tut'N
: 9ru_979_6826-23-EPtrRHAPI
PERHI,\APUNAN AHLI PERTAMBANGAN INDON ESIA ASSOCIATTON OF INDONESIAN MINING PROFESSTONALS
PNA
SIB
TTS
G
Strate0i
dan
l(e[iiakan
Dliner[a
Terintegrasi
Unlutr
Masa
Depan
Influslri
Inilonesia yang Lebih Bailr
PROSIDING TPT
XXIII
PERHAPI2Ol4
DAFTAR
ISI
Kata pengantar Daftar lsi
KELOMPOK
I
: EKSpLORASII
uneconomicTreo
-
Total
Rare Earthoxide
varuesIn
The
pr
Freeport.cow
A
Mining District-
papua-
IndonesiaDr.
Geoffrev{e
J-ongr , Andreasyuitra
sugiyantl2
, ,ir ui"lc-ii;i'M;;
Geologist - (Jnderground Geotogt,
pr
Freeport Indonesia2
KLasifikasiKaolin
Befttung
untuk
produk Keramik
porselen Berdasarkan Hasiluji
Kimia Bahan Baku,wahyu
Garinas, penetiti Pusat Telcnologi Sumberdaya MineralefSDMi
3
Aplikasi
lvnyi-c
Anisotropy
Untuk
pemoderan Endapan Bijih Bauksit,studi
Kasus Landak,di
Frr. ANTAM
(persero) T6k, MuhammadZurfikar
Musrim,
Tafia
suristyani,
Arif
Hindarto, Febri Estiadi prihasto, Mineral Resources Dipartment,pr
ANTAM @ersero) Tbk.4
Pola Mineralisasi Endapan Sulfida Masif volkanogenikripe
Kuroko Daerah Sangkaropi, Tana Torajautara
provinsi-Sulaweii Selatan,Kaharuddil
MS.,
Adi
Tonggiroh, HaeranySirajuddin,
Jurusan Telmik Geologi [Jniversitas iasanuddin5
simulasi perbandingan perhitungan Sumberdaya Terukur Batubara Dengan Menggunakan Metode penampang t-ertraaap Retayasanya Dengan Teknik Diskretisasi Luas,(stuii
Kasus:pit
Bara l4'seamc
.Srre Loa u_ltllg,
pr.
Fajar Bumi sakti, Kabupaten Kutai Kartanegarq Provinsi Kalimantan Timur),safaruddin,
irzar Nur,
Asran
1ry"r, Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin6
MetodeGeolistrik
Untuk
penyelidikanUmum
pada Eksplorasi BatubaraDi
pr
Bhumi Rantau Energi,cecep
H
Setiadi, Aidires,PT. Bhumi Rantau Energi
l9
29
37
50
7
Aplikasi
M3t9{a
Resistivity Dan
Induced
porarisity
UntukPemoderan 3.Dimensi Endapan
Bijih
Besi,
Studi Kasus:
Endapan
Bijih
BesiDi
Daerah Uekuri, KabupatenTojo
Unauna,
Surawesi Tengah,yanto
Sudiyanto(ri,yunu.
,;rzl,-
oan
syabarudinzikriG),
(t)
pulat.Teknorogi sumberdaya Mineror,
TpsA-Bppr,
e) DepartemenFisika, FMIFA,
(Jniversitas Indonesia,al'
' pusatTe lcnologi Sumberdaya Mineral, Tp SA- B p p T
8
Hubungan Moder Genetik Endapan Terhadap pemirihanMetoda
Eksplorasi,
Syafrizal
l), ,),.
