PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINATIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR
PESERTA LATIHAN KERJA
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Pada Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan
OLEH
NUNUNG NURAZIZAH
N M : 9 8 9 5 2 9
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA Pembinibing I
c
Ic
7
D r . H . Z a i n u d i n A r i f
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul " Kebutuhan Belajar, Motif Berprestasi dan Proses Pembelajaran Sebagai Faktor Determinatif Terhadap Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja " ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
111
Bandung, M e i 2000 Yang membuat pernyataan,
Latar belakang dalam penelitian ini disebabkan semakin pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menuntut tenaga kerja potensial yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tuntutan lapangan kerja
yang ada. Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang sebagai penyelenggara
pelatihan kejuruan pertanian mempunyai fungsi dan tugas untuk menyelenggarakan
pelatihan khususnya bidang pertanian. Penyelenggaraan program pelatihan tidak
terlepas dari faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi pencapaian
prestasi belajar peserta latihan kerja. Faktor internal dalam penelitian dibatasi pada
faktor kebutuhan belajar dan motif berprestasi, sedangkan faktor eksternal dibatasi pada proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
tentang hubungan variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja, dengan mengungkapkan :
(1) gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar dengan prestasi belajar
peserta latihan kerja, (2) gambaran tentang hubungan motif berprestasi dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, (3) gambaran tentang hubungan antara proses
pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, dan (4) gambaran tentang
hubungan antara variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja
Khusus PertanianLembang.
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini secara teoritis dapat dikaji
tentang teori kebutuhan belajar dari D. Sudjana (1996) yaitu, jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki dengan yang ingin diperoleh seseorang atau kelompok. Teori motif berprestasi dari Mc. Clelland (1953) yaitu, " Doing something well ordoing something better than it had been done before, more
efficiently, more quickly with less labor, with a better result." Teori motif berprestasi
tersebut dipertegas oleh Zainudin Arif (1982), Ambo Enre Abdullah (1974). Teori tentang proses pembelajaran dari Smith, R.M (1982) , Travers (1972), Feldman (1987), Knowles (1973) yang menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku diubah , dibentuk dan dikendalikan. Teori tentang
prestasi belajar dari Nana Saodih (1983), Moh. Surya (1979), Suharsimi Arikunto
(1984) yang menjelaskan bila hasil belajar dikaitkan dengan patokan tertentu dapat dikatakan sebagai suatu prestasi yang dicapai dalam belajar. Selanjutnya teori tentang pelatihan dari G. Douglas Mayo (1987), John H. Procton (1993), Tom W. Good (1982) yang menyatakan bahwa pelatihan menyangkut proses belajar yang bertujuan mengembangkan skill tertentu, dilaksanakan dalam waktu singkat dan tempat tertentu. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda korelasional. Populasi adalah seluruh peserta pelatihan yang mengikuti program pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang, yang berusia 18 tahun ke atas dan mengikuti proses pelatihan sampai selesai. Sampel diambil secara Proportional Random Sampling. Jumlah sampel sebanyak 70 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Alat pengumpul data
diuji validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan alat pengumpul data untuk variabel dependen adalah dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah; (1) Terdapat hubungan positif yang signifikan
