• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini - HANIFAKH HANA SOFYANA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini - HANIFAKH HANA SOFYANA BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

1. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Zulkifli dalam Samsudin (2008: 11), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Suyadi (2010: 68), gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Sedangkan menurut Sujiono (2010: 1.13), gerak motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.

Samsudin (2008: 9) mengatakan bahwa motorik kasar adalah kemampuan anak TK beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besar. Menurut Suyanto (2005: 51), Otot kasar atau otot besar ialah otot-otot badan yang tersusun oleh otot lurik.

Rahyubi (2012:222), menjelaskan bahwa aktivitas motorik merupakan pengendalian tubuh melalui aktivitas yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan urat saraf tulang belakang (spinal cord). Sedangkan aktivitas motorik kasar adalah keterampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama gerakkannya.

(2)

dengan melibatkan otot-otot besar dalam melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan tenaga yang besar.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak. Rahyubi (2012:225), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu sebagai berikut : perkembangan sistem saraf, kondisi fisik, motivasi yang kuat, lingkungan yang kondusif, aspek psikologis, usia, jenis kelamin, serta bakat dan potensi.

Izzaty (2005:10), mengatakan kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas anak juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain, maka menyebabkan perbedaan yang disebut individual differences. Pernyataan di atas dapat dijelaskan dalam skema sebagai berikut

Faktor keturunan/hereditas Faktor lingkungan

Individu : kognitif, afektif, psikomotorik

(3)

Menurut Yusuf (2007:31) faktor yang mempengaruhi perkembangan (kognitif, fisikmotorik, bahasa, sosial-emosional dan moral keagamaan) ada dua yaitu :

a. Hereditas (keturunan/pembawaan)

Hereditas merupakan “totalitas karakteristik individual yang diwariskan

orangtua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen “.

b. Lingkungan perkembangan.

Lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi, atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu”.

Berdasarkan teori di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar. Faktor tersebut adalah faktor hereditas atau keturunan (sistem saraf, kondisi fisik, bakat dan potensi), faktor lingkungan (motivasi yang kuat, lingkungan yang kondusif, aspek psikologis), faktor usia dan jenis kelamin.

3. Tahap-Tahap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Menurut Rahyubi (2012:317-319), dalam khazanah taksonomi psikomotorik, perkembangan gerak anak mengikuti pola pertumbuhan fisiknya, yang setidaknya bisa dikategorikan menjadi lima fase (tahap), yaitu

(4)

ke kaki. Sedangkan fase proximodistal, perkembangan fisik anak dari pusat tubuh mengarah ke tepi.

b. Gross to Specific Motor Control. Pada fase ini anak terlebih dahulu sebelum mampu membedakan antara bagian-bagian dan menggerakkannya secara terpisah.

c. Dari Bilateral ke Crooslateral. Gerakan secara bilateral, yaitu memakai satu atau dua tangan untuk meraih dan memegang suatu benda yang dilihat dan menarik perhatian. Sedangkan koordinasi bilateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih dahulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan.

d. Differentiation dan Integration. Differentiation diasosiasikan dengan tahapan gerakan mulai dari kontrol gerak yang besar menuju gerakan khusus yang kian diperluas. Adapun integration merupakan seluk-beluk mekanisme saraf yang terjalin dari berbagai macam otot yang berlawanan untuk membentuk interaksi dan koordinasi antara satu dengan yang lainnya. e. Phylogenetic dan Ontogenetic. Fase phylogenetic menunjuk pada

keterampilan gerak yang cenderung muncul secara spontan dan otomatis, tanpa melalui proses latihan terlebih dahulu, namun dalam rangka yang bisa diperkirakan. Sedangkan fase ontogenetic menunjuk pada tingkah laku yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pembelajaran.

(5)

Pada usia 3 tahun, anak-anak menikmati gerakan sederhana, seperti meloncat, melompat, dan berlari bolak-balik yang ia lakukan hanya semata-mata senang melakukan aktivitas tersebut. Mereka cukup bangga menunjukkan bagaimana mereka dapat berlarian ke seluruh ruangan dan melompat 15 cm.

