EFEKTIVITAS CILEGON
CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
(CCSR) DALAM
PENGELOLAAN
CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
(CSR)
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI KOTA CILEGON
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Nely Wahyu Sulasi Ningsih NIM 6661102383
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
i
Nama : Nely Wahyu Sulasi Ningsih
NIM : 6661102383
Tempat Tanggal Lahir : Serang, 26 April 1992
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS CILEGON
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CCSR) DALAM
PENGELOLAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI KOTA CILEGON TAHUN 2014” ini merupakan hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, Mei 2015
iv
SELAMA KITA MAU BERUSAHA
”
Skripsi ini kupersembahkan
untuk kedua orang tuaku
v
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya. Syukur Allhamdulillah dengan izin Allah SWT pembuatan skripsi ini dapat di selesaikan dengan judul ”EFEKTIVITAS CILEGON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CCSR) DALAM PENGELOLAAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI KOTA CILEGON TAHUN 2014”.
Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Prof. DR.H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. DR. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa .
4. Mia Dwiana W, M.I.Kom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
vi
7. Rahmawati, S.Sos, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 8. Yenni Widyastuti, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membantu dan membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi. Terima kasih Ibu atas arahan dan pembelajaran selama penyusunan skripsi ini. 9. Anis Fuad, S.Sos selaku Pembimbing Akademik peneliti. Terima kasih
Bapak atas Ilmu dan arahannya selama perkuliahan.
10. Semua Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
11. Untuk kedua orang tuaku tercinta H. Tb. Mastur, S.Pd dan Hj. Sri Aniati, S.Pd yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil. Terima kasih selalu memberikan semangat dan tak kenal lelah berdoa demi keberhasilan anaknya.
12. Terima kasih untuk sahabat AKAMSI yang selalu memberikan semangat dari awal hingga akhir dalam pembuatan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan kelas F dan G angkatan 2010 Jurusan Administrasi Negara.
vii
sebesar-besarnya apabila ada kesalahpahaman yang kurang berkenan selama penelitian. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada yang membaca. Demikian yang disampaikan, peneliti mengucapkan banyak terimkasih
Alhamdulillahirrabbil’alamiin. Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Serang, Mei 2015
viii
Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan-Perusahaan Di Kota Cilegon Tahun 2014. Pembimbing I Gandung Ismanto, S.Sos, MM ; Pembimbing II Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si.
Kata Kunci : Efektivitas, CCSR dan Pengelolaan
ix
(CSR) Management of the Companies In Cilegon at 2014. 1st Advisor Gandung Ismanto, S.Sos, MM ; 2nd Advisor Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si.
Keywords : Effectiveness, CCSR and Management
x
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... i
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR DIAGRAM ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 16
1.3 Batasan Masalah ... 16
1.4 Rumusan Masalah ... 17
1.5 Tujuan Penelitian ... 17
1.6 Manfaat Penelitian ... 17
xi
2.1.2 Efektivitas Organisasi ... 22
2.1.3 Beberapa Pendekatan Dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi ... 23
2.1.4 Konsep dan Pola Studi Efektivitas Kelompok ... 29
2.1.5 Pengertian Pengelolaan ... 31
2.1.6 Teori Organisasi Publik ... 31
2.1.7 Komunikasi Organisasi ... 35
2.1.8 Teori Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment) ... 36
2.1.9 Pembangunan ... 38
2.1.10 Mayarakat ... 38
2.1.11 Pembangunan Masyarakat ... 39
2.1.12 Prinsip Penyelenggaraan Pembangunan Masyarakat ... 39
2.1.13 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) ... 40
2.1.14 Tujuan Corporate Social Responsibility ... 43
2.2 Penelitian Terdahulu ... 44
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 47
2.4 Hipotesis Penelitian ... 50
xii
3.3 Populasi dan Sampel ... 57
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 58
3.4.1 Uji Validitas ... 59
3.4.2 Uji Reliabilitas ... 60
3.4.3 Uji T-test ... 61
3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 64
4.1.1 Gambaran Umum Tentang Profil Lembaga Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) ... 64
4.1.2 Maksud Pendirian Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) ... 65
4.1.3 Tujuan Pendirian Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) ... 65
4.1.4 Visi dan Misi Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) ... 66
4.1.5 Struktur Organisasi Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) ... 66
xiii
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik ... 104
4.3.1 Hasil Uji Validitas ... 104
4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 106
4.4 Pengujian Hipotesis ... 107
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ... 110
4.6 Pembahasan ... 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 121
5.2 Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA
xiv
Tabel 1.2 Perusahaan Yang Ikut Bergabung Dalam Program CCSR
Tahun 2011-2013 ... 12
Tabel 1.3 Perusahaan Yang Memberikan Bantuan Pada Tahun 2014 .... 14
Tabel 2.1 Kriteria Dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi ... 27
Tabel 2.2 Konstituency Organisasi ... 28
Tabel 2.3 Tipologi Organisasi Publik ... 34
Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen ... 53
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan ... 54
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 63
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen ... 105
Tabel 4.2 Reliability Statistics ... 107
xv
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Peneliti ... 49
Gambar 4.1 Struktur Organisasi CCSR ... 66
Gambar 4.2 Model Kerja CCSR ... 69
Gambar 4.3 Model I ... 69
Gambar 4.4 Model II ... 70
Gambar 4.5 Model III ... 71
xvi
Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 74 Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 75 Diagram 4.4 Tanggapan Responden Mengenai Keberadaan Lembaga Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) ... 77 Diagram 4.5 Tanggapan Responden Mengenai Sosialisasi Lembaga
Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) ... 79 Diagram 4.6 Tanggapan Responden Mengenai Ketertarikan Perusahaan
Bergabung Dengan Lembaga Cilegon Corporate
Social Responsibility (CCSR) ... 80
Diagram 4.7 Tanggapan Responden Mengenai Kewajiban Perusahaan Ikut Bergabung Dengan Lembaga Cilegon Corporate
