• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS - PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHASA JAWA MATERI UNGGAH-UNGGUH BASA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DI KELAS V SEKOLAH DASAR - repository perp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS - PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHASA JAWA MATERI UNGGAH-UNGGUH BASA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DI KELAS V SEKOLAH DASAR - repository perp"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS

LKS (Lembar Kerja Siswa) merupakan salah satu bentuk dari bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan proses pembelajaran pembelajaran. Bahan ajar tersebut dapat berbentuk tertulis dan tidak tertulis. Prastowo (2012: 298) mengemukakan bahwa:

Bahan ajar itu sendiri merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis dan menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Lembar Kerja Siswa adalah bentuk bahan ajar tertulis Pengertian LKS menurut Trianto (2012: 222) yaitu: “Panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah”. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Prastowo (2014: 269) bahwa:

(2)

Pendapat dari beberapa teori di atas dapat menyimpulkan bahwa LKS merupakan suatu substansi pembelajaran yang berbentuk lembaran-lembaran yang berfungsi sebagai panduan kerja bagi siswa agar dapat lebih mudah dalam melakukan pembelajaran di kelas. LKS juga bermanfaat bagi siswa untuk menambah materi yang tengah dipelajari melalui kegiatan pembelajaran yang tersususun di dalamnya. Aktifitas siswa dalam proses belajar diharapkan dapat meningkat dengan adanya LKS sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa itu sendiri.

b. Syarat Penyusunan LKS

Pembuatan Lembar Kerja Siswa harus mengacu kepada syarat-syarat penyusunan LKS agar LKS yang dibuat lebih tepat dan lebih akurat. Widjajanti (2008) mengemukakan bahwa: “Syarat penyusunan LKS itu ada 3 yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik”.

1) Syarat Didaktik

(3)

Syarat-syarat didaktif penyusunan LKS antara lain: LKS dapat mengajak siswa untuk aktif di dalam pembelajaran, LKS dapat memberikan penekanan pada proses untuk menemukan konsep bukan hasil semata, LKS memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai-dengan ciri KTSP, LKS dapat membuat siswa mengembangkan kemampuan di dalam berkomunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa.

2) Syarat Konstruksi

Syarat konstruksi adalah syarat penyusunan LKS yang berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan. LKS pada dasarnya harus tepat guna dalam artian dapat dimengerti oleh pengguna.

(4)

Penyusunan LKS selain itu juga membutuhkan pemberikan bingkai dimana anak harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa. LKS harus menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek agar siswa lebih dapat memahami petunjuk yang-diperintahkan.

Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat “formal” atau abstrak sehingga lebih sukar

ditangkap oleh anak. LKS memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. LKS terdapat identitas untuk memudahkan administrasiny, misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal, dan sebagainya.

3) Syarat Teknis

(5)

LKS menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa, usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

Gambar yang sesuai untuk digunakan pada LKS yaitu gambar yang dapat menyampaikan pesan secara efektif kepada pengguna LKS. Gambar fotografi berkualitas tinggi belum tentu dapat dijadikan gambar LKS yang efektif. Kejelasan gambar atau isi dari gambar secara keseluruhanlah yang memegang peran penting, sedangkan penampilan pada LKS mencakup bentuk sajian dari LKS tersebut. Hal pertama yang dilihat oleh siswa bukanlah isi dari LKS akan tetapi penampilannya terlebih dahulu. LKS harus mempunyai tampilan yang menarik agar dapat menarik perhatian siswa. Penampilan LKS yang baik adalah LKS yang mempunyai kombinasi gambar, tulisan yang disusun secara indah, jelas dan sesuai dengan pesan yang hendak dicapai. Tampilan LKS yang menarik akan membuat siswa lebih tertarik untuk mempelajari lebih jauh LKS.

c. Langkah-langkah Aplikatif Membuat LKS

(6)

Berikut ini merupakan tabel langkah-langkah aplikatif membuat LKS secara garis besar menurut Diknas (2008) :

Gambar 2.1 Diagram Alur Langkah-Langkah Penyusunan LKS Sumber: Diknas (2008)

Analisis Kurikulum Tematik

Menyusun Kebutuhan LKS

Menentukan Judul LKS

MENULIS TEKS

Memetakan KD dan Indikator antar- Mata Pelajaran

Menentukan Tema Sentral dan Pokok Bahasan

Menentukan Alat Penilaian

Menyusun Materi

(7)

1) Analisis Kurikulum

Langkah pertama dalam penyusunan LKS adalah analisis kurikulum dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajar. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan materi-materi yang akan dibuat LKS.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Langkah kedua adalah menyusun peta kebutuhan LKS diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar yang dibuat struktural. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan dan menentukan prioritas materi.

