LAPORAN KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
SPACE MAINTAINER
Disusun oleh:
Hasna Hadaina 10/KG/8770
Low Xin Yi 10/KG/
Pembimbing:
Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo RS, SU, Sp. KGA (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
Gigi desidui digunakan untuk proses mekanik makanan sebagai fungsi digesti dan asimilasi. Keberadaan gigi desidui berpengaruh terhadap perkembangan rahang, erupsi gigi geligi permanen, kesehatan individu, serta perkembangan fisik dan mental anak-anak (Finn, 2003 ; Kharbanda 1994).
Gigi-gigi desidui berperan sebagai space maintainer dalam lengkung gigi untuk gigi permanen (Finn, 2003). Oleh karena itu, semakin dini gigi desidui dicabut maka semakin besar kemungkinan terjadinya pergeseran gigi. Pencabutan dini pada gigi desidui yang belum saatnya tanggal dapat menyebabkan premature loss serta dapat mempengaruhi tahap perkembangan oklusal gigi-geligi (Kharbanda, 1994). Meskipun mempertahankan gigi desidui tidak akan selalu mencegah maloklusi, tetapi dapat mengurangi terjadinya keparahan dan mempertahankan kesimetrisan hubungan molar permanen (Kennedy, 1992).
Pencabutan gigi yang tidak direncanakan pada periode geligi sulung dan geligi bercampur dapat menimbulkan kerugian yaitu kehilangan ruang yang dapat menimbulkan maloklusi, menurunnya fungsi pengunyahan (terutama gigi posterior), gangguan perkembangan bicara (terutama gigi anterior), dan dapat menimbulkan trauma akibat pemberian anastesi dan tindakan bedah (Whitwort dan Nunn, 1997 sit. Budiyanti, 2006).
Salah satu usaha preventif untuk mencegah terjadinya pergeseran gigi yang diakibatkan oleh premature loss pada gigi desidui adalah dengan menggunakan alat space maintainer. Space maintainer yang paling baik adalah gigi desidui itu sendiri, sehingga harus dilakukan usaha mempertahankan gigi desidui dalam rongga mulut, tetapi jika tidak memungkinkan maka perlu dibuatkan space maintainer buatan. Namun, apabila terjadi kekurangan ruang atau terjadi mesial drifting pada celah yang mengalami premature loss maka digunakan alat space regainer untuk mendapatkan ruang kembali (Andlaw dan Rock, 1992).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Premature Loss
Premature loss pada gigi desidui dapat terjadi akibat adanya karies, erupsi ektopik atau trauma yang menyebabkan pergerakan gigi desidui atau permanen yang tidak diinginkan dan berkurangnya panjang lengkung. Kurangnya panjang lengkung dapat berakibat meningkatnya keparahan gigi berjejal, rotasi, erupsi ektopik, crossbite, overjet dan overbite yang berlebihan serta hubungan molar yang kurang baik. Premature loss gigi desidui tipe apapun berpotensi menyebabkan berkurangnya ruang untuk menampung gigi permanen yang akan menggantikannya (Kuswandari dkk., 2007).
B. Space Maintainer
Space mantainer adalah alat cekat atau lepasan yang dirancang untuk mempertahankan ruang yang ada dalam lengkung rahang (Harty dan Ogston, 1995). Sedangkan menurut Andlaw dan Rock (1992), space maintainer adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan panjang lengkung ketika terjadi pencabutan dini pada gigi desidui agar dapat mengurangi prevalensi dan keparahan maloklusi. Alat ini bersifat pasif dalam menjaga jarak mesio-distal ruangan akibat pencabutan desidui terlalu dini dan memelihara gerak fungsional gigi serta mencegah pergeseran ke mesial gigi molar pertama permanen. Alat ini akan dilepas apabila sudah tidak dipergunakan lagi untuk menghindari terhalangnya erupsi gigi permanen di bawahnya.
Keberhasilan space maintainer yaitu apabila dapat mencegah berkurangnya panjang, lebar, dan perimeter lengkung dengan menjaga keberadaan posisi gigi geligi. Menurut Finn (2003), space maintainer diperlukan apabila :
1. Gigi m2 dicabut sebelum gigi P2 siap menggantikan. Space maintainer tidak diperlukan ketika P2 siap erupsi atau memberi indikasi melalui roentgen bahwa akan segera erupsi.
2. Gigi m1 tanggal terlalu awal tidak mutlak butuh space maintainer seperti gigi m2. Menurut penelitian, penutupan ruang akibat premature loss m1 mempunyai keparahan dan frekuensi lebih kecil daripada premature loss m2. Walaupun begitu, penelitian menambahkan bahwa pada total populasi, walaupun sederhana, sebaiknya jangan mengabaikan situasi yang dapat merugikan pada kasus individual.
