• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS – JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG CERITA PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM KARYA IWAN SIMATUPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "JENIS – JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG CERITA PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM KARYA IWAN SIMATUPANG"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Disusun oleh Indra Arif Priyanto

NIM : 994114019

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya atau karangan ilmiah.

Yogyakarta, Januari 2008

(5)
(6)

v

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Berkat kebesaran-Nyalah skripsi ini dapat terwujud walaupun banyak cobaan dan rintangan yang menghambatnya. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan jenjang S-1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Bantuan-bantuan baik yang berupa moril ataupun materil yang sangat membantu dalam membangun semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini, penulis tujukan kepada.

1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum selaku dosen pembimbing I yang penuh kesabaran membimbing, mendorong, serta meluangkan waktu untuk mengoreksi skripsi ini hingga selesai.

2. Drs. Hery Antono, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang penuh kesabaran membimbing, mendukung, serta meluangkan waktunya untuk mengoreksi skripsi ini hingga selesai.

(7)

vi

akhirnya aku dapat menyelesaikan studiku. God Bless You.

5. Bapak / Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia yang telah sabar dan setia dalam mencurahkan ilmunya, meluangkan waktu untuk menerima keluhan-keluhan dan memberikan masukan-masukan yang sangat berarti bagi penulis.

6. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang selalu siap melayani dalam peminjaman buku dan sabar dalam menata kembali buku-buku ke dalam rak selama buku-buku tersebut dibaca oleh penulis.

7. Dimas, Catur, dan William atas sumbangsihnya yang telah meminjamkan fasilitasnya kepada penulis selama penyusunan skripsi. 8. Badu (S.Sejarah 99), Teguh (S.Indonesia 99) yang telah memberikan

semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsinya.

(8)

vii

karena itu, semua masukan yang berupa saran dan kritik atau apa pun untuk menyempurnakan skripsi ini, penulis terima dengan tangan terbuka dan senang hati.

Yogyakarta, Januari 2008

(9)

viii

I (S-I). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Dalam skripsi ini dibicarakan tentang “Jenis-Jenis Kalimat dalam Tuturan Langsung Cerita Pendek Lebih Hitam dari Hitam Karya Iwan Simatupang”. Pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini untuk mengenali jenis-jenis kalimat dalam tuturan langsung yang terdapat dalam Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang. Tuturan langsung dalam cerita pendek tersebut dapat dibagi menjadi empat, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari empat kalimat.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis kalimat yang membentuk tuturan langsung dalam cerita pendek Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang yang didasarkan pada bentuk dan isinya. Jenis kalimat berdasarkan bentuk dan isinya digolongkan menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Kalimat berita adalah kalimat yang isinya menginformasikan atau memberitahukan kepada orang lain tentang suatu peristiwa atau kejadian. Kalimat tanya adalah kalimat yang menanyakan atau mengandung suatu permintaan tentang suatu hal yang dimaksud. Dan kalimat perintah adalah kalimat yang berisi perintah atau mengandung permintaan dari seseorang kepada orang lain untuk melakukan suatu yang dikehendaki sesuai dengan yang dimaksud.

(10)

ix

baca markah. Langkah ketiga adalah penyajian hasil analisis data. Data yang telah ditemukan selanjutnya dianalisis dengan mengklasifikasikannya berdasarkan bentuk dan isinya.

(11)

x

Letters Study Program, Indonesian Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This thesis mainly discusses “The Types of Sentence of Direct Speech in Iwan Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam”. The main problem, as formulated in this research, aims to recognize the types of sentence of direct speech in Iwan Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam. The direct speech analyzed in this short-story can be divided into four types: the direct speech that consists of one sentence, the direct speech that consists of two sentences, the direct speech that consists of three sentences, and the direct speech that consists of four sentences.

The objective of the study is to describe the types of sentence of direct speech through the types of sentence based on the forms and its content. The types of sentence, furthermore, are classified into three categories: declaratives, interrogatives, and imperatives. Declaratives is a kind of sentences used to inform or notify an event or incident to somebody. An interrogative is a kind of sentences used to inquire or request something as presupposed. An imperative is a kind of sentences used to give command—can be instructions, from one to the other to do something as required.

(12)

xi

(13)

xii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...iv

KATA PENGANTAR...v

ABSTRAK...viii

ABSTRACT...x

DAFTAR ISI...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...8

1.3 Tujuan Penelitian...8

1.4 Manfaat Penelitian...8

1.5 Landasan Teori...9

1.5.1 Tuturan dan Kalimat...9

1.5.2 Jenis Tuturan...10

1.5.3 Jenis Kalimat...10

1.6 Metode Penelitian...12

1.6.1 Tahap Pengumpulan Data...12

1.6.2 Analisis Data...13

(14)

xiii

1.7 Sistematika Penyajian...14

BAB II JENIS-JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG CERTA PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM KARYA IWAN SIMATUPANG 2.1 Pengantar...16

2.2 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Satu Kalimat...16

2.2.1 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita...17

2.2.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya...19

2.2.2.1 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Apa...21

2.2.2.2 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mengapa...24

2.2.2.3 Kalimat Tanya denganKata Tanya Mana...26

2.2.3 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah...27

2.2.3.1 Kalimat Perintah Biasa...28

2.2.3.2 Kalimat Perintah Suruhan...29

2.3 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Dua Kalimat...30

2.3.1 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita dan Kalimat Berita...31

2.3.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Tanya...32

(15)

xiv

Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Tanya...35

2.4 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Tiga Kalimat...36

2.4.1 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Berita...37

2.4.2 Tuturan Langsung Berupa Dua Kalimat Berita dan Satu Kalimat Perintah...38

2.4.3 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Tanya...39

2.5 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Empat Kalimat...40

2.5.1 Tuturan Langsung Berupa Empat Kalimat Berita...41

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan...43

3.2 Saran...44

(16)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam skripsi ini, penulis membahas tuturan langsung yang terdapat pada cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Tegak Lurus dengan Langit. Hal ini disebabkan, tuturan langsung belum banyak diteliti. Hal ini berbeda dengan tuturan tidak langsung yang sudah banyak dibahas.