antara kebutuhan belajar dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari
persamaan regresi Y = 36,24309 + 0,28574xl dengan koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,5315 dan koefisien determinasi 27%. (2) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar peserta latihan kerja,
tergambar dari persamaan regresi Y = 39,9025 + 0,2755^ dengan koefisien korelasi
diperoleh nilai r xy = 0,5212 dan koefisien determinasi 27%. (3) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari persamaan regresi Y = 39,3202 + 0,2755x3 dengan koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,4883 dan koefisien determinasi 23%. (4) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar, motifberprestasi
dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari
persamaan regresi Y =20,6603 + 0,1615xl + 0,1606 ^ + 0,1107 x3 , dengan
koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,6449 dan koefisien determinasi 41,6%. Implikasi penelitian secara teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut :
(1) Implikasi teoritis, berkaitan dengan konsep kebutuhan yang berhubungan dengan
motivasi seseorang, maupun proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
partisipatif dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa dan prestasi
belajar sebagai hasil belajar peserta pelatihan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal maupun eksternal. (2) Implikasi praktis, yaitu apabila penyelenggara
pelatihan ingin meningkatkan tingkat keikutsertaan peserta latihan kerja dalam
kegiatan pelatihan maka perlu diperhatikan kesesuaian program pelatihan dengan kebutuhan belajar peserta pelatihan, disamping proses pembelajaran yang
meperhatikan faktor-faktor motif berprestasi, minat, metode pembelajaran, interaksi
pelatih dengan peserta pelatihan yang mengarah pada prinsip-prinsip belajar orang
dewasa. Karena terbukti bahwa variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran memberikan sumbangan efektif terhadap peningkatan prestasi belajar peserta latihan kerja. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi (1)
Halaman
JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING P E R N Y A T A A N
lii ABSTRAK
iv KATA PENGANTAR
VI
UCAPAN TERIMA KASIH
vin DAFTAR ISI XI DAFTAR TABEL Xlll DAFTAR GAMBAR xiv
BABI
PENDAHULUAN
j
A. Latar Belakang Masalah
I
B. Perumusan Masalah
13
C. TujuanPenelitian
]5
D. Kegunaan Penelitian
i5
E. Hipotesis Penelitian
16
F. Defmisi Operasional
16
BABH
LANDASAN TEORITIS
21
A. Kebutuhan Belajar Dalam Kontek Kebutuhan Hidup Manusia...
21
1. Kebutuhan Hidup
21
2. Kebutuhan Pendidikan 25
3. Kebutuhan Belajar 26
4. Hubungan Antara Kebutuhan dengan Motivasi Belajar
32
B. Motif Berprestasi
35
C. Proses Pembelajaran
30
D. Teori-teori Belajar dalam PLS
47
1. Konsep Aliran Behaviorisme
47
3. Teori Andragogi 52
4. Aliran Reformasi Sosial 55
E. Prestasi Belajar 5g
F. Latihan Kerja 61
1. Pengertian Latihan Kerja 61
2. Sistem Pelatihan 53
3. Latihan Kerja di BLKKP Lembang 69
G. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu 73
BABHI PROSEDUR PENELITIAN 77
A. Metode Penelitian 77
B. Populasi dan Sampel Penelitian 78
C. Instrumen Pengumpul Data 80
D. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data 84
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 91
BABIV HASBL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 99
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data 99
1. PerhitunganRata-rata, Standart Deviasi dan Variansi 99
2. Hasil Uji Normalitas Distribusi 100
3. Analisis Hubungan Antar Variabel 102
B. Pembahasan Hasil-hasil Penelitian 117
C. Temuan Penelitian 128
BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN 134
A. Kesimpulan 134
B. Keterbatasan Penelitian 141
C. Implikasi Hasil Penelitian 144
D. Saran-saran 156
DAFTAR PUSTAKA 159
LAMPIRAN-LAMPIRAN 163
Nomor
Halaman
1. Tingkatan Kemampuan Kegiatan Belajar Keterampilan, Pengetahuan
dan Sikap ™
2. Besarnya Sampel Minimal Masing-masing Variabel Penelitian