3) Menentukan Judul LKS

Langkah ketiga adalah menentukan judul LKS. LKS ditentuan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar.

4) Penulisan LKS

(8)

Tahap penulisan LKS secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut :

Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku. Contohnya adalah kompetensi yang diturunkan dari KTSP 2006.

Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian dapat dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik, karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi. Alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Refenced Assesment, dengan demikian, pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan hasilnya.

(9)

Keempat, memperhatikan struktur LKS. Struktur LKS terdiri atas enam komponen yaitu, judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian.

2. Pembelajaran Bahasa Jawa SD

Pembelajaran bahasa Jawa di SD merupakan bagian dari kurikulum Muatan Lokal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhaimin (2008: 233) bahwa:

Muatan lokal dimaksudkan untuk mengembangkan potensi daerahnya sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan di SD atau MI seperti menyiapkan peserta didik untuk memasuki bahasa global dan teknologi informasi.

Jadi pembelajaran bahasa Jawa di SD merupakan bagian dari pelajaran muatan lokal yang bertujuan sebagai wahana untuk pelestarian bahasa Jawa. Pembelajaran yang terkandung di dalam pelajaran bahasa Jawa di Sekolah Dasar terdiri dari 4 aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

(10)

Aspek berbicara meliputi menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, baik sastra maupun non sastra dengan menggunakan berbagai keperluan, mengungkapkan keinginan, menceritakan tokoh wayang, mendeskripsikan benda, menanggapi persoalan faktual atau pengamatan, berpidato, dan mengapresiasikan tembang. Aspek membaca meliputi menggunakan berbagai keterampilan membaca untuk memahami teks sastra maupun non sastra dalam berbagai ragam bahasa berupa teks bacaan, pidato, cerita rakyat, percakapan, geguritan, cerita anak, cerita rakyat, cerita wayang, dan huruf Jawa. Aspek menulis meliputi menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam bahasa Jawa.

3. Unggah-Ungguh Basa

Unggah-Ungguh Basa yaitu sopan santun menggunakan Bahasa Jawa. Unggah-Ungguh Basa juga disebut dengan Unggah-Ungguhing Basa. Unggah-Ungguh Basa selalu berkaitan dengan ragam bahasa Jawa. Ragam bahasa Jawa mencakup aturan-aturan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa yang terdiri dari basa Ngoko dan Krama serta tatarannya.

Setiyanto (2007: 26) mengatakan bahwa Unggah-Ungguhing Basa terdiri dari :

(11)

a. Basa Ngoko

Basa Ngoko merupakan bentuk dari Unggah-Ungguhing Basa Jawa Ngoko. Basa Ngoko terdiri atas Basa Ngoko Lugu dan Ngoko Andhap.

1) Ngoko Lugu

Basa Ngoko lugu disusun dari kata-kata Ngoko semua, adapun kata; aku kowe dan ater ater; dak, ko , di juga panambang;-ku,-mu,-e,-ake tidak berubah. Basa Ngoko Lugu digunakan pada saat berbicara kepada: orang tua kepada anak, cucu atau pada anak muda lainnya, percakapan orang-orang sederajat, tidak memperhatikan kedudukan dan usia, seperti anak-anak dengan temannya, atasan dengan bawahannya, namun sekarang ini kebanyakan menggunakan bahasa krama meskipun tidak lengkap dikandung maksud untuk menghormati bawahannya sebagai rekan kerja, digunakan pada saat berbicara. 2) Ngoko Andhap

Ngoko Andhap dapat dibedakan menjadi 2 macam bahasa yaitu Antya Basa dan Basa Antya.

(12)

a) Antya Basa

Basa Ngoko Andhap Antya Basa adalah bahasa yang kata-katanya Ngoko dicampur degan kata-kata Krama Inggil untuk orang yang diajak bicara, untuk menyatakan hormat.

b) Basa Antya

Basa Antya dibentuk dari Ngoko dicampur dengan kata Krama dan Krama Inggil.