Pada usia 4 tahun, anak-anak masih menikmati jenis aktivitas yang sama, tetapi mereka menjadi lebih senang berpetualang. Mereka merangkak rendah di halang-rintang saat menampilkan keberanian aktivitas mereka. Meskipun mereka telah mampu menaiki tangga dengan satu kaki pada setiap anak tangga dalam sekali waktu, mereka sebenarnya baru saja dapat turun dengan cara yang sama.

Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih senang berpetualang dibandingkan saat mereka berusia 4 tahun. Sudah lazim bagi anak-anak berusia 5 tahun yang percaya diri untuk melakukan aksi mengerikan pada setiap objek pendakian praktis. Anak berusia 5 tahun berlari cepat dan senang cepat satu sama lain dan dengan orangtua mereka.

Sedangkan menurut Samsudin (2008:10), tahapan perkembangan motorik anak TK ada 3, yaitu sebagai berikut

a. Tahap verbal kognitif. Tahap belajar motorik melalui uraian lisan atau penjelasan dengan maksud agar anak memahami gerak yang akan dilakukannya.

b. Tahap asosiatif. Pada tahap ini perkembangan anak TK sedang memasuki masa pemahaman dari gerak-gerak yang sedang dipelajarinya.

(6)

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Hartinah (2011:6), bahwa aspek psikomotorik memiliki beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah tahap kognitif, tahap asosiatif dan tahap otonomi.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa tahap kemampuan motorik anak dapat terus meningkat seiring bertambahnya usia anak. Kemampuan motorik anak dimulai dari gerakan yang sederhana kemudian meningkat pada pemahaman atas gerakan yang dilakukan. Selanjutnya meningkat pada kemampuan yang lebih rumit.

4. Gerak Dasar Motorik Kasar Anak Usia Dini

Sujiono (2010:5.3) mengatakan bahwa pola gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi ke dalam 3 bentuk gerak sebagai berikut :

a. Gerak lokomotor (gerakan berpindah tempat) di mana bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat; misalnya jalan, lari, dan loncat.

b. Gerak non-lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) di mana sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan namun tidak berpindah tempat, misalnya mendorong, menarik, menekuk, memutar.

c. Manipulatif, di mana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya melempar, menangkap, menyepak, memukul, dan gerakkan lain yang berkaitan dengan lemparan dan tangkapan sesuatu.

(7)

Menurut Zulkifli (2009:32), gerakan-gerakan itu tidak sama asal dan rupanya. Ada gerakan yang merupakan akibat dari kemauan, ada gerakan yang terjadi di luar kemauan dan biasanya kurang disadari karena ia berjalan otomatis. Karena banyak gerakan yang dilakukan anak-anak, agar lebih mudah mengenali gerakannya, dibagi ke dalam tiga golongan seperti berikut.

a. Motorik statis yaitu gerakan tubuh sebagai upaya untuk memperoleh keseimbangan, misalnya keserasian gerak tangan dan kaki pada waktu kita sedang berjalan.

b. Motorik ketangkasan yaitu gerakan untuk melaksanakan tindakan yang berwujud ketangkasan dan keterampilan, misalnya gerak melempar, menangkap, dan sebagainya.

c. Motorik penguasaan yaitu gerakkan untuk mengendalikan otot-otot, roman muka, dan sebagainya.

berdasarkan teori di atas dapat peneliti simpulkan bahwa gerak dasar motorik kasar anak usia dini adalah gerak lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif. Pada penelitian ini kemampuan keseimbangan tubuh kemampuan yang dikembangkan termasuk dalam jenis gerakan kemampuan lokomotor dan non-lokomotor. Gerakan yang dilakukan seperti berdiri di atas satu kaki, berjalan dan melompat.

B. Filosofi Keseimbangan Tubuh Anak Usia Dini

(8)

keseimbangan tubuh, tubuh berusaha untuk mempertahankan pusat gravitasi sehingga tubuh tertumpu pada posisi tegak. Menurut Rahyubi (2012:310), keseimbangan merupakan aspek pembelajaran gerak yang paling dasar, karena semua gerak melibatkan elemen keseimbangan.