79
3. Jumlah Sampel Penelitian
79
4. Penjabaran Variabel Kebutuhan Belajar
82
5. Penjabaran Variabel MotifBerprestasi
82
6. Penjabaran Variabel Proses Pembelajaran
82
7. Hasil Uji Validitas Item Variabel Kebutuhan Belajar
86
8. Hasil Uji Validitas Item Variabel MotifBerprestasi 87
9. Hasil Uji Validitas Item Variabel Proses Pembelajaran
88
0. Proporsi Perhitungan Validitas Item 89
1. Ringkasan Hasil uji Coba Reliabilitas Instrumen 90
2. AnavaRegresi YAtasX 95
3. Anava untuk Regresi Linier Ganda 97
4. Skor Terendah dan Tertinggi Tiap Variabel Pada Sampel Penelitian
99
5. Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Variansi Tiap Variabel Pada Sampel
Penelitian 100
6. Nilai Kwadrat-Chi Hitung Tiap Variabel Pada Sampel Penelitian
101
7. Anava Regresi YAtas Xi
]Q3
8. Anava Regresi Y Atas X2 106
9. Anava Regresi Y Atas X3 109
20. AnavaRegresi Y Atas Xi,X2 danX3 114
21. Koefisien Korelasi Sederhana dan Multipel Antara Variabel X1, X2 dan
X 3 dengan Y
Nomor Halaman
1. Proses Pelatihan Keterampilan di BLKKP Lembang
6
2. Hubungan Antar Variabel Penelitian
14
3. Hirarkhi Kebutuhan Maslow
24
4. Flow Chart Model Induktif
28
5. Flow Chart Model Deduktif
30
6. Flow Chart Model Klasik
3]
7. Tendensi Untuk Mendekati dan Menghindari Suatu Tugas
36
8. Roles ofthe Flexible Trainer
43
9 Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen Pendidikan Luar
Sekolah ^
P E N D A H U L U A N
A. L A T A R B E L A K A N G M A S A L A H
Sebagai negara berkembang Indonesia dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berlangsung semakin cepat menimbulkan kebutuhan yang
beranekaragam dalam hal memperoleh informasi, pengetahuan dan keterampilan.
Kehadiran pendidikan di Indonesia diperlukan untuk memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan di Indonesia sesuai
dengan Sistem Pendidikan Nasional dibagi menjadi dua golongan yaitu jalur
pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan Nasional menurut undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
berfungsi untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Tantangan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang akan mampu meningkatkan kualitas manusia dan meningkatkan mutu kehidupan hams dihadapi
baik oleh pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan di
sekolah terayata belum dapat memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang begitu pesat secara keseluruhan sehingga diperlukan lembaga penyelenggara pendidikan lain, yaitu pendidikan luar sekolah yang
Selanjutnya penjelasan terhadap pasal 10 ayat (1) UU Nomor 2 tahun 1989
antara lain menyatakan; " Pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah baik yang dilembagakan atau tidak ". Sedangkan
pasal 9ayat (3) menyatakan; " Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga,
kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan sejenis." Pelatihan merupakan
satuan pendidikan luar sekolah, termasuk pendidikan sejenis disamping keluarga,
kelompok belajar dan kursus yang mengacu pada komponen pendidikan luar
sekolah. Berdasarkan pasal dan penjelasan UU Nomor 2 tahun 1989 tentang
pendidikan luar sekolah dapat ditarik kesimpulan yaitu;
1) Pendidikan
luar sekolah cakupannya meliputi satuan pendidikan keluarga, kelompok belajar,
kursus. 2) Pendidikan luar sekolah tidak harus berjenjang.
3) Ciri utama yang
membedakan pendidikan luar sekolah dari pendidikan sekolah adalah berkenaan
dengan waktu belajar, lama belajar, usia peserta didik, isi pelajaran, cara
penyelenggaraan pengajaran dan cara penilaian hasil belajar.
Pendidikan luar sekolah dalam pelaksanaan program-programnya lebih
mendasarkan kebutuhan masyarakat yang ada relevansinya dengan arah dan
tujuan pembangunan nasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (1993,13)
bahwa;
Tujuan dan program pendidikan luar sekolah berorientasi pada waktu
pendidikan yang singkat, isi program berpusat pada lulusan dan kepentingan
sendiri dan demokratis.
