• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISI TEKS DONGENG SISWA KELAS VII A 1 DI SMP NEGERI 3 SAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISI TEKS DONGENG SISWA KELAS VII A 1 DI SMP NEGERI 3 SAWAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

(

PEER TEACHING

) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

ISI TEKS DONGENG SISWA KELAS VII A

1

DI SMP NEGERI 3 SAWAN

I Wayan Budi Setiawan

1,

I Gede Artawan

2

, I Wayan Rasna

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: budy_bodow@yahoo.com, gede.artawan@undiksha.ac.id, wayan.rasna@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan metode tutor sebaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi

teks dongeng siswa kelas VIIA1 SMP Negeri 3 Sawan, (2) mendeskripsikan peningkatan

pemahaman isi teks dongeng dengan menggunakan metode tutor sebaya siswa kelas VIIA1 SMP Negeri 3 Sawan, (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan

metode tutor sebaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi teks dongeng siswa kelas VIIA1 SMP Negeri 3 Sawan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A

yang berjumlah 25 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah, peningkatan hasil dan respons siswa dalam penerapan penerapan metode tutor sebaya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, observasi, dan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) tercapainya ketuntasan hasil belajar pemahaman isi teks dongeng siswa berkat diterapkannya penerapan metode tutor sebaya, yakni pada pratindakan skor rata-rata klasikal 70,76, siklus I memperoleh skor rata-rata klasikal 74,39, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 79,00, (2) terdapat beberapa langkah penerapan penerapan metode tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng. Langkah-langkah tersebut menekankan pada pembelajaran menemukan karakteristik, unsur-unsur intrinsik, hal-hal menarik dan membuat sinopsis dongeng, dan (3) siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan penerapan metode tutor sebaya. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti lain disarankan untuk menerapkan penerapan metode tutor sebaya, sebagai salah satu model pembelajaran inovatif, pada mata pelajaran bahasa yang lain pada umumnya dan pada pelajaran Bahasa Indonesia pada khususnya.

Kata kunci: tutor sebaya, isi teks dongeng.

Abstract

This action research was aimed to (1) describe steps in implementing peer teaching method to improve students understanding upon the content of tales in class VIIA1 at

SMP Negeri 3 Sawan, (2) describe the improvement of students understanding upon the content of tales in class VIIA1 SMP Negeri 3 Sawan, and (3) describe students responses

toward the implementation of peer teaching method to improve students understanding upon the content of tales in class VIIA1 t SMP Negeri 3 Sawan, Subjects of this study

(2)

students responses in implementing peer teaching method. Data were collected by using test, observation and questionnaire and then analyzed both by using descriptive quantitative and descriptive qualitative. The result found in this study were (1) there was achieved mastery of learning outcomes by the students in understanding the content of tales after the implementation of peer teaching method of teaching, in which in the pretest the mean score was 70,76, first cycle obtained mean score of 74,39, while in the second cycle the mean score of the students was 79,00, (2) there were steps in implementing peer teaching method to improve students competency in understanding the content of tales. Those steps emphasized on finding characteristics, intrinsic elements, interesting terms, and making the synopsis of the tales, (3) students presented high positive responses toward the implementation of peer teaching. Based on the result of this study, other researchers is suggested to implement peer teaching method becomes one innovative method generally in teaching languageand specifically in teaching Bahasa.

Key words: peer teaching, content of tales.

PENDAHULUAN

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah

performance guru di kelas.

Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan efektif. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang artinya ‘jalan, cara’. Dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, metode artinya cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.

Keraf (1996:16) menjelaskan istilah metode dalam pengajaran bahasa berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Metode bersifat prosedural, dalam arti

penerapan suatu metode dalam mengajarkan bahasa mestilah dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur secara bertahap yaitu penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pelajaran, dan penilaian pengajaran.

Sudjana (2005:8) menambahkan bahwa metode mengandung unsur prosedur yang disusun secara teratur dan logis serta dituangkan dalam suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, unsur-unsur metode mencakup prosedur, sistematik, logis, terencana, dan kegiatan untuk mencapai tujuan. Dari beberapa paparan mengenai definisi metode tersebut dapat disimpulkan bahwa metode merupakan rencana penyajian bahan pengajaran secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur dan logis yang disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Macam-macam metode pembelajaran dalam pengajaran sangat banyak jenisnya, salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah metode tutor sebaya (peer teaching). Menurut Lie (dalam Wina, 2006:246) tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaku kegiatan pembelajaran

(3)

adalah siswa itu sendiri. Subjek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor berasal dari siswa atau teman sekelas yang memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan, selain itu memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi yang diajarkan kepada teman-temannya yang akan diberikan bantuan, maka tutor tersebut sering dikenal dengan sebutan tutor sebaya.

