SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh: Marina Octhalina
NIM : 039114084
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
vi
Another weight finally released…
Now, it’ s time to prepare my soul,
To walk through a new world…
Thanks for the smile that strengthen,
I might need one…
When my days are darken.
vii
”Segala perkara dapat kutanggung di dalam
Dia yang memberi kekuatan kepadaku”
(Filipi 4:13)
viii
memuat karya atau bagian dari karya milik orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juni 2008
Penulis,
ix
Ekstravert dan Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran Pada Penyiar Radio: Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara tipe kepribadian introvert-ekstravert dan ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio. Dalam penelitian ini terdapat hipotesis yang berbunyi: Ada hubungan positif antara tipe kepribadian introvert-ekstravert dan ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio. Subjek dalam penelitian ini adalah penyiar radio dengan karakteristik lama bersiaran minimal 6 bulan dan pendidikan formal terakhir adalah SMA. Adapun jumlah subjek dalam penelitian adalah sejumlah 80 orang dengan teknik incidental sampling dari 7 radio baik di Yogyakarta maupun luar Yogyakarta.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala pengukuran model Likert, yaitu skala tipe kepribadian introvert-ekstravert dan skala ketrampilan berkomunikasi saat siaran. Kedua skala ini dibuat sendiri oleh peneliti menggunakan dasar teori Eysenck (untuk skala tipe kepribadian introvert-ekstravert) dan teori Joseph De Vito (untuk skala ketrampilan berkomunikasi saat siaran). Uji coba skala dilakukan pada 66 penyiar radio di 6 radio yang berbeda dengan penelitian. Hasilnya koefisien reliabilitas pada skala tipe kepribadian introvert-ekstravert sebesar 0,872 dan skala ketrampilan berkomunikasi saat siaran sebesar 0,938. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Kendall’s Tau-b dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tipe kepribadian introvert-ekstravert dan skala ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio. Hal ini dapat terlihat dari koefisien korelasi yang bernilai 0,124 dengan taraf signifikansi 0,59 (dengan probabilitas 1% (p<0,01)).
x
Personality Types and On Air Communication Skills for Radio Broadcast : Psychology Study Program, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research objective was to find out the positive correlation between introvert-ekstravert personality types and on air communication skills for radio broadcast. The hyphothesis proposed in this research was a positive correlation between introvert-ekstravert personality types and on air communication skills for radio broadcast. The subjects in this research were radio broadcasters with 2 characteristics. Radio broadcasters had to announce in the radio at minimum 6 months and last formal education was high school.
The method of data collection in this research used two of Likert rating scales, were introvert-ekstravert personality types scale and on air communication skills for radio broadcast scale. Both of the rating scales are made by researcher using Eysenck’s theory (for introvert-ekstravert personality types scale) and Joseph De Vito’s theory (for on air communication skills for radio broadcast scale). Scale try out had been done to 66 radio broadcaster at 6 different radio with radio for the experiment. The result was reliability coefficient to the amount of 0,872 on introvert-ekstravert personality types scale and 0,938 on on-air communication skills for radio broadcast scale. The data of research result analyzed by correlation Kendall’s Tau-b technique and the result showed that there was not significant correlation between introvert-ekstravert personality type and on air communication skills for radio broadcast. This result could be see from correlation coefficient to the amount of 0,124 with significant level 0,59 (with probability 1% (p<0,01)).
Nama : Marina Octhalina Nomor Mahasiswa : 039114084
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Uni-versitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT –
EKSTRAVERT DAN KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI
SAAT SIARAN PADA PENYIAR RADIO
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 27 Agustus 2008
Yang menyatakan
xi
menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Hubungan antara Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert dan Ketrampilan Komunikasi Saat Siaran pada Penyiar Radio” ini.
Dalam proses penyelesaiannya, tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan banyak pihak karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Oleh
sebab itu, perkenankanlah saya sebagai penulis skripsi mengucapkan terima kasih
dengan segala kerendahan hati kepada:
1. Jesus Christ, atas semua berkat, kasih setia, juga kebaikan-Nya saya boleh
melalui setiap tahapan penulisan skripsi ini. Melalui setiap tahap ini pula,
saya boleh bertumbuh baik dalam kedewasaan hati, cara berpikir, bersikap,
juga dalam memandang dunia ini. Deep ini love to You, God...
2. Ibu ML.Anantasari, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih sekali bu untuk bimbingannya selama hampir 3 semester ini.
Terima kasih untuk kesabaran dan bantuannya. Ibu bukan hanya sebagai
dosen pembimbing namun juga partner sharing yang hebat.
3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak
xii
5. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi., Ibu Sylvia Carolina M. Y. M, S.Psi.,
M.Si., V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si., Ibu Henrietta P.D.A.D.S.,
S.Psi. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan
memberikan banyak saran bagi penyelesaian tugas akhir peneliti.
6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, baik dosen biasa maupun
dosen-dosen luar biasa yang pernah memberikan ilmu, wawasan, pengetahuan,
dan membuat pola pikir peneliti lebih bijaksana agar dapat berusaha dan
berbuat yang terbaik.
7. Pak Giyanto, mas Gandung, dan mba Nanik atas semua bantuan,
kesabaran dan keramahan sikap dalam melayani kepentingan akademik.
8. Rekan-rekan radio seperti : Radio Petra FM (Bapak Santo & Bapak Petrus), Radio Ur Channel (Mbak Arin & Kinanthi), I Radio (Michael Husein), Radio Masdha FM (Rere & Deo), Radio Channel 5 (Mas Advi), Radio Impact (Mbak Lisa & Githa), Radio OZ Bali (Bee, Helmy, Lia, & Dicca), Radio Geronimo (Thomas Andesta & Ibu Irma), Radio Prambors Yogyakarta (DJ. Felix Tirtonugroho), Radio Unisi (Bapak Ari & Ibu Niken), Radio Megaswara (Tomy, Jonathan, Mas Reza, & Mas Teguh), Radio Ista Calissa (Ibu Ami), dan Radio Eltira (Alfa Aresta), Terimakasih atas bantuannya dalam menyebarkan angket penelitian saya
xiii
tercinta. Terimakasih untuk kesabaran, doa, bimbingan, dan segala fasilitas
yang diberikan untuk saya. Nothing can say, but deep thank you for them.
10.Sahabat terbaikku MIA. Mi’ akhirnya...akhirnya...aku wisuda! Akhirnya
aku bisa menyusulmu. Makasih banyak ya mi’ buat bantuan, gemblengan,
masukan, juga setiap penghiburan yang selalu kamu kasih selama kita
kuliah. Finally, i get my own life!! I’m gonna miss you, my lovely friend.
11.Sahabat-sahabat ku “Gratisons Famz” : Yayac, Flora, Vera, Qnan,
Rangga, Dithe, Andra, Ipunk, Hana, Dedeq. Tanpa kalian aku tidak akan
pernah mengenal apa arti cinta, hidup, sedih, dan kebahagiaan yang
sebenarnya. Kalian memang teman-teman terbaikku. Jangan pernah
terpisah ya.
12.Teman-teman ? yang sudah membantu saya menyelesaikan skripsi ini.
Tanti & Joe (makasih banyak lho....), Risa, Melinda, Melan, Nanang,
Suster Hedwig, Galih, Dhani, Monic, dan Krista. Terima kasih sudah
menjadi teman bertukar pikiran dan bersedia meluangkan waktu juga
memberi masukan untuk skripsi saya ini.
13.Teman-teman ? semuanya, yang tidak bisa saya jabarkan satu persatu.
