• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Model Kontekstual a. Hakikat Model Kontekstual - IMPLEMENTASI PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PPKN KD MENJELASKAN HAKIKAT DEMOKRASI PESERTA DIDIK KELAS VIII E SMP N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Model Kontekstual a. Hakikat Model Kontekstual - IMPLEMENTASI PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PPKN KD MENJELASKAN HAKIKAT DEMOKRASI PESERTA DIDIK KELAS VIII E SMP N"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Model Kontekstual a. Hakikat Model Kontekstual

Pembelajaran model kontekstual sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Menurut Nurhadi dalam Rahmat (2013:68) Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

(2)

Depdiknas (La Iru 2012:74) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki/menemukan sendiri (

inquiri), masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling),

dan penilaian sebenarnya (authentic assesment).

Jadi pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki/menemukan sendiri (

inquiri), masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling),

dan penilaian sebenarnya (authentic assesment).

(3)

tersebut, materi pembelajaran,langkah-langkah pembelajaran dan authentic assessment-nya.

2. Pendekatan Inkuiri

a. Pengertian Pendekatan

Menurut Rahmat, dkk (2013:55) Pendekatan (approach) dapat di pandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun diatas prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang diorganisir dapat berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan atau teratasinya suatu masalah.

(4)

(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.

Berdasarkan pengertian di atas, pendekatan mengandung sejumlah komponen atau unsur, yaitu tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumber-sumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip. Jadi pendekatan adalah suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasarr filosofis, prinsip psikologis, prinsip dikdaktis, atau prinsip ekologis) yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

b. Pengertian Inkuiri

Kegiatan inkuiri dapat dilakukan secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas (klasikal), baik dilakukan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti diskusi antar siswa, tanya jawab antar guru dengan murid, dan sebagainya. Pelaksanaan metode inkuiri dapat dimaksudkan untuk mencari jawaban tertentu yang sudah pasti ataupun kemungkinan pilihan (alternatif) jawaban atas masalah tertentu.

(5)

Menurut Sumantri M. dan Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode Inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena Metode Inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental untuk penemuan suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang diberikan guru.

Inkuiri menurut Wina Sanjaya (2009:196) merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan masalah yang dipertanyakan.

La iru & La Ode (2012:14) inkuiri adalah suatu proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses-proses inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya dan bersifat student centered. Misalnya merumuskan masalah, merancang eksperiman, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

(6)

Menurut Nana Sudjana (1996:74) ada lima tahapan dalam melaksanakan pendekatan inquiry atau discovery , yakni (a) merumuska masalah untuk dipecahkan oleh siswa, (b) menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, (c) siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, (d) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan (e) mengaplikasikan kesimpulan atau generalisai dalam situasi baru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri adalah sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi peserta didik untuk berpikir secara kritis, analitis serta melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka buat.

c. Langkah-langkah Inkuiri

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan inkuiri menurut Ibrahim dan Nur, (2000: 13), antara lain sebagai berikut: 1) Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yangdibutuhkan dan memotivasi siswa terliibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2) Mengorganisasikan siswa dalam belajar

Guru membantu siswa adalam mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas tugas yang berkaitan dengan masaklah serta menyediakan alat.

3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen yang berkaitan dengan pemecahan masalah

4) Menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan

(7)

5) Mengevaluasi kegiatan

Guru membantu sisa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan.

Menurut Rahmat (2013:73) Langkah-langkah yang perlu ditempuh guru dalam menggunakan Inkuiri ini sebagai berikut:

1) Menyajikan situasi dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan inkuiri 2) Merencanakan investigasi (penelitian)

3) Melaksanakan investigasi 4) Menyajikan temuan-temuan 5) Mengevaluasi investigasi

Langkah yang digunakan dalam inkuiri dimulai dengan mengajarkan beberapa pertanyaan dengan memberikan beberapa informasi secara singkat, diluruskan agar tidak tersesat. Berdasarkan bahan yang ada siswa didorong untuk berfikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum. Seberapa jauh guru dalam membimbing siswa tergantung pada kemampuan siswa dan materi yang dipelajari. Metode inkuiri memberi kesempatan siswa menyelidiki dan menarik kesimpulan.

d. Tujuan Inkuiri

Adapun tujuan dari inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.

2) Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pelajarannya. Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan asebagai sumber belajar yang tidakada habisnya

3) Memberi pengalaman belajar seumur hidup.

4) Meningkatkan ketrlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.

(8)

6) Melatih peserta didik menggali dan memanfatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.

7) Memberi pengalaman belajar seumur hidup e. Kebaikan Inkuiri

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2000:143) kebaikan inkuiri adalah:

1) Siswa ikut berpartisipasi secara aktif didalam kegiatan belajarnya, sebab metode inkuiri menekankan pada proses pengolahan infpormasi pada peserta didik Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan rumus, sebab siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut.

2) Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulakan semangat ingin tahu para siswa.

3) Dengan menemukan sendiri siswa merasa sangat puas dengan demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsik siswa terpenuhi. 4) Guru tetap memiliki kontak pribadi.

5) Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangat sulit dilupakan.

6) Memberikan kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuan sendiri.

7) Memungkinkan bagi siswa untuk memperbaiki dan memperluas kemampuan intelektual secara mandiri.

f. Kelemahan Inkuiri Kelemahan inkuiri adalah :

1) Kurang berhasil bila jumlah siswa dalam jumlah yang banyak dalam satu kelas.

2) Sulit menerapkan metode ini karena guru dan siswa sudah terbiasa dengan metode ceramah dan tanya jawab

3) Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih menekankan pada penguasaan kognitif dan mengabaikan aspek keterampilan, nilai dan sikap.

(9)

g. Manfaat inkuiri bagi peserta didik

Menurut Mukminan dalam La Iru (2012:17) Menyebutkan manfaat inkuiri bagi peserta didik sebagai berikut :

1) Mengembangkan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri.

2) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa atau meningkatkan potensi intelektualnya.

3) Membina sikap penasaran (rasa ingin tahu) dan cara berpikir obyektif, mandiri, kritis, logis, dan analitis baik secara individual maupun kelompok.

4) Meningkatkan kemampuan untuk melacak kembali (heuristik) dari discovery, di mana discovery akan merupakan cara berpikir dan cara hidup dalam menghadapi segala permasalan kehidupan sehari-hari. h. Peran guru dalam inkuiri

Peran guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai fasilitator. Menurut La Iru (2012:16) Peran-peran tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1) Menyiapkan sekenario pembelajaran.

2) Menyiapkan tugas/masalah yang akan dipecahkan oleh siswa. 3) Memberikan klarifikasi terhadap maslah-masalah.

4) Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan.

5) Memberikan kesempatan untuk menemukan dan melakukan penyelidikan.

6) Sebagai sumber informan, jika diperlukan oleh siswa.

7) Membantu siswa untuk merumuskan kesimpulan scara mandiri. i. Peran peserta didik dalam inkuiri

(10)

jawabannya melalui penyelidikan. Peserta didik bebas melakukan eksplorasi dan diberi kesempatan untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahannya. Oleh karena proses penemuan itu dialami oleh peserta didik sendiri maka diharapkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat dewasa ini, peserta didik dalam mendekati masalah atau situasi baru dengan berpikir secara ilmiah pula.

Dengan melalui inkuiri, peserta didik akan belajar bagaimana belajar. Melalui pembelajaran inkuiri, peserta didik dapat dikondisikan aktif belajar, ikut menentukan tujuan, isi, dan cara belajar, misalnya peserta didik aktif mencari dan menemukan informasi, berdiskusi, dan memecahkan masalah. Bahan pelajaran lebih banyak bersifat pemikiran dan penerapan prinsip dan generalisasi agar dapat mengembangkan dinamika dan kreativitas peserta didik. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Ditinjau dari segi peserta didik, dengan inkuiri terjadi proses mental yang tinggi, sebab dengan aktivitas ini siswa mengasimilasi konsep dan prinsip, melakukan self learning activities, dan melatih tanggung jawab sendiri(B. Suryobroto.1986 :44)

3. Hasil Belajar a. Hasil Belajar

(11)

belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktivitas belajar.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Ahmadi (1997:103) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :

1) Faktor raw input (yakni faktor murid/anak itu sendiri) di mana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:

a) Kondisi fisiologis. b) Kondisi psikologis.