,)'
KelompokKeahlian
Of*pUiiii
sumberdaya
Bumi,
Fokurtas
retittc
pertambangan
danPerminyakan,
Irutitut
Telm3to_gi Bandung,2)Workiig
Croip
E la p I o r a s i, S umb e r day a dan C adang an, p n R.fi',1 p
I
9
Studi
KeberadaanLogam Logam penting
(criticat
Metar)
DanLogam
lanah
Jarang (Rare Eartheremeig'Di
Surawesi: Suatu Peluanglran
Ta.nta;rgan Dalam Dunia Ekspforasi,Adi
M;r;;;i
Kenzo
sanematsuz,tlurusan
Tercnikciotoji,'
Fakultas
Teknik Univ er s i t as Ha s anuddi n, 2 G e o I o
gt
S urv ey of Jap';;
KELOMPOK
TI :KEBIJAKAN
l0
Kebijakan dan Strategi pemanfaatan Batubara KaroriRendah untuk Kebutuhan
'LTU
Murut Tambangdi
Sumatera Seratan, Mauranayusufr'2,
Eddy
lbrahim2,
Edwr=.asri"F,-i"lvio
n
orr"i
J",
Iskhaq Iskandars, program srudi Dotdo,,
ti*uiign
ngon, Fakurtas Pascasarjana, (Jniversitassriwijaya,
t
program'Doroo, Irmu-irmuL-,ingkungan, (Jniversitas Sriwtiaya,
"rotriiorl,
-'
;7;;;;;
Pertambangan, (Jniversitas Sriwgaya, pale:mbais,
ti;i;';i
pertanian,
(Jniversitassriwijaya,'pitembang,
iMIF2
n'ii"ii,
universitas sriwijaya,
paremiang,
sMIpe'irriko,
[Jniversitas Sriwijaya, palembang
I
I
Permoderan Awar penentuan Lokasi pencampuran Batubara Untuk Memasok Batubara Ke prtu Barupr.pLN
(plrseiol, Tbk.
Di
purauJawa,
Firly
Rachmaditya
Baskoro,),A.yo
p.a#oto
Wlil;l
''f
rogram
studi
reknik
pertamb.angan,
Fakurtas
Teknii Pertambangan dan peyminyakan ITB,up,io,t'xoiio,
Kebiiakan danKeekonomian
Minerba, Fakurtas Termik
ierta*baigon
dan Perminyakan ITB
12
Perkiraan_Kebutuhan
Energi
Dan
Batubara rndonesia
Untuk Mencapai posisi Negara.Maju Menggunakan ModerEkonometrika-Aryo
Prawoto
wibowo'
dan
Dwi-FangestuRamaoh;;i:
7
i#
P e ngaj
ar
p ro gram st udi
Re kayasa
p e rt a-mbangan, Fakut tas'. Te rmik
Pertambangan dan perminyakan ITB,
,
,l.tr*ii irogro*
Magister
Re kayas a p e r t amb an gan ITB /A naly s t, p T. A cce n tu re
13
t4
skema Build operate Transfer Pada Proyek Konversi Bahan Bakar di Antam Pomalaa, rReady Advancer, zGanjar Wahyu,
pT
ANTAM@ersero) Tbk
Daya Dukung Sektor Tambang Terhadap perekonomian Wilayah, Studi Kasus Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara
Barat,
Dan
Sulawesi Tenggara.Galang
Prayedha
Wartadji
t,Barlian
Dwinagara',Shofa
Rijalul
uae,,
-tMineral
and
Coal Studio (Ko nsultan P ertamb anganl, 2 Te kntk p ertamb angan, FakultasTeknologi Mineral, UPN "Veteran" Yogtakarta
Kajian
Kebijakan
Nilai
Tambah
Mineral
Terhadap
produksi Pertambangan dan dampaknya Pada Ekonomi Daerah:
studi
Kasus Kabupaten Mimika, Achmed ShahramEdiantol),
Aryo
prawotoWibowo2),
tAlumni
Prodi
Magister
Rekayasa pirtamb,angantTB/Peneliti
IndonesianInstitut
for
Energt
Economics @EE), 2KelompokKeahlian Tetmik
Pertambangan,
Fakultas
Tetmik Pertambongan & Perminyakan ITBPeran
Sektor
PertambanganDa*
penggalianUntuk
Mendukung Pengembangan Kabupaten Bandung Barat, Studi Kasus: Tambane Batugamping PT.XYZ,
Aryo
prawoto Wibowol,
Aldin Ardianl
'Staf pengajar
Prodi
Rekayasa Pertambangan,Fakultas
TetsnikPertambangan
dan
Perminyakan,.Institut Telanlogi
Bandung,'Alumni
Prodi
Rekayaso Pertambangan/DosenJurusan
TeknikPertambangan,
Fakultas, Teknologi
Minerol,
UpN,,Veteran,,
Yogtakarta
Perkembangan Industri rembaga Gtobal sebagai Masukan untuk Pengembangan Industri Tembaga Nasional,
Hidir
tresnadi, |TSM, BPP TelmologiKajian usulan
Pinjam
Pakai
KawasanHuffi
produksi
unrulr Kepentingan Konservasi cadangan Batubara Di pit BC Bengaronpr.
