• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Usaha Tani

PT JORO merupakan sebuah perusahaan agribisnis hortikultura yang meliputi budidaya, sarana budidaya, distributor benih, produsen pupuk dan konsultan pertanian.. Analisis usaha tani dihitung selama tiga tahun, karena sewa lahan di Kampung Panyairan (lokasi PT JORO) rata-rata sampai umur tiga tahun.

Analisis usaha tani paprika secara hidroponik adalah hasil analisis usaha tani paprika di PT JORO dengan luas lahan 500 m2 dan populasi maksimal tanaman sebanyak 1 000 tanaman. Rata-rata bobot buah sebesar 103.09 g dan jumlah terpanen 22.02 buah/tanaman maka produktivitas rata-rata tanaman paprika selama enam bulan di PT JORO sebesar 1.82 kg, sementara dengan rata-rata bobot buah 105.02 g dan jumlah terpanen 31.04 buah (Tabel 3) maka produktivitas rata-rata tanaman tomat selama enam bulan di PT JORO sebesar 3.26 kg.

Tabel 3. Taksasi Produksi Paprika dan Tomat di PT JORO

Komponen Paprika Tomat

Buah/Pohon 42.68 ± 1.63 44 ± 1.56

Total Buah Terpanen 22.02 ± 0.35 31.04 ± 1.08

Panen Contoh 10 10

Buah/Panen 10 10

Bobot/Buah (g) 193.05 ± 5.39 105.02 ± 4.43

Diameter Buah (cm) 6.64 ± 0.08 5.49 ± 0.24 Panjang Buah (cm) 8.30 ± 0.13 6.28 ± 0.22

Sumber: Hasil pengamatan di lapang, 2010

Biaya yang dikeluarkan untuk saha tani paprika terdiri dari biaya infestasi dan biaya operasional. Biaya infestasi terdiri dari sewa lahan, greenhouse,

peralatan irigasi tetes dan peralatan budidaya (Lampiran 6). Biaya operasional terdiri dari biaya tidak tetap seperti benih, pupuk dan pestisida serta biaya tetap seperti gaji manajer dan pekerja (Lampiran 7). Biaya infestasi dikeluarkan hanya pada awal usaha, sementara biaya operasional dikeluarkan selama usaha tani berjalan.

(2)

Berdasarkan hasil analisis usaha tani paprika selama tiga tahun (enam periode tanam), PT JORO memperoleh penerimaan sebesar Rp. 16 632 960 dengan total biaya produksi yang dikeluarkan Rp. 139 288 800 (Tabel 4) atau memperoleh penerimaan sebesar Rp. 6 191 960 tiap periode tanamnya dengan biaya produksi tiap periode tanam sebesar Rp. 17 795 000 (Lampiran 8). Return of cost ratio (R/C) dan payback period (PP) yang dihasilkan dari usaha tani paprika berturut-turut sebesar 1.12 dan 3.28. Nilai R/C 1.12 artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 100 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 112, sementara nilai payback period 3.28 menandakan biaya infestasi yang dikeluarkan untuk usaha tani paprika di PT JORO akan kembali setelah tahun ketiga. Periode usaha tani paprika yang dilakukan adalah selama tiga tahun, maka biaya infestasi akan kembali minimal pada akhir periode usaha.

Tabel 4. Analisis Kelayakan Usaha Tani Paprika pada Lahan 500 m² di PT JORO

Uraian Komponen

Total Biaya Selama 3Tahun (6 Musim Tanam) %Biaya atas Total Pengeluaran A. Pengeluaran 1. Biaya Investasi 1.1. Sewa Lahan 2 500 000 1.79 1.2. Greenhouse 7 506 800 5.39