3. Pada kasus anodonsia P2, lebih baik membiarkan M1 menutup celah. Lebih baik membuat keputusan akhir daripada terlalu awal, karena kadang-kadang P2 tidak mempunyai waktu perkembangan yang sama simetris bilateral.
4. Anodonsia I2 sering dibiarkan, agar C menempati ruang yang ada.
5. Pemasangan space maintainer anterior untuk tujuan psikologis dan mencegah timbulnya bad habit.
6. M1 tanggal sebelum M2 erupsi, dibiarkan agar M2 menempati ruang tersebut. Namun, apabila M2 telah erupsi maka ruangan harus dipertahankan.
7. m2 dicabut menjelang erupsi M1 dibuatkan space maintainer berupa labial arch dengan gigi tiruan m2.
8. Space maintainer aktif sering digunakan untuk mendesak M1 ke distal.
Kontra indikasi space maintainer menurut Snawder (1980), antara lain:
1. Tulang alveolus di atas gigi tersebut sudah hilang dan ruang tersebut cukup untuk erupsi gigi pengganti.
2. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup untuk ruang erupsi gigi pengganti dan tidak ada kemungkinan hilangnya ruang. 3. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan
orthodontik.
4. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan.
Syarat-syarat pembuatan space maintainer, antara lain :
1. Mampu mempertahankan jarak mesio-distal 2. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu
3. Erupsi gigi permanen tidak terganggu
4. Tersedia cukup ruang mesio-distal untuk erupsi gigi permanen pengganti 5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula 6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan
Keuntungan penggunaan removable space maintainer antara lain : alat dan gigi dapat dibersihkan dengan mudah, dapat menjaga vertikal dimensi, dapat dikombinasikan dengan tindakan preventif yang lain, dapat dipakai setengah hari sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi darah pada jaringan lunak, dapat dibuat dengan mudah dan estetis, dapat menstimulasi erupsi gigi permanen, tidak memerlukan bands, pemeriksaan gigi dapat dengan mudah dilakukan, dan dapat meciptakan ruang untuk erupsi gigi tanpa harus membuat alat baru. Kerugian penggunaan removable space maintainer antara lain : ada kemungkinan alat hilang, dapat patah, pasien tidak mau memakai alat, dapat menahan pertumbuhan rahang ke lateral apabila klamer tidak pas, dan dapat mengiritasi jaringan lunak (Finn, 2003).
C.Space Regainer
Alat space regainer digunakan untuk mendapatkan ruang pada keadaan kekurangan ruang atau terjadinya mesial drifting pada celah yang mengalami premature loss (Andlaw dan Rock, 1992).
Menurut Snawder (1980), penyebab kehilangan/ penyempitan ruang adalah sebagai berikut :
1. Premature loss dari gigi desidui 2. Mesial drifting tendency
3. Distal adjustment dari gigi anterior mandibula 4. Ankylosis dan congenital missing teeth
Indikasi pemakaian alat space regainer adalah pada premature loss gigi molar desidui yang mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang erupsi gigi permanen. Kontraindikasi pemakaian alat space regainer, antara lain :
1. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup atau lebih bagi ruang erupsi gigi pengganti
2. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan ortodontik
3. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan 4. Pasien alergi terhadap akrilik
5. Pasien tidak kooperatif
Syarat-syarat pembuatan space regainer, antara lain :
1. Terdapat kekurangan ruang mesio-distal untuk erupsi gigi permanen pengganti
2. Mampu menciptakan jarak mesio-distal 3. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu 4. Erupsi gigi permanen tidak terganggu
5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula 6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan
D. Analisis Panjang lengkung
Analisis untuk memperkirakan kebutuhan ruang bagi gigi permanen yang akan erupsi:
a. Nance analysis
Gigi yang terpilih: III, IV, V dan 3, 4, 5 = lee way space
Lee way space adalah space yang ada akibat selisih besar jumlah ukuran mesio distal gigi III, IV, V dan 3, 4, 5.
b. Moyer’s mixed dentition analysis
Dasar pemikirannya adalah korelasi antara satu kelompok gigi dan kelompok gigi lainnya dalam satu regio. Gigi yang dipakai sebagai pedoman adalah 21 12 (McDonald, dkk., 1994).
c. Kuswandari and Nishino method
Dasar pemikirannya adalah memperkirakan gigi 345 yang belum erupsi melalui gigi permanen yang telah erupsi. Gigi yang digunakan sebagai pedoman yaitu gigi 6 2 2 6
d. Metode Huckaba
Rumus : B = A x B’ A’
Keterangan : B = besar gigi yang belum erupsi
B’= besar gigi yang belum erupsi dalam ro’ A = besar gigi yang sudah erupsi
A’= besar gigi yang sudah erupsi dalam ro’
Setelah melakukan analisis ruang dan panjang lengkung, dapat diketahui derajat crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan Rock (1992), gigi dapat digolongkan sebagai salah satu dari tipe berikut:
1. Gigi tidak berjejal dengan kelebihan ruang.
Ciri-cirinya adalah terdapat spacing di antara gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.
