• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke komunikan sehingga pesan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke komunikan sehingga pesan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

 

2.1 Komunikasi Organisasi

Pada prinsipnya, komunikasi adalah cara penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan sehingga pesan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik. Hal ini juga yang diperlukan dalam suatu organisasi, tanpa adanya komunikasi yang baik maka organisasi tersebut akan berantakan. Berikut ini beberapa cakupan komunikasi dalam organisasi.1

a. Bagaimana komunikasi dioperasionalkan dalam organisasi, yang meliputi bentuk-bentuk komunikasi dalam seluruh lingkungan kehidupan organisasi; orang dapat menentukan makna pesan verbal dan nonverbal dalam komunikasi bersama; dan model dapat memvisualsisasikan proses komunikasi.

b. Bagaimana individu dapat berkomunikasi dengan efektif. Misalnya, bagaimana mendengarkan dengan baik, bagaimana berbicara dengan baik, bagaimana menulis dengan baik, dan bagaimana menggunakan media komunikasi yang membatasi ruang dan waktu, serta bagaimana menggunakan teknologi komunikasi jaringan dan teknologi informasi.

       1

(2)

c. Bagaimana komunikasi yang diperankan oleh para manajer dalam organisasi. Misalnya, bagaimana fungsi manajemen dalam implementasi komunikasi, membedakan peranan kepemimpinan dengan manajemen dan menciptakan iklim komunikasi bagi efektif organisasi.

d. Bagaimana menjadi manajer efektif melalui komunikasi. Misalnya, bagaimana memberikan motivasi, bagaimana memperbarui komunikasi kelompok kerja, bagaimana mengelola rapat dan wawancara, dan bagaimana mengelola konflik.

e. Mempelajari topik-topik khusus manajemen komunikasi, antara lain bagaimana mengembangkan etika organisasi, bagaimana mengubah total quality communication, bagaimana memanfaatkan komunikasi untuk berhubungan dengan komunitas yang luas, dan bagaimana menjadi seorang praktisi dalam bidang komunikasi organisasi.

2.1.1 Tujuan Komunikasi Organisasi

Di setiap organisasi mempunyai tujuan yang hendak dicapai sebagai bentuk realisasi dari misi organisasi tersebut. Secara umum, tujuan komunikasi organisasi ini terbagi menjadi empat sebagai berikut.2

a. Menyatakan pikiran, pandangan, dan pendapat. Memberikan peluang bagi para pemimpin organisasi dan anggotanya untuk menyatakan pikiran, pandangan, dan pendapat sehubungan dengan tugas dan fungsi yang mereka lakukan.       

2

(3)

b. Membagi informasi. Memberikan peluang kepada seluruh aparatur organisasi untuk membagi informasi dan member makna yang sama atas visi, misi, tugas pokok, fungsi organisasi, suborganisasi, individu maupun kelompok kerja dalam organisasi.

c. Menyatakan perasaan dan emosi. Memberikan peluang bagi para pemimpin dan anggota organisasi untuk bertukar informasi yang berkaitan dengan perasaan dan emosi.

d. Tindakan koordinasi. Bertujuan mengoordinasikan sebagian atau seluruh tindakan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi organisasi, yang telah habis ke dalam bagian atau subbagian organisasi. Organisasi tanpa koordinasi dan organisasi tanpa komunikasi sema dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerja sama.

2.1.2 Fungsi Komunikasi Organisasi

Tujuan dan Fungsi itu diibaratkan sebagai dua sisi mata uang. Jadi, kalau ada tujuan maka akan ada fungsinya. Berikut ini penjabaran fungsi organisasi menurut Prof. Drs. H.A.W. Widjaja.3

a. Fungsi Umum

1. To tell. Komunikasi berfungsi untuk menceritakan informasi terkini

mengenai sebagian atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan.       

3

Prof. Drs. H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal. 123. 

(4)

Terkadang komunikasi merupakan proses pemberian informasi mengenai bagaimana seseorang atau sekelompok orang harus mengerjakan satu tugas tertentu.

2. To sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide,

pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi dan sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan.

3. To learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para

karyawan agar bisa belajar dari orang lain (internal), belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain, tentang apa yang “dijual” atau yang diceritakan oleh orang lain tentang organisasi.