Sujiono (2010:7.5) menyebutkan bahwa keseimbangan diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Untuk melatih keseimbangan pada anak usia TK, misalnya meniti pada balok, membuat keseimbangan dengan satu kaki, menumpu kaki yang lain lurus kebelakang, sedangkan kedua tangan lurus ke samping dengan dibarengi mata dipejamkan dan garakan menekuk lutut dan kembali lurus lagi.

Rahyubi (2012:220), menjelaskan bahwa perkembangan keseimbangan setidaknya dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut

1. Keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh. Dapat juga diistilahkan keseimbangan pada saat tubuh diam. Contohnya, berdiri dengan satu kaki. 2. Keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh

untuk tidak jatuh pada saat sedang melakukan gerakan atau keseimbangan tubuh pada saat bergerak. Contohnya saat berlari.

(9)

bergerak, anak TK harus menyadari keberadaan dirinya dengan kondisi lingkungan. Mereka harus memanfaatkan indra, mengontrol keseimbangan, mengenali ruang gerak, memahami bagian-bagian tubuh yang dapat digerakkan.

Monks dkk (2006:106), menjelaskan bahwa sekitar usia 3 tahun anak sudah dapat berjalan secara otomatis, bahkan pada alas yang tidak rata anak sudah dapat berjalan tanpa kesukaran. Sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Kesukaran yang ada pada belajar berjalan berhubungan dengan kekuatan badannya, yaitu untuk dapat menyandarkan seluruh berat badannya pada satu kaki. Masalah yang lain adalah perkembangan mekanisme keseimbangan yang dibutuhkan untuk dapat berjalan tegak.

Kemampuan keseimbangan tubuh merupakan salah satu kemampuan yang termasuk dalam penyusun pembentukan aspek perkembangan fisik motorik anak. Seperti yang diungkapkan oleh Suyanto (2005: 48), bahwa perkembangan fisik ditunjukkan untuk mengembangkan lima aspek yang meliputi 1) kekuatan (strength), 2) ketahanan (endurance), 3) kecepatan (speed), 4) kecekatan (agility), dan 5) keseimbangan (balance).

(10)

satu atau dua kaki 6) meloncat dari ketinggian 30-40 cm 7) memanjat, bergantung dan berayun 8) berdiri dengan tumit, berdiri di atas satu kaki dengan seimbang 9) berlari sambil melompat seimbang tanpa jatuh 10) naik sepeda roda dua atau naik otopet.

C. Bermain Halang Rintang Sebagai Metode Pengembangan Kemampuan Keseimbangan Tubuh

1. Metode Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

Djamarah dan Aswan Zain (2010: 158) mengatakan bahwa metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang dipergunakan itu tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Samsudin (2008:33-34), menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah acara yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai kompetensi yang ditetapkan. Metode pembelajaran yang biasa digunakan di TK antara lain metode bercerita, bercakap-cakap, metode tanya jawab, metode karyawisata, demonstrasi, sosiodrama atau bermain peran, eksperimen, metode proyek, metode pemberian tugas.

(11)

Moeslihatoen (2004: 24-28) menjelaskan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia TK yaitu:

a. Bermain. bermain yaitu merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri sendiri. Melalui bermain anak anak memperoleh pembatasan dan memahami aturan.

b. Karyawisata, bagi anak TK karyawisata berarti memperoleh kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh informasi secara langsung. Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi perkembangan anak karena dapat membangkitkan minat anak kepada suatu hal, memperluas perolehan informasi.

c. Bercakap-cakap, berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan perasaan dan gagasan secara verbal.

d. Bercerita. bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

e. Demonstrasi. Demonstrasi yang berarti menunjukkan, mengerjakan. Melalui demonstrasi diharapkan anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan. f. Proyek adalah salah satu metode yang digunakan untuk melatih kemampuan

(12)

diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk langsung guru.