1.3. Peralatan Irigasi Tetes 8 085 000 5.80

1.4. Peralatan Budidaya 2 242 000 1.61

Total Biaya Investasi 20 333 800 14.60

2. Biaya Operasional

2.1. Biaya Tidak Tetap 30 155 000 21.65

2.2. Biaya Tetap 88 800 000 63. 75

Total Biaya Operasional 118 955 000 85

Total Pengeluaran (Total Biaya Investasi+Total Biaya

Operasional) 139 288 800 100

B. Penerimaan

Jumlah Tanaman 1 000 tanaman

Jumlah Buah Terpanen Satu

Periode Tanam 22.02 buah/tan

Rata-Rata Bobot Buah Selama

(3)

Tabel 4. Lanjutan

Uraian Komponen

Total Biaya Selama 3Tahun (6 Musim

Tanam)

%Biaya atas Total Pengeluaran Harga Buah Paprika per kg Rp 3 000-16 000

Produksi Buah Paprika Satu Periode Tanam :

800 tanaman (daya hidup 80%) x 22.02 buah x 103.09 g/tanaman = 1 816 000 g = 1 816 kg

Total Produksi Selama 3 Tahun (6 Periode Tanam) : 1816 kg x 6 = 10 896 kg • Paprika Bagus (87 %) = 87 % x 10 896 kg x Rp. 16 000 = Rp. 151 672 320 • Paprika Apkir (13 %) = 13 % x 10 896 kg x Rp. 3 000 = Rp. 4 249 440 Total Penjualan = Rp. 151 672 320+ Rp. 4 249 440 = Rp. 155 921 760

Total Penerimaan = Total Penjualan – Total Pengeluaran

= Rp. 155 921 760– Rp. 139 288 800 = Rp. 16 462 960

Return Of Cost ratio (R/C) 1.12

Payback period (PP) 3.28

Analisis usaha tani tomat secara hidroponik adalah hasil hasil analisis usaha tani tomat di PT JORO dengan luas lahan 500 m2 dan populasi maksimal tanaman sebanyak 1 000 tanaman. Bobot buah/tanaman tomat di PT JORO mencapai 105.02 g/tanaman dengan jumlah buah/tanaman sebanyak 31.04 buah. Produksi buah yang dihasilkan adalah 3.26 kg/tanaman/periode tanam.

Biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani tomat terdiri dari biaya infestasi dan biaya operasional. Biaya infestasi terdiri dari sewa lahan, greenhouse,

peralatan irigasi tetes dan peralatan budidaya (Lampiran 9). Biaya operasional terdiri dari biaya tidak tetap seperti benih, pupuk dan pestisida serta biaya tetap seperti gaji manajer dan pekerja (Lampiran 10). Biaya infestasi dikeluarkan hanya pada awal usaha, sementara biaya operasional dikeluarkan selama usaha tani berjalan.

Berdasarkan hasil analisis usaha tani tomat selama tiga tahun (tujuh periode tanam), PT JORO memperoleh defisit sebesar Rp. 20 501 300 dengan

total biaya produksi yang dikeluarkan Rp. 134 618 800 (Tabel 5) namun PT JORO memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2 500 tiap periode tanam dari

budidaya tomat dengan biaya produksi tiap periode tanam sebesar Rp. 16 300 000 (Lampiran 11). Return of cost ratio (R/C) dan payback period (PP) yang

(4)

dihasilkan dari usaha tani tomat berturut-turut sebesar 0.85 dan 8 133.52. Nilai R/C 0.85 artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 100 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 85, sementara nilai payback period 8 133.52 menandakan biaya infestasi yang dikeluarkan untuk usaha tani tomat di PT JORO akan kembali setelah tahun ke 8 133.52.

Tabel 5. Analisis Kelayakan Usaha Tani Tomat pada Lahan 500 m² di PT JORO

Uraian Komponen

Total Biaya Selama 3Tahun (7 Musim Tanam) % Biaya Atas Total Pengeluaran A. Pengeluaran 1. Biaya Investasi 1.1. Sewa Lahan 2 500 000 1.86 1.2. Greenhouse 7 506 800 5.58

