BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro
5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro
Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap iklim mikro. Pada siang hari, pohon mampu menyerap radiasi matahari, memberi naungan, dan melakukan transpirasi sehingga dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara (Grey & Deneke, 1978). Selain dapat mempengaruhi suhu udara dan kelembaban udara, pohon juga dapat mempengaruhi kecepatan angin. Menurut Scudo (2002), terdapat beberapa karakteristik struktural pohon yang dapat mempengaruhi iklim mikro antar lain: bentuk tajuk, penanaman, ukuran tanaman, dan kepadatan tajuk. Berikut ini merupakan karakteristik struktural pohon yang dapat menurunkan suhu udara.
1) Memiliki tajuk piramidal atau bulat. Tajuk pohon dengan bentuk bulat dan piramidal memiliki daerah bebas cabang yang lebih rendah sehingga kemampuan tajuknya dalam menyerap radiasi matahari lebih tinggi.
2) Ditanam berjejer atau berkelompok. Pohon yang ditanam secara berjejer atau berkelompok memiliki kemampuan menyerap radiasi matahari sangat tinggi.
3) Memiliki tinggi yang sedang (6-15 meter). Pohon dengan tinggi sedang memiliki kemampuan menaungi serta mengurangi suhu udara permukaan paling baik.
4) Memiliki kepadatan tajuk tinggi. Semakin padat tajuk pohon, maka kemampuan dalam menyerap radiasi matahari akan semakin tinggi. Selain pohon dengan kemampuan menurunkan suhu udara, terdapat pula karakteristik struktural pohon yang dapat meningkatkan suhu udara yaitu: memiliki tajuk horisontal atau kolumnar; ditanam secara tunggal; memiliki ukuran sangat rendah, rendah, atau tinggi (< 6 meter dan > 15 meter); serta memiliki kepadatan tajuk rendah sampai sedang. Pohon juga dapat mempengaruhi angin, karena pohon memiliki kemampuan untuk mengarahkan, menyimpangkan,
menghalangi, serta menyaring. Berikut merupakan karakteristik struktural pohon yang dapat mengarahkan angin.
1) Memiliki tajuk kolumnar, piramidal, atau bulat. Pohon dengan tajuk tersebut memiliki ukuran yang tidak terlalu lebar sehingga angin tidak menyebar dan dapat diarahkan.
2) Ditanam secara berjejer/berkelompok. Pohon yang ditanam dengan berjejer/berkelompok memiliki kemampuan yang baik dalam mengarahkan angin.
3) Memiliki ukuran antara rendah sampai tinggi (kurang dari 6 meter sampai lebih dari 15 meter). Pohon dengan ukuran tersebut memiliki kemampuan cukup baik dalam menjangkau angin sehingga angin mudah diarahkan.
4) Memiliki kepadatan sedang/rendah. Pohon dengan kepadatan tajuk tersebut akan cenderung menyaring angin dibanding mengarahkan. Sementara itu, kemampuan dalam menyaring datau mengurangi kecepatan angin dapat dipilih pohon dengan kepadatan tajuk tinggi/sedang.
Hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin pada struktur RTH pohon di antar lokasi pengukuran ini bertujuan untuk melihat pengaruh lingkungan luar dengan berbagai aktivitas yang dapat mempengaruhi iklim mikro terhadap setiap lokasinya. dapat dilihat pada Gambar 12, 13, dan 14.
Pada Gambar 12 tersebut, terlihat bahwa suhu udara pohon pada ketiga lokasi yaitu di bawah 27 C. Jika dilihat laju perubahan selama pengukuran berlangsung, suhu udara cenderung menurun. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh keberadaan lokasi pengamatan yang berada di daerah dataran tinggi sehingga suhu udara cenderung rendah. Selain itu, perbedaan suhu udara antar lokasi juga dapat disebabkan karena jarak tanam dari pohon yang berbeda-beda. Lokasi 1 jarak tanam sangat tidak rapat karena sistem penanaman yang tunggal, Lokasi 2 berbanding terbalik dengan Lokasi 1 karena ditanam secara berkelompok sehingga jarak tanam cenderung rapat, sedangkan Lokasi 3, memiliki jarak tanam yang tidak rapat namun penanaman berkelompok. Perbandingan suhu udara berdasarkan Gambar 12 yaitu suhu udara di Lokasi 2 < Lokasi 3 < Lokasi 1. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa lokasi pengamatan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap suhu udara, begitu pula dengan lingkungan luar KRC. Berdasarkan perbandingan suhu udara tersebut maka lokasi 1 yang berada di pusat KRC yang memiliki suhu udara paling tinggi.
Pada kelembaban udara juga dilakukan perbandingan berdasarkan lokasi sama seperti suhu udara. Pengambilan data kelembaban udara pada setiap pohon di ketiga lokasi dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan data suhu udara dan angin.
Kelembaban pada menit-menit awal pada Gambar 13 cenderung rendah pada tiga lokasi tersebut namun laju kelembaban meningkat pada menit-menit akhir. Perbandingan kelembaban udara mulai dari yang lebih rendah yaitu lokasi 1 < Lokasi 3 < Lokasi 2. Hal tersebut dipengaruhi oleh suhu udara, karena suhu udara dan kelembaban udara berbanding terbalik (Handoko, 1994). Sehingga didapatkan laju grafik kelembaban udara yang berbanding terbalik dengan laju grafik suhu udara. Nilai kelembaban udara setiap lokasi tersebut berkisar antara 70 % – 83 %, ini merupakan kelembaban udara yang sedikit diatas batas nyaman sehingga lokasi dengan kelembaban udara diatas 75% masuk pada kategori lokasi yang lembab.
Selain itu, hasil pengukuran kecepatan angin pun dibandingkan antar lokasi untuk mengetahui pengaruh dari luar KRC terhadap iklim mikronya. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Grafik Kecepatan Angin Pada Pohon Antar Lokasi
Berdasarkan Gambar 14 dari data hasil pengukuran kecepatan angin terlihat perbandingan kecepatan berdasarkan laju perubahan dari yang terendah yaitu Lokasi 3 < Lokasi 1 < Lokasi 2. Struktur pohon pada Lokasi 2 memiliki kecepatan angin yang lebih besar dibandingkan lokasi lainnya. Hal tersebut dapat terjadi diduga karena jika dilihat pada titik-titik pengambilan data di Lokasi 2, lokasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya. Selain itu, penanaman yang berkelompok pada Lokasi 2 dapat menjadi faktor memiliki kecepatan angin
paling tinggi. Karena dengan penanaman yang tunggal/berkelompok dapat mengarahkan angin sehingga angin yang datang akan lebih maksimal dibandingkan dengan pohon dengan penanaman tunggal yang cenderung memecah angin. Hal itu yang terjadi pada Lokasi 1 yaitu pohon dengan sistem penanaman tunggal. Pada Lokasi 1 laju perubahan kecepatan angin selama waktu pengukuran relatif sedang hingga akhir. Pada Lokasi 3, titik-titik pengambilan data berbatasan dengan bangunan-bangunan yang ada di luar area KRC sehingga angin yang datang dari arah horizontal akan dipecahkan.
Selain faktor-faktor sekitar lokasi pengamatan saja yang mempengaruhi hasil pengukuran. Namun, karaktersitik struktural menjadi faktor utama yang dapat menyebabkan suhu udara di setiap lokasi berbeda-beda. Karakteristik struktural pohon setiap lokasi memiliki kemampuan yang berbeda-beda pula dalam menciptakan iklim mikro yang nyaman. Hal tersebut dapat dilihat pada analisis berikut ini pada Tabel 9.
: Analisis Suhu Udara : Analisis Kelembaban Udara
: Analisis Angin
Tabel 9 Analisis Karakteristik Struktural Pohon
: Meningkatkan Suhu, RH, Tidak mengarahkan angin
: Menurunkan Suhu, RH, mengarahkan angin : Keduanya
Berdasarkan analisis pada Tabel 9 tersebut, Pada Lokasi 1 dengan suhu udara : titik 1 (Araucaria heterophylla : 24,8 C); titik 2 (Araucaria cunninghamii : 25,5 C); & titik 3 (Araucaria cunninghamii : 25,2 C), secara umum ketiga titik memiliki karakteristik struktural untuk menaikkan suhu udara sangat baik karena ketiga sample ditanam secara tunggal, termasuk pohon tinggi, dan kepadatan tajuk yang padat.
Hasil pengukuran suhu udara pada Lokasi 1 masih berada di bawah batas nyaman manusia yaitu di bawah 27 C, sehingga kemampuan yang dimiliki setiap strukturnya untuk meningkatkan suhu udara dapat dimanfaatkan untuk merekayasa iklim. Namun, ketiga bentuk tajuk pada Lokasi 1 ini yaitu bentuk piramidal yang berkemampuan untuk menurunkan/mereduksi suhu udara, sehingga dapat menjadi penyeimbang dalam menciptakan suhu udara yang nyaman bagi manusianya. Analisis karakteristik struktural berdasarkan kelembaban udara dipengaruhi oleh teori yang menyatakan bahwa suhu udara berbanding terbalik dengan kelembaban udara sehingga kemampuan setiap pohon untuk meningkatkan dan menurunkan kelembaban udara tergantung pada suhu udaranya.