Tuturan langsung adalah tuturan, entah berupa kalimat deklaratif, entah kalimat interogatif, entah kalimat imperatif yang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, atau objek dan secara cermat menirukan apa yang dianjurkan orang (Kridalaksana, 2001: 93). Berikut contoh tuturan langsung yang terdapat pada cerita pendek karya Iwan Simatupang.

(1) “Tadi pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang, lalu membawanya pulang.”

(Simatupang, 1982: 19) (2) “Mengapa Saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek

suara si kepala besar.

(Simatupang, 1982: 16) (3) “Kau mesti marah! Mesti marah!” teriaknya.

(17)

Contoh (1), (2), dan (3) di atas berturut-turut merupakan contoh tuturan langsung yang disajikan dalam bentuk kalimat deklaratif atau kalimat berita, kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan kalimat imperatif atau kalimat perintah.

Dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang, tuturan-tuturan yang diucapkankan oleh tokoh-tokoh rekaannya kepada mitra tuturnya atau pun sebaliknya haruslah jelas pengungkapannya. Menurut langsung tidaknya cara pengungkapan, tuturan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak langsung (indirect speech). Tuturan langsung adalah tuturan yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi (Kridalaksana, 1993: 231), misalnya “Dia sudah pergi, Tuan,” katanya. Sedangkan tuturan tidak langsung adalah pengungkapan kembali tuturan tanpa mengutip harafiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan menggunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya (Kridalaksana, 1993: 231), misalnya Ia berkata bahwa beliau sudah pergi.

Pungtuasi adalah tanda baca. Pungtuasi yang digunakan dalam tuturan langsung tidak menggunakan tanda baca titik dua (;), tetapi menggunakan tanda baca koma (,) yang terletak di depan ucapan atau tuturan langsung, dan tanda kutip (“) yang diletakkan sebelum dan sesudah ucapan yang terletak sejajar di bagian atas. Misalnya:

(18)

Tanda baca koma (,) pada contoh tuturan di atas terletak di depan kata katanya, sedangkan tanda kutipnya (“) diletakkan sebelum kata Dia dan sesudah kata Tuan yang diletakkan sejajar pada bagian atas.

Tuturan yang diucapkan langsung oleh seorang penutur kepada mitra tuturnya haruslah jelas situasinya atau konteksnya. Hal ini dikarenakan konteks mempunyai peranan penting untuk memahami sebuah ujaran atau tuturan, dan ujaran atau tuturan tersebut selalu terikat dengan konteks. Konteks adalah pengetahuan latar apapun (any background knowledge) yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tuturnya yang membantu mitra tuturnya dalam menafsirkan apa yang dimaksud oleh penutur (Leech, 1983: 13). Perhatikan contoh berikut.

(5) a. “Ayo, jawab. Mengapa Saudara tak jadi marah tadi?” Geledeknya kembali setelah dilihatnya betapa sukar aku mengambil sikap yang layak bagiku terhadapnya pada saat itu. b. “...Mengapa saya mesti marah?” tukasku, bimbang,

malu.

(Simatupang, 1982: 16)

(19)

berupa jawaban dari mitra tuturnya mengenai pertanyaan yang diucapkan oleh penutur.

Dengan mendasarkan pada gagasan Leech (1983: 13-14), Wijana (1996) menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut dengan konteks situasi tutur (speech situational contexts). Konteks situasi tutur mencakup beberapa aspek. Aspek-aspek itu sebagai berikut.

1. Penutur dan lawan tutur

Penutur dan lawan tutur (mitra tutur) di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle (1983), lazim dilambangkan dengan S (speaker) yang berarti pembicara atau penutur dan H (hearer) yang berarti pendengar atau mitra tutur.

2. Konteks tuturan

Konteks tuturan dapat mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimilki penutur dan mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur di dalam proses bertutur.

3. Tujuan tuturan

Tujuan tuturan berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang, sebab tuturan itu terwujud karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tutur yang jelas dan tertentu sifatnya.

(20)

Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan tindak verbal yang terdapat dalam situasi tutur tertentu yang bersifat konkret, sebab dalam situasi tutur jelas keberadaan siapa peserta tuturnya, di mana tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya, dan seperti apa konteks situasi tuturnya secara keseluruhan.

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan dapat dikatakan sebagai produk tindak verbal, sebab pada dasarnya tuturan yang ada di dalam sebuah pertuturan adalah hasil tindak verbal para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan mewadahinya.

Variasi-variasi jenis tuturan yang dimunculkan oleh pengarang dalam bentuk tuturan langsung dimaksudkan agar cerita pendek tersebut tidak membosankan. Variasi tuturan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang berbentuk tuturan langsung yang disajikan dalam berbagai bentuk pola kalimat yang dituturkan oleh tokoh-tokoh rekaannya mengandung berbagai macam maksud. Misalnya:

(6) a. ”Bagaimana dengan bungkusan ini? Di dalamnya ada makanan.”

b. ”Bawa pulang !” teriakku.

(21)

Pada contoh di atas, tuturan langsung (6a) mengandung maksud yang berbeda dengan tuturan langsung (6b). Dalam tuturan langsung (6a), tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat tanya dan kalimat berita. Kalimat pertama pada tuturan di atas merupakan kalimat tanya, sedangkan kalimat kedua pada tuturan di atas merupakan kalimat berita. Kalimat pertama pada tuturan (6a), isinya memberitahukan seorang penutur yang mempunyai maksud menanyakan perihal keadaan bungkusan kepada mitra tuturnya. Sedangkan kalimat kedua pada tuturan (6a), isinya menginformasikan seorang penutur yang mempunyai maksud memberitahukan kepada mitra tuturnya mengenai isi dari bungkusan yang ada di dalamnya. Dan kalimat dalam tuturan langsung pada (6b) berbentuk kalimat perintah yang isinya mempunyai maksud memerintah atau menyuruh agar bungkusan yang di dalamnya berisi makanan tersebut agar dibawa pulang.

(22)

(7) ”Aneh, sungguh aneh!”

(Simatupang, 1982: 19)

(8) ”Tetapi, bagaimana bisa seorang seorang pasien meninggalkan rumah sakit pula setengah enam pagi? Kan kantor belum buka?” tukasku, dengan nada seolah akulah pemimpin rumah sakit ini.