Begitu banyak metode yang ada, hendaknya metode yang digunakan adalah metode yang memungkinkan anak bergerak dan bermain karena gerak dan bermain adalah unsur utama pengembangan motorik anak (Sujiono, 2010:2.14). Motorik kasar anak prasekolah tidak lagi harus berusaha untuk berdiri dan bergerak. Saat anak-anak menggerakkan kaki mereka lebih percaya diri dan membawa diri mereka lebih mantap, kegiatan bergerak di sekeliling lingkungan menjadi lebih otomatis (Santrock, 2011:12).

Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak (TK) harus menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik anak didik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang tepat guru juga akan lebih mudah untuk mengkreasikan kegiatan belajar mengajar. Peneliti menggunakan metode bermain untuk mengembangkan kemampuan keseimbangan tubuh anak usia dini. Tedjasaputra (2005:41), menjelaskan bahwa aspek perkembangan motorik kasar juga dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain. Salah satu contoh, bisa diamati pada anak yang lari berkejar-kejaran untuk menangkap temannya. Pada awalnya ia belum terampil untuk berlari, tapi dengan bermain kejar-kejaran, maka anak berminat untuk melakukannya dan menjadi lebih terampil.

2. Bermain Untuk Anak Usia Dini

(13)

nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan untuk memunculkan rasa menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, dan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu area di mana anak masuk atau terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya melalui bermain. Bermain bagi anak usia dini bersifat bebas, tidak mementingkan hasil akhir serta dilakukan secara spontan.

Moeslichatoen (2004: 32), menjelaskan bahwa bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup. Hurlock (1978:320) dalam bukunya mengatakan bahwa bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

(14)

bermain aktif. Bermain pasif dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang tidak terlalu banyak melibatkan aktivitas fisik.

Musfiroh (2005:34), menjelaskan bahwa bermain sambil belajar merupakan sebuah slogan yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan yakni belajar yang dilakukan anak melalui bermain. Belajar dan bermain adalah satu kesatuan proses terjadi dalam satu kesatuan waktu, karena di dalam bermain itulah sebenarnya terjadi proses belajar, dan proses belajar itu terjadi dalam kegiatan bermain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan aktivitas fisik yang menyenangkan serius dan sukarela yang dapat memenuhi kebutuhan anak yang dalam pelaksanaannya tidak mementingkan hasil akhir sehingga dapat mengembangkan kemampuan motorik anak, kognitif, sosial, kreativitas. Jadi dengan bermain berarti anak sedang belajar.

3. Bermain Halang Rintang

Musfiroh (2005:19), mengatakan bahwa melalui bermain, anak dapat mengontrol gerak motor kasar dan halus. Pada saat bermain itulah, mereka mempraktikan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, meloncat, melompat. Anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau meloncat, berputar, dan beralih respon untuk irama.

(15)

Anonimus (2009: 12), kegiatan melintasi halang rintang (MHR) adalah suatu macam kegiatan di lapangan berupa keterampilan fisik, terdiri dari rentetan beberapa mata acara permainan/kegiatan yang satu demi satu sesuai dengan urutannya harus dikerjakan dan dipraktekan dengan melalui proses yang memerlukan keberanian, ketabahan, ketekunan, ketelitian dan keseimbangan serta kegotongroyongan dan kesetiakawanan.

Halang rintang merupakan suatu permainan yang dapat meningkatkan kemampuan keseimbangan tubuh. Anak-anak usia taman kanak-kanak (TK) sangat menyukai tantangan dalam melakukan aktivitas-aktivitas fisik. Karena alasan inilah peneliti menggunakan halang rintang sebagai kegiatan peningkatan kemampuan motorik khususnya keseimbangan tubuh.

Kegiatan halang rintang yang peneliti susun akan dilaksanakan di luar kelas. Hal ini bertujuan agar anak dapat bergerak bebas dan leluasa dalam mengikuti kegiatan halang rintang. Ketika anak bermain halang rintang, mereka harus melewati rintangan-rintangan yang menghalangi dan rintangan-rintangan tersebut harus dilewati satu demi satu. Rintangan tersebut antara lain berjalan lurus pada papan titian, berjalan di atas balok, melompat dari satu tempat ke tempat yang lain dengan satu kaki, melompati ban bekas dan lingkaran (mendarat menggunakan satu kaki), serta berjalan ke depan dengan tumit.