Kaltim
PrimaCoal, Alnahwan,
Ajeng
puspita,
Mine
planning Department PT Kaltim Primo CoalKELOMPOK
III
: PERENCANAANTAMBANG
19
Evaluasi Mining sequence Pada Tambang Batubara Terbuka Dengan ParameterNPV
(/{er Prcsent value),satria
Heyder
winarto,
p2. Arutmin Indonesia20
optimisation Improvements-
How to rmprove Net present value by Simultaneously OptimisingMultiple
Parametersand
Constraintsusing
whittle,
IevanLudjio,
south,EastAsia
Regional Manager, Mining One Consukants PtyLtd
t27
PROSIDING TPT
XXII
PERHAPI
2014DAYA
DUKTING
SEKTOR
TAMBANG
TERTIADAP
PEREKONOMIAN
WILAYAH,
STUDI
KASUS PROYTNSI
KEPULAUAN
BAI\GKA
BELITT]NG,I{USA
TENGGARA
BARAT,
DAN
SULAWESI
TENGGARA
Oleh:
Galang Prayedha
Wartadji
r,Barlian
Dwinagara
2,ShofaRijalul HAQ
IlMineral
and Coal Studio (Konsultan Pertambangan)Jl. Kaliurang
I(m
6,5 Gg.Mulia
VI
No. 67, Yogyakarta 55581, Email : salang.prq)edha.w@gmail-com2
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN "Veteran" Yogyakarta Email : bar lian-dn@,vahoo. com
TNTISARI
Sebagai negara dengan comparative advantage sektor pertambangan
yang
cukup besar, Indonesia berada pada peringkat 10 besar dunia dengan kepemilikankomoditi
gas alam, emas, perak dan tembaga (US Geological Survey).Merujuk
pada hasil telaah yang dilakukan Direktorat StatistikEkonomi
dan MoneterBank
[ndonesia tahun 2006, menyebutkan setidaknya terdapat sembilanProvinsi
yang berbasis pada pertambangan tanpa migasyakni
Provinsi
Papua, Nusa Tenggara Barat,Kalimantan
Setatan, Bangka Belitr,rng, KalimantanTimur,
Sulawesi Selatan,Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, dan Sumatera Selatan. Fokus kajian dalam tulisan ilmiah
ini
adalah
tiga
Provinsiyaitu
Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tenggara yang akan dibandingkan daya dukung sektor pertambangannya sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya.Metode yang akan
digunakan
untuk
mengetahuidaya dukung sektor
pertambangan terhadap perekonomian masing-masingwilayah
Provinsi adalah Input Output Analysis. Metodeini
menghasilkannilai
bacl*pard
linkage,forward
linkage,
multiplier
effect.Multiplier
ffict
sendiri
terdiri
atds outputmultiplier,
emplyomentmultiplier,
dan income multiplayer. Hasil dari analisis dengan metode tersebut memberikaninformasi
yang
dapat berjalin-kelindan dengan rencana optimalisasi wilayah.Kata
Kunci:
AnalisisInput Output,
Provinsi BangkaBelitung,
Nusa TenggaraBarat,
Sulawesi TenggaraPENDAHULUAN
128
dunia
diantaranya
gas
alam,
emas,
perak
dan
tembaga.