Metode pembelajaran tutor sebaya (peer Teaching) adalah metode pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa belajar efektif dan efesien (Hamalik, 1990:73). Subjek yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Arikunto (1986:77) menyatakan bahwa tutor sebaya

(peer Teaching) adalah seseorang

atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap teman sekelas. Dalam memahami isi teks dongeng, konsep pengajaran tutor sebaya (peer

teaching) sering digunakan untuk

membantu siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas tanpa beban.

Pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah

dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Manfaat dari pelaksanaan pengajaran dengan tutor sebaya bagi tutor adalah tutor akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Siswa yang dijadikan pengajar atau tutor, eksistensinya diakui oleh teman sebaya.

Selain bermanfaat bagi tutor, pembelajaran dengan tutor sebaya juga mendatangkan manfaat bagi teman yang diajar. Siswa akan lebih memahami konsep materi yang diajarkan. Peserta didik mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.

Metode pembelajaran tutor sebaya dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu apresiasi siswa terhadap sastra. Untuk mencapai hal itu, dilakukan usaha meningkatkan apresiasi siswa terhadap kesusastraan lama, khususnya dongeng. Apabila dikaji lebih jauh mengapa pemahaman dongeng lebih ditekankan dibandingkan dengan bentuk kesusastraan lama yang lain. Hal ini tentu ada alasannya. Dalam kenyataan di masyarakat, kebiasaan

(4)

orang tua mendongeng pada anak-anaknya sudah semakin memudar. Apalagi dengan ditayangkannya film-film kartun di televisi, sehingga perhatian anak terhadap dongeng terus memudar atau mungkin hilang. Memahami isi teks dongeng merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu apresiasi siswa terhadap sastra Indonesia dan sebagai upaya untuk melestarikan kesusastraan lama.

Dongeng sebagai kesusastraan lama merupakan contoh prosa fiksi lama yang diajarkan di sekolah, khususnya di Sekolah menengah pertama melalui pembelajaran bahasa Indonesia. Sebagai bagian dari karya sastra, dongeng merupakan salah satu unsur kebudayaan daerah yang menarik. Sehubungan dengan definisi dongeng, Lubis (1994:151) menyatakan bahwa dongeng adalah cerita yang diceritakan dari mulut ke mulut sejak zaman dahulu dan hidup di masyarakat.

Dongeng merupakan karya sastra yang diungkapkan secara lisan, yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dongeng yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, dan bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sastra indonesia mulai ada.

Suroto (1989:14) menyatakan bahwa dongeng dibuat bukan untuk sekadar sebagai perintang-perintang waktu belaka, akan tetapi dimaksudkan sebagai pesan moral. Itu berarti, dongeng mempunyai maksud didaktik sekaligus kritik secara halus. Dalam arti, secara tidak langsung

masyarakat memperoleh pelajaran moral dan budi pekerti yang sangat penting dan bermakna bagi kehidupan. Dongeng tidak hanya sekadar merupakan cerita yang menarik dan menghibur tetapi juga mengandung pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang. Dengan demikian, mengetahui betapa pentingnya peranan dongeng dirasa perlu dijadikan bahan pertimbangan untuk memengaruhi prilaku siswa dengan cara menyeluruh siswa mengaplikasikan pesan atau amanat pengarang yang memiliki maksud yang baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Terkait dengan pemahaman terhadap suatu karya sastra, Efendi (dalam Suroto, 1989:158) menyatakan bahwa memahami karya sastra merupakan bagian dari tindakan dalam mengapresiasi sastra. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa memahami karya sastra berarti penikmat melakukan tindakan meneliti, menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik serta berusaha menyimpulkannya. Jadi, simpulan yang dapat ditarik adalah memahami isi teks dongeng merupakan kemampuan siswa dalam mengapresiasi sastra, sehingga betul-betul memahami karya sastra tersebut.

Teks dongeng yang diberikan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Peneliti melakukan penelitian di SMP sehingga teks dongeng yang diberikan sesuai dengan kemampuan tingkat SMP. Hal tersebut dilakukan supaya siswa lebih mudah memahami isi teks dongeng. Namun kenyataanya, siswa kelas VII belum seluruhnya mampu memahami isi teks karya sastra khususnya dongeng.