Contoh:

Antya Basa : Sariramu tak aturi ngenteni dhisik, ora suwe. Basa Antya :Panjenenganmu tak aturi ngentosi rumiyin, ora dangu.

Ngoko Andhap Antya Basa sampai saat ini masih biasa digunakan dan dilestarikan, sedangkan untuk Basa Antya telah jarang sekali dipakai lagi bahkan dapat dikatakan telah punah.

b. Basa Madya 1) Madya Ngoko

(13)

berada di pedesaan atau orang-orang yang berada di pegunungan.

2) Madya Krama

Basa Madya Krama adalah bahasa yang digunakan oleh orang desa yang satu dengan yang lain yang dianggap lebih tua atau dianggap terhormat. Basa Madya Krama dibentuk dari-kata-kata madya dicampur dengan kata-kata krama yang tidak mempunyai kata madya. Penjelasannya yaitu; aku diubah menjadi kula, kowe diubah menjadi sampeyan atau samang, ater-ater (awalan) tak- diubah menjadi kula, kowe diubah menjadi sampeyan, ater-ater tak- diubah menjadi kula, panambangmu.

3) Madyantara

Basa Madyantara merupakan bahasa yang terbbentuk dari Basa Madya Krama, tetapi yang ditujukan pada orang yang diajak berbicara diubah menjadi Krama Inggil. Adapun pemakaiannya biasanya dipakai percakapan priyayi dengan suaminya. Bahasa seperti ini telah jarang sekali dipakai bahkan sudah tidak pernah dipakai lagi.

c. Bahasa Jawa Krama Inggil 1) Mudha Krama

(14)

Orang yang diajak berbicara dihormati adapun dirinya sendiri yaitu orang yang mengajak bicara merendahkan diri.

Bentuk Basa Mudha Krama terdiri dari krama semua dicampur dengan Krama Inggil untuk orang yang diajak berbicara. Basa Mudha Krama biasanya dipakai oleh orang muda untuk berbicara kepada orang tua.

2) Kramantara

Basa Kramantara merupakan bahasa yang menggunakan kata-kata krama semua tanpa dicampur dengan Krama Inggil. Biasanya bahasa ini digunakan oleh orang tua kepada orang yang lebih muda, karena merasa lebih tua usianya atau lebih tinggi kedudukannya. Tetapi saat ini bahasa tersebut sudah tidak biasa dipakai lagi meskipun demikian tidak keberatan memakai Basa Mudha Krama.

3) Wredha Krama

(15)

4) Krama Inggil

Basa Krama Inggil yang kata-katanya krama semua dicampur dengan Krama Inggil untuk orang yang diajak bicara. Basa Krama Inggil biasa digunakan oleh priyayi cilik kepada priyayi gedhe. Orang muda kepada orang tua, ketika membicarakan orang luhur.

5) Krama Desa

Basa Krama Desa merupakan basa yang kata-katanya menggunakan basa krama dicampur dengan kata-kata Krama Desa.

Diantara pembagian-pembagian Unggah-Ungguh Basa di atas dalam pembelajaran di Sekolah Dasar disederhanakan menjadi 4 yaitu: a. Basa Ngoko Lugu

Bentuk kalimatnya menggunakan ngoko semua tidak ada basa kramanya. Penggunaannya:

1) Untuk sesama orang yang sudah terbiasa/kenal. 2) Untuk yang lebih muda.

3) Atasan kepada bawahannya. 4) Guru dengan murid.

Contoh:

– Yan kowe mengko sore sida ngampiri aku les?

(16)

b. Basa Ngoko Alus

Bentuk kalimatnya menggunakan ngoko campuran dengan krama inggil. Penggunaannya :

1) Saudara tua dengan saudara muda yang lebih tinggi derajatnya . 2) Istri berpengetahuan (berpendidikan) dengan suaminya.

3) Orang dengan orang yang mempunyai pengetahuan. Tuladha:

Dhik, sliramu mengko nek kondur arep nitih apa?

– Aku mau ngunduh pelem akeh, panjenengan apa kersa dak

aturi? c. Basa Krama Lugu

Bentuk kalimat madya (ater-ater dan panambange krama). Penggunaanya:

1) Untuk teman yang telah akrab, derajatnya dan saling menghormati.

2) Istri yang mempunyai pengetahun (berpendidikan) dengan suami.