Social Responsibility (CCSR) ... 82
Diagram 4.8 Tanggapan Responden Mengenai Perusahaannya Sudah Bergabung Atau Belum Dengan Lembaga Cilegon
Corporate Social Responsibility (CCSR) ... 83
Diagram 4.9 Tanggapan Responden Mengenai Tugas dari Lembaga
Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) ... 84 Diagram 4.10 Tanggapan Responden Mengenai Bantuan Yang
xvii
Diagram 4.12 Tanggapan Responden Mengenai Kesesuaian Keuntungan Yang Diharapkan Perusahaan ... 88 Diagram 4.13 Tanggapan Responden Mengenai Sumbangan Yang
Diberikan Dari Perusahaan ... 89 Diagram 4.14 Tanggapan Responden Mengenai Kepuasan Kinerja
Lembaga Cilegon Corporate Social Responsibility
(CCSR) ... 91 Diagram 4.15 Tanggapan Responden Mengenai Pengawasan Lembaga
Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) Pada Program Yang Dilaksanakan ... 92 Diagram 4.16 Tanggapan Responden Mengenai Keterlibatan Perusahaan
Dalam Pelaksanaan Program Kerja ... 93 Diagram 4.17 Tanggapan Responden Mengenai Kesesuaian Produk/Jasa
Yang Diberikan Perusahaan ... 94 Diagram 4.18 Tanggapan Responden Mengenai Kepercayaan
Perusahaan Terhadap Lembaga Cilegon Corporate
Social Responsibility (CCSR) ... 96
xviii
Diagram 4.21 Tanggapan Responden Mengenai Anggaran Biaya Yang Diberikan Oleh Perusahaan ... 99 Diagram 4.22 Tanggapan Responden Mengenai Anggaran Biaya
Perusahaan Yang Memadai ... 101 Diagram 4.23 Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Perusahaan
Terhadap Peraturan Walikota No 3 Tahun 2011 ... 102 Diagram 4.24 Tanggapan Responden Mengenai Upaya Mematuhi
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami peningkatan pertumbuhan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan ekonomi menandakan semakin baiknya iklim usaha di Indonesia, yang berdampak pada meningkatnya keuntungan bisnis. Selain juga bertambahnya investasi pada berbagai jenis usaha, baik yang dijalankan oleh perusahaan multinasional, nasional, maupun lokal. Keberadaan dan keterlibatan dunia usaha dalam perekonomian nasional diharapkan tidak hanya mencari keuntungan demi kelangsungan bisnis, tetapi dapat pula memainkan peranannya dalam menciptakan hubungan kerjasama yang serasi dengan pemerintah. Sebagai upaya mendukung proses pembangunan, perusahaan dapat berpartisipasi melalui penciptaan lapangan kerja, mematuhi aturan perpajakan, mendukung dan berkontribusi dalam mensukseskan program dan kebijakan pemerintah, serta melaksanakan tanggung jawab sosial pada wilayah operasinya.
kesehatan, dan kemiskinan sebagai manfaat dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Di Indonesia istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.
Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di sekitar perusahaan. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif dan kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, partial, dan tidak lembaga. CSR tataran ini hanya sekedar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan yang melakukannya termasuk
dalam katagori “perusahaan impresif”, yang lebih mementingkan promosi
Banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan karitatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan sustainable development. Prinsip-prinsip good corporate governance, seperti
fairness, transparency, acountability, dan responsibility kemudian menjadi
pijakan untuk mengukur keberhasilan program CSR. Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan need assessment. Mulai dari pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, social forestry, penakaran kupu-kupu, pemberian beasiswa, penyuluhan
HIV/AIDS, penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat dan yang lainnya. CSR pada tataran ini tidak sekedar do good dan to look good, melainkan pula to make good, menciptakan kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan di Banten dapat ditingkatkan dengan melibatkan dunia usaha baik BUMN, BUMD, dunia swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Karena semua sektor dalam pembangunan dapat didanai
Filosopi dari pengembangan CSR dalam konteks pembangunan daerah adalah untuk mensinergikan program CSR dengan program pembangunan daerah. Program CSR diarahkan untuk menjadi salah satu program akselelator pembangunan, khususnya untuk menangani masalah pembangunan di hal-hal mendasar yakni terkait dengan kemanusiaan, lingkungan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan.
Pensinergian program CSR dengan Program Pembangunan Daerah, dampaknya akan sangat besar, mengingat besaran investasi sosialnya yang akan semakin besar dan semakin efektif apabila bisa disinergiskan program kerja CSR-nya. Dampak nyata adalah akan dapat dipercepat penyelesaian persoalan-persoalan mendasar di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Lebih jauh adalah berimplikasi terhadap terjadinya peningkatan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pada prakteknya aktivitas CSR dunia usaha itu sudah dilakukan oleh sebagian perusahaan, dengan berbagai pola dan mekanisme yang bervariasi dalam pelaksanaannya, termasuk mengkoordinasikan dengan pihak Pemerintah Kabupaten/Kota. Namun sejauh ini, belum ada Pemerintah Kabupaten/Kota yang secara terstruktur mencoba untuk mensinkronkan program pembangunan dengan program CSR dunia usaha.
kualitas kehidupan para pemangku kepentingan. Sehingga banyak perusahaan yang mengalokasikan dana begitu besar untuk dialokasikan program CSR.
Corporate Social Responsibily merupakan program yang dilakukan
setiap perusahaan yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Swasta Nasional, dan Swasta Asing. Payung hukum BUMN dalam menjalankan program CSR adalah Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Sedangkan swasta nasional dan swasta asing menyebutnya dengan program Corporate Social Responsibility. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 2 menyebutkan salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Wujud dari pelaksanaan Pasal 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tersebut adalah dilaksanakannya PKBL oleh seluruh BUMN. Dari perspektif bisnis, PKBL merupakan wujud kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR).
Program Kemitraan adalah program pemberdayaan usaha mikro dan/atau usaha kecil yang dilakukan BUMN dalam bentuk pemberian pinjaman dalam rangka perkuatan modal usaha yang disertai dengan kegiatan pendampingan. Kegiatan pendampingan diberikan dalam bentuk bantuan manajerial, bantuan produksi dan bantuan pemasaran. Program Bina Lingkungan merupakan bantuan Bina Lingkungan disalurkan dalam bentuk bantuan bagi korban bencana alam, bantuan pendidikan/pelatihan, bantuan kesehatan, bantuan perbaikan prasarana/sarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam dan BUMN Peduli.
