehingga
nilai demokratis yang mencerminkan sikap dan kepribadian demokratis akan
terbentuk dimulai dari lingkungan sekolah.
Dewasa ini upaya mengembangkan sikap dan kepribadian demokratis di
berbagai lingkungan di Indonesia, termasuk lingkungan sekolah menunjukan
keprihatinan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kehidupan masyarakat kita saat
ini, berbagai krisis dan peristiwa yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan
Negara kita yang sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas.
Sehingga pada ahirnya menyebabkan orang frustasi dan cenderung melupakan
perasaan tanpa kendalidalam bentuk “amuk masa” seperti unjuk rasa
mahasiswa yag anarkis, tawuran antar pelajar, da sebagainya. Hal ini
menunjukan bahwa disatu pihak masa reformasi hendaknya diisi dengan
terciptanya civil society. Namun yang terjadi justru peningkatan kehendak beradaban prilaku sebagian masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal itu
merupakan tantangan bagi bangsa dan Negara Indonesia yang harus segera
diatasi oleh seluruh lapisan masyarakat bik itu elit politik maupun rakyat.
Hal ini tampak terjadi juga di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari,
diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14
Mei 2012 di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari. Peneliti menemukan bahwa
kurangnya sikap demokratis siswa di sekolah mengakibatkan terbentuknya
suasana yang kaku, siswa cenderung apatis dan siswa kurang berani dalam
mengeluarkan pendapatnya sehingga siswa terlihat pasif dalam menjalani
proses pembelajaran di sekolah.
Apabila dibiarkan begitu saja maka keadaan seperti itu akan berbahaya,
maka untuk membentuk masyarakat yang demokratistentunya sekolah sangat
mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk menjadi warganegara
yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Masyarakat demokratis tentu perlu individu yang cerdas dan
bertaggung jawab, hal ini sesuai dengan pendapat Tilaar (2006:25), yaitu
bahwa :
“Sikap demokratis dapat dibangun melalui hasil pendidikan dari manusia
iandonesia yang cerdas. Proses belajar-mengajar di sekolah bukan semata-mata
untuk pendidikan intelektual, melainkan pula untuk mengembangkan sikap
demokratis, membentuk anggota masyarakat yang bertanggung jawab, dan
dapat memanfaatkan kemampuan akalnya didalam mempertimbangkan
Sejalan dengan pendapat tersebut maka salah satu tempat yang strategis
untuk menanamkan sikap demokratis adalah di lingkungan sekolah. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membentuk
generasi mudayang beriman, bertaqwa, berilmu, bermoral dan memiliki sikap
demokratis.
Kutipan diatas mengandung makna penting terutama bagi lingkungan
sekolah sebagai lembaga pendidikan, jika lingkungan sekolah, kelas sebagai
lingkup kecil dapat menanamkan sikap demokratis, maka akan membawa
perubahan yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat, terutama siswa akan
mampu berfikir reflektif, global dan kritis. Jika siswa tidak tertantang untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran di sekolah/kelas, maka akan terjadi bangsa
yang mengabaikan tanggung jawab sosialnya. Lebih lanjut menurut Henry
yang dikutip dalam Zamroni, (2001:46), menyatakan:
“Untuk melakukan pendidikan demokrasi diperlukan dua prasyarat: 1) Kultur sekolah yang demokratis, yang mengilhami nilai-nilai, cita-cita, prinsip-prinsip
demokrasi. Sekolah merupakan laboratorium masyarakat demokratis atau
sebuah mini society dan, 2) Kurikulum sekolah yang demokratis, terutama
ilmu-ilmu sosial yang memadai untuk mengembangkan sikap demokratis”
.
Pernyataan tersebut sesuai pertimbangan bahwa demokratis sebagai
wacabna dan praksis serta tuntutan reformasi yang tengah berlangsung, serta
perlunya mewujudkan demokratisasi belajar di lingkungan persekolahan,
terutama dengan pemberlakuan kurikulum baru KBK 2004 dan KTSP 2006
yang mampu mengarahkan peserta didik menjadi warganegara yang
mengembangkan kecerdasan spiritual, rasional, emosional dan sosial serta
warganegara yang baik sebagai aktor sosial maupun sebagai
pemimpin/khalifah.
