• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN ANALISIS VEGETASI METODE TITIK MENYINGGUNG OLEH : JEAN NIHANA MANALU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN ANALISIS VEGETASI METODE TITIK MENYINGGUNG OLEH : JEAN NIHANA MANALU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

‟ ANALISIS VEGETASI METODE TITIK MENYINGGUNG ”

OLEH :

JEAN NIHANA MANALU 05121007071

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2012/2013 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(2)

Ekologi hutan hutan merupakan salah satu cabang ekologi yang mempelajari ekosistem hutan, dimana dalam ekosistem tersebut terjadi hubungan timbal balik anatara komponen – komponen penyusunnya. Suatu pengolahan ekosistem hutan yang bijaksana adalah bila dilandaskan pada suatu dinamika internal dari ekosistem yang bersangkutan disamping pertimbangan ekonominya.

Informasi – informasi penting dalam ekosistem hutan antara lain komposisi dan struktur hutannya yag mempunyai konsekuensi terhadap fungsinya. Oleh karena itu dalam pendidikan latihan dasar materi dan kegiatan – kegiatan dalam mempelajari ekosistem hutan dari komposisi dari struktur hutannya harus diberikan. Adapun bagian dari usaha tersebut meliputi pengetahuan tentang klasifikasi hutan, analisis vegetasi.

Di dunia ini terdapat berbagai jenis tumbuh –tumbuhan, tumbuhan tersebut ada yang tumbuh liar dan ada pula yang disengaja ditanam. Tumbuhan yang terdapat di suatu daerah yang cukup luas, tidaklah mudah untuk mengetahui tumbuhan yang mendominasi maupun yang tidak di suatu area tersebut. Untuk mengetahui komunitas dari suatu tumbuhan dapat dilakukan dengan analisis vegetasi.

Analisi vegetasi merupakan suatu kumpulan tumbuh – tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis ( biasanya ) berinteraksi satu dengan yang ainnya. Vegetasi hutan yang dibentuk oleh individu tumbuhan yang beraneka ragam dan memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu. Setiap tipe vegetasi dicirikan oleh setiap penampangan luar tumbuhan lainnya.

(3)

Keanekaragaman hayati yang sangat tinggi merupakan suatu koleksi yang unik dan mempunyai potensi genetik yang besar pula. Namun hutan yang merupakan sumberdaya alam ini telah mengalami banyak perubahan dan sangat rentan terhadap kerusakan. Sebagai salah satu sumber devisa negara, hutan telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk diambil kayunya Eksploitasi ini menyebabkan berkurangnya luasan hutan dengan sangat cepat. Keadaan semakin diperburuk dengan adanya konversi lahan hutan secara besar-besaran untuk lahan pemukiman, perindustrian, pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan serta kebakaran hutan yang selalu terjadi di sepanjang tahun. Dampak dari eksploitasi telah merubah struktur hutan sehingga banjir terjadi pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Dengan demikian jelas terlihat bahwa fungsi hutan sebagai pengatur tata air telah terganggu dan telah mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

Hutan sebagai ekosistem harus dapat dipertahankan kualitas dan kuantitasnya dengan cara pendekatan konservasi dalam pengelolaan ekosistem hutan. Pemanfaatan ekosistem hutan akan tetap dilaksanakan dengan mempertimbangkan kehadiran keseluruhan fungsinya.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum analisi vegetasi metode titik menyinggung adalah untukmenghitung penutupan tajuk yang terkena tusukan jarum ( pin )

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hutan adalah suatu wilayah luas yang ditumbuhi pepohonan, termasuk juga tanaman kecil lainnya seperti, lumut, semak belukar, herba dan paku-pakuan. Pohon merupakan bagian yang dominan diantara tumbuh-tumbuhan yang hidup di hutan. Berbeda letak dan kondisi suatu hutan, berbeda pula jenis dan komposisi pohon yang

(5)

terdapat pada hutan tersebut. Sebagai contoh adalah hutan di daerah tropis memiliki jenis dan komposisi pohon yang berbeda dibandingkan dengan hutan pada daerah temprate (Rahman, 1992).

Hutan alami merupakan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan (SPL) pertanian, dikarenakan keragaman pohon yang tinggi (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) hutan adalah masyarakat tetumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (Keputusan Menteri Kehutanan RI, No.70/Kpts- II/2001). Hutan pegunungan adalah hutan yang tumbuh di daerah ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan air laut (Arief, 1994). Menurut Damanik et al, (1992) ketinggian rata-rata tempat dari berbagai tipe hutan pegunungan di Sumatera kira-kira adalah sebagai berikut:

1. Daerah ketinggian 0 . 1.200 meter di atas permukaan laut, disebut dataran rendah

2. Daerah ketinggian 1.200 . 2.100 meter di atas permukaan laut, disebut hutan

pegunungan bagian bawah.

3. Daerah ketinggian 2.100 . 3.000 meter di atas permukaan laut, disebut hutan

(6)

4. Daerah ketinggian di atas 3.000 meter diatas permukaan laut, disebut hutan

subalpin.

