• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN BELAJAR, MOTIF BERPRESTASI DAN PROSES PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINATIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA LATIHAN KERJA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBUTUHAN BELAJAR, MOTIF BERPRESTASI DAN PROSES PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINATIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA LATIHAN KERJA."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINATIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PESERTA LATIHAN KERJA

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Pada Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan

OLEH

NUNUNG NURAZIZAH

N M : 9 8 9 5 2 9

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA Pembinibing I

c

Ic

7

D r . H . Z a i n u d i n A r i f

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul " Kebutuhan Belajar, Motif Berprestasi dan Proses Pembelajaran Sebagai Faktor Determinatif Terhadap Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja " ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya

apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

111

Bandung, M e i 2000 Yang membuat pernyataan,

(4)

Latar belakang dalam penelitian ini disebabkan semakin pesatnya perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menuntut tenaga kerja potensial yang

memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tuntutan lapangan kerja

yang ada. Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang sebagai penyelenggara

pelatihan kejuruan pertanian mempunyai fungsi dan tugas untuk menyelenggarakan

pelatihan khususnya bidang pertanian. Penyelenggaraan program pelatihan tidak

terlepas dari faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi pencapaian

prestasi belajar peserta latihan kerja. Faktor internal dalam penelitian dibatasi pada

faktor kebutuhan belajar dan motif berprestasi, sedangkan faktor eksternal dibatasi pada proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

tentang hubungan variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses

pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja, dengan mengungkapkan :

(1) gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar dengan prestasi belajar

peserta latihan kerja, (2) gambaran tentang hubungan motif berprestasi dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, (3) gambaran tentang hubungan antara proses

pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, dan (4) gambaran tentang

hubungan antara variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses

pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja

Khusus PertanianLembang.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini secara teoritis dapat dikaji

tentang teori kebutuhan belajar dari D. Sudjana (1996) yaitu, jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki dengan yang ingin diperoleh seseorang atau kelompok. Teori motif berprestasi dari Mc. Clelland (1953) yaitu, " Doing something well ordoing something better than it had been done before, more

efficiently, more quickly with less labor, with a better result." Teori motif berprestasi

tersebut dipertegas oleh Zainudin Arif (1982), Ambo Enre Abdullah (1974). Teori tentang proses pembelajaran dari Smith, R.M (1982) , Travers (1972), Feldman (1987), Knowles (1973) yang menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku diubah , dibentuk dan dikendalikan. Teori tentang

prestasi belajar dari Nana Saodih (1983), Moh. Surya (1979), Suharsimi Arikunto

(1984) yang menjelaskan bila hasil belajar dikaitkan dengan patokan tertentu dapat dikatakan sebagai suatu prestasi yang dicapai dalam belajar. Selanjutnya teori tentang pelatihan dari G. Douglas Mayo (1987), John H. Procton (1993), Tom W. Good (1982) yang menyatakan bahwa pelatihan menyangkut proses belajar yang bertujuan mengembangkan skill tertentu, dilaksanakan dalam waktu singkat dan tempat tertentu. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda korelasional. Populasi adalah seluruh peserta pelatihan yang mengikuti program pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang, yang berusia 18 tahun ke atas dan mengikuti proses pelatihan sampai selesai. Sampel diambil secara Proportional Random Sampling. Jumlah sampel sebanyak 70 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Alat pengumpul data

(5)

diuji validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan alat pengumpul data untuk variabel dependen adalah dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini adalah; (1) Terdapat hubungan positif yang signifikan

antara kebutuhan belajar dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari

persamaan regresi Y = 36,24309 + 0,28574xl dengan koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,5315 dan koefisien determinasi 27%. (2) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar peserta latihan kerja,

tergambar dari persamaan regresi Y = 39,9025 + 0,2755^ dengan koefisien korelasi

diperoleh nilai r xy = 0,5212 dan koefisien determinasi 27%. (3) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari persamaan regresi Y = 39,3202 + 0,2755x3 dengan koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,4883 dan koefisien determinasi 23%. (4) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar, motifberprestasi

dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari

persamaan regresi Y =20,6603 + 0,1615xl + 0,1606 ^ + 0,1107 x3 , dengan

koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,6449 dan koefisien determinasi 41,6%. Implikasi penelitian secara teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut :

(1) Implikasi teoritis, berkaitan dengan konsep kebutuhan yang berhubungan dengan

motivasi seseorang, maupun proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan

partisipatif dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa dan prestasi

belajar sebagai hasil belajar peserta pelatihan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

internal maupun eksternal. (2) Implikasi praktis, yaitu apabila penyelenggara

pelatihan ingin meningkatkan tingkat keikutsertaan peserta latihan kerja dalam

kegiatan pelatihan maka perlu diperhatikan kesesuaian program pelatihan dengan kebutuhan belajar peserta pelatihan, disamping proses pembelajaran yang

meperhatikan faktor-faktor motif berprestasi, minat, metode pembelajaran, interaksi

pelatih dengan peserta pelatihan yang mengarah pada prinsip-prinsip belajar orang

dewasa. Karena terbukti bahwa variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran memberikan sumbangan efektif terhadap peningkatan prestasi belajar peserta latihan kerja. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi (1)

(6)

Halaman

JUDUL

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING P E R N Y A T A A N

lii ABSTRAK

iv KATA PENGANTAR

VI

UCAPAN TERIMA KASIH

vin DAFTAR ISI XI DAFTAR TABEL Xlll DAFTAR GAMBAR xiv

BABI

PENDAHULUAN

j

A. Latar Belakang Masalah

I

B. Perumusan Masalah

13

C. TujuanPenelitian

]5

D. Kegunaan Penelitian

i5

E. Hipotesis Penelitian

16

F. Defmisi Operasional

16

BABH

LANDASAN TEORITIS

21

A. Kebutuhan Belajar Dalam Kontek Kebutuhan Hidup Manusia...

21

1. Kebutuhan Hidup

21

2. Kebutuhan Pendidikan 25

3. Kebutuhan Belajar 26

4. Hubungan Antara Kebutuhan dengan Motivasi Belajar

32

B. Motif Berprestasi

35

C. Proses Pembelajaran

30

D. Teori-teori Belajar dalam PLS

47

1. Konsep Aliran Behaviorisme

47

(7)

3. Teori Andragogi 52

4. Aliran Reformasi Sosial 55

E. Prestasi Belajar 5g

F. Latihan Kerja 61

1. Pengertian Latihan Kerja 61

2. Sistem Pelatihan 53

3. Latihan Kerja di BLKKP Lembang 69

G. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu 73

BABHI PROSEDUR PENELITIAN 77

A. Metode Penelitian 77

B. Populasi dan Sampel Penelitian 78

C. Instrumen Pengumpul Data 80

D. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data 84

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 91

BABIV HASBL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 99

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data 99

1. PerhitunganRata-rata, Standart Deviasi dan Variansi 99

2. Hasil Uji Normalitas Distribusi 100

3. Analisis Hubungan Antar Variabel 102

B. Pembahasan Hasil-hasil Penelitian 117

C. Temuan Penelitian 128

BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN 134

A. Kesimpulan 134

B. Keterbatasan Penelitian 141

C. Implikasi Hasil Penelitian 144

D. Saran-saran 156

DAFTAR PUSTAKA 159

LAMPIRAN-LAMPIRAN 163

(8)

Nomor

Halaman

1. Tingkatan Kemampuan Kegiatan Belajar Keterampilan, Pengetahuan

dan Sikap ™

2. Besarnya Sampel Minimal Masing-masing Variabel Penelitian

79

3. Jumlah Sampel Penelitian

79

4. Penjabaran Variabel Kebutuhan Belajar

82

5. Penjabaran Variabel MotifBerprestasi

82

6. Penjabaran Variabel Proses Pembelajaran

82

7. Hasil Uji Validitas Item Variabel Kebutuhan Belajar

86

8. Hasil Uji Validitas Item Variabel MotifBerprestasi 87

9. Hasil Uji Validitas Item Variabel Proses Pembelajaran

88

0. Proporsi Perhitungan Validitas Item 89

1. Ringkasan Hasil uji Coba Reliabilitas Instrumen 90

2. AnavaRegresi YAtasX 95

3. Anava untuk Regresi Linier Ganda 97

4. Skor Terendah dan Tertinggi Tiap Variabel Pada Sampel Penelitian

99

5. Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Variansi Tiap Variabel Pada Sampel