1.3. Peralatan Irigasi Tetes 8 085 000 6.01

1.4. Peralatan Budidaya 2 242 000 1.67

Total Biaya Investasi 20 333 800 15

2. Biaya Operasional

2.1. Biaya Tidak Tetap 21 535 000 16

2.2. Biaya Tetap 92 750 000 68.90

Total Biaya Operasional 114 285 000 84.90 Total Pengeluaran (Total Biaya

Investasi+Total Biaya

Operasional) 134 618 800 100

B. Penerimaan

Jumlah Tanaman 1 000 tanaman

Jumlah Buah Terpanen Satu

Periode Tanam 31.04 buah/tan

Rata-Rata Bobot Buah 105.02 g/buah Harga Buah Tomat per kg Rp. 5 000 Produksi Buah Tomat Satu Periode Tanam :

800 tanaman (daya hidup 80%)x 31.04 buah x 105.02 g/tanaman = 3 260 500 g = 3 260.5 kg

Total Produksi Selama 3 Tahun (7 Periode Tanam) : 3 260.5 kg x 7 = 22 823.5 kg

Total Penjualan = 22 823.5 kg x Rp 5 000 = Rp. 114 117 500

Total Penerimaan = Total Penjualan – Total Pengeluaran = Rp. 114 117 500 – Rp. 134 618 800 = Rp. -20 501 300

Return Of Cost ratio (R/C) 0.85

Payback period (PP) 8 133.52

(5)

Menurut Soekartawi (2008) suatu usaha tani dikatakan layak dan menguntungkan jika nilai R/C lebih dari satu dan sebaliknya usaha tani dikatakan belum menguntungkan atau tidak layak jika nilai R/C kurang dari satu. Kriteria R/C penting dilakukan untuk penilaian keputusan usaha tani suatu komoditi dan kemungkinan pengembangannya. Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk kembali modal. Semakin cepat jangka waktu yang diperlukan untuk kembali modal maka semakin baik usaha tani yang dilakukan.

Usaha tani tomat di PT JORO masih belum bisa dijadikan usaha tani alternatif pengganti usaha tani paprika. Keuntungan yang diperoleh dari usaha tani tomat belum bisa mengembalikan biaya infestasi yang dikeluarkan pada awal usaha tani. Biaya infestasi yang dikeluarkan pada awal usaha tani tomat sebesar Rp. 20 333 800, sementara keuntungan yang diperoleh tiap periode tanamnya hanya Rp. 2 500. Biaya infestasi yang dikeluarkan pada awal usaha tani paprika sebesar Rp. 20 333 800, sementara keuntungan yang diperoleh tiap periode tanamnya sebesar Rp. 6 191 960 (Tabel 6) .

Tabel 6. Rekapitulasi Analisis Usaha Tani Paprika dan Tomat di PT JORO Uraian Komponen Satuan Paprika Tomat Total Biaya Infestasi Rp. 20 333 800 20 333 800 Biaya Operasional Satu Periode Tanam Rp. 19 795 000 16 300 000 Total Biaya Operasional Rp. 118 955 000 114 285 000 Pengeluaran Satu Periode Tanam Rp. 19 795 000 16 300 000 Total Pengeluaran Rp. 139 288 800 134 618 800 Produksi Satu Periode Tanam Kg. 1 816 3 260.5

Total Produksi Kg. 10 896 22 823.5

Penjualan Satu Periode Tanam Rp. 25 986 960 16 302 500

Total Penjualan Rp. 155 921 760 114 117 500

Penerimaan Satu Periode Tanam Rp. 6 191 960 2 500

Total Penerimaan Rp. 16 632 960 (20 501 300)

Return Of Cost ratio (R/C) Satu

Periode Tanam 1.31 1.00

Total Return Of Cost ratio (R/C) 1.12 0.85

Payback Period (PP) tahun 3.28 8 133.52

Karakterisasi Buah Tomat Varietas Marta

Beberapa varietas tomat pernah dicoba untuk dibudidayakan di PT JORO. Hal ini dilakukan untuk menemukan tanaman tomat yang mampu menghasilkan buah yang berkualitas, bobotnya besar dan kuantitasnya banyak. Tujuan penanaman varietas yang tidak tetap setiap periode tanam adalah untuk

(6)

mendapatkan tanaman yang dari segi ekonomi dapat menjadi tanaman alternatif selain tanaman paprika.

