1
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK DI RUMAH SAKIT UMUM ACEH
FULFILLMENT THE NEED OF SPIRITUAL IN CHRONIC RENAL FAILURE
PATIENTS IN GENERAL HOSPITAL ACEH
Indah Lestari1 ; Nani Safuni2 1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Email : Indah.Mukhsa@gmail.com; safuni@unsyiah.ac.id
ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit ginjal tahap akhir yang memerlukan terapi pengganti ginjal sepanjang hayat dan menimbulkan kondisi fisik yang buruk sehingga mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Pemenuhan kebutuhan spiritual sangat dibutuhkan oleh pasien untuk meningkatkan perilaku koping. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang komprehensif harus dapat memenuhi kebutuhan spiritual pasien untuk membantu pasien mempertahankan perasaan kesejahteraan spiritualnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang ditinjau dari hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan alam. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 35 orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebanyak 22 pernyataan menggunakan skala likert dengan metode wawancara terpimpin. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.Hasil penelitian didapatkanpemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik berada pada kategori kurang baik (51,4%)yang terdiri dari hubungan dengan Tuhan berada pada kategori baik (51,4%) hubungan dengan diri sendiri pada kategori kurang baik (57,1%) hubungan dengan orang lain pada kategori kurang baik (57,1) hubungan dengan alam pada kategori kurang baik (65,7%). Diharapkan bagi para perawat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terkait pemenuhan kebutuhan spiritual sehingga pasien dapat beradaptasi dengan baik terhadap penyakitnya.
Kata Kunci : Kebutuhan spiritual, gagal ginjal kronik
ABSTRACT
Chronic renal failure is the end stage of renal disease requiring renal replacement therapy forlifelong and causes poor physical condition affects the patient's psychological condition. Spiritual fulfillment is needed by patients to improve coping behaviors. As a provider of comprehensive nursing care, nurses should be able to meet the spiritual needs of the patient to help patients maintain a sense of spiritual well-being. The purpose of this study was to identify the spiritual fulfillment in patients with chronic renal disease in the inpatient units of the dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh in terms of relationships with God, self, others, and nature. This research was a descriptive exploratory study with cross sectional design. Sampling used total sampling as many as 35 respondents. The data collection was done by using a questionnaire with 22 statements using a likert scale with guided interview method. Data was analyzed used univariate analysis. The result of the research spiritual fulfillment in patients with chronic renal failure were in the unfavorable category (51.4%), which consists of a relationship with God that were in good category (51.4%) relationship with yourself in the unfavorable category (57.1 %) relationships with others in the unfavorable category (57.1) relationship with nature in the unfavorable category (65.7%). It is recommended for nurses to improve health care services relate to spiritual fulfillment, so patients can adapt well to the disease.
2 PENDAHULUAN
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan perjalanan akhir dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan traktus urinarius dan ginjal. Gagal ginjal terjadi ketika fungsi ginjal secara optimal telah terganggu sehingga ginjal tidak mampu menjalankan fungsi regulasinya. Gagal ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal tahap akhir sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal terus-menerus dan kondisi pasien telah masuk ke stadium akhir penyakit ginjal atau
End Stage Renal Disease (ESRD) (Smeltzer & Bare, 2001, p.1443)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013
menunjukkan bahwa Aceh merupakan
kategori prevalensi gagal ginjal kronis tertinggi kedua di Indonesia bersama Gorontalo dan Sulawesi Utara yaitu sebesar 0,4 persen setelah Sulawesi Tengah sebesar
0,5 persen dan menunjukkan bahwa
pertambahan usia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit gagal ginjal kronis. Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis pada usia 34-44 tahun adalah 0,3%, usia 45-54 tahun adalah 0,4%, usia 55-74 tahun adalah 0,5% dan pada kelompok usia lebih dari 75 tahun sebesar 0,6%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Asty, Hamid dan Putri (2011)
menggambarkan bahwa pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis
mengalami empat perubahan yaitu perubahan psikologis yang berupa rasa takut terhadap terapi, cemas terkait ketidakpastian sakit, cemas terkait peran dan tanggung jawab serta penolakan dan marah, perubahan fisik seperti penurunan berat badan dan edema, perubahan fungsi tubuh seperti mual, insomnia, lemas, cepat merasa lelah dan sesak nafas, perubahan aktifitas seperti tidak lagi bekerja dan tidak melakukan aktifitas apapun, tidak lagi mengikuti kegiatan di lingkungan dan jarang keluar rumah.
Pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik dapat menurunkan penderitaan dan membantu penyembuhan
fisik dan mental. Banyak pasien yang memiliki kebutuhan spiritual yang dapat dipertahankan oleh perawat untuk membantu
pasien mencapai dan mempertahankan
perasaan kesejahteraan spiritual, sembuh dari penyakit, dan menghadapi kematian dengan tenang (Kozier, 2010, p.495). Setiap perawat harus memahami konsep tentang spiritualitas, bagaimana spiritual dapat mempengaruhi
kehidupan seseorang, dan mempunyai
keterampilan dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Sebab, memenuhi kebutuhan spiritualitas pasien dapat meningkatkan
perilaku koping dan kekuatan dalam
mengadapi suatu penyakit (Potter & Perry, 2005, p.564).
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, jumlah pasien gagal ginjal kronik yang dirawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam dari bulan Oktober sampai Desember tahun 2015 sebanyak 104 orang. Hasil wawancara yang dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik didapatkan bahwa 4 dari 5 orang pasien mengatakan bahwa perawat jarang mengingatkan pasien untuk shalat, dan juga perawat tidak menganjurkan pasien untuk tayyamum dan shalat sambil duduk atau berbaring.
Berdasarkan data tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah
judul penelitian tentang “Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Aceh”
METODE
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan berdasarkan fakta, variabel, dan fenomena yang terjadi selama penelitian berlangsung secara objektif. , pendekatan yang digunakan adalah cross sectional study
yaitu desain penelitian dimana data dikumpulkan pada satu periode waktu saja (Notoatmodjo, 2010, p.37).
3
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang dirawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh dengan jumlah rata-rata
perbulan sebanyak 35 orang dari bulan Oktober sampai Desember tahun 2015. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability sampling
dengan metode total sampling yang mana semua unsur yang ada di populasi menjadi sampel dalam penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang (Notoatmodjo, 2010, p. 124).
Alat pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner yang mengacu pada tinjauan pustaka dan kerangka konsep, yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dan dibagikan kepada responden. Analisa data pada penelitian ini dilakukan dengan analisa univariat sesuai dengan desain penelitian yaitu deskritip eksploratif. Analisa ini dilakukan pada setiap variabel
dari hasil penelitian. Analisa ini
menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variable. (Notoatmodjo, 2010, p.182).
HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data
Demografi Responden Gagal Ginjal Kronik (n=35) No Kategori F % 1. Usia Dewasa Awal (21-27 tahun) Dewasa awal - Dewasa tengah (28-32 tahun) Dewasa menengah (33-39 tahun) Dewasa Akhir (≥40 tahun) 1 1 1 32 2,9 2,9 2,9 91,4 No Kategori F % 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 19 16 54,3 45,7 3. Status Perkawinan Belum Kawin Kawin Janda Duda 1 23 5 6 2,9 65,7 14,3 17,1 4. Agama Islam 35 100 5. Tingkat Pendidikan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi 6 19 10 17,1 54,2 28,6 6. Pekerjaan PNS IRT Petani Wiraswasta 11 9 9 6 31,4 25,7 25,7 17,1 7. Riwayat Penyakit DM Hipertensi DM & Hipertensi GFR 24 1 7 3 68,6 2,9 20,0 8,6 8. Gagal Ginjal Kronik
Stage V 35 100 9. Hari Rawatan 1 – 7 Hari 8 – 14 Hari > 14 Hari 23 10 2 65,7 28,6 5,7 Total 35 100
Berdasarkan data demografi
responden pada tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden tertinggi adalah dewasa akhir ≥40 tahun sebanyak 32 responden (91,4%). Status perkawinan yang paling banyak adalah kawin sebanyak 23 responden (65,7%). Semua responden beragama Islam (100%).
Latar belakang pendidikan responden
sebagian besar adalah pendidikan menengah sebanyak 19 responden (54,2 %). Pekerjaan responden sebagian besar adalah PNS yaitu sebanyak 11 responden (31,4 %). Riwayat penyakit pasien paling banyak adalah
4
Diabetes Mellitus sebanyak 24 responden (68,6 %). Pasien gagal ginjal kronik Stage V sebanyak 35 responden (100%) dan Hari rawatan pasien rata-rata paling lama 1-7 hari sebanyak 23 responden (34,3 %).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (n=35
)
No. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual F % 1. 2. Baik Kurang Baik 17 18 48,6 51,4 Total 35 100Tabel 2. menunjukkan bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik berada pada kategori kurang baik dengan jumlah 18 responden (54,3%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual melalui Hubungan dengan Tuhan (n=35)
No. Hubungan dengan
Tuhan F % 1. 2. Baik Kurang Baik 18 17 51,4 48,6 Total 35 100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat
bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual
melalui hubungan dengan Tuhan pada pasien gagal ginjal berada pada kategori baik dengan jumlah 18 responden (51,4%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual melalui Hubungan dengan Diri Sendiri (n=35)
No. Hubungan dengan Diri
Sendiri F % 1. 2. Baik Kurang Baik 15 20 42,9 57,1 Total 35 100
Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat
bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual
melalui hubungan diri sendiri pada pasien gagal ginjal kronik di berada pada kategori kurang baik dengan jumlah 20 responden (57,1%).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual melalui Hubungan Dengan Orang Lain (n=35)
No. Hubungan Dengan Orang
Lain F % 1. 2. Baik Kurang Baik 15 20 42,9 57,1 Total 35 100
Berdasarkan tabel 5. dapat dilihat
bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual
melalui hubungan orang lain pada pasien gagal ginjal berada pada kategori kurang baik dengan jumlah 20 responden (57,1%). Tabel 6. Pemenuhan Frekuensi Kebutuhan Spiritual melalui Hubungan Dengan Alam (n=35)
No. Hubungan Dengan Alam F %
1. 2. Baik Kurang Baik 12 23 34,3 65,7 Total 35 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat
bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual
melalui hubungan dengan alam pada pasien gagal ginjal kronik berada pada kategori kurang baik dengan jumlah 23 responden (65,7%).