Penelitian 100

6. Nilai Kwadrat-Chi Hitung Tiap Variabel Pada Sampel Penelitian

101

7. Anava Regresi YAtas Xi

]Q3

8. Anava Regresi Y Atas X2 106

9. Anava Regresi Y Atas X3 109

20. AnavaRegresi Y Atas Xi,X2 danX3 114

21. Koefisien Korelasi Sederhana dan Multipel Antara Variabel X1, X2 dan

X 3 dengan Y

(9)

Nomor Halaman

1. Proses Pelatihan Keterampilan di BLKKP Lembang

6

2. Hubungan Antar Variabel Penelitian

14

3. Hirarkhi Kebutuhan Maslow

24

4. Flow Chart Model Induktif

28

5. Flow Chart Model Deduktif

30

6. Flow Chart Model Klasik

3]

7. Tendensi Untuk Mendekati dan Menghindari Suatu Tugas

36

8. Roles ofthe Flexible Trainer

43

9 Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen Pendidikan Luar

Sekolah ^

(10)

P E N D A H U L U A N

A. L A T A R B E L A K A N G M A S A L A H

Sebagai negara berkembang Indonesia dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang berlangsung semakin cepat menimbulkan kebutuhan yang

beranekaragam dalam hal memperoleh informasi, pengetahuan dan keterampilan.

Kehadiran pendidikan di Indonesia diperlukan untuk memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan di Indonesia sesuai

dengan Sistem Pendidikan Nasional dibagi menjadi dua golongan yaitu jalur

pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan Nasional menurut undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

berfungsi untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Tantangan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang akan mampu meningkatkan kualitas manusia dan meningkatkan mutu kehidupan hams dihadapi

baik oleh pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan di

sekolah terayata belum dapat memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang begitu pesat secara keseluruhan sehingga diperlukan lembaga penyelenggara pendidikan lain, yaitu pendidikan luar sekolah yang

(11)

Selanjutnya penjelasan terhadap pasal 10 ayat (1) UU Nomor 2 tahun 1989

antara lain menyatakan; " Pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di luar sekolah baik yang dilembagakan atau tidak ". Sedangkan

pasal 9ayat (3) menyatakan; " Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga,

kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan sejenis." Pelatihan merupakan

satuan pendidikan luar sekolah, termasuk pendidikan sejenis disamping keluarga,

kelompok belajar dan kursus yang mengacu pada komponen pendidikan luar

sekolah. Berdasarkan pasal dan penjelasan UU Nomor 2 tahun 1989 tentang

pendidikan luar sekolah dapat ditarik kesimpulan yaitu;

1) Pendidikan

luar sekolah cakupannya meliputi satuan pendidikan keluarga, kelompok belajar,

kursus. 2) Pendidikan luar sekolah tidak harus berjenjang.

3) Ciri utama yang

membedakan pendidikan luar sekolah dari pendidikan sekolah adalah berkenaan

dengan waktu belajar, lama belajar, usia peserta didik, isi pelajaran, cara

penyelenggaraan pengajaran dan cara penilaian hasil belajar.

Pendidikan luar sekolah dalam pelaksanaan program-programnya lebih

mendasarkan kebutuhan masyarakat yang ada relevansinya dengan arah dan

tujuan pembangunan nasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (1993,13)

bahwa;

Tujuan dan program pendidikan luar sekolah berorientasi pada waktu

pendidikan yang singkat, isi program berpusat pada lulusan dan kepentingan

(12)

sendiri dan demokratis.

Program pendidikan luar sekolah yang telah dilaksanakan untuk

mengembangkan sumber daya manusia diantaranya program pendidikan

berkelanjutan (Continuing Education). Program ini dilaksanakan bagi mereka

yang sudah melek huruf, mempunyai latar belakang pendidikan sekolah dan

memasuki dunia kerja. Melalui program ini diharapkan akan dihasilkan manusia

yang bisa membuka dan memanfaatkan peluang usaha. Program yang telah ada

dimasyarakat diantaranya ; kursus, magang, pelatihan, yang dapat meningkatkan

pengetahuan, keterampilan atau keahlian dalam bidang tertentu yang dapat

membantu seseorang untuk meningkatkan diri dan terus maju.

Pelatihan merupakan kegiatan membelajarkan seperti pada satuan pendidikan

luar sekolah lainnya, sebab di dalamnya terdapat kegiatan sistematik dan

dilakukan secara sengaja oleh sumber belajar (fasilitator, pelatih) untuk membantu

peserta melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran dalam pelatihan

bertujuan untuk mendapatkan perubahan perilaku dari mereka yang dilatih.

Mengenai tujuan pelatihan Manullang (1978; 17) mengatakan bahwa pelatihan

dilaksanakan untuk memperoleh tiga hal yaitu; (1) menambah pengetahuan,

(2) menambah keterampilan dan (3) mengubah sikap. Sejalan dengan pendapat

Moekijat (1993; 2) bahwa tujuan umum pelatihan adalah :

(1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

dengan lebih cepat dan lebih efektif

(13)

kerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan).

Agar dalam pelaksanaan pelatihan mencapai kesuksesan perlu diperhatikan

prinsip-prinsip umum sebagai berikut;

(1) Perbedaan individu, mencakup latar belakang pendidikan, minat,

pengalaman dan sebagainya.

(2) Motivasi, hal-hal yang dapat mendorong individu dalam mengikuti

pelatihan.

(3) Partisipasi aktif, partisipasi dalam proses belajar mengajar yang dapat

menambah minat dan motivasi peserta pelatihan.

(4) Pemilihan peserta, adanya seleksi peserta dapat mengandung motivasi

tambahan.

(5) Pemilihan pelatih, efektifitas program pelatihan antara lain tergantung

kepada para pelatih yang mempunyai minat dan kemampuan mengajar.

(6) Metode pelatihan, perlu penentuan metode pelatihan sesuai dengan jenis

pelatihan karena tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua jenis

pelatihan.

(7) Prinsip belajar, pelatih haras mengetahui prinsip belajar, belajar haras

dimulai dari yang mudah menuju kepada yang sulit atau dari yang sudah

diketahui menuju kepada yang belum diketahui. (Moekijat, 1993; 5)

Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang adalah salah satu lembaga

dalam lingkungan Departemen Tenaga Kerja yang menyelenggarakan latihan

kerja yang ditujukan pada peserta atau lulusan pendidikan sekolah yang akan

mencari kerja atau memasuki dunia kerja {pre-service training). Pelatihan ini

terutama bagi mereka yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan

khusus, atau yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus tetapi

ingin ditingkatkan lagi sebagai usaha untuk memenuhi perkembangan dunia

kerja. Pelatihan berorientasi untuk memberikan bekal hidup berapa keterampilan

kerja yang dilaksanakan dengan waktu pendidikan yang singkat. Pelatihan pada

(14)

ketrampilan sesuai dengan harapan dirinya dan lingkungannya sehingga dapat

meningkatkan taraf hidupnya. Adapun jenis-jenis program yang dilaksanakan di

Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang disesuaikan dengan kebutuhan

individu, masyarakat maupun dengan mempertimbangkan tugas dan fungsi

lembaga maupun sarana, prasarana dan kemampuan tenaga pelatih yang ada di

Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang. Berdasarkan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja No: Kep 4546/M/1997, tentang petunjuk pelaksanaan tugas dan

fungsi Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang yang dinyatakan dalam

pasal 42 dan 43 yaitu :

Pasal 42 :

Balai Latihan Kerja Khusus adalah unit pelaksana teknis dibidang pelatihan

tenaga kerja kejuruan khusus yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan secara teknis

fungsional dibina oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan

Produktivitas Tenaga Kerja.