2. Gigi tidak berjejal dengan ruangan cukup.
Ciri-cirinya adalah kontak normal di antara gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia dalam lengkung sama dengan ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.
3. Crowding ringan.
Ciri-cirinya adalah sedikit overlap pada gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia dalam lengkung rahang kurang sampai 4 mm dari yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.
4. Crowding berat.
Ciri-cirinya adalah overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia dalam lengkung rahang kurang melebihi 4 mm dari yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.
III. LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nomor Kartu : 143166
Tanggal pemeriksaan : 1 September 2014
Nama pasien : Rangga Bibit Budi Nugroho Tempat/ Tanggal lahir : Sleman, 14 Januari 2005 Umur / Jenis Kelamin : 9 tahun 7 bulan
Sekolah : SD N Pogung Kidul
Nama orang tua : Priatno
Alamat : Pogung Dalangan
Foto pasien :
Tampak depan Tampak samping
B. Pemeriksaan Subjektif
Motivasi :
Pasien datang atas motivasi operator dan orangtua untuk memeriksakan giginya.
Keluhan utama (CC) :
Gigi susu belakang kanan dan kiri bawah sudah tanggal sebelum waktunya (premature loss) namun gigi pengganti belum tumbuh.
Keadaan sakit sekarang (PI) :
Pada saat ini gigi tidak terasa sakit.
Riwayat gigi (PDH) :
Pada awalnya gigi berlubang kecil dan semakin lama semakin besar dan akhirnya dicabutkan.
Riwayat kesehatan umum (PMH) :
Pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik yang dapat mengganggu tumbuh kembang. Pasien tidak dicurigai adanya riwayat kelainan perdarahan. Pasien tidak ada riwayat alergi.
Riwayat kesehatan keluarga (FH) :
a. Gigi = - Ayah : Susunan Gigi Rapi - Ibu : Susunan Gigi Rapi
b. Umum = - Ayah : sehat, tidak memiliki riwayat penyakit berat. - Ibu : sehat, tidak memiliki riwayat penyakit berat.
Pencegahan penyakit gigi :
a. Menyikat gigi : 2x sehari; saat mandi pagi dan mandi sore. b. Topikal aplikasi fluor : tidak
c. Tablet fluor : tidak d. Kumur-kumur : tidak e. Air minum : Sumur
C. Pemeriksaan Objektif
Keadaan umum : sehat jasmani dan rohani Penampilan : kooperatif dan komunikatif Berat badan : 25 kg
Tinggi badan : 129 cm
Pemeriksaan luar mulut :
Bentuk muka : simetris, tidak ada kelainan Bibir : simetris, tidak ada kelainan Pipi : simetris, tidak ada kelainan Kelenjar limfe : tidak teraba
Lain-lain : -
Pemeriksaan dalam mulut :
Jaringan Lunak
Mukosa : normal, tidak ada kelainan Lidah : normal, tidak ada kelainan Gusi : normal, tidak ada kelainan Langit-langit : normal, tidak ada kelainan Dasar mulut : normal, tidak ada kelainan Jaringan Keras
Oklusi : Kelas I Angle
Pemeriksaan Gigi Geligi :
Diagnose Gigi-geligi :
16 Terdapat fissure yang dalam d: deep fissure
t: fissure sealent
54 Terdapat kavitas pada permukaan mesial oklusal kedalaman dentin Sondasi : - Palpasi: -
Perkusi; - CE: +
d: karies dentin dengan insensitive dentin t: opdent
21 Gigi bagian distal berputar ke arah labial D distolabio torsi versi
t: ortho
Sondasi : - Palpasi: -
Perkusi; - CE: +
d: karies dentin dengan insensitive dentin t: opdent
64 Terdapar kavitas kedalaman dentin pada permukaan mesial distal Sondasi : - Palpasi: -
Perkusi; - CE: +
d: karies dentin dengan insensitive dentin t: opdent
36 Terdapat garis kehitaman kedalaman dentin pada permukaan oklusal Sondasi : - Palpasi: -
Perkusi; - CE: +
d: karies dentin dengan insensitive dentin t: opdent
31 Gigi terletak lebih ke labial d: labioversi
t: ortho
41 Gigi terletak lebih ke labial d: labioversi
t: ortho
42 Gigi bagian mesial terletak lebih ke lingual d: mesiolinguo torsi versi
t: ortho
46 Terdapat kavitas kedalaman dentin pada permukaan oklusal dan mesial Sondasi : - Palpasi: -
Perkusi; - CE: +
d: karies dentin dengan insensitive dentin t: opdent
D. Rencana Perawatan
1. Opdent
2. Fissure Sealent
3. Topical Aplikasi flour
4. Ortodonsia dan Space Maintainer 5. Kontrol
IV. RENCANA PERAWATAN
A. Pembuatan Model Studi dan Model Kerja
Tanggal 1 September 2014 dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah untuk pembuatan model studi dan model kerja
B. Pengukuran dan Perhitungan
Pada kasus, rahang bawah memiliki ruang kosong pada area gigi 74, 75, 84 akibat pencabutan. Pengukuran dan perhitungan dilakukan untuk mengetahui ketersediaan ruang erupsi gigi 35 34 33 43 44
Data yang dibutuhkan adalah jumlah mesiodistal antara gigi 32 31 41 42 Kemudian, untuk mengetahui ketersediaan ruang, jumlah mesiodistal gigi 35 34 33 43 44 yang diketahui, digunakan metode Moyers ditambah dengan jumlah mesiodistal keempat gigi anterior dibandingkan dengan panjang lengkung gigi antara mesial 36 46 yang diketahui melalui determinasi lengkung. Jika perhitungan lebih kecil dari determinasi lengkung berarti kelebihan ruang, jika jumlah perhitungan lebih besar berarti kurang ruang, dan jika sama besar berarti cukup ruang.
