• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT – EKSTRAVERT DAN KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI SAAT SIARAN PADA PENYIAR RADIO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT – EKSTRAVERT DAN KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI SAAT SIARAN PADA PENYIAR RADIO"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Marina Octhalina

NIM : 039114084

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

vi

Another weight finally released…

Now, it’ s time to prepare my soul,

To walk through a new world…

Thanks for the smile that strengthen,

I might need one…

When my days are darken.

(5)

vii

”Segala perkara dapat kutanggung di dalam

Dia yang memberi kekuatan kepadaku”

(Filipi 4:13)

(6)

viii

memuat karya atau bagian dari karya milik orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juni 2008

Penulis,

(7)

ix

Ekstravert dan Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran Pada Penyiar Radio: Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara tipe kepribadian introvert-ekstravert dan ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio. Dalam penelitian ini terdapat hipotesis yang berbunyi: Ada hubungan positif antara tipe kepribadian introvert-ekstravert dan ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio. Subjek dalam penelitian ini adalah penyiar radio dengan karakteristik lama bersiaran minimal 6 bulan dan pendidikan formal terakhir adalah SMA. Adapun jumlah subjek dalam penelitian adalah sejumlah 80 orang dengan teknik incidental sampling dari 7 radio baik di Yogyakarta maupun luar Yogyakarta.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala pengukuran model Likert, yaitu skala tipe kepribadian introvert-ekstravert dan skala ketrampilan berkomunikasi saat siaran. Kedua skala ini dibuat sendiri oleh peneliti menggunakan dasar teori Eysenck (untuk skala tipe kepribadian introvert-ekstravert) dan teori Joseph De Vito (untuk skala ketrampilan berkomunikasi saat siaran). Uji coba skala dilakukan pada 66 penyiar radio di 6 radio yang berbeda dengan penelitian. Hasilnya koefisien reliabilitas pada skala tipe kepribadian introvert-ekstravert sebesar 0,872 dan skala ketrampilan berkomunikasi saat siaran sebesar 0,938. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Kendall’s Tau-b dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tipe kepribadian introvert-ekstravert dan skala ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio. Hal ini dapat terlihat dari koefisien korelasi yang bernilai 0,124 dengan taraf signifikansi 0,59 (dengan probabilitas 1% (p<0,01)).

(8)

x

Personality Types and On Air Communication Skills for Radio Broadcast : Psychology Study Program, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research objective was to find out the positive correlation between introvert-ekstravert personality types and on air communication skills for radio broadcast. The hyphothesis proposed in this research was a positive correlation between introvert-ekstravert personality types and on air communication skills for radio broadcast. The subjects in this research were radio broadcasters with 2 characteristics. Radio broadcasters had to announce in the radio at minimum 6 months and last formal education was high school.

The method of data collection in this research used two of Likert rating scales, were introvert-ekstravert personality types scale and on air communication skills for radio broadcast scale. Both of the rating scales are made by researcher using Eysenck’s theory (for introvert-ekstravert personality types scale) and Joseph De Vito’s theory (for on air communication skills for radio broadcast scale). Scale try out had been done to 66 radio broadcaster at 6 different radio with radio for the experiment. The result was reliability coefficient to the amount of 0,872 on introvert-ekstravert personality types scale and 0,938 on on-air communication skills for radio broadcast scale. The data of research result analyzed by correlation Kendall’s Tau-b technique and the result showed that there was not significant correlation between introvert-ekstravert personality type and on air communication skills for radio broadcast. This result could be see from correlation coefficient to the amount of 0,124 with significant level 0,59 (with probability 1% (p<0,01)).

(9)

Nama : Marina Octhalina Nomor Mahasiswa : 039114084

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Uni-versitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT –

EKSTRAVERT DAN KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI

SAAT SIARAN PADA PENYIAR RADIO

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 27 Agustus 2008

Yang menyatakan

(10)

xi

menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Hubungan antara Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert dan Ketrampilan Komunikasi Saat Siaran pada Penyiar Radio” ini.

Dalam proses penyelesaiannya, tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan banyak pihak karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Oleh

sebab itu, perkenankanlah saya sebagai penulis skripsi mengucapkan terima kasih

dengan segala kerendahan hati kepada:

1. Jesus Christ, atas semua berkat, kasih setia, juga kebaikan-Nya saya boleh

melalui setiap tahapan penulisan skripsi ini. Melalui setiap tahap ini pula,

saya boleh bertumbuh baik dalam kedewasaan hati, cara berpikir, bersikap,

juga dalam memandang dunia ini. Deep ini love to You, God...

2. Ibu ML.Anantasari, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.

Terima kasih sekali bu untuk bimbingannya selama hampir 3 semester ini.

Terima kasih untuk kesabaran dan bantuannya. Ibu bukan hanya sebagai

dosen pembimbing namun juga partner sharing yang hebat.

3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak

(11)

xii

5. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi., Ibu Sylvia Carolina M. Y. M, S.Psi.,

M.Si., V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si., Ibu Henrietta P.D.A.D.S.,

S.Psi. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan

memberikan banyak saran bagi penyelesaian tugas akhir peneliti.

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, baik dosen biasa maupun

dosen-dosen luar biasa yang pernah memberikan ilmu, wawasan, pengetahuan,

dan membuat pola pikir peneliti lebih bijaksana agar dapat berusaha dan

berbuat yang terbaik.

7. Pak Giyanto, mas Gandung, dan mba Nanik atas semua bantuan,

kesabaran dan keramahan sikap dalam melayani kepentingan akademik.

8. Rekan-rekan radio seperti : Radio Petra FM (Bapak Santo & Bapak Petrus), Radio Ur Channel (Mbak Arin & Kinanthi), I Radio (Michael Husein), Radio Masdha FM (Rere & Deo), Radio Channel 5 (Mas Advi), Radio Impact (Mbak Lisa & Githa), Radio OZ Bali (Bee, Helmy, Lia, & Dicca), Radio Geronimo (Thomas Andesta & Ibu Irma), Radio Prambors Yogyakarta (DJ. Felix Tirtonugroho), Radio Unisi (Bapak Ari & Ibu Niken), Radio Megaswara (Tomy, Jonathan, Mas Reza, & Mas Teguh), Radio Ista Calissa (Ibu Ami), dan Radio Eltira (Alfa Aresta), Terimakasih atas bantuannya dalam menyebarkan angket penelitian saya

(12)

xiii

tercinta. Terimakasih untuk kesabaran, doa, bimbingan, dan segala fasilitas

yang diberikan untuk saya. Nothing can say, but deep thank you for them.

10.Sahabat terbaikku MIA. Mi’ akhirnya...akhirnya...aku wisuda! Akhirnya

aku bisa menyusulmu. Makasih banyak ya mi’ buat bantuan, gemblengan,

masukan, juga setiap penghiburan yang selalu kamu kasih selama kita

kuliah. Finally, i get my own life!! I’m gonna miss you, my lovely friend.

11.Sahabat-sahabat ku “Gratisons Famz” : Yayac, Flora, Vera, Qnan,

Rangga, Dithe, Andra, Ipunk, Hana, Dedeq. Tanpa kalian aku tidak akan

pernah mengenal apa arti cinta, hidup, sedih, dan kebahagiaan yang

sebenarnya. Kalian memang teman-teman terbaikku. Jangan pernah

terpisah ya.

12.Teman-teman ? yang sudah membantu saya menyelesaikan skripsi ini.

Tanti & Joe (makasih banyak lho....), Risa, Melinda, Melan, Nanang,

Suster Hedwig, Galih, Dhani, Monic, dan Krista. Terima kasih sudah

menjadi teman bertukar pikiran dan bersedia meluangkan waktu juga

memberi masukan untuk skripsi saya ini.

13.Teman-teman ? semuanya, yang tidak bisa saya jabarkan satu persatu.