Kelompok masyarakat atau pihak yang terkait dampak operasional perusahaan dikenal dengan istilah stakeholders. Menurut Freeman (1984) definisi stakeholders merupakan individu atau kelompok yang bisa mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya. Tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja, tetapi juga terhadap stakeholders yang terkait dan/atau terkena dampak operasional perusahaan (Utama, 2010). Keberadaan perusahaan selain untuk memaksimumkan kekayaan pemilik perusahaan/pemegang saham, namun juga untuk melayani kepentingan stakeholders perusahaan, seperti karyawan, pemasok, pemerintah, dan
masyarakat.
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam hal ini tidak semata masyarakat dalam arti umum melainkan juga dunia usaha.
Agar terwujudnya CSR yang terintegrasi, diperlukan komitmen dalam bentuk kemitraan antar stakeholders, khususnya antara pemerintah dan perusahaan. Sebagaimana diungkapkan Tenyson dalam Utama (2010), kemitraan merupakan kesepakatan antar sektor dimana individu, kelompok atau organisasi sepakat bekerjasama untuk memenuhi sebuah kewajiban atau melaksanakan kegiatan tertentu, bersama-sama menanggung resiko maupun keuntungan dan secara berkala meninjau kembali hubungan kerjasama. Dalam proses kemitraan, terdapat prinsip dasar yang harus dilaksanakan, yaitu: kesetaraan atau keseimbangan (equity), transparansi, dan saling menguntungkan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal Corporate Social Responsibility (CSR), telah mengalami perubahan pola yang diadaptasikan
Kota Cilegon selama ini dikenal sebagai salah satu kawasan industri di Provinsi Banten dengan industri yang bergerak di berbagai sektor. Contohnya PT. Krakatau Steel, PT. Krakatau Posco, PT. Indonesia Power, PT. Chandra Asri, dan sebagainya. Ini merupakan peluang peningkatan perekonomian Kota Cilegon dimana keberadaan industri-industri tersebut juga dapat memberikan kontribusi bagi pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) di wilayah yang bila dioptimalkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, disamping pemerataan pembangunan infrastruktur dan sarana.
Upaya mewujudkan masyarakat Cilegon sejahtera, tidak mampu dipenuhi secara tunggal oleh Pemerintah Kota Cilegon, oleh karena itu Pemerintah Kota berupaya melibatkan pihak perusahaan dengan mensinergikan program yang beririsan, sehingga diharapkan akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat segera tercapai.
Di Kota Cilegon Provinsi Banten, terdapat Lembaga pengelola CSR dengan nama Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR). Kelembagaan CCSR dibentuk berdasarkan Keputusan Peraturan Walikota Cilegon No 3 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Cilegon Corporate Social Responsbility (CCSR). Atas dasar Keputusan Peraturan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Cilegon. Maksud pendirian CCSR adalah sebagai mitra pemerintah dan dunia usaha dalam rangka implementasi CSR dari perusahaan-perusahaan yang terdapat di Kota Cilegon.
Di Provinsi Banten ini Kota Cilegon adalah Kota yang pertama kali melaksanakan program CSR. Tetapi sekarang ini Kabupaten Serang, Provinsi Banten dan Kota Tangerang Selatan pun sudah ada program CSR. Terdapat beberapa perusahaan yang telah mensinergikan program CSR, diantaranya PT. Buana Centra Swakarsa (BCS), PT. Krakatau Steel (KS), PT. Chandra Asri, PT. BNI 46, PT. Amoco Mitsui Indonesia, PT. Pelabuhan Cigading Mandiri (PCM), PT. Bayer Indonesia, PT. Oil Tanking Merak, PT. Indonesia Power, dan PT. Bank Jabar Banten (BJB).
Implementasi Perwal diterapkan dalam bentuk kepengurusan, Perwal memberikan program kerja, RUPD (Rapat Umum Pemegang Dana) dan lain-lain. Program yang sudah dilaksanakan tersebut seperti jamanisasi, rumah tidak layak huni, bank sampah, kacamata dan lain sebagainya. Di dalam implementasi Perwal tidak ada permasalahan, hanya saja CSR yang dilaksanakan belum menggunakan Perda karena Perda No 10 Tahun 2012 masih direvisi sampai sekarang.
Kelurahan, Kecamatan Cilegon memiliki 5 Kelurahan, Kecamatan Citangkil memiliki 7 Kelurahan, Kecamatan Ciwandan memiliki 6 Kelurahan, Kecamatan Grogol memiliki 4 Kelurahan, Kecamatan Jombang memiliki 5 Kelurahan, Kecamatan Pulo Merak memiliki 4 Kelurahan, dan Kecamatan Purwakarta memiliki 6 Kelurahan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1
Daftar Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Cilegon
Jombang Jombang Wetan
Panggung Rawi
Berdasarkan Kecamatan di Kota Cilegon, seluruh Kecamatan membutuhkan bantuan CSR dan seluruh Kecamatan telah mendapatkan bantuan walaupun belum semuanya merata. Tetapi yang lebih di prioritaskan adalah Kecamatan yang mempunyai perusahaan yang telah memberikan bantuan.
Tabel 1.2
Perusahaan Yang Ikut Bergabung Dalam Program CCSR Dan Bantuan Yang Diberikan Pada Tahun 2011-2013
TAHUN
PROGRAM
KEGIATAN TARGET PROGRESS SPONSOR
2011 1. Buku Paket SMP/SMA/SMK 2. Pemberdayaan Ekonomi
Berbasis Kecamatan
3. Pemugaran Rumah Tidak
Layak Huni /Semenisasi
450 RTS 10 RTS PT.Krakatau Steel PT.Askes
4. Bank Sampah 8 Kecamatan 3 Kecamatan PT.Chandra Asri 5. Bantuan Kacamata Untuk
Siswa SD
150 Orang 120 Orang PT.Indonesia Power PT.Chandra Asri 6. Jamkesda (Cuci Darah) 13 orang 13 orang Bank BJB
(Sumber: Lembaga CCSR, 2014)
KEGIATAN SPONSOR TARGET PROGRESS
1 Jamban keluarga PT.Krakatau Steel PT.Chandra Asri Bank BJB
PT.Indonesia Power
300 RTS 209 RTS
2 Listrik masuk desa PT. Indonesia Power 300 RTS 300 RTS 3 Pemugaran Rumah Tidak
Layak Huni /Semenisasi 5 Bantuan Kacamata Untuk
Siswa SD
ini CCSR menawarkan beberapa proposal kegiatan CSR kepada korporasi. Secara lengkap dalam model ini, pada awalnya masyarakat mengajukan proposal kepada CCSR, lalu CCSR akan memilih proposal yang paling layak atau paling baik untuk dilaksanakan. Setelah ditentukan proposal mana saja yang layak didanai, maka CCSR akan membawa proposal tersebut ke korporasi untuk didanai.