Hasil pengukuran kelembaban udara pada Lokasi 1 yaitu (Araucaria heterophylla : 75,0%); (Araucaria cunninghamii : 72,2%); & (Araucaria cunninghamii : 73,0%). Kelembaban udara Lokasi 1 masih berada pada kategori nyaman yaitu di bawah 75%, karakteristik pohon di ketiga titik pengambilan data yaitu kepadatan tajuk yang padat untuk transmisi, penanaman tunggal dan jarak tanam yang tidak rapat, sehingga dari karakteristik tersebut Lokasi 1 memiliki kemampuan untuk menurunkan kelembaban udara yang sangat baik. Akan tetapi, sama halnya dengan suhu udara, bentuk tajuk pada Lokasi 1 yaitu bentuk piramidal dapat menjadi penyeimbang dalam kemampuannya untuk meningkatkan kelembaban udara. Selain itu, karakteristik struktural pohon dari Lokasi 1 ini dianalisis pula dengan melihat kemampuannya dalam mengarahkan angin.
Pada Lokasi 1 dengan kecepatan angin hasil pengukuran yaitu (Araucaria heterophylla : 0,3 m/s); (Araucaria cunninghamii : 0,4 m/s); & (Araucaria cunninghamii : 0,6 m/s), nilai kecepatan tersebut masih berada dibatas nyaman karena terhitung masih sangat kecil/pelan. Analisis karakteristik struktural pohon
berdasarkan Tabel 9, pada Lokasi 1 menunjukkan bahwa kemampuan pohon-pohon tersebut untuk mengarahkan angin sangat besar, hanya terkendala pada penanaman pada lokasi ini yang tunggal sehingga dapat menyebabkan angin menyebar tidak terarah. Karakteristik berbeda ditunjukkan oleh Lokasi 2, yang karakteristik pohonnya sangat beragam.
Lokasi 2 memiliki keberagaman karakteristik pada setiap pohonnya. Kombinasi dari ketiga karakteristik struktural tersebut dapat meningkatkan dan menurunkan suhu udara maupun keduanya dengan seimbang. Namun, jika dilihat dari nilai suhu udara masing-masing titik yaitu titik 4 (Eucalyptus saligna : 24,5 C); titik 5 (Eugenia formosa : 23,1 C); & titik 6 (Castanopsis jamaica : 25,1 C), ketiganya memiliki nilai dibawah 27 C sehingga kemampuan untuk meningkatkan suhu dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam menciptakan suhu udara yang nyaman bagi kegiatan manusia. Walaupun berdekatan dengan material yang dapat menghasilkan panas jika terkena sinar matahari, akan tetapi Lokasi 2 yang berada pada topografi bergelombang diperkirakan tetap dapat menyeimbangkan naik turunnya suhu udara dengan faktor-faktor yang dimilikinya tersebut. Kemampuan tersebut juga mempengaruhi kemampuan pohon di Lokasi 2 untuk meningkatkan maupun menurunkan kelembaban udara.
Pada Lokasi 2 memiliki kelembaban udara hasil pengukuran yaitu (Eucalyptus saligna : 80,6%); (Eugenia formosa : 80,1%); & (Castanopsis jamaica : 76,1%), yang berada diatas batas nyaman karena kelembaban udara dari seluruh titik pengambilan data berada di atas 75%. Lokasi 2 memiliki karakteristik yang sangat beragam sehingga kemampuan dalam meningkatkan, menurunkan maupun keduanya dimiliki dengan seimbang. Namun, jika dilihat dari nilai kelembaban udara Lokasi 2 yang berada diatas batas nyaman, kemampuan untuk menurunkan kelembaban udara dimanfaatkan secara maksimal agar dapat tercipta kelembaban udara yang nyaman untuk manusia. Selain suhu udara dan kelembaban udara, masih terdapat unsur iklim yang dapat menciptakan kenyamanan yaitu dari kemampuan pohon dalam mengarahkan angin.
Kecepatan angin pada lokasi ini yaitu (Eucalyptus saligna : 0,1 m/s); (Eugenia formosa : 1,1 m/s); & (Castanopsis jamaica : 0,2 m/s). Setiap titik menunjukkan perbedaan kecepatan angin yang cukup besar. Hal tersebut
diperkirakan dapat terjadi karena topografi di Lokasi 2 cukup bergelombang. Akan tetapi, kecepatan angin tersebut masih diatas batas nyaman karena kecepatan angin masih dibawah 2 m/s. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 9 dengan karaktersitik beragam yaitu struktur pohon pada Lokasi 2 memiliki kemampuan untuk mengarahkan angin sangat baik. Hal tersebut didukung oleh penanaman pada lokasi ini yang secara berkelompok sehingga kemampuan tersebut dapat dimanfaat secara maksimal. Selain itu, Lokasi 3 memiliki karakteristik yang hampir sama seperti Lokasi 1.
Karakteristik struktural pada Lokasi 3 sangat cocok untuk meningkatkan suhu udara karena penanaman yang tunggal pada pohon tinggi dengan tajuk yang padat. Karakteristik struktural pada lokasi ini hampir mirip dengan lokasi 1. Suhu udara di Lokasi 3 yaitu : titik 7 (Eucalyptus saligna : 24,5 C); titik 8 (Eugenia formosa : 23,1 C); & titik 9 (Castanopsis jamaica : 25,1 C), suhu udara yang masih berada di bawah 27 C sehingga nyaman untuk manusia. Oleh karena itu, kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan suhu udara harus tetap menjaga agar suhu udara tetap pada suhu udara yang nyaman. Berbanding terbalik dengan kemampuan pohon dalam meningkatkan maupun menurunkan kelembaban udara. Lokasi 3 memiliki nilai kelembaban udara yaitu (Eucalyptus saligna : 79,0%); (Eugenia formosa : 74,4%); & (Castanopsis jamaica : 76,5%), sama dengan lokasi 2 yaitu diatas batas nyaman. Dengan karakteristik yang sama seperti Lokasi 1, maka kemampuan yang dimiliki struktur pohon Lokasi 3 sama seperti Lokasi 1 yaitu menurunkan kelembaban udara. Kemampuan ini dapat mendukung untuk menciptakan kelembaban udara yang nyaman karena pada lokasi ini kelembaban udara berada sedikit diatas batas nyaman yaitu 75%. Nilai kelembaban yang ideal sehingga menimbulkan tingkat kenyamanan yang tinggi terutama bagi orang Indonesia yaitu 40-75%, nilai tersebut tidak terlalu kering dan tidak juga terlalu lembab (Laurie, 1986). Selain itu juga, kemampuan pohon pada Lokasi 3 dalam mengarahkan angin cukup baik.
Karakteristik struktural Lokasi 3 sama seperti Lokasi 1. Oleh karena itu, kemampuan yang dihasilkan dari struktur pohon tersebut sama. Selain itu, kecepatan angin pada Lokasi 3 juga tidak jauh berbeda dengan Lokasi 1 tapi Lokasi 3 jauh lebih kecil kecepatan anginnya, yaitu (Eucalyptus saligna : 0,2
m/s); (Eugenia formosa : 0,1 m/s); & (Castanopsis jamaica : 0,2 m/s). Sehingga kemampuan untuk mengarahkan cukup dibutuhkan agar pada titik-titik lokasi yang banyak dijadikan lokasi berkegiatan manusia dapat tetap berada pada situasi nyaman.
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis yang telah diuraikan, dengan karakteristik struktural yang cenderung homogen jika dirata-ratakan pohon dapat menurunkan suhu udara sebesar 0,8 C. Dan telah diketahui pula bahwa suhu udara di seluruh area KRC pada pohon memiliki suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin yang masih pada batas nyaman. Oleh karena itu, tidak diperlukan modifikasi pada struktur RTH agar suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin tetap berada pada kondisi nyaman untuk kegiatan manusia. Pada Lokasi 2 yang memiliki kelembaban diatas 75% untuk menurunkan kelembaban tersebut sebaiknya pengaturan jarak tanam pada lokasi ini sehingga radiasi matahari dapat masuk lebih banyak sehingga mereduksi kelembaban udara.
5.1.2 Analisis Pengaruh Struktur RTH Semak Terhadap Iklim Mikro
Struktur semak tidak jauh berbeda dengan struktur pohon, yaitu memiliki kemampuan dalam menyerap radiasi matahari, memberikan nauangan, dan melakukan transpirasi sehingga dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara. Namun, karena ukuran semak lebih kecil dari pada pohon maka kemampuannya dalam menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara tidak semaksimal pohon (Brown & Gillespie, 1995). Semak juga memiliki pengaruh terhadap angin, hanya saja dalam skala lebih kecil dari pohon. Semak sama seperti pohon, terdapat beberapa karakteristik struktural semak yang dapat mempengaruhi iklim mikro diantaranya: bentuk tajuk, penanaman, ukuran tanaman, dan kepadatan tajuk (Scudo, 2002).
Semak dengan tajuk piramidal dan bulat, ditanam berjejer/berkelompok, memiliki tinggi yang sedang (1-2 meter), serta memiliki kepadatan tajuk tinggi dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara. Sementara itu, semak dengan tajuk kolumnar/horisontal; ditanam secara tunggal; memiliki ukuran sangat rendah, rendah, atau tinggi (0,5-1 dan 2-3 meter); serta memiliki
kepadatan tajuk rendah sampai sedang memiliki kemampuan untuk meningkatkan suhu udara dan menurunkan kelembaban udara. Selain berpengaruh dalam suhu udara dan kelembaban udara sama seperti halnya pohon, semak juga berpengaruh terhadap angin.