Terima kasih sudah berbagi pengalaman, pengetahuan dan wawasan

(13)

xiv

Hormat Penulis,

(14)

xv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 6

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran 1. Ketrampilan Penyiar Radio ... 8

2. Pengertian Siaran ... 8

3. Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran a. Pengertian Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran ... 10

b. Aspek-aspek Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran ... 12

(15)

xvi

4. Aspek-aspek Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert ... 28

C. Hubungan antara Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert dengan Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran ... 31

D. Skema Dinamika ... 34

E. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 35

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Tipe kepribadian introvert-ekstravert ... 36

2. Ketrampilan berkomunikasi saat siaran ... 39

D. Subyek Penelitian ... 42

E. Prosedur Penelitian ... 44

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 45

G. Teknik Pengumpulan Data ... 49

H. Uji Coba Alat Ukur ... 55

I. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas ... 56

2. Seleksi Item ... 58

3. Reliabilitas ... 69

J. Metode Analisis Data ... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 71

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

C. Deskripsi Subyek Penelitian ... 74

(16)

xvii

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KELEMAHAN PENELITIAN

A. Kesimpulan ... 84

B. Keterbatasan penelitian ... 84

C. Saran 1. Bagi Penyiar Radio ... 85

2. Bagi Stasiun Radio ... 86

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(17)

xviii

Tabel 3.2 : Skor Penilaian Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran ... 47

Tabel 3.3 : Spesifikasi Skala Pengukuran Tipe Kepribadian Introvert-Ekstra-

vert (sebelum diuji kesahihan item- itemnya) ... 50

Tabel 3.4 : Spesifikasi Skala Pengukuran Ketrampilan Berkomunikasi Saat

Siaran (sebelum diuji kesahihan item- itemnya) ... 51

Tabel 3.5 : Sebaran Item Skala Pengukuran Ketrampilan Berkomunikasi Saat

Siaran (sebelum diuji kesahihan item- itemnya) ... 53

Tabel 3.6 : Sebaran Item Skala Pengukuran Ketrampilan Berkomunikasi Saat

Siaran (sebelum diuji kesahihan item- itemnya)... 54

Tabel 3.7 : Hasil Korelasi Item Total Skala Tipe Kepribadian Introvert-Eks-

travert ... 60

Tabel 3.8 : Item yang Sahih dan Gugur Pada Skala Tipe Kepribadian Intro-

vert-Ekstravert ... 61

Tabel 3.9 : Distribusi Item Skala Tipe Kepribadian Introvert - Ekstravert

(setelah uji coba) ... 62

Tabel 3.10 : Hasil Korelasi Item Total Skala Tipe Kepribadian Introvert-Eks-

travert ... 63

Tabel 3.11 : Distribusi Item Skala Tipe Kepribadian Introvert - Ekstravert

(setelah uji coba) ... 63

Tabel 3.12 : Item yang Sahih dan Gugur Pada Skala Ketrampilan Berkomu-

kasi Saat Siaran ... 65

Tabel 3.13 : Distribusi Item Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran

(setelah uji coba) ... 66

Tabel 3.14 : Hasil Korelasi Item Total Skala Ketrampilan Berkomunikasi

Saat Siaran ... 67

Tabel 3.15 : Distribusi Item Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran

(18)
(19)

xx

(20)

xxi

1. Surat Ijin Penelitian ……… 92

2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ………….. 93

Lampiran B : Analisis Reliabilitas dan Validitas

1. Skala Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert

(seleksi item pertama) ……… 105

2. Skala Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert

(seleksi item kedua) ……….. 107

3. Skor Skala Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert … 109

4. Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran

(seleksi item pertama) ……… 115

5. Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran

(seleksi item kedua) ……….. 117

6. Skor Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran . 120

Lampiran D : Analisis Data

1. Analisis Korelasi Non-Parametik : Kendall’s Tau-b.. 130

2. Uji Homogenitas One Sample Kolmogorov - Smirnov

Test ... 131

(21)

xxii Lampiran F : Angket Penelitian

1. Angket Penelitian Try Out

(22)

1 A. Latar Belakang Masalah

Penyiar radio adalah orang yang menyajikan materi siaran kepada

para pendengar. Kontak langsung dengan para pendengar inilah yang

kemudian menjadikan penyiar sebagai ujung tombak suatu stasiun radio.

Keberhasilan atau kegagalan suatu program sangat tergantung pada

penyiar dalam membawakan program tersebut (Effendy, 1990).

Seorang penyiar sebagai ujung tombak suatu stasiun radio dituntut

mempunyai kualitas suara dan artikulasi yang baik (Pane, 2004 ; Bari,

1995). Suara yang menjadi modal utama seorang penyiar tidak akan berarti

jika tidak diikuti dengan kualitas isi siaran yang juga baik. Hal ini

disebabkan karena pada dasarnya medium radio adalah medium dialog

(Ishadi, 1999). Program apapun intinya merupakan proses dialog antara

stasiun radio dengan pendengarnya. Program hiburan baik yang

menampilkan penyiar itu sendiri maup un yang mengundang bintang tamu

terkenal, tidak akan lengkap tanpa adanya dialog. Oleh sebab itu seorang

penyiar dituntut untuk menguasai ketrampilan bersiaran atau announcing

skill (Masduki, 2004 : 119). Ketrampilan bersiaran adalah kemampuan

penyiar untuk mengkomunikasikan segala macam informasi kepada

pendengar agar dapat diterima dengan baik dan positif. Informasi yang

(23)

menyangkut musik, kata, berita, produk iklan, maupun wawancara.

Respon baik dan positif yang diterima penyiar radio dapat menandakan

bahwa penyiar tersebut telah mampu berkomunikasi secara efektif.

Komunikasi dalam dunia kepenyiaran disebut efektif apabila

pendengar mau mendengarkan, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan

apa yang ia dengar (Henneke, 1954, dalam Effendy, 1990). Berdasarkan

definisi tersebut, seorang penyiar harus mampu membuat pendengar

bersedia mendengarkan, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan sesuai

dengan yang telah disampaikan penyiar. Komunikasi semacam ini dengan

kata lain disebut sebagai komunikasi yang efektif (Rakhmat, 1986).

Penyiar radio dituntut untuk selalu membangun suatu komunikasi

yang efektif. Komunikasi yang efektif akan menyebabkan adanya

kesesuaian pesan antara yang dikirim oleh penyiar radio sebagai sender

dengan yang diterima pendengar sebagai receiver. Komunikasi

interpersonal dinyatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan

hal yang menyenangkan bagi komunikan. Keadaan seperti ini dapat

diperluas pada situasi komunikasi lain sehingga mencakup efektivitas

komunikasi dalam siaran radio (Wolosin, 1975 dalam Rakhmat, 2004 :

118).

Salah satu persyaratan untuk menjadi penyiar radio yang baik

adalah memiliki kepribadian ekstravert, luwes, dan mudah bergaul (Ishadi,

1999). Dengan memiliki kecenderungan kepribadian ekstravert, penyiar

(24)

maupun orang lain sehingga dapat menerima pesan komunikasi dengan

lebih baik. Penerimaan pesan yang lebih baik ini dapat mengakibatkan

penyiar semakin mampu berkomunikasi efektif, sehingga pada akhirnya

ketrampilan berkomunikasi saat siaran yang dimiliki semakin baik pula.

Eysenck (1969, dalam Pervin & John 1997) membedakan

kepribadian ke dalam dua tipe, yaitu introvert dan ekstravert untuk

menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi-reaksi terhadap lingkungan

sosial dan dalam tingkah laku sosial. Eysenck (1972) juga mengemukakan

bahwa tipe kepribadian introvert-ekstravert menggambarkan keunikan

individu dalam bertingkah laku terhadap suatu stimulus sebagai

perwujudan karakter, temperamen, fisik, dan intelektual individu dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Eysenck mempercayai bahwa

setiap individu pasti berada di antara kedua kontinum tersebut (Corsini &

Marsella, 1983).

Eysenck (1969, dalam Pervin & John, 1997 : 232) menyatakan

individu dengan tipe kepribadian introvert memperlihatkan kecenderungan

tenang, menilik ke diri sendiri, memendam atau menyimpan,

merefleksikan ke dalam dirinya, penuh prasangka terhadap dorongan

untuk mengambil keputusan, dan lebih memilih sebuah derajat kehidupan

yang diisi dengan kesempatan dan resiko. Kontras dengan karakteristik

sebelumnya, tipe kepribadian ekstravert adalah orang yang sosial, suka

keramaian, mempunyai banyak teman, mencari rangsangan kegembiraan,

(25)

Individu yang terlalu ekstravert akan kehilangan subyektifitas

dirinya. Ia menyangkutkan segala tingkah lakunya dengan lingkungannya

sehingga ia dapat berinteraksi dengan baik di lingkungannya tersebut.

Individu yang terlalu introvert akan kehilangan obyektifitas. Segala

tingkah lakunya hanya berhubungan dengan dirinya sendiri, relasi dengan

orang lain sangat kurang sehingga ketrampilan komunikasi yang

dimilikinya menjadi kurang baik (Fritz Kunkel, 1950 dalam Suryabrata,

2003 : 194).