Potensi tersebut
menstimulus perkembanganindusky
tambangyang
marakdua
dekade belakanganini. Hal
tersebut tentu diharapkan mampu mendorong pertumbuhan perekonomian lndonesia.Sebaran potensi
mineral
di
Indonesia tidaklah merata pada setiapprovinsi. Kajian
yang dilakukan Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank lndonesia Tahun 2006 menyebutkan setidaknya terdapat sembilanProvinsi
yang berbasis pada pertambanganumum yaitu
Provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, KalimantanTimur,
Sulawesi Selatan,Maluku
Utara,
Sulawesi Tenggara,dan
Sumatera Selatan. KesembilanProvinsi ini
mampu
tumbuh dan
berkembang pesat bersandarpada potensi sektor
pertambangan yangdimilikinya.
Selain
itu,
provinsi-provinsi
ini
mempunyai
peranan
yang
penting
dalam mernberikannilai
tambah secara nyata pada pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan daerah secara berkelanj utan.Untuk
mengetahuipotensi dan
kelemahan perkembanganwilayah
padaProvinsi
basis pertambanganini,
suatu kajian daya dorong sektor pertambangan terhadap perekonomian wilayahperlu
dilakukan.Tidak
semua Provinsi basis pertambangan akandijadikan
obyek analisis padapenelitian
ini.
Tiga Provinsi
akan
dipilih
secararandom
yaitu Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Sulawesi Tenggara.METODE
Kajian
daya dorong suatu
sektor terhadap perekonomianwilayah
memerlukan suatu metode yang tepat untuk memperlihatkan tingkatan daya dorong tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan adalahInput
Output Analysis.Metode
ini
pertamakali
diperkenalkan oleh Francois Quesnary dan selanjutnya dikembangkan oleh WassilyLeontief
dengan menggunakanpendekatan
pada
hubungan interdependensiantar sektor dalam suatu
perekonomian yang dinyatakanmelalui
persamaanlinier.
Analisisini
melihat
keterkaitan antarsektor dalam
suatu perekonomian. Padaanalisis inputoutpuf,
kegiatanproduksi suatu sektor akan
menghasilkan dampak ekonomi pada sektor-sektor lainnyadalam
perekonomian
tersebut.
Di
satu sisijika
suatu sektor tertentu
melakukan
kegiatan
produksi,
hal ini
berarti
sektor
tersebut meningkatkan permintaannya terhadaphasil
produksi sektor lainnya.Di
sisi lain,
peningkatanoutput
di
sektor
tersebut juga menciptakan penawaran
bagi
sektor-sektorlain
yang membutuhkan dari sektor tersebut (Subanti dan Hakim, 2009).Data yang
digunakan
merupakantabel
input
output
(I-O)
keluaran
Badan
PusatStatistik,dimana telah dilakukan pembaharuan yang disesuaikan dengan kondisi pada tahun 2013. Jenis transaksi pada tabel
I-O
tersebut merupakan transaksi total atas dasar harga produsen yangterdiri
atas
ll
sektor
yaitu:
t.
SektorPertanian,2.
Sektor PertambanganMigas,3.
Sektor ?ertambanganUmum,
4.
Sektor
Penggalian,5.
Sektorlndustri,
6.
Sektor
Utilitas,
7.
Sektor Konstruksi, 8. Seklor Perdagangan, Hotel dan Restoran, 9. Sektor Angkutan dan Komunikasi, 10.Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan, 11. Sektor Jasa-Jasa. Kerangka dasar tabel I-O terdiri atas
empat
kuadran seperti
terlihat
pada Gambarl.
Kuadran pertama menunjukkan
arus
barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Kuadranini
menunjukkan distribusi penggunaan barang danjasa untuk
suatu proses produksi sehingga disebutjuga
sebagaitransaksi antara. Kuadran
kedua
menunjukkan permintaan
akhir yaitu penggunaan barang danjasa
bukan
untuk
prosesproduksi
yang biasanya terdiri atas konsumsit29
nernperlihatkan
input primer
sektor-sektor produksi,yaitu
semua balas jasa faktor produksirang
biasanyameliputi upah dan
gaji,
surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung.(uadran
keempat memperlihatkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor rerrnintaan akhir (BPS, 1995).1:,:
l;
:..i.,,,.:::,,:.:;::::;1:.l K.B+dL?n l.;'.:,:ri . :, - ::: ..
