• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV : PPEENNEETTAAPPAANNPPRROODDUUKKUUNNGGGGUULLAANNDDAAEERRAAHH((PPUUDD))KKOOTTAABBIIMMA A

B BAABBIIVV P

PEENNEETTAAPPAANNPPRROODDUUKKUUNNGGGGUULLAANNDDAAEERRAAHH((PPUUDD))

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini:

NO KRITERIA KECIL SEDANG BESAR

1. Ketersediaan Sumberdaya Alam 1 2 3 2. Ketersediaan Sumberdaya Buatan 1 2 3 3. Ketersediaan Sumberdaya Manusia 1 2 3 4. Kontribusi terhadap Ekonomi Kawasan 1 2 3 5. Kemungkinan Dikembangkan dalam Skala Ekonomi 1 2 3 6. Penyerapan Tenaga Kerja 1 2 3 7. Dampak Pengembangan Sosial 1 2 3 8. Peluang potensi pasar lokal/regional 1 2 3 9. Peluang potensi pasar ekspor 1 2 3 10. Hambatan biaya, teknologi dan kelembagaan 1 2 3 Sumber : Kepel et al, 2000.

Berdasarkan kriteria tersebut, jika dilakukan penilaian secara komparatif maka akan tampak bahwa produk yang menempati urutan tertinggi sebagai produk unggulan, karena mempunyai skor total yang tertinggi dibanding produk lainnya.

Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM dalam rangka menjalankan usaha, membuka usaha baru atau mengembangkan usaha, serta sejauh mana dukungan wilayah pada setiap unsur penilaian.

Untuk produk unggulan daerah dipetakan menurut aspek prospek dan aspek potensi saat ini, sehingga dapat diketahui kedudukan produk unggulan lintas sektor berdasarkan prospek dan potensi saat ini.

Prospek dinilai berdasarkan faktor: 1. Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda 2. Prospek pasar

3. Minat Investor

4. Dukungan dan Program Pembangunan Infra Struktur Usaha 5. Resiko terhadap lingkungan

(2)

BAB IV : PPEENNEETTAAPPAANNPPRROODDUUKKUUNNGGGGUULLAANNDDAAEERRAAHH((PPUUDD))KKOOTTAABBIIMMA A Potensi saat ini dinilai berdasarkan faktor:

1. Jumlah unit usaha/ pengusaha saat ini.

2. Kesesuaian dengan budaya/ keterampilan masyarakat.

3. Penguasaan masayarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha. 4. Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan).

5. Insentif harga jual komoditas/produk. 6. Daya serap pasar domestik.

Untuk hasil analisis setiap sektor atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan kerja adalah sektor tanaman pangan dan tujuan daya saing daerah dalam rangka penetapan produk unggulan daerah kota Bima adalah sektor perindustrian. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan produk unggulan daerah UMKM maka sektor usaha Tanaman Pangan merupakan prioritas pertama. Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perindustrian, perdagangan, peternakan, perikanan,perkebunan, angkutan, pariwisata, jasa, kehutanan dan penggalian.

Tabel 5.1. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan

Produk Unggulan daerah di Kota Bima

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor Terbobot Gabungan Rangking Pertumbuhan Ekonomi (0,3276) Penciptaan Lapangan Kerja (0,3100) Peningkatan Daya Saing Produk (0,3624) 1 2 3 4 5 6 Tanaman Pangan 0,2163 0,1666 0,0790 0,1512 1 Perindustrian 0,0549 0,1181 0,1817 0,1204 2 Perdagangan 0,2009 0,1201 0,0359 0,1161 3 Peternakan 0,0672 0,0844 0,1741 0,1113 4 Perikanan 0,1126 0,1290 0,0939 0,1109 5 Perkebunan 0,0587 0,1182 0,0897 0,0884 6 Angkutan 0,1207 0,0604 0,0358 0,0712 7 Pariwisata 0,0209 0,0411 0,1185 0,0625 8 Jasa 0,0339 0,0293 0,1135 0,0613 9 Kehutanan 0,0367 0,0776 0,0491 0,0539 10 Penggalian 0,0771 0,0553 0,0288 0,0528 11

(3)

BAB IV : PPEENNEETTAAPPAANNPPRROODDUUKKUUNNGGGGUULLAANNDDAAEERRAAHH((PPUUDD))KKOOTTAABBIIMMA A

Tabe.5.2. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kota Bima

No Sektor Usaha/

KPJU Skor-Terbo bot No

Sektor Usaha/ KPJU

Skor-Terbo bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 0,2117 1 Cabe 0,1765