(Simatupang, 1982: 19)

Contoh (7) di atas merupakan tuturan yang sifatnya langsung yang terdiri atau terbentuk dari satu kalimat, yaitu kalimat perintah. Pada contoh (8), tuturan langsung tersebut terbentuk dari dua kalimat di mana kedua kalimat tersebut merupakan kalimat tanya. Kalimat pertama dalam tuturan (8) merupakan kalimat tanya dengan kata tanya bagaimana.

Berdasarkan hal di atas, variasi jenis tuturan dalam bentuk tuturan langsung yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang terbentuk dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat yang membentuk tuturan dalam cerita pendek di atas bila ditinjau dari jenis susunan polanya merupakan kalimat tunggal.

(23)

langsung dalam bentuk kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah (Falah, 1988: 143). Kalimat berita adalah kalimat yang berfungsi atau yang isinya mengandung suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan memberitahukan sesuatu kepada orang lain, kalimat tanya adalah kalimat yang isinya berfungsi menanyakan sesuatu atau kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberi tahu tentang suatu yang dimaksudkan, dan kalimat perintah adalah kalimat yang isinya berfungsi untuk memerintah atau melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Kalimat perintah biasanya dilakukan oleh orang yang posisinya berada di atasnya (lebih kuasa, lebih tinggi, lebih tua, lebih terhormat) (Falah, 1988: 146).

Dengan mengacu pada hal-hal di atas, skripsi ini akan meneliti atau membahas tentang tuturan-tuturan langsung yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dan pengklasifikasian tuturan langsung yang didasarkan pada bentuk dan isinya.

1.2 Rumusan Masalah

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitan ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis kalimat dalam tuturan langsung dalam cerpen “Lebih Hitam Dari Hitam” karya Iwan Simatupang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap studi bahasa khususnya dalam bidang sintaksis, yaitu mengenai tuturan langsung dan pengklasifikasiannya.

1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para ahli bahasa atau pun para ahli pengajar dalam memberikan materi pengajaran yang menyangkut tentang tuturan langsung.

1.4.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi para peneliti yang akan meneliti tentang bahasa khususnya mengenai tuturan langsung.

(25)

1.5 Landasan Teori

Di dalam penelitian ini, penulis melakukan identifikasi, mendeskripsikan, menganalisis, dan mengklasifikasikan tuturan-tuturan yang sifatnya langsung yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam Dari Hitam” karya Iwan Simatupang. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar tuturan langsung dalam cerita pendek tersebut dan pola struktur tuturan langsung lebih mudah dipahami.

Data penelitian selanjutnya akan diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya.

1.5.1 Tuturan dan Kalimat

Tuturan dapat diartikan sebagai wacana yang menonjolkan serangkaian peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan keadaan tertentu (Kridalaksana, 2001: 221). Tuturan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” merupakan serangkaian tuturan yang diucapkan oleh penutur yang dapat terjadi dalam waktu dan keadaaan tertentu.

(26)

1.5.2 Jenis Tuturan

Tuturan yang diucapkan oleh penutur yang ditujukan kepada mitra tuturnya haruslah jelas pengungkapannya. Menurut langsung tidaknya cara pengungkapannya, tuturan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak langsung (indirect speech).

1.5.3 Jenis kalimat

Apabila dilihat dari jenis susunan polanya, jenis kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Dalam hal ini, jenis kalimat yang akan digunakan menurut susunan polanya adalah kalimat tunggal.

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari dua unsur inti yaitu subjek dan predikat dan dapat diperluas oleh satu atau lebih unsur tambahan asal tidak membentuk pola baru (Falah, 1988: 137). Kalimat tunggal apabila ditinjau dari segi bentuk dan isinya dibedakan menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah.

(27)

dibuat standard dengan kalimat lain, isi kalimatnya ditujukan kepada orang lain, dan isinya netral kadangkala ada bagian yang dipentingkan

Kalimat tanya mempunyai ciri-ciri dengan pola intonasi [2] 3 // [2] 3 2 #. Intonasi kalimat tanya bernada akhir naik dan ditandai dengan tanda tanya (?). Ciri-ciri lain kalimat tanya adalah adanya partikel -kah, -lah, -tah, -pun, yang berfungsi sebagai pengeras atau juga sebagai unsur kalimat yang ingin ditanyakan, dan menggunakan kata tanya, seperti berapa, siapa, mengapa, apa, bagaimana, bilamana, dan kapan.

Kalimat perintah mempunyai pola intonasi [2] 3 # atau [2] 3 2 # apabila terdapat partikel lah pada P-nya. Pola intonasi kalimat perintah ditandai dengan tanda seru (!). Ciri-ciri lain kalimat perintah adalah isinya mengandung permintaan, diucapkan oleh atasan kepada bawahan, intonasinya keras, dan menggunakan kata kerja yang mengandung perintah (Falah, 1988: 146).

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini meliputi tiga tahap, yakni (i) tahap pengumpulan data, (ii) tahap analisis data, dan (iii).tahap penyajian hasil analisis data.

1.6.1 Tahap Pengumpulan Data

(28)

menggunakan metode simak. Metode simak atau dapat disebut juga dengan metode pengamatan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati atau menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik simak bebas libat cakap, yaitu teknik yang digunakan dengan peneliti hanya berperan sebagai pengamat dan tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti (Mahsun, 2006: 91).

1.6.2 Analisis Data

Berdasarkan topik yang dipilih, metode analisis yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah metode padan. Metode padan adalah metode analisis bahasa dengan alat penentu di luar bagian bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan yang digunakan dalam tahap ini adalah metode padan referensial dan metode padan ortografis.

Padan referensial dilaksanakan dengan alat penentunya referen bahasa. Referen bahasa adalah segala sesuatu yang ditunjukkan bahasa, seperti tindakan, peristiwa, dan keadaan di luar bahasa. Metode padan referensial digunakan untuk mendeskripsikan bahasa dalam cerita pendek "Lebih Hitam dari Hitam". Metode padan ortografis digunakan untuk menentukan bahwa satuan lingual yang berupa kalimat selalu diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik (.).