Pasal 43 :

Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian mempunyai tugas melaksanakan

pelatihan kejuruan Budidaya Pertanian, Pengolahan Hasil Pertanian,

Teknologi Pertanian, Perikanan, Perkebunan, Peternakan dan Pemasaran hasil

pertanian, aneka kejuruan serta kejuruan lain yang mendukung sektor

pertanian dengan menggunakan fasilitas latihan kerja, ruang kelas,

laboratorium, perpustakaan, bengkel, asrama atau Mobile Training Unit

(MTU).

Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep.4546/M/1997,

proses pelatihan keterampilan pada Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian

(15)

(l)Rekraitmen dan seleksi peserta berkoordinasi dengan Kandepnaker/Dinas

Tenaga Kerja. Rekruitmen dan seleksi peserta didasarkan persyaratan yang

telah ditentukan oleh Balai Latihan Kerja setempat.

(2)Melakukan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pelatihan.

(3)Menyiapkan bahan, sarana dan prasarana, kurikulum dan metode pelatihan.

(4)Menyelenggarakan pelatihan baik institusional, pemagangan yang sesuai

dengan bidang kejuraan pada Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian

Lembang, yaitu ;

Kejuruan pertanian, Kejuruan perkebunan, Kejuruan

peternakan, Kejuraan Mixed Farming, Kejuruan Mekanisasi Pertanian,

Kej uruan Prosescing dan Kej uruan Perikanan.

(5)Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan lulusan serta alumni

pelatihan.

Proses pelatihan keterampilan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang

digambarkan sebagai berikut:

GAMBARrl

PROSES PELATIHAN KETERAMPILAN DIBLKKP LEMBANG

Pendaftaran Siswa

Kantor Departemen Tenaga Kerja BLK Bidang Kejuruan

SD,SLTP,SLTA,PT - Biaya Gratis KelakuanBaik - Karm Rutting

Berjiwa Pancasila dan UUD 1945

Kejuruan Pertanian Kejuruan Perkebunan

I

Kejuruan Peternakan Dilaksanakan secara Institusional MTU Implant Training Kejuruan Mixed Farming Kejuruan Mekanisasi Pertanian

I

w Berjiwa \

Pancasila dan j ^ - Skill (Keterampilan)- Knowledge ("Pengetahuan) - Attitude (Sikap Mental)

UUD 1945 J

^... ~S '

Sumber: BLKKP Lembang

(16)

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa dalam kegiatan pelatihan

terdapat proses pembelajaran. Knowless ( 1973 ) dalam Syamsu Mappa ( 1994;

12) menyebutkan pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku

diubah, dibentuk atau dikendalikan. Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai

usaha untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Kegiatan belajar

sebagai suatu proses mencakup unsur-unsur ; tujuan yang ingin dicapai, motivasi,

hambatan, stimulus dari lingkungan, persepsi dan respon (D.Sudjana,1993; 72).

Keseluruhan unsur tersebut melibatkan pelatih dan peserta pelatihan secara aktif

dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang

dapat diukur dengan prestasi belajar yang dicapai peserta latihan kerja. Pada

proses pembelajaran peserta pelatihan merapakan subyek utama yang akan

mendapatkan transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga perlu

diperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengarahi proses

transformasi tersebut.

William A. Shrode dan Voich, Jr (1974; 122) menyebutkan bahwa setiap

program yang melakukan transformasi dapat dipandang sebagai suatu sistem.

Aspek dalam suatu sistem pelatihan akan berinteraksi satu dengan yang lain. Jika

diperinci aspek-aspek dalam pelatihan tersebut terdiri dari: (1) Masukan (Input), yaitu peserta latihan.

(2) Masukan sarana (Instrumental Input), yaitu ; pelatih, metode, materi,

administrasi, evaluasi, sarana dan prasarana.

(3) Masukan lingkungan (Environmental Input) , yaitu lingkungan yang

menunjang berjalannya program pelatihan meliputi lembaga penyelenggara

dan pemakai lulusan,

(4) Proses, meliputi penyelenggaraan program yang dilaksanakan di Balai

(17)

(6) Masukan lain (Other Input) adalah masukan

mendukung lulusan untuk menggunakan peng

sikap.

(7) Pengaruh (Impact) yaitu, adanya peningkatan

1993;35)

Sebagaimana yang dikemukakan D.Sudjana (1996,154), bahwa;

Tujuan proses pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari

dikuasai sepenuhnya oleh peserta latihan. Agar peserta latihan dapat mencapai

prestasi belajar secara maksimal maka perlu adanya proses pembelajaran yang

bermutu yaitu proses pembelajaran yang menitikberatkan pada upaya

membantu peserta latihan untuk menyadari kemampuan diri dan untuk

mengembangkan sikap berprestasi.

Proses pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan belajar individu akan

dapat menarik minat peserta latihan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran

secara aktif. Maka dalam hal ini sangatlah penting bagi Balai Latihan Khusus

Pertanian Lembang untuk melaksanakan identifikasi kebutuhan belajar, agar

semua komponen program belajar dapat membantu peserta pelatihan untuk

memenuhi kebutuhan belajarnya.

Identifikasi kebutuhan belajar dalam pelatihan dapat dilakukan dengan tiga

model pendekatan yaitu:

(1) Model Induktif, menekankan pada usaha yang dilakukan dari pihak yang

terdekat, langsung, dan

bagian-bagian ke arah

pihak

yang luas

dan menyeluruh.

(2) Model Deduktif, menekankan identifikasi kebutuhan secara umum, dengan

sasaran yang luas.

(3) Model Klasik, ditujukan untuk menyesuaikan bahan pelatihan dengan

kebutuhan belajar yang dirasakan peserta. (Kaufman, 1972 dalam Ishak

Abdulhak, 1995; 26)

Disamping ketiga model diatas, identifikasi kebutuhan belajar dapat dilakukan

(18)

(1) Need Survey, bila peserta belum mempunyai tugas / pekerjaan tertentu.

(2) Task Analysis, mendasarkan kebutuhan pelatihan berdasarkan kesenjangan

tugas-tugas dari petugas didalam lembaga.

(3) Performance Analysis, berdasarkan kinerja yang haras dikuasai oleh seseorang

yang menduduki jabatan / tugas tertentu. (Zainudin Arif)

Kebutuhan belajar menurat D. Sudjana (1996; 168) adalah suatu jarak antara

tingkat pengetahuan, keterampilan dan atau sikap yang ingin diperoleh seseorang,

kelompok, lembaga dan atau masyarakat yang dapat dicapai melalui kegiatan

belajar. Kebutuhan belajar pada setiap orang cenderang berbeda menurut ruang

dan waktu, juga berdasar kemampuan seseorang. Apabila suatu kebutuhan belajar

sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan belajar lainnya yang perlu dipenuhi

melalui kegiatan belajar. Kebutuhan belajar setiap orang hendaknya dapat

dipadukan dengan tujuan masyarakat atau tujuan lembaga sehingga tujuan

lembaga tidak dirasakan asing dan tidak realistis oleh peserta latihan.

Kebutuhan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap tertentu seperti kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan

dalam usaha dibidang pertanian, dinamakan kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar

bagi seseorang dapat berkembang, bertambah dan berkurang. Bahkan dapat

berkelanjutan dan berganti-ganti. Kebutuhan belajar diakibatkan oleh keterbatasan

seseorang dalam memandang penting atau tidaknya pengetahuan untuk dirinya.

Faktor kebutuhan belajar peserta pelatihan dapat menjadi tenaga pendorong

(19)

dengan kebutuhan dan bermanfaat bagi dirinya selanjutnya diharapkan dapat

meningkatkan tarafhidupnya.

Indikator yang ada pada kebutuhan belajar menyangkut keinginan untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan eksistensi diri dalam

kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Selanjutnya bila program belajar

dalam pelatihan dapat menjawab kebutuhannya maka akan menimbulkan motivasi

peserta latihan untuk lebih aktif dalam kegiatan pelatihan. Karena kegiatan belajar

untuk mencapai tujuan pelatihan tidak akan terjadi bila peserta pelatihan tidak

bermotivasi untuk belajar. Disamping itu diharapkan kegiatan belajar tersebut

dapat menumbuhkan rasa puas dalam memenuhi kebutuhan belajarnya.