2 Jagung 0,1917 2 Kacang Panjang 0,1688

3 Kacang Kedelei 0,1756 3 Bayam 0,1226

4 Kacang Tanah 0,1724 4 Tomat 0,1042

5 Kacang Hijau 0,0932 5 Terong 0,1024

Buah-Buahan Perkebunan

1 Sawo 0,1955 1 Jambu Mete 0,2560

2 Mangga 0,1362 2 Kopi 0,2018

3 Srikaya 0,1144 3 Kelapa 0,1792

4 Pisang 0,1066 4 Kemiri 0,1784

5 Pepaya 0,1059 5 Asam 0,0727

Peternakan Perikanan

1 Sapi 0,1815 1 Penangkapan ikan di Laut 0,2408

2 Kerbau 0,1750 2 Budidaya Rumput Laut 0,1458

3 Kuda 0,1674 3 Penangkapan bukan Ikan di Laut 0,1336

4 Kambing 0,1640 4 Budidaya Ikan di Tambak 0,1287

5 Kambing 0,1399 5 Penyebaran Bibit diperairan umum 0,0855

Industri Perdagangan

1 Tenun 0,1604 1 Toko Kelontong 0,1724

2 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1471 2 Pedagang Hasil Pertanian 0,1655

3 Meubel Kayu 0,1296 3 Hotel 0,1412

4 Pengolahan Hasil Pertanian 0,1285 4 Rumah Makan 0,0950

5 Kue 0,1007 5 Toko Onderdil Sepeda Motor 0,0947

Jasa-jasa Angkutan

1 Bengkel Motor 0,1622 1 AKDP 0.3953

2 Warnet 0.1442 2 Truk 0.1371

3 Bengkel Mobil 0.1324 3 Cidomo 0.1317

4 Penyewaan Alat Pesta 0.1190 4 Angkutan Pedesaan 0.1188

5 Percetakan 0.1160 5 Ojek 0.0857

Penggalian Kehutanan

1 Pasir 0.1806 1 Lebah Madu 0.2182

2 Sirtu 0.1691 2 Kayu Jati 0.1900

3 Batu Hias 0.1297 3 Kayu Sengon 0.1479

4 Batu Kali/Batu Gunung 0,1256 4 Kayu Mahoni 0,1456

5 Kerikil/koral 0,1113 5 Sarang Burung Walet 0,1305

Pariwisata 1 Wisata Pantai 0,3113 2 Hotel Bintang 0,2532 3 Wisata Budaya 0,1794 4 Wisata Alam 0,1052 5 Wisata Religi 0,08533

(4)

BAB IV : PPEENNEETTAAPPAANNPPRROODDUUKKUUNNGGGGUULLAANNDDAAEERRAAHH((PPUUDD))KKOOTTAABBIIMMA A

Pada Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa dari 5 (lima) produk unggulan lintas sektor usaha terdapat masing-masing 2 produk unggulan pada sektor pertanian dan perdagangan yang menduduki rangking 1, 5 dan 3, 4, yaitu padi sawah dan jagung serta toko kelontong dan pedagang hasil pertanian.

Tabel 5.3. Produk Unggulan Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai Produk Unggulan Lintas Sektor Kota Bima

No Sektor/Sub sektor Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Padi Palawija Padi Sawah 0,0379

2 Perindustrian Tenun 0,0319

3 Perdagangan Toko Kelontong 0,0299

4 Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 0,0287

5 Padi Palawija Jagung 0,0275

6 Perindustrian Pengolahan Hasil Perikanan 0,0266

7 Peternakan Sapi 0,0266

8 Perkebunan Jambu Mete 0,0255

9 Perdagangan Hotel 0,0245

10 Angkutan AKDP 0,0243

Apabila dikaji lebih dalam dari 10 produk unggulan lintas sektor, pada sektor pertanian terdapat 4 produk unggulan (Padi sawah, budidaya jagung,budidaya ternak sapi, jambu mete), pada sektor perdagangan terdapat 3 produk unggulan yaitu toko kelontong, pedagang hasil pertanian, dan hotel. Pada sektor perindustrian terdapat 2 produk unggulan yaitu tenun dan pengolahan hasil pertanian dan 1 produk unggulan terdapat pada sektor angkutan. Bila dilihat dari komposisi produk unggulan unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kota Bima masih berbasis pada sektor pertanian yang meliputi sub sektor padi palawija, peternakan, dan perkebunan serta sektor perdagangan.

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap pasar domestik.

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-42, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10 (sepuluh) produk unggulan lintas sektor, usaha budidaya komoditas padi sawah, budidaya kerajinan tenun, usaha perdagangan hasil pertanian, usaha

(5)

BAB IV : PPEENNEETTAAPPAANNPPRROODDUUKKUUNNGGGGUULLAANNDDAAEERRAAHH((PPUUDD))KKOOTTAABBIIMMA A

jambu mete, usaha perhotelan dan usaha angkutan kota dalam provinsi (AKDP) mempunyai prospek yang lebih baik dibandingkan usaha toko kelontong dan usaha budidaya komoditas jagung. Pada aspek potensi, maka ke sepuluh produk unggulan relativ sama potensial satu dengan yang lain.