Kendala yang dialami oleh siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Sawan adalah siswa mengalami kesulitan dalam memahami isi teks

(5)

dongeng. Dari salah satu guru bahasa Indonesia, Wayan Sukaryasa, S.Pd, peneliti memperoleh informasi bahwa kendala yang dialami oleh siswa adalah motivasi belajar siswa yang rendah, kemampuan siswa memahami isi teks dongeng yang masih rendah dibawah KKM, dan sikap siswa yang negatif saat pembelajaran berlangsung. Selain melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia, peneliti juga melakukan observasi ke kelas. Observasi dilakukan untuk mengetahui metode-metode apa yang digunakan. Dalam proses pembelajaran, guru hanya memakai metode ceramah, diskusi dan penugasan saja. Sementara itu, standar ketuntasan yang harus diperoleh siswa adalah 75. Namun, nilai rata-rata dalam pembelajaran yang baru diperoleh siswa adalah 70. Untuk menanggulangi permasalahan yang dihadapi siswa kelas VIIA1

SMP Negeri 3 Sawan, maka peneliti menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya (Peer Teaching) untuk memahami isi teks dongeng.

Peneliti melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya di SMP Negeri 3 Sawan, karena di sekolah tersebut peneliti menemukan permasalahan rendahnya pemahaman terhadap isi teks dongeng. Lebih sepesifik peneliti mengambil dikelas VIIA1.

Pengambilan kelas dilakukan dengan menggunakan teknik sampel acak (random sampling). Pemilihan subjek penelitian ini bersifat selektif dengan pertimbangan yang didasarkan pada konsep teori yang dipergunakan, keinginan dan keyakinan pribadi, serta karakteristik empiris, bukan didasarkan pada perumusan karakteristik populasi.

Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, tetapi berbeda

variabel dan lokasi yang berbeda antara lain, penelitian yang berjudul

“Penerapan Metode Picture And

Picture Untuk meningkatkan

Kemampuan Memahami Dongeng Pada Siswa Kelas X2 SMA Negeri 1

Sawan”oleh Ni Putu Puspa Rita

Dewi (2010). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan metode picture and picture dapat meningkatkan proses belajar memahami dongeng dalam belajar. Penelitian sejenis yang lain berjudul

“Penerapan Metode Tutor Sebaya (Peer Teaching) Dengan Berbantuan Media Audio Visual Sebagai Sumber

Belajar Untuk Meningkatkan

Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas

X.I SMA Negeri 1 Sidemen” oleh I

Nyoman Tri Antara (2010). Hasil penelitian ini adalah penerapan media tutor sebaya (Peer Teaching) dengan berbantuan media audio visual sebagai sumber belajar dapat meningkatkan ketrampilan berbicara dalam pembelajaran.

Berbagai penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini, baik dari segi materi pembelajaran, subjek penelitian, dan tempat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan meningkatkan pemahaman siswa tentang karakteristik dongeng, unsur intrinsik dan ekstrinsik dongeng, dan sinopsis dongeng. Oleh sebab itu penelitian ini menarik dan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan pemahaman siswa tentang pemahaman isi teks dongeng, khususnya pada tempat penelitian yang dicanangkan.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Karakteristik penelitian tindakan kelas yakni bersiklus (multi siklus). Salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas adalah langkah-langkah penelitian yang

(6)

direncanakan selalu dalam bentuk siklus. Dalam penelitian ini akan dilaksanakan beberapa siklus sampai ditemukan hasil yang diinginkan. Setiap siklus meliputi refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi.

Penelitian ini akan dilaksanakan di dalam kelas dengan menerapkan tindakan yang dirancang secara sengaja. Pelaksanaan penelitian ini melibatkan kolaborasi antara guru dan peneliti.

Subjek penelitian mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam penelitian karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru bahasa Indonesia kelas VII A1 SMP

Negeri 3 Sawan, karena siswa kelas tersebutlah yang mengalami permasalahan dalam hal memahami dongeng. Dalam pemilihan subjek, peneliti menggunakan teknik penyampelan acak atau random

sampling. Langkah-langkah dalam

teknik penyampelan ini adalah dengan cara mengundi seluruh kelas VII dari VII A1 sampai kelas VII A8. Setiap kelas diberikan no undian secara berurutan. Setelah semua kelas mendapat no undian, kegiatan selanjutnya adalah mengundi no yang sudah dibagikan dan didapatlah kelas VII A1.