Semak memiliki fungsi untuk mengarahkan angin, menyimpan, menghalangi, maupun menyaring angin. Semak yang dapat mengarahkan angin yaitu semak dengan karakteristik sebagai berikut. Semak yang memiliki bentuk tajuk kolumnar, piramidal, atau bulat; ditanam berjejer/berkelompok; memiliki ukuran rendah hingga tinggi (0,5-3 meter); dan memiliki kepadatan tajuk yang sedang/rendah. Untuk melihat pengaruh antara struktur RTH terhadap iklim mikro, dilakukan pengukuran iklim mikro yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin pada waktu yang sama seperti pengukuran pada pohon yaitu pukul 12.00 – 13.00 WIB.
Hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin pada struktur semak dapat dilihat pada Gambar 15, 16, dan 17.
Gambar 15 Grafik Suhu Udara Pada Semak Antar Lokasi
Dari gambar di atas, dapat dikatakan bahwa suhu udara semak secara keseluruhan pada menit awal pengukuran lebih tinggi dari pada suhu udara di menit akhir. Suhu udara semak yaitu berkisar antara 25 C - 32 C. Suhu udara yang berada diatas 28 C merupakan suhu udara yang tidak nyaman untuk manusia. Perbandingan suhu udara berdasarkan Gambar 15 yaitu suhu udara semak pada
Lokasi 1 < Lokasi 2 < Lokasi 3. Pada Lokasi 1 terlihat memiliki suhu udara lebih rendah daripada lokasi lainnya, hal ini dikarenakan tingkat penutupan awan saat pengukuran Lokasi 1 tinggi, sehingga suhu udara pun rendah. Semakin tinggi tingkat penutupan awan maka suhu udara rendah, dan sebaliknya semakin rendah tingkat penutupan awan maka suhu udara akan tinggi.
Pada Gambar 15 terlihat pula bahwa suhu udara semak pada Lokasi 2 dan Lokasi 3 relatif mirip. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kerapatan vegetasi pada lokasi-lokasi tersebut relatif sama. Penanaman semak berbeda halnya dengan pohon tetapi ada pula semak yang ditanam seperti pohon secara tunggal, jika semak ditanam secara bersama dalam pola desain atau tanam tertentu maka kerapatannya akan berbeda dengan semak yang ditanam tunggal (Asiani, 2007). Faktor-faktor tersebut berdasarkan kondisi yang terdapat di lokasi pengamatan.jika dilihat perbandingan pada suhu udara semak dapat membuktikan tujuan dilakukannya perbandingan struktur semak antar lokasi yaitu melihat ada/tidaknya pengaruh lingkungan luar KRC terhadap iklim mikro. Namun, hal tersebut juga masih dipengaruhi dengan kondisi sekitar lokasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pengukuran juga dilakukan untuk mengetahui kelembaban udara pada semak. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 16.
Berdasarkan Gambar 16, kelembaban udara di ketiga lokasi tersebut berada diantara 60-80%. Perbandingan kelembaban udara berdasarkan laju perubahan Lokasi 3 < Lokasi 2 < Lokasi 1. Kelembaban udara pada Lokasi 2 dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi/ kerindangan yang cukup rapat sehingga kelembaban udara juga cenderung tinggi. Jika dilihat perbandingan kelembaban udara pada semak ini merupakan perbandingan yang berbanding terbalik dengan suhu udaranya. Hal ini kembali membuktikan bahwa kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara.
Selain suhu udara dan kelembaban udara, yang diukur bersama-sama yaitu kecepatan angin pada struktur semak. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Grafik Kecepatan Angin Pada Semak Antar Lokasi
Berdasarkan Gambar 17 dari data hasil pengukuran lapang terlihat laju perubahan kecepatan angin setiap lokasi untuk struktur semak ini relatif kecil. Perbandingan kecepatan angin yaitu Lokasi 3 < Lokasi 1 < Lokasi 2. Pada Lokasi 2 merupakan lokasi dengan kecepatan angin paling besar. Hal tersebut dapat terjadi sama halnya seperti struktur pohon yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu ketinggian tempat. Lokasi 2 merupakan lokasi pangambilan data yang titik-titik pengukurannya lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya.
Kecepatan angin pada Lokasi 1 dan Lokasi 3 relatif beriringan selama waktu pengukuran tersebut. Hal ini dapat terjadi karena dua lokasi tersebut memiliki ketinggian yang relatif sama sehingga angin yang datang pada lokasi-lokasi tersebut tidak sebesar/sekencang Lokasi 2. Selain itu, kondisi Lokasi 1 dan Lokasi 3 yang tidak terlalu rindang menyebabkan kecepatan angin relatif beriringan. Faktor penting yang mempengaruhi hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin pada semak ini sama seperti pada struktur pohon dalam menciptakan iklim mikro yang nyaman.
oleh karena itu, dilakukan analisis karaktersitik struktural dan dapat dilihat pada Tabel 10.
: Analisis Suhu Udara : Analisis Kelembaban Udara
: Analisis Angin
Berdasarkan analisis pada Tabel 10 tersebut, setiap lokasi memiliki karakteristik struktur semak yang beragam namun, kemampuan meningkatkan dan menurunkan suhu udara sama seperti pohon.
Tabel 10 Analisis Karakteristik Struktural Semak
: Meningkatkan Suhu, RH, Tidak mengarahkan angin
: Menurunkan Suhu, RH, mengarahkan angin : Keduanya
Secara umum ketiga sample semak pada Lokasi 1 dengan suhu udara yaitu : titik 1 (Araucaria cunninghamii : 24,8 C); titik 2 (Araucaria cunninghamii : 24,4 C); & titik 3 (Calliandra calothyrsus : 26,2 C), memiliki karakteristik struktural untuk meningkatkan suhu udara sangat baik karena 2 dari 3 sample ditanam secara tunggal dan kepadatan tajuk yang padat. Karakteristik tersebut dapat menjadi pelengkap dari karakteristik pohon yang dimiliki Lokasi 1 untuk menciptakan suhu udara yang nyaman. Namun, ketiga bentuk tajuk pada Lokasi 1 ini berkemampuan untuk menurunkan suhu udara, hal tersebut dapat menjadi penyeimbang dalam menciptakan suhu udara yang nyaman bagi manusianya.
Berdasarkan kelembaban udara, secara umum Lokasi 1 memiliki nilai kelembaban udara yaitu (Araucaria cunninghamii : 75,5%); (Araucaria cunninghamii
: 75,7%); & (Calliandra calothyrsus : 72,2%), sedikit diatas batas nyaman. Hasil analisis suhu udara menunjukkan lebih besar berkemampuan untuk menaikkan suhu udara itu artinya berarti berkemampuan besar untuk menurunkan kelembaban udara. Kondisi tersebut dapat digunakan untuk menurunkan kelembaban udara pada lokasi ini dengan maksimal karena berdasarkan hasil pengukuran nilai kelembaban udara Lokasi 1 cukup tinggi.
Namun, analisis karakteristik struktural semak dalam melihat kemampuannya dalam mengarahkan angin, Lokasi 1 yang memiliki kecepatan angin (Araucaria cunninghamii : 0,1 m/s); (Araucaria cunninghamii : 0,4 m/s); & (Calliandra calothyrsus : 0,5 m/s), kecepatan angin tersebut berada dibawah batas nyaman. Hasil analisis struktural pada Tabel 10 menunjukkan semak pada Lokasi 1 kemampuan mengarahkan angin dan tidak mampu mengarahkan anginnya seimbang. Sehingga kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengkombinasikan kemampuan seluruh struktur RTH agar tercipta angin yang nyaman serta aman untuk kegiatan manusia.
Keadaan berbeda terjadi pada lokasi 2 dengan nilai suhu udara yaitu : titik 4 (Carex morowii : 26,8 C); titik 5 (Fagraera sp : 28,3 C); & titik 6 (semak liar : 27,3 C), diperkirakan faktor lingkungan di lokasi ini diduga memiliki kemampuan untuk meningkatkan suhu udara yang sangat baik sama halnya dengan struktur pohon, karena berdekatan dengan material yang dapat menghasilkan panas jika
terkena radiasi matahari seperti aspal dan bebatuan. Berbeda dengan pohon yang banyak ditanam secara berkelompok yang memiliki kemampuan untuk menurunkan suhu, semak pada Lokasi 2 ditanam secara tunggal sehingga berkemampuan untuk meningkatkan suhu udara yang baik tetapi hal tersebut dapat sangat membahayakan karena suhu udara semak di lokasi ini diambang batas nyaman. Jika kemampuan tersebut dimanfaatkan secara maksimal akan menimbulkan suhu udara yang tidak nyaman untuk kegiatan manusia. Padahal kemampuan berbanding terbalik yaitu dengan hasil analisis kemampuan semak dalam meningkatkan maupun menurunkan kelembaban udara.