4. Manfaat Bermain Halang Rintang

(16)

merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar, dan lain sebagainya (Moeslichatoen, 2004:32).

Piaget (1992), Curtis (1977), Dansky (1980),Saltz (1980), dan Campbell (1985) dalam Suyanto (2005:124), mengatakan bahwa berbagai penelitian menunjukkan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas, sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Senada dengan penjelasan di atas, Hidayatullah (2008:8) juga menjelaskan bahwa bermain penting bagi anak untuk mengembangkan dan melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan kardiovaskuler.

Anonimus (2009:17), menyebutkan bahwa kegiatan melintasi haling rintang (MHR) yang edukatif itu, ditempu dengan melalui kegiatan-kegiatan yang berisikan keterampilan fisik, yang bermanfaat untuk a) melatih indra, memperkuat dan mempertajam cipta, rasa karsa, b) memupuk keberanian, ketabahan, ketekunan, ketelitian dan keseimbangan, c) membentuk jiwa bebas, merdeka, berdisiplin dan bertanggungjawab

Permainan halang rintang ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya anak dapat melompat dengan satu kaki (engklek), berjalan dengan satu kaki, berjalan menggunakan tumit, dan berdiri dengan satu kaki sehingga kemampuan keseimbangan tubuh dapat terstimulasi secara optimal. Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan keseimbangan tubuh yang baik yang dapat digunakan dalam kehidupan anak sehari-hari.

5. Langkah-Langkah Bermain Halang Rintang

(17)

pendidikan kepramukaan dan sistem among. Sebagai suatu kelompok keterampilan fisik yang terdiri dari beberapa macam permainan atau kegiatan, maka pelaksanaan kegiatan MHR perlu disusun menurut urutan yang disesuaikan dengan metode pendidikan jasmani yang meliputi 3 tahap yaitu 1) tahap pemanasan 2) tahap pemusatan kemampuan dan segala perhatian dan 3) tahap penenangan, sehingga pelaksanaanya dimulai dari yang ringan meningkat pada yang berat, kemudian kembali pada yang ringan lagi.

Peneliti mengadaptasi aturan permainan halang rintang yang berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh pramuka. Namun dalam pelaksanaanya peneliti melakukan inovasi dengan membuat rintangan yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Sebelum anak bermain haling rintang guru mengenalkan aturan bermain halang rintang lebih dahulu. Selanjutnya guru mencontohkan bagaimana cara dan bagaimana gerakan-gerakan yang digunakan untuk melintasi halang rintang tersebut. Perlengkapan yang digunakan dalam halang rintang sangatlah sederhana seperti papan sebagai papan titian, balok kayu untuk rintangan berjalan di atas balok, ban bekas, karpet kecil dan hulahoop atau lingkaran sebagai tempat pijakkan dalam engklek.

(18)

D. Kriteria Keberhasilan 1. Pengertian Penilaian

Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah tercapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran (Aqib, 2009:57).

Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (2006), penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan data dan menfsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melaui kegiatan pembelajaran.

Menurut Sudjana (2010: 3), penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu ktiteria tertentu. Sedangkanpenilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

2. Pedoman Penilaian

Pedoman penelitian menggunakan buku pedoman penilaian dari Depdiknas (2006: 6-7) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :

a. Anak yang belum mencapai indikator seperti yang diharapkan dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan kosong ().

(19)

c. Jika semua anak menunjukan kemampuan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam SKH, maka pada kolom penilaian ditulis nama semua anak dengan tanda chek list ().