Objek proses dalam penelitian ini adalah aktivitas, langkah-langkah pembelajaran, dan respons siswa kelas VIIA1 di SMP

Negeri 3 Sawan dalam mengikuti proses pembelajaran memahami dongeng dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya

(Peer Teaching). Objek produk

penelitian ini adalah kemampuan atau apa yang dihasilkan siswa kelas VIIA1 SMP Negeri 3 Sawan

terkait pemahaman isi teks dongeng yang diajarkan dengan metode

pembelajaran tutor sebaya (Peer

Teaching).

Prosedur penelitian yang ada dalam penelitian ini adalah dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK), seperti telah diungkapkan sebelumnya berupa siklus (multi siklus). Rincian dari setiap siklus adalah perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Jika kriteria belum tercapai, maka siklus selanjutnya wajib dilakukan sampai kriteria tersebut tercapai.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode tes, dan metode kuisioner. Sedangkan instrumen dalam penelitian ini adalah (1) Instrumen yang digunakan dalam metode observasi adalah lembar observasi. (2) Instrumen yang digunakan dalam metode tes adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan yang ditulis dalam sebuah lembar kerja. (3) instrumen yang digunakan peneliti dalam metode kuisioner adalah angket respon siswa (kuisioner).

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kuantitaif dan deskriptif kualitatif. Artinya analisis data yang dilakukan secara terus menerus mengunakan angka- angka, kemudian disajikan dalam bahasa verbal. Data yang diperoleh pada saat pelaksanaan siklus I, akan diteruskan pada pengolahan data hingga siklus ke-N, sampai menentukan tindakan yang paling baik (valid) tentang penggunaan metode tutor sebaya

(Peer Teaching) mampu

meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng.

Kriteria keberhasilan respon siswa ditunjukan oleh perolehan persentase sebanyak 70% dari keseluruhan siswa yang merespon

(7)

positif terhadap tindakan pembelajaran. Kriteria keberhasilan memahami dongeng ditunjukan dengan adanya keberhasilan pemerolehan skor rata-rata kelas pada kategori baik atau 70% dari jumlah keseluruhan siswa. Kriteria ini juga ditentukan dengan KKM yang dirancang sekolah. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan, penelitian dihentikan. Siklus tindakan yang mampu mencapai kriteria keberhasilan atau ketercapaian KKM dianggap sebagai tindakan terbaik yang memenuhi kriteria keberhasilan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran sastra akan menjadi lebih bermakna bagi siswa, apabila pembelajaran tersebut lebih ditujukan ke arah apresiasi sastra. Untuk mencapai hal itu, dilakukan usaha meningkatkan apresiasi siswa terhadap kesusastraan lama, khususnya dongeng. Apabila dikaji lebih jauh mengapa pemahaman dongeng lebih ditekankan dibandingkan dengan bentuk kesusastraan lama yang lain, karena dongeng sudah melekat dalam kehidupan masyarakat luas. Tapi, pada pengaplikasiannya disekolah siswa belum betul-betul memahami karya sastra yang dibacanya, terutama dongeng. Belum begitu bisa mengidentifikasi unsur-unsurnya dan belum bisa meringkas dongeng yang dibaca sesuai pemahaman mereka Sesuai dengan permasalahan itu, metode tutor sebaya (Peer Teaching) dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng siswa khususnya kelas VIIIA2 di SMP Negeri 3 Sawan.

Metode pembelajaran tutor sebaya (peer Teaching) adalah metode pembelajaran dalam bentuk

pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa belajar efektif dan efesien. Subjek yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi/latihan kepada teman-temannya yang belum paham. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang diajarkan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain.

Tutor Sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan “Tutor Sebaya”, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan Tutor Sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.

Sejalan dengan hal di atas maka diadakanlah penelitian ini, dimana kondisi siswa pada kelas VIIA1 di SMP Negeri 3 Sawan saat

pelajaran memahami isi teks dongeng belum memenuhi nilai yang diharapkan atau masih di bawah KKM yang ditetapkan yakni 75. Setelah dilakukan tindakan pada siswa kelas VIIIA1 di SMP Negeri 3

Sawan, siswa sudah mampu memahami teks dongeng yang dibacanya. Namun, masih ada

(8)

beberapa siswa yang belum memenuhi nilai yang diharapkan. Hambatan itu disebabkan karena siswa merasa kemampuan tutor sama dengan kemampuannya, sehingga siswa yg belum mengerti tidak bertanya kepada tutornya, yakni salah satu teman sekelasnya.