Didalam tatanan instrumentasi kurikuler, secara historis dalam kurikulum
sekolah terdapat mata pelajaran yang secara khusus mengemban misi
pendidikan demokratis, yakni mata pelajaran Civices ( Kurikulum 1957/1962), Pendidikan kemasyarakatan yang merupakan integrasi sejarah,
Ilmu bumi, dan kewarganegaraan (Kurikulum 1964) Pendidikan
Kewarganegara, yang merupakan panduan ilmu bumi, sejarah indonesia, dan
Cvics (Kurikulum 1968/1969); Pendidikan Kewarganegara, dan Civics & hukum (1973); dan pendidikan moral pancasila atau PMP (Kurikulum 1957
dan 1984); dan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan atau PPKn
(Kurikulum 1994). Namun dalam kenyataanya sekarang ebagai tnampak
dalam fenomena sosial-kultural dan sosial-politik saat ini, terkesan tidak
menggembirakan. Hal tersebut sesuai dengan berbagai penelitian, seperti
dihimpun oleh Djahiri, dkk (1998:9) menunjukan bahwa:
“Praksis pendidikan demokrasi, dalam hal ini melalui
PMP/PPKn/Penataran P-4 cenderung menitik beratkan pada penguasaan
aspek pengetahuan dan mengabaikan pengembangan sikap dan
ketrampilan kewarganegaraan, dengan menggunakan pendekatan
Untuk itu dituntut adanya pendidikan kewarganegaraan dengan pradigma
baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai laboratorium demokrasi. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Winataputra, dkk (2007:226)
bahwa :
“Kelas PKn hendaknya menjadi democratic laboratory, lingkungan
sekolah/kampus sebagai micro cosmos of democracy, dan masyarakat luas
sebagai open global slassroom yang memungkinkan siswa dapat belajar
demokrasi dalam situasi berdemokrasi, dan untuk tujuan melatih diri sebagai
warganegara yang demokratis atau learning democracy, in democracy, and for
democracy”
Dari kutipan diatas maka seluruh rakyat hendaknya menyadari bahwa
pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk mempertahankan
kelangsungan demokrasi konstitusional. Sebagaimana yang selamaini
dipahami bahwa ethos demokrasi sesungguhnya tidaklah diwariskan, tetapi
dipelajari dan dialami. Oleh karena itu, pendidikan Kewarganegaraan
harusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang lebih penting dari
pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik.
Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan,
kemampuan karakter yang dibutuhkan. Tanpa adanya komitmen yang benar
dari warganegara terhadap nilai dan prinsip fundemantal demokrasi, maka
masyarakat yang terbuka dan bebas, tak mungkin terwujud. Oleh karena itu,
kewarganegaraan kepada seluruh lapisan masyarakat dan semua instansi dan
jajaran pemerintah.
Profil konseptual kelas pendidikan kewarganegaraan yang digagaskan
diatas, harus dikembangkan untuk menggantikan kelas pendidikan
kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi saat ini yang bersifat lebih
dominativ dan indoktrinatif. Dengan demikian para guru dan siswa dapat
melakukan refleksi betapa bermanfatnya nilai dan prinsip demokrasi
diterapkan dalam kehidupan di sekolah yang di integrasikan dengan
kehidupan didalam masyarakatnya. Disitulah kelas pendidikan
kewarganegaraan benar-benar dikembangkan sebagai laboratorium demokrasi
yang dibatasi oleh didnding ruang kelas. Begitu pula pendapat yang
disampaikanj oleh Fajar (2004:6-7) bahwa :
“ PKn sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab, PKn memiliki peranan
yang amat penting. Mengingat banyak permasalahan mengenai pelaksanaan
PKn sampai saat ini, maka arah baru PKn perlu segera dikembangkan dan
dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi serta model-model pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuanya”
Adapun yang salah stu hal yang perlu diperhatikan sebagai arah baru
yaitu : Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn,
pemahaman, sikap, dan prilaku demokratis dikembangkan bukan
semata-mata melalui “mengajar demokrasi” (teaching democraty), tetapi melalui
model pembelajaranyang secara langsung menerapkan cara hidup demokrasi
kendali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi
siswa/mahasiswa sehingga dapat lebih berhasil dimasa yang akan datang.