Salah satu yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman tomat ialah dalam hal pemilihan varietasnya. Produktivitas dan kualitas tanaman tomat yang ditanam diketahui berdasarkan karakteristik varietas yang ditanam. Beberapa klasifikasi yang digunakan untuk membedakan tomat diantaranya berdasarkan kebiasaan tumbuh (indeterminate, semi-indeterminate dan determinate), ukuran buah (bulat kecil (cherry, 30 g; ‘money maker’, 80 g), bulat sedang hingga besar (120-150 g), ‘beefstek dan ribbed’ (>200 g)), bentuk buah (bulat, bulat telur, lonjong (‘san marzano’) atau rata (‘marmande’)) (Opena dan Van Der Vossen, 1994).

Tomat varietas Marta produksi PT EAST WEST memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tomat hibrida tipe indeterminate, untuk dataran tinggi, mempunyai warna buah matang merah tua dengan bobot mencapai 110-130 g/buah. Bentuk buah tomat varietas ini bulat telor memanjang. Buah keras dan cocok untuk transportasi jarak jauh serta mempunyai daya simpan yang lama. Varietas Marta dapat dipanen pada umur 80 HST (hari setelah tanam) dengan potensi hasil panen 60-80 ton/ha.

Karakteristik kuantitatif buah tomat varietas Marta yang dibudidayakan oleh PT JORO tidak sesuai dengan deskripsi dari PT EAST WEST selaku produsen benihnya. Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata bobot buah 105.02 g/buah (Tabel 7) sementara potensi sebenarnya yaitu 110-130 g/buah. Perbedaan potensi antara deskripsi dari PT EAST WEST dan hasil panen tomat di PT JORO menandakan ada kesalahan dalam proses budidayanya ataupun pemeliharaannya sehingga karakteristik tomat yang ditanam belum mencapai potensi sebenarnya. Pengamatan lain juga menunjukkan tomat yang dihasilkan pada awal panen dengan panen seterusnya sangat berbeda. Ketika awal panen tomat yang didapat baik dari bobot, diameter dan panjangnya cukup besar, sementara pada panen berikutnya cenderung kecil dengan masa panen rata-rata tiga bulan.

(7)

Tabel 7. Karakter Kuantitatif Buah Tomat Varietas Marta di PT JORO GH Panen Contoh Buah/ Panen Bobot/Buah (g) Diameter Buah (cm) Panjang Buah (cm) 1 10 10 107.28 ± 7 5.52 ± 0.2 6.38 ± 0.2 2 10 10 104.07 ± 1.8 5.55 ± 0.4 6.29 ± 0.1 3 10 10 103.71 ± 1.8 5.43 ± 0.1 6.18 ± 0.3 Rata-Rata 10 10 105.02 5.5 6.28

Sumber: Hasil pengamatan di lapang, 2010

Pengaruh Jumlah Cabang

Serangan Tungau Merah (Tetranychus sp.)

Serangan hama thrips (Thrips parvispinus) dan tungau merah (Tetranychus sp.) sudah nampak pada minggu pertama pengamatan pada beberapa tanaman paprika kelompok dua cabang utama (ditanam dua tanaman per polybag). Gejala awal serangan tungau ditandai dengan melengkungnya daun pada bagian atas tanaman yang terserang. Bentuk dari daun yang terserang tungau menyerupai sendok yang terbalik dan jika gejala sudah parah warna daun berubah menjadi seperti warna tembaga (Gambar 9). Gejala awal serangan thrips ditandai dengan melengkungnya daun pada bagian atas tanaman yang terserang. Bentuk dari daun yang terserang thrips bergelombang dan cenderung melengkung keatas. Serangan thrips yang masih dalam skala kecil dapat ditanggulangi dengan cara konvensional, karena thrips dapat terlihat secara langsung (makroskopis). Serangan tungau sulit untuk ditanggulangi secara konvensional, karena serangga ini tidak terlihat jika tidak menggunakan bantuan alat seperti mikroskop.