Hutan basah dapat tersebar sangat luas dan sering kali sangat lebat pada lereng-lereng bagian bawah di gunung-gunung. Tipe vegetasi mintakat gunung lebih mirip dengan daerah iklim sedang, atau dengan kata lain lebih sesuai dengan hutan basah daerah iklim sedang (Polunin, 1990). Hutan pegunungan bagian bawah mempunyai fisiognomi yang menyerupai hutan, hanya pohon-pohonnya yang tumbuh lebih kecil. Begitu pula komposisinya juga agak berbeda. Pada ekosistem ini biasanya kaya akan jenis Orchidaceae dan Pteridophyta. Di sampinsg itu pada umumnya dihuni oleh berbagai jenis tetumbuhan antara lain dari famili: Anonaceae, Burseraceae, Bambosaceae, Dipterocarpaceae, Leguminoceae, Meliaceae, Sapindaceae,dan Sapotaceae (Irwan, 1992).

Hutan pegunungan bagian atas merupakan ekosistem yang mempunyai fisiognomi tetumbuhannya tergantung pada ketinggian dan topografi habitatnya. Komposisi botanik hutan ini lebih menyerupai hutan di daerah iklim sedang. Pada habitat yang berbatu-batu ditumbuhi vegetasi yang berbentuk semak-semak rendah atau pohon-pohon kecil, kerdil atau bercabang rendah. Di samping itu ada kalanya dijumpai jenis pohon conifer atau jenis vegetasi berbunga.

Hutan-hutan Indonesia menyimpan jumlah karbon yang sangat besar. Menurut FAO, jumlah total vegetasi hutan Indonesia meningkat lebih dari 14 miliar ton biomassa, jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia dan setara dengan 20% biomassa di seluruh hutan tropis di Afrika. Jumlah biomassa ini secara kasar

(7)

menyimpan 3,5 milliar ton karbon (FWI, 2003). Hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan ini tidak pernah menggugurkan daunnya secara serentak, kondisinya sangat bervariasi seperti ada yang sedang berbunga, ada yang sedang berbuah, ada yang dalam perkecambahan atau berada dalam tingkatan kehidupan sesuai dengan sifat atau kelakuan masing-masing jenis tumbuh-tumbuhan tersebut.

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripksikan sutu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam halini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang- bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitngkan berbagai kendala yang ada. Metodologi – metodologi yang umum dan sangat efektif serta efesien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode plot dan metode kuadran. Akan tetapi praktikum ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode titik menyinggung . Metode ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari metode kuadrat sebab apabila bentuk kuadrat tersebut diperkecil sampai tak terhingga, akan membentuk suatu titik. Prinsip metode ini adalah menghitung penutupan tajuk yang terkena tusukan jarum (pin).

Dalam metode kuadrat penutupan tajuk tersebut di hitung secara etimasi (penaksiran). Cara ini dirasakan sangat menyulitkan untuk tumbuhan yang menjalar, kecil – kecil dan rapat. Akibat dari kesulitan – kesulitan tersebut kemudian ditemukan metode pntograf, yaitu suatu metode dengan cara menggambar vegetasi yang akan diamati.

(8)

Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dengan pada tiap – tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan suatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum analisis vegetasi metode titik menyinggung dilaksanakan pada tanggal 23 April 2013 di lahan Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

(9)

B. Alat dan Bahan

Pada praktikum analisis vegetasi metoda titik menyinggung ini dibutuhkan alat dan bahan, yaitu : 1) sebuah komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum 2) tali rafia 3) benang 4) meteran 5) alat tulis 6) perlengkapan pembuatan herbarium 7) patok tanda pembatas 8) buku-buku identifikasi 9) pantograf 10) jarum.

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum analisis vegetasi metode titikmenyinggung adalah sebagai berikut :

1) Letakan alat yang berupa kerangka besi atau kayu dengan tongkat jarum penunjuk menyentuh permukaan tumbuhan yang akan dianalisis dan pindah-pindahkan letak alat tersebut sesuai dengan jumlah yang akan diamati

2) Sebagai satuan contoh pengamatan adalah interval yang terdiri dari 10 lubang atau panjang 1 m

3) Catat jenis tumbuhan yang tertunjuk oleh tongkat atau jarum penunjuk tersebut dan jumlah interval sebagai satuan pengamatan, kedalam table data tersebut. 4) Dari data hasil pengukuran selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk

memperoleh nilai frekuensi dan dominasi jenis tumbuhan berdarsakan cara perhitungan.