Program pendidikan luar sekolah yang telah dilaksanakan untuk
mengembangkan sumber daya manusia diantaranya program pendidikan
berkelanjutan (Continuing Education). Program ini dilaksanakan bagi mereka
yang sudah melek huruf, mempunyai latar belakang pendidikan sekolah dan
memasuki dunia kerja. Melalui program ini diharapkan akan dihasilkan manusia
yang bisa membuka dan memanfaatkan peluang usaha. Program yang telah ada
dimasyarakat diantaranya ; kursus, magang, pelatihan, yang dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan atau keahlian dalam bidang tertentu yang dapat
membantu seseorang untuk meningkatkan diri dan terus maju.
Pelatihan merupakan kegiatan membelajarkan seperti pada satuan pendidikan
luar sekolah lainnya, sebab di dalamnya terdapat kegiatan sistematik dan
dilakukan secara sengaja oleh sumber belajar (fasilitator, pelatih) untuk membantu
peserta melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran dalam pelatihan
bertujuan untuk mendapatkan perubahan perilaku dari mereka yang dilatih.
Mengenai tujuan pelatihan Manullang (1978; 17) mengatakan bahwa pelatihan
dilaksanakan untuk memperoleh tiga hal yaitu; (1) menambah pengetahuan,
(2) menambah keterampilan dan (3) mengubah sikap. Sejalan dengan pendapat
Moekijat (1993; 2) bahwa tujuan umum pelatihan adalah :
(1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan lebih cepat dan lebih efektif
kerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan).
Agar dalam pelaksanaan pelatihan mencapai kesuksesan perlu diperhatikan
prinsip-prinsip umum sebagai berikut;
(1) Perbedaan individu, mencakup latar belakang pendidikan, minat,
pengalaman dan sebagainya.
(2) Motivasi, hal-hal yang dapat mendorong individu dalam mengikuti
pelatihan.
(3) Partisipasi aktif, partisipasi dalam proses belajar mengajar yang dapat
menambah minat dan motivasi peserta pelatihan.
(4) Pemilihan peserta, adanya seleksi peserta dapat mengandung motivasi
tambahan.(5) Pemilihan pelatih, efektifitas program pelatihan antara lain tergantung
kepada para pelatih yang mempunyai minat dan kemampuan mengajar.
(6) Metode pelatihan, perlu penentuan metode pelatihan sesuai dengan jenis
pelatihan karena tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua jenis
pelatihan.
(7) Prinsip belajar, pelatih haras mengetahui prinsip belajar, belajar haras
dimulai dari yang mudah menuju kepada yang sulit atau dari yang sudah
diketahui menuju kepada yang belum diketahui. (Moekijat, 1993; 5)
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang adalah salah satu lembaga
dalam lingkungan Departemen Tenaga Kerja yang menyelenggarakan latihan
kerja yang ditujukan pada peserta atau lulusan pendidikan sekolah yang akan
mencari kerja atau memasuki dunia kerja {pre-service training). Pelatihan ini
terutama bagi mereka yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan
khusus, atau yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus tetapi
ingin ditingkatkan lagi sebagai usaha untuk memenuhi perkembangan dunia
kerja. Pelatihan berorientasi untuk memberikan bekal hidup berapa keterampilan
kerja yang dilaksanakan dengan waktu pendidikan yang singkat. Pelatihan pada
ketrampilan sesuai dengan harapan dirinya dan lingkungannya sehingga dapat
meningkatkan taraf hidupnya. Adapun jenis-jenis program yang dilaksanakan di
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang disesuaikan dengan kebutuhan
individu, masyarakat maupun dengan mempertimbangkan tugas dan fungsi
lembaga maupun sarana, prasarana dan kemampuan tenaga pelatih yang ada di
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang. Berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No: Kep 4546/M/1997, tentang petunjuk pelaksanaan tugas dan
fungsi Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang yang dinyatakan dalam
pasal 42 dan 43 yaitu :
Pasal 42 :
Balai Latihan Kerja Khusus adalah unit pelaksana teknis dibidang pelatihan
tenaga kerja kejuruan khusus yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan secara teknis
fungsional dibina oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja.