Transaksi antarkegia tan (nxn)
Kuadran II: Permintaan akhir
(nxm)
Kuadran Ill:
Inpat primer sektor produksi
(pryr)
Kuadran lV:
Inpaf primet permintaan akhir
(pxrn)
sumber:
Hffitl.
r.
Kerangka
Dasar ModerInput-ouput
Pengolahan tabel
I-O
menghasilkan indeks keterkaitan kebelakang (backward linkage), indeks keterkaitan kedepan(forward
linkage), tingkat pengganda(multiplier
elfect) yang terdiriatas output
multiplier,
emplyomentmultiplier,
dan income multiplayer.l.
Keterkaitan Kebelakang. Artinya perubahan output pada suatusektor akan
menyebabkanperubahan
di
sektor-sektor
penyedianya pula.
Terdiri
atas keterkaitan kebetakang langsung dan total. Perhitungan keterkaitan kebelakang langsung didasarkan atas matrikskoehsien
teknik
(A),
sedangkan keterkaitan kebelakangtotal
didasarkan atas matriks inverse Leontief (I-
A)-'.
Perumusannya adalah sebagai berikut :2,,
KKL, =
++-LZN,,
,=ti:l
dimana
:
KKIi
adalah keterkaitan kebelakang lansung sektor ke-jKKTj
adalah keterkaitan kebelakang total sektor ke-jai;
adalah elemen matriks koefisien teknik(A)
a*i; adalah elemen matriks inverse Leontief (I
-
Af
tKeterkaitan
Kedepan.Artinya perubahan
yang
terjadi
pada
suatu sektor
akanmenyebabkan rangsangan sektor-sektor
lain
sebagai pengguna outputnya.Terdiri
atasketerkaitan
kedepanlangsung
dan total.
Perhitunganketerkaitan
kedepan langsungdidasarkan atas
matriks
koefisien
teknik
(A),
sedangkanketerkaitan
kedepan total J:,{^^^-t-^-^+-^ -^+-:l-^ :--,^-^^ f ^^-ri^f /r r r-l n^--- ^-I^r^L --L--^: L-ir--. .
didasarkan atas matriks inverse Leontief (I
-
A)-t. Perumusannya adalah sebagai berikut :I,.,
KDL. =
-i-l
tr",
a-ldimana
:
KDI-i
adalah keterkaitan kedepan lansung sektor ke-iKDTi
adalah keterkaitan kedepan total sektor ke-iai;
adalah elemen matriks koefisien teknik(A)
a*q adalah elemen matriks inverse Leontief (t
-
A)-'KKr
-
t'*"'
'
,)'**"'
li,'
n7,'
Htr
130
Tingkat
Pengganda(Multiplier
Elfect). Angkaini
merupakanukuran respon
terhadap rangsangan perubahan suatu perekonomian,yang
dinyatakandalam
hubungan sebab-akibat. Perumusannya adalah sebagai berikut :Tabel
l.
Rumus
Perhitungan
PenggandaMenurut
Jenis Pengganda danTipe Dampak
Tipe Dampak Output Pendapatan Tenaga Kerja
Dampak Awal 1 Pi tl
Pengaruh Langsung
I
a,i E ari Pi I aritPengaruh Tdk Langsung lbr-1-f,a,; f, b11Pr' Pr'f, ar; Pr Ib,,t;-t1:f,a1 (
Dampak lmbasan.Kons
I
(b',i - b,il I (btri Pi - bit Pi)f
(b.;1 t; - b;; t;|DampakTotal
I
b',r E btri Pi f, b*,i t,Dampak Luberan Eb'r - 1 Ib*ii Pi- P, I bril ti - ti
Sumber : West dan Jensen (1980) dan West dkk (1959)
dimana :
pi
koefisien
pendapatan rumah tangga;t1
adalah koefisien tenagakerja;
all adalahkoefisien
input
langsung(koefisien
teknik
A);
b,i
adalahkoefisien matrik;
kebalikan terbuka; dan
b*i;
adalah koefisien matriks kebalikan tertutup.PEMBAIIASAN
Hasil perhitungan antara keterkaitan kebelakang dan kedepan dari ketiga Provinsi sebagai
obyek
penelitian menunjukkannilai
yang berbeda-beda.Provinsi
Kepulauan Bangka Belitungdengan
komoditi
pertambanganunum
utama berupa timah,
memiliki
nilai
keterkaitan kebelakang0,99 dan
keterkaitan
kedepan1,27 (Tabel
2
dan 3).