Penyiar radio sebelum terjun langsung untuk siaran umumnya akan

diberi berbagai macam pelatihan guna melatih ketrampilan komunikasinya

saat siaran. Seorang penyiar dalam bekerja juga dibantu oleh naskah yang

akan menjadi panduan pada saat siaran. Hal ini tentu akan memudahkan

kelompok penyiar radio yang tidak memiliki kecenderungan kepribadian

ekstrave rt untuk tampil menjadi penyiar radio (Stokkink, 1997).

Komunikasi yang terjadi dalam radio tergolong komunikasi massa.

Hal ini ditandai dengan proses komunikasi yang berlangsung sifatnya satu

arah (Effendy, 1990:18), atau sering disebut dengan profesi ”di balik

layar” (Stokkink, 1997). Penyiar sebagai komunikator cenderung lebih

bebas dalam berkomunikasi saat siaran karena penyiar tidak berhadapan

langsung dengan pihak yang diajak komunikasi (pendengar) serta respon

atau umpan balik yang ia terima sifatnya tidak langsung. Umpan balik ini

biasa dipakai sebuah radio untuk mengetahui berapa banyak pendengar

(26)

Kenyataannya banyak acara yang telah disiarkan namun respon

yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Suatu program acara

dapat terwujud adalah berkat kesatuan dari berbagai divisi, mulai dari

pimpinan, program director, operator, marketing, sampai dengan penyiar

itu sendiri. Masing- masing mempunyai tanggung jawab dalam

mensukseskan suatu program acara. Salah satu kemungkinan program

tidak digemari pendengar adalah karena faktor dari penyiar itu sendiri.

Penyiar dianggap kurang mampu mengkomunikasikan isi pesan kepada

pendengarnya. Komunikasi menjadi tidak berjalan dengan baik atau

dengan kata lain tidak efektif.

Melalui penelitian ini, peneliti ingin meneliti secara empiris apakah

kecenderungan tipe kepribadian introvert dan ekstravert penyiar radio

berhubungan dengan ketrampilan berkomunikasi saat siaran, atau

faktor-faktor lain seperti profesi ”di balik layar”, adanya pelatihan sebelum

siaran, dan naskah yang akan membantu penyiar berbicara selama siaran

(Stokkink, 1997), serta tim lingkungan kerja dan faktor latar belakang

pendidikan akan mampu menjadikan penyiar yang tidak memiliki

kecenderungan tipe kepribadian ekstravert mempunyai ketrampilan

berkomunikasi saat siaran yang sama baik dengan penyiar dengan

(27)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan

pertanyaan sebagai berikut : “Apakah ada hubungan positif antara tipe

kepribadian introvert-ekstravert dengan ketrampilan berkomunikasi saat

siaran pada penyiar radio?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui ada

atau tidak ada hubungan positif antara tipe kepribadian introvert-ekstravert

dengan ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio.

D. Manfaat Teoritis dan Praktis 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi

dunia kepenyiaran (broadcast) pada umumnya serta memperkaya

kekhasan khasanah teoritis pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma dalam ilmu psikologi sosial khususnya dalam konteks

psikologi komunikasi mengenai hubungan antara tipe kepribadian

introvert-ekstravert dengan ketrampilan berkomunikasi saat siaran

(28)

2. Manfaat Praktis a. Bagi penyiar radio

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada penyia r radio guna sarana refleksi diri dalam rangka

meningkatkan ketrampilan berkomunikasi saat siaran.

b. Bagi stasiun radio

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana

pada stasiun radio dalam memilih penyiar radio yang dapat

menyampaikan informasi atau berita saat siaran secara terampil,

(29)

8

A. Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran 1. Ketrampilan Penyiar Radio

Secara umum ada tiga ketrampilan yang harus dikuasai

penyiar radio (Masduki, 2004:119) yaitu :

a. Announcing skill, yaitu ketrampilan berkomunikasi atau

menuturkan segala sesuatu baik menyangkut informasi,

berita, musik, atau lirik lagu yang disampaikan.

b. Operating skill, yaitu ketrampilan mengoperasikan segala

peralatan siaran

c. Musical touch, yaitu ketrampilan merangkai musik dalam

tatanan yang menyentuh emosi pendengar.

2. Pengertian Siaran

Penyiaran menurut Chester, Garrison, dan Willis dalam

Prayudha (2004:2) adalah pancaran melalui ruang angkasa oleh

sumber frekuensi dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau

didengar oleh publik. Ia menambahkan ada dua tipe penyiaran yaitu

penyiaran bunyi standar atau AM (Amplitudo Modulation) dan

penyiaran dengan ketepatan tinggi dari bunyi pancaran atau FM

(30)

Penyiaran menurut ahli radio siaran Ben H. Henneke (dalam

Effendy, 1990:126) adalah tak lain hanya suatu usaha untuk

mengkomunikasikan informasi, untuk memberitahukan sesuatu.

Meskipun informasi tersebut dapat mencapai jutaan pendengar, namun

ditujukannya kepada pendengar secara perorangan dan komunikasi

tersebut akan sempurna apabila si pendengar mendengar, mengerti,

merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia dengar itu.

Penyiaran adalah bentuk pengiriman pesan melalui media radio

ataupun televisi dengan tidak dikontrol secara teknik oleh penerima

(Sullivan dalam Prayudha, 2004:3).

Siaran haruslah disajikan semenarik mungkin, caranya dengan

memadukan wawasan, kreativitas, dan kemampuan mengoperasikan

peralatan. Kreativitas siaran berarti kemampuan merancang dan

mengelola acara siaran yang inovatif, kaya improvisasi kata saat

siaran, serta kemampuan bekerja sama dalam tim kerja berdasarkan

intelektualitas dan profesionalitas (Masduki, 2004:89).

Jadi, melalui uraian di atas maka peneliti menyimpulkan

pengertian siaran adalah bentuk pengiriman pesan melalui media radio

yang dipancarkan melalui ruang angkasa oleh sumber frekuensi

dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau didengar oleh

publik. Dalam penelitian ini tipe penyiaran yang dipakai adalah FM

(31)

getaran frekuensi FM lebih harmonis dibandingkan tipe penyiaran AM

(Amplitudo Modulation).

3. Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran

a. Pengertian Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran

Radio adalah media komunikasi lisan (oral

communication). Seorang penyiar radio profesional dituntut

mampu menyampaikan pesan atau berita lebih efektif daripada

dikomunikasikan melalui kata-kata yang tertulis. Penyiar juga

diharapkan mampu memindahkan emosi yang sesuai dengan

naskah dan dengan cara ini penyiar akan mampu memberikan

variasi serta interpretasi kepada pendengar (Pane, 2004 : 3).

Naskah dalam radio adalah proyeksi ide penulis yang

kemudian akan dikomunikasikan penyiar kepada pendengarnya.

Keahlian memilih kata-kata yang paling efektif dan segar serta

mengkomunikasikannya kepada pendengar dengan cara yang

efektif juga disebut seni menyiar (the art of announcing).

Siaran dianggap tidak baik apabila penyiar radio gagal

menyampaikan materi dengan jelas serta meyakinkan. Penyiar

harus mampu menyampaikan sebuah ide secara efektif melalui

kata-kata lisan dengan interpretasinya sendiri sehingga pendengar

dapat terpengaruh dan mengerti terhadap ide yang disampaikan

(32)

Ketrampilan komunikasi adalah kemampuan untuk

berkomunikasi secara efektif, mencakup pengetahuan tentang

peran lingkungan, isi komunikasi, dan bentuk komunikasi

(Spitzberg dan Cupach dalam De Vito, 1996 : 27). Komunikasi

yang efektif adalah komunikasi dimana pesan yang diterima sama

dengan pesan yang dimaksudkan atau dikehendaki oleh pengirim

pesan (Hybels, 2004:24).

Secara khusus, ketrampilan berkomunikasi pada saat siaran

terjadi apabila seorang penyiar mampu mengkomunikasikan secara

efektif buah pikiran dan pendapat kepada orang lain (Pane,

2004:19). Efektivitas penyiar dalam mengkomunikasikan buah

pikiran dan pendapatnya dapat terlihat dari respon pendengar. Hal

ini mengacu pada tugas utama seorang penyiar yaitu mampu

membuat pendengarnya mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu

melakukan apa yang ia dengar.

Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Tubbs dan Moss

(1999:9) yang menyatakan efektivitas komunikasi pada saat siaran

siaran akan tercipta jika terjadi adanya pengertian, kesenangan,

hubungan sosial yang makin baik, pengaruh pada sikap dan

tindakan antara komunikator dan komunikan. Pengertian berarti

penerimaan komunikan yang cermat atas isi pesan seperti yang

dimaksud oleh komunikator. Kesenangan merupakan aspek

(33)

komunikasi menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan, sedangkan

pengaruh pada sikap timbul dari persuasi sebagai komunikasi

untuk mempengaruhi sikap komunikan.

Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pengertian

ketrampilan berkomunikasi pada saat siaran adalah kemampuan

penyiar untuk mengkomunikasikan buah pikiran dan pendapat

secara efektif agar pendengarnya mendengar, mengerti, merasa

tertarik, lalu melakukan apa yang ia dengar.

b. Aspek-aspek Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran

Ketrampilan berkomunikasi pada saat siaran adalah

kemampuan penyiar untuk mengkomunikasikan buah pikiran dan

pendapat secara efektif agar pendengarnya mendengar, mengerti,

merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia dengar.

Joseph de Vito (1986 : 68) mengindikasikan efektivitas

komunikasi menjadi dua perspektif yaitu perspektif humanistik dan

perspektif pragmatis. Gabungan kedua perspektif ini sebenarnya

menunjukkan karakteristik komunikasi interpersonal yang efektif.

Keadaan seperti ini dapat diperluas pada situasi komunikasi lain

sehingga mencakup efektivitas komunikasi dalam siaran radio

(Wolosin, 1975 dalam Rakhmat, 2004 : 118).

Pendekatan melalui perspektif humanistik berawal dari

(34)

dideduksikan menjadi perilaku spesifik yang dapat dijadikan

karakteristik komunikasi yang efektif. Sebaliknya perspektif

pragmatis mengawali pendekatannya melalui ketrampilan yang

spesifik menuju perilaku-perilaku yang umum (De Vito, 1986:69).

Berdasarkan alasan inilah peneliti akan melihat ketrampilan

komunikasi saat siaran hanya melalui pendekatan perspektif

humanistik.

Perspektif humanistik adalah perspektif yang menekankan

pentingnya hubungan antar manusia. Terdapat lima hal yang dapat

mengindikasikan efektivitas komunikasi menurut Joseph De Vito

berdasarkan perspektif humanistik.

1. Openness (keterbukaan) adalah kemampuan keterbukaan dari individu. Kualitas dari openness tergantung pada tiga aspek

dari komunikasi berikut :

a. Keinginan untuk terbuka atau mengungkapkan diri.

Menyatakan informasi mengenai diri yang mungkin secara

normal sering dibiarkan tersembunyi.

b. Keinginan untuk bereaksi jujur terhadap stimulus yang

datang. Openness di sini ditunjukkan dengan merespon

secara spontan dan tanpa dalih atau alasan saat

berkomunikasi atau saat memberikan umpan balik.

c. Rasa memiliki serta bertanggung jawab atas perasaan dan

(35)

pengertian ini, individu diharapkan mengakui dan

menghargai perasaan serta pemikiran yang ia ekspresikan

sebagai miliknya dan mampu menanggung semua tanggung

jawab atasnya. Tidak mencoba mengalihkan semua

tanggung jawab ke orang lain.

2. Empathy. Menuntut individu mampu memahami posisi dan kondisi orang lain sesuai dengan realitasnya bukan berdasarkan

gambaran mengenai orang tersebut. Dapat dilakukan melalui :

a. Tidak mengevaluasi orang yang diajak berbicara. Mencoba

memahami bukan sebagai kesalahan dalam mengambil

keputusan, namun alasan dalam mengambil keputusan

tersebut.

b. Mencoba mengenal lebih jauh orang yang diajak

berbicara seperti alasan dan motivasi yang melatar

belakangi perasaan dan pemikirannya.

c. Mencoba mengalami perasaan orang lain, melalui sudut

pandangnya.

3. Supportiveness yaitu kemampuan individu dalam memberi dukungan kepada pihak lainnya ketika keduanya terlibat dalam

komunikasi. Sikap ini diwujudkan melalui suasana :

a. Deskriptif : suasana komunikasi yang berisi informasi atau

(36)

menjadikan pihak lain menjadi tertutup dalam

mengekspresikan diri karena takut dikritik.

b. Spontan : respon yang langsung dan terbuka atas ide pihak

lain. Individu terkadang menyembunyikan perasaan mereka

yang sebenarnya, serta memberikan pendapat hanya agar

orang yang diajak berbicara mempunyai mood

menerima/mendengarkan yang baik.

c. Provisional : perilaku yang terbuka (open-minded) dan mau

mendengarkan pandangan orang yang berbeda dengannya,

serta mau mengubah beberapa hal jika ada pembenaran

yang tepat.

4. Positiveness adalah ekspresi positif atas diri sendiri, orang lain, dan situasi sekitar. Sikap ini terwujud dalam upaya pemenuhan

kebutuhan atas penghargaan baik pada diri sendiri maupun

orang lain. Komunikasi possitiveness dapat berlangsung dalam

dua cara :

a. Perilaku positif, mengacu pada 2 aspek yaitu :

1. Penghormatan yang positif untuk diri sendiri. Individu

yang telah mampu menerima dirinya sendiri secara

positif, pada gilirannya juga akan mampu melakukan

(37)

2. Perasaan positif terhadap situasi komunikasi itu sendiri,

dapat ditunjukkan dengan memberikan respon

mendukung pada situasi atau konteks komunikasi.

b. Memberikan ungkapan verbal ataupun non- verbal sebagai

bentuk pengakuan dari keberadaan serta menga nggap

penting orang yang diajak berkomunikasi. Ungkapan verbal

berupa kata-kata, sedang ungkapan non-verbal dalam

komunikasi saat siaran bisa terungkap dalam :

1. Kunci nada termasuk daerah tangga nada (pitch range)

2. Volume atau tingkat kerasnya suara

3. Tempo atau irama dan tingkat kecepatan dari

pengucapan

4. Vitalitas dan semangat

5. Cara pengucapan

6. Kualitas suara, meliputi warna suara dan nada suara

7. Bunyi yang diucapkan atau gerakan dari alat-alat

berbicara yang mengeluarkan suara (artikulasi).

5. Suasana equality, merupakan kondisi kesetaraan posisi antara komunikator dan komunikan yang mencegah terjadi monopoli

atau intimidasi.

Gabungan kelima karakteristik komunikasi efektif tersebut

menjadi indikator ketrampilan berkomunikasi saat siaran. Ind ikator

(38)

atau keterangan (KBBI, 1997:376). Penyiar yang terampil

berkomunikasi saat siaran akan mampu mengkomunikasikan buah

pikiran dan pendapatnya secara efektif sehingga pendengar mau

mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia

dengar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketrampilan

Berkomunikasi saat Siaran

Penyiar mempunyai tugas penting untuk menyampaikan

informasi kepada masyarakat luas dengan tujuan pendengarnya

mau mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan apa

yang disampaikan oleh penyiar. Agar pesan yang diterima oleh

pendengar dapat sesuai dengan yang dimaksudkan penyiar maka

seorang penyiar harus mempunyai ketrampilan berkomunikasi

yang baik saat siaran.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi ketrampilan

berkomunikasi penyiar saat siaran, antara lain :

1. Bakat asli

Radio adalah media suara, oleh sebab itu seorang

penyiar diharapkan mempunyai suara yang enak didengar,

jelas, menawan, menggugah, serta memotivasi. Hal ini

(39)

bakat awal untuk dapat mencapai bentuk suara seperti tersebut

di atas.

Bakat lain yang juga dibutuhkan untuk menjadi penyiar

yang terampil adalah kecakapan serta kemampuan

berkomunikasi secara efektif. Sama seperti suara, kemampuan

berkomunikasi ini juga dapat dilatih, namun akan lebih mudah

seorang penyiar dengan kemampuan komunikasi yang baik

untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya sebagai penyiar

dibandingkan dengan penyiar yang kurang dalam kemampuan

berkomunikasi (Pane, 2004:20).

2. Latihan- latihan intensif

Setiap penyiar pasti menginginkan kualitas siaran yang

baik. Pencapaian semacam itu membutuhkan waktu dan latihan

yang terus menerus. Kemahiran utama seorang penyiar radio

bertumpu pada bagaimana mengolah suara dan seni berbicara,

sehingga latihan yang dibutuhkan berupa latihan vokal atau

suara serta latihan berbicara.