Dari latar belakang yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti mengambil judul “EFEKTIVITAS CILEGON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CCSR) DALAM PENGELOLAAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI KOTA CILEGON TAHUN 2014”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, untuk memudahkan dan mengarahkan pembahasan maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan jumlah perusahaan yang mengikuti program CCSR setiap tahunnya.
2. Anggota pelaksana tidak bertambah setiap tahunnya. 3. Pengelolaan program CSR tidak transparan.
1.3 Batasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi serta batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu “Seberapa besar tingkat efektivitas pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan di Kota Cilegon tahun 2014?”
1.5 Tujuan Penelitian
Dari identifikasi masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) dalam pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan di Kota Cilegon tahun 2014.
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat, yaitu manfaat Teoritis dan manfaat Praktis.
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Memperbanyak khasanah ilmu pengetahuan dalam dunia akademis.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat serta kelestarian fungsi lingkungan hidup di wilayah Kota Cilegon.
2. Dapat terlaksana dengan baik bila terjalin hubungan sinergis antara pemerintah daerah dengan para pelaku dunia usaha dan masyarakat.
3. Bahwa para pelaku dunia usaha memperoleh kemudahan dan perlindungan dalam berusaha serta diberi kesempatan yang lebih luas berperan serta dalam pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat dan pelestarian lingkungan dalam segala aspeknya.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang gambaran penelitian yang dilakukan, sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakan penelitian. Kemudian terdapat juga kegunaan penelitian yang menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari penelitian yang akan diteliti, dan yang terakhir yaitu sistematika penulisan yang menjelaskan dari bab ke bab yang ada dalam penelitian.
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Pada BAB II yaitu tinjauan pustaka, kerangka pemikiran dan asumsi dasar penelitian. Penelitian terdiri dari deskripsi teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian sehingga dapat digunakan untuk merumuskan asumsi dasar, kerangka berfikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari teori. Sedangkan asumsi dasar yaitu jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti dan akan diuji kebenarannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian mencakup deskripsi objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, sturuktur organisasi dari objek yang diteliti, serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Selain itu juga mencakup deskripsi data yang menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan teknik analisa data relevan. Kemudian dalam bab ini juga terdapat interprestasi hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisa data.
BAB V PENUTUP
Bab ini terbagi ke dalam dua bagian yaitu, bagian kesimpulan dan saran. Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari analisis dan pembahasan yang dipaparkan sebelumnya, sedangkan pada bagian saran akan dikemukakan saran dari peneliti yang akan memberikan solusi.
DAFTAR PUSTAKA
21 2.1Deskripsi Teori
Deskripsi teori digunakan untuk memperkuat uraian sebelumnya. Pada bab ini, peneliti menggunakan beberapa teori untuk mendukung masalah dalam penelitian. Penggunaan teori merupakan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan serta alat yang tepat untuk memperingan pekerjaan.
Teori berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Maka dari itu, pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan Efektivitas Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) Dalam Pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan-Perusahaan Di Kota Cilegon Tahun 2014.
2.1.1 Pengertian Efektivitas
menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.
Selain itu efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tepat untuk mencapai tujuan. Sehingga efektivitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas yaitu mengarah kepada mencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Dalam konsep efektivitas, unsur yang penting adalah pencapaian tujuan yang sesuai dengan apa yang telah disepakati secara maksimal, tujuan merupakan harapan yang dicita-citakan atau suatu kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh serangkaian proses.
2.1.2 Efektivitas Organisasi
Setiap organisasi akan berusaha menjadikan organisasinya berjalan lancar sehingga sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Etzioni, efektivias organisasi adalah tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasarannya. (Lubis dan Huseini, 1987).
2.1.3 Beberapa pendekatan dalam pengukuran efektivitas organisasi : Gambar 2.1
Pendekatan Dalam Pengukuran Efektivitas
(Sumber: Lubis dan Husaini : 1987)
1. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)
a. Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan organisasi dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya.
b. Jadi pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai ketebukaan sistem organisasi terhadap lingkungannya.
LINGKUNGAN
Pendekatan Pendekatan Pendekatan
Sumber Proses Sasaran
INPUT SUMBER
Organisasi Kegiatan dan Proses
Internal OUTPUT
c. Efektivitas organisasi menurut pendekatan ini adalah tingkat keberhasilan organisasi dalam memanfaatkan lingkungannya untuk memperoleh berbagai jenis sumber yang bersifat langka maupun yang nilainya tinggi.
d. Secara luas, pendekatan sumber mempergunakan beberapa dimensi berikut untuk mengukur efektivitas organisasi:
a) Kemampuan organisasi memperoleh berbagai jenis sumber yang bersifat langka dan tinggi nilainya.
b) Kemapuan para pengambil keputusan dalam organisasi untuk mengintepretasikan sifat-sifat lingkungan secara cepat.
c) Kemampuan organisasi menghasilkan output tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang berhasil diperoleh.
d) Kemampuan organisasi dalam memelihara kegiatan operasionalnya sehari-hari.
e) Kemampuan organisasi untuk berinteraksi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. (Cunningham, 1978) 2. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)
a. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan organisasi, tetapi memusatkan perhatian kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi yang menggambarkan kondisi kesah atau organisasi.
kegiatan masing-masing bagian terkordinasi secara baik dengan produktivitas yang tinggi.
c. Berbagai kemampuan yang dapat menunjukan efektivitas organisasi ditunjukkan kepada daftar berikut ini :
1) Perhatian atasan terhadap karyawan
2) Semangat, bekerjasama dan loyalitas kelompok kerja.