Pada lokasi 2 mempunyai nilai kelembaban udara yaitu (Carex morowii
:70,0%); (Fagraera sp : 60,3%); & (semak liar : 65,1%), yang masih pada batas nyaman masih berada di bawah 75%. Dengan melihat hasil analisis suhu udara yang berkemampuan lebih besar untuk meningkatkan suhu udara sehingga struktur semak Lokasi 2 untuk kelembaban udara memiliki kemampuan menurunkan kelembaban udara. Akan tetapi, dengan nilai kelembaban udara berdasarkan pengukuran lapang yang cukup nyaman untuk manusia maka kemampuan struktur semak untuk menurunkan kelembaban udara tersebut sebaiknya diminimalisir agar kelembaban udara pada lokasi tersebut tetap pada batas nyaman.
Hasil pengukuran semak di dua lokasi itu pun memiliki nilai yang masih cukup kecil sehingga masih di bawah batas nyaman, nilai-nilai tersebut berturut-turut yakni (Carex morowii : 0,1 m/s); (Fagraera sp : 0,8 m/s); & (semak liar : 0,7 m/s). Analisis karakteristik struktural terhadap kemampuan dalam mengarahkan angin, menghasilkan proporsi kemampuan mengarahkan maupun tidak mengarahkan angin dari struktur semak-semak tersebut seimbang.
Pada lokasi selanjutnya yaitu Lokasi 3, karakteristik yang dimilikinya mendominasi kemampuan untuk meningkatkan suhu udara dengan penanaman secara tunggal dan kepadatan tajuk yang padat. Selain itu pengaruh faktor lingkungan pada titik-titik lokasi yang berdekatan dengan aspal jalan diperkirakan akan semakin memperkuat kemampuan karakteristik semak Lokasi 3 untuk meningkatkan suhu udaranya. Selain itu, kemampuan tersebut dapat membuat kondisi di lokasi ini semakin tidak nyaman untuk manusia karena Lokasi 3
memiliki suhu udara yang berada di atas batas nyaman yaitu titik 7 (Chamaedorea sp : 28,9 C); titik 8 (Duranta sp : 28,6 C); & titik 9 (Castanospermum australe : 27,3 C).
Lokasi 3 memiliki nilai kelembaban udara yaitu (Chamaedorea sp : 66,0%); (Duranta sp : 59,4%); & (Castanospermum australe : 65,0%) sama dengan Lokasi 2 yaitu pada kategori nyaman. Berdasarkan analisis karakteristik struktur semak Lokasi 3 ini memiliki kemampuan untuk menurunkan kelembaban udara yang baik. Akan tetapi, dengan hasil pengukuran yang masih pada kondisi nyaman sehingga kemampuan untuk menurunkan kelembaban udara di Lokasi 3 harus tetap pada batas nyaman agar tingkat kelembaban udara pada Lokasi 3 tidak terlalu kering sehingga dapat membuat tidak nyaman untuk kegiatan manusia.
Struktur semak memiliki hasil analisis yang berbeda dengan struktur pohon sebelumnya yang didominasi oleh kemampuan pohon untuk mengarahkan angin sangat baik hampir di setiap lokasi pengamatan. Struktur semak yang memiliki tinggi mulai dari rendah hingga sangat rendah sangat mempengaruhi kemampuan setiap semak tersebut dalam mengarahkan angin. Begitu pula yang terjadi pada Lokasi 3, analisis struktural tersebut memhasilkan proporsi kemampuan mengarahkan maupun tidak mengarahkan seimbang. Hasil pengukuran semak di dua lokasi itu pun memiliki nilai yang masih cukup kecil sehingga masiih di bawah batas nyaman, nilai-nilai tersebut berturut-turut yakni (Chamaedorea sp : 0,2 m/s); (Duranta sp : 0,1 m/s); & (Castanospermum australe
: 0,3 m/s).
Setelah diketahui bahwa semak suhu udara sedikit diatas batas nyaman, akan tetapi kelembaban udara dan kecepatan angin masih pada batas nyaman di seluruh area KRC. Oleh karena itu, diperlukan sedikit modifikasi pada struktur RTH semak agar dapat mereduksi suhu udara namun tetap mempertahankan kelembaban udara dan kecepatan angin agar tetap pada keadaan yang nyaman. Semak memiliki kemampuan mereduksi suhu udara lebih buruk dari pohon disebabkan oleh ukurannya yang lebih kecil daripada pohon. Untuk menurunkan suhu udara pada struktur RTH semak, dapat dilakukan melalui beberapa modifikasi.
Setelah didapatkan hasil pengukuran dan dilakukan analisis karakteristik struktural semak pada area KRC ini jika dirata-ratakan dapat menurunkan suhu udara sebesar 0,6 C. Kemampuan tersebut lebih kecil dari pada pohon, dapat dikarnakan karakteristik struktural semak yang juga berukuran lebih kecil. Pemilihan semak dengan karakteristik struktural yang baik dalam menurunkan suhu udara dapat memaksimalkan kemampuan semak dalam menurunkan suhu udara. Sama halnya dengan pohon, semak yang baik dalam menurunkan suhu udara memiliki beberapa karakteristik struktural seperti bentuk tajuk piramidal atau bulat, ditanam berjejer atau berkelompok, memiliki tinggi yang sedang (1-2 meter), dan memiliki kepadatan tajuk tinggi. Contoh spesies semak yang memiliki karakteristik-karakteristik tersebut antara lain: kaliandra (Caliandra sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis), kembang pukul delapan (Turnera subulata), dll.
5.1.3 Analisis Pengaruh Struktur RTH Rumput Terhadap Iklim Mikro Rumput merupakan struktur RTH dengan tinggi kurang dari 0,5 meter dan dengan karakter ujung daun yang runcing. Rumput memiliki kemampuan dalam memantulkan dan menyerap radiasi matahari serta menghasilkan evapotranspirasi sehingga suhu udara dapat direduksi. Dalam hal mengontrol angin, rumput memiliki kemampuan mereduksi kecepatan angin karena rumput menutupi permukaan tanah dan membuat permukaan tanah menjadi lebih kasar. Akan tetapi, ukuran rumput yang cukup rendah menyebabkan kemampuannya dalam mereduksi kecepatan angin tidak maksimal dan tidak memiliki kemampuan dalam mengarahkan angin. Rumput merupakan struktur RTH yang tidak memiliki karakteristik struktural seperti pohon dan semak, oleh karena itu, untuk mempermudah analisis maka diamati berdasarkan kondisi lingkungan sekitar lokasi pengukuran.
Menurut Robinette (1977), struktur naungan yang ada pada RTH mampu mempengaruhi suhu udara dan kelembaban udara pada RTH tersebut. Struktur naungan itu dapat berupa struktur bangunan maupun tanaman. Berdasarkan hal tersebut, maka mengamati struktur lain yang terdapat di sekitar titik pengukuran
lawn/rumput menjadi hal penting. Untuk melihat pengaruh antara struktur RTH rumput terhadap iklim mikro dilakukan pengukuran suhu udara, kelembaban
udara, dan kecepatan angin di atas hamparan rumput. Pengukuran dilakukan pada pukul 12.00 – 13.00 WIB. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada Gambar 18, 19, dan 20.
Gambar 18 Grafik Suhu Udara Pada Lawn/Rumput Antar Lokasi
Berdasarkan gambar di atas, suhu udara lawn area yaitu berkisar antara 25-35 C terdapat suhu udara yang tidak nyaman untuk manusia karena berada di atas 28 C. Menurut Laurie (1986), suhu udara yang nyaman untuk manusia antar 27 C - 28 C. Laju perubahan suhu udara yang terjadi di setiap titik pengambilan data sangat berbeda. Pada Lokasi 1 suhu udara lebih rendah dibandingkan dengan lokasi lainnya. Selain itu selama satu jam, pengukuran laju perubahan menunjukan bahwa suhu udara di lokasi tersebut cenderung terus menurun.
Hal ini diduga dipengaruhi oleh tingkat penutupan awan yang menutupi sinar matahari pada Lokasi 1 tinggi, sehingga suhu yang dihasilkan lebih rendah. Berbeda dengan Lokasi 1, suhu udara pada Lokasi 2 terlihat lebih tinggi dibandingkan dua lokasi lainnya. Hal tersebut dapat terjadi karena pada Lokasi 2 keberadaan titik-titik pengambilan data berdekatan dengan aspal jalan raya yang dapat diduga pula mempengaruhi suhu udara karena terjadi pemanasan pada elemen-elemen tersebut. Perbandingan suhu berdasarkan Gambar 18 yaitu suhu udara Lokasi 1 < Lokasi 3 < Lokasi 2. Dengan perbandingan tersebut, maka menunjukkan bahwa lokasi tidak berpengaruh nyata terhadap suhu udara.
Gambar 19 Grafik Kelembaban Udara Pada Lawn/Rumput Antar Lokasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Gambar 19, terlihat bahwa laju perubahan setiap lokasi sangat berbeda. Pada Lokasi 1 laju perubahan cenderung meningkat sedangkan pada dua lokasi lainnya laju perubahan yang terjadi cenderung menurun hingga akhir waktu pengukuran terjadi peningkatan yang tidak terlalu tinggi. Perbandingan kelembaban udara dari yang terendah yaitu Lokasi 2 < Lokasi 3 < Lokasi 1. Hal yang mempengaruhi yaitu kerapatan vegetasi yang cenderung rapat. Perbandingan tersebut merupakan kebalikan dari perbandingan suhu udara pada rumput.