3) Priyayi dengan saudara tua yang lebih rendah derajatnya. Contoh:

Sampeyan niku menawi kesah dhateng kantor napa taksih

kiyat nitih sepedha motor mas?

(17)

d. Basa Krama Alus

Bentuk kalimatnya krama (ater-ater lan panambang krama) dan krama inggil (untuk orang yang diajak berbicara). Penggunaannya: a) Orang muda kepada orang tua.

b) Murid dengan guru.

c) Bawahan dengan pimpinannya.

d) Teman dengan teman yang belum terlalu terbiasa. Contoh :

Kula badhe matur dhateng ibu, bilih menawi saestu sowan

dhateng eyang, kula badhe tumut.

– Tindak-tandukipun rencang kula ingkang naminipun Edo

punika lucu sanget.

4. Model Pembelajaran Picture and Picture

a. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture

LKS berbasis model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu bagian dari media cetak. Arsyad (2007: 37) mengatakan bahwa: “media cetakan meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi”. Perpaduan teks dan gambar yang ada diharapkan dapat menambah daya tarik siswa terhadap bahasa Jawa dan dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan dalam format verbal non verbal.

(18)

Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang dikemas oleh guru yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses belajar. Hamid (2014: 217) berpendapat bahwa model pembelajaran Picture and Picture merupakan model pembelajaran dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi dan menanamkan pesan yang ada dalam materi tersebut. Pendapat tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suyatno (2009: 74) bahwa:

Model pembelajaran Picture and Picture merupakan model pembelajaran inovatif yang menyajikan informasi, menyajikan materi, memperlihatkan gambar sehingga sistematik, mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Picture and Picture merupakan model pembelajaraan dengan menggunakan gambar-gambar sebagai media untuk menyampaikan materi.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture Langkah langkah model pembelajaran Picture and Picture merupakan tahap-tahap yang ada ketika hendak menerapkan model pembelajaran Picture and Picture dalam kegiatan belajar mengajar.

(19)

1) Guru menyampaikan kompetensi yang hendak dicapai. 2) Guru menyampaikan materi sebagai pengantar.

3) Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

4) Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian, memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

5) Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

6) Selanjutnya dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

7) Memberikan kesimpulan atau rangkuman dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Penyampaian Kompetensi

Tahap penyampaian kompetensi merupakan tahap dimana guru diharapkan menyampaikan kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Penyampaian kompetensi dasar tersebut dengan demikian dapat mengukur sampai sejauh mana kompetensi yang harus siswa kuasai, selain itu juga guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi tersebut untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.

2) Presentasi materi

(20)

3) Penyajian Gambar

Tahap penyajian gambar, guru menyajikan gambar-gambar dan mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan. Pengajaran akan hemat energi dan siswa juga akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan dengan menggunakan gambar.

4) Pemasangan Gambar

Tahap pemasangan gambar, guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang gambar-gambar secara berurutan dan logis. Guru dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif sebab siswa cenderung merasa tertekan. Salah satu caranya adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap untuk menjalankan tugas yang diberikan. 5) Penjajakan

(21)

6) Penyajian Kompetensi

Guru dapat mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai berdasarkan komentar atau penjelasan atas urutan gambar-gambar. Guru harus memberi penekanan pada keercapaian kompetensi tersebut selama proses ini. Guru dalam hal ini dapat mengulangi, menuliskan atau menejelaskan gambar-gambar tersebut agar siswa mengetahui bahwa sarana tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

7) Penutup

Kegiatan penutup yaitu di akhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat materi dan kompetensi dalam ingatan siswa.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture

Kelebihan dari model pembelajaran berbasis model pembelajaran Picture and Picture yaitu:

1) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, 2) siswa dilatih berpikir logis dan sistematis,

3) siswa dibantu belajar berfikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalampraktik berpikir dan motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan,

(22)

d. Kekurangan Model Pembelajaran Picture and Picture

Model pembelajaran berbasis model pembelajaran Picture and Picture mempunyai beberapa kekurangan antara lain: memakan banyak waktu, membuat sebagian siswa pasif, munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan kelas dan adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain serta kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat dan biaya cukup memadai. Pelaksanaan model pembelajaran Picture and Picture dapat melatih siswa untuk berpikir logis dan dapat mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik. Kelemahan dari model Pembelajaran Picture and Picture dapat diantisipasi dengan cara guru harus dapat memanajemen waktu sebaik mungkin agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Guru harus dapat mengelola kelas dengan baik dan melibatkan siswa agar semua siswa dapat aktif dalam pembelajaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