Nilai
0,99 artinya
setiappeningkatan
produksi sektor
pertambanganumum
sebesarI
rupiah, makasektor
ini
mampu menggerakkan sektor penyokongnya dalam sistem perekonomianwilayah
sebesar 0,99 rupiah. Untuknilai
1,27memitiki
arti bahwa peningkatan produksi sektor pertambangan umum sebesar I rupiah, maka mampu mendorong sektorlain
untuk menghasilkan produksi sebesar 1,27 rupiah.Kondisi
ini
mengindikasikanbahwa sektor
pertambanganumum
di
Provinsi
ini
cenderung berorientasi kedepan.Hasil
penambangan beruparaw material tidak
langsung diekspor nurnrn diolah terlebih dahulu atau masuk ke sektor industri.Pada
Provinsi
Sulawesi Tenggara, sektor pertambangan umummemiliki
nilai
keterkaitan kebelakang sebesar 0,91 dan keterkaitan kedepan 0,95.Kondisi
ini juga mengindikasikan bahwasektor
ini
lebih
cenderung berorientasi kedepan
walaupun
kapasitas
antara
keterkaitan kebelakangdan
kedepanhampir
sama.Hasil
komoditas tambangutama dalam bentuk
raw materia,ltidak
langsung diekspor, namundiolah
terlebih dahulu setagaiinput
pada sektor lain seperti angkutan dan industri.Untuk
Provinsi Nusa
Tenggara
Barat, sektor
pertambanganumum memiliki
nilaiketerkaitan kebelakang
dan
kedepan
1,06
dan
0,77- Kondisi
ini
mengindikasikan
sektor petambanganumum
di
Provinsi
ini
cenderung berorientasi kebelakang.Keiaikan
produktivitassektor
pertambanganumum perlu
didukung
oleh
produktivitas sektor
penyokongnya seperti perkebunan, kehutanan,industri, utilitas,
konstruksi, angkutan telekomunikasi, hingga jasa-jasa.l3l
rmum berupa raw material tidakdiolah terlebih dahulu namun langsung diekspor untuk diolah di wilayah lain.
Tabel2.
ota
lit.:i::1'..t l:: :, i.::;,, : ; .:;:l(ffifi KAITAN:iKEBE[AKANG
BANGKA BELITUNG SUTAWESI TEN6GARA NUSATENGGAM BARAT
Pertanian 0.e81
0.91i
[iii-$ariiM!l.iiS,,, oi:74 0;53 0;6-5
0.9s 0.91 1.0€
0.7€ 0.
lndustri 1.47
1.0si
t-o?,,----
--tr
1.07,
1-.Ei'|
1.13
1.30itas 0.92
Konstruksi 1.
Perdagangan, Hotel, Resto 0.92 1.1 0.93
Angkutan dan Komunikasi 1.09 L.t2 1
1C Keuangan dan Jasa Perusahaan 1.22
1.00 0.
7 asa-Jasa o.7e 1.08
0.
Nilai
Keterkaitan
KebelakansTotal
Sumber : Hosll Analisis 2074
Nilai
Keterkaitan
0.
1.93
0. _ _ -_--___41.19i
t.22, 0.s0i 9.82i 1.09i -J _1,011 0.78 0.82 1.141 0. 0.82i 0.90: 0. 1
Dari
Tabel2
dan3
dapat dibandingkannilai
keterkaitan kebelakang dan kedepan untukketiga
Provinsi.
Semakin
tinggi
nilai
keterkaitan
kebelakangdan kelepan
suatu
sektor, menunjukkansektor
tersebutmemiliki
pengaruhyang
semakin besar terhadap pertumbuhan perekonomianwilayah.
Keterkaitan kebelakang terbesardimiliki
oleh Provinsi
Nusa TenggaraBarat.