Terima kasih sudah berbagi pengalaman, pengetahuan dan wawasan
xiv
Hormat Penulis,
xv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan ... 6
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran 1. Ketrampilan Penyiar Radio ... 8
2. Pengertian Siaran ... 8
3. Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran a. Pengertian Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran ... 10
b. Aspek-aspek Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran ... 12
xvi
4. Aspek-aspek Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert ... 28
C. Hubungan antara Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert dengan Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran ... 31
D. Skema Dinamika ... 34
E. Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 35
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Tipe kepribadian introvert-ekstravert ... 36
2. Ketrampilan berkomunikasi saat siaran ... 39
D. Subyek Penelitian ... 42
E. Prosedur Penelitian ... 44
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 45
G. Teknik Pengumpulan Data ... 49
H. Uji Coba Alat Ukur ... 55
I. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas ... 56
2. Seleksi Item ... 58
3. Reliabilitas ... 69
J. Metode Analisis Data ... 70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 71
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72
C. Deskripsi Subyek Penelitian ... 74
xvii
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KELEMAHAN PENELITIAN
A. Kesimpulan ... 84
B. Keterbatasan penelitian ... 84
C. Saran 1. Bagi Penyiar Radio ... 85
2. Bagi Stasiun Radio ... 86
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
xviii
Tabel 3.2 : Skor Penilaian Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran ... 47
Tabel 3.3 : Spesifikasi Skala Pengukuran Tipe Kepribadian Introvert-Ekstra-
vert (sebelum diuji kesahihan item- itemnya) ... 50
Tabel 3.4 : Spesifikasi Skala Pengukuran Ketrampilan Berkomunikasi Saat
Siaran (sebelum diuji kesahihan item- itemnya) ... 51
Tabel 3.5 : Sebaran Item Skala Pengukuran Ketrampilan Berkomunikasi Saat
Siaran (sebelum diuji kesahihan item- itemnya) ... 53
Tabel 3.6 : Sebaran Item Skala Pengukuran Ketrampilan Berkomunikasi Saat
Siaran (sebelum diuji kesahihan item- itemnya)... 54
Tabel 3.7 : Hasil Korelasi Item Total Skala Tipe Kepribadian Introvert-Eks-
travert ... 60
Tabel 3.8 : Item yang Sahih dan Gugur Pada Skala Tipe Kepribadian Intro-
vert-Ekstravert ... 61
Tabel 3.9 : Distribusi Item Skala Tipe Kepribadian Introvert - Ekstravert
(setelah uji coba) ... 62
Tabel 3.10 : Hasil Korelasi Item Total Skala Tipe Kepribadian Introvert-Eks-
travert ... 63
Tabel 3.11 : Distribusi Item Skala Tipe Kepribadian Introvert - Ekstravert
(setelah uji coba) ... 63
Tabel 3.12 : Item yang Sahih dan Gugur Pada Skala Ketrampilan Berkomu-
kasi Saat Siaran ... 65
Tabel 3.13 : Distribusi Item Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran
(setelah uji coba) ... 66
Tabel 3.14 : Hasil Korelasi Item Total Skala Ketrampilan Berkomunikasi
Saat Siaran ... 67
Tabel 3.15 : Distribusi Item Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran
xx
xxi
1. Surat Ijin Penelitian ……… 92
2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ………….. 93
Lampiran B : Analisis Reliabilitas dan Validitas
1. Skala Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert
(seleksi item pertama) ……… 105
2. Skala Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert
(seleksi item kedua) ……….. 107
3. Skor Skala Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert … 109
4. Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran
(seleksi item pertama) ……… 115
5. Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran
(seleksi item kedua) ……….. 117
6. Skor Skala Ketrampilan Berkomunikasi Saat Siaran . 120
Lampiran D : Analisis Data
1. Analisis Korelasi Non-Parametik : Kendall’s Tau-b.. 130
2. Uji Homogenitas One Sample Kolmogorov - Smirnov
Test ... 131
xxii Lampiran F : Angket Penelitian
1. Angket Penelitian Try Out
1 A. Latar Belakang Masalah
Penyiar radio adalah orang yang menyajikan materi siaran kepada
para pendengar. Kontak langsung dengan para pendengar inilah yang
kemudian menjadikan penyiar sebagai ujung tombak suatu stasiun radio.
Keberhasilan atau kegagalan suatu program sangat tergantung pada
penyiar dalam membawakan program tersebut (Effendy, 1990).
Seorang penyiar sebagai ujung tombak suatu stasiun radio dituntut
mempunyai kualitas suara dan artikulasi yang baik (Pane, 2004 ; Bari,
1995). Suara yang menjadi modal utama seorang penyiar tidak akan berarti
jika tidak diikuti dengan kualitas isi siaran yang juga baik. Hal ini
disebabkan karena pada dasarnya medium radio adalah medium dialog
(Ishadi, 1999). Program apapun intinya merupakan proses dialog antara
stasiun radio dengan pendengarnya. Program hiburan baik yang
menampilkan penyiar itu sendiri maup un yang mengundang bintang tamu
terkenal, tidak akan lengkap tanpa adanya dialog. Oleh sebab itu seorang
penyiar dituntut untuk menguasai ketrampilan bersiaran atau announcing
skill (Masduki, 2004 : 119). Ketrampilan bersiaran adalah kemampuan
penyiar untuk mengkomunikasikan segala macam informasi kepada
pendengar agar dapat diterima dengan baik dan positif. Informasi yang
menyangkut musik, kata, berita, produk iklan, maupun wawancara.
Respon baik dan positif yang diterima penyiar radio dapat menandakan
bahwa penyiar tersebut telah mampu berkomunikasi secara efektif.
Komunikasi dalam dunia kepenyiaran disebut efektif apabila
pendengar mau mendengarkan, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan
apa yang ia dengar (Henneke, 1954, dalam Effendy, 1990). Berdasarkan
definisi tersebut, seorang penyiar harus mampu membuat pendengar
bersedia mendengarkan, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan sesuai
dengan yang telah disampaikan penyiar. Komunikasi semacam ini dengan
kata lain disebut sebagai komunikasi yang efektif (Rakhmat, 1986).
Penyiar radio dituntut untuk selalu membangun suatu komunikasi
yang efektif. Komunikasi yang efektif akan menyebabkan adanya
kesesuaian pesan antara yang dikirim oleh penyiar radio sebagai sender
dengan yang diterima pendengar sebagai receiver. Komunikasi
interpersonal dinyatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan
hal yang menyenangkan bagi komunikan. Keadaan seperti ini dapat
diperluas pada situasi komunikasi lain sehingga mencakup efektivitas
komunikasi dalam siaran radio (Wolosin, 1975 dalam Rakhmat, 2004 :
118).
Salah satu persyaratan untuk menjadi penyiar radio yang baik
adalah memiliki kepribadian ekstravert, luwes, dan mudah bergaul (Ishadi,
1999). Dengan memiliki kecenderungan kepribadian ekstravert, penyiar
maupun orang lain sehingga dapat menerima pesan komunikasi dengan
lebih baik. Penerimaan pesan yang lebih baik ini dapat mengakibatkan
penyiar semakin mampu berkomunikasi efektif, sehingga pada akhirnya
ketrampilan berkomunikasi saat siaran yang dimiliki semakin baik pula.
Eysenck (1969, dalam Pervin & John 1997) membedakan
kepribadian ke dalam dua tipe, yaitu introvert dan ekstravert untuk
menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi-reaksi terhadap lingkungan
sosial dan dalam tingkah laku sosial. Eysenck (1972) juga mengemukakan
bahwa tipe kepribadian introvert-ekstravert menggambarkan keunikan
individu dalam bertingkah laku terhadap suatu stimulus sebagai
perwujudan karakter, temperamen, fisik, dan intelektual individu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Eysenck mempercayai bahwa
setiap individu pasti berada di antara kedua kontinum tersebut (Corsini &
Marsella, 1983).
Eysenck (1969, dalam Pervin & John, 1997 : 232) menyatakan
individu dengan tipe kepribadian introvert memperlihatkan kecenderungan
tenang, menilik ke diri sendiri, memendam atau menyimpan,
merefleksikan ke dalam dirinya, penuh prasangka terhadap dorongan
untuk mengambil keputusan, dan lebih memilih sebuah derajat kehidupan
yang diisi dengan kesempatan dan resiko. Kontras dengan karakteristik
sebelumnya, tipe kepribadian ekstravert adalah orang yang sosial, suka
keramaian, mempunyai banyak teman, mencari rangsangan kegembiraan,
Individu yang terlalu ekstravert akan kehilangan subyektifitas
dirinya. Ia menyangkutkan segala tingkah lakunya dengan lingkungannya
sehingga ia dapat berinteraksi dengan baik di lingkungannya tersebut.