Langkah-langkah

pembelajaran metode prmbelajaran tutor sebaya (Peer Teaching) yaitu pertama, menunjuk siswa yang memiliki kemampuan akademis yang lebih tinggi dibanding siswa lain untuk menjadi tutor sebaya (Peer

teaching) untuk membantu anggota

kelompok dalam memecahkan suatu permasalahan atau menemukan kendala yang dihadapi siswa lain. Kedua, menugaskan siswa mendiskusikan materi atau permasalahan yang masih dihadapi siswa terkait materi pembelajaran kepada tutos sebaya (Peer

teaching). Ketiga, setelah semua

permasalahan yang dihadapi siswa sudah terpecahkan dalam kelompok, siswa ditugasi guru untuk mengerjakan soal terkait pembelajaran memahami isi teks dongeng.

Sepengetahuan peneliti belum ada penelitian yang menerapkan metode pembelajaran tutor sebaya (Peer Teaching) untuk meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng. Namun, ada beberapa penelitian yang memanfaatkan metode tutor sebaya (Peer Teaching) untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Tri Antara (2010) berjudul Penerapan Metode Tutor Sebaya (Peer Teaching) Dengan Berbantuan Media Audio Visual Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas X.I SMA Negeri 1 Sidemen. Penelitian yang akan peneliti terapkan sama-sama menggunkan metode tutor sebaya

(Peer Teaching) namun yang

membedakannya dengan penelitian di atas adalah pada media pembelajaran. Penelitian di atas menggunakan media audio visual sedangkan peneliti tidak menggunakan media pembelajaran. Temuan penelitian ini adalah dengan metode tutor sebaya merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan teman sejawat. Tutor sebaya dilakukan oleh siswa yang mempunyai kemampuan lebih tentang materi yang dipelajari, dapat membantu siswa yang kurang mengerti, sehingga siswa tidak merasa malu atau rendah diri untuk bertanya. Dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena siswa tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, siswa dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya.

Penelitian lain yang memiliki kesamaan tujuan untuk meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng siswa dan rekomendasinya diterapkan dalam penelitian ini adalah penelitian yang berjudul Penerapan Metode Picture And Picture Untuk meningkatkan Kemampuan Memahami Dongeng Pada Siswa Kelas X2 SMA Negeri 1 Sawan oleh Ni Putu Puspa Rita Dewi (2010) ditemukan bahwa dengan menggunakan atau memanfaatan metode picture and picture dapat meningkatkan keterampila memahami isi teks dongeng siswa.

Picture and picture merupakan suatu

metode pembelajaran. Terkait dengan penelitian ini yang menggunakan metode tutor sebaya

(peer teaching) juga menyarankan

agar guru menggunakan metode pembelajaran. Bedanya metode pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan metode tutor sebaya (peer teaching).

Jadi, penerapan metode tutor sebaya (peer teaching) dapat

(9)

meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng siswa kelas VIIA1 di SMP Negeri 3 Sawan.

Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil tes kemampuan memahami isi teks dongeng pada siklus II dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Jika kita perhatikan dari nilai awal pemahaman isi teks dongeng siswa akan kita lihat peningkatan hasil belajar siswa.

PENUTUP

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab IV, peneliti dapat menarik simpulan sebagai berikut. Pertama, Penerapan metode pembelajaran tutor sebaya (Peer Teaching) dapat meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng kelas VIIA1 SMP Negeri 3 Sawan. Hal ini

tampak pada hasil nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 74,39 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 79.00. Dari 25 orang siswa kelas VIIA1 di SMP

Negeri 3 Sawan, semua siswa (100%) sudah mampu mampu melebihi skor minimal sesuai dengan KKM yang telah ditentukan, yakni 75. Sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan pada bab III, penelitian dikatakan berhasil apabila 75% dari siswa mendapat skor maksimal minimal 75 sesuai KKM. Dengan demikian, penerapan metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dapat meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng pada siswa kelas VIIA1 di SMP Negeri 3

Sawan.