Hal
ini
memiliki
arti
bahwa dukungan
sektor-sektor
lain
sebagai
p.nyJk-ong berkembangnyasektor
pertambanganumum
memiliki
peran
yang
besardi
provinsi
Nusa TenggaraBarat
dibandingkan keduaProvinsi lainnya.
Sedangkanuntuk
keterkaitan kedepan, Provinsi Kepulauan Bangka Belirungmemiliki nilai
terbesar.Hal
ini
memiliki arti
produktivitassektor
pertambanganumum akan
mendorong
sektor
lain
seperti
industri
meningkatkan kapasitasnya. Menurut Hirschman (1958), keduanilai
keterkaitan kebelakang dankedepir
lebih besardari
I
merupakansektor
kunci
di
suatu
wilayah.
Sekror
kunci
adalahsekior
yangL.44; L.47
1.05. d.8.1
132
peningkatan
produktivitasnya mampu
membangkitkan perrumbuhansektor penyokong
serta
mendorong produktivitas.
sektor
penggunanya.Pada
oUyet
studi
ketiga provinsi,
sektor pertambanganumum
tidak
tergolong pada sektorkunci
karena berorientasi kesalahsatu nilai keterkaitan.nda
Total
0.
---
|
___.__ _._0.s11i
0.473ios2ol o.irrl 0.4331
0.034,
O.OSS O.OSs,0.509: 0.069:
0.091 o.rii0331
- onad--
o"ocso*,
Sumber : Hosil Analbb ZOU
0.413i
0.028iL.7ii[
o.zzgio.o23r 0.0351
o.ioii
o.reziHasil
perhitungan
tingkat
penggandapada
Tabel
4
memperlihatkan bahwa
sektorpertambangan
umum
di
Provinsi Nusa Tenggara Baratmemiliki
*!ka
pengganda yang lebihbesar
dibandingkankedua
Provinsi
lainnya.
Kondisi
ini
mengindikasilanlahwa'sektor
inimemiliki
peranyang lebih
besar. Setiap peningkatanprodukJi
seklor
pertambangan uglum sebesar
1
rupiah
di
Provinsi
Nusa Tengga-raBaiat
akan meningkatkan
'output perekonomianwilayah
sebesar2,095 rupiah.
Untuk
tingkat
pengganda pendap--atanrnury-ukuyupah,
ketigaProvinsi memiliki
nilai
yang hampir yaitu
antari-o,zt
-
0,24.
Artinya
setiap
peningkatinproduktivitas sektor
pertambanganumum
sebesarI
rupiah
'akan
*eriingtuttun'pendipatan
masyarakatdi
Provinsi bersangkutan sebesar O,2l-
0,24 rupiah.Untuktingklt
pengganda tenagakerja,
nilai
terbesar padaProvinsi
Sulawesi Tenggara sebesar 0,007.Artinya
setiap peningkatanproduktivitas
sektor pertambangan umumsebesii
I
rupiahdi
provinsi
Suiawesi Terrggari akan mendorong penyerapan tenaga kerja sebesar 0,007, atau setiap peningkatanpioduktivitas
sektor pertambanganumum
sebesar 1000 rupiah akan mendorong penyerapan tenagakerja
sebesar 7 orang.Sektor pertambangan umum
di
ketiga Provinsi mampu memberikannilai
tambah terhadappertumbuhan
perekonomian
wilayah
masing-masing. Proseshilirisasi sektor
pertambanganumum akan
meningkatkan
nilai
keterkaitan kedepan
yang
selanjubrya berdampak
plaumeningkatnya angka
penggandabaik
itu
p"nggundu
outpi,
pendapatan masyarakatserta lapangan kerja. Tanpa
hilirisasi
sektor p.ertamlangin, outputp..tu.bungun
umum akan langsungdiekspor
sehingga menyebabkannilai
teterkaitan
kedepanyang
rendah. Walaupun
ingr,a pengganda output memungkinkan untuktinggi
karena pendapatan dari hasil ekspor, namunangka pengganda pendapatan masyarkat serta lapangan kerja
iidak
mendapat pengaruh yang signifikan.KESIMPIJLAN
Dari
hasil analisis
dengan metode
tnput Output,
dayadukung sektor
pertambangar terhadap perekonomianwilayah
memiliki ciri
yang blrbeda-beda.prov]nsi
Kepulauan BangkiBelitung dan
SularvesiTenggara
cenderungte.orientasi
kedepanatau
bersifat
mendoro"ng133
Peningkatan produktivitas sektor pertambangan
umum
pada keduaProvinsi
ini
menyebabkannilai
tambah sektorini
akan semakin besar.Untuk Provinsi
Nusa Tdnggara Barat cenderung berorientasi kebelakang. Peningkatan produktivitas sektor pertambangan umum pada Provinsi ini menyebabkan peningkatan kapasitas sektor-sektor penyokongnya.DAFTAR
PUSTAKA
Agus
Tri
Basuki danUtari
Gayatri.2009.