Latihan vokal dan suara dimaksudkan agar penyiar

mampu memberi makna yang tepat dalam setiap kata yang

terucap melalui tekanan, pengucapan, tempo, serta intonasi.

Vokal dan suara yang telah terasah dengan baik akan menjadi

lebih bermakna jika penyiar mampu mengkomunikasikan

(40)

emosi yang kuat serta terkontrol agar penyiar dapat menghayati

setiap sasaran, isi, dan tujuan acara (Bari, 1995:70).

Latihan intensif untuk meningkatkan ketrampilan

berkomunikasi saat siaran dapat diperoleh penyiar dari

pengalaman siaran yang dilalui (Pane, 2004:41). Semakin

banyak waktu siaran seorang penyiar maka semakin terasah

ketrampilan berkomunikasinya saat siaran.

3. Latar belakang pendidikan atau wawasan yang luas

Seorang penyiar boleh berceloteh menurut yang

dikehendakinya, tetapi bila sampai pada informasi yang

sifatnya prinsip, penyiar harus benar-benar menyampaikan

informasinya dengan tepat, kena, dan benar. Hal ini berkaitan

dengan penyiar sebagai nara sumber dan sumber informasi

tidak boleh salah (Effendy, 1990:141). Untuk mencapai hal

tersebut, seorang penyiar dituntut mempunyai pendidikan yang

tinggi serta wawasan yang luas. Seorang penyiar juga harus

mampu berpikir cepat dan memiliki pengetahuan luas, menaruh

perhatian pada permasalahan manusia, ahli dalam

masalah-masalah aktual, dan cakap atau cerdik.

4. Tim dan lingkungan kerja

Suatu stasiun radio pastilah mempunyai struktur

organisasi dimana setiap jenis pekerjaan yang ada akan saling

(41)

tujuan yang sama yaitu memberikan output yang terbaik.

Output atau hasil kerja tim radio ini adalah berupa siaran yang

baik. Salah satu syarat program siaran dapat dikatakan berhasil

adalah jika penyiar mampu berkomunikasi secara efektif saat

siaran. Hal ini membutuhkan ketrampilan khusus yakni

ketrampilan berkomunikasi. Seorang penyiar akan mampu

berkomunikasi secara terampil jika didukung oleh tim kerja

serta lingkungan yang mendukung (Prayudha, 2004:77).

5. Kepribadian Penyiar

Seorang penyiar diharapkan mempunyai beberapa tipe

kepribadian yang dapat mendukung suksesnya suatu program

acara. Kepribadian seorang penyiar merupakan kualitas khusus

dan abstrak yang membuat pendengar lebih tertarik kepada satu

orang penyiar daripada yang lain. Kualitas semacam ini sangat

menentukan dalam stasiun radio. Setidaknya seseorang yang

berkepribadian dewasa biasanya memiliki karakteristik suara

yang baik untuk radio (Stokkink, 1997). Keberhasilan dan

kegagalan suatu program sangat tergantung pada kepribadian

penyiar (Stokkink, 1997). Kepribadian yang sesuai dengan

radio dapat menarik dan menyentuh pendengar.

Ishadi SK (1999) menyatakan ada 10 syarat untuk

(42)

memiliki kepribadian ekstravert, luwes, dan mudah bergaul,

serta memiliki dasar berbicara di depan umum.

B. Tipe Kepribadian Introvert -Ekstravert 1. Pengertian Kepribadian

Berdasarkan arti katanya, kepribadian berasal dari bahasa

Yunani ”persona”, yang berarti topeng (mask), karena pengertian

kepribadian secara umum dianggap berkaitan dengan penampilan

(Purwanto, 2000). Adler (dalam Hall&Lindzey, 1993:248) menyatakan

kepribadian sebagai gaya hidup individu atau cara serta karakteristik

seseorang untuk bereaksi termasuk masalah-masalah hidup serta tujuan

hidup.

2. Dasar Tipe Kepribadian

Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam menelaah

kepribadian. Salah satunya adalah pendekatan faktor yang

dikemukakan oleh Eysenck. Pendekatan faktor memandang bahwa

kepribadian terdiri atas kumpulan trait dan ”tipe” (Eysenck dalam

Marsella&Corsini, 1983:384). Pendekatan tipe kepribadian yang

dikemukakan Eysenck ini, dilandasi oleh penelitian ilmiah sehingga

hasilnya lebih dapat dipertanggungjawabkan dibandingkan pendekatan

yang hanya menggunakan spekulasi atau intuisi klinis untuk mengasah

(43)

Eysenck (Hall & Lindzey, 1985:437) mendefinisikan

kepribadian sebagai jumlah total dari pola perilaku yang aktual atau

potensial yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan; yang berasal

dan berkembang melalui interaksi fungsional dari empat sektor faktor

utama yaitu kognitif (intelektual), afektif (temperamen), konatif

(karakter), dan somatis (konstitusi).

Eysenck meyakini bahwa dasar dari kepribadian melibatkan

faktor genetis, fisiologis, dan lingkungan. Pandangannya ini didukung

dengan penelitian-penelitian tentang faktor genetis dimana faktor

keturunan juga bisa mempengaruhi kepribadian seseorang. Ada tiga

ide utama dalam pemikiran Eysenck (Monte, 1995), yaitu :

a. Sistem saraf pusat merupakan dasar dari fungsi kepribadian

b. Banyak penelitian laboratorium tentang proses pembelajaran

conditioning, persepsi, dan efek obat-obatan menunjukkan

bahwa seseorang dibedakan menjadi dua kelompok introvert

dan ekstravert. Kelompok introvert mempunyai kecenderungan

”malu terhadap stimulus” karena sensitif pada rangsangan dari

luar akibat tingkat arousal di otaknya tinggi. Berbeda dengan

kelompok sebelumnya, kelompok ekstravert adalah kelompok

orang yang ”haus stimulus” karena mereka mencari dan dapat

dengan mudah mengolah rangsangan yang intense karena

(44)

c. Kelompok introvert rentan terhadap gangguan kecemasan

seperti fobia dan gangguan obsesi, sedang kelompok ekstravert

lebih rentan pada gangguan acting-out, seperti gangguan

histeria dan gangguan kepribadian antisosial.

Menurut Eysenck, kepribadian terdiri dari tindakan dan

disposisi yang terorganisasi dalam suatu hirarki tertentu. Respon

spesifik terjadi pada saat tertentu. Misal A membeli makan. Tahap

berikutnya adalah respon habitual yang merupakan suatu tindakan

yang terdiri dari beberapa respon spesifik, yang mungkin terjadi

saat-saat yang serupa. Misal A suka pesta. Tiap akan mengadakan pesta, A

membeli banyak makanan, telpon semua teman, dsb (lihat gambar 2.1).

Selanjutnya adalah trait berupa kumpulan respon habitual yang saling

berkaitan. Misal A yang suka pesta juga kerja sebagai salesperson

sebuah koran serta merencanakan karier di bidang humas. Dalam hal

ini, dapat diasumsikan bahwa orang tersebut memiliki trait sociability,

sehingga ia cenderung memiliki aktivitas yang melibatkan dirinya

dengan orang lain. Di atas trait ada tipe yakni sekumpulan trait yang

saling berkaitan, yang merupakan tahap paling umum. Eysenck

menggunakan istilah ”tipe” yang berarti dimensi luas dari kepribadian,

bukan jenis seseorang. Sebagai contoh bila seseorang memiliki tingkat

sociability tinggi, kecenderungan berani mengambil resiko, perasaan

(45)

kecenderungan tipe kepribadian ekstravert dalam dimensi

introvert-ekstravert.

TIPE Ekstravert

TRAIT Sociability Boldness Liveliness

RESPON Senang mengadakan kerja sebagai merencanakan karir

HABITUAL pesta salesperson di bidang humas

RESPON membeli makanan telpon teman memindahkan

SPESIFIK perabot rumah

Gambar 2.1 Contoh Aspek-aspek Kepribadian Menurut Eysenck

Karakteristik mendasar dari kepribadian terletak pada dimensi

extroversion-introversion (dimensi E) dan dimensi neurotic-stable

(dimensi N). Eysenck meyakini bahwa setiap orang pasti terletak pada

suatu posisi dalam kontinum kedua dimensi tersebut

(Corsini&Marsella, 1983:384). Dimensi ketiga yang dikemukakan

Eysenck adalah dimensi psychoticism (dimensi P) yang berbeda secara

mendasar dari kedua dimensi yang dikemukakan sebelumnya. Menurut

(46)

seseorang dalam menghadapi situasi sosial dan dimensi N merujuk

pada kadar dan kemampuan pengendalian kestabilan emosi seseorang

dalam kepribadiannya, sedang dimensi P merujuk pada kecenderungan

orang berpikir, berperasaan, dan bertindak tanpa orientasi. Dimensi P

ini pada kenyataannya jarang ditemui pada populasi normal, karena

telaah Eysenck mengenai dimensi P lebih didasarkan pada kepribadian

abnormal.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas

kepribadian introvert dan ekstravert. Eysenck (dalam Wallace, 1993)

mengatakan bahwa dimensi ekstravert dan introvert merupakan

dimensi yang paling penting dibandingkan dimensi tipe kepribadian

lainnya. Selain itu, Jung dalam Purwanto (2000) mengatakan

kepribadian manusia pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam dua

bagian yaitu introvert dan ekstravert.