Pasal 43 :
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian mempunyai tugas melaksanakan
pelatihan kejuruan Budidaya Pertanian, Pengolahan Hasil Pertanian,
Teknologi Pertanian, Perikanan, Perkebunan, Peternakan dan Pemasaran hasil
pertanian, aneka kejuruan serta kejuruan lain yang mendukung sektor
pertanian dengan menggunakan fasilitas latihan kerja, ruang kelas,
laboratorium, perpustakaan, bengkel, asrama atau Mobile Training Unit
(MTU).
Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep.4546/M/1997,
proses pelatihan keterampilan pada Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
(l)Rekraitmen dan seleksi peserta berkoordinasi dengan Kandepnaker/Dinas
Tenaga Kerja. Rekruitmen dan seleksi peserta didasarkan persyaratan yang
telah ditentukan oleh Balai Latihan Kerja setempat.
(2)Melakukan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pelatihan.
(3)Menyiapkan bahan, sarana dan prasarana, kurikulum dan metode pelatihan.
(4)Menyelenggarakan pelatihan baik institusional, pemagangan yang sesuai
dengan bidang kejuraan pada Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang, yaitu ;
Kejuruan pertanian, Kejuruan perkebunan, Kejuruan
peternakan, Kejuraan Mixed Farming, Kejuruan Mekanisasi Pertanian,
Kej uruan Prosescing dan Kej uruan Perikanan.
(5)Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan lulusan serta alumni
pelatihan.
Proses pelatihan keterampilan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang
digambarkan sebagai berikut:
GAMBARrl
PROSES PELATIHAN KETERAMPILAN DIBLKKP LEMBANG
Pendaftaran Siswa
Kantor Departemen Tenaga Kerja BLK Bidang Kejuruan
SD,SLTP,SLTA,PT - Biaya Gratis KelakuanBaik - Karm Rutting
Berjiwa Pancasila dan UUD 1945
Kejuruan Pertanian Kejuruan Perkebunan
I
Kejuruan Peternakan Dilaksanakan secara Institusional MTU Implant Training Kejuruan Mixed Farming Kejuruan Mekanisasi PertanianI
w Berjiwa \Pancasila dan j ^ - Skill (Keterampilan)- Knowledge ("Pengetahuan) - Attitude (Sikap Mental)
UUD 1945 J •
^... ~S ' •
Sumber: BLKKP Lembang
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa dalam kegiatan pelatihan
terdapat proses pembelajaran. Knowless ( 1973 ) dalam Syamsu Mappa ( 1994;
12) menyebutkan pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku
diubah, dibentuk atau dikendalikan. Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai
usaha untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Kegiatan belajar
sebagai suatu proses mencakup unsur-unsur ; tujuan yang ingin dicapai, motivasi,
hambatan, stimulus dari lingkungan, persepsi dan respon (D.Sudjana,1993; 72).
Keseluruhan unsur tersebut melibatkan pelatih dan peserta pelatihan secara aktif
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
dapat diukur dengan prestasi belajar yang dicapai peserta latihan kerja. Pada
proses pembelajaran peserta pelatihan merapakan subyek utama yang akan
mendapatkan transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga perlu
diperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengarahi proses
transformasi tersebut.
William A. Shrode dan Voich, Jr (1974; 122) menyebutkan bahwa setiap
program yang melakukan transformasi dapat dipandang sebagai suatu sistem.
Aspek dalam suatu sistem pelatihan akan berinteraksi satu dengan yang lain. Jika
diperinci aspek-aspek dalam pelatihan tersebut terdiri dari: (1) Masukan (Input), yaitu peserta latihan.
(2) Masukan sarana (Instrumental Input), yaitu ; pelatih, metode, materi,
administrasi, evaluasi, sarana dan prasarana.