(23)

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Picture and Picture dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar siswa. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Ika Siti Pramita, Mujiono, Sri Sukasih dengan jurnal penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara

Krama Lugu Siswa Kelas II Melalui Model Pembelajaran Picture And Picture” juga memperoleh hasil bahwa model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran berbicara krama lugu.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran dapat ditunjang selain dengan kegiatan pembelajaran juga ditunjang dengan penggunaan bahan ajar. Salah satunya bentuk bahan ajar yaitu berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) atau sekarang ini lebih dikenal sebagai LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). Guru sendiri mempunyai peranan penting di dalam proses pembelajaran.

(24)

Penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan LKS yang menarik, salah satu cara adalah dengan menggunakan media gambar-gambar sebagai pengantar materi dan lembar aktifitas siswa. Model pembelajaran yang sesuai dengan indikator tersebut adalah model pembelajaran Picture and Picture.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Merosotnya pemakaian dan ketidaktertarikan terhadap bahasa Jawa di kalangan generasi muda

Pemanfaatan LKS oleh guru untuk meningkatkan prestasi siswa

Berdasarkan penelitian yang relevan dapat diketahui bahwa model pembelajaran Picture and Picture dapat membantu siswa untuk meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran.

Pengembangan LKS bahasa Jawa Berbasis Model pembelajaran Picture and Picture

Pengembangan LKS berbasis model pembelajaran Picture and Picture ini diharapkan dapat

(25)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Adanya penggunaan LKS pada pembelajaran bahasa Jawa di kelas V Sekolah Dasar.

2. Adanya pengembangan LKS bahasa Jawa berbasis model pembelajaran Picture and Picture pada materi Unggah-Ungguh Basa di kelas V Sekolah Dasar.

3. Penilaian pakar baik LKS bahasa Jawa materi Unggah-Ungguh Basa berbasis model pembelajaran Picture and Picture di kelas V Sekolah Dasar.

4. Respon guru baik terhadap pembelajaran bahasa Jawa menggunakan LKS Bahasa Jawa materi Unggah-Ungguh Basa berbasis model pembelajaran Picture and Picture di kelas V Sekolah Dasar.

5. Respon siswa baik terhadap pembelajaran bahasa Jawa menggunakan LKS bahasa Jawa materi Unggah-Ungguh Basa berbasis model pembelajaran Picture and Picture di kelas V Sekolah Dasar.

Gambar

Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih
gambar yang dapat menyampaikan pesan secara efektif kepada
Gambar 2.1 Diagram Alur Langkah-Langkah  Penyusunan LKS Sumber: Diknas (2008)
gambar secara berurutan dan logis. Guru dapat melakukan

Referensi

Dokumen terkait

Matriks SWOT dapat menggambarkan dengan jelas bagaimana strategi pemasaran perusahaan yang sesuai berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam rangka

(2) Hak-hak tersebut dalam ayat (1) kepunyaan orang asing, warga-negara yang di samping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing dan badan hukum yang

Perbedaan nilai ay dari hasil perhitungan pacta teras berbahan bakar silisida clan oksida menunjukkan bahwa dari harga koefisien reaktivitas void teras berbahan bakar silisida

24 Pada berbagai penelitian yang ditujukkan untuk membandingkan antara negara- negara dengan regulasi rokok menggunakan label visual dan label tulisan; didapatkan bahwa

Maksunya, berdasarkan data dan fakta yang diperoleh, peneliti kemudian mengambil suatu kesimpulan yang mencerminkan keistimewaan sang tokoh di bidang

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gen HSP70 yang berukuran 1,9 kilobasa dari bakteri Salmonella enterica serovar Typhi.. Gen tersebut dapat digunakan

Data yang mengalir dari hasil suatu proses ke proses lainnya dalam bentuk dokumen dasar atau formulir, dokumen hasil cetak komputer, laporan terarah, tampilan layar dimonitor,

Program “Pelatihan Spiritual Tour Guide untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata” di SMA Karya Wisata Penarukan telah memberikan pengalaman peserta pelatihan dalam