3) Saling percaya dan komunikasi antara karyawan dengan pimpinan.
4) Desentralisasi dalam pengambilan keputusan.
5) Adanya komunikasi pertikal dan horizontal yang lancar dalam organiasai.
6) Adanya usaha dari setiap individu maupun keseluruhan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. 7) Adanya sistem imbalan yang merangsang pimpinan untuk
mengusahakan terciptanya kelompok-kelompok kerja yang efektif serta performansi dan pengembangan karyawan.
8) Organisasi dan bagian-bagian bekerjasama secara baik, dalam konflik yang terjadi selalu diselesaikan dengan acuan kepentingan organisasi. (Cunningham, 1978).
3. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)
demikian pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapainya.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengukuran efektivitas organisasi dengan pendekatan sasaran ini :
1) Adanya macam output :
a) Macam-macam output ini menyebabkan sulit dilakukan pengukuran.
b) Lebih sulit lagi bila ada sasaran organisasi yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya.
2) Adanya subjektivitas dalam penilaian :
a) Sulitnya mengidentifikasikan sasaran organisasi yang sebenarnya sehingga penentuan sasaran menjadi subjektif. b) Disamping itu, adakalanya sasaran organisasi yang secara
resmi tertulis berbeda dengan sasaran sebenarnya dalam pengelolaan organisasi.
c) Sulitnya mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai sasarannya.
3) Pengaruh kontekstual :
a) Lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen kontektual berpengaruh terhadap performansi organisasi.
c) Karena itu, perbedaan karakteristik faktor kontekstual ini perlu diperhatikan apabila kita bermaksud mengukur efektivitas beberapa organisasi yang terdapat pada lingkungan yang berbeda (seperti perbedaan mutu tenaga kerja kemudahan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan, peraturan pemerintah, dan sebagainya).
Ada 14 indikator yang paling sering digunakan oleh para peneliti dalam melakukan pengukuran efektivitas organisasi yang dinyatakan dengan frekuensi penggunaannya. Adapun frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1
Kriteria Dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi
Kriteria Frekuensi Pengguanaan
(kali) 1. Adaptabilitas dan fleksibiltas
organisasi 2. Produktivitas 3. Kepuasan karyawan 4. Tingkat keuntungan
5. Keberhasilan memperoleh sumber. 6. Keberhasilan dari rasa tertekan
11. Pertumbuhan organisasi 12. Integrasi dalam organisasi 13. Keterbukaan komunikasi
4. Pendekatan Integratif dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi
Salah satunya adalah pendekatan konstituency merupakan pendekatan dalam pengukuran efektivitas yang mencoba memandang keseluruhan kegiatan yang dilakukan pada suatu organisasi (Connolly et al., 1980).
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada konstituency organisasi yaitu berbagai kelompok di dalam atau di luar organisasi yang mempunyai kepentingan terhadap performansi organisasi dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2
Konstituency Organisasi
Konstituency Kriteria Efektivitas
1. Pemilik Perusahaan 2. Karyawan
3. Konsumen atau pelanggan 4. Pemberi pinjaman
5. Lingkungan/komunitas 6. Leveransir
7. Pemerintah
Tingkat keuntungan
2.1.4 Konsep dan Pola Studi Efektivitas Kelompok
Kajian tentang faktor penentu efektivitas kelompok mengacu kepada dua kepentingan. Pertama, kepentingan teoritis. Kedua, kepentingan praktis. Kepentingan teoritis dimaksudkan untuk memperoleh tilikan yang mendalam tentang fungsi kelompok, baik bagi anggota maupun bagi masyarakat. Kepentingan praktis dimaksudkan untuk memperoleh masukan tentang produktivitas, efisiensi, dan kebaikan-kebaikan lain dari anggota kelompok. Kajian teoritis-praktis dimaksudkan untuk memperoleh tilikan yang komprehensif dan mendalam tentang fungsi kelompok bagi produktivitas, efisiensi, dan kebaikan-kebaikan lain dari anggota kelompok.
Namun demikian fungsi kelompok bagi produktivitas, efisiensi dan efektivitas rumit adanya. Kerumitan itu disebabkan karena kelompok itu sendiri rumit dan anggotanya bervariasi. Ukuran produktivitas, efisiensi dan efektivitas kelompok itu sendiri berbeda masing-masing kelompok, apalagi menurut anggotanya.
Studi tentang efektivitas kelompok bertolak dari telaah terhadap variabel-variabel (konsep yang mempunyai variasi nilai) yang mempengaruhi efektivitas kelompok. Variabel dimaksud meliputi variabel bebas, variabel terikat dan variabel perantara. (Sudarman Danim, 2004)
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (pengelola) bersifat given pada kelompok. Variabel-variabel bebas dapat berbentuk :
a) Struktur, yaitu ukuran atau besarnya kelompok dan komposisi individu di dalam kelompok itu.
b) Tugas, yaitu tugas dan tingkat kesulitan atau bobot tugas dan lain-lain. c) Lingkungan, yaitu keadaan fisik kelompok, tempat kerja dan lain-lain. d) Pemenuhan kebutuhan, yaitu kebutuhan fisik kelompok, kebutuhan di
tempat kerja dan lain-lain. 2. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang dikelola adalah variabel yang dipengaruhi atau dapat diikat oleh variabel lain, terutama variabel bebas. Kita dapat melakukan pengukuran tentang efektivitas kelompok sebagai variabel terikat.
3. Variabel Perantara
2.1.5 Pegertian Pengelolaan
Pengertian pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari dari prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah (1) proses, cara, perbuatan mengelola; (2) proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain; (3) proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; (4) proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Jadi pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian keputusan tentang pemanfaatan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan.
2.1.6 Teori Organisasi Publik
Secara harifah organisasi berasal dari bahasa Yunani “organom” yang
alat bantu manusia. Jadi, ketika seseorang mendirikan sebuah organisasi, tujuan akhirnya bukan organisasi itu sendiri melainkan agar ia dan semua orang yang terlibat di dalamnya dapat mencapai tujuan lain lebih mudah dan lebih efektif.