Serangan tungau selain pada daun juga pada tunas apikal dan buah paprika, khususnya buah yang masih kecil. Dampak serangan tungau lebih parah dari thrips, jika serangan thrips hanya merusak permukaan buah maka serangan tungau merusak hingga ke dalam buah. Buah yang terserang tungau warna kulitnya berubah menjadi seperti warna tembaga dan buahnya menjadi keras, sehingga buah tidak dapat dipanen, sedangkan buah yang terserang thrips masih bisa dipanen walaupun harganya rendah.

(8)

Ga Se tersebut ta serangan t cabang pe yang dipa serangan baris 1 (G pada saat paprika ya yang terse masih kec dipanen. ambar 9. G ( d T rangan tung anaman pap tungau melo er tanaman ( angkas hing tungau ma Gambar 10). ini tanaman ang masih erang tungau cil menyeba Gejala Ser (b) Bunga d dan Berwa Tembaga gau pada mi prika masih onjak naik p (dua tanam gga tiga ca sih sedikit, Serangan tu n paprika m kecil dan l u pada peng abkan buah rangan Tun dan Tunas arna Temba inggu 1-3 p pada fase v pada tanam an per poly abang per yaitu hany ungau melo mulai berbu unak, oleh gamatan. Se tidak dapat a c ngau; (a) Apikal Ron aga, (d) Pe pengamatan vegetatif. M man paprika ybag), seme tanaman (s ya satu tan onjak pada m uah. Tungau karena itu erangan tung t berkemban Daun Ber ntok, (c) K ermukaan masih sedik Minggu keem yang dipan ntara pada satu tanama naman yang minggu keem u biasanya m banyak bu gau pada bu ng dan otom rbentuk Sen Kulit Buah K Daun Berw kit, pada mi mpat pengam ngkas hingg tanaman pa an per poly g terserang mpat diseba menyerang uah paprika uah paprika matis tidak b d ndok, Keras warna inggu matan ga dua aprika ybag) pada abkan buah kecil a yang dapat

(9)

Gambar 10. Jumlah Tanaman Paprika yang Terserang Tungau

Kelembaban udara yang cukup ideal untuk paprika yaitu 80 %, sementara kelembaban di lokasi magang rata-rata 86.6 %. Kelembaban yang terlalu rendah atau tinggi menyebabkan bunga dan buah muda gugur. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman paprika adalah sekitar 250 mm per bulan, sementara selama magang curah hujan rata-rata 302.4 mm per bulan (Gambar 11). Curah hujan berkaitan dengan intensitas penyinaran matahari. Menurut Poulos (1994) untuk memperoleh pertumbuhan dan pembentukan hasil buah yang maksimal intensitas sinar matahari yang diperlukan berkisar antara 22-30 % dari intensitas sinar matahari total yang diterima tanaman. Marcelis et al. (2004) menyatakan bahwa tingkat aborsi bunga paprika meningkat secara linear ketika cahaya matahari berkurang dengan naungan, kerapatan tanaman yang tinggi atau pemangkasan. Kelembaban yang tinggi menurut Jovicich and Cantlife (1999) khususnya pada media tanam akan menyebabkan tanaman terserang penyakit “Elephant’s foot” atau lebih dikenal layu fusarium yang disebabkan fungi Fusarium oxysporum.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Tanaman Minggu Pengamatan baris1(satu tanaman per polybag/tiga cabang) baris2(satu tanaman per polybag/tiga cabang) baris3(dua tanaman per polybag/dua cabang) baris4(dua tanaman per polybag/dua cabang) baris5(dua tanaman per polybag/dua cabang)

(10)

Gambar 11. Kondisi Cuaca Selama Magang di PT JORO Pertumbuhan Tanaman Paprika

Buah merupakan bagian tanaman yang paling banyak menyimpan hasil fotosintesis. Jika jumlah buah terlalu banyak, bagian tanaman yang lain seperti daun dan batang menjadi kekurangan hasil fotosintesis, sehingga pucuk tanaman menjadi kurus, pertumbuhan vegetatif tanaman lambat, ukuran buah kecil-kecil serta gugurnya bunga (Puslitbanghort, 2008). Pernyataan ini sesuai dengan yang terlihat pada pengamatan diameter batang. Pertumbuhan diameter batang tanaman paprika yang ditanam satu tanaman per polybag dengan tiga cabang lebih cepat bila dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dua tanaman per polybag

dengan dua cabang per tanaman tiap tanamannya (Gambar 12).