Pengukuran dan perhitungan jumlah mesiodistal 32 31 41 42 . Lebar mesio distal 32 adalah 5,97 mm
Lebar mesio distal 31 adalah 5,65 mm Lebar mesio distal 41 adalah 5,81 mm Lebar mesio distal 4 2 adalah 5,92 mm Jumlah mesiodistal gigi 32 31 41 42 = 23,35 mm
Perhitungan jumlah ruang yang dibutuhkan untuk erupsi 345
Tabel Moyers 75 % untuk jumlah mesiodistal 23,00 mm adalah 22,22 mm Tabel Moyers 75 % untuk jumlah mesiodistal 23,5 mm adalah 22,5 mm
0,35 23,00 23,35 23,5 0,5 Tabel Moyers 75 % x 22,2 y 22,5 0,3 0,35 = x 0,5 0,3 x = 0,35 x 0,3 = 0,21 0,5
Kebutuhan ruang erupsi menurut tabel Moyers = 22,2 + 0,21 = 22,41 mm.
Determinasi lengkung
Overjet: 2,3 mm Overbite: 4,1 mm
Lengkung Perimeter
= lengkung perimeter RB kanan + lengkung perimeter RB kiri = 34,7 mm + 33,3 mm
= 68 mm
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 3 4 5 (jarak mesial gigi 6 ke mesial gigi 3)
RB kanan = panjang lengkung ideal RB kanan - ( 1 + 2 ) = 34,7 - ( 5,1 + 5,5 ) mm
= 24,1 mm
RB kiri = panjang lengkung ideal RB kiri – ( 1 + 2 )
= 33,3 - ( 5,1 + 6 ) mm = 22,2 mm
Perbandingan RA kanan
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 3 4 5 adalah 24,1 mm
Perhitungan untuk gigi 3 4 5 menurut metode Moyers adalah 21,42 mm RA kiri
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 3 4 5 adalah 22,2 mm
Perhitungan untuk gigi 3 4 5 menurut metode Moyers adalah 21,42 mm
Kesimpulan
1. Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 3 4 5 sebesar
2,68 mm space maintainer
2. Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 3 4 5 sebesar
0,98 mm space maintainer C. Gambar/Desain Alat Keterangan : a. Labial arch (Ø 0,7 mm) b. Adam Klamer (Ø 0,7 mm) c. Plat akrilik
d. Buccal flange
D. Insersi Alat
E. Kontrol
Kontrol dilakukan pada:
- Hari ke-2 pemakaian alat
- Hari ke-12 pemakaian alat
- Hari ke-30 pemakaian alat
V. PROGNOSIS
Prognosis pada kasus ini adalah baik, karena:
1. Pasien kooperatif
2. Orang tua pasien ikut mendukung dan memotivasi anak sehingga diperkirakan
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), edisi 2, Widya Medika, Jakarta.
Budiyanti, E.A., 2006, Perawatan Endodontik pada Anak, EGC, Jakarta.
Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontic, 4th ed, W.B. Saunders Co., Philadelphia. Finn, S.B., 1973, Clinical Pedodontic, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Kemp, J. dan Walters, C., 2003, Gigi si Kecil, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kharbanda, O.P., 1994, A Study Of The Etiological Factors Associated With The Development of malocclusion, J.Dent. Child.
Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 1994 Dentistry for The Child and Adolescent, Sixth edition, Mosby, St.Louis.
Snawder, K.D., 1980, Handbook of Clinical Pedodontics, The C.V. Mosby Company, St.Louis.