Kedua, Langkah-langkah yang tepat dalam metode pembelajaran tutor sebaya (Peer

Teaching), adalah (1) menunjuk

siswa yang memiliki kemampuan akademis yang lebih tinggi dibanding siswa lain untuk menjadi tutor sebaya (Peer teaching), (2) siswa

membentuk kelompok-kelompok kecil untuk dijadikan tempat belajar siswa dan tutornya, (3) tutor membantu anggota kelompok dalam memecahkan suatu permasalahan atau menemukan kendala yang dihadapi siswa lain di dalam kelompok, (4) menugaskan siswa mendiskusikan materi atau permasalahan yang masih dihadapi siswa terkait materi pembelajaran kepada tutor sebaya (Peer teaching), (5) setelah semua permasalahan yang dihadapi siswa sudah terpecahkan dalam kelompok, siswa ditugasi guru untuk mengerjakan soal terkait pembelajaran memahami isi teks dongeng.

Penerapan metode tutor sebaya

(Peer Teaching) dapat

menumbuhkan respons positif siswa kelas VII A1 SMP Negeri 3 sawan

terhadap pembelajaran memahami isi teks dongeng. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuisioner siswa yang menunjukan sikap positif. Untuk respons siswa mengalami peningkatan rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 0,75%. Jumlah rata-rata skor respons siswa pada siklus I sebesar 81,95% menjadi 82,70% pada siklus II. Pada siklus I, 23 orang siswa (100%) memberikan respons positif. Sedangkan pada siklus II, 2 orang siswa (8%) memberikan respons sangat positif dan sebanyak 23 orang siswa (92%) memberikan respons positif. Dengan demikian, respons siswa kelas VIIA1

di SMP Negeri 3 Sawan terhadap penerapan metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dikatakan tuntas karena sudah melebihi ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 75% siswa memberikan respons positif.

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut. (1) Siswa hendaknya terus mengasah kemampuan memahami isi teks dongeng untuk lebih mengerti dan

(10)

paham terkait isi teks dongeng yang sudah di dapat di sekolah. (2) Guru Bahasa Indonesia hendaknya mempertimbangkan pemakaian metode tutor sebaya (Peer teaching) sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng. (3) Calon guru Calon guru bahasa Indonesia hendaknya mempelajari metode tutor sebaya (peer teaching) untuk meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng. (4) Pihak Pihak sekolah disarankan memanfaatkan penerapan metode tutor sebaya (peer teaching) sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi tentang pembelajaran dongeng. (5) Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran memahami isi teks dongeng.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008.

Penelitian Tindakan Kelas.

Cetakan Ketujuh. Jakarta. Bumi Aksara.

Hasan Lubis, Hamid. 1994.

Glosarium Bahasa dan

Sastra. Bandung. Angkasa

Keraf, Gorys. 1996. Terampil

Berbahasa Indnesia 1:

Petunjuk Guru bahasa

Indonesia Sekolah

Menengah Umum Kelas 1.

Jakarta: Balai Pustaka.

Puspa Rita dewi, Ni Putu. 2010. Penerapan Metode Picture And Picture Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami dongeng Pada Siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Seririt. Skripsi (Tidak terbit). Jurusan Pendidikan

Bahasa Dan Sastra Indonesia. FBS Undiksha. Sofyan, Ahmadi. 2006. Jangan

Takut Menulis. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Suandi, Nengah. 2008. Pengantar

Metodologi Penelitian

Bahasa. Singaraja:

Undiksha.

Sudjana. 2005. Metode dan teknik

Pembelajaran Partisipatif.

Bandung: Falah Production. Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia

Untuk SMTA. Jakarta.

Erlangga.

Tri Antara, I Nyoman. 2010. Penerapan Metode Tutor Sebaya (Peer Teaching) Dengan Berbantuan Media Audio Visual Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas X.I SMA Negeri 1 Sidemen.

Skripsi (Tidak terbit).

Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. FBS Undiksha

Referensi

Dokumen terkait

diketahui secara nyata baik dalam hal besaran maupun distribusinya, yang dapat digambarkan dalam bentuk diagram tegangan-regangan beton dengan mengacu hasil-hasil

Oleh karena itu, melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) Ipteks bagi Masyarakat diharapkan untuk dapat mengimplementasikan proses rancang-bangun mesin

(RPJMD) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-2015. Program Pembangunan di Bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana di Kabupaten Sidoarjo, bertujuan untuk memantapkan

[15] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Universitas

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh

[r]

Indeks Fagositosis antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan didapatkan perbedaan yang bermakna, terlihat jelas pada perlakuan kelompok P3 yang diberi 320 mg/hari

1 Pelatihan Aplikasi Sistem Penilaian Akreditasi (Sispena) BAN PAUD dan PNF 2 Permohonan dan Pengisian Instrumen Evaluasi Diri Lembaga (sosialisasi).. 3 Pemetaan sasaran