(29)

peranan pemarkah (marker) (Sudaryanto, 1993: 95). Dalam teknik ini, peneliti hanya melihat langsung pemarkahan yang bersangkutan dengan cara sintaktis.

1.6.3 Penyajian Hasil Analisis Data

Dalam penelitian ini, data hasil penelitian disajikan dengan menggunakan teknik informal, yaitu perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145).

1.6.4 Sumber Data

Data adalah bahan penelitian. Menurut Sudaryanto (1988: 9-10), dari bahan itulah nantinya objek penelitian dapat dijabarkan dan dijelaskan, sebab di dalam bahan tersebut terdapat objek penelitian yang dimaksud atau yang akan diteliti. Sumber data adalah tempat data diambil atau diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini berupa karya sastra, yaitu cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang.

1.7 Sistematika Penyajian

Laporan penelitian ini akan disajikan dalam tiga bab. Ketiga bab tersebut adalah:

(30)

Bab II berisi pembahasan tentang tuturan langsung. Tuturan langsung dapat dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari empat kalimat. Tuturan-tuturan langsung tersebut yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Tegak Lurus dengan Langit diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

(31)

16

KARYA IWAN SIMATUPANG

2.1. Pengantar

Menurut langsung tidaknya cara pengungkapannya, tuturan dibagi menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak langsung (indirect speech). Tuturan-tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang bila ditinjau dari kalimat yang membentuknya dapat dibagi menjadi empat, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari empat kalimat. Tuturan-tuturan langsung tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya.

2.2. Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Satu Kalimat

(32)

2.2.1. Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita

Tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat dalam bentuk kalimat berita yang isinya memberikan informasi tentang suatu peristiwa atau sesuatu hal kepada mitra tuturnya dapat dilihat pada contoh berikut.

(9) a. Tetapi, si kepala besar tak tampak olehku. Mantri juru rawat yang selalu kuhadiahi senyum manis, melihatku, agaknya mengerti siapa yang sedang kucari.

b. “Dia sudah pergi, Tuan,“ katanya.

(Simatupang, 1982: 18; 19)

Dalam contoh (9b), kalimat berita dalam tuturan tersebut isinya mempunyai fungsi memberikan informasi kepada seseorang yang sedang mencari temannya. Situasi atau konteks yang menggambarkan seseorang sedang mencari temannya dapat dilihat pada (9a).

(10) a. “Apa jawab familinya?”

b. “Tadi, pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang, lalu membawanya pulang.”

(Simatupang, 1982: 19)

(33)

fungsi. Fungsi yang pertama adalah menjawab pertanyaan dari tuturan langsung yang diucapkan mitra tuturnya yang terdapat dalam tuturan (10a), dan fungsi yang kedua adalah memberikan informasi waktu dan tempat.

(11) a. Demi dan untuk dinas!

b. “Apa katanya?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya. c. “……Anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi,

sudah meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu pun bergegas.

(Simatupang, 1982: 23)

Dalam contoh (11c), sama halnya seperti pada contoh (10b) di atas, kalimat berita dalam tuturan langsung yang diucapkan oleh mantri juru rawat kepada mitra tuturnya yang terdapat pada tuturan (11b) isinya berfungsi untuk menjawab pertanyaan dari tuturan langsung yang diucapkan mitra tuturnya dan memberikan informasi kabar bahwa temannya sudah meninggal.

(34)

tuturnya, juga mempunyai fungsi untuk menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh mitra tuturnya.

2.2.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya

Tuturan langsung dalam bentuk kalimat tanya yang isinya mempunyai fungsi untuk menanyakan atau mengandung suatu permintaan tentang suatu hal dapat dilihat dalam contoh berikut.

(12) a. Pipiku sudah basah keduanya: dunia menghenyakkan dirinya ke dalam diriku. Dunia kutimang. Kasihku padanya tak terhingga………..

b. “Mengapa saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek suara si kepala besar.

(Simatupang, 1982: 16)

(35)

(13) a. “……Anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi, sudah meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu pun bergegas.

b. “Meninggal?”

(Simatupang, 1982: 23)

Dalam contoh (13b), kalimat tanya dalam tuturan langsung yang diucapkan oleh seorang penutur apabila dilihat dari struktur pola intonasinya, yaitu berupa tanda tanya merupakan tuturan langsung dalam kalimat tanya. Akan tetapi, kata meninggal dalam tuturan langsung (13b) isinya lebih berfungsi untuk memastikan dari tuturan langsung dalam bentuk kalimat berita yang terdapat dalam tuturan (13a). Dalam contoh (13a), tuturan langsung dalam bentuk kalimat berita tersebut merupakan konteks yang isinya memberitahukan atau menginformasikan tentang meninggalnya anak dari kawannya.

(36)

Tuturan langsung dalam bentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban berupa penjelasan ditandai oleh adanya kata tanya yang mempunyai sifat untuk menggantikan kata-kata yang ditanyakan. Kata-kata tanya itu ialah apa, siapa, mengapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila, dan berapa.

Berikut kata-kata tanya yang terdiri dari satu kalimat yang terdapat dalam tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang.

2.2.2.1. Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Apa

Kalimat tanya yang ditandai dengan kata tanya apa yang digunakan untuk menanyakan hal atau sesuatu yang sifatnya bukan orang atau yang diorangkan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” dapat dilihat pada tuturan langsung berikut.

(14) a. Semalam tiba-tiba ia minta agar familinya datang mengambilnya pagi ini juga. Apabila ia tak diambil pulang hari ini juga, ia mengancam akan bunuh diri. ‘Juga di rumah sakit jiwa masih banyak alasan dan alat untuk bunh diri!’ begitu dia mengancam.

b. “Apa jawab familinya?”

(37)

Dalam contoh (14b), Kalimat tanya dengan kata tanya apa yang digunakan oleh penutur dalam tuturan langsung tersebut isinya bukanlah menanyakan tentang orang, tetapi isinya berfungsi menanyakan hal terhadap respon yang akan dijawab atau dilakukan oleh familinya setelah mendengar berita yang terdapat pada (14a).