4. To decide. Komunikasi berfungsi untuk menentukan apa dan bagaimana

organisasi pembagian kerja atau siapa yang menjadi atasan dan siapa yang menjadi bawahan, besaran kekuasaan dan kewenangan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan sumber daya, serta mengalokasikan manusia, mesin, metode, dan teknik dalam organisasi.

b. Fungsi Khusus

1. Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu organisasi, lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah komando. 2. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi antarsesama

(5)

3. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang ambigu dan tidak pasti.

2.2 Public Relations

Public Relations (PR) atau humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksi setiap kemungkinan, konsekuensi dari setiap kegiatan, memberikan masukan dan saran-saran kepada pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayak atau publik.4 Berikut ini ciri-ciri yang harus dimiliki oleh PR yang baik.

a. Komunikasi yang lancar berlangsung dua arah secara timbal balik.

b. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi, penggiatan persuasi, dan pengkajian pendapat umum.

c. Tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan organisasi tempat PR menginduk. d. Sasaran yang hendak dituju adalah khalayak di dalam organisasi dan khalayak

di luar organisasi.

e. Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara organisasi dan khalayak.

       4

M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hal. 58 

(6)

Dari ciri-ciri PR itu jelas bahwa tugas kegiatan PR adalah mendukung tercapainya tujuan organisasi yang dikejar dan dilaksanakan oleh seluruh insan dalam organisasi yang bersangkutan mulai dari pimpinan tertinggi sampai dengan bawahan terendah.5

2.2.1 Publik PR

Secara umum public PR terbagi menjadi dua bagian, yaitu public internal dan public eksternal.

a. Publik internal adalah publik yang jelas mempunyai kepentingan dengan organisasi, seperti karyawan, keluarga karyawan, dan pemegang saham. Komunikasi secara internal terjadi pada pertukaran gagasan diantara administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).6

       5

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 132 

6

(7)

b. Publik eksternal adalah publik umum (masyarakat), sedangkan komunikasi kepada publik eksternal bertujuan untuk mengusahakan timbulnya sikap atau gambaran yang positif publik terhadap lembaga yang diwalikinya.7 Komunikasi eksternal dalam suatu perusahaan terkait dengan beberapa bagian, yaitu:

1) Customer Relations

Salah satu tujuan dari Customer Relations adalah menjalin, memelihara, dan memperbaiki hubungan yang saling harmonis dan saling pengertian serta kerja sama yang baik antara perusahaan dan publiknya. Untuk memelihara dan memperbaiki hubungan yang baik perlu adanya keterampilan dari para karyawan dalam melayani customer agar nantinya tidak timbul berbagai masalah sehingga dapat menurunkan citra perusahaan.8

2) Press Relations

Tujuan pokok diadakannya hubungan pers adalah menciptakan pengetahuan dan pemahaman. Jadi, bukan hanya untuk menyebarkan pesan sesuai dengan keinginan perusahaan melainkan juga mendapatkan suatu citra yang lebih indah daripada aslinya di mata publiknya.9

       7

Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi: Konsep dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, hal 251 

8

Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Culture sebagai Inti dari Good Corporate Government, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009, hal. 43 

9

(8)

3) Government Relations

Yang dimaksud dengan Government Relations adalah mengakrabkan diri dengan instansi pemerintah setempat, setidaknya dengan humas instansi bersangkutan. Tujuan pembinaan hubungan ini adalah menunjang kerja sama dan mempermudah pemecahan masalah jika suatu saat terjadi salah pengertian.10

4) Community Relations

Hakekatnya hubungan komunikasi adalah titip diri (membaur dan menyesuaikan diri) pada lingkungan, pada prinsipnya sekitar agar tidak menganggu bahwa bersama-sama menjaga. Harapan yang mendambakan sikap itu diperhatikan kepentingannya. Untuk mengetahui kepentingannya kepala humas harus akrab dengan penduduknya. 11