Tabel.5.4. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Bima

Sektor/ Sub sektor KPJU Ungulan Lintas Sektor Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Padi Palawija Padi Sawah 3,2212 3,7179 Baik Tinggi

Perindustrian Tenun 3,1427 3,7917 Baik Tinggi

Perdagangan Toko Kelontong 2,8333 3,2639 Cukup Tinggi

Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 3,1806 3,4306 Baik Tinggi

Padi Palawija Jagung 2,7906 3,1351 Cukup Tinggi

Perindustrian Pengolahan Hasil Perikanan 3,0256 3,1207 Baik Tinggi

Peternakan Sapi 3,0000 3,3985 Baik Tinggi

Perkebunan Jambu Mete 3,0513 3,3974 Baik Tinggi

Perdagangan Hotel 3,0385 3,0769 Baik Tinggi

Angkutan AKDP 3,0053 3,1656 Baik Tinggi

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan produk unggulan mencakup faktor-faktor di bawah ini:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas jagung, usaha toko kelontong, dan usaha perhotelan 2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha perhotelan, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha AKDP, usaha toko kelontong dan usaha budidaya komoditas jagung.

3. Pada aspek minat investor terhadap produk unggulan secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha AKDP, usaha budidaya ternak sapi, usaha perhotelan, usaha budidaya padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, dan usaha budidaya komoditas jagung

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha komoditas budidaya sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha perhotelan,

(6)

BAB IV : PPEENNEETTAAPPAANNPPRROODDUUKKUUNNGGGGUULLAANNDDAAEERRAAHH((PPUUDD))KKOOTTAABBIIMMA A

usaha perdagangan hasil pertanian, usaha AKDP, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha toko kelontong, usaha budidaya jambu mete, dan usaha budidaya komoditas jagung

5. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha komoditas jagung, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budida

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan produk unggulan mencakup faktor-faktor di bawah ini:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian, usaha toko kelontong, usaha perhotelan, usaha AKDP, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya ternak sapi, dan usaha budidaya komoditas jagung

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha perhotelan, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha AKDP, usaha toko kelontong, dan usaha budidaya komoditas jagung

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara relativ dari yang tertinggi adalah usaha toko kelontong, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP, dan usaha perhotelan

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha toko kelontong, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP, dan usaha perhotelan 5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil peritanian, usaha budidaya komoditas padi sawah dan jagung, usaha budidayan komoditas jambu mete, usaha AKDP, usaha kerajinan tenun, usaha pengolahan hasil perikanan, dan usaha toko kelontong.

(7)

BAB IV : PPEENNEETTAAPPAANNPPRROODDUUKKUUNNGGGGUULLAANNDDAAEERRAAHH((PPUUDD))KKOOTTAABBIIMMA A

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha perhotelan, usaha AKDP, dan usaha budidaya komoditas jagung.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian terhadap aspek potensi secara relativ dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha AKDP, usaha budidaya komoditas jagung, usaha pengolahan hasil perikanan, dan usaha perhotelan. Berdasarkan aspek prospek dan potensi produk unggulan yang terbaik berikut dapat dijelaskan profil Industri kerajinan dan budidaya padi sawah dan budidaya ternak sapi.

Industri Kerajinan Tenun. Kerajinan tenun atau dalam bahasa Mbojo dikenal dengan “Muna ro Medi” merupakan industri kerajinan rumah tangga yang secara tradisional sudah membudaya pada sebagian masyarakat Kota Bima. Produknya berupa kain ikat dan kain yang ditenun secara manual. Produk kerajinan ini mempunyai pasar yang terbatas dan konsumennya antara lain adalah wisatawan. Menurut daftar Dinas Koperindag Kota Bima, di akhir tahun 2013 terdapat 1.500 pengrajin tenun di seluruh wilayah Kota Bima. Mereka tersebar di beberapa kelurahan Ntobo, Rabadompu Barat, Rabadompu Timur, Oi Fo,o, Nitu, Lelamase, Kumbe, dan Nungga. Dari 1.500 pengrajin tenun ini, terbentuk 170 kelompok pengrajin, dengan pembagian berdasarkan lokasi. Kendala utama pengrajin tenun Kota Bima terkait mutu hasil tenunan serta kuantitas hasil produksi yang belum mencapai angka massal, guna memenuhi pesanan dari luar daerah. Adapun bentuk kepedulian pemkot Bima terhadap pengrajin tenun adalah dengan program bantuan dana bergulir kepada 1.500 pengrajin akan mendaptkan bantuan modal KUR sebesar Rp. 2,5 juta dengan bunga kembalianya 1 tahun hanya 14 %, bantuan fasilitas bahan baku, serta pembinaan dan pelatihan keterampilan, yang salah satunya adalah pelatihan penggunaan zat pewarna alam. Dukungan dari pemerinta kota Bima lainya adalah adanya program kebijakan penggunaan kain tenun ikat untuk pakaian pegawai negeri sipil (PNS) lingkup Pemkot Bima.