(15) a. Sang mantri agaknya menangkap suasana. Nalurinya memperingatkannya agar cepat berlalu dari situ. Ia takut. Tetapi kemantrijururawatannya yang sudah sekian puluh tahun itu memberikan kepadanya kemahiran untuk menyembunyikan perasaan dan pikiran yang sebenarnya. Demi dan untuk dinas! b. “Apa katanya?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya.

(Simatupang, 1982: 23)

Dalam contoh (15b), kalimat tanya dengan kata tanya apa yang digunakan oleh penutur dalam tuturan langsung tersebut isinya berfungsi menanyakan hal terhadap respon yang akan dikatakan oleh mitra tuturnya setelah mendengar berita yang terdapat pada (15a).

(38)

b. ”Buat apa?” Aku heran memuncak.

c. ”Buat bayar utang,” katanya. Sang mantri lalu pergi.

(Simatupang, 1982: 24)

Dalam contoh (16b), kalimat tanya dengan kata tanya apa yang digunakan oleh penutur (tokoh aku) dalam tuturan langsung tersebut isinya berfungsi menanyakan hal akan fungsi dari surat kabar yang terdapat dalam tuturan langsung yang berbentuk kalimat berita yang terdapat dalam tuturan (16a). Sedangkan kalimat berita dalam tuturan (16c), merupakan jawaban atas tuturan langsung yang ada pada (16b).

Tuturan langsung dalam (14b) dan (15b), kalimat tanya dengan kata tanya apa pada tuturan langsung tersebut dapat diletakkan di akhir kalimat dan kata kerja pada tuturan tersebut akan berubah menjadi kata kerja aktif. Perubahan itu dapat dilihat pada contoh berikut.

(14c) “Familinya menjawab apa?”

(15c) “Ia mengatakan apa?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya.

(39)

(17) a. ”…anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi, sudah meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu pun bergegas.

b. ”Meninggal?”

Aku tak tahu apakah ucapan itu sungguh ada aku ucapkan. Untuk sekian kalinya bumiku kiamat.

c. ”Meninggal karena apa?” tanyaku lagi, dan sekaligus aku di dalam diriku menertawakan diriku: seolah untuk mati dibutuhkan sesuatu sebab.

(Simatupang, 1982: 23)

Dalam contoh (17c), kalimat tanya dengan kata tanya apa yang yang digunakan oleh tokoh aku pada tuturan langsung tersebut isinya mempunyai fungsi menanyakan sebab meninggalnya si anak kepada seorang mantri yang terdapat pada tuturan (17a). Kata tanya apa yang berfungsi menanyakan sebab pada tuturan (17c) disebabkan adanya kata karena yang terletak sebelum kata tanya apa. Dalam tuturan langsung (17c), kata tanya apa dapat diletakkan pada awal kalimat apabila diberi atau disertai partikel –kah, maka menjadi.

(40)

2.2.2.2 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mengapa

Kalimat tanya dengan kata tanya mengapa dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang isinya berfungsi untuk menanyakan sebab. Misalnya:

(18) a. Pipiku sudah basah keduanya: dunia menghenyakan dirinya ke dalam diriku. Dunia kutimang. Kasihku padanya tak terhingga…..

b. “Mengapa Saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek suara si kepala besar.

(Simatupang, 1982: 16)

Dalam contoh (18b), kalimat tanya dengan kata tanya mengapa yang diucapkan penutur (kepala besar) kepada mitra tuturnya (Saudara) isinya berfungsi menanyakan sebab akan sikap mitra tuturnya yang tidak jadi marah. Pada contoh (18a), menggambarkan situasi atau konteks mitra tuturnya yang mengalami tekanan dalam dirinya dan pipinya sudah dibasahi dengan air matanya.

(19) a. Surat kabar tadi sudah digulungnya jadi semacam pentung pemukul, Tangan kirinya menolak pinggangnya.

(41)

mengambil sesuatu sikap yang layak bagiku terhadapnya pada saat itu.

c. “……Mengapa saya mesti marah?” tukasku, bimbang, malu. (Simatupang, 1982: 16)

Dalam contoh (19c), kalimat tanya dengan kata tanya mengapa dalam tuturan langsung tersebut isinya berfungsi menanyakan sebab akan tuturan yang digambarkan pada tuturan (19b). Dalam contoh (19b), kalimat dalam tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat, yaitu “Ayo jawab” dan “Mengapa Saudara tak jadi marah tadi?”. Kalimat pertama dalam tuturan langsung (19b) yang berbentuk kalimat perintah isinya bermaksud memerintah mitra tuturnya untuk menjawab. Maksud memerintah dalam tuturan tersebut bersifat halus. Sedangkan pada kalimat kedua yang berbentuk kalimat tanya dengan kata tanya mengapa, tuturan langsung tersebut isinya berfungsi menanyakan sebab.

2.2.2.3 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mana

(42)

(20) a. Tetapi, si kepala besar tak tampak olehku. Mantri juru rawat yang selalu kuhadiahi senyum manis, melihatku, agaknya mengerti siapa yang sedang kucari.

b. “Dia sudah pergi, Tuan,” katanya. c. “Ke mana?” tanyaku.

(Simatupang, 1982: 19)

Dalam contoh (20c), kalimat tanya dengan kata tanya mana dalam tuturan langsung tersebut isinya berfungsi menanyakan tempat. Dalam tuturan (20c), sebelum kata tanya mana terdapat kata depan ke. Kata depan ke bila dilekatkan dengan kata tanya mana, maka mempunyai fungsi untuk menanyakan tempat yang dituju. Dengan melihat hal tersebut, kalimat tanya ke mana dalam tuturan (20c) mempunyai fungsi menanyakan tempat yang akan dituju perginya si kepala besar.

2.2.3 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah

Kalimat perintah dalam tuturan langsung yang isinya mempunyai fungsi memerintah atau mengandung permintaan agar orang lain melakukan suatu yang dikehendaki sesuai dengan apa yang dimaksudkan dapat dilihat pada contoh berikut.

(43)

b. “Bawa pulang!” teriakku.

(Simatupang, 1982: 21)

Dalam contoh (21b), kalimat perintah dalam tuturan tersebut isinya menggambarkan situasi di mana seorang penutur memerintah atau meminta kepada mitra tuturnya untuk membawa pulang bungkusan yang berisi makanan yang tokoh ia tanyakan pada tuturan (21a). Selain itu, kalimat perintah dalam tuturan (21b) dapat juga berfungsi untuk menjawab atas pertanyaan pada tuturan (21a).