Individu yang terlalu introvert akan kehilangan obyektifitas. Segala
tingkah lakunya hanya berhubungan dengan dirinya sendiri, relasi dengan
orang lain sangat kurang sehingga ketrampilan komunikasi yang
dimilikinya menjadi kurang baik (Fritz Kunkel, 1950 dalam Suryabrata,
2003 : 194).
Penyiar radio sebelum terjun langsung untuk siaran umumnya akan
diberi berbagai macam pelatihan guna melatih ketrampilan komunikasinya
saat siaran. Seorang penyiar dalam bekerja juga dibantu oleh naskah yang
akan menjadi panduan pada saat siaran. Hal ini tentu akan memudahkan
kelompok penyiar radio yang tidak memiliki kecenderungan kepribadian
ekstrave rt untuk tampil menjadi penyiar radio (Stokkink, 1997).
Komunikasi yang terjadi dalam radio tergolong komunikasi massa.
Hal ini ditandai dengan proses komunikasi yang berlangsung sifatnya satu
arah (Effendy, 1990:18), atau sering disebut dengan profesi ”di balik
layar” (Stokkink, 1997). Penyiar sebagai komunikator cenderung lebih
bebas dalam berkomunikasi saat siaran karena penyiar tidak berhadapan
langsung dengan pihak yang diajak komunikasi (pendengar) serta respon
atau umpan balik yang ia terima sifatnya tidak langsung. Umpan balik ini
biasa dipakai sebuah radio untuk mengetahui berapa banyak pendengar
Kenyataannya banyak acara yang telah disiarkan namun respon
yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Suatu program acara
dapat terwujud adalah berkat kesatuan dari berbagai divisi, mulai dari
pimpinan, program director, operator, marketing, sampai dengan penyiar
itu sendiri. Masing- masing mempunyai tanggung jawab dalam
mensukseskan suatu program acara. Salah satu kemungkinan program
tidak digemari pendengar adalah karena faktor dari penyiar itu sendiri.
Penyiar dianggap kurang mampu mengkomunikasikan isi pesan kepada
pendengarnya. Komunikasi menjadi tidak berjalan dengan baik atau
dengan kata lain tidak efektif.
Melalui penelitian ini, peneliti ingin meneliti secara empiris apakah
kecenderungan tipe kepribadian introvert dan ekstravert penyiar radio
berhubungan dengan ketrampilan berkomunikasi saat siaran, atau
faktor-faktor lain seperti profesi ”di balik layar”, adanya pelatihan sebelum
siaran, dan naskah yang akan membantu penyiar berbicara selama siaran
(Stokkink, 1997), serta tim lingkungan kerja dan faktor latar belakang
pendidikan akan mampu menjadikan penyiar yang tidak memiliki
kecenderungan tipe kepribadian ekstravert mempunyai ketrampilan
berkomunikasi saat siaran yang sama baik dengan penyiar dengan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan
pertanyaan sebagai berikut : “Apakah ada hubungan positif antara tipe
kepribadian introvert-ekstravert dengan ketrampilan berkomunikasi saat
siaran pada penyiar radio?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui ada
atau tidak ada hubungan positif antara tipe kepribadian introvert-ekstravert
dengan ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio.
D. Manfaat Teoritis dan Praktis 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi
dunia kepenyiaran (broadcast) pada umumnya serta memperkaya
kekhasan khasanah teoritis pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma dalam ilmu psikologi sosial khususnya dalam konteks
psikologi komunikasi mengenai hubungan antara tipe kepribadian
introvert-ekstravert dengan ketrampilan berkomunikasi saat siaran
2. Manfaat Praktis a. Bagi penyiar radio
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada penyia r radio guna sarana refleksi diri dalam rangka
meningkatkan ketrampilan berkomunikasi saat siaran.
b. Bagi stasiun radio
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana
pada stasiun radio dalam memilih penyiar radio yang dapat
menyampaikan informasi atau berita saat siaran secara terampil,
8
A. Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran 1. Ketrampilan Penyiar Radio
Secara umum ada tiga ketrampilan yang harus dikuasai
penyiar radio (Masduki, 2004:119) yaitu :
a. Announcing skill, yaitu ketrampilan berkomunikasi atau
menuturkan segala sesuatu baik menyangkut informasi,
berita, musik, atau lirik lagu yang disampaikan.
b. Operating skill, yaitu ketrampilan mengoperasikan segala
peralatan siaran
c. Musical touch, yaitu ketrampilan merangkai musik dalam
tatanan yang menyentuh emosi pendengar.
2. Pengertian Siaran
Penyiaran menurut Chester, Garrison, dan Willis dalam
Prayudha (2004:2) adalah pancaran melalui ruang angkasa oleh
sumber frekuensi dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau
didengar oleh publik. Ia menambahkan ada dua tipe penyiaran yaitu
penyiaran bunyi standar atau AM (Amplitudo Modulation) dan
penyiaran dengan ketepatan tinggi dari bunyi pancaran atau FM
Penyiaran menurut ahli radio siaran Ben H. Henneke (dalam
Effendy, 1990:126) adalah tak lain hanya suatu usaha untuk
mengkomunikasikan informasi, untuk memberitahukan sesuatu.
Meskipun informasi tersebut dapat mencapai jutaan pendengar, namun
ditujukannya kepada pendengar secara perorangan dan komunikasi
tersebut akan sempurna apabila si pendengar mendengar, mengerti,
merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia dengar itu.
Penyiaran adalah bentuk pengiriman pesan melalui media radio
ataupun televisi dengan tidak dikontrol secara teknik oleh penerima
(Sullivan dalam Prayudha, 2004:3).
Siaran haruslah disajikan semenarik mungkin, caranya dengan
memadukan wawasan, kreativitas, dan kemampuan mengoperasikan
peralatan. Kreativitas siaran berarti kemampuan merancang dan
mengelola acara siaran yang inovatif, kaya improvisasi kata saat
siaran, serta kemampuan bekerja sama dalam tim kerja berdasarkan
intelektualitas dan profesionalitas (Masduki, 2004:89).
Jadi, melalui uraian di atas maka peneliti menyimpulkan
pengertian siaran adalah bentuk pengiriman pesan melalui media radio
yang dipancarkan melalui ruang angkasa oleh sumber frekuensi
dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau didengar oleh
publik. Dalam penelitian ini tipe penyiaran yang dipakai adalah FM
getaran frekuensi FM lebih harmonis dibandingkan tipe penyiaran AM
(Amplitudo Modulation).
3. Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran
a. Pengertian Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran
Radio adalah media komunikasi lisan (oral
communication). Seorang penyiar radio profesional dituntut
mampu menyampaikan pesan atau berita lebih efektif daripada
dikomunikasikan melalui kata-kata yang tertulis. Penyiar juga
diharapkan mampu memindahkan emosi yang sesuai dengan
naskah dan dengan cara ini penyiar akan mampu memberikan
variasi serta interpretasi kepada pendengar (Pane, 2004 : 3).
Naskah dalam radio adalah proyeksi ide penulis yang
kemudian akan dikomunikasikan penyiar kepada pendengarnya.
Keahlian memilih kata-kata yang paling efektif dan segar serta
mengkomunikasikannya kepada pendengar dengan cara yang
efektif juga disebut seni menyiar (the art of announcing).
Siaran dianggap tidak baik apabila penyiar radio gagal
menyampaikan materi dengan jelas serta meyakinkan. Penyiar
harus mampu menyampaikan sebuah ide secara efektif melalui
kata-kata lisan dengan interpretasinya sendiri sehingga pendengar
dapat terpengaruh dan mengerti terhadap ide yang disampaikan
Ketrampilan komunikasi adalah kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif, mencakup pengetahuan tentang
peran lingkungan, isi komunikasi, dan bentuk komunikasi
(Spitzberg dan Cupach dalam De Vito, 1996 : 27). Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi dimana pesan yang diterima sama
dengan pesan yang dimaksudkan atau dikehendaki oleh pengirim
pesan (Hybels, 2004:24).
Secara khusus, ketrampilan berkomunikasi pada saat siaran
terjadi apabila seorang penyiar mampu mengkomunikasikan secara
efektif buah pikiran dan pendapat kepada orang lain (Pane,
2004:19). Efektivitas penyiar dalam mengkomunikasikan buah
pikiran dan pendapatnya dapat terlihat dari respon pendengar. Hal
ini mengacu pada tugas utama seorang penyiar yaitu mampu
membuat pendengarnya mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu
melakukan apa yang ia dengar.
Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Tubbs dan Moss
(1999:9) yang menyatakan efektivitas komunikasi pada saat siaran
siaran akan tercipta jika terjadi adanya pengertian, kesenangan,
hubungan sosial yang makin baik, pengaruh pada sikap dan
tindakan antara komunikator dan komunikan. Pengertian berarti
penerimaan komunikan yang cermat atas isi pesan seperti yang
dimaksud oleh komunikator. Kesenangan merupakan aspek
komunikasi menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan, sedangkan
pengaruh pada sikap timbul dari persuasi sebagai komunikasi
untuk mempengaruhi sikap komunikan.
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pengertian
ketrampilan berkomunikasi pada saat siaran adalah kemampuan
penyiar untuk mengkomunikasikan buah pikiran dan pendapat
secara efektif agar pendengarnya mendengar, mengerti, merasa
tertarik, lalu melakukan apa yang ia dengar.
b. Aspek-aspek Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran
Ketrampilan berkomunikasi pada saat siaran adalah
kemampuan penyiar untuk mengkomunikasikan buah pikiran dan
pendapat secara efektif agar pendengarnya mendengar, mengerti,
merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia dengar.
Joseph de Vito (1986 : 68) mengindikasikan efektivitas
komunikasi menjadi dua perspektif yaitu perspektif humanistik dan
perspektif pragmatis. Gabungan kedua perspektif ini sebenarnya
menunjukkan karakteristik komunikasi interpersonal yang efektif.
Keadaan seperti ini dapat diperluas pada situasi komunikasi lain
sehingga mencakup efektivitas komunikasi dalam siaran radio
(Wolosin, 1975 dalam Rakhmat, 2004 : 118).
Pendekatan melalui perspektif humanistik berawal dari
dideduksikan menjadi perilaku spesifik yang dapat dijadikan
karakteristik komunikasi yang efektif. Sebaliknya perspektif
pragmatis mengawali pendekatannya melalui ketrampilan yang
spesifik menuju perilaku-perilaku yang umum (De Vito, 1986:69).
Berdasarkan alasan inilah peneliti akan melihat ketrampilan
komunikasi saat siaran hanya melalui pendekatan perspektif
humanistik.
Perspektif humanistik adalah perspektif yang menekankan
pentingnya hubungan antar manusia. Terdapat lima hal yang dapat
mengindikasikan efektivitas komunikasi menurut Joseph De Vito
berdasarkan perspektif humanistik.
1. Openness (keterbukaan) adalah kemampuan keterbukaan dari individu. Kualitas dari openness tergantung pada tiga aspek
dari komunikasi berikut :
a. Keinginan untuk terbuka atau mengungkapkan diri.
Menyatakan informasi mengenai diri yang mungkin secara
normal sering dibiarkan tersembunyi.
b. Keinginan untuk bereaksi jujur terhadap stimulus yang
datang. Openness di sini ditunjukkan dengan merespon
secara spontan dan tanpa dalih atau alasan saat
berkomunikasi atau saat memberikan umpan balik.
c. Rasa memiliki serta bertanggung jawab atas perasaan dan
pengertian ini, individu diharapkan mengakui dan
menghargai perasaan serta pemikiran yang ia ekspresikan
sebagai miliknya dan mampu menanggung semua tanggung
jawab atasnya. Tidak mencoba mengalihkan semua
tanggung jawab ke orang lain.
2. Empathy. Menuntut individu mampu memahami posisi dan kondisi orang lain sesuai dengan realitasnya bukan berdasarkan
gambaran mengenai orang tersebut. Dapat dilakukan melalui :
a. Tidak mengevaluasi orang yang diajak berbicara. Mencoba
memahami bukan sebagai kesalahan dalam mengambil
keputusan, namun alasan dalam mengambil keputusan
tersebut.
b. Mencoba mengenal lebih jauh orang yang diajak
berbicara seperti alasan dan motivasi yang melatar
belakangi perasaan dan pemikirannya.
c. Mencoba mengalami perasaan orang lain, melalui sudut
pandangnya.
3. Supportiveness yaitu kemampuan individu dalam memberi dukungan kepada pihak lainnya ketika keduanya terlibat dalam
komunikasi. Sikap ini diwujudkan melalui suasana :
a. Deskriptif : suasana komunikasi yang berisi informasi atau
menjadikan pihak lain menjadi tertutup dalam
mengekspresikan diri karena takut dikritik.
b. Spontan : respon yang langsung dan terbuka atas ide pihak
lain. Individu terkadang menyembunyikan perasaan mereka
yang sebenarnya, serta memberikan pendapat hanya agar
orang yang diajak berbicara mempunyai mood
menerima/mendengarkan yang baik.
c. Provisional : perilaku yang terbuka (open-minded) dan mau
mendengarkan pandangan orang yang berbeda dengannya,
serta mau mengubah beberapa hal jika ada pembenaran
yang tepat.
4. Positiveness adalah ekspresi positif atas diri sendiri, orang lain, dan situasi sekitar. Sikap ini terwujud dalam upaya pemenuhan
kebutuhan atas penghargaan baik pada diri sendiri maupun
orang lain. Komunikasi possitiveness dapat berlangsung dalam
dua cara :
a. Perilaku positif, mengacu pada 2 aspek yaitu :
1. Penghormatan yang positif untuk diri sendiri. Individu
yang telah mampu menerima dirinya sendiri secara
positif, pada gilirannya juga akan mampu melakukan
2. Perasaan positif terhadap situasi komunikasi itu sendiri,
dapat ditunjukkan dengan memberikan respon
mendukung pada situasi atau konteks komunikasi.
b. Memberikan ungkapan verbal ataupun non- verbal sebagai
bentuk pengakuan dari keberadaan serta menga nggap
penting orang yang diajak berkomunikasi. Ungkapan verbal
berupa kata-kata, sedang ungkapan non-verbal dalam
komunikasi saat siaran bisa terungkap dalam :
1. Kunci nada termasuk daerah tangga nada (pitch range)
2. Volume atau tingkat kerasnya suara
3. Tempo atau irama dan tingkat kecepatan dari
pengucapan
4. Vitalitas dan semangat
5. Cara pengucapan
6. Kualitas suara, meliputi warna suara dan nada suara
7. Bunyi yang diucapkan atau gerakan dari alat-alat
berbicara yang mengeluarkan suara (artikulasi).
5. Suasana equality, merupakan kondisi kesetaraan posisi antara komunikator dan komunikan yang mencegah terjadi monopoli
atau intimidasi.
Gabungan kelima karakteristik komunikasi efektif tersebut
menjadi indikator ketrampilan berkomunikasi saat siaran. Ind ikator
atau keterangan (KBBI, 1997:376). Penyiar yang terampil
berkomunikasi saat siaran akan mampu mengkomunikasikan buah
pikiran dan pendapatnya secara efektif sehingga pendengar mau
mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia
dengar.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketrampilan
Berkomunikasi saat Siaran
Penyiar mempunyai tugas penting untuk menyampaikan
informasi kepada masyarakat luas dengan tujuan pendengarnya
mau mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan apa
yang disampaikan oleh penyiar. Agar pesan yang diterima oleh
pendengar dapat sesuai dengan yang dimaksudkan penyiar maka
seorang penyiar harus mempunyai ketrampilan berkomunikasi
yang baik saat siaran.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi ketrampilan
berkomunikasi penyiar saat siaran, antara lain :
1. Bakat asli
Radio adalah media suara, oleh sebab itu seorang
penyiar diharapkan mempunyai suara yang enak didengar,
jelas, menawan, menggugah, serta memotivasi. Hal ini
bakat awal untuk dapat mencapai bentuk suara seperti tersebut
di atas.
Bakat lain yang juga dibutuhkan untuk menjadi penyiar
yang terampil adalah kecakapan serta kemampuan
berkomunikasi secara efektif. Sama seperti suara, kemampuan
berkomunikasi ini juga dapat dilatih, namun akan lebih mudah
seorang penyiar dengan kemampuan komunikasi yang baik
untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya sebagai penyiar
dibandingkan dengan penyiar yang kurang dalam kemampuan
berkomunikasi (Pane, 2004:20).