PEMBAHASAN
Pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan makna dan harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup, dan meningkatkan kepercayaan diri pasien meskipun dalam kondisi kesehatan yang tidak mendukung. Pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif dapat diberikan oleh
5
perawat untuk membuat pasien lebih sabar dalam menghadapi penyakitnya.
Hal tersebut sesuai dengan konsep yang dijelaskan oleh Potter & Perry (2005,
p.564) yang mengatakan bahwa
kesejahteraan spiritual merupakan aspek yang menjadi satu kesatuan dari manusia secara keseluruhan yang ditandai dengan makna dan harapan. Spiritualitas memberi dimensi luas pada pandangan holistik kemanusiaan. Untuk memberikan perawatan yang berkualitas, perawat dapat memberikan dukungan kepada pasien seperti halnya mereka mengidentifikasi dan mengeksplorasi hal yang menurut mereka bermakna dan menemukan cara untuk mengadaptasi nyeri dan menderita penyakit.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada responden yang terpapar dalam tabel 2 pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik berada pada kategori kurang baik (55,9%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati & Abu Bakar (2013) tentang studi fenomenologi pengalaman ibadah pasien beragama Islam yang dirawat dengan pendekatan spiritual Islam di Rumah Sakit Aisyiah Bojonegoro dan Rumah Sakit Haji Surabaya menunjukkan bahwa sebagian pasien yang dirawat di rumah sakit dengan berbasis agama Islam tidak menjalankan ibadah sesuai yang diperintahkan agama dengan alasan kelemahan fisik dan asuhan keperawatan spiritual kurang berjalan seperti yang diharapkan oleh pasien.
Hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 3 dapat diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual melalui hubungan dengan tuhan pada pasien gagal ginjal kronik berada pada kategori baik yaitu 18 responden (51,4%).
Young & Koopsen (2011, p.331) menyatakan bahwa penyakit kronis seperti gagal ginjal kronis dapat berpengaruh terhadap hubungan dengan Yang Maha Tinggi menyangkut iman dan harapan hidup. Seseorang dengan penyakit kronis sering
menganggap dirinya berbeda dengan orang lain dan mulai merasakan kesepian yang mendalam. Pasien dengan penyakit kronis cenderung merasa cemas terhadap penyakit yang dialaminya, mereka mulai membatasi hubungan dan aktifitas sosial sehingga menimbulkan harga diri yang rendah dan perasaan negatif terhadap diri sendiri. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat
termasuk perawat dapat meningkatkan
kepercayaan diri pasien.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang diteliti oleh Zahrofi (2014) tentang pengaruh pemberian terapi murottal Al-Quran terhadap tingkat kecemasan pada
pasien hemodialisa di RSPKU
Muhammadiyah Surakarta menunjukkan
hasil bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi murottal Al-quran terhadap tingkat
kecemasan pasien dikarenakan adanya
perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dimana skor keemasan pada kelompok perlakuan lebih rendah daripada kelompok kontrol.
hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 4, dapat diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual melalui hubungan dengan diri sendiri pada pasien gagal ginjal kronik berada pada kategori kurang baik yaitu 20 responden (57,1%).
Peneliti mengasumsikan bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritual melalui hubungan dengan diri sendiri pada pasien gagal ginjal kronik masih kurang optimal dikarenakan kurangnya kesadaran perawat
dalam mendukung hubungan yang
menyembuhkan bagi pasien, sehingga pasien dapat menemukan harapan hidup yang lebih positif meskipun dalam kondisi klinis yang tidak mendukung. Hal ini berbeda dengan teori yang seharusnya perawat memberikan asuhan keperawatan yang holistik, termasuk spiritualitas yang berhubungan dengan diri sendiri untuk memberikan perasaan positif
pada pasien sehingga pasien merasa
mempunyai harapan hidup yang lebih baik. hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 5, dapat diketahui bahwa pemenuhan
6
kebutuhan spiritual melalui hubungan dengan orang lain pada pasien gagal ginjal kronik berada pada kategori kurang baik yaitu 20 responden (57,1%).