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai usaha untuk memenuhi

kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan

sering ditemukan partisipasi peserta pelatihan yang aktif, disisi lain ditemukan

partisipasi peserta pelatihan yang rendah. Partisipasi peserta yang rendah dapat

diketahui dengan meningkatnya absensi peserta pada saat pelatihan berlangsung

atau menurunnya perhatian peserta selama mengikuti proses pembelajaran dalam

pelatihan. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta, selanjutnya akan

mempengaruhi mutu lulusan lembaga penyelenggara pelatihan. Maka diperlukan

pendekatan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

partisipasi peserta pelatihan dalam mengikuti program pelatihan.

(20)

pelatih, materi pelatihan, sistem penyampaian, suasana kelas, alat-alat pelajaran,

lingkungan sekitar, masyarakat umum dan faktor peserta itu sendiri. Keseluruhan

faktor tersebut saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor intern

peserta pelatihan dapat dijadikan masukan bagi penyelenggaraan program latihan

sebagai

upaya

pengoptimalisasian

penyelenggaraan

program

belajar.

Penyelenggaraan program belajar yang efektif yaitu apabila semua komponen

program belajar itu dapat membantu peserta pelatihan untuk memenuhi

kebutuhannya. Apabila peserta latihan tidak merasa butuh untuk belajar maka ia

tidak akan memperhatikan kegiatan yang telah ditetapkan oleh pelatih.

Tingkah laku yang bermotivasi dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang

dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian tujuan.

Motivasi yang berasal dari dalam diri peserta pelatihan akan menyebabkan peserta

mencari cara-cara yang tepat sesuai dengan kemampuannya untuk mencapai

prestasi sebaik-baiknya. Motivasi internal merupakan awal suatu kemajuan akan

tercapai, apabila orang itu sendiri ingin maju.

Motif adalah sesuatu yang menumbuhkan motivasi, sedangkan motif

diidentikkan dengan need & want atau desire. Motif dilakukan juga sebagai

ekspresi dari kebutuhan seseorang. Menurat Krech etal, ada enam kebutuhan

yaitu : 1) motif untuk mengejar materi / keuntungan (The acquistive want),

2) motifberprestasi (The prestige want), 3) motifberafiliasi (The affiliation want),

4) motif menolong orang lain (The altruistic want), 5) motif berkuasa (The power

(21)

Pada individu yang memilki motif berprestasi tinggi, akan selalu

mengerjakan tugas mereka dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih

efisien dan cepat serta berasaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar

dapat tampil dengan hasil yang memuaskan. Namun kadar motif berprestasi tiap

individu berbeda-beda, mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Menurat

David Mc. Clelland, motif berprestasi menjadi kekuatan pendorong bagi

seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya. Hal ini dinyatakan bahwa " Individu

yang memiliki motif berprestasi yang tinggi, akan berprestasi baik, jika

ditempatkan di situasi kerja. " David Mc. Clelland dalam Moekijat (1984; 54)

melanjutkan bahwa sifat orang dengan motivasi berprestasi adalah : 1) bahwa

mereka berasaha agar kemampuan mereka dapat mempengaruhi hasil, 2) bahwa

mereka tampak lebih banyak berhubungan dengan prestasi perorangan,

3) menginginkan umpan balik yang berhubungan dengan prestasi dan tugas

mereka, 4) berasaha memikirkan cara yang lebih baik untuk mengerjakan sesuatu.

Motif berprestasi merapakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk

mencapai tujuan secara maksimal. Dalam kegiatan pelatihan motif berprestasi

penting dimiliki oleh peserta latihan agar mereka dapat mencapai prestasi yang

sebaik-baiknya, karena motif berprestasi adalah kekuatan yang berasal dari dalam

diri peserta. Setiap peserta perlu memiliki motif berprestasi karena penting bagi

usaha pencapaian keberhasilan seseorang dalam kegiatan pelatihan. Zainudin Arif

(1982; 14) mengatakan bahwa peserta pelatihan yang memiliki motif

(22)

menyelesaikan tugasnya dengan baik, (2) tidak cepat menyerah terhadap

hambatan / rintangan, (3) berfikir dan berpandangan ke masa depan, dan

(4) berasaha untuk selalu menampilkan hasil pekerjaan terbaiknya. Dapat

diramalkan peserta yang memiliki ciri-ciri motif berprestasi di atas mempunyai

kecenderungan rajin mengikuti kegiatan pelatihan, mengerjakan tugas-tugasnya

dengan baik dan mempunyai keinginan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih

baik.

Dari latar belakang masalah di atas maka penulis memfokuskan masalah ini

pada variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran

sebagai faktor determinatif terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja.

B. PERUMUSAN MASALAH

Prestasi belajar peserta latihan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor

penentu. Secara garis besar faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal dibatasi pada kebutuhan belajar dan motif berprestasi.

Sedangkan faktor eksternal dibatasi pada proses pembelajaran pada kegiatan

pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang.

Penelitian ini untuk mengetahui kebermaknaan hubungan antara variabel

independen (variabel bebas ) yaitu kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses

pembelajaran terhadap variabel dependen (variabel terikat) yaitu prestasi belajar

(23)

GAMBAR: 2

HUBUNGAN ANTAR VARIABEL PENELITIAN

Kebutuhan Belajar (x,)

Motif Berprestasi (x2) Prestasi Belajar (y)

Proses Pembelajaran (x3)

Keterangan: •> : hubungan sederhana variabel penelitian. • : hubungan ganda variabel penelitian.

Berdasarkan gambar hubungan korelasi antar variabel dari batasan ruang

lingkup penelitian di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan penelitian ini

adalah : " Sejauh mana hubungan antara kebutuhan belajar, motifi berprestasi

dan proses pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja pada

Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang. "

Agar permasalahan dapat dijawab secara operasional, maka ruang lingkup

penetapan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

(1) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar

dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?

(2) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi

dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?

(3) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara proses

pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?

(4) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar,

motif berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta

(24)

C. TUJUAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin diperoleh yaitu :

1. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar

dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara motif berprestasi

dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.

3. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara proses pembelajaran

dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.

4. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar,

motif berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta

latihan kerja.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Diharapkan setelah kegiatan penehtian ini dilaksanakan dan hasil penelitian

menunjukkan hubungan yang positif yang signifikan antara kebutuhan belajar,

motif berprestasi dan proses pembelajaran peserta latihan kerja, dengan prestasi

belajar pesertalatihankerja, maka ;

1. Secara teoritik hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam

meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pelatihan pada lingkup pendidikan

luar sekolah, khususnya dalam pelaksanaan identifikasi kebutuhan dan proses

pembelajaran.

(25)

penetapan dan penyelenggaraan program pelatihan di Balai Latihan Kerja

Khusus Pertanian Lembang, agar program pelatihan sesuai dengan kebutuhan

individu maupun masyarakat pemakai produk pelatihan. Sebagai masukan

bagi pelatih di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang untuk lebih

memperhatikan faktor intern peserta pelatihan, terutama faktor kebutuhan

belajar, motivasi berprestasi peserta latihan kerja dalam proses pembelajaran

sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta latihan.

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Sesuai dengan masalah yang diramuskan, maka hipotesis-hipotesis yang

perlu diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positifyang signifikan antara kebutuhan belajar dengan

prestasi belajar peserta latihan kerja.

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi dengan

prestasi belajar peserta latihan kerja.

3. Terdapat hubungan positifyang signifikan antara proses pembelajaran dengan

prestasi belajar peserta latihan kerja.

4. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar, motif

berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan

kerja.