(3) Masukan lingkungan (Environmental Input) , yaitu lingkungan yang
menunjang berjalannya program pelatihan meliputi lembaga penyelenggara
dan pemakai lulusan,
(4) Proses, meliputi penyelenggaraan program yang dilaksanakan di Balai
(6) Masukan lain (Other Input) adalah masukan
mendukung lulusan untuk menggunakan peng
sikap.(7) Pengaruh (Impact) yaitu, adanya peningkatan
1993;35)
Sebagaimana yang dikemukakan D.Sudjana (1996,154), bahwa;
Tujuan proses pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari
dikuasai sepenuhnya oleh peserta latihan. Agar peserta latihan dapat mencapai
prestasi belajar secara maksimal maka perlu adanya proses pembelajaran yang
bermutu yaitu proses pembelajaran yang menitikberatkan pada upaya
membantu peserta latihan untuk menyadari kemampuan diri dan untuk
mengembangkan sikap berprestasi.
Proses pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan belajar individu akan
dapat menarik minat peserta latihan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
secara aktif. Maka dalam hal ini sangatlah penting bagi Balai Latihan Khusus
Pertanian Lembang untuk melaksanakan identifikasi kebutuhan belajar, agar
semua komponen program belajar dapat membantu peserta pelatihan untuk
memenuhi kebutuhan belajarnya.
Identifikasi kebutuhan belajar dalam pelatihan dapat dilakukan dengan tiga
model pendekatan yaitu:
(1) Model Induktif, menekankan pada usaha yang dilakukan dari pihak yang
terdekat, langsung, dan
bagian-bagian ke arah
pihak
yang luas
dan menyeluruh.
(2) Model Deduktif, menekankan identifikasi kebutuhan secara umum, dengan
sasaran yang luas.
(3) Model Klasik, ditujukan untuk menyesuaikan bahan pelatihan dengan
kebutuhan belajar yang dirasakan peserta. (Kaufman, 1972 dalam Ishak
Abdulhak, 1995; 26)
Disamping ketiga model diatas, identifikasi kebutuhan belajar dapat dilakukan
(1) Need Survey, bila peserta belum mempunyai tugas / pekerjaan tertentu.
(2) Task Analysis, mendasarkan kebutuhan pelatihan berdasarkan kesenjangan
tugas-tugas dari petugas didalam lembaga.
(3) Performance Analysis, berdasarkan kinerja yang haras dikuasai oleh seseorang
yang menduduki jabatan / tugas tertentu. (Zainudin Arif)
Kebutuhan belajar menurat D. Sudjana (1996; 168) adalah suatu jarak antara
tingkat pengetahuan, keterampilan dan atau sikap yang ingin diperoleh seseorang,
kelompok, lembaga dan atau masyarakat yang dapat dicapai melalui kegiatan
belajar. Kebutuhan belajar pada setiap orang cenderang berbeda menurut ruang
dan waktu, juga berdasar kemampuan seseorang. Apabila suatu kebutuhan belajar
sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan belajar lainnya yang perlu dipenuhi
melalui kegiatan belajar. Kebutuhan belajar setiap orang hendaknya dapat
dipadukan dengan tujuan masyarakat atau tujuan lembaga sehingga tujuan
lembaga tidak dirasakan asing dan tidak realistis oleh peserta latihan.
Kebutuhan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap tertentu seperti kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam usaha dibidang pertanian, dinamakan kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar
bagi seseorang dapat berkembang, bertambah dan berkurang. Bahkan dapat
berkelanjutan dan berganti-ganti. Kebutuhan belajar diakibatkan oleh keterbatasan
seseorang dalam memandang penting atau tidaknya pengetahuan untuk dirinya.
Faktor kebutuhan belajar peserta pelatihan dapat menjadi tenaga pendorong
dengan kebutuhan dan bermanfaat bagi dirinya selanjutnya diharapkan dapat
meningkatkan tarafhidupnya.