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil dari pengamatan praktikum ini adalah :

Interval Pengamatan Titik Ke Jenis Tumbuhan Tinggi ( cm )

A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rumput Seduduk, rumput Rumput Rumput Seduduk, rumput Seduduk, rumput Seduduk, rumput Seduduk, rumput Rumput -59 cm 6 cm ,60 cm 55 cm 41 cm 10 cm , 43 cm 30 cm , 55 cm 50 cm , 22 cm 62 cm , 55 cm 87 cm -B 1 2 3 4 Rumput Akasia Rumput malu Rumput jarum 11 cm 12, 4 cm 8 cm 13 cm

(11)

5 6 7 8 9 10 Rumput Rumput Rumput Rumput Akasia Alang – alang 18 cm 10 cm 13 cm 20 cm 13 cm 10 cm C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Seduduk Seduduk Seduduk Markisa Putri Malu Putri Malu Putri Malu -Ilalang Ilalang 4,8 cm 7 cm 22 cm 26 cm 20 cm 31 cm 20 cm -44 cm 43 cm B. Pembahasan

Dari hasil pengamatan kelompok kami , kelompok III didapatkan pembahasan bahwa sistem perpaduan antara sumber daya hayati dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem, yang masing-masing menampilkan kekhususan pula dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya Hal ini terjadi karena keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke. Sejumlah besar (lebih dari 10.000 buah) dari pulau-pulau tersebut adalah merupakan pulau-pulau berukuran kecil, memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang tinggi. Sebagian besar hutan-hutan di Indonesia termasuk dalam Hutan Hujan Tropis, yang merupakan masyarakat yang kompleks, tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Di dalam kanopi iklim mikro berbeda dengan keadaan sekitarnya; cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah.

(12)

Pohon-pohon kecil berkembang dalam naungan pohonyang lebih besar, di dalam iklim mikro inilah terjadi pertumbuhan.

Di dalam lingkungan pohon-pohon dengan iklim mikro dari kanopi berkembang juga tumbuhan yang lain seperti pemanjat, epifit, tumbuhan pencekik, parasit dan saprofit Pohon-pohon dan banyak tumbuhan lain berakar menyerap unsur hara danair pada tanah. Daun-daun yang gugur, ranting, cabang, dan bagian lain yang tersedia menjadi makanan untuk sejumlah inang hewan invertebrata, seperti rayap juga untuk jamur dan bakteri. Unsur hara dikembalikan ke tanah lewat pembusukan dari bagian yang gugur dan dengan pencucian daun-daun oleh air hujan. Ini merupakan ciri hutan hujan tropis persediaan unsur hara total sebagian besar terdapat dalam tumbuhan; secara relatif kecil disimpan dalam tanah.

Titik menyinggung ( Point Intercept ) menggunakan alat yang terbuat dari kayu atau besi, dengan tinggi 1 m dan panjang 1 m. Pada panjang alat tersebut setiap 10 cm dilubangi dengan demikian terdapat setiap 10 buah lubang. Lubang – lubang itu digunakan sebagai tempat untuk menusukkan jarum yang terbuat dari kawat yang panjangnya sama dengan tinggi alat tersebut. Sebenarnya jarak antara lubang yang satu dengan yang lain tidak harus 10 cm, sebenarnya lebih rapat akan lebih baik.

(13)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum analisis vegetasi metode titik menyinggung adalah :

1. Ekologi hutan hutan merupakan salah satu cabang ekologi yang mempelajari ekosistem hutan.

2. Metode titik menyingung merupakan penjabaran lebih lanjut dari metode kuadrat sebab apabila bentuk kuadrat tersebut diperkecil sampai tak terhingga, akan membentuk suatu titik.

3. Struktur pohon pada lokasi penelitian didominasi oleh Gordonia sp.

4. Titik menyinggung ( Point Intercept ) menggunakan alat yang terbuat dari kayu atau besi, dengan tinggi 1 m dan panjang 1 m.

5. Hutan adalah suatu wilayah luas yang ditumbuhi pepohonan, termasuk juga tanaman kecil lainnya seperti, lumut, semak belukar, herba dan paku-pakuan.

(14)

Diharapkan dapat mengetahui pengertian tentang analisis vegetasi metoda titik menyinggung dan cara perlakuannya, dapat menggunakan alat dan bahan yang lebih efisien dan lengkap agar tidak terlalu keluar tenaga.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 1994. Hutan: Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia.

Damanik, J.S., J. Anwar., N. Hisyam., A. Whitten. 1992. Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Daniel, T.W., J.A. Helms, F.S. Baker. 1992. Prinsip-Prinsip Silvinatural. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB

Hafild & Aniger. 1984. Lingkungan Hidup di Hutan Hujan Tropika. Cet 1. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian didapatkan pada komunitas homoseksual 1 sampel (4%) reaktif terhadap HIV dan pada 24 sampel (96%) non reaktif terhadap HIV sedangkan pada WPS 5

Apabila kita ingin menunjukkan milik tidak menggunakan kata ganti (pronoun) tetapi menggunakan nama atau kata benda, maka digunakan apostrophe (tanda ‘) ditambah s dibelakang

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Informasi Publik ini sebagai acuan mengenai ruang lingkup, tanggungjawab dan wewenang Pejabat Pengelola Informasi dan

Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan

Untuk mengatasi masalah – masalah itu maka ditemukanlah jembatan rangka batang yang terbuat dari besi atau baja sebagai bahan yang paling sesuai untuk jembatan rangka

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid

Tindak lanjut atas resolusi tersebut menjadikan masing-masing negara memberikan batasan, definisi, tipologi teror, dan pengaturan penanggulangan terorisme ke dalam

Non-repudiation (ketiadaan penyangkalan) adalah layanan yang menjamin bahwa tidak ada penyangkalan suatu transaksi yang dilakukan. Algoritma kriptografi triangle cahin