Stephen Robbin (2007:5) mendefinisikan organisasi sebagai berikut :
“Organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka
waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama
atau satu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Terdapat keidentikan pendefinisan para pakar tentang organisasi, berikut merupakan pendefinisian tersebut :
Menurut James D Mooney ”Organization is the form of every human
association for the attainment of common purpose”. Maksudnya, organisasi adalah sebagai bentuk perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan
utama. Sedangkan menurut John D Millet “Organization is the structural
framework within wich the work of many individuals is carried and for
realization of common purpose.” Maksudnya, organisasi adalah sebagai kerangka struktur dimana pekerjaan dari beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Herbert A Simon dalam Ilmu Administrasi Publik (1997:51) mengatakan bahwa “Organization is the complex pattern of communication and other relation in a groups of human
being.” Maksudnya, organisasi sebagai pola komunikasi yang lengkap dengan hubungan-hubungan orang lain di dalam suatu kelompok orang-orang.
“Publik sering dipahami sebagai segala sesuatu yang berhubungan
dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik (masyarakat) yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dalam hukum.”
Publik juga dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan bersama.
Organisasi yang terbesar adalah organisasi yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara yang disebut dengan organisasi publik. Pengertian organisasi publik bermula dari konsep barang publik (public goods), yaitu adanya produk-produk tertentu berupa barang dan jasa yang tidak dapat dipenuhi dengan mekanisme pasar yang dilakukan individu-individu. Konsep ini menunjukkan adanya produk-produk yang bersifat kolektif dan harus diupayakan secara kolektif pula. Ada beberapa bidang yang bersifat kolektif dimana organisasi publik memainkan peranannya, antara lain penegakan hukum, pelayanan kesehatan, pendidikan, keamanan nasional, jasa transportasi, dan sebagainya.
Menurut Stewart (2009) mengemukakan 13 karakteristik organisasi publik, diantaranya:
1. Target atau sasaran yang tidak terdefinisi secara jelas.
2. Harapan-harapan yang beragam dan acapkali bersifat artifical dan politis. 3. Tuntutan dari berbagai pihak yang berbeda.
4. Tuntutan dari badan-badan yang mengucurkan anggaran.
5. Panerima jasa, yaitu masyarakat, tidak memberikan kontribusi secara langsung melainkan melalui mekanisme pajak.
6. Sumber anggaran yang berbeda-beda.
7. Anggaran yang diterima mendahului pelayanan yang diberikan. 8. Ada pengaruh dari perubahan politik.
11. Larangan atau pembatasan untuk melakukan usaha-usaha yang menghasilkan laba.
12. Larangan atau pembatasan untuk menggunakan anggaran diluar tujuan yang secara formal telah ditetapkan.
13. Tingkat sensitivitas terhadap tekanan kelompok masyarakat.
Sorensen (2009:46) membagi organisasi dalam empat kategori : Tabel 2.3 (Sumber: Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humainika. Hlm 46)
Organisasi kategori “a” adalah organisasi publik yang memiliki
berbagai tujuan yang terdefinisi secara jelas serta hubungan sebab akibat yang diketahui dengan pasti dalam memproduksi public goods yang diberikan kepadanya, contohnya yang terdapat pada BUMN/BUMD. Organisasi publik
kategori “b” adalah organisasi-organisasi publik dimana tujuan yang harus dicapai cukup jelas, akan tetapi hubungan sebab akibat dalam proses operasionalnya tidak diketahui dengan pasti. Contohnya adalah organisasi-organisasi publik yang menangani masalah pendidikan.
Organisasi publik kategori “c” adalah organisasi dimana tujuan
organisasi dapat ditentukan secara pasti, contohnya rumah sakit, Bea Cukai, perpajakan dan lain-lain. Organisasi publik kategori “d” adalah organisasi publik dimana tujuan organisasi maupun hubungan sebab akibat operasionalnya tidak dapat ditentukan secara jelas, contohnya adalah kepolisian, ABRI, dan lain-lain.
Organisasi sektor publik bukan semata-mata organisasi sosial yang non profit oriented karena terdapat organisasi organisasi sektor publik yang bertipe
quasi non profit. Quasi non profit bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan motif surplus (laba) agar terjadi keberlangsungan organisasi dan memberikan kontribusi pendapatan negara atau daerah, misalnya BUMN dan BUMD. Jadi organisasi publik adalah organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang dan jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum.
2.1.7 Komunikasi Organisasi
dalam organisasi bisa diperkecil dan dikurangi yang pada akhirnya bisa mengurangi konflik.
Wayne Pace dan Don Faules (2008:5) mengklasifikasi definisi komunikasi organisasi menjadi dua. Pertama definisi fungsional organisasi yaitu sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Dan yang kedua definisi interpretatif komunikasi organisasi cenderung menekankan pada kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional.
Goldhaber (2004:67) memberi definisi organisasi yaitu proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Oleh karena itu pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan komunikasinya.
2.1.8 Teori Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment)
Chambers (1997) mengatakan :
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable.”
Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain Friedman menyebutkan : alternative development, yang menghendaki “inclusive democracy, appropriate, economic growth, gender quality and intergenerational
equality.”
Menurut Ginanjar Kartasasmita (1997) upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Dalam hal ini setiap masyarakat mempunyai potensi dalam diri masing-masing.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Potensi yang dimiliki masyarakat harus lebih dikembangkan supaya kehidupan mereka menjadi lebih sejahtera.
3. Memberdayakan mengandung arti pula melindungi. Dalam hal ini perusahaan memberikan bantuan serta mengadakan program-program untuk masyarakat bukan berat masyarakat bukan berarti masyarakat tergantung kepada perusahaan. Perusahaan hanya menyediakan selebihnya masyarakat yang harus berusaha sendiri membangun kehidupannya menjadi lebih baik, sehingga dengan begitu mereka akan menjadi masyarakat yang mandiri.
itu berbagai input seperti dana, sarana dan prasarana yang dialokasikan kepada masyarakat melalui berbagai program pembangunan harus ditempatkan sebagai rangsangan untuk memacu percepatan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Proses ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui pemupukan modal yang bersumber dari surplus yang dihasilkan dan pada gilirannya dapat menciptakan pendapatan yang dinikmati oleh rakyat. Proses transformasi itu harus digerakkan oleh masyarakat sendiri.