F. DEFINISIOPERASIONAL

(26)

antara penulis dengan pembaca dalam menafsirkan permasalahan penelitian ini,

maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini

dengan pengertian sebagai berikut:

1. Kebutuhan Belajar

Kebutuhan belajar pada latihan kerja adalah kebutuhan terhadap

pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk memenuhi kesenjangan yang

ditujukan bagi peningkatan pengetahuan , keterampilan dan sikap sebagai

prasyarat untuk memasuki dunia kerja atau sebagai upaya meningkatkan

kinerja bagi mereka yang sudah bekerja. Menurat D. Sudjana (1996; 168)

kebutuhanbelajar dapat diartikan :

Sebagai suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan dan / atau

sikap yang dimiliki dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan / atau

sikap yang ingin diperoleh seseorang, kelompok, lembaga dan / atau

masyarakat yang dapat dicapai melalui kegiatan belajar. Indikator yang ada

pada kebutuhan belajar menyangkut : (1) keinginan meningkatkan

kemampuan

(pengetahuan,

keterampilan

dan

sikap

kerja),

dan

(2)meningkatkan eksistensi diri (aktualisasi diri) dalam kehidupan sebagai

pribadi, keluarga dan sebagai anggota masyarakat.

2. Motif Berprestasi

Pengertian motif berprestasi menurat Mc. Clelland (1953; 110) yaitu :

" Doing something well or doing something better than it had been done

before, more efficiently, more quickly with less labor, with a better result. "

Berdasarkan pendapat Mc. Clelland tersebut, Moekijat (1984; 54) menyatakan

bahwa sifatorang dengan motifberprestasi adalah:

(1) bahwa

mereka

berasaha agar

kemampuan

mereka dapat

(27)

prestasi perorangan, (3) menginginkan umpan balik yang berhubungan

dengan prestasi dan tugas mereka, (4) berasaha memikirkan cara yang lebih

baik untuk mengerjakan sesuatu.

Sedangkan Zainudin Arif (1982;14) berdasarkan hasil penelitiannya

menyatakan orang yang mempunyai motif berprestasi memiliki ciri-ciri

sebagai berikut; (1) berasaha menyelesaikan tugasnya dengan baik, (2) tidak

cepat menyerah terhadap hambatan dan rintangan, (3) berfikir dan

berpandangan kemasa depan, (4) berasaha untuk selalu menampilkan hasil

pekerjaan terbaiknya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut instrumen penelitian untuk

mengungkap motifberprestasi dikembangkan.

3. Proses Pembelajaran

Menurat Syamsu Mappa (1994; 11), jika istilah pembelajaran digunakan

untuk menyatakan sebagai suatu proses, maka sebagai usaha untuk memenuhi

kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Knowles (1973) dalam Syamsu Mappa

(1994; 12), menyebutkan

" Pembelajaran

merapakan suatu proses di

dalam mana perilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan." Proses

pembelajaran dalam latihan kerja adalah proses terjadinya interaksi edukatif

antara peserta dengan peserta dan peserta dengan pelatih dalam kegiatan

pelatihan

Indikator proses pembelajaran meliputi unsur internal yaitu ; persepsi /

respon, cara-cara belajar, stimulus / rangsangan. Sedangkan unsur eksternal

(28)

4. Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja

a. Prestasi Belajar.

A. Trisnawijaya (1998; 58) menjelaskan " Prestasi belajar atau

hasil belajar menunjukkan pengukuran suatu perilaku seseorang pada

suatu saat, hasil ini mencerminkan apa yang telah dipelajari sebelumnya.

Selanjudnya Nana Saodih.S (1983; 125) mengungkapkan bahwa hasil

belajar masih bersifat umum, tetapi bila hasil belajar tersebut dikaitkan

dengan patokan tertentu maka hasil belajar itu dapat dikatakan sebagai

suatu prestasi yang dicapai dalam belajar.

b. Latihan Kerja

Latihan kerja menurat John H. Procton dan William M. Thornton

(1993; 12)

adalah

perabahan

sadar

dalam

menyajikan

berlangsungnya proses belajar. Perbuatan tadi merapakan

langkah-langkah yang

berangkai; langkah berfikir, langkah-langkah pengaturan

dan langkah-langkah bertindak. c. Peserta Latihan Kerja.

Peserta latihan kerja adalah subyek yang terlibat dalam proses

latihan kerja yang mendapat transfer pengetahuan (transfer ofknowledge),

transfer keterampilan (transfer of skill), dan transfer sikap atau

nilai-nilai (transfer ofvalues).

Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar pada peserta latihan kerja

(29)

Khusus Pertanian Lembang, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran

pada kegiatan pelatihan yang ditunjukkan dengan nilai yang dicapai setelah

program pelatihan berakhir. Pada pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus

Pertanian Lembang prestasi peserta pelatihan diukur berdasarkan jenjang

angka dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya. Sebagai indikator dari

prestasi belajar peserta pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian

Lembang dipergunakan skor yang berarutan dari 10-100. Prestasi belajar ini

diperoleh melalui evaluasi yang dilaksanakan selama pelatihan berlangsung,

dengan mengevaluasi kemampuan teori dan kemampuan praktek peserta

pelatihan.

5. Determinatif

Determinatif berasal dari kata " determinant" (Inggris) yang mempunyai

arti faktor atau hal yang menentukan (John N. dan Hasan, 1984; 173).

Menurat Kamus Riset oleh Kamaradin (1984; 70) diartikan sebagai suatu

faktor atau variabel-variabel yang menentukan sifat entitas (sesuatu yang ada)

atau peristiwa. Jadi yang dimaksud dengan determinatif dalam penelitian ini

adalah faktor yang menentukan. Adapun faktor yang menentukan dalam

penelitian ini adalah : kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses

pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja pada Balai Latihan

Kerja Khusus Pertanian Lembang. Besarnya indeks penentu (bobot

sumbangan) dikonversikan dengan koefisien determinasi (koefisien penentu =

(30)
(31)

PROSEDUR PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap kontribusi serta hubungan antara variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran terhadap

prestasi belajar peserta latihan kerja. Penelitian korelasional ialah menuturkan dan

menafsirkan data yang ada, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi

tentang arti data. Menurat Sumanto (1990; 97) ; penelitian korelasi berkaitan

dengan pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya (tingkat hubungan

dinyatakan sebagai suatu koefisien korelasi).

Penelitian korelasi memungkinkan pembuatan prakiraan bagaimanakah hubungan antara dua variabel, jika dua variabel mempunyai hubungan yang erat,

koefisien korelasi akan diperoleh hampir 1,00. Jika dua variabel hampir tidak

mempunyai hubungan, akan diperoleh koefisien 0,00. Makin erat hubungan antara

dua variabel, prakiraanyang dibuat berdasarkan hubungan tersebut semakin tepat. Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400

77

sangat tinggi. tinggi.

cukup.

(32)

- Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah. (Suharsimi Arikunto, 1997; 71)

B. POPULASI D A N S A M P E L PENELITIAN.

1. Populasi Penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta latihan kerja yang

mengikuti pelatihan secara institusional di Balai Latihan Kerja Khusus

Pertanian Lembang tahun anggaran 1999/2000, denganjumlah peserta latihan seluruhnya 208 orang yang terbagi dalam 13 kelompok belajar. Adapun

peserta latihan kerja itu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) terdaftar sebagai peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang, 2) berusia 18 tahun ke atas, 3) mengikuti program latihan kerja

sampai selesai (memperoleh sertifikat).

2. Sampel Penelitian.

Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel yang akan digunakan dipilih teknik Proportional Random Sampling. Pemilihan sampel proporsi adalah proses pemilihan sampel ditentukan seimbang atau sebanding sehingga

semua sub kelompok pada populasi diwakili pada sampel dengan perbandingan sesuai dengan jumlah yang ada dalam populasi.

Untuk memperoleh sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan ramus penentuan sampel minimal dari Sudjana (1992; 213) yaitu:

a z Vi y

r „_„_ ~\2

n >

(33)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan ramus di atas diperoleh besarnya sampel minimal tercantum dalam tabel berikut ini:

TABEL:2

BESARNYA SAMPEL MINIMAL MASING-MASING

VARIABEL PENELITIAN

No. Variabel Penelitian Besarnya Sampel Minimal

1. Kebutuhan Belajar 12

2. Motif Berprestasi 18

3. Proses Pembelajaran 15

4. Prestasi Belajar 9

Namun dalam penelitian ini penulis mengambil sampel untuk masing-masing variabel sebesar 70 orang dengan cara Proportional Random Sampling. Gambaran mengenai pengambilan jumlah sampel dapat dilihat dalam tabel

berikut:

TABEL:3

JUMLAH SAMPEL PENELITIAN

No. Kelompok Sampel Penelitian

Jumlah

Responden Kelompok Sampel

1. Kejuruan Pertanian 32 2 10

2. Kejuraan Mixed Farming 64 4 22

3. Kejuruan Mekanisasi Pertanian 48 3 16

4. Kejuruan Processing 64 4 22

(34)

C. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA.