5) Competitor Relations

Suatu sistem ekomomi selalu memerkenankan timbulnya pesaingan. dengan adanya persaingan timbul dorongan memeperbaiki kualitas produk, pelayanan, harga dan sebagainya. Pada hakikatnya, esensi bisnis sudah bukan pesaingan antara barang dan jasa melaikan sudah menjadi pesaingan kopetensi. Sebuah perusahaan untuk memenangkan pesaingan perlu mengembangkan aspek kopentensinya. Koporasi harus mampu       

 

10

Onong Uchjana Effendy, ibid, hal. 137 

11  

(9)

menjadi learning organization yang melahirkan para knowledge workers, yang merupakan faktor dalam meningkatkan keunggulan kompentensi perusahaan faktor penting meningkatkan keungulan kompentitif perusahaan, melalui kretivitas dan inovasi yang dihasilkan.12

2.3 Strategi Public Relations

Strategi biasanya lebih mengacu pada konsep, pendekatan, atau rencana umum untuk program PR yang didesain guna mencapai tujuan. Jadi, strategi itu pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya.13

Strategi komunikasi menurut Cutlip, Center & Broom dalam Rosady Ruslan14 lebih dikenal dengan istilah “7-Cs PR Communication” sebagai berikut.

a. Credibility (Kredibilitas)

Komunikasi itu dimulai dari suatu paling percaya dan diciptakan oleh pihak komunikator secara sungguh-sungguh, untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek.

       12

    Djokosantoso Moeljono, Op.Cit, hal 51-52 

13

   Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010, hal. 37  

14

(10)

b. Contex (Konteks)

Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sosial, pesan yang harus disampaikan dengan jelas serta sikap partisipatif. Komunikasi efektif diperlukan untuk mendukung lingkungan sosial melalui pemberitaan di berbagai media massa.

c. Content (Isi)

Pesan menyangkut kepentingan orang banyak atau publik sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bermanfaat secara umum bagi masyarakat. d. Clarity (Kejelasan)

Pesan harus disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah dimengerti, serta memiliki pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan dalam hal maksud, tema, dan tujuan semua pihak.

e. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsisten)

Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Oleh karena itu, dilakukan berulang-ulang dengan berbagai variasi pesan. Dengan cara demikian, untuk mempermudah proses belajar, membujuk dan tema dari pesan-pesan tersebut harus konsisten.

f. Channels (saluran)

Mempergunakan saluran media informasi yang tepat dan terpercaya, serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran. Pemakaian saluran media yang berbeda akan berbeda pula efeknya. Dengan demikian seorang PR harus dapat memahami perbedaan dan proses penyebaran informasi secara efektif.

(11)

g. Capability of the Audience (Kapabilitas khalayak)

Komunikasi harus memperhitungkan kemampuan penerima. Komunikasi menjadi sangat efektif ketika penerima memerlukan upaya yang paling sedikit untuk memahami pesan yang disampaikan. Dalam hal ini, pengirim pesan harus mempertimbangkan: ketersedian khalayak, kebiasaaan, kemampuan membaca, dan pengetahuan yang mereka miliki.

2.3.1 Perencanaan Strategi PR (Planning)

Perencanaan strategi merupakan bagian penting dalam usaha mendapatkan opini publik yang menguntungkan. Perencanaan ini merupakan bagian yang cukup penting karena menghubungkan kegiatan komunikasi dengan kepentingan organisasi atau perusahaan. Dalam melaksanakan perencanaan strategi harus mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai masalah sosial, politik, ekonomi dengan masalah manajemen atau marketing apabila perusahaannya bergerak di bidang penjualan barang.15

a. Merumuskan tujuan apa yang harus diperoleh .

b. Mengelola data yang diperolehnya tentang berbagai faktor sosial, ekonomi yang sekiranya diperlukan.

c. Merumuskan bagaimana pesan itu disebarkan. d. Menentukan teknik komunikasinya.

       15

Silih Agung Wasesa dan Jim Macnamara, Strategi Public Relations, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010, hal. 112. 