2. Latihan- latihan intensif
Setiap penyiar pasti menginginkan kualitas siaran yang
baik. Pencapaian semacam itu membutuhkan waktu dan latihan
yang terus menerus. Kemahiran utama seorang penyiar radio
bertumpu pada bagaimana mengolah suara dan seni berbicara,
sehingga latihan yang dibutuhkan berupa latihan vokal atau
suara serta latihan berbicara.
Latihan vokal dan suara dimaksudkan agar penyiar
mampu memberi makna yang tepat dalam setiap kata yang
terucap melalui tekanan, pengucapan, tempo, serta intonasi.
Vokal dan suara yang telah terasah dengan baik akan menjadi
lebih bermakna jika penyiar mampu mengkomunikasikan
emosi yang kuat serta terkontrol agar penyiar dapat menghayati
setiap sasaran, isi, dan tujuan acara (Bari, 1995:70).
Latihan intensif untuk meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi saat siaran dapat diperoleh penyiar dari
pengalaman siaran yang dilalui (Pane, 2004:41). Semakin
banyak waktu siaran seorang penyiar maka semakin terasah
ketrampilan berkomunikasinya saat siaran.
3. Latar belakang pendidikan atau wawasan yang luas
Seorang penyiar boleh berceloteh menurut yang
dikehendakinya, tetapi bila sampai pada informasi yang
sifatnya prinsip, penyiar harus benar-benar menyampaikan
informasinya dengan tepat, kena, dan benar. Hal ini berkaitan
dengan penyiar sebagai nara sumber dan sumber informasi
tidak boleh salah (Effendy, 1990:141). Untuk mencapai hal
tersebut, seorang penyiar dituntut mempunyai pendidikan yang
tinggi serta wawasan yang luas. Seorang penyiar juga harus
mampu berpikir cepat dan memiliki pengetahuan luas, menaruh
perhatian pada permasalahan manusia, ahli dalam
masalah-masalah aktual, dan cakap atau cerdik.
4. Tim dan lingkungan kerja
Suatu stasiun radio pastilah mempunyai struktur
organisasi dimana setiap jenis pekerjaan yang ada akan saling
tujuan yang sama yaitu memberikan output yang terbaik.
Output atau hasil kerja tim radio ini adalah berupa siaran yang
baik. Salah satu syarat program siaran dapat dikatakan berhasil
adalah jika penyiar mampu berkomunikasi secara efektif saat
siaran. Hal ini membutuhkan ketrampilan khusus yakni
ketrampilan berkomunikasi. Seorang penyiar akan mampu
berkomunikasi secara terampil jika didukung oleh tim kerja
serta lingkungan yang mendukung (Prayudha, 2004:77).
5. Kepribadian Penyiar
Seorang penyiar diharapkan mempunyai beberapa tipe
kepribadian yang dapat mendukung suksesnya suatu program
acara. Kepribadian seorang penyiar merupakan kualitas khusus
dan abstrak yang membuat pendengar lebih tertarik kepada satu
orang penyiar daripada yang lain. Kualitas semacam ini sangat
menentukan dalam stasiun radio. Setidaknya seseorang yang
berkepribadian dewasa biasanya memiliki karakteristik suara
yang baik untuk radio (Stokkink, 1997). Keberhasilan dan
kegagalan suatu program sangat tergantung pada kepribadian
penyiar (Stokkink, 1997). Kepribadian yang sesuai dengan
radio dapat menarik dan menyentuh pendengar.
Ishadi SK (1999) menyatakan ada 10 syarat untuk
memiliki kepribadian ekstravert, luwes, dan mudah bergaul,
serta memiliki dasar berbicara di depan umum.
B. Tipe Kepribadian Introvert -Ekstravert 1. Pengertian Kepribadian
Berdasarkan arti katanya, kepribadian berasal dari bahasa
Yunani ”persona”, yang berarti topeng (mask), karena pengertian
kepribadian secara umum dianggap berkaitan dengan penampilan
(Purwanto, 2000). Adler (dalam Hall&Lindzey, 1993:248) menyatakan
kepribadian sebagai gaya hidup individu atau cara serta karakteristik
seseorang untuk bereaksi termasuk masalah-masalah hidup serta tujuan
hidup.
2. Dasar Tipe Kepribadian
Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam menelaah
kepribadian. Salah satunya adalah pendekatan faktor yang
dikemukakan oleh Eysenck. Pendekatan faktor memandang bahwa
kepribadian terdiri atas kumpulan trait dan ”tipe” (Eysenck dalam
Marsella&Corsini, 1983:384). Pendekatan tipe kepribadian yang
dikemukakan Eysenck ini, dilandasi oleh penelitian ilmiah sehingga
hasilnya lebih dapat dipertanggungjawabkan dibandingkan pendekatan
yang hanya menggunakan spekulasi atau intuisi klinis untuk mengasah
Eysenck (Hall & Lindzey, 1985:437) mendefinisikan
kepribadian sebagai jumlah total dari pola perilaku yang aktual atau
potensial yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan; yang berasal
dan berkembang melalui interaksi fungsional dari empat sektor faktor
utama yaitu kognitif (intelektual), afektif (temperamen), konatif
(karakter), dan somatis (konstitusi).
Eysenck meyakini bahwa dasar dari kepribadian melibatkan
faktor genetis, fisiologis, dan lingkungan. Pandangannya ini didukung
dengan penelitian-penelitian tentang faktor genetis dimana faktor
keturunan juga bisa mempengaruhi kepribadian seseorang. Ada tiga
ide utama dalam pemikiran Eysenck (Monte, 1995), yaitu :
a. Sistem saraf pusat merupakan dasar dari fungsi kepribadian
b. Banyak penelitian laboratorium tentang proses pembelajaran
conditioning, persepsi, dan efek obat-obatan menunjukkan
bahwa seseorang dibedakan menjadi dua kelompok introvert
dan ekstravert. Kelompok introvert mempunyai kecenderungan
”malu terhadap stimulus” karena sensitif pada rangsangan dari
luar akibat tingkat arousal di otaknya tinggi. Berbeda dengan
kelompok sebelumnya, kelompok ekstravert adalah kelompok
orang yang ”haus stimulus” karena mereka mencari dan dapat
dengan mudah mengolah rangsangan yang intense karena
c. Kelompok introvert rentan terhadap gangguan kecemasan
seperti fobia dan gangguan obsesi, sedang kelompok ekstravert
lebih rentan pada gangguan acting-out, seperti gangguan
histeria dan gangguan kepribadian antisosial.
Menurut Eysenck, kepribadian terdiri dari tindakan dan
disposisi yang terorganisasi dalam suatu hirarki tertentu. Respon
spesifik terjadi pada saat tertentu. Misal A membeli makan. Tahap
berikutnya adalah respon habitual yang merupakan suatu tindakan
yang terdiri dari beberapa respon spesifik, yang mungkin terjadi
saat-saat yang serupa. Misal A suka pesta. Tiap akan mengadakan pesta, A
membeli banyak makanan, telpon semua teman, dsb (lihat gambar 2.1).
Selanjutnya adalah trait berupa kumpulan respon habitual yang saling
berkaitan. Misal A yang suka pesta juga kerja sebagai salesperson
sebuah koran serta merencanakan karier di bidang humas. Dalam hal
ini, dapat diasumsikan bahwa orang tersebut memiliki trait sociability,
sehingga ia cenderung memiliki aktivitas yang melibatkan dirinya
dengan orang lain. Di atas trait ada tipe yakni sekumpulan trait yang
saling berkaitan, yang merupakan tahap paling umum. Eysenck
menggunakan istilah ”tipe” yang berarti dimensi luas dari kepribadian,
bukan jenis seseorang. Sebagai contoh bila seseorang memiliki tingkat
sociability tinggi, kecenderungan berani mengambil resiko, perasaan
kecenderungan tipe kepribadian ekstravert dalam dimensi
introvert-ekstravert.