Sesuai dengan ramusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka diperlukan instrumen pengumpul data untuk mengungkap data tentang

variabel-variabel sebagai berikut : a) kebutuhan belajar, b) motif berprestasi, c) proses pembelajaran dan d) prestasi belajar. Agar diperoleh data dari variabel penelitian; kebutuhanbelajar (xt), motif berprestasi (x2), dan proses pembelajaran (x3) maka disusun instrumen pengumpul data berapa kuesioner, sedangkan untuk memperoleh data prestasi belajar (y) diperoleh dari dokumen prestasi belajar pada bidang penyelenggaraan program pelatihan Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang.

1. Kuesioner (Skala Likert).

Digunakan kuesioner karena pertanyaan pada kuesioner dimaksud untuk merekam dan menggali informasi atau keterangan yang relevan.

Pertimbangan yang dijadikan dasar dalam penggunaan kuesioner, sebagai

mana diungkapkan oleh Zainudin Arif (1982; 70) bahwa :

(a) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

(b) Dengan alat pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang obyektif.

(c) Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga. Disamping itu digunakannya kuesioner dalam penelitian ini dilandasi oleh kenyataan seperti yang diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah (1984; 317)

(35)

Kuesioner dapat dipergunakan oleh setiap peneliti untuk memperoleh data secara langsung dari responden, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya. Data atau informasi yang diperoleh bisa berapa apa yang diketahui oleh responden, apa yang disukai atau tidak disukainya, apa

yang dirasakan atau difikirkannya, apa yang diingini atau dibutuhkan. Berdasarkan landasan tersebut maka dalam penelitian ini untuk

mengungkap kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran digunakan model Skala Likert untuk meminta seseorang agar memberikan respon terhadap beberapa statemen dengan menunjukkan apakah dia sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap

statemen. Tiap-tiap respon diasosiasikan dengan suatu nilai, dan nilai individual ditentukan dengan menjumlah nilai masing-masing statemen. Untuk

nilai yang positifdimulai dari sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu = 3, tidak

setuju = 2, sangattidak setuju = 1. Sedangkan untuk statemen yang negatif nilai

itu akan terbalik yaitu sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4, sangat tidak setuju = 5. (Sumanto, 1990; 66).

Dalam pembuatan alat ukur untuk masing-masing variabel agar alat pengumpul data yang dipergunakan valid dan reliabel, maka peneliti

mengembangkannya berdasarkan batasan dari variabel penehtian, selanjutnya ditentukan ciri umum dan indikator dari setiap variabel tersebut.

(36)

T A B E L : 4

P E N J A B A R A N V A R I A B E L K E B U T U H A N B E L A J A R

Ciri Umum Indikator Nomor Item

Instrumen

1. Peningkatan kemampuan

1.1. Kehadiran 1,2,3

1.2. Kesiapan belajar 4,5,6,7,8,9,10

1.3. Materi pelatihan 11,12,13,14,15

1.4. Pandangan terhadap Pelatihan. 16, 17, 18,

2. Peningkatan

aktualisasi diri

2.1. Tanggapan terhadap peningkatan kemam

puan selama proses pembelajaran. 19,20,21 2.2. Orientasi masa depan 22, 23, 24

2.3. Prestasi 25,26, 27, 28, 29

T A B E L : 5

P E N J A B A R A N V A R I A B E L M O T I F B E R P R E S T A S I

Ciri Umum Indikator Nomor Item

Instrumen

1. Berasaha agar kemampuan mempengaruhi hasil

1.1. Semangat berprestasi 1,2,3

1.2. Hambatan dalam

pencapaian prestasi 4, 5, 6, 7, 8 2. Berhubungan dengan

prestasi perorangan. 2.1. Tema berprestasi 9,10,11,12,13 3. Adanya umpan balik

terhadap terhadap prestasi dan tugas.

3.1. Rasa tanggung jawab. 14, 15, 16, 17

3.2. Suasana perasaan 18,19,20,21,22

4. Memikirkan cara yang

lebih baik untuk

mengerjakan sesuatu.

4.1. Sifat kompetitif 23, 24, 25

4.2. Kegiatan berprestasi 26, 27, 28, 29, 30

TABEL:6

PENJABARAN VARIABEL PROSES PEMBPELAJARAN

Ciri Umum . Indikator Nomor Item

Instrumen

1. Unsur Internal

1.1. Persepsi / respon 1,2

1.1. Cara-cara belajar 3,4,5,6

1.3. Stimulus / rangsangan 7,8,9,10,11,12

2. Unsur Eksternal

2.1. Tujuan pembelajaran 13, 14, 15,16, 17

(37)

2. Studi Dokumentasi.

Studi dokumentasi digunakan untuk mengungkap data prestasi belajar

peserta latihan kerja, yang diperoleh dari hasil penilaian terhadap prestasi peserta

latihan kerja selama mengikuti latihan kerja. Data skor prestasi belajar peserta

latihan diperoleh dari dokumen prestasi belajar peserta latihan kerja yang

diinfentarisasikan oleh Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Balai Latihan Kerja

Khusus Pertanian Lembang.

Nilai prestasi belajar peserta latihan kerja diperoleh dari nilai praktek dan nilai teori dengan skor beraratan dari 10-100.

a) Nilai teori, diperolehdari hasil tes tertulis yang telah distandarisasikan. b) Nilai praktek, diperoleh dengan menggunakan ramus:

Np = Mp x Nw, dimana Mp = nilai mutu pekerjaan dan Nw = nilai waktu kerja.

Nw = Ws / Wk x 100 %, dimana Ws = waktu standard dan Wk = waktu kerja. c) Nilai prestasi belajar diperoleh dengan menggunakan ramus :

., , . Np + Nt

Nilai prestasi belajar =

2

dimana Np = nilai praktek dan Nt = nilai teori , dengan ketentuan batas lulus

purposif yaitu : 60 % x Skor maksimal (100), maka 60 % x 100 = 60. Jadi peserta latihan dinyatakan lulus jika dapat menguasai materi latihan 60 % ke atas. (Departemen Tenaga Kerja, Pusat Latihan Kerja, 1992; 4)

(38)

kerja, berdasarkan tes dari Departemen Tenaga Kerja RI dan merupakan tes

terstandard atau sudah dibakukan. Nilai prestasi belajar peserta latihan kerja

dalam penelitian ini merapakan hasil dari tes yang sudah dibakukan tersebut.

D. UJI COBA INSTRUMEN PENGUMPUL DATA.

Uji coba instrumen pengumpul data dilakukan penulis sebelum melaksanakan penelitian yang sesungguhnya. Kegiatan uji coba instrumen penelitian dilakukan pada peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja Khusus

Pertanian Lembang yang tidak termasuk sampel penelitian.

Uji coba dilakukan pada 30 responden. Ada tiga instrumen yang perlu diuji

cobakan yaitu ; 1) instrumen variabel kebutuhan belajar, 2) instrumen variabel motif berprestasi, dan 3) instrumen variabel proses pembelajaran. Tujuan uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui kesahihan (validitas item) dan keterandalan instrumen (reliabilitas instrumen). Berdasarkan hasil uji coba

diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Uji Validitas.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. (Suharsimi Arikunto, 1997; 160)

Uji validitas item dalam penelitian dimaksudkan agar item-item tes sesuai dengan indikator setiap variabel. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara setiap skor butir instrumen dengan skor total.

(39)

product moment yang dikemukakan oleh Pearson adalah prosedur yang umum

digunakan untuk melaporkan validitas item. Sesuai dengan pendapat diatas

dalam penentuan validitas item penulis menggunakan ramus korelasi product

moment ( r ) dengan taraf signifikansi 5 %. Artinya butir pernyataan

dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi dari r hitung - dengan koefisien

korelasi ^tel- Untuk butir soal yang tidak signifikan akan dilakukan perbaikan

dan ditambahkan soal bandingan yang sesuai dengan indikator item tes yang

tidak valid tersebut.