Kalimat perintah dalam bahasa Indonesia secara formal dapat diklasifikasikan menjadi lima macam (Rahardi, 2000: 77), yaitu (1) kalimat perintah biasa, (2) kalimat perintah permintaan, (3) kalimat perintah pemberian izin, (4) kalimat perintah ajakan, dan (5) kalimat perintah suruhan. Berikut klasifikasi kalimat perintah yang terdapat pada tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”.

2.2.3.1 Kalimat Perintah Biasa

(44)

perintah yang sangat halus sampai dengan perintah yang sangat kasar atau keras. Contoh tuturan langsung berupa kalimat perintah biasa dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(22) a. ”Entah, Tuan.” Sambil berkata demikian cepat ia pun berlalu.

b. “Aneh, sungguh aneh!

(Simatupang, 1982: 19)

Dalam contoh (22b), perintah biasa dalam tuturan tersebut mempunyai pola intonasi yang ditandai dengan tanda seru (!). Tuturan langsung yang diucapkan oleh penutur dalam bentuk kalimat perintah biasa pada (22b), isinya menyatakan keheranan akan pernyataan atau tuturan yang ada pada tuturan (22a).

2.2.3.2 Kalimat Perintah Suruhan

(45)

menghaluskan perintah. Contoh tuturan langsung dalam bentuk kalimat perintah suruhan atau kalimat suruh yang sebenarnya dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(23) a “Bagaimana dengan bungkusan ini? Di dalamnya ada makanan.”

b. “Bawa pulang!” teriakku.

(Simatupang, 1982: 21)

Dalam contoh (23b), kalimat perintah suruhan dalam tuturan tersebut isinya menggambarkan seorang penutur yang menyuruh dengan pasti kepada mitra tuturnya untuk membawa pulang bungkusan yang ditanyakan oleh mitra tuturnya.

Selain ditandai oleh pola intonasi suruh, yaitu yang berupa tanda seru (!), kalimat dalam tuturan (23b) bawa pulang! teriakku, ditandai juga dengan P-nya yang terdiri dari kata verbal transitif, yaitu kata verbal yang tidak diikuti oleh objek. Kata verbal transitif pada kalimat itu adalah kata bawa.

Kata bawa dalam kalimat bawa pulang! , dapat diberi partikel –lah yang berfungsi memperhalus perintah, menjadi:

(46)

Selain dapat diletakkan pada kata bawa, partikel –lah dapat juga diletakkan pada kata pulang, menjadi:

(23d) ”Bawa pulanglah!”

2.3 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Dua Kalimat

Tuturan-tuturan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang selain terdiri dari satu kalimat juga terdiri dari dua kalimat. Sama seperti halnya tuturan yang terdiri dari satu kalimat, tuturan-tuturan yang terdiri dari dua kalimat juga akan diklasifikasikan ke dalam tiga golongan, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

2.3.1 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita dan Kalimat Berita

Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang terdiri dari dua kalimat dalam bentuk kalimat berita dan kalimat berita dapat dilihat pada contoh berikut.

(24) a. “Ke mana?” tanyaku. b. “Pulang, ke rumahnya.”

(47)

c. “Oya, Tuan. Sebelum dia pergi, ia masih sempat berkata-kata dengan saya, tadi, sebentar.”

(Simatupang, 1982: 23)

Dalam contoh (24c), tuturan di atas terdiri dari dua kalimat yang berpola kalimat berita. Kalimat berita pertama dalam tuturan (24c), isinya berfungsi memberikan informasi tentang sesuatu hal yang akan disampaikan terhadap situasi yang tergambarkan pada tuturan (24b). Sedangkan pada kalimat berita kedua, tuturan tersebut isinya menginformasikan suatu hal, yaitu bahwa sebelum pergi, tokoh ia masih sempat berbincang-bincang sebentar.

(25) a. “Oya, Tuan.” Ia mengeluarkan selembar surat kabar yang terlipat dari dalam saku celananya dan menyerahkannya kepadaku. Tanpa aku ingini sendiri, surat kabar itu kuterima. b. “Ayah kawan Tuan tadi, menyerahkan surat kabar ini pada

saya. Pesannya, agar saya serahkan kepada Tuan.”

(Simatupang, 1982: 24)

(48)

mandat yang harus dilakukan oleh tokoh saya, yaitu untuk menyerahkan surat kabar.

2.3.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Tanya

Tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat dalam bentuk kalimat tanya dan kalimat tanya dalam cerita pendek “Lebih Hitan dari Hitam” dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(26) a. “Apa jawab familinya?”

b. “Tadi, pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang, lalu membawanya pulang.”

c. “Pukul setengah enam pagi?” tanyaku, kali ini dengan heran memuncak. “Mengapa mesti pukul setengah enam pagi?”

(Simatupang, 1982: 19)

(49)

(27) a. “Entah, Tuan. Itu permintaanya sendiri.”

b. “Tetapi, bagaimana bisa seorang pasien meninggalkan rumah sakit pula setengah enam pagi? Kan kantor belum buka?” tukasku, dengan nada seolah akulah pemimpin rumah sakit ini.

(Simatupang, 1982: 19)

Dalam contoh (27b), tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat tanya. kalimat tanya pertama dalam tuturan tersebut menggunakan kata tanya bagaimana. Kata tanya bagaimana dalam kalimat pertama digunakan untuk menanyakan cara yang dilakukan oleh tokoh pasien untuk meninggalkan rumah sakit yang dilakukannya pada pukul setengah enam pagi. Sedangkan kalimat tanya kedua dalam tuturan tersebut mempunyai isi untuk menanyakan ketidakmungkinan akan suatu hal yang telah terjadi.

2.3.3 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Berita

Tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat dalam bentuk kalimat tanya dan kalimat berita dalam cerita pendek “Lebih Hitan dari Hitam” dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(28) a. “Baik,” jawabnya tenang, sambil berdiri di ambang pintu bilikku.