Indikator yang ada pada kebutuhan belajar menyangkut keinginan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan eksistensi diri dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Selanjutnya bila program belajar
dalam pelatihan dapat menjawab kebutuhannya maka akan menimbulkan motivasi
peserta latihan untuk lebih aktif dalam kegiatan pelatihan. Karena kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pelatihan tidak akan terjadi bila peserta pelatihan tidak
bermotivasi untuk belajar. Disamping itu diharapkan kegiatan belajar tersebut
dapat menumbuhkan rasa puas dalam memenuhi kebutuhan belajarnya.
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan
sering ditemukan partisipasi peserta pelatihan yang aktif, disisi lain ditemukan
partisipasi peserta pelatihan yang rendah. Partisipasi peserta yang rendah dapat
diketahui dengan meningkatnya absensi peserta pada saat pelatihan berlangsung
atau menurunnya perhatian peserta selama mengikuti proses pembelajaran dalam
pelatihan. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta, selanjutnya akan
mempengaruhi mutu lulusan lembaga penyelenggara pelatihan. Maka diperlukan
pendekatan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
partisipasi peserta pelatihan dalam mengikuti program pelatihan.
pelatih, materi pelatihan, sistem penyampaian, suasana kelas, alat-alat pelajaran,
lingkungan sekitar, masyarakat umum dan faktor peserta itu sendiri. Keseluruhan
faktor tersebut saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor intern
peserta pelatihan dapat dijadikan masukan bagi penyelenggaraan program latihan
sebagai
upaya
pengoptimalisasian
penyelenggaraan
program
belajar.
Penyelenggaraan program belajar yang efektif yaitu apabila semua komponen
program belajar itu dapat membantu peserta pelatihan untuk memenuhi
kebutuhannya. Apabila peserta latihan tidak merasa butuh untuk belajar maka ia
tidak akan memperhatikan kegiatan yang telah ditetapkan oleh pelatih.
Tingkah laku yang bermotivasi dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang
dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian tujuan.
Motivasi yang berasal dari dalam diri peserta pelatihan akan menyebabkan peserta
mencari cara-cara yang tepat sesuai dengan kemampuannya untuk mencapai
prestasi sebaik-baiknya. Motivasi internal merupakan awal suatu kemajuan akan
tercapai, apabila orang itu sendiri ingin maju.
Motif adalah sesuatu yang menumbuhkan motivasi, sedangkan motif
diidentikkan dengan need & want atau desire. Motif dilakukan juga sebagai
ekspresi dari kebutuhan seseorang. Menurat Krech etal, ada enam kebutuhan
yaitu : 1) motif untuk mengejar materi / keuntungan (The acquistive want),
2) motifberprestasi (The prestige want), 3) motifberafiliasi (The affiliation want),
4) motif menolong orang lain (The altruistic want), 5) motif berkuasa (The power
Pada individu yang memilki motif berprestasi tinggi, akan selalu
mengerjakan tugas mereka dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih
efisien dan cepat serta berasaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar
dapat tampil dengan hasil yang memuaskan. Namun kadar motif berprestasi tiap
individu berbeda-beda, mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Menurat
David Mc. Clelland, motif berprestasi menjadi kekuatan pendorong bagi
seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya. Hal ini dinyatakan bahwa " Individu
yang memiliki motif berprestasi yang tinggi, akan berprestasi baik, jika
ditempatkan di situasi kerja. " David Mc. Clelland dalam Moekijat (1984; 54)
melanjutkan bahwa sifat orang dengan motivasi berprestasi adalah : 1) bahwa
mereka berasaha agar kemampuan mereka dapat mempengaruhi hasil, 2) bahwa
mereka tampak lebih banyak berhubungan dengan prestasi perorangan,
3) menginginkan umpan balik yang berhubungan dengan prestasi dan tugas
mereka, 4) berasaha memikirkan cara yang lebih baik untuk mengerjakan sesuatu.