Selain suhu udara dan kelembaban udara pada lawn/rumput pun dilakukan pengukuran kecepatan angin bersamaan dengan pengukuran unsur iklim lainnya. Struktur RTH lawn/ hamparan rumput merupakan struktur yang tidak memiliki naungan, hanya ruang terbuka dengan permukaan tanah hanya dilapisi oleh rumput. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Grafik Kecepatan Angin Pada Lawn/Rumput Antar Lokasi
Berbeda dengan kecepatan angin pada struktur semak, struktur lawn/hamparan rumput, Perbandingannya yaitu Lokasi 3 < Lokasi 2 < Lokasi 1. Hal tersebut dapat terjadi akibat kondisi cuaca pada saat pengukuran di Lokasi 1 yang berawan dan berangin cukup kencang dan Lokasi 1 merupakan lokasi dengan lawn paling luas dibanding lokasi lainnya dan lebih sedikit penghalang sehingga mengakibatkan kecepatan angin pada lokasi ini lebih besar dibandingkan lokasi lainnya. Berdasarkan Gambar 20 hasil pengukuran lapang, pada Lokasi 2 dan 3 laju perubahan relatif sama, tidak mengalami perubahan yang meningkat tajam pada setiap menitnya. Selain itu, terlihat di beberapa menit lokasi-lokasi tersebut tidak memiliki kecepatan angin. Dengan begitu artinya pada menit tersebut tidak terdapat angin yang datang pada lokasi pangambilan data.
Struktur lawn/rumput ini merupakan struktur yang tidak memiliki naungan kecuali jika dihubungkan dengan sekitarnya seperti vegetasi lain dan bangunan. Oleh sebab itu, analisis karaktersitik sedikit berbeda dengan struktur semak dan pohon. Pada struktur lawn/rumput dengan menganalisis karakteristik lingkungan antar lokasi. Analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11 Analisis Karakteristik Lingkungan Lawn (Rumput)
: Analisis Suhu Udara : Analisis Kelembaban Udara
: Analisis Angin
Berdasarkan analisis (Tabel 11) tersebut, pada Lokasi 1 dengan faktor-faktor yang secara keseluruhan memiliki kemampuan untuk meningkatkan suhu udara yang baik. Namun, hal tersebut dapat membuat kenyamanan di Lokasi 1 menjadi kurang nyaman karena suhu udara yang melebihi batas nyaman manusia, Lokasi 1 memiliki nilai suhu udara yaitu: 25,7 C; 25,2 C; & 26,6 C. Dengan begitu, kemampuan tersebut dapat dikombinasikan dengan struktur RTH lainnya yang ada pada lokasi yang sama.
Pada Lokasi 2, hasil analisis menunjukkan kemampuan berbeda yaitu untuk meningkatkan maupun menurunkan memiliki proporsi yang seimbang. Hal tersebut dapat bermanfaat sebagai pendukung terciptanya suhu udara yang nyaman untuk kegiatan manusia dengan struktur RTH lainnya. Suhu udara pada lokasi ini diatas batas nyaman yaitu 31,8 C; 36,9 C; 32,1 C. Kemampuan untuk menurunkan suhu udara sangat dibutuhkan untuk membuat lokasi ini kembali nyaman dengan bantuan struktur RTH lainnya yang berada di sekitarnya. Lokasi 3 memiliki kemampuan yang sama seperti Lokasi 1, sehingga sangat diperlukan perpaduan struktur RTH lainnya agar kenyamanan pada lokasi-lokasi tersebut tetap terjaga. Suhu udara pada lokasi ini sudah diatas batas nyaman yaitu 31,5 C; 31,4 C; & 33,3 C.
Pada analisis karakteristik lingkungan lawn/rumput untuk suhu udara, mayoritas lokasi didominasi kemampuannya untuk meningkatkan suhu udara dengan faktor pendukung yang berada di setiap lokasi. Oleh sebab itu,
: Meningkatkan Suhu, RH, Tidak mengarahkan angin
: Menurunkan Suhu, RH, mengarahkan angin : Keduanya
kemampuan yang dimiliki setiap lawn untuk kelembaban udara yaitu menurunkan kelembaban udara. Kemampauan tersebut dapat dimaksimalkan maupun diminimalkan agar tetap dapat kelembaban udara yang nyaman untuk manusia berkegiatan tidak terlalu kering maupun tidak terlalu lembab.
Struktur lawn/rumput sama seperti analisis-analisis sebelumnya yang menggunakan faktor lingkungan untuk menganalisis, pada analisis kecepatan angin pun demikian karena lawn tidak memiliki struktur seperti struktur RTH lainnya. Jika dilihat dari Tabel 11 yang merupakan analisis berdasarkan ada atau tidaknya bangunan di sekitar lawn tersebut dihasilkan pada Lokasi 1 menunjukkan tidak adanya bangunan karena lokasi tersebut didominasi oleh lawn area/ hamparan rumput. Oleh karena itu, pada Lokasi 1 menunjukkan kemampuan untuk mengarahkan angin karena dengan tidak adanya bangunan diperkirakan angin tidak akan membelok arah/ berbalik arah. Hasil berbeda ditunjukkan oleh Lokasi 2 dan Lokasi 3. Keadaan berbalik ditunjukkan oleh dua lokasi tersebut. Pada Lokasi 2 menghasilkan analisis dengan adanya 2 titik yang berdekatan dengan bangunan maka kemampuan untuk mengarahkan angin sangat kecil. Lokasi 3 menunjukkan bahwa hanya 1 lokasi yang berdekatan dengan bangunan sehingga kemampuan mengarahkan anginnya masih cukup besar. Jika kemampuan tersebut diurutkan maka Lokasi 1 > Lokasi 3 > Lokasi 2.
Telah diketahui bahwa suhu udara pada seluruh lawn/rumput di KRC memiliki nilai cukup tinggi dan berada pada kategori tidak nyaman. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi pada struktur RTH agar dapat menurunkan suhu udara.
Lawn/rumput memiliki kemampuan menurunkan suhu udara paling buruk di antara struktur RTH lainnya. Hal ini terjadi karena lawn/ rumput tidak memiliki tajuk sehingga tidak memiliki karakteristik struktural yang dapat mereduksi suhu udara. Untuk meningkatkan kenyamanan manusia, perlu dilakukan modifikasi pada lawn area/ hamparan rumput yang sering digunakan sebagai area rekreasi agar suhu udara dapat diturunkan. Untuk menurunkan suhu udara pada
lawn/rumput, diperlukan modifikasi dari kondisi lingkungan. Penempatan struktur penaung seperti tanaman dan bangunan dekat lawn area dapat menaungi struktur RTH rumput dari paparan langsung radiasi matahari sehingga suhu udara dapat diturunkan.
Struktur RTH lawn/rumput tidak memiliki tajuk yang dapat mengarahkan aliran angin. Untuk memaksimalkan kecepatan angin pada lawn/rumput diperlukan modifikasi dari kondisi lingkungan. Peletakan lawn area yang berdekat dengan struktur lain yang dapat mengarahkan angin dapat memaksimalkan kecepatan angin. Struktur pengarah tersebut dapat berupa jalan atau barisan tanaman yang memiliki orientasi yang sama dengan orientasi aliran angin. Selain itu, untuk memaksimalkan kecepatan angin, perlu dihindari peletakan lawn area dekat dengan struktur penghalang angin seperti tanaman atau bangunan.
5.1.4 Analisis Pengaruh Berbagai Struktur RTH Terhadap Suhu Udara Selain dilakukan analisis suhu udara pada struktur RTH yang sama di antar lokasi, dilakukan pula analisis berdasarkan struktur RTH yang berbeda pada lokasi yang sama. Berdasarkan hipotesis kemampuan setiap struktur RTH dalam mereduksi/menurunkan suhu udara berbeda-beda. Struktur pohon merupakan struktur dengan kemampuan mereduksi suhu udara yang paling tinggi dibandingkan struktur RTH lainnya. hal tersebut karena pohon memiliki tajuk lebih tinggi dan lebih padat sehingga memiliki kemampuan yang baik untuk menaungi dan menyerap radiasi matahari oleh karena itu dapat mereduksi suhu udara dengan baik.
Struktur semak merupakan struktur RTH kedua yang memiliki kemampuan mereduksi suhu udara lebih baik karena semak memiliki kemampuan dalam menaungi dan menyerap radiasi matahari, namun dalam skala lebih kecil dari pohon. Pada struktur lawn/rumput tidak memiliki kemampuan manaungi lokasi sekitarnya. Hal tersebut karena rumput tidak memiliki naungan tajuk seperti pohon dan semak. Sehingga rumput dipengaruhi faktor lingkungannya dalam mereduksi suhu udara menyebabkan hasil pengukuran tidak sesuai perkiraan. Oleh karena itu, dilakukan analisis pengaruh struktur RTH terhadap suhu udara. Rata-rata suhu udara pada struktur RTH di setiap lokasi dapa dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Hasil Pengukuran Lapang Unsur Iklim Suhu Udara
Struktur RTH Suhu Udara Rata-rata ( C) Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
Pohon 25,2 24,2 24,4
Semak 25,3 26,5 28,3
Lawn 25,8 29,6 32,1
Jika dilihat dari hasil rata-rata pada Tabel 12, perbandingan yang dihasilkan menunjukkan bahwa suhu udara pohon < semak < lawn/rumput. Tabel diatas telah menjelaskan bahwa perbedaan karakteristik struktural memiliki pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap suhu udara yang tercipta di setiap lokasi. Hasil pengukuran tersebut dapat terlihat pada Gambar 21, Gambar 22 dan Gambar 23. Setiap struktur memiliki nilai suhu udara yang berbeda-beda.