Penentuan Sektor UnggulanDalam
Pembangunan Daerah:
Studi
Kasusdi
KabupatenOgan
Komering
ilir".
Jurnal Ekonomi
dan Studi Pembangunan.Vol.
10 no.l,
April
2009, hal 34-50Azis, Iwan
J.
1994.Ilmu
Ekonomi Regional&
Beberapa Aplikasinyadi
Indonesia. Jakarta
:Penerbit
Fakultas
Ekonomi
UniversitaslndonesiaBadan Pusat Statistik. 1995. Kerangka Teori dan
Analisis
Tabel
tnput
Output.
Jakarta
:Badan Pusat Statistik.
BPS
Kepulauan BangkaBelitung.
2014. Kepulauan BangkaBelitung dalam Angka
2014. Kepulauan Bangka Belitung: Badan Pusat Statistik.BPS
Sulawesi Tenggara. 2014. Sulawesi Tenggara
dalam
Angka
2014.
Sulawesi Tenggara: Badan Pusat Statistik.BPS
Nusa TenggaraBarat.
2014. Nusa TenggaraBarat
dalam
Angka
2014. Nusa Tenggara Barat: Badan Pusat Statistik.Dewan
Kelautan Indonesia.
2012. Analisis
Input-Output
Bidang
Kelautan
Terhadap Pembangunan Nasional. Jakarta : Kementerian Kelautan dan Perikanan.Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. 2006. Laporan
PernetaanSektor
Pertambangan. Jakarta : Bank Indonesia.Leri,
lda
Ayu Arisya.2011.
Dampak Pengeluaran Wisatawan Terhadap Perkembangan Sektor Ekonomi di Provinsi Bali. Denpasar : Pascasarjana Universitas UdayanaNazara,
Suahazil.
2005.
Analisis
[nput-OutputEdisi
Kedua.
Jakarta:
lrmbaga
PenerbitFakultas
Ekonomi
Universitas lndonesia.Permana,
Chandra
D.
dan
Asmara,
Alla.
2010. Analisis
Peranandan
Dampak
[nvestasi lnfrastruktur Terhadap Perekonomian lndonesia : Anatisis tnput-Output. Jurnal Manajemen&
Agribisnis.Vol.
7No. I
Maret 2010.Subanti,
Sri
dan HakimA.
R. 2009. Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara: Pendekatan Sektor Basis dan Analisis Input-Outpul. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan.Vot.
l0
No.
l,
Aprit
2009,hal l3-33.
Sukarso, Aso. 2007.
Analisis
Sektor-sektorKunci Model
tnput Output Indonesia. Jurnal Media Ekonomi.Vol.
13No.
1,April2007,
hal 19-34Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori
&
Aplikasi.
Jakarta: PT. Bumi AksaraWartadji, Galang P. 2014.
Kajian
PengembanganWilayah
Berbasiskan Sektor Pertambangan di134
LAMPIRAN
135
2. Keterkaitan Kebelakang dan Kedepan,
Nilai
Pengganda Provinsi Sulawesi Tenggara0.81
-o,Pl
0.!{
136
3. Keterkaitan Kebelakang dan Kedepan,
Nilai
Pengganda Provinsi Nusa Tenggara Barat-E0ieal
qroSij 0.0154
'O.tiSlr
O.OISO'
__
g.osorl
b-:3ssl
omrs,