Rumus yang digunakan adalah :

NIxy-GXKXy)

r xy =

|/{NIx2-G>)2}{NZy2-(Xy)2}

(Suharsimi Arikunto, 1997; 69) dalam mana ; r xy = koefisien korelasi antara

variabel x dan variabel y, dua variabel yang dikorelasikan.

(40)

TABEL:7

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL

KEBUTUHAN BELAJAR

Nomor

Item

Koefisien Korelasi , (rxy)

Taraf Signifikansi

5% (0,361) Keterangan

1. 0,5057 Signifikan .

2. 0,7207 Signifikan

-3. 0,4417 Signifikan

-4. 0,2796 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

5. 0,5611 Signifikan

-6. 0,2333 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

7. 0,4374 Signifikan

-8. 0,4228 Signifikan

-9. 0,0773 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

10. 0,3877 Signifikan

-11. 0,4374 Signifikan

-12. 0,3962 Signifikan

-13. 0,4800 Signifikan

-14. 0,3792 Signifikan

-15. 0,4426 Signifikan

-16. 0,6708 Signifikan

-17. 0,3675 Signifikan

-18. 0,4847 Signifikan

-19. -0,1019 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

20. 0,4847 Signifikan

(41)

-TABEL:8

HASH, UJI VALIDITAS VARIABEL MOTIF BERPRESTASI

Nomor Item

Koefisien Korelasi (rxy)

Taraf Signifikansi

5 % (0,361) Keterangan

1. 0,5701 Signifikan _

2. 0,5336 Signifikan

-3. 0,4015 Signifikan

-4. -0,0197 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

5. 0,4548 Signifikan

-6. 0,4540 Signifikan

-7. 0,7670 Signifikan

-8. 0,2366 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

9. 0,4195 Signifikan

-10. 0,3832 Signifikan

-11. 0,2419 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

12. 0,4755 Signifikan

-13. 0,4132 Signifikan

-14. 0,2850 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

15. 0,4675 Signifikan

-16. 0,4965 Signifikan

-17. 0,3769 Signifikan

-18. 0,4067 Signifikan

-19. 0,2013 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

20. 0,3742 Signifikan

(42)

-TABEL:9

HASH. UJI VALIDITAS VARIABEL PROSES PEMBELAJARAN

Nomor Item

Koefisien Korelasi (r*y)

Taraf Signifikansi

5% (0,361) Keterangan

1. 0,4418 Signifikan _

2. 0,5515 Signifikan

-3. -0,0954 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

4. 0,6993 Signifikan

-5. 0,4410 Signifikan

-6. 0,0642 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

7. 0,3789 Signifikan

-8. 0,4224 Signifikan

-9. 0,0076 Tidak Signifikan Soal diperbaiki

10. 0,4596 Signifikan

-11. 0,3993 Signifikan

-12. 0,6302 Signifikan

-13. 0,5934 Signifikan

-14. 0,3978 Signifikan

-15. 0,6654 Signifikan

-16. 0,7306 Signifikan

-17. 0,3962 Signifikan

-18. 0,5043 Signifikan

-19. 0,4304 Signifikan

-20. 0,6593 Signifikan

(43)

Hasil uji coba validitas item secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL: 10

PROPORSI PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM

No. Variabel yang diuji Diuji

Valid

Diperbaiki Taraf Signifikan

99%

Taraf Signifikan

95%

1. Kebutuhan Belajar 21 8 9 4

2. Motif Berprestasi 21 6 10 5

3. Proses Pembelajaran 21 8 9 4

Setelah diketahui item-item yang tidak signifikan / tidak valid, item tersebut

selanjutnya diperbaiki, dan diberikan soal bandingan bagi item yang tidak

valid tersebut.

2. Uji Reliabilitas.

Untuk menguji keterandalan (reliabilitas) instrumen digunakan ramus

Alpha (rn). (Suharsimi Arikunto, 1998; 193)

r i i = f k 1

rEab21

<>t2

(k-1)

V. J

Dalam mana:

K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal. r n = Reliabilitas yang dicari.

£0^2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item.

(44)

Selanjutnya untuk uji keberartian r realiabilitas instrumen dengan

Distribusi Student -1 (uji -1) Rumus :

t = r /n - 2

1 - r2 (Furqon, 1997; 207)

Rumus koefisien alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instramen

yang skomya bukan 1 dan 0, sedangkan instramen dalam penelitian ini

skomya berkisar antara 1 sampai 5. Keterandalan yang dipakai termasuk

dalam klasifikasi keterandalan konsistensi internal (internal consistency

reliability).

Kriteria penafsiran mengenai besarnya koefisien alpha (r \ x) adalah :

- Antara 0,800 sampai dengan 1,000

- Antara 0,600 sampai dengan 0,800 - Antara 0,400 sampai dengan 0,600 - Antara 0,200 sampai dengan 0,400 - Antara 0,00 sampai dengan 0,200

(Suharsimi Arikunto, 1997; 71)

sangat tinggi tinggi cukup rendah

sangat rendah

Hasil uji coba keterandalan instramen dapat dilihat tabel berikut ini:

TABEL:11

RINGKASAN HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN

No, Instrumen yang

diuji

Koefisien

Alpha (r Jj)

Tingkat Keterandalan

Tinggi

th Signifikanpada

1 Kebutuhan

Belajar 0,7686 6,3574 0,95

2 Motif

Berprestasi 0,7298 Tinggi 5,6083 0,95

3 Proses

(45)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketiga instramen tersebut memiliki tingkat

keterandalan yang tinggi, maka instrumen tersebut memenuhi syarat dan dapat

dipergunakan dalam penelitian ini.

E. TEKNIK P E N G O L A H A N D A N ANALISIS DATA.

Kegiatan pengolahan dan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Melakukan penskoran (skoring) dari masing-masing variabel bebas yaitu

kebutuhan belajar (xj), motif berprestasi (x2) dan proses pembelajaran (x3).

2. Menghitung rata-rata data nilai prestasi belajar peserta latihan kerja dari hasil

dokumentasi ,yaitu nilai praktek dan nilai teori selama mengikuti latihan kerja

di Balai LatihanKerja Khusus Pertanian Lembang.

3. Melakukan pengelompokan data menjadi empat bagian yakni data kebutuhan

belajar (xt), data motifberprestasi (x2), data proses pembelajaran (x3) dan data

prestasi belajar (y). pengelompokan data dilakukan penulis agar dapat

mempermudah identifikasi dan perhitungan data selanjutnya, 4. Uji normalitas distribusi frekuensi skor setiap variabel penelitian.

Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa skor variabel penelitian berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dengan

menggunakan rumus Chi-kuadrat (x2).

Rumus :

x2 = s (fQ-fh)

(46)

Kriteria pengujian yang digunakan jika harga x2 yang diperoleh lebih

kecil dari harga kritik x2 yang ada pada tabel, maka data yang diperoleh

berdistribusikan normal, dengan taraf signifikansi 99 %. Dan sebaliknya jika

harga x2 lebih besar dari harga x2 tabel, data yang diperoleh tersebar dalam

distribusi tidak normal.

Uji Normalitas dilakukan dengan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Menentukan Mean (rata-rata) dengan ramus Mean :

n (Sudjana, 1992; 47)

b. Menentukan banyak kelas (bk) dengan rumus Sturges :

bk = 1+ (3.3) Log n (Sudjana, 1992; 47)

c. Mencari rentang varibel Xb X2, X3 dan variabel Y dengan rumus : R = Skor tertinggi - Skor terendah (Sudjana, 1992; 47)

d. Menentukan panjangkelas (p) dengan rumus :

R

bk (Sudjana, 1992; 47)

e. Menentukan titik tengah kelas interval (x) sejajar dengan kelas interval yang bersangkutan.

f. Menuliskan frekuensi (f) bagi tiap-tiap kelas interval.

g. Menentukan fx hasil kali frekuensi dengan titik tengah untuk menghitung

(47)

h. Menentukan varians (S2) dengan ramus : IfUi-x)2

S2 =

n - 1 (Sudjana, 1992; 95)

i. Menentukan simpangan baku (S) dengan rumus :

S = V^ (Sudjana, 1992; 96)

j. Menghitung angka standar atau z-score batas nyata kelas interval dengan

ramus : xi - x

z

S (Sudjana, 1992; 99)

k. Menentukan batas daerah yang menggunakan tabel " Luar daerah lengkung normal standar dari 0 ke z.