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi
diri yang berbasis kelas
Pernyataan diatas mengandung makna bahwa PKn selayaknya dapat
membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang
memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas
dalam berpartisipasi. Sehingga PKn sebagai pendidikan demokrasi dapat
mengembangkan cita-cita, nilai, prinsip dan pola perilaku demokrasi dalam
diri individu warganegara, dalam tatanan iklim yang demokratis.
Untuk itu, budaya demokratis membutuhkan orang-orang atau
masyarakat demokratis yaitu masyarakat yang memiliki dan menjalankan
nilai demokratis dalam kehidupanya dalam arti memiliki sikap dan prilaku
demokratis. Sikap dan prilaku demokratis itu tidak tumbuh dengan sendirinya
juga tidak dapat begitu saja diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya,
namun sikap danprilaku demokratis harus ditanamkan, diajarkan dan
disosialisasikan kepada generasi muda, salah stunya melalui sekolah sebagai
tempat belajar sikap demokratis. Untuk selanjutnya dipraktikan dan
diamalkan dalam kehidupan bersama sehingga kepribadian demokratis yang
tercermin dalam sikap dan prilaku demokratis akan terbentuk di lingkungan
sekolah.
Berdasarkan pemikiran dan fakta empiris yang telah disampaikan
Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembentukan Sikap
Demokratis Siswa (Studi Deskriptif Analisis di SMP Muhammadiyah 2
Bobotsari)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, Secara umum masalah
yang menjadi inti permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimana
peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan
sikap demokratis siswa”. Dari rumusan masalah tersebut, maka untuk
memberikan arahan yang jelas dan pasti dalam melaksanakan penelitian,
kemudian peneliti merumuskan masalah antara lain yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan
sikap demokratis siswa?
2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa?
3. Apa saja upaya yag dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam
pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap
demokratis siswa?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan,
menganalisis dan mengkaji secara mendalam tentang peranan Pendidikan
untuk lebih sepesifiknya peneliti membagi tujuan penelitian menjadi 3 pokok,
diantaranya adalah untuk mengetahui :
1. Bagaimana peranan Pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan
sikap demokratis siswa.
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa.
3. Upaya mengatasi kendala–kendala dalam pelaksanaan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan untuk pengembangan disiplin ilmu yang ditekuni
penulis yaitu Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, serta memberikan gambaran secara lengkap mengenai
peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan
sikap demokratis siswa di sekolah, menjadi bahan masukan bagi
pengembang kurikulum dalam penyempurnaan materi PKn yang
bermuatan demokratis yang bisa menumbuhkan sikap demokratis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat memberikan motivasi pada siswa SMP Muhammadiyah 2
Pendidikan Kewarganegaraan dan untuk dapat memahami dan
melaksanakan mengenai pentingnya sikap Demokratis.
b. Bagi Guru
Memberikan input kepada para pendidik di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari dalam mengarahkan terbangunya sikap demokratis pada
siswa dan sebagai sarana bagi tenaga pendidik dalam memperkaya
materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaran.
c. Bagi Sekolah
Diharapkan menjadi bahan input bagi sekolah SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari dalam melaksanakan segala kebijakanya
supaya lebih mengarah pada pembinaan sikap dan perilaku terutama
dalam pembinaan sikap demokratis siswa.
d. Bagi Akademisi
Sebagai bekal ilmu bagi peneliti dalam melaksanakan tugas
sebagai tenaga pendidik serta memberikan manfaat yang besar dalam