Budidaya Padi Sawah. Padi merupakan bahan pangan utama masyarakat Kota Bima. Lahan tanam padi terdapat di hampir seluruh kawasan pertanian kota Bima. Produksi tahun 2013 sebesar 39.600 ton atau naik sekitar 4,94 % dari tahun sebelumnya. Dari tahun ke tahun produksi padi di Kota Bima mengalami peningkatan. Program unggulan untuk meningkatkan produksi pertanian, khususnya padi dibangunnya jaringan irigasi tersier yang akan mengairi lahan

(8)

BAB IV : PPEENNEETTAAPPAANNPPRROODDUUKKUUNNGGGGUULLAANNDDAAEERRAAHH((PPUUDD))KKOOTTAABBIIMMA A

persawahan seluas 200 ha, pengadaan alat dan mesin pertanian seperti traktor, pompa air, alat penanganan pasca panen berupa power treser dan mesin penggilingan padi.

Budidaya Ternak Sapi. Jumlah populasi sapi di kota Bima cenderung meningkat tahun 2013 sekitar 12.778 ekor. Jumlah populasi ini cenderung meningkat yang dapat diduga dari menigktanta jumlah kelahiran ternak denga insenminasi buatan, khususnya sapi bali. Dari sisi permintaan, untuk konsumsi lokal ditunjukan oleh perkembangan banyaknya pemotongan ternak sapi yang pada periode 2011-2014 cenderung meningkat 8,71 persen pertahun. Permintaan terhadap sapi potong juga ditunjukan oleh banyaknya ternak sapi yang dikirim atau dijual keluar daerah. Pada tahun 2014 tercatat sebanyak 601 ekor yang dikirim ke Provinsi DKI, Kalsel, Kalti, Kalteng, Sulsel, dan Kalbar. Usaha budidaya (pemesaran) sapi ini mempunyai prospek pasar yang sangat baik, minat investor yang dapat dikategorikan Cukup Baik.

Disamping itu, untuk mendukung program Pijar dan Bumi Sejuta Sapi (BSS) NTB, di Kota Bima dibangun beberapa sarana dan prasarana penunjang pembangunan peternakan seperti pengadaan obat-obatan dan vaksin, Pembangunan Rumah Potong Hewan Modern (RPH) dengan harapan kedepn tidak ada lagi sapi hidup yang dikirim ke luar dari sentra produksi atau sentra pasar ternak, selain memproduksi daging dalam bentuk beku keberadaan RPH juga menghasilkan produk sampingan seperti kulit dan tulang yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk bahan baku industri, pasar daging yang memenuhi standar, pembangunan poskewan, pembangunan pos Inseminasi Buatan (IB) dan beberapa kegiatan peningkatan SDM petugas, serta pemberian bantuan modal kepada petani peternak dengan meneruskan program BSS di Kota BIMA.

Gambar

Tabel 5.1. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi  menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
Tabel 5.3. Produk Unggulan Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor  Terbobot Tertinggi Sebagai Produk Unggulan Lintas Sektor Kota Bima

Referensi

Dokumen terkait

Syukur alhamdulillah bahwa dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) Politeknik Kesehatan Kemenkes PONTIANAK Tahun 2017 telah dapat diselesaikan sehingga dapat menjadi pedoman

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

Pencacahan di lapangan harus menggunakan daftar HKD-2.1, setelah dikoreksi barulah perdesaan dan juga untuk penyusunan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Kelompok N

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Dalam Siklus Pembeliaan Dan Siklus Penjualan

Varibel utama yang dikaji se- bagai data penelitian adalah variabel endogen kapasitas pembudidaya ikan dalam pengelolaan usaha (Y1), meliputi kapasitas dalam mengelola

Namun, terlepas dari kondisi ketersediaan bahan baku yang menurun pada saat ini, fluktuasi dan diskontinu kegiatan usaha merupakan karak- teristik yang spesifik dari jenis usaha

lebih lanjut mengenai Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi di SMAN 1 Stabat. 1.2

Memonitor jalannya kerja kelompok serta memberi bantuan seperlunya ( scaffolding ), 11) mengarahkan dan membimbing siswa dalam menyelesaikan beberapa soal sesuai