3. Karakteristik Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert

Eysenck (dalam Eysenck, 1969:118) mengatakan bahwa orang

dengan tipe kepribadian introvert adalah orang yang cenderung diam,

suka menjauhkan diri dari orang lain, segan dan jarang memberi

kecuali pada teman akrab. Dia cenderung untuk ”melihat sebelum

terjun langsung”. Orang introvert tidak percaya pada kejadian yang

didasari pada impuls atau dorongan sehingga ia mampu menyimpan

(47)

dan tidak mudah kehilangan temperamentalnya. Dia dapat dipercaya

karena pandai menyimpan rahasia, kadang pesimis, dan orang dengan

standar nilai etika yang tinggi.

Sikap introversi akan membuat individu mempunyai

kecenderungan mengarahkan energi psikis yang ia miliki ke dalam

dirinya atau ke dalam dunia subyektif (O’Connor, 1985:52). Hal ini

menyebabkan sikap introvert menjadi tertutup serta lebih menyukai

sendiri dibandingkan bergaul dengan orang lain. Mereka adalah orang

yang tidak suka keramaian, cenderung malu- malu, serta mawas diri.

Selain itu, orang introvert selalu membuat rencana dan tidak percaya

pada faktor kebetulan sehingga orang introvert menyukai keteraturan

untuk hidup nya (Pervin, Cervone, & John, 2005:235).

Orang introvert merasa kesulitan dalam menjalin hubungan

serta menyesuaikan diri dengan dunia luar. Ia kurang percaya pada

kemampuannya sendiri, sehingga sering menghindari komunikasi

dengan orang lain dengan cara menjaga jarak terutama dengan orang

yang belum dikenal baik. Selain itu, tipe ini juga cenderung sukar

bergaul karena merasa kurang dapat menarik hati orang lain

(Suryabrata, 1982:194). Orang dengan tipe kepribadian introvert akan

mengalami gangguan atau hambatan dalam berkomunikasi.

Sedangkan orang dengan tipe kepribadian ekstravert menurut

Eysenck (dalam Eysenck, 1969:118) mempunyai karakteristik ramah,

(48)

rangsangan, serta berperilaku dengan mengacu pada gerakan. Orang

ekstravert selalu membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara serta

kurang suka melakukan kegiatan sendirian. Tipe ini menyukai

keramaian, suka menonjolkan diri, serta menyukai lelucon (Pervin,

Cervone, & John, 2005:235). Orang ekstravert cenderung menjadi

agresif dan mudah kehilangan temperamental dengan cepat karena

pada umumnya ia spontan dan kurang mampu menyimpan

perasaannya dalam kontrol yang kuat.

Ekstraversi berpegang pada suatu matra, bergerak dari perilaku

diam, pasif, dan terintroversi ke perilaku sosial, keluar atau

terekstraversi (Berry, Poortinga, Segal, dan Dasen, 1999:151). Sikap

ekstravert mengarahkan seseorang pada dunia luar obyektif, yaitu

dunia di luar dirinya (O’Connor, 1985:52). Pikiran, perasaan, dan

tindakannya ditentukan oleh lingkungan sosial dan non-sosial. Sikap

ekstravert mendorong orang untuk bersikap positif terhadap

lingkungannya.

Orang yang memiliki tipe kepribadian ekstravert biasanya

tertarik dan antusias terhadap segala hal. Individu ekstravert dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya tidak didominasi oleh

norma yang berlaku di masyarakat. Ia adalah individu yang mandiri

dan memiliki perasaan penting dalam lingkungan sosial maupun

(49)

Introversi dan ekstraversi berada dalam satu garis kontinum

(Monte, 1995:787). Kedua tipe kepribadian ini mempunyai

karakteristik yang saling berlawanan tetapi biasanya salah satu

diantaranya dominan dan disadari, sedangkan yang lain kurang

dominan dan tidak disadari. Jung menegaskan bahwa tidak ada

individu yang murni ekstravert atau murni introvert. Setiap individu

memiliki dua kecenderungan ini dala m dirinya. Kedua sifat ini

bervariasi secara kompleks. Seperangkat karakteristik dalam tipe

kepribadian ini selalu dominan (sadar) dan yang lain terepresikan

(tidak sadar). Sebagai contoh, apabila ego bersifat ekstravert dalam

berelasi dengan dunia maka ketidaksadaran pribadinya akan memiliki

karakteristik introvert (Hall dan Lindzey, 1993:192).

4. Aspek-aspek Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert

Tipe atau dimensi utama kepribadian menurut Eysenck adalah

introversi dan ekstraversi. Indikator- indikator variabel tipe kepribadian

introvert-ekstravert menurut Eysenck dalam Eysenck Personality

Inventory (EPI) adalah sebagai berikut (Eysenck, 1969:162) :

a. Sociability adalah ciri sifat khas individu yang terlihat pada keramahan dalam bergaul, kecenderungan menc ari orang lain, serta

suka memiliki banyak teman (Pervin, Cervone, John, 2005:235).

Individu dengan tipe kepribadian ekstravert cenderung

(50)

berhubungan dengan dunia luar atau sosialnya. Sikap ekstravert

mengarahkan individu pada dunia luar obyektif, yaitu dunia di luar

dirinya. Pikiran, perasaan, dan tindakannya ditentukan oleh

lingkungan sosial dan non-sosial.

Sebaliknya individu dengan tipe kepribadian introvert

cenderung memiliki Sociability yang buruk. Orang introvert

merasa kesulitan dalam menjalin hubungan dan sering menghindari

komunikasi dengan orang lain dengan cara menjaga jarak terutama

dengan orang yang belum dikenal baik. Selain itu, tipe ini juga

cenderung sukar bergaul karena merasa kurang dapat menarik hati

orang lain.

b. Liveliness adalah ciri sifat khas individu yang terlihat dalam sikap selalu riang, sangat ramai, serta bersukacita.

Individu dengan tipe kepribadian ekstravert adalah orang

yang selalu riang, sangat ramai, serta bersukacita. Dengan begitu

mereka menjadi mampu untuk menghidupkan suasana atau

membuat suasana menjadi hangat dan akrab.

Sedang individu introvert bukan orang yang riang, ramai,

dan selalu bersukacita, sehingga kurang mampu menghidupkan

suasana atau menjadikan suasana menjadi hangat dan akrab.

(51)

Aktivitas dikarakteristikkan dengan humor yang baik, senda-gurau,

lelucon, ataupun olok-olok.

Individu dengan tipe kepribadian ekstravert cenderung

Jocularity karena pada dasarnya ia adalah orang yang spontan dan

sehari- hari orang ekstravert adalah orang yang ceria, jarang

berpikir negatif bahkan mampu mengubahnya menjadi sesuatu

yang positif.

Sebaliknya individu dengan tipe kepribadian introvert

sangat mengontrol segala tindakannya atau menahan diri, kaku,

serta tidak ada inisiatif untuk terlibat secara mendalam dengan

kehidupan sosialnya. Kecenderungan inilah yang menyebabkan

individu introvert kurang mampu mengeluarkan kata-kata ataupun

komentar lucu.

d. Impulsiveness adalah ciri sifat khas individu yang terlihat dalam perilaku sesuai dengan dorongan dari dalam diri. Umumnya

individu ini kurang mempunyai penghambat internal dalam

mengungkapkan dorongan.

Dorongan yang muncul dalam diri individu ekstravert

dengan segera ia keluarkan sehingga terkesan agresif, mudah

berubah, tidak teliti, serta bertindak tanpa berpikir.

Sebaliknya dorongan dalam diri individu introvert, akan

diinstropeksi terlebih dahulu sehingga butuh waktu bagi introvert

(52)

menyebabkan individu introvert pandai menyimpan rahasia serta

lebih memilih hidup teratur dan pasti daripada hidup yang penuh

resiko.