Gambar 12. Pengaruh Jumlah Cabang per Tanaman terhadap Diameter Batang Tanaman 435,9 551,9 90,0 331,6 102,8 89 89 83 86 86 0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 Tingkat Bulan Curah Hujan (mm) Nisbi (%) 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 1 2 3 4 5 Diameter Batang (cm) Minggu pengamatan cabang 3 cabang 2

(11)

Saat dilakukan pengamatan pertama tanaman paprika sudah berumur satu bulan setelah tanam. Rata-rata tinggi tanaman pada pengamatan awal tidak berbeda jauh karena tanaman belum berbuah, masih dalam tahap munculnya bunga, sehingga energi dan nutrisi yang dibutuhkan belum terlalu banyak dan hasil fotosintesis sebagian besar masih digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman.

Gambar 13. Pengaruh Jumlah Cabang per Tanaman Terhadap Tinggi Tanaman

Minggu keempat pengamatan (Gambar 13) muncul perbedaan tinggi batang tanaman paprika. Buah paprika mulai muncul pada minggu ini sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman melambat. Walaupun berbeda jumlah tanaman per

polybag, namun nutrisi yang diberikan kepada tanaman paprika jumlahnya sama. Bagi tanaman cabang tiga yang ditanam hanya satu tanaman per polybag hal ini tentu saja menguntungkan karena nutrisi hanya digunakan sendiri. Nutrisi pada tanaman paprika cabang dua yang ditanam dua tanaman per polybag digunakan oleh dua tanaman sehingga terjadi kompetisi dalam mendapatkan nutrisi tersebut. Terjadinya kompetisi dalam mendapatkan nutrisi pada tanaman cabang dua yang ditanam dua tanaman per polybag terlihat pada beberapa polybag dimana satu tanaman ukurannya besar, sementara yang satunya lagi kecil.

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 1 2 3 4 5 6 7 Tinggi Tanaman (cm) Minggu Pengamatan cabang 3 cabang 2

Gambar

Gambar 10. Jumlah Tanaman Paprika yang Terserang Tungau
Gambar 11. Kondisi Cuaca Selama Magang di PT JORO
Gambar 13. Pengaruh Jumlah Cabang per Tanaman Terhadap Tinggi                                   Tanaman

Referensi

Dokumen terkait

Singapura dengan ketinggian yang lebih curam, mempunyai saluran air tiga kali lebih banyak dari Jakarta, karena itu Jakarta sangat membutuhkan pembangunan saluran air yang lebih

Teknik nuklir dapat digunakan untuk melengkapi teknik diagnosis konvensional, dan dapat dikatakan unik/spesifik dan memiliki beberapa kelebihan karena lebih

Fenomena yang dikaji dalam penelitian ini adalah variasi genre teks wacana, fungsi bahasa dalam wacana dan struktur untuk menilai kelayakan teks wacana yang

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian kuasi eksperimen. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari program pembelajaran komputer

bagi lahirnya undang-undang tersebut yaitu, perlama, bahwa tujuan Nega'ra K.esatuan Republik Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum. mencapai tujuan tersebut

Dan buat kalian., tolong.,., jangan asal tuduh gitu aja., (nunjuk anisa dkk.) Harusnya kalian berterimakasih sama beti, dia sudah nolongin kalian nyariin hp., trus, ini.,.,

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu likuiditas dapat digunakan sebagai variabel moderating karena mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi

panelis karena komposisi gula lebih banyak dari formula yang