(12)

e. Memeriksa informasi yang diperolehnya.

f. Membandingkan pengalaman-pengalaman pihak lain dengan organisasi atau perusahaan sendiri guna memperoleh langkah terbaik.

g. Mengadakan analisis atas informasi yang diperoleh serta merumuskan dengan program kerja yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.3.2 Manajemen Strategi PR(Strategy Management)

Manajemen strategi PR merupakan proses pengorganisasian jangka panjang dari berbagai fakta, sumber informasi yang menyangkut suatu “kekuatan dan kelemahan” yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen PR yang aktivitasnya untuk menangkap peluang yang ada baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Peluang yang ada ini bertujuan untuk menciptakan persepsi dan kesan yang positif baik yang diberikan dari penilaian perorangan maupun penilaian dari kelompok.16

Selain itu, strategi sendiri berhubungan dengan pelanggan/pembeli (bagaimana menyenangkan hati mereka), kompetitor (bagaimana dapat mengalahkan mereka), dan perusahaan (bagaimana membangun dan memperkuat kekuatan).17 Sementara itu, fungsi PR bukan hanya dimonopoli pekerjaan kepala humas saja, melainkan juga semua pimpinan organisasi tersebut yang mempunyai anak buah atau orang yang       

16

Djokosantoso Moeljono dan Sujatmiko, Corporate Culture, Jakarta: Alex Media Komputindo, 2009, hal. 98. 

17

(13)

mempunyai khalayak. Akan tetapi, tidak semua organisasi dilengkapi dengan bagian PR sendiri sehingga pekerjaan dan fungsi PR bisa dilaksanakan oleh seorang pimpinan dalam organisasi/perusahaan tersebut.

Berikut ini tahapan dalam manajemen PR yang dikutip dari Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Bloom dalam Firsan Nova.18

a. Definisikan permasalahan

Dalam tahap ini, seorang praktisi PR perlu melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu, praktisi PR perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Dengan kata lain, tahap ini merupakan penerapan atau fungsi intelijen perusahaan.

b. Perencanaan dan program

Pada tahap ini, seorang praktisi PR sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah tersebut dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Penting bagi praktisi PR untuk mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan puncak perusahaan karena kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan banyak bagian.

       18

Firsan Nova, Crisis Public Relations: Strategi PR Menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers. 2011, hal 304. 

(14)

c. Aksi dan komunikasi

Banyak praktisi PR sering melupakan kedua proses di atas, dan langsung masuk ke tahap ketiga, yaitu langsung melakukan aksi dan komunikasi berdasarkan asumsi pribadi. Meski tidak jarang tindakan ini membawa hasil yang tidak buruk, langkah ini tidak disarankan karena terlalu tinggi risikonya bagi citra perusahaan.

d. Evaluasi program

Proses PR selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan diakhiri pula dengan pengumpulan data. Untuk mengetahui apakah prosesnya sedah selesai atau belum, seorang praktisi PR perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambilnya.

2.4 Citra

Menurut Rosady Ruslan19 citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan) atau Publik Relations (PR). Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya dapat dirasakan dari hasil penilaian baik maupun buruk, seperti penerimaan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Berikut ini akan dijabarkan beberapa jenis citra.       

19

Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2010, hal 74.  

(15)

2.4.1 Jenis Citra

Menurut M. Linggar Anggoro20 menjelaskan beberapa jenis citra yang ada selama ini. Adapun jenis citra tersebut sebagai berikut.

a. Citra cermin (mirror image)

Pengertian di sini bahwa citra cermin diyakini oleh perusahaan bersangkutan terutama para pemimpinnya, yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar. Setelah diadakan studi tentang tanggapan, kesan, dan citra di masyarakat ternyata terjadi perbedaan antara yang diharapkan dengan kenyataan citra yang di lapangan, bisa terjadi justru mencerminkan “citra” negatifnya muncul.

b. Citra kini (current image)

Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan/organisasi atau hal yang lain berkaitan dengan produknya. Berdasarakan pengalaman dan informasi yang kurang baik penerimaanya, sehingga dalam posisi tersebut pihak PR akan menghadapi risiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk, dan hingga muncul kesalahpahaman yang menyebabkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan yang negatif diperolehnya.

       20

M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumusan serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012, hal 59–69 

(16)

c. Citra keinginan (wish image)

Citra keinginan ini seperti yang didapat oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publiknya atau masyarakat umum.

d. Citra perusahaan (corporate image)

Jenis citra ini yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan (corporate image) yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care). Dalam hal ini, pihak humas/PR berupaya bahkan ikut bertanggung jawab untuk mempertahankan citra perusahaan agar mampu memengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi untuk berkompetensi di pasar bursa saham.

e. Citra serba aneka (multiple image)

Banyaknya jumlah pegawai(individu), cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya.