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Darmanto (2011) yang
menyatakan bahwa perawat sebagai
responden mempunyai persepsi negatif terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, 70% dari jam kerja perawat dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi tanpa memenuhi kebutuhan spiritual pasien seperti praktik ibadah, dukungan
kerohanian, berbagi waktu untuk
mendengarkan keluhan pasien dan
memberikan dukungan emosional yang dapat meningkatkan keperayaan diri tehadap penerimaan keadaan sakit yang dialami pasien.
Hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 6, dapat diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual melalui hubungan dengan alam pada pasien gagal ginjal kronik berada pada kategori kurang baik yaitu 23 responden (65,7%).
Djumhana (2003, p.7) menyatakan hubungan yang baik dengan alam diartikan sebagai kemampuan menciptakan iklim alam yang bersih, indah dan dan nyaman. Semua
orang secara nalariah menginginkan
lingkungan yang penuh kedamaian,
ketenangan, dan kebersihan dengan
terciptanya hubungan yang baik dengan
alam, dapat memberikan ketentraman,
ketenangan dan kebahagiaan kepada manusia yang mempengaruhi fisik dan psikisnya.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat adalah pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori kurang baik dengan jumlah 18 responden (51,4%), hubungan dengan Tuhan baik dengan jumlah 18 responden (51,4%), hubungan dengan diri sendiri kurang baik dengan jumlah 20 responden (57,1%), hubungan dengan orang
lain kurang baik dengan jumlah 20 responden (57,1%), hubungan dengan alam kurang baik dengan jumlah 23 responden (65,7%).
Saran dari peneliti, untuk dapat memberikan dukungan dan meningkatkan motivasi pasien untuk sembuh, tenaga
kesehatan hendaknya meningkatkan
pelayanan pada pasien, pelayanannya tidak hanya dari perawatan fisik tapi juga dari segi spiritual.
REFERENSI
Azahra. (2013). Peran Konsep Diri Dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis. Volume 3, Nomor 3, Hal 1-15.
Asty, Hamid, Putri. (2014). Gambaran Perubahan Hidup Klien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa. Volume 10, Nomor 2, Hal 172-18.
Darmanto, C. (2011). Persepsi Perawat Tentang Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Di Instalasi Rawat Inap Prima II Rumah Sakit Immanuel. Jakarta : STIK Immanuel.
Djumhana. (2003). Islam Untuk Disiplin Ilmu Psikologi. Jakarta : Depag RI.
Hamid, A. Y. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Kurniawati, D.N & Bakar, A. (2013). Studi
Fenomenologi Pengalaman Ibadah
Pasien Islam Yang Dirawat Dengan Pendekatan Spiritual Islam Di Rumah Sakit Aisyiah Bojonegoro Dan Rumah Sakit Haji Surabaya. Volume 2, Nomor 1, Hal 115-119.
McSherry. (2006). Making Sense of
Spiritality in Nursing and Health Care Practice, An Integrative Approach. Second Edition. London & Philadelphia. : Jessica Kingsley Publishers.
‘O Brien, ME. (2011). Spirituality In Nursing : Standing on Holy Ground 4th ed. p.cm.
7
PERNEFRI (2011). 4th Report of Indonesian Renal Registri. Dikutip dari http://www.indonesianrenalregistry.org Potter, P. A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 6. Jakarta : EGC.
Purwaningrum, Febrianita. (2015). Hubungan Aktivitas Spiritual Dengan Tingkat Stress Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi
(Publish). STIKES Aisyiyah, Yogyakarta.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Riyanto., Suranah & Surati. (2014). Tentang Pengaruh Bimbingan Spiritual Islami
Terhadap Kualitas Hidup Pasien
Hemodialisis Di RSUD Kabupaten
Semarang. Prosiding Konferensi
Nasional II PPNI Jawa Tengah, Hal 82-86.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2, Jakarta : EGC.
The United States Renal Data System (USRD) . (2011). Incidence, Prevalence, Patient Characteristics and Treatment
Modality. Diakses dari
http//www.usrds.org/.
Young & Koopsen. (2011). Spirituality, Health, and Healing, An Integrative Approach. Second Edition.
Zahrofi. (2014). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al-Quran Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di
RSPKU Muhammadiyah Surakarta.
Skripsi (Publish). Universitas Muhammadiyah, Surakarta.