TIPE Ekstravert
TRAIT Sociability Boldness Liveliness
RESPON Senang mengadakan kerja sebagai merencanakan karir
HABITUAL pesta salesperson di bidang humas
RESPON membeli makanan telpon teman memindahkan
SPESIFIK perabot rumah
Gambar 2.1 Contoh Aspek-aspek Kepribadian Menurut Eysenck
Karakteristik mendasar dari kepribadian terletak pada dimensi
extroversion-introversion (dimensi E) dan dimensi neurotic-stable
(dimensi N). Eysenck meyakini bahwa setiap orang pasti terletak pada
suatu posisi dalam kontinum kedua dimensi tersebut
(Corsini&Marsella, 1983:384). Dimensi ketiga yang dikemukakan
Eysenck adalah dimensi psychoticism (dimensi P) yang berbeda secara
mendasar dari kedua dimensi yang dikemukakan sebelumnya. Menurut
seseorang dalam menghadapi situasi sosial dan dimensi N merujuk
pada kadar dan kemampuan pengendalian kestabilan emosi seseorang
dalam kepribadiannya, sedang dimensi P merujuk pada kecenderungan
orang berpikir, berperasaan, dan bertindak tanpa orientasi. Dimensi P
ini pada kenyataannya jarang ditemui pada populasi normal, karena
telaah Eysenck mengenai dimensi P lebih didasarkan pada kepribadian
abnormal.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas
kepribadian introvert dan ekstravert. Eysenck (dalam Wallace, 1993)
mengatakan bahwa dimensi ekstravert dan introvert merupakan
dimensi yang paling penting dibandingkan dimensi tipe kepribadian
lainnya. Selain itu, Jung dalam Purwanto (2000) mengatakan
kepribadian manusia pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam dua
bagian yaitu introvert dan ekstravert.
3. Karakteristik Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert
Eysenck (dalam Eysenck, 1969:118) mengatakan bahwa orang
dengan tipe kepribadian introvert adalah orang yang cenderung diam,
suka menjauhkan diri dari orang lain, segan dan jarang memberi
kecuali pada teman akrab. Dia cenderung untuk ”melihat sebelum
terjun langsung”. Orang introvert tidak percaya pada kejadian yang
didasari pada impuls atau dorongan sehingga ia mampu menyimpan
dan tidak mudah kehilangan temperamentalnya. Dia dapat dipercaya
karena pandai menyimpan rahasia, kadang pesimis, dan orang dengan
standar nilai etika yang tinggi.
Sikap introversi akan membuat individu mempunyai
kecenderungan mengarahkan energi psikis yang ia miliki ke dalam
dirinya atau ke dalam dunia subyektif (O’Connor, 1985:52). Hal ini
menyebabkan sikap introvert menjadi tertutup serta lebih menyukai
sendiri dibandingkan bergaul dengan orang lain. Mereka adalah orang
yang tidak suka keramaian, cenderung malu- malu, serta mawas diri.
Selain itu, orang introvert selalu membuat rencana dan tidak percaya
pada faktor kebetulan sehingga orang introvert menyukai keteraturan
untuk hidup nya (Pervin, Cervone, & John, 2005:235).
Orang introvert merasa kesulitan dalam menjalin hubungan
serta menyesuaikan diri dengan dunia luar. Ia kurang percaya pada
kemampuannya sendiri, sehingga sering menghindari komunikasi
dengan orang lain dengan cara menjaga jarak terutama dengan orang
yang belum dikenal baik. Selain itu, tipe ini juga cenderung sukar
bergaul karena merasa kurang dapat menarik hati orang lain
(Suryabrata, 1982:194). Orang dengan tipe kepribadian introvert akan
mengalami gangguan atau hambatan dalam berkomunikasi.
Sedangkan orang dengan tipe kepribadian ekstravert menurut
Eysenck (dalam Eysenck, 1969:118) mempunyai karakteristik ramah,
rangsangan, serta berperilaku dengan mengacu pada gerakan. Orang
ekstravert selalu membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara serta
kurang suka melakukan kegiatan sendirian. Tipe ini menyukai
keramaian, suka menonjolkan diri, serta menyukai lelucon (Pervin,
Cervone, & John, 2005:235). Orang ekstravert cenderung menjadi
agresif dan mudah kehilangan temperamental dengan cepat karena
pada umumnya ia spontan dan kurang mampu menyimpan
perasaannya dalam kontrol yang kuat.
Ekstraversi berpegang pada suatu matra, bergerak dari perilaku
diam, pasif, dan terintroversi ke perilaku sosial, keluar atau
terekstraversi (Berry, Poortinga, Segal, dan Dasen, 1999:151). Sikap
ekstravert mengarahkan seseorang pada dunia luar obyektif, yaitu
dunia di luar dirinya (O’Connor, 1985:52). Pikiran, perasaan, dan
tindakannya ditentukan oleh lingkungan sosial dan non-sosial. Sikap
ekstravert mendorong orang untuk bersikap positif terhadap
lingkungannya.
Orang yang memiliki tipe kepribadian ekstravert biasanya
tertarik dan antusias terhadap segala hal. Individu ekstravert dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya tidak didominasi oleh
norma yang berlaku di masyarakat. Ia adalah individu yang mandiri
dan memiliki perasaan penting dalam lingkungan sosial maupun
Introversi dan ekstraversi berada dalam satu garis kontinum
(Monte, 1995:787). Kedua tipe kepribadian ini mempunyai
karakteristik yang saling berlawanan tetapi biasanya salah satu
diantaranya dominan dan disadari, sedangkan yang lain kurang
dominan dan tidak disadari. Jung menegaskan bahwa tidak ada
individu yang murni ekstravert atau murni introvert. Setiap individu
memiliki dua kecenderungan ini dala m dirinya. Kedua sifat ini
bervariasi secara kompleks. Seperangkat karakteristik dalam tipe
kepribadian ini selalu dominan (sadar) dan yang lain terepresikan
(tidak sadar). Sebagai contoh, apabila ego bersifat ekstravert dalam
berelasi dengan dunia maka ketidaksadaran pribadinya akan memiliki
karakteristik introvert (Hall dan Lindzey, 1993:192).
4. Aspek-aspek Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert
Tipe atau dimensi utama kepribadian menurut Eysenck adalah
introversi dan ekstraversi. Indikator- indikator variabel tipe kepribadian
introvert-ekstravert menurut Eysenck dalam Eysenck Personality
Inventory (EPI) adalah sebagai berikut (Eysenck, 1969:162) :
a. Sociability adalah ciri sifat khas individu yang terlihat pada keramahan dalam bergaul, kecenderungan menc ari orang lain, serta
suka memiliki banyak teman (Pervin, Cervone, John, 2005:235).
Individu dengan tipe kepribadian ekstravert cenderung
berhubungan dengan dunia luar atau sosialnya. Sikap ekstravert
mengarahkan individu pada dunia luar obyektif, yaitu dunia di luar
dirinya. Pikiran, perasaan, dan tindakannya ditentukan oleh
lingkungan sosial dan non-sosial.
Sebaliknya individu dengan tipe kepribadian introvert
cenderung memiliki Sociability yang buruk. Orang introvert
merasa kesulitan dalam menjalin hubungan dan sering menghindari
komunikasi dengan orang lain dengan cara menjaga jarak terutama
dengan orang yang belum dikenal baik. Selain itu, tipe ini juga
cenderung sukar bergaul karena merasa kurang dapat menarik hati
orang lain.
b. Liveliness adalah ciri sifat khas individu yang terlihat dalam sikap selalu riang, sangat ramai, serta bersukacita.
Individu dengan tipe kepribadian ekstravert adalah orang
yang selalu riang, sangat ramai, serta bersukacita. Dengan begitu
mereka menjadi mampu untuk menghidupkan suasana atau
membuat suasana menjadi hangat dan akrab.
Sedang individu introvert bukan orang yang riang, ramai,
dan selalu bersukacita, sehingga kurang mampu menghidupkan
suasana atau menjadikan suasana menjadi hangat dan akrab.
Aktivitas dikarakteristikkan dengan humor yang baik, senda-gurau,
lelucon, ataupun olok-olok.
Individu dengan tipe kepribadian ekstravert cenderung
Jocularity karena pada dasarnya ia adalah orang yang spontan dan
sehari- hari orang ekstravert adalah orang yang ceria, jarang
berpikir negatif bahkan mampu mengubahnya menjadi sesuatu
yang positif.