2) Faktor envoronmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami ataupun lingkungan sosial.

3) Faktor instrumental input, yang didalamnya antara lain terdiri dari:

a) Kurikulum

(12)

4. Pembelajaran PPKn

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran mempunyai arti yang mirip dengan pengajaran, meskipun memiliki konotasi yang tidak sama. Pada konteks pendidikan, seorang guru mengajar agar murid bisa belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga memperoleh sesuatu obyektif yang ditentukan atau aspek kognitif, serta bisa mempengaruhi perubahan sikap atau aspek afektif, dan keterampilan atau aspek psikomotor seseorang murid.

Halminto & Elizabeth (dalam La Iru dan La Ode 2012:3) mendefinisikan pembelajaran sebagai “ Learning is relatively permanent change in an individuals knowledge or behavior that results from

previouns exprience”. Definisi ini ini mengandung pengertian bahwa

pembelajaran merupakan perubahan dalam pengetahuan atau perilaku, perubahan yang ditimbulkan oleh pembelajaran relatif permanen, dan pembelajaran timbul dari pengalaman sebelumnya.

Menurut undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar.

(13)

b. Komponen Pembelajaran

Berbagai usaha dilakukan untuk menganalisis proses pengolahan belajar mengajar ke dalam unsur-unsur komponennya. Menurut Ahmadi (1997:34) komponen-komponen tersebut meliputi :

1) Merencanakan yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun rencana kerja.

2) Mengorganisasikan yakni membuat organisai usaha, manager, tenaga kerja, dan bahan.

3) Mengkoordinasikan yaitu menyatukan dan mengkorelasikan semua kegiatan.

4) Mengawasi dan memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai dengan peraturan yang digariskan dan instruksi-instruksi yang diberikan.

c. Proses Pembelajaran yang Baik

Pelaksanaan Proses Pembelajaran Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19, dinyatakan bahwa:

1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

(14)

d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas ”mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali

pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes, (Budianingsih 2005:28).

e. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Secara bahasa Civic Education oleh sebagaian pakar diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. (Zamroni, Soemantri dan Winataputra). Istilah Pendidikan Kewargaan pada satu sisi identik dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Namun di sisi lain, istilah Pendidikan Kewarargaan, menurut Rosyada (2003:6) secara subtantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melainkanjuga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia ( global society). Dengan demikian, orientasi Pendidikan Kewargaan secara subtantif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan Kewarganegaraan.

(15)

bernama Chreshore (1886), secara filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu politik khususnya dari konsep “political democracy” untuk aspek “duties and rights of citizen”. Dari ontologi pokok inilah berkembang konsep “Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin “civicus” yang

artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya “civic education”, yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Dari

sudut pandang epistemologis, menurut Barr, Barrt, dan Shermis (1978), PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan dari salah satu dari lima tradisi “social studies” yakni “citizenship transmission”. Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu “body of knowledge” yang dikenal dan memiliki paradigma sistemik yang

didalamnya terdapat tiga domain “citizenship education” yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural”

(16)

efficacy dan political participation serta kemampuan mengambil

keputusan politik secara rasional.

Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokrasi dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial. Sementara Soedijarto mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran PPKn adalah proses terjadinya interaksi belajar mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada peserta didik yang secara subtantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melaikan juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia.

5. Hakikat Demokrasi

Prayitno (Taniredja 2009:58) Demokrasi berasal dari bahasa yunani “demos” yang berarti rakyat, dan “kratos/kratien” yang berarti kekuasaan. Sehingga konsep dasar demokrasi adalah “rakyat berkuasa” (governmment

(17)

kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemerintahan bebas”. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah

governmment of the people, by the pleople, for the people, yakni suatu pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”.