(50)

(Simatupang, 1982: 21)

Dalam contoh (28b), tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat tanya dan kalimat berita. Kalimat pertama dalam tuturan tersebut menggunakan kalimat tanya dengan kata tanya bagaimana. Kata tanya bagaimana pada kalimat tersebut mempunyai fungsi untuk menanyakan keadaan terhadap bungkusan yang dimaksud. Sedangkan kalimat kedua yang berupa kalimat berita dalam tuturan (28b) isinya berfungsi memberikan informasi tentang isi dari bungkusan tersebut.

2.3.4 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Perintah

Tuturan langsung dalam bentuk kalimat yang mempunyai pola kalimat perintah dan kalimat perintah dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang mempunyai fungsi dan isinya memerintah atau menyuruh dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(29) a. “……Mengapa saya mesti marah?” tukasku, bimbang, malu.

b. “Kau mesti marah! Mesti marah!” teriaknya.

(Simatupang, 1982: 16)

(51)

perintah dalam tuturan tersebut di atas menggambarkan seorang penutur yang memerintah atau meminta kepada mitra tuturnya (tokoh kau) untuk melakukan suatu yang dikehendaki, yaitu marah.

2.3.5 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Tanya

Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang terbentuk dari kalimat perintah dan kalimat tanya dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(30) a. Surat kabar tadi sudah digulungnya jadi semacam pentung pemukul, tangan kirinya menolak pinggangnya.

b. “Ayo jawab. Mengapa Saudara tak jadi marah tadi?” Geledeknya kembali setelah dilihatnya betapa sukar aku mengambil sesuatu sikap yang layak bagiku terhadapnya pada saat itu.

(Simatupang, 1982: 16)

(52)

yang isinya menanyakan sebab terhadap sikap mitra tuturnya yang tidak jadi marah.

2.4 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Tiga Kalimat

Selain terdiri dari satu dan dua kalimat, tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” juga terdiri dari tiga kalimat. Berikut tuturan yang terbentuk dari tiga kalimat.

2.4.1 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Berita

Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang terbentuk dari tiga kalimat berita dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(31) a “Meninggal karena apa?” tanyaku lagi, dan sekaligus aku di dalam diriku menertawakan diriku: seolah untuk mati dibutuhkan sesuatu sebab.

b. “Entah. Tetapi setiba dia di rumah, dia tiba-tiba demam panas. Ketika dokter yang dipanggil datang, dia meninggal.”

(53)

isinya menginformasikan tentang keadaan yang terjadi pada tokoh dia setibanya di rumah. Dan kalimat berita ketiga dalam tuturan tersebut isinya menginformasikan tentang situasi di mana pada saat dokter yang dipanggil datang, tokoh dia sudah meninggal akibat demam panas yang dideritanya.

(32) a. Bimbangku semakin jadi. Kekaburan semakin merebut setiap ruang kosong dalam diriku.

b. “Aku tidak ingin dikasihani, tahu? Tidak mau! Kau setan, iblis, algojo!” teriaknya.

(Simatupang, 1982: 16)

(54)

2.4.2 Tuturan Langsung Berupa Dua Kalimat Berita dan Satu kalimat Perintah

Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang terbentuk dari dua kalimat berita dan satu kalimat perintah dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(33) a. Aku menghentikan lajuku, kemudian berbalik dan cepat lari masuk ke dalam bilikku.

b. “Aku tidak ingin lihat Saudara. Tak ingin bicara dengan Saudara. Pergilah.” pintaku terisak. “Pergiiii!”

(Simatupang, 1982: 21)

(55)

2.4.3 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Tanya

Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang terbentuk dari tiga kalimat tanya dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(34) a “Ayah kawan Tuan tadi, menyerahkan surat kabar ini pada saya. Pesannya agar saya serahkan kepada Tuan.

b. “Surat kabar? Surat kabar apa? Surat kabar siapa?” tanyaku berturut-turut, heran, bingung.

(Simatupang, 1982: 24)

(56)

2.5 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Empat Kalimat

Dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”, terdapat juga tuturan langsung yang terbentuk dari empat kalimat. Berikut tuturan langsung yang terbentuk dari empat kalimat.

2.5.1 Tuturan Langsung Berupa Empat Kalimat Berita

Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang terbentuk dari empat kalimat berita dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.

(35) a “Ke mana ?” tanyaku

b. “Pulang ke rumahnya. Semalam, tiba-tiba ia minta agar familinya datang mengambilnya pagi ini juga. Apabila ia tak diambil hari ini juga, ia mengancam akan bunuh diri. ‘Juga di rumah sakit jiwa masih banyak alasan dan alat untuk bunuh diri!’ begitu ia mengancam.”

(Simatupang, 1982: 19)

(57)
(58)

43

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan cara pengungkapannya, tuturan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak langsung (indirect speech). Dalam penulisan ini, dikemukakan mengenai tuturan langsung (direct speech).

Tuturan-tuturan yang sifatnya langsung pada dasarnya tersusun atau terbentuk dari beberapa kalimat. Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam Dari Hitam” karya Iwan Simatupang tersusun atau terbentuk dari beberapa kalimat, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, dua kalimat, tiga kalimat, dan empat kalimat.

Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dan Hitam” karya Iwan Simatupang yang terdiri dari beberapa kalimat selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan kalimat tunggal yang ditinjau dari bentuk dan isinya dibagi menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

(59)

3.2 Saran

Penelitian ini hanya menganalisis sebagian kecil tentang tuturan langsung, kategori atau jenis-jenis kalimat yang membentuk tuturan langsung, dan pengklasifikasian tuturan berdasarkan bentuk dan isinya. Masih banyak hal-hal lain yang perlu atau dapat dibahas tentang tuturan selain yang telah dibahas dalam penelitian ini.

(60)

Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.

Falah, M. Zainal. 1988. Tata Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Karyono.

Halim, Amran. 1984. Intonasi dalam Hubungannya Dengan Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Djembatan.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik ( Edisi Ketiga ). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rahardi, Kunjana. 2000. Imperatif dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Ramlan. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.

Rani, Abdul. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Banyumedia.

Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik Bagian Pertama: Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

(61)

KARYA IWAN SIMATUPANG

Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita

1. “Entah, Tuan. Itu permintaanya sendiri.”