Gambar 21 Grafik Suhu Udara Pada Lokasi 1
Berdasarkan data hasil pengukuran lapang pada Gambar 21 tersebut, terlihat bahwa suhu udara pada ketiga struktur RTH yaitu di bawah 27 C, suhu udara tersebut masih di batas nyaman manusia (Laurie, 1986). Jika dilihat laju perubahan selama pengukuran berlangsung, suhu udara pada setiap struktur RTH berbeda-beda. Pohon memiliki laju yang cenderung terus menurun selama pengukuran. Namun, pada semak terlihat laju yang berubah-ubah dengan perubahan cukup sering selama pengukuran, sedangkan pada lawn/rumput laju
cenderung terus naik berbanding terbalik dengan pohon. Hal tersebut dapat diperkirakan oleh beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab.
Salah satu yang diperkirakan menjadi penyebab yaitu tingkat tutupan awan yang berbeda-beda. Akan tetapi selain itu, faktor naungan tajuk menjadi pengaruh yang menyebabkan suhu udara pohon lebih rendah dibandingkan struktur RTH lainnya. Jika lawn/rumput memiliki nilai suhu udara yang paling tinggi itu karena karakteristik struktural lawn yang tidak memiliki naungan tajuk dan naungan dari sekitar sehingga radiasi matahari diterima lebih banyak dibandingkan struktur RTH lainnya. Perbandingan suhu udara berdasarkan struktur RTH (Gambar 13) yaitu pohon < semak < lawn/rumput. Perbandingan tersebut merupakan bukti darii hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu pohon memiliki suhu udara lebih rendah dibandingkan suhu udara struktur RTH lainnya karena pengaruh karakteristik strukturalnya.
Pengukuran suhu udara pada Lokasi 2 sama halnya dengan pengukuran suhu udara pada Lokasi 1. Hasil pengukuran suhu tersebut dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Grafik Suhu Udara Pada Lokasi 2
Dari Gambar 22, dapat dikatakan bahwa suhu udara pada Lokasi 2 sedikit berbeda pada laju perubahan di setiap struktur RTHnya dengan hasil pengukuran pada Lokasi 1. Secara keseluruhan perubahan laju suhu udara pada Lokasi 2 cenderung
stabil tidak seperti Lokasi 1 yang cukup drastis setiap strukturnya. Pada menit awal pengukuran pohon dan semak memiliki suhu udara lebih tinggi dari pada suhu udara di menit akhir. Pada lawn/rumput memiliki laju yang terus naik selama satu jam pengukuran. Sehingga jika dibandingkan, berdasarkan perubahan lajunya maka lawn/rumput memiliki perubahan laju yang berbeda dengan pohon dan semak yaitu naik sedangkan pohon dan semak cenderung menurun.
Faktor-faktor penyebab perbedaan laju dan hasil pengukuran pada Lokasi 2 ini hampir sama seperti Lokasi 1 yaitu karena perbedaan karakteristik struktural pohon, semak, dan lawn/rumput sehingga jumlah radiasi matahari yang diterima setiap strukturnya berbeda-beda. Salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi suhu udara pada tanaman yaitu tajuk. Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki tajuk paling terlihat kemampuannya dalam mereduksi sehingga suhu udara pohon lebih rendah dibandingkan semak dan lawn/rumput. Perbandingan suhu udara berdasarkan struktur RTH Lokasi 2 (Gambar 22) yaitu pohon < semak < lawn/rumput. Perbandingan pada Lokasi 2 pun dapat membuktikan hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya. Struktur RTH yang diukur suhu udaranya selain Lokasi 1 dan Lokasi 2 yaitu Lokasi 3. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 23.
Berdasarkan hasil pengukuran pada Lokasi 3, suhu udara berkisar antara 25-35 C sehingga terdapat suhu udara yang tidak nyaman karena yang nyaman untuk manusia yaitu 27 - 28 C (Laurie, 1986). Laju perubahan suhu udara yang terjadi di setiap struktur RTH Lokasi 3 sangat berbeda. Pada pohon suhu udara laju selama pengukuran cenderung konstan sehingga tidak ada peningkatan dan penurunana suhu udara yang cukup drastis. Berbeda dengan semak, laju perubahannya cenderung menurun hingga akhir pengukuran. Akan tetapi, suhu udara semak tetap lebih tinggi daripada pohon. Dan yang terjadi pada
lawn/rumput berbanding terbalik dengan semak yaitu meningkat pada pertengahan waktu pengukuran.
Hal tersebut dapat terjadi karena faktor-faktor yang sama seperti lokasi-lokasi lainnya yaitu faktor perbedaan karakteristik strukturalnya sehingga berbeda pula dalam menerima radiasi sinar matahari dan tingkat tutupan lahan yang berbeda-beda menjadi faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran. Perbandingan suhu berdasarkan struktur RTH Lokasi 3 (Gambar 23) yaitu pohon < semak < lawn/rumput. Secara keseluruhan berdasarkan hasil pengukuran dengan membandingkan struktur RTH di setiap lokasinya memiliki perbandingan suhu udara yang sama yaitu suhu udara pohon < semak < lawn/rumput. Hal tersebut menunjukkan bahwa karakteristik struktural memiliki pengaruh yang berbeda-beda untuk menciptakan suhu udara yang nyaman untuk manusia khususnya.
Selain itu untuk mengetahui perbedaan signifikansi penggunaan struktur RTH di setiap lokasi, maka dilakukan perhitungan selisih suhu udara ( T) antar struktur RTH. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Hasil Perhitungan Selisih Suhu Udara
Perhitungan Selisih Suhu Udara ( T) Antar Struktur RTH ( C) Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
T (Pohon – Semak) 0,1 2,3 3,9
T (Semak – Lawn) 0,5 3,1 3,8
Semakin tinggi selisih suhu udara antara pohon dan semak, semakin signifikan penggunaan pohon dibanding semak. Semakin tinggi selisih suhu udara antara semak dan lawn, semakin signifikan penggunaan semak dibanding lawn. Semakin tinggi selisih duhu udara antara pohon dan lawn, semakin signifikan penggunaan pohon dibanding lawn. Berdasarkan perhitungan selisih suhu udara tersebut, dari rata-rata selisih suhu udara antara pohon dan semak didapatkan bahwa yang paling tinggi terdapat di Lokasi 3 yaitu dengan selisih 3,9 C. Hal tersebut dapat disebabkan kemampuan pohon dalam mereduksi suhu udara jauh lebih baik dibanding semak yang berkemampuan kurang baik dalam mereduksi suhu udara di Lokasi 3. Dan selisih suhu udara yang paling kecil berada di Lokasi 1 yaitu dengan 0,1 C. Hal ini dapat menunjukkan bahwa penggunaan pohon pada lokasi ini tidak memiliki pengaruh nyata dalam menurunkan suhu udara. Sistem penanaman yang tunggal dapat diperkirakan menjadi pengaruh yang kurang mendukung untuk menurunkan suhu udara pada Lokasi 1.
Selisih rata-rata suhu udara antara struktur semak dan lawn, menunjukkan bahwa yang paling tinggi yaitu Lokasi 3 dengan selisih 3,8 C. Selisih yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa penggunaan semak di lokasi ini memberikan pengaruh yang cukup besar dalam menurunkan suhu udara dibandingkan dengan
lawn yang lebih terbuka. Dan selisih yang paling rendah yaitu pada Lokasi 1 (0,5 C). Pengaruh dominasi lawn pada Lokasi 1 menyebabkan penggunaan semak tidak memiliki dampak yang nyata dalam menurunkan suhu udara. Selain itu, rata-rata selisih suhu udara antara pohon dan lawn menunjukkan bahwa Lokasi 3 tetap memiliki selisih paling tinggi. Hal tersebut disebabkan karena penggunaan pohon lebih berpengaruh dalam menurunkan suhu udara dengan karakteristik struktural yang mendukung dibandingkan lawn yang lebih terbuka. Selisih yang paling rendah yaitu 0,6 C pada Lokasi 1. Hal ini menunjukkan bahwa pohon tidak memiliki pengaruh nyata seperti yang terjadi pada selisih semak dan lawn dalam menurunkan suhu udara dikarenakan dominasi lawn pada Lokasi 1 dan sistem penanaman yang tunggal pada lokasi ini.