1. Menentukan selisih dari batas daerah untuk mengetahui luas daerah. m. Menentukan frekuensi yang diharapkan (fh).

n. Menggunakan rumus Chi-kuadrat untuk memperoleh harga x2.

o. Berdasar harga x2 dalam tabel dengan d.b = k - 3 (Subino, 1982; 13)dalam interval kepercayaan 99 % ditentukan data dalam sebaran normal atau tidak normal atau dengan kriteria bahwa data tersebut berdistribusi normal

apabila

x2 hitung < x2 tabel dengan p <0,01 atau p < 0,05.

5. Pengolahan data dan penguj ian hipotesis.

Setelah dilakukan uji normalitas data, maka langkah selanjutnya yaitu pengolahan data untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan menggunakan rumus statistik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua

(48)

a. Statistik Diskriptif.

Statistik Diskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk dalam

statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, mean, standar deviasi dan variansi.

b. Statistik Inferensial.

Statistik Inferensial disebut juga statistik induktif atau statistik

probabilitas, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Penggunaan

metode ini untuk melakukan penafsiran terhadap normalitas, linieritas serta pengujian terhadap hipotesis pada tingkat signifikansi tertentu.

Rumus statistik yang digunakan dalam pengolahan data untuk membuktikan hipotesis penelitian, adalah sebagai berikut:

1) Menghitung Koefisien Regresi Linier Sederhana dan Koefisien Korelasi Sederhana:

a) Menghitung koefisien regresi linier sederhana, dengan rumus : n (lxy)-(Zx)(Iy)

n(lx2)-(lx)2

(49)

b) PengujianKeberartian Persamaan Regresi melalui Analisis Varians Regresi. (Harun Al-Rasyid, Hand Out UNPAD)

SSTo( =Xy2-ny2

SSReg =b (ixy). (DO(Iy)

SSRes *S Tot —SSReg

MS Reg ~ SS Reg / k

MSRes =SSRcs/n-k-l

F = MSRes/MSRes

TABEL : 12

ANAVA REGRESI Y ATAS X

Sources DF Sum of Square

(SS)

Mean of Square

(MS)

Regresi K SSReg MS Reg = SS Reg

K F = MSReR

ssRes

Residual n-k-1 SS Res = SS Tot - SS Reg

msRrs= SSRp, n-k-1 Tuna Cocok DFTC= k-2

SS TC = SS Res - SS Error

JVlonrp ~ gj nrp

DFTC F = MS Tc SS Error

Error DFError

= n-k ssError

MSError = SS Error DFError

c) Determinasi (r 2), dengan rumus :

r - SS Reg - SS Tot

(50)

Besarnya determinasi yang disesuaikan dengan banyaknya variabel

prediktordapat dihitungdengan :

r 2(Adj) =1-( 1- r2 ) (n-1)

(n-k-1) d) Korelasi dapat dicari dengan ramus :

r2

Signifikansi korelasi diuji dengan rumus :

\l "-2

t = 1

y 1 - r2

(Sudjana, 1996; 62)

Untuktaraf signifikansi, maka hipotesa diterima jika :

*hitung - t tabel dimana distribusi t yang digunakan mempunyai

d.k = n-2.

e) Standar Error untuk regresi diatas dapat dihitung dengan rumus : ^Err- ./ MSRes

2) Menghitung Koefisien Regresi Multipel dan Koefisien Korelasi Multipel (Ronald E. Walpole, 1982; 370)

a) Menghitung koefisien regresi multipel, dengan rumus :

y = a+ bjxt+ b2x2+b3x3,

dimana b,, b2 dan b3 dihitung dengan :

2>iy = b12x12+ b2IxlX2 + b3Lxxx3 Ix2y = b1Zx1x2+ b2£x22 + b3£x2x3

(51)

b) Pengujian Keberartian Persamaan Regresi melalui Analisis Varians

Regresi (Haran Al-Rasyid, Hand Out UNPAD) SS Tot = Xy2^ ny 2

CXMly)

SSReg=bJ(IXiy)-

+ bJdXjy)-(Zx2)(ly)

b3J(Zx3y) (lx3)(ly)

SS a„ — SS T.t — SSRes Tot Reg

MSReg = SSReg/k

MSRes=SSRes/n-k-l

F = MSRes/MSRes

TABEL: 13

ANAVA REGRESI LINIER GANDA

+

Sources DF Sum of Square

(SS)

Mean of Square

(MS) F

Regresi K ss Reg MSReg= SSRes

K F = MSRe,

ss Res

Residual n-k-1 ssRes =

SS Tot ~~ ss Reg

MS Res = SS Res

n-k-1

Total N SS Tot jj

Xy2 - ny2

c) Determinasi ( R2), dengan rumus : (Haran Al-Rasyid, Hand Out UNPAD)

(52)

Besamya determinasi disesuaikan dengan banyaknya variabel

prediktor, dapat dihitung dengan :

(n-1)

R2(Adj) = l-(l-R2) (n_k_t)

d) Korelasi (R) dengan rumus :

F =

«•/

R2

Signifikansi korelasi diuji dengan ramus : (Sudjana, 1996; 108) R2 / k

(l-R2)/n-k-l

e) StandarError untuk Regresi dihitung dengan :

(53)
(54)

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai; a) kesimpulan dari penelitian,

b) implikasi hasil penelitian, dan c) saran-saran. A. KESIMPULAN.

Berdasarkan tujuan, hipotesis penelitian dan pembahasan hasil penelitian,

dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Hubungan Fungsional antara Prestasi Belajar dengan Kebutuhan Belajar

Peserta Latihan Kerja.

Mengetahui kebutuhan belajar peserta latihan kerja dalam

penyelenggaraan program pelatihan merupakan hal yang penting. Dengan

mengetahui kebutuhan belajar peserta latihan dengan tepat maka dapat

mendorong peserta latihan untuk mengikuti program pelatihan yang

selanjutnya berpengarah terhadap prestasi belajar yang dicapai, dikarenakan

pelatihan tersebut dapat memenuhi kebutuhan belajamya. Keikutsertaan

peserta pelatihan dalam kegiatan pelatihan, bertujuan untuk mendapatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam bidang pertanian, serta untuk

mendapatkan kesempatan kerja.

Apabila Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang ingin

mempertinggi tingkat keikutsertaan peserta pelatihan dalam kegiatan

pelatihan, maka terlebih dulu haras mengetahui kebutuhan belajar peserta

(55)

pelatihan secara tepat. Karena semakin tinggi tingkat kebutuhan belajar

semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai. Hal ini dikarenakan antara

kebutuhan belajar dengan prestasi peserta latihan kerja terdapat hubungan

fungsional linier, positif searah, tercermin dalam persamaan regresi sebagai

berikut: Y = 36,24309 + 0,28574 x} . Bila persamaan regresi itu ditafsirkan,

maka setiap peningkatan prestasi belajar sebesar 28 %, maka secara

bersamaan kebutuhan belajar meni

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat menganalisa pengolahan data seismik yang paling tepat diterapkan untuk perbandingan dengan batimetri di Laut Seram, Papua Barat.. Untuk menganalisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh konflik peran ganda dan kecerdasan emosional terhadap stres kerja karyawan wanita pada

Produktivitas kerja karyawan yang optimal dapat dicapai jika karyawan dapat mengerahkan seluruh tenaga, kemampuan dan keterampilannya, sehingga tugas dan tanggung jawab yang

pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah..

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja.

Class diagram untuk aplikasi ESME eBanking terbagi menjadi dua yang pertama berkaitan dengan object database dalam hal ini semua atribut actor yang berkaitan langsung dengan sistem

[r]