C. Hubungan antara Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert dengan Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran pada Penyiar Radio

Manusia dalam kodratnya sebagai makhluk sosial akan selalu

berhubungan dengan manusia lain dalam situasi yang berbeda-beda, oleh

sebab itu manusia diberi kemampuan mengintegrasikan kondisinya,

keunikan yang dimiliki, serta kemampuan menyesuaikan diri. Fungsi

integratif manusia tersebut akan melahirkan keunikan yakni hal yang khas,

berbeda antara manusia satu dengan yang la in, yang kemudian disebut

sebagai kepribadian. Kepribadian inilah yang akan mendasari perilaku

manusia sehari- hari.

Karakteristik atau orientasi utama kepribadian menurut Eysenck

adalah ekstraversi dan introversi. Tidak ada individu yang murni ekstravert

atau murni introvert. Setiap individu memiliki dua kecenderungan ini

dalam dirinya. Individu yang introvert mempunyai kecenderungan

mengarahkan energi psikisnya ke dalam diri atau ke dalam dunia

subyektif, sedang individu yang ekstravert akan cenderung mengarahkan

energi psikisnya pada obyek eksternal di luar dirinya atau pada lingkungan

(53)

Dalam kehidupan nyata, orang dengan tipe kepribadian introvert

cenderung menarik diri dan tertutup sehingga mengakibatkan komunikasi

yang dilakukan terhambat. Individu yang dikatakan bersikap defensif atau

tertutup (introvert) adalah individu yang tidak dapat menerima orang lain,

tidak jujur dan terbuka, serta tidak menerima fakta. Orang defensif akan

lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang terjadi dalam komunikasi

daripada memahami pesan yang ingin disampaikan komunikator. Hal ini

yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berkomunikasi (Rakhmat,

1986:109).

Berbeda dengan tipe kepribadian introvert, tipe kepribadian

ekstravert dalam kehidupan sehari- hari adalah sosok yang ramah, mudah

bergaul, mau membuka diri, serta mempunyai hubungan interpersonal

yang positif sehingga menyebabkan individu mampu berkomunikasi

secara efektif.

Sosialisasi yang dilakukan individu ekstravert merupakan modal

penting bagi penyiar radio dalam mengasah ketrampilan berkomunikasi

saat siaran. Seorang penyiar radio dikatakan terampil berkomunikasi jika

ia mampu mengkomunikasikan buah pikiran dan pendapatnya secara

efektif sehingga pendengar mau mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu

melakukan apa yang dikatakan oleh penyiar. Ketrampilan komunikasi

seorang penyiar dikatakan baik jika ia mampu menerima dan mengirimkan

(54)

jujur, mau membuka diri, dan saling percaya sangat me nentukan dalam

proses komunikasi.

Tipe kepribadian seorang penyiar radio sangat berpengaruh

terhadap ketrampilan berkomunikasinya pada saat siaran. Penyiar radio

yang cenderung mempunyai tipe kepribadian ekstravert akan cenderung

melakukan pembukaan diri dan berorientasi ke luar dirinya akan menjadi

pribadi yang cenderung ramah, menarik, mudah bergaul, mempunyai

hubungan interpersonal yang baik, dan mampu memberikan penilaian

positif terhadap orang lain, dengan begitu ketrampilan berkomunikasi pada

saat siaran akan cenderung lebih baik dibandingkan penyiar yang

cenderung bertipe kepribadian introvert. Penyiar radio tipe ini mengalami

kesulitan dalam menerima kehadiran orang lain, sulit untuk jujur, serta

(55)

D. Skema Dinamika

Gambar 2.2 Skema Dinamika

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ada

hubungan positif antara tipe kepribadian introvert dan ekstravert dengan

ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio. Tipe

•Mudah bergaul

•Mau membuka

• Merasa sendiri

• Sukar bergaul

• Tertutup

(56)

35 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan

pendekatan kuantitatif deskriptif. Penelitian korelasi adalah penelitian

yang bertujuan menentukan ada tidaknya hubungan serta melihat seberapa

jauh hubungan ada antara dua variabel atau lebih (Sumanto, 1990:7).

Melalui metode penelitian korelasional ini, dapat terungkap apakah ada

hubungan positif antara tipe kepribadian introvert-ekstravert dan

ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio serta seberapa

besar hubungan antara kedua variabel tersebut.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Sugiyono (1999:2) menyatakan bahwa variabel merupakan gejala

yang menjadi fokus bagi peneliti untuk diteliti. Variabel penelitian dalam

penelitian ini, terdiri dari :

1. Variabel independen atau disebut juga variabel bebas (X)

Merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini

(57)

2. Variabel dependen atau disebut juga variabel tergantung (Y)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah ketrampilan berkomunikasi saat siaran.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah penegasan arti dari konstruk atau

variabel yang digunakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya.

Definisi operasional dibuat untuk menghindari salah pengertian dan

penafsiran yang berbeda dalam penelitian ini. Definisi-definisi operasional

dalam penelitian ini, adalah :

1. Tipe kepribadian introvert-ekstravert

Kepribadian merupakan sifat khas yang dimiliki oleh manusia

yang membedakannya dengan orang lain. Dalam penelitian ini,

kepribadian dibedakan dalam dua tipe yaitu tipe kepribadian introvert

dan tipe kepribadian ekstravert, yang meliputi beberapa indikator

sebagai berikut:

a. Sociability adalah ciri sifat khas individu yang terlihat pada keramahan dalam bergaul, kecenderungan mencari orang lain,

serta suka memiliki banyak teman. Individu dengan tipe

kepribadian ekstravert tampak dalam kecenderungan ingin

selalu dapat berhubungan dengan dunia luar atau sosialnya.

(58)

dalam kecenderungan kesulitan dalam menjalin hubungan dan

sering menghindari komunikasi dengan orang lain dengan cara

menjaga jarak.

b. Liveliness adalah ciri sifat khas individu yang terlihat dalam sikap yang selalu riang, ramai, serta bersukacita, sehingga

mampu menghidupkan suasana atau membuat suasana menjadi

hangat dan akrab. Individu dengan tipe kepribadian ekstravert

adalah orang yang selalu riang, sangat ramai, serta bersukacita.

Sedang individu introvert bukan orang yang riang, ramai, dan

selalu bersukacita, sehingga kurang mamp u menghidupkan

atau menjadikan suasana menjadi hangat dan akrab.

c. Jocularity adalah ciri sifat khas individu yang terlihat dalam kecenderungan untuk mengungkapkan kata-kata atau komentar

lucu. Ciri sifat khas ini dikarakteristikkan dengan aktivitas

senda- gurau, humor yang baik, lelucon, ataupun olok-olok.

Individu dengan tipe kepribadian ekstravert mempunyai

Jocularity yang baik karena pada dasarnya ia adalah orang

yang spontan dan sehari- hari individu ekstravert adalah orang

yang ceria, jarang berpikir negatif bahkan mampu

mengubahnya menjadi sesuatu yang positif. Sebaliknya

(59)

segala tindakannya atau menahan diri, kaku, serta tidak ada

inisiatif untuk terlibat secara mendalam dengan kehidupan

sosialnya. Kecenderungan inilah yang menyebabkan individu

introvert kurang mampu me ngeluarkan kata-kata ataupun

komentar lucu.

d. Impulsiveness adalah ciri sifat khas individu untuk berperilaku sesuai dengan dorongan dari dalam diri. Individu dengan

kecenderungan Impulsiveness adalah orang yang kekurangan

penghambat internal. Umumnya terkait dengan kesadaran

mengenai benar-salahnya suatu perilaku. Dorongan yang

muncul dalam diri individu ekstravert dengan segera

dikeluarkan sehingga terkesan agresif, mudah berubah, tidak

teliti, serta bertindak tanpa berpikir. Sebaliknya dorongan

dalam diri individu introvert, akan diinstropeksi terlebih dahulu

sehingga butuh waktu untuk mengungkapkan dorongan dari

dalam dirinya. Hal ini menyebabkan individu introvert lebih

memilih hidup teratur dan pasti daripada hidup yang penuh

resiko.

Keempat indikator akan diungkap melalui skala tipe

kepribadian introvert-ekstravert (TKIE). Skala ini menggunakan

indikator variabel tipe kepribadian introvert-ekstravert pada skala yang

(60)

kemudian divariasikan oleh peneliti. Semakin tinggi nilai pada skala

tipe kepribadian introvert-ekstravert maka individu memiliki

kecenderungan tipe kepribadian ekstravert, sebaliknya semakin rendah

nilai pada skala ini, kecenderungan individu adalah pada tipe

kepribadian introvert.