Sebaliknya individu dengan tipe kepribadian introvert
sangat mengontrol segala tindakannya atau menahan diri, kaku,
serta tidak ada inisiatif untuk terlibat secara mendalam dengan
kehidupan sosialnya. Kecenderungan inilah yang menyebabkan
individu introvert kurang mampu mengeluarkan kata-kata ataupun
komentar lucu.
d. Impulsiveness adalah ciri sifat khas individu yang terlihat dalam perilaku sesuai dengan dorongan dari dalam diri. Umumnya
individu ini kurang mempunyai penghambat internal dalam
mengungkapkan dorongan.
Dorongan yang muncul dalam diri individu ekstravert
dengan segera ia keluarkan sehingga terkesan agresif, mudah
berubah, tidak teliti, serta bertindak tanpa berpikir.
Sebaliknya dorongan dalam diri individu introvert, akan
diinstropeksi terlebih dahulu sehingga butuh waktu bagi introvert
menyebabkan individu introvert pandai menyimpan rahasia serta
lebih memilih hidup teratur dan pasti daripada hidup yang penuh
resiko.
C. Hubungan antara Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert dengan Ketrampilan Berkomunikasi saat Siaran pada Penyiar Radio
Manusia dalam kodratnya sebagai makhluk sosial akan selalu
berhubungan dengan manusia lain dalam situasi yang berbeda-beda, oleh
sebab itu manusia diberi kemampuan mengintegrasikan kondisinya,
keunikan yang dimiliki, serta kemampuan menyesuaikan diri. Fungsi
integratif manusia tersebut akan melahirkan keunikan yakni hal yang khas,
berbeda antara manusia satu dengan yang la in, yang kemudian disebut
sebagai kepribadian. Kepribadian inilah yang akan mendasari perilaku
manusia sehari- hari.
Karakteristik atau orientasi utama kepribadian menurut Eysenck
adalah ekstraversi dan introversi. Tidak ada individu yang murni ekstravert
atau murni introvert. Setiap individu memiliki dua kecenderungan ini
dalam dirinya. Individu yang introvert mempunyai kecenderungan
mengarahkan energi psikisnya ke dalam diri atau ke dalam dunia
subyektif, sedang individu yang ekstravert akan cenderung mengarahkan
energi psikisnya pada obyek eksternal di luar dirinya atau pada lingkungan
Dalam kehidupan nyata, orang dengan tipe kepribadian introvert
cenderung menarik diri dan tertutup sehingga mengakibatkan komunikasi
yang dilakukan terhambat. Individu yang dikatakan bersikap defensif atau
tertutup (introvert) adalah individu yang tidak dapat menerima orang lain,
tidak jujur dan terbuka, serta tidak menerima fakta. Orang defensif akan
lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang terjadi dalam komunikasi
daripada memahami pesan yang ingin disampaikan komunikator. Hal ini
yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berkomunikasi (Rakhmat,
1986:109).
Berbeda dengan tipe kepribadian introvert, tipe kepribadian
ekstravert dalam kehidupan sehari- hari adalah sosok yang ramah, mudah
bergaul, mau membuka diri, serta mempunyai hubungan interpersonal
yang positif sehingga menyebabkan individu mampu berkomunikasi
secara efektif.
Sosialisasi yang dilakukan individu ekstravert merupakan modal
penting bagi penyiar radio dalam mengasah ketrampilan berkomunikasi
saat siaran. Seorang penyiar radio dikatakan terampil berkomunikasi jika
ia mampu mengkomunikasikan buah pikiran dan pendapatnya secara
efektif sehingga pendengar mau mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu
melakukan apa yang dikatakan oleh penyiar. Ketrampilan komunikasi
seorang penyiar dikatakan baik jika ia mampu menerima dan mengirimkan
jujur, mau membuka diri, dan saling percaya sangat me nentukan dalam
proses komunikasi.
Tipe kepribadian seorang penyiar radio sangat berpengaruh
terhadap ketrampilan berkomunikasinya pada saat siaran. Penyiar radio
yang cenderung mempunyai tipe kepribadian ekstravert akan cenderung
melakukan pembukaan diri dan berorientasi ke luar dirinya akan menjadi
pribadi yang cenderung ramah, menarik, mudah bergaul, mempunyai
hubungan interpersonal yang baik, dan mampu memberikan penilaian
positif terhadap orang lain, dengan begitu ketrampilan berkomunikasi pada
saat siaran akan cenderung lebih baik dibandingkan penyiar yang
cenderung bertipe kepribadian introvert. Penyiar radio tipe ini mengalami
kesulitan dalam menerima kehadiran orang lain, sulit untuk jujur, serta
D. Skema Dinamika
Gambar 2.2 Skema Dinamika
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara tipe kepribadian introvert dan ekstravert dengan
ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio. Tipe
•Mudah bergaul
•Mau membuka
• Merasa sendiri
• Sukar bergaul
• Tertutup
35 A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan
pendekatan kuantitatif deskriptif. Penelitian korelasi adalah penelitian
yang bertujuan menentukan ada tidaknya hubungan serta melihat seberapa
jauh hubungan ada antara dua variabel atau lebih (Sumanto, 1990:7).
Melalui metode penelitian korelasional ini, dapat terungkap apakah ada
hubungan positif antara tipe kepribadian introvert-ekstravert dan
ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio serta seberapa
besar hubungan antara kedua variabel tersebut.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Sugiyono (1999:2) menyatakan bahwa variabel merupakan gejala
yang menjadi fokus bagi peneliti untuk diteliti. Variabel penelitian dalam
penelitian ini, terdiri dari :
1. Variabel independen atau disebut juga variabel bebas (X)
Merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini
2. Variabel dependen atau disebut juga variabel tergantung (Y)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah ketrampilan berkomunikasi saat siaran.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah penegasan arti dari konstruk atau
variabel yang digunakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya.
Definisi operasional dibuat untuk menghindari salah pengertian dan
penafsiran yang berbeda dalam penelitian ini. Definisi-definisi operasional
dalam penelitian ini, adalah :
1. Tipe kepribadian introvert-ekstravert
Kepribadian merupakan sifat khas yang dimiliki oleh manusia
yang membedakannya dengan orang lain. Dalam penelitian ini,
kepribadian dibedakan dalam dua tipe yaitu tipe kepribadian introvert
dan tipe kepribadian ekstravert, yang meliputi beberapa indikator
sebagai berikut:
a. Sociability adalah ciri sifat khas individu yang terlihat pada keramahan dalam bergaul, kecenderungan mencari orang lain,
serta suka memiliki banyak teman. Individu dengan tipe
kepribadian ekstravert tampak dalam kecenderungan ingin
selalu dapat berhubungan dengan dunia luar atau sosialnya.
dalam kecenderungan kesulitan dalam menjalin hubungan dan
sering menghindari komunikasi dengan orang lain dengan cara
menjaga jarak.
b. Liveliness adalah ciri sifat khas individu yang terlihat dalam sikap yang selalu riang, ramai, serta bersukacita, sehingga
mampu menghidupkan suasana atau membuat suasana menjadi
hangat dan akrab. Individu dengan tipe kepribadian ekstravert
adalah orang yang selalu riang, sangat ramai, serta bersukacita.
Sedang individu introvert bukan orang yang riang, ramai, dan
selalu bersukacita, sehingga kurang mamp u menghidupkan
atau menjadikan suasana menjadi hangat dan akrab.
c. Jocularity adalah ciri sifat khas individu yang terlihat dalam kecenderungan untuk mengungkapkan kata-kata atau komentar
lucu. Ciri sifat khas ini dikarakteristikkan dengan aktivitas
senda- gurau, humor yang baik, lelucon, ataupun olok-olok.