5.1.5 Analisis Pengaruh Berbagai Struktur RTH Terhadap Kelembaban Udara
Unsur iklim yang mempengaruhi kehidupan antara lain suhu udara, kelembaban udara, dan angin. Kelembaban udara tidak terlepas dari pola suhu udara. Peningkatan suhu udara berdampak pada penurunan kelembaban udara. Variasi kelembaban udara bergantung pada suhu udara, perbedaan tipe penutupan lahan atau permukaan di masing-masing lokasi pengukuran (Lakitan, 1994), dan kerapatan vegetasi/kerindangan (Asiani, 2007). Pada analisis suhu udara diketahiu bahwa suhu udara paling rendah yaitu pohon < semak < lawn/rumput, maka perbandingan kelembaban udara dapat dinyatakan yaitu kelembaban udara paling tinggi yaitu pohon > semak > lawn/rumput. Hasil rata-rata dari pengukuran kelembaban udara dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Hasil Pengukuran Lapang Unsur Iklim Kelembaban Udara
Struktur RTH
Kelembaban Udara (%)
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
Pohon 73,4 78,9 78,3
Semak 74,5 65,1 63,4
Lawn 77,3 57,3 61,3
Berdasarkan data hasil rata-rata tersebut didapatkan perbandingan kelembaban udara pada setiap struktur RTH berdasarkan kelembaban udara terendah yaitu pada Lokasi 1 : pohon < semak < lawn ; Lokasi 2 : lawn < semak < pohon ; Lokasi 3 : lawn < semak < pohon. Pada Lokasi 2 dan Lokasi 3 memiliki perbandingan kelembaban pohon > semak > lawn/rumput. Hal tersebut merupakan perbandingan yang sama seperti yang terlah dijelaskan sebelumnya yaitu perbandingan yang berlawanan dari suhu udara. Namun, pada Lokasi 1 kelembaban udara pada lawn area lebih tinggi dibandingkan pohon dan semak hal tersebut dapat diduga karena pengaruh faktor-faktor lingkungan sekitar titik-titik pengukuran dan kondisi cuaca saat pengukuran yang mengadung air di udara lebih banyak dibandingkan struktur lainnya. Hasil pengukuran kelembaban udara antar struktur RTH di setiap lokasi dapat dilihat pada Gambar 24, 25, dan 26.
Gambar 24 Grafik Kelembaban Udara Pada Lokasi 1
Pada Gambar 24, terlihat bahwa kelembaban udara pada menit-menit awal cenderung tinggi yaitu diatas 65%. Laju perubahan dari setiap struktur RTH berbeda-beda namun semuanya cenderung berfluktuasi naik turun. Pohon dan semak memiliki laju perubahan selama pengukuran yang sama yaitu cenderung terus naik. Karena kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara maka laju grafik pada kelembaban udara ini berbanding terbalik dengan suhu udara pada pohon dan semak yang cenderung menurun. Namun, pada
lawn/rumput terlihat laju perubahan secara drastis karena terdapat laju naik pada menit-menit awal dan menurun di menit-menit akhir. Perbandingan kelembaban udara mulai dari yang lebih rendah berdasarkan struktur RTH Lokasi 1 yaitu semak < pohon < lawn/rumput. Berdasarkan perbandingan tersebut,
lawn/rumput justru memiliki kelembaban udara yang paling tinggi padahal suhu udara juga tinggi. Hal tersebut diperkirakan dapat dipengaruhi oleh kondisi cuaca pada saat pengukuran dan kandungan air di udara sekitar lokasi yang cukup tinggi pada saat pengukuran lawn/rumput.
Pengukuran kelembaban udara juga dilakukan pada Lokasi 2 dengan teknik yang sama di hari berikutnya pada jam yang sama pula. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25 Grafik Kelembaban Udara Pada Lokasi 2
Berdasarkan Gambar 25, kelembaban udara di ketiga struktur RTH tersebut berada diantara 55% - 85%, kelembaban tersebut agak sedikit diatas batas nyaman untuk manusia karena terlalu banyak kandungan air di udara sehingga cenderung lembab. Jika dilihat berdasarkan laju perubahan dari setiap struktur RTH pada Lokasi 2, memiliki laju yang berbeda-beda. Namun karena kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara, terlihat laju tersebut berbanding terbalik dengan hasil pengukuran suhu udara sehingga tidak terjadi kondisi seperti lokasi 1 yaitu suhu dan kelembaban udara sama-sama tinggi.
Pada kelembaban udara pohon laju yang terjadi yaitu cukup sedikit perubahannya. Akan tetapi, terlihat bahwa kelembaban udara pohon paling tinggi. Hal berbeda terjadi pada semak, laju perubahannya cukup drastis meningkat tetapi masih berada dibawah kelembaban udara dari pohon. Pada
lawn/rumput berbeda dengan pohon dan semak karena laju yang terjadi adalah menurun. Hal tersebut dapat terjadi karena laju suhu udara pada saat pengukuran
lawn ini terus menigkat sehingga berbanding terbalik. Perbandingan kelembaban udara berdasarkan laju perubahan yang terdapat pada struktur RTH Lokasi 2 yaitu
lawn/rumput < semak < pohon. Selanjutnya hasil kelembaban udara setiap struktur pada Lokasi 3 dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 26 Grafik Kelembaban Udara Pada Lokasi 3
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Gambar 26, terlihat bahwa laju perubahan setiap struktur RTH pada Lokasi 3 berbeda sama seperti lokasi-lokasi lainnya. Pada pohon laju perubahan cenderung stabil sedangkan pada dua struktur lainnya laju perubahan yang terjadi cenderung labil hingga akhir waktu pengukuran. Hal tersebut karena kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Perbandingan kelembaban udara dari yang terendah yaitu lawn/rumput < semak < pohon. Pada Lokasi 3 pun terlihat bahwa teori yang menyatakan bahwa kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara itu terjadi.
5.1.6 Analisis Pengaruh Berbagai Struktur RTH Terhadap Kecepatan Angin
Selain dilakukan analisis kecepatan angin pada struktur RTH yang sama di lokasi yang berbeda, dilakukan pula analisis kecepatan angin pada struktur RTH berbeda di lokasi yang sama. Struktur RTH pohon dan semak memiliki karakteristik struktural yang mampu mengarahkan angin, maka semakin baik kemampuannya dalam meningkatkan kecepatan angin. Namun, kecepatan angin yang dihasilkan semak tidak sebesar pada pohon. struktur RTH rumput tidak memiliki naungan tajuk sehingga kecepatan angin pada struktur RTH ini cukup tinggi. Akan tetapi, tidak adanya struktur pengarah menyebabkan aliran angin
tidak terarah. Oleh karena itu, diperkirakan yang memiliki kecepatan angin dari yang paling rendah sebagai berikut : pohon < semak < lawn/rumput. Rata-rata kecepatan angin pada struktur RTH di setiap lokasi dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Hasil Pengukuran Lapang Unsur Iklim Kecepatan Angin
Struktur RTH
Kecepatan Angin (m/s)
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
Pohon 0,4 0,7 0,2
Semak 0,3 0,5 0,2
Lawn 0,6 0,1 0,3
Jika dibandingkan kecepatan angin antar struktur RTH pada Lokasi 1 yaitu
lawn > pohon > semak. Pada Lokasi 2, struktur RTH yang memiliki kecepatan angin paling tinggi yaitu pohon, kemudian disusul semak, dan yang terendah adalah lawn/hamparan rumput. Nilai dari masing-masing struktur tersebut yaitu 0,7 m/s; 0,5 m/s; dan 0,1 m/s. Pada Lokasi 3 urutan struktur RTH yaitu lawn > semak > pohon. Nilai-nilai tersebut yaitu 0,3 m/s; 0,2 m/s; 0,2 m/s. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai-nilai tersebut yaitu intensitas datangnya angin saat pengukuran berlangsung dan kemampuan setiap struktur RTH dalam mengarahkan angin. Selain pengukuran suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan alat Mini Microclimate Station HeavyWeather, diukur pula kecepatan angin pada setiap struktur RTH di titik-titik pengambilan data setiap lokasinya.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 27, 28, dan 29, terlihat memiliki laju perubahan yang berbeda dengan suhu udara maupun kelembaban udara yaitu dapat terjadi perubahan laju setiap menit sehingga grafik yang dihasilkan pun sangat dinamis. Lokasi 1 merupakan lokasi dengan perbandingan hasil pengukuran yang berbeda dibandingkan lokasi lainnya. penggunaan lahan yang berbeda dan kondisi intensitas angin yang tidak sama setiap pengukuran dapat menyebabkan perbedaan laju perubahan grafik dari setiap lokasi.
Gambar 27 Grafik Kecepatan Angin Pada Lokasi 1
Berdasarkan Gambar 27 dari data hasil pengukuran kecepatan angin terlihat perbandingan kecepatan berdasarkan laju perubahan dari yang terendah yaitu pohon < semak < lawn/rumput. Hal tersebut karena pada Lokasi 1 ini didominasi oleh lawn area sehingga kecepatan angin dapat lebih kencang pada area yang tidak memiliki penyekat. Pohon memiliki kecepatan angin paling rendah dapat dikarenakan sistem penanaman pohon di lokasi ini yang tunggal sehingga angin hanya dipecahkan tanpa adanya area untuk mengumpulkan angin seperti penanaman berjejer/berkelompok. Namun, jika dilihat berdasarkan perubahan laju grafik kecepatan angin ini berbeda dengan suhu udara maupun kelembaban udara. Karena setiap menitnya menunjukkan nilai kecepatan angin yang berbeda-beda pada setiap struktur RTH. Akan tetapi perbandingan yang dihasilkan berdasarkan grafik tersebut sam seperti hipotesis yang telah diperkirakan. Selanjutnya hasil pengukuran pada Lokasi 2. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28 Grafik Kecepatan Angin Pada Lokasi 2
Berdasarkan Gambar 28 dari data hasil pengukuran lapang terlihat laju perubahan kecepatan angin setiap struktur untuk Lokasi 2 ini relatif tinggi. Perbandingan kecepatan angin yaitu lawn/rumput < semak < pohon. Pada lokasi 2 merupakan lokasi dengan kecepatan angin relatif paling besar. Hal tersebut dapat terjadi yaitu diperkirakan karena ketinggian tempat. Lokasi 2 merupakan lokasi pangambilan data yang titik-titik pengukurannya lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Kecepatan angin pada pohon merupakan yang paling tinggi dibandingkan struktur yang lainnya. Pohon di Lokasi 2 ditanam dengan penanaman yang berkelompok sehingga kemampuan dalam mengarahkan dan mengumpulkan anginnya cukup besar. Untuk semak dan lawn/rumput memiliki kecepatan angin lebih rendah dari pohon.