Ubaedillah dkk, (2006: 131-132). Sedangkan pengertian demokrasi secara istilah atau terminology adalah seperti yang dinyatakan para ahli sebagai berikut: (a). Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat, (b). Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

(18)

B. Penelitian Yang Relevan

1. Agustanti, (2010) yang berjudul Implementasi Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi pada siswa kelas VIIE SMP N 2 Wonosobo semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi Metode Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi. Dari hasil ulangan harian pada siklus 1 terdapat perubahan perolehan nilai pada tiap-tiap siswa. Dari 34 siswa, yang mendapatkan nilai tuntas sebanyak 28 siswa (82,35%), Pada siklus 2, setelah dilakukan ulangan harian ternyata terdapat kenaikan untuk jumlah siswa yang tuntas. Dari 34 siswa yang tuntas ada 31 siswa (91,12%).

(19)

dilanjutkan pada siklus II dan hasil analisis tes hasil belajar setelah diberikan tindakan pada siklus II yaitu terdapat 31 orang (88,57 %) telah mencapai ketuntasan belajar dengan skor rata-rata 78,37 dan telah tuntas secara klasikal.(85%) maka pembelajaran telah tuntas dan penelitian di berhentikan. Dari tindakan yang diberikan diperoleh peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II sebesar 45,72%. 3. Dalimunthe (2014) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

(20)

mempunyai daya serap ≥ 65% maka pembelajaran ini telah mencapai

target ketuntasan belajarklasikal. C. Kerangka Berfikir

Yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik yang belum maksimal dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, perlu ditambahkan sumber belajar dari lingkungan sekitar, memberdayakan peserta didik dan penggunaan pendekatan dalam proses pembelajaran juga akan membantu peserta didik lebih aktif. Situasi kehidupan nyata dan lingkungan sekitar yang ada di sekitar peserta didik merupakan sumber belajar yang sangat penting dan dapat memberi informasi dan pengalaman belajar yang tidak terbatas bagi peserta didik. Ada banyak informasi, fakta dan pengetahuan yang dapat digali dari situasi nyata dan lingkungan sekitar guna memperkaya pemahaman serta pengalaman belajar peserta didik.

(21)

diobservasi, dianalisis, dan direfleksi untuk menentukan perencanaan tindak lanjut pada siklus berikutnya.

Gambar Kerangka Berfikir PTK

Siklus I

Siklus II

Gambar 2.1 gambar kerangka berfikir Sumber: Buku Penelitian Tindakan Kelas Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan/ pengumpulan data I Refleksi I

Permaslahan baru hasil refleksi

Perencanaan Tindakan I

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan/

(22)

D. Alur Kerangka Berpikir Pembelajaran

Gambar 2.2 Gambar alur berfikir Planning

Re- Reflecting

Re- Planning

Re- Acting Acting

Observing Analisis

Simpulan

(23)

E. Hipotesis

Berdasarkan analisis teoritis dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

Gambar

Gambar Kerangka Berfikir PTK
Gambar 2.2 Gambar alur berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Sahabat MQ/ melihat geliat penggalangan akan adanya kemungkinan terjadi koalisi/ Dewan Pimpinan Pusat DPP Partai Demokrat tidak merisaukan pertumuan yang

Untuk menambah kapasitas produksi sendiri, KRAS akan mengkaji beberapa instrumen dengan pendanaan yang efisien seperti, obligasi domestik dan global.

Setelah kabel data dari motherboard ke hard disk terpasang, kita pasang kabel data dari motherboard ke floppy diskette drive and CD-ROM drive.Biasanya konektor motherboard ke

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ketidaksesuaian antara teori dan praktek yang dijalankan, diantaranya: pemisahan tanggung jawab fungsional dalam struktur organisasi masih

Dalam penelitian ini diukur kapasitas penukar ion pada resin sebelum digunakan (resin baru) dan sesudah terpakai selama 13 tahun. Pengukuran kapasitas dilakukan pada

Departemen Agama RI, Terjemahan Al-quran Al-Karim dalam Bahasa Indonesia, (Madinah: Komplek Percetakan Al-Quran raja Fahad), h.. dalam hal kebajikan.” Dari dua aya t ini

Berdasar pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 125/ULP-Pokja-II- JK/APBD/2015 tanggal 11 Mei 2015 Pekerjaan Ded Dataran Irigasi Ataran Sungai Nibung

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, bagaimanakah akibat atas gugatan-gugatan hokum oleh dan terhadap debitur pailit, bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para