(17)

Dengan kata lain, citra ini merupakan pelengkap dari citra dari perusahaan di atas. Misalnya, bagaimana pihak humas/PR akan menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas perusahaan, atribut logo, brand’s name, seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor, dan penampilan para profesionalnya. Semua itu, kemudian diunifikasikan atau diidentikan dalam suatu citra serba aneka (multiple image) yang di integrasikan terhadap citra perusahaan (corporate image).

f. Citra penampilan (performance image)

Citra penampilan ini lebih ditunjukkan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri (performance image) para profesional pada perusahaan yang bersangkutan. Misalnya, dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanannya, menyambut telepon, tamu dan pelanggan, serta publiknya, harus serba menyenangkan serta memberikan kesan yang selalu baik. Mungkin masalah citra penampilan ini kurang diperhatikan atau banyak disepelekan orang.

2.4.2 Peran Citra bagi Perusahaan

Pendapat Groonross dalam Firsan Nova21 yang mengidentifikasi peran citra bagi perusahaan, sebagai berikut.

       21

Firsan Nova. Crisis Public Relations: Strategi PR Menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers. 2011, hal 304 

(18)

a. Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasar eksternal, seperti periklanan, penjualan pribadi, dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang positif memudahkan bagi organisasi untuk berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak diketahui mungkin tidak menyebabkan kehancuran, tetapi hal itu tidak membuat komunikasi dari mulut ke mulut berjalan lebih efektif.

b. Citra sebagai penyaring yang memengaruhi persepsi kegiatan perusahaan.

c. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen karena citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen.

2.4.3 Manfaat Citra untuk Perusahaan

Dalam dunia bisnis, tidak sedikit pengusaha yang bersifat acuh tak acuh mengenai citra perusahaannya. Padahal, para pemilik perusahaan tidak menyadari bahwa dalam jangka panjang, citra yang baik akan membawa banyak manfaat. Menurut Sutojo, yang dikutip dalam Firsan Nova22, citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut.

a. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang mantap (mid and long term sustainable competitive position).

b. Menjadi perisai selama masa krisis (an insurance for adverse times).

       22

(19)

c. Menjadi daya tarik eksekutif andal (attraction the best executives available). d. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran (increasing effectivensse of

marketing instruments).

e. Penghematan biaya operasional (cost saving).

Katherine Miller dalam Richard West and Lynn Turner23 menyatakan bahwa “terdapat begitu banyak konseptualisasi mengenai komunikasi, dan konseptualisasi ini telah mengalami banyak perubahan dalam tahun-tahun terakhir ini”.

       23

Richard West dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika. 2012, hal 4.  

Referensi

Dokumen terkait

3.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak mampu mengumpulkan 3 macam warna bendera negaraa. 4.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak

Meskipun Injil mengandung banyak tema Yahudi konservatif, bentuk akhir dari teks Matius menunjukkan bahwa itu adalah penulis dapat digambarkan dengan

Ruang koleksi yang ada di perpustakaan IKIP MALANG terdiri dari : ruang layanan sirkulasi, ruang layanan referens, ruang layanan majalah, ruang layanan

salina akibat pemberian variasi dosis pakan tepung kepala udang Vannamei dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui dosis perlakuan yang menghasilkan rerata

Hasil penelitian 50 hasil dari 10 buah sampel citra dengan lima kali iterasi yaitu : iterasi 100, 200, 300, 400 dan 500 terlihat bahwa segmen yang dihasilkan dari

Dengan tidak adanya segmentasi pasar, berakibat pada suatu perusahaan akan kesulitan untuk membidik konsumen mana yang akan dituju, karena kosumen mempunyai kebutuhan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 variabel bebas (independent variabel) dan 1 variabel terkait (dependent variabel) dengan judul “Pengaruh Corporate

International Services Pacific Cross atau mereka yang mendapat kuasa olehnya, segala catatan/keterangan mengenai diri dan keadaan/kesehatan Tertanggung baik selama Tertanggung