Berdasarkan buku pedoman penilaian dari Kemendiknas Dirjen Mandas (2010: 1-2) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:

a. Anak yang belum berkembang (BB) pada lembar penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda satu bintang ()

b. Anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator RKH mendapatkan tanda dua bintang ()

c. Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) mendapatkan tanda tiga bintang ()

d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) mendapatkan tanda empat bintang ()

Menurut Dimyati (2013: 95) pedoman penilaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Tanda  = berhasil/tuntas

Tanda  = berhasil dengan bantuan guru Tanda  = belum berhasil

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedomaan penilaian dari Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembinaan TK (2010) : a. Anak yang belum berkembang (BB) pada lembar penilaian dituliskan nama

anak dan diberi tanda satu bintang ()

(20)

c. Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) mendapatkan tanda tiga bintang ()

d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) mendapatkan tanda empat bintang ()

3. Indikator Hasil Belajar

Indikator merupakan Kompetensi Dasar yang lebih spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Apabila serangkaian indikator dalam Kompetensi Dasar sudah dapat dicapai oleh anak didik, berarti target Kompetensi Dasar tersebut telah terpenuhi (Aqib, 2009:56).

Matrik tahun 2013 yang termasuk tingkat pencapaian perkembangan adalah sebagai berikut 1) melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan 2) melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam menirukantarian atau senam 3) melakukan permainan fisik dengan aturan 4) terampil menggunakan tangan kanan dan kiri 5) melakukan kegiatan kebersihan diri.

(21)

mendemonstrasikan kemampuan motorik kasar seperti melompat dan berlari dengan berbagai variasi, merayap dan merangkak dengan berbagai variasi, dan melempar objek ke sasaran dengan satu atau dua tangan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Tabel 2.1 Indikator kemampuan keseimbangan tubuh

No Aspek yang dikembangkan

1 Berdiri di atas satu kaki

2 Melompat menggunakan satu kaki (engklek) 3 Berjalan maju pada papan titian

4 Berjalan ke depan dengan tumit

E. Kerangka Berpikir

Untuk melatih gerakan motorik kasar anak dapat dilakukan, misalnya dengan melatih anak berdiri di atas satu kaki. Jika anak kurang terampil berdiri di atas satu kaki berarti penguasaan keterampilan lain, seperti berlari akan terpengaruh karena berarti anak tersebut masih belum dapat mengontrol keseimbangan tubuhnya (Sujiono, 2010:1.13).

(22)

Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian ini, peneliti sebelumnya telah melakukan observasi. Dari observasi tersebut peneliti melihat bahwa perkembangan motorik kasar anak masih belum optimal khususnya kemampuan keseimbangan tubuh.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyusun upaya perbaikan yang dimulai dari siklus I dengan bermain halang rintang. Pada siklus I kemampuan keseimbangan anak sudah meningkat tetapi belum optimal. Siklus I ini dilakukan dalam tiga kali pertemuan.

Hasil perbaikan pada siklus I yang belum maksimal, maka peneliti mengulang kembali pada siklus II dengan kegiatan yang sama. Dalam 3 kali pertemuan yang kedua ini kemampuan keseimbangan tubuh anak meningkat dengan optimal dan penelitian berhasil.

(23)

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir

F. Hipotesis Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Belum adanya web yang memberikan informasi nama wisata, alamat wisata, tiket masuk, keterangan, gambar dari wisata dan letak geografis lokasi wisata yang

Dalam hal ini model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : (1) Rasional teoritik yang logis disusun oleh

Pada penelitian Md Kamrul Islam Dan Sudipta Chawdhury dengan judul “Permintaan dan Analisis parkir ( Studi Kasus Probortak, Chittagong )” Metode yang di gunakan adalah

Penelitian ini dibuat untuk merancang sebuah sistem informasi pendukung keputusan dalam menentukan usulan kegiatan yang akan digunakan sebagai masukan utama

Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan program SPSS 16.0, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi

kenaikan suhu dan tindakan apa yang perlu dilakukan pada kondisi abnormal sistem pending in air kolam dan sistem VAG, akan dilakukan evaluasi transfer panas

gravitasi berbagai bagian dengan menyatakan momen berat seluruh keping terhadap sumbu y sama dengan jumlah momen berat berbagai bagian terhadap sumbu yang sama. Absis X

[r]