2. Ketrampilan berkomunikasi saat siaran

Ketrampilan berkomunikasi pada saat siaran merupakan

kemampuan penyiar dalam mengkomunikasikan buah pikiran dan

pendapatnya secara efektif agar para pendengar mau mendengar,

mengerti, merasa tertarik, lalu me lakukan apa yang ia dengar.

Ketrampilan berkomunikasi saat siaran meliputi beberapa indikator

yaitu :

1. Openness : kemampuan keterbukaan dari penyiar. Kualitas dari openness meliputi tiga aspek utama :

1) Keinginan untuk terbuka atau mengungkapkan diri.

2) Keinginan untuk bereaksi jujur terhadap stimulus yang

datang.

3) Rasa memiliki serta bertanggung jawab atas perasaan dan

pemikiran yang disampaikan.

(61)

berdasarkan gambaran penyiar mengenai pendengarnya.

Merasakan seperti yang pendengarnya rasakan, mengerti

motivasi dan pengalaman masa lalu, perasaannya yang

sekarang dan perilaku, harapan, dan keinginan untuk masa

depan.

3. Supportiveness yaitu kemampuan penyiar untuk memberi dukungan kepada pendengarnya ketika keduanya terlibat dalam

komunikasi saat siaran. Terwujud dalam suasana :

1) Deskriptif : penyiar mampu menghadirkan sebuah

komunikasi yang berisi informasi atau deskripsi kejadian,

bukan komunikasi evaluatif yang akan menjadikan

pendengar tertutup dalam mengekspresikan diri karena

takut dikritik.

2) Spontan : kemampuan untuk menya mpaikan apa yang

dipikirkan secara langsung dan terbuka. Penyiar tidak

menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, serta

memberikan pendapat hanya agar pendengar mempunyai

mood menerima/mendengarkan yang baik

3) Provisional : artinya mau mencoba, perilaku yang terbuka

(open-minded) terhadap pandangan dan keinginan

pendengar meski yang berbeda dengannya serta mau

(62)

4. Positiveness yakni kemampuan penyiar memberikan ekspresi positif atas dirinya, pendengar, maupun situasi sekitar.

Komunikasi positiveness dapat berlangsung dalam dua cara :

1) Kemampuan dalam menunjukkan perilaku positif, mengacu

pada dua aspek atau elemen yaitu :

a) Penghormatan yang positif untuk diri sendiri.

b) Perasaan positif terhadap situa si komunikasi itu sendiri.

Pendengar akan merasa sangat tidak merespon dengan

positif jika penyiar sendiri tidak menikmati komunikasi

itu sendiri.

2) Kemampuan dalam memberikan ungkapan verbal ataupun

non-verbal sebagai bentuk pengakuan dari keberadaan serta

menganggap penting pendengar. Ungkapan verbal berupa

kata-kata, sedang ungkapan non-verbal dalam komunikasi

saat siaran bisa terungkap dalam :

8. Kunci nada termasuk daerah tangga nada (pitch range)

9. Volume atau tingkat kerasnya suara

10.Tempo atau irama dan tingkat kecepatan dari

pengucapan

11.Vitalitas dan semangat

12.Cara pengucapan

(63)

14.Bunyi yang diucapkan atau gerakan dari alat-alat

berbicara yang mengeluarkan suara (artikulasi).

5. Equality, kecenderungan penyiar untuk mau menyamakan posisinya dengan pendengar ataupun dengan partner siaran

sehingga dapat mencegah terjadinya monopoli atau intimidasi

(sederajat dalam on-air). Dalam karakteristik equality,

ketidaksetujuan dan konflik dilihat sebagai usaha untuk

memahami perbedaan yang memang tak bisa dielakkan, bukan

sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

Kelima indikator ketrampilan berkomunikasi saat siaran dapat

diungkap dengan menggunakan Skala Pengukuran Ketrampilan

Berkomunikasi Saat Siaran (Skala KBSS). Semakin tinggi skor skala

maka ketrampilan berkomunikasi saat siaran yang dimiliki penyiar

semakin baik, sebaliknya semakin rendah skor skala maka ketrampilan

berkomunikasi saat siaran yang dimiliki penyiar semakin buruk.

D. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah penyiar radio. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

incidental sampling, yaitu bentuk pengambilan sampel dimana subyek

dipilih karena paling banyak ditemui atau tersedia sumber penyiar radio

(64)

paling mudah sehingga mempercepat proses pengumpulan data. Teknik ini

termasuk dalam teknik nonprobability sampling dimana tidak semua

individu berpeluang sama untuk menjadi sampel.

1. Usia 20 – 40 tahun. Alasan pemilihan ini didasari oleh kenyataan

rentang usia tersebut merupakan masa produktif dari individu, dimana

banyak terdapat peran baru yang dijalani oleh individu, misal dalam

pekerjaan, pernikahan, dan menjadi orang tua (Papalia & Olds, 1995).

Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti, umumnya penyiar radio

yang masih aktif bekerja berada pada rentang usia ini.

2. Pendidikan dan wawasan yang luas. Peneliti membatasi subyek

penelitian adalah penyiar dengan latar pendidikan formal yang terakhir

ditempuh adalah SMA dengan asumsi tingkat pendidikan SMA telah

mampu memberikan banyak bekal pendidikan formal kepada

seseorang. Beberapa radio jaringan bahkan telah memberlakukan

standart perguruan tinggi strata satu untuk dapat bekerja sebagai

penyiar radio.

3. Telah mengikuti training atau latihan intensif kepenyiaran. Rata-rata

training atau latihan intensif kepenyiaran dilaksanakan selama enam

bulan. Waktu ini adalah rata-rata waktu latihan intensif yang

diberlakukan oleh sebuah radio.

4. Jenis kelamin tidak dibatasi. Menurut jurnal The style split : Good

communication has no gender (Angela Beasley, 2005), baik pria

(65)

Kedua jenis kelamin ini mempunyai gaya komunikasi yang khas,

namun tidak menjadikan ketrampilan serta efektivitas komunikasi

yang dimiliki menjadi buruk.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :

1. Membuat skala pengukuran yaitu tentang kecenderungan tipe

kepribadian introvert-ekstravert dan skala pengukuran ketrampilan

berkomunikasi saat siaran. Kesemuanya digunakan dalam uji coba (try

out) pada kelompok uji coba yang memiliki karakteristik serupa

dengan kelompok subyek yang sebenarnya. Melalui data yang

diperoleh kemudian akan dilakukan uji validitas item.

2. Melakukan uji kesahihan butir dan reliabilitas skala untuk

mendapatkan item yang valid dan skala yang reliabel.

3. Menentukan subyek penelitian sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan. Melalui pengisian skala yang sudah diuji kesahihannya

oleh subyek maka akan dibuat pengukuran pada skala tersebut.

4. Menganalisa data yang masuk dengan uji statistik korelasi guna

melihat ada tidaknya hubungan antara tipe kepribadian introvert –

ekstravert dengan ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar

radio.

Gambar

Gambar 2.1  Contoh Aspek-aspek Kepribadian Menurut Eysenck
Gambar 2.2  Skema Dinamika
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Spesifikasi Skala Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Media Sosial Path Antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Dikalangan Mahasiswa Unpad”.. Pembimbing utama dalam penelitian ini adalah

Kesimpulan: kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan yang bermakna antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan tingkat stres pada

Hasil penelitian tentang perbedaan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas hukum Universitas Muhammadiyah

Judul Skripsi : Hubungan antara Tipe Kepribadian ( Ekstrovert dan Introvert ) dengan Kebermaknaan Hidup ( Meaning Of Life ) pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN

Strategi program siaran yang diterapkan oleh Trax FM Semarang dan kompetensi komunikasi penyiar secara bersama-sama mempengaruhi minat mendengarkan Radio Trax FM

Sebagai implikasinya, hendaklah konsumen wanita dengan tipe kepribadian introvert dapat lebih terbuka dalam proses pembelian untuk mengurangi kecenderungan merasakan dissonance

Berdasarkan karakteristik responden dengan dimensi tipe kepribadian menunjukkan tidak terdapatnya hubungan antara tipe kepribadian introvert dan ektrovert dengan

Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara tipe kepribadian introvert dengan prestasi belajar pada mahasiswa FK UII angkatan 2013, didapat kesimpulan bahwa