Lokasi terakhir yaitu Lokasi 3 dengan hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 29. Lokasi 3 merupakan lokasi dengan titik-titik pengukuran yang berada di tepi area KRC, sehingga angin tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi lokasi tersebut namun diperkirakan dipengaruhi juga oleh kondisi di luar area KRC yang berdampingan dengan titik-titik pengukuran Lokasi 3. Namun dari hasil pengukuran didapatkan perbandingan yang sama dengan hipotesis.
Gambar 29 Grafik Kecepatan Angin Pada Lokasi 3
Pada Lokasi 3 terlihat Gambar 29 laju perubahan sangat drastis fluktuasi frekuensi angin yang datang. Sehingga jika dibandingkan berdasarkan laju perubahan selama pengukuran dari setiap strukturnya sangat sulit. Akan tetapi, jika dilihat dari menit akhir dapat dikatakan bahwa lawn/rumput memiliki kecepatan angin paling rendah. Hal tersebut dapat disebabkan karena Lokasi 3 sama seperti pada Lokasi 1 yang didominasi oleh lawn area. Penanaman pohon dan semak di dua titik pengamatan Lokasi 3 ini yaitu tunggal, oleh karena itu tidak mampu untuk mengumpulkan angin sehingga kecepatan angin cukup rendah. Dari hasil pengukuran dapat dibandingkan berdasarkan laju perubahan tersebut yaitu pohon < semak < lawn/rumput, dan perbandingan tersebut pun sama seperti hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya.
5.2 Analisis Kenyamanan
5.2.1 Analisis Kenyamanan Berdasarkan Nilai Temperature Humidity Index (THI)
Pada penelitian ini untuk mengukur indeks kenyamanan secara kuantitatif digunakan Temperature Humidity Index (THI). Kenyamanan suatu lokasi/area dipengaruhi besarnya suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan radiasi matahari. Namun indeks kenyamanan pada penelitian ini dilihat dari dua faktor
yakni suhu udara dan kelembaban udara. Tingkat kenyamanan bukan merupakan hasil dari kondisi tunggal, melainkan lebih merupakan serangkaian kondisi, dimana semakin tinggi suhu udara dan rendah kelembaban udara menyebabkan nilai THI menjadi tinggi dan kenyamanan berkurang, begitu pula sebaliknya. Manusia merasa nyaman jika berada pada interval nilai THI antara 21-27 (Laurie, 1986). Nilai THI hasil pengukuran di lapang dapat dilihat pada Tabel 16 sedangkan perbandingan antara rata-rata data lapang dan THI dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 16 Nilai THI Berdasarkan Data Pengukuran Lapang Lokasi Suhu Udara
Rata-rata ( C) Kelembaban Relatif Rata-rata (%) THI Kategori Lokasi 1 Pohon 25,2 73,4 23,85 Nyaman Semak 25,3 74,5 24 Nyaman Lawn 25,8 77,3 24,62 Nyaman Lokasi 2 Pohon 24,2 78,9 23,17 Nyaman Semak 26,5 65,1 24,6 Nyaman Lawn 29,6 57,3 27,07 Tidak Nyaman Lokasi 3 Pohon 24,4 78,3 23,34 Nyaman Semak 28,3 63,4 26,22 Nyaman Lawn 32,1 61,3 29,6 Tidak Nyaman Berdasarkan perhitungan semua lokasi masih pada kategori nyaman untuk manusia karena THI setiap lokasi memiliki nilai di bawah 27. Hanya saja pada titik-titik lawn di Lokasi 2 dan 3 akan tidak nyaman untuk manusia karena memiliki nilai yang sedikit diatas batas nyaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai THI yaitu suhu udara dan kelembaban udara pada setiap struktur RTHnya. Oleh sebab itu, pada titik lawn/rumput masuk pada kategori tidak nyaman karena suhu udara dari hasil pengukuran lebih tinggi dibandingkan struktur lainnya. Hal tersebut oleh waktu pengukuran pada pukul 12.00-13.00 WIB dimana radiasi matahari terjadi saat maksimal, sehingga dengan karakteristik struktural lawn yang tidak memiliki naungan tajuk sehingga menyerap radiasi
matahari lebih besar dibanding struktur RTH lainnya. Oleh sebab itu suhu udaranya pun tinggi.
Perbandingan nilai-nilai THI pada setiap lokasi dari yang ternyaman yaitu Lokasi 1 < Lokasi 2 < Lokasi 3, terlihat bahwa Lokasi 1 merupakan lokasi yang paling nyaman karena secara keseluruhan nilai THI Lokasi 1 paling rendah dibandingkan Lokasi 2 dan 3. Lokasi 2 merupakan lokasi dengan nilai THI yang berada ditengah sama seperti posisi Lokasi 2 yang terdapat di radius tengah KRC. Dan yang berada pada ururtan terakhir yaitu Lokasi 3 denagn nilai THI paling tinggi. Selain faktor suhu udara dan kelembaban udara yang mempengaruhi tingkat kenyamanan diduga faktor lingkungan sekitar lokasi pengukuran pun ikut mempengaruhi. Sehingga didapatkan urutan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Jika dibandingkan maka Lokasi 1 merupakan Lokasi yang sangat tidak terpengaruh faktor luar walaupun lokasi ini didominasi oleh lawn area. Pada Lokasi 2 dan Lokasi 3 diduga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti aspal jalan atau keberadaan bangunan-bangunan sekitar lokasi dan kegiatan manusia di luar area KRC.
Perbandingan perhitungan THI yang menggunakan data hasil pengukuran lapang dan perhitungan THI menggunakan data dari pengelola KRC dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Perhitungan THI dengan Data dari Pengelola KRC Suhu Udara ( C) Kelembaban Udara (%) THI Kategori Data KRC 21,74 89,28 21,27 Nyaman Sumber : Pengelola KRC
Berdasarkan data sekunder hasil perhitungan THI yang diperoleh dari pengelola KRC, nilai THI KRC yaitu 21,27 yang artinya masuk pada kategori nyaman karena masih dibawah 27. Namun, pengukuran iklim yang dilakukan oleh pengelola KRC bersifat menyeluruh tidak seperti pengukuran yang dilakukan pada saat turun lapang yang berlokasi pada titik-titik tertentu di KRC berdasarkan tujuan dari penelitian. Dari data sekunder, nilai THI yang diperoleh untuk keseluruhan lokasi KRC masih dalam kondisi nyaman untuk aktivitas manusia
karena memiliki nilai THI 21,27. Jika dilihat dari hasil pengukuran lapang yang kemudian dihitung nilai THI nya masih terdapat beberapa titik yang masuk pada kategori tidak nyaman yaitu pada titik-titik yang naungannya kurang bahkan tidak bernaungan. Hal tersebut dapat terjadi karena suhu udara dan kelembaban udara dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang berada di sekeliling titik-titik lokasi pengambilan data yang dilakukan pengukuran pada saat radiasi matahari sedang pada keadaan titik tertinggi panas.
5.2.2 Analisis Kenyamanan Berdasarkan Skala Beaufort
Pada analisis angin, digunakan juga analisis Skala Beaufort untuk mengetahui kategori angin yang dihasilkan oleh setiap titik pengambilan data di ketiga lokasi. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Skala Beaufort
Struktur RTH Kecepatan Angin (m/s) Kategori Lokasi 1 Pohon 0,4 Tenang Semak 0,3 Tenang Lawn 0,6 Teduh Lokasi 2 Pohon 0,7 Teduh Semak 0,5 Tenang Lawn 0,1 Tenang Lokasi 3 Pohon 0,2 Tenang Semak 0,2 Tenang Lawn 0,3 Tenang
Kecepatan angin 2 - 3 m/s dinyatakan batas nyaman manusia karena aliran angin sudah terasa pada kulit manusia. Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan rata-rata kecepatan angin paling rendah terdapat pada titik pengambilan data di Lokasi 2 (struktur pohon) dengan kecepatan angin 0,7 m/s. Jika dilihat pada Skala Beaufort kecepatan tersebut masuk pada kategori teduh. Hal tersebut menunjukkan bahwa angin pada area KRC masih pada taraf rendah bahkan cenderung minim, sehingga diperlukan modifikasi RTH untuk memaksimalkan
angin yang datang di seluruh area KRC. Namun, jika dilihat keseluruhan titik pengambilan data setiap lokasi memiliki kecepatan angin yang masih pada batas nyaman. Hal ini menunjukkan aliran angin pada area KRC selain nyaman juga aman.