2.1.9 Pembangunan
Menurut Saul M. Katz dalam Riggs, ed, menyatakan bahwa pembangunan merupakan perubahan besar-besaran suatu bangsa dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Michael Todaro melalui tiga konsep dalam tujuan pembangunan : kebutuhan hidup (pertumbuhan ekonomi), kebebasan memilih (perubahan sosial), dan harga diri (nilai etik).
2.1.10 Masyarakat
Menurut Taliziduhu (1990:49), masyarakat di dalam konteks pembangunan masyarakat adalah masyarakat dalam arti community yang dapat juga di Indonesiakan menjadi komunitas. Soekanto menyatakan masyarakat merupakan suatu kelompok baik besar maupun kecil yang anggotanya hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Kriteria yang utama bagi adanya suatu masyarakat adalah adanya social relationship antara anggota-anggota kelompok tersebut.
2.1.11 Pembangunan Masyarakat
Pembangunan masyarakat adalah suatu gerakan untuk menciptakan tingkat kehidupan yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat dengan melibatkan peran serta nyata dari mereka. Dari batasan pengertian tersebut diatas terlihat bahwa dalam pembangunan masyarakat terkandung tiga hal, yaitu :
1. Adanya suatu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anggota masyarakat. 2. Kegiatan tersebut mempunyai tujuan, yaitu menciptakan tingkat kehidupan
yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
3. Kegiatan tersebut sangat diperlukan adanya peran serta nyata dari seluruh anggota masyarakat.
2.1.12 Prinsip Penyelenggaraan Pembangunan Masyarakat
Menurut Siagian (1983:30) sedikitnya ada 10 prinsip dalam penyelenggaraan pembangunan masyarakat, yaitu :
3. Keseimbangan 4. Kontinuitas
5. Pendekatan kesisteman
6. Mengandalkan kekuatan sendiri 7. Kejelasan strategi dasar
8. Skala prioritas yang jelas dan bersifat luwes 9. Kelestarian ekologi
10. Pemerataan disertai pertumbuhan
2.1.13 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Perusahaan selalu punya kewajiban kepada masyarakat tempat mereka beroperasi. Tetapi, tinjauan historis dalam tempat lain di dalam menunjukkan bahwa banyak perusahaan harus dipaksa untuk memenuhi kewajiban ini. Para ahli sejarah memperdebatkan kapan tanggung jawab sosial ini muncul di dunia korporat. Salah satu pendapat mengatakan kewajiban yang diharapkan perusahaan dewasa ini mungkin di mulai pada 1960-an dengan periode protes dan pemberdayaan (1965-1985) pada pemenuhan tuntutan publik kepada perusahaan.
Publik Corporate Social Responsibility (CSR) yang diintegrasi ke dalam manajemen organisasi berpengaruh terhadap praktik community relations yang dijalankan organisasi. Menjalin hubungan baik dengan
lingkungan sekitar tidak cukup hanya dengan kegiatan-kegiatan filantropis. Organisasi dengan komunitasnya dapat membangun kemitraan melalui kegiatan pengembangan masyarakat (community development).
“Pengembangan masyarakat merupakan upaya pemberdayaan masyarakat
adalah partisipan sekaligus pemetik manfaat (beneficiaries) dari pembangunan.
CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) adalah bentuk kegiatan community relations, yaitu hubungan baik dengan para komunitas sekitar
organisasi/perusahaan. CSR pada era 1970-an dan 1980-an pada dasarnya tidak begitu peduli terhadap sebagian besar komunitas lokal yang pola hidupnya sangat jauh berbeda dengan komunitas perusahaan. Hal ini banyak disebabkan, karena perusahaan lebih menggunakan aturan-aturan yang ada dalam komunitas lokal dan harus mengikuti aturan-aturan nasional. Pada perkembangan selanjutnya, CSR pada era 1990-an sampai sekarang mulai menampakkan adanya kepedulian terhadap komunitas sekitarnya, dan hal ini banyak disebabkan oleh adanya tekanan komunitas-komunitas sekitar perusahaan untuk diadakan konsultasi pada setiap proses perusahaan. Perusahaan diwajibkan untuk selalu mengikuti perkembangan sosial komunitas sekitar.
Pada masa sekarang, keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh adanya perhatian teradap lingkungan sosial sekitar. Artinya bahwa sukses komersial perusahaan dilihat juga dari bagaimana perusahaan mengelola CSR terhadap komunitas di sekitar daerah operasinya.
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam pasal 74 ayat 1 disebutkan bahwa Perseroan diartikan sebagai Perseroan Terbatas yang menjalankan usaha dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan, namun tidak dijelaskan apakah tanggung jawab yang sama juga diwaibkan bagi entitas usaha yang tidak berbentuk Perseroan Terbatas. Sehingga, hal ini dapat menimbulkan penafsiran bahwa entitas yang tidak berbentuk Perseroan Terbatas tidak diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Menurut Magnan & Ferrel (2004) Corporate Social Responsibility
(CSR) sebagai “A business acts in socially responsible manner when it’s decision and account for and balance diverse stake holder interest.”
Definisi ini menekankan kepada perlunya memberikan secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.
ekonomi sekaligus memperbaiki mutu hidup angkatan kerja dan keluarganya serta komunitas local serta masyarakat keseluruhan.
Pilar dasar definisi Natufe itu mencakup : 1. Mendorong kesejahteraan ekonomi. 2. Perbaikan lingkungan.
3. Tanggung jawab sosial.
2.1.14 Tujuan Corporate Social Responsibility
Dalam bisnis apapun, yang diharapkan adalah keberlanjutan dan kestabilan usaha, karena keberlanjutan akan mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya bagi perusahaan. Setidaknya terdapat tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha harus merespon CSR agar sejalan dengan jaminan keberlanjutan operasional perusahaan, sebagaimana dikemukakan Wibisono (2007).
Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam satu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping sebagai kompensasi sosial karena timbul ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat.
positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan.
Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindarkan konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dari dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan structural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Kajian di dalam penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya Uliviana pada tahun 2010 yang diambil dari skripsi yang
berjudul ”Strategi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Cilegon Fabricators”, dengan pendekatan kualitatif. Program Corporate Social Responsibility (CSR) suatu bentuk tanggung jawab yang dilakukan
oleh sebuah perusahaan kepada komunitas dan juga lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan pada tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap dampak. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode evaluatif dengan pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah wawancara, observasi langsung serta dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan informan sebanyak sebelas orang dengan sampel purposife. Teori yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan model PII Cutlip, Center and Broom.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi kegiatan khitanan masal tahun 2007, pada tahap evaluasi persiapan yang dilakukan pengajuan proposal ke pihak management sebagai bentuk kepedulian sekaligus perayaan hari ulang tahun PT Cilegon Fabricators yang melibatkan tiga desa dengan kouta sebanyak 73 peserta. Evaluasi tahap implementasi menunjukan bahwa penggunaan media lisan dan media tertulis dalam penyebaran pesan tercapai dengan antusias warga yang datang dan dengan adanya penggolongan khalayak efektif dan khalayak potensial yang hadir dalak kegiatan. Evaluasi pada tahap dampak adalah masyarakat senang dan anak-anak mereka tumbuh menjadi baik dan sehat serta menginginkan kembali kegiatan khitan tahun berikutnya.
membantu jalanya program dan kegiatan Corporate Social Responsibility berikutnya, HRD PT Cilegon Fabricators dalam merencanakan program dan kegiatan berikutnya harus disesuaikan dengan kebutuhan warga sekitar, mendorong dan memberikan acuan pada perusahaan lain untuk melakukan evaluasi terhadap program dan kegiatan apapun.
Ada pula penelitian skripsi terdahulu yang dilakukan oleh Marina
tahun 2012 yang berjudul “Efektivitas Program Corporate Social
Responsibility PT. Krakatau Steel di Kecamatan Citangkil”, dengan pendekatan kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas CSR di PT. Krakatau Steel Kecamatan Ciangkil. Dengan fokus penelitian apakah efektivitas program CSR di PT. Krakatau Steel Kecamatan Citangkil sudah berjalan dengan baik.
efektivitas program Corporate Social Responsibility (CSR) di PT. Krakatau Steel Kecamatan Citangkil.
Sedangkan yang peneliti lakukan adalah berfokus pada efektivitas CCSR dalam pengelolaan CSR perusahaan-perusahaan di Kota Cilegon tahun 2014. Adapun persamaan skripsi peneliti dengan skripsi tedahulu adalah sama-sama meneliti tentang Corporate Social Responsibility (CSR), dan perbedaannya adalah ada pada letak fokusnya yaitu penelitian terdahulu di PT. Krakatau Steel dan PT. Cilegon Fabricators, sedangkan penelitian peneliti di Lembaga Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) dan pendekatan yang digunakan pendekatan penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kuantitatif.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka berfikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolak ukur yang mudah adalah apakah kita telah memahami pemahaman yang paling mendasar tersebut , atau pertanyaan sebelum itu apakah kita mengetahui pemahaman yang mendasari pemahaman-pemahaman selanjutnya. Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah penting (Sugiyono, 2005:65).
dikemukakan oleh para ahli serta acuan-acuan lain yang dianggap relevan dengan judul penelitian ini. Kelembagaan CCSR dibentuk berdasarkan Keputusan Peraturan Walikota Cilegon No 3 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Cilegon Corporate Social Responsbility (CCSR). Atas dasar Keputusan Peraturan Walikota dibuatlah
Peraturan Daerah Kota Cilegon No 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen perseroan untuk berperan secara aktif dalam pengembangan, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Untuk mengelola tanggung jawab sosial perusahaan maka diperlukan suatu lembaga mandiri yang selanjutnya disebut badan pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan yang secara profesional menyelenggarakan komitmen perusahaan untuk bekerjasama dengan pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Dengan adanya pengelolaan atas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Kota Cilegon perhatian atas relasi antara perusahaan dengan kepentingan sosial masyarakat atau komunitas lainnya akan menjadi lebih baik serta sesuai dengan amanah dalam berbagai peraturan perundang-undangan serta norma-norma yang berlaku.
tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendakinya. Selanjutnya efektivitas harus dinilai ataus tujuan yang biasa dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai. Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu :
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir Peneliti
(Sumber: Peneliti, 2015) Identifikasi Masalah :
1. Ketidakstabilan perusahaan dalam mengikuti program CCSR setiap tahunnya.
2. Anggota pelaksana tidak bertambah setiap tahunnya.
3. Pengelolaan program CSR tidak transparan.
Efektivitas Organisasi : 1. Tingkat keuntungan dan
sumbangan/partisipasi perusahaan terhadap kegiatan organisasi
2. Kepuasan kinerja, besarnya imbalan dan sistem
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:64), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum menjadi jawaban yang empiris.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hipotesis deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif. Adapun, hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Ha : Efektivitas Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) dalam
pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan di Kota Cilegon tahun 2014 paling rendah 60%.
Sedangkan, pernyataan hipotesis dalam penelitian ini secara lebih jelas dirumuskan sebagai berikut:
1. Ho : µ ≤ 60%.
Hipotesis Nol : Efektivitas Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) dalam pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan di Kota
2. Ha : µ ≤ 60%.
Hipotesis Alternatif : Efektivitas Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) dalam pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan di
52 3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian efektivitas Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) dalam pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan di Kota Cilegon tahun 2014, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deksriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya. (Irawan 2006:49)
Menurut Sugiyono (2009:8), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2 Instrumen Penelitian
pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono 2009:93).
Jawaban dari setiap item instrumen diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skoring Item Instrumen
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
(Sumber : Sugiyono, 2009:94)
Berikut ini, kisi-kisi pertanyaan Efektivitas Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) dalam pengelolaan Corporate Social Responsibility
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pertanyaan
Variabel Dimensi Indikator No Item
Efektivitas Organisasi (Lubis
dan Huseini, 1987)
1. Tingkat keuntungan dan
sumbangan/partisipasi perusahaan
2. Kepuasan kinerja, besarnya imbalan dan sistem pengawasan
3. Mutu produk/jasa Produk/jasa yang diberikan sesuai
4. Kredibilitas perusahaan Kepercayaan yang diberikan oleh
5. Kelancaran pembayaran Anggaran biaya
Usaha yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan
20,21
6. Kepatuhan perusahaan terhadap peraturan pemerintah