Individu dengan tipe kepribadian ekstravert mempunyai
Jocularity yang baik karena pada dasarnya ia adalah orang
yang spontan dan sehari- hari individu ekstravert adalah orang
yang ceria, jarang berpikir negatif bahkan mampu
mengubahnya menjadi sesuatu yang positif. Sebaliknya
segala tindakannya atau menahan diri, kaku, serta tidak ada
inisiatif untuk terlibat secara mendalam dengan kehidupan
sosialnya. Kecenderungan inilah yang menyebabkan individu
introvert kurang mampu me ngeluarkan kata-kata ataupun
komentar lucu.
d. Impulsiveness adalah ciri sifat khas individu untuk berperilaku sesuai dengan dorongan dari dalam diri. Individu dengan
kecenderungan Impulsiveness adalah orang yang kekurangan
penghambat internal. Umumnya terkait dengan kesadaran
mengenai benar-salahnya suatu perilaku. Dorongan yang
muncul dalam diri individu ekstravert dengan segera
dikeluarkan sehingga terkesan agresif, mudah berubah, tidak
teliti, serta bertindak tanpa berpikir. Sebaliknya dorongan
dalam diri individu introvert, akan diinstropeksi terlebih dahulu
sehingga butuh waktu untuk mengungkapkan dorongan dari
dalam dirinya. Hal ini menyebabkan individu introvert lebih
memilih hidup teratur dan pasti daripada hidup yang penuh
resiko.
Keempat indikator akan diungkap melalui skala tipe
kepribadian introvert-ekstravert (TKIE). Skala ini menggunakan
indikator variabel tipe kepribadian introvert-ekstravert pada skala yang
kemudian divariasikan oleh peneliti. Semakin tinggi nilai pada skala
tipe kepribadian introvert-ekstravert maka individu memiliki
kecenderungan tipe kepribadian ekstravert, sebaliknya semakin rendah
nilai pada skala ini, kecenderungan individu adalah pada tipe
kepribadian introvert.
2. Ketrampilan berkomunikasi saat siaran
Ketrampilan berkomunikasi pada saat siaran merupakan
kemampuan penyiar dalam mengkomunikasikan buah pikiran dan
pendapatnya secara efektif agar para pendengar mau mendengar,
mengerti, merasa tertarik, lalu me lakukan apa yang ia dengar.
Ketrampilan berkomunikasi saat siaran meliputi beberapa indikator
yaitu :
1. Openness : kemampuan keterbukaan dari penyiar. Kualitas dari openness meliputi tiga aspek utama :
1) Keinginan untuk terbuka atau mengungkapkan diri.
2) Keinginan untuk bereaksi jujur terhadap stimulus yang
datang.
3) Rasa memiliki serta bertanggung jawab atas perasaan dan
pemikiran yang disampaikan.
berdasarkan gambaran penyiar mengenai pendengarnya.
Merasakan seperti yang pendengarnya rasakan, mengerti
motivasi dan pengalaman masa lalu, perasaannya yang
sekarang dan perilaku, harapan, dan keinginan untuk masa
depan.
3. Supportiveness yaitu kemampuan penyiar untuk memberi dukungan kepada pendengarnya ketika keduanya terlibat dalam
komunikasi saat siaran. Terwujud dalam suasana :
1) Deskriptif : penyiar mampu menghadirkan sebuah
komunikasi yang berisi informasi atau deskripsi kejadian,
bukan komunikasi evaluatif yang akan menjadikan
pendengar tertutup dalam mengekspresikan diri karena
takut dikritik.
2) Spontan : kemampuan untuk menya mpaikan apa yang
dipikirkan secara langsung dan terbuka. Penyiar tidak
menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, serta
memberikan pendapat hanya agar pendengar mempunyai
mood menerima/mendengarkan yang baik
3) Provisional : artinya mau mencoba, perilaku yang terbuka
(open-minded) terhadap pandangan dan keinginan
pendengar meski yang berbeda dengannya serta mau
4. Positiveness yakni kemampuan penyiar memberikan ekspresi positif atas dirinya, pendengar, maupun situasi sekitar.
Komunikasi positiveness dapat berlangsung dalam dua cara :
1) Kemampuan dalam menunjukkan perilaku positif, mengacu
pada dua aspek atau elemen yaitu :
a) Penghormatan yang positif untuk diri sendiri.
b) Perasaan positif terhadap situa si komunikasi itu sendiri.
Pendengar akan merasa sangat tidak merespon dengan
positif jika penyiar sendiri tidak menikmati komunikasi
itu sendiri.
2) Kemampuan dalam memberikan ungkapan verbal ataupun
non-verbal sebagai bentuk pengakuan dari keberadaan serta
menganggap penting pendengar. Ungkapan verbal berupa
kata-kata, sedang ungkapan non-verbal dalam komunikasi
saat siaran bisa terungkap dalam :
8. Kunci nada termasuk daerah tangga nada (pitch range)
9. Volume atau tingkat kerasnya suara
10.Tempo atau irama dan tingkat kecepatan dari
pengucapan
11.Vitalitas dan semangat
12.Cara pengucapan
14.Bunyi yang diucapkan atau gerakan dari alat-alat
berbicara yang mengeluarkan suara (artikulasi).
5. Equality, kecenderungan penyiar untuk mau menyamakan posisinya dengan pendengar ataupun dengan partner siaran
sehingga dapat mencegah terjadinya monopoli atau intimidasi
(sederajat dalam on-air). Dalam karakteristik equality,
ketidaksetujuan dan konflik dilihat sebagai usaha untuk
memahami perbedaan yang memang tak bisa dielakkan, bukan
sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.
Kelima indikator ketrampilan berkomunikasi saat siaran dapat
diungkap dengan menggunakan Skala Pengukuran Ketrampilan
Berkomunikasi Saat Siaran (Skala KBSS). Semakin tinggi skor skala
maka ketrampilan berkomunikasi saat siaran yang dimiliki penyiar
semakin baik, sebaliknya semakin rendah skor skala maka ketrampilan
berkomunikasi saat siaran yang dimiliki penyiar semakin buruk.
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah penyiar radio. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
incidental sampling, yaitu bentuk pengambilan sampel dimana subyek
dipilih karena paling banyak ditemui atau tersedia sumber penyiar radio
paling mudah sehingga mempercepat proses pengumpulan data. Teknik ini
termasuk dalam teknik nonprobability sampling dimana tidak semua
individu berpeluang sama untuk menjadi sampel.
1. Usia 20 – 40 tahun. Alasan pemilihan ini didasari oleh kenyataan
rentang usia tersebut merupakan masa produktif dari individu, dimana
banyak terdapat peran baru yang dijalani oleh individu, misal dalam
pekerjaan, pernikahan, dan menjadi orang tua (Papalia & Olds, 1995).
Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti, umumnya penyiar radio
yang masih aktif bekerja berada pada rentang usia ini.
2. Pendidikan dan wawasan yang luas. Peneliti membatasi subyek
penelitian adalah penyiar dengan latar pendidikan formal yang terakhir
ditempuh adalah SMA dengan asumsi tingkat pendidikan SMA telah
mampu memberikan banyak bekal pendidikan formal kepada
seseorang. Beberapa radio jaringan bahkan telah memberlakukan
standart perguruan tinggi strata satu untuk dapat bekerja sebagai
penyiar radio.
3. Telah mengikuti training atau latihan intensif kepenyiaran. Rata-rata
training atau latihan intensif kepenyiaran dilaksanakan selama enam
bulan. Waktu ini adalah rata-rata waktu latihan intensif yang
diberlakukan oleh sebuah radio.
4. Jenis kelamin tidak dibatasi. Menurut jurnal The style split : Good
communication has no gender (Angela Beasley, 2005), baik pria
Kedua jenis kelamin ini mempunyai gaya komunikasi yang khas,
namun tidak menjadikan ketrampilan serta efektivitas komunikasi
yang dimiliki menjadi buruk.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :
1. Membuat skala pengukuran yaitu tentang kecenderungan tipe
kepribadian introvert-ekstravert dan skala pengukuran ketrampilan
berkomunikasi saat siaran. Kesemuanya digunakan dalam uji coba (try
out) pada kelompok uji coba yang memiliki karakteristik serupa
dengan kelompok subyek yang sebenarnya. Melalui data yang
diperoleh kemudian akan dilakukan uji validitas item.
2. Melakukan uji kesahihan butir dan reliabilitas skala untuk
mendapatkan item yang valid dan skala yang reliabel.
3. Menentukan subyek penelitian sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Melalui pengisian skala yang sudah diuji kesahihannya
oleh subyek maka akan dibuat pengukuran pada skala tersebut.
4. Menganalisa data yang masuk dengan uji statistik korelasi guna
melihat ada tidaknya hubungan antara tipe kepribadian introvert –
ekstravert dengan ketrampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar
radio.