(Simatupang, 1982: 19)

2. “Entah, Tuan.” Sambil berkata demikian cepat ia pun berlalu.

(Simatupang, 1982: 19)

3. “Dia sudah pergi, Tuan,” katanya.

(Simatupang, 1982: 19)

4. “Tadi, pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang, lalu membawanya pulang.”

(Simatupang, 1982: 19)

5. “Baik,” jawabnya tenang, sambil berdiri di ambang pintu bilikku.

(Simatupang, 1982: 21)

6. “……anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi, sudah meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu pun bergegas.

(Simatupang, 1982: 23)

7. “Oya, Tuan,” kata sang mantra yang masih tegak di hadapanku.

(62)

8. “Mendiang kawan Tuan berpesan sebelum menghembuskan napas terakhirnya, agar kepada Tuan di sini diantarkan sebuah surat kabar.”

(Simatupang, 1982: 24)

9. “Buat bayar utang,” katanya. Sang mantra lalu pergi.

(Simatupang, 1982: 24)

Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya

10. “Mengapa Saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek suara si kepala besar. Ia sudah tegak kembali dihadapanku. Surat tadi sudah digulungnya jadi semacam pentung pemukul, tangan kirinya menolak pinggangnya.

(Simatupang, 1982: 16)

11. “…….Mengapa saya mesti marah?” tukasku, bimbang, malu.

(Simatupang, 1982: 16)

12. “Meninggal?” Aku tak tahu apakah ucapan itu sungguh ada aku ucapkan. Untuk sekian kalinya bumiku kiamat.

(Simatupang, 1982: 23)

Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Apa

13. “Apa jawab familinya?”

(Simatupang, 1982: 19)

14. “Apa katanya?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya.

(63)

15. “Meninggal karena apa?” tanyaku lagi, dan sekaligus aku di dalam diriku menertawakan diriku: seolah untuk mati dibutuhkan sesuatu sebab.

(Simatupang, 1982: 23)

16. “Buat apa?” Aku heran memuncak.

(Simatupang, 1982: 24)

Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mana

17. “Ke mana?” tanyaku.

(Simatupang, 1982: 19)

Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah

18. “Bawa pulang!” teriakku.

(Simatupang, 1982: 21)

Kalimat Perintah Biasa

19. “Aneh, sungguh aneh!”

(Simatupang, 1982: 19)

Kalimat Perintah Suruhan

20. “Bawa pulang!” teriakku.

(Simatupang, 1982: 21)

Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita dan Kalimat Berita

(64)

(Simatupang, 1982: 23)

22. “Ayah kawan Tuan tadi, menyerahkan surat kabar ini pada saya. Pesannya, agar saya serahkan kepada Tuan.”

(Simatupang, 1982: 24)

Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Tanya

23. “Pukul setengah enam pagi?” tanyaku, kali ini dengan heran memuncak. “Mengapa mesti pukul setengah enam?”

(Simatupang, 1982: 19)

24. “Tetapi, bagaimana bisa seorang pasien meninggalkan rumah sakit pula setengah enam pagi? Kan kantor belum buka?” tukasku, dengan nada seolah akulah pemimpin rumah sakit ini.

(Simatupang, 1982: 19)

Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Berita

25. “Bagaimana dengan bungkusan ini? Di dalamnya ada makanan.”

(Simatupang, 1982: 21)

Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Perintah

26. “Kau mesti marah! Mesti marah!” teriaknya. Kali ini ia melompat-lompat, akhirnya meniarap di atas ubin, sambil menangis tersedu-sedu.

(65)

Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Tanya

27. “Ayo, jawab. Mengapa Saudara tak jadi marah tadi?” Geledeknya kembali setelah dilihatnya betapa sukar aku mengambil sesuatu sikap yang layak bagiku terhadapnya pada saat itu.

(Simatupang, 1982: 16)

Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Berita

28. “Entah. Tetapi setiba dia di rumah, dia tiba-tiba demam panas. Ketika dokter yang dipanggil datang, dia meninggal.”

(Simatupang, 1982: 23)

29. “Aku tidak ingin dikasihani, tahu? Tidak mau! Kau setan, iblis, algojo!” teriaknya.

(Simatupang, 1982: 16)

Tuturan Langsung Berupa Dua Kalimat Berita dan Satu kalimat Perintah

30. “Aku tak ingin lihat Saudara. Tak ingin bicara dengan Saudara. Pergilah.” pintaku terisak. “Pergiiii!”

(Simatupang, 1982: 21)

Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Tanya

31. “Surat kabar? Surat kabar apa? Surat kabar siapa?” tanyaku berturut-turut, heran, bingung.

(66)

Tuturan Langsung Berupa Empat Kalimat Berita

32. “Pulang ke rumahnya. Semalam, tiba-tiba ia minta agar familinya datang mengambilnya pagi ini juga. Apabila ia tak diambil pulang hari ini juga, ia mengancam akan bunuh diri. ‘Juga di rumah sakit jiwa masih banyak alas an dan alat untuk bunuh diri!’ begitu dia mengancam.”

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perancangan ini dilakukan melalui perpaduan antara ilustrasi dengan narasi yang dapat membangun dan menggambarkan sebuah pesan ataupun makna yang

 Packet Loss / Error : ukuran error rate dari transmisi packet data yang diukur dalam persen.  Packet hilang (bit loss) yang biasanya dikarenakan buffer yang terbatas, urutan

Salah ristik fisik menyerap yang kecil kecil lebih rtikel yang kan bahwa NIR juga n (Blanco asi Model ng dalam ritma PLS metode pre- mlah faktor ai prediksi

Faktor yang mempengaruhi pembuatan snack adalah perbandingan bahan baku dengan terigu, pada proses blanshing berpengaruh untuk inaktifasi enzim serta terjadi

[r]

Hal ini memperlihatkan semakin lama waktu perendaman, maka senyawa aktif anti jamur yang terkandung dalam ekstrak bunga Kecombrang semakin banyak terserap dan menempel

Jumlah DNA yang dikesan pada sampel pakaian mengandungi darah, air kencing dan najis sebelum dan selepas basuhan dobi dan mesin basuh adalah seperti di dalam Jadual

 bijih adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak ( galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya diambil) mineral berharganya secara secara ekonomis, dan bijih