Motif berprestasi merapakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan secara maksimal. Dalam kegiatan pelatihan motif berprestasi
penting dimiliki oleh peserta latihan agar mereka dapat mencapai prestasi yang
sebaik-baiknya, karena motif berprestasi adalah kekuatan yang berasal dari dalam
diri peserta. Setiap peserta perlu memiliki motif berprestasi karena penting bagi
usaha pencapaian keberhasilan seseorang dalam kegiatan pelatihan. Zainudin Arif
(1982; 14) mengatakan bahwa peserta pelatihan yang memiliki motif
menyelesaikan tugasnya dengan baik, (2) tidak cepat menyerah terhadap
hambatan / rintangan, (3) berfikir dan berpandangan ke masa depan, dan
(4) berasaha untuk selalu menampilkan hasil pekerjaan terbaiknya. Dapat
diramalkan peserta yang memiliki ciri-ciri motif berprestasi di atas mempunyai
kecenderungan rajin mengikuti kegiatan pelatihan, mengerjakan tugas-tugasnya
dengan baik dan mempunyai keinginan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih
baik.
Dari latar belakang masalah di atas maka penulis memfokuskan masalah ini
pada variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran
sebagai faktor determinatif terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja.
B. PERUMUSAN MASALAH
Prestasi belajar peserta latihan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor
penentu. Secara garis besar faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dibatasi pada kebutuhan belajar dan motif berprestasi.
Sedangkan faktor eksternal dibatasi pada proses pembelajaran pada kegiatan
pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang.
Penelitian ini untuk mengetahui kebermaknaan hubungan antara variabel
independen (variabel bebas ) yaitu kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran terhadap variabel dependen (variabel terikat) yaitu prestasi belajar
GAMBAR: 2
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL PENELITIAN
Kebutuhan Belajar (x,)
Motif Berprestasi (x2) Prestasi Belajar (y)
Proses Pembelajaran (x3)
Keterangan: •> : hubungan sederhana variabel penelitian. • : hubungan ganda variabel penelitian.
Berdasarkan gambar hubungan korelasi antar variabel dari batasan ruang
lingkup penelitian di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan penelitian ini
adalah : " Sejauh mana hubungan antara kebutuhan belajar, motifi berprestasi
dan proses pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja pada
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang. "
Agar permasalahan dapat dijawab secara operasional, maka ruang lingkup
penetapan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
(1) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?
(2) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?
(3) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara proses
pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?
(4) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar,
motif berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin diperoleh yaitu :
1. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara motif berprestasi
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara proses pembelajaran
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.
4. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar,
motif berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta
latihan kerja.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Diharapkan setelah kegiatan penehtian ini dilaksanakan dan hasil penelitian
menunjukkan hubungan yang positif yang signifikan antara kebutuhan belajar,
motif berprestasi dan proses pembelajaran peserta latihan kerja, dengan prestasi
belajar pesertalatihankerja, maka ;
1. Secara teoritik hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pelatihan pada lingkup pendidikan
luar sekolah, khususnya dalam pelaksanaan identifikasi kebutuhan dan proses
pembelajaran.
penetapan dan penyelenggaraan program pelatihan di Balai Latihan Kerja
Khusus Pertanian Lembang, agar program pelatihan sesuai dengan kebutuhan
individu maupun masyarakat pemakai produk pelatihan. Sebagai masukan
bagi pelatih di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang untuk lebih
memperhatikan faktor intern peserta pelatihan, terutama faktor kebutuhan
belajar, motivasi berprestasi peserta latihan kerja dalam proses pembelajaran
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta latihan.
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang diramuskan, maka hipotesis-hipotesis yang
perlu diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positifyang signifikan antara kebutuhan belajar dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja.
2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja.
3. Terdapat hubungan positifyang signifikan antara proses pembelajaran dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja.
4. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar, motif
berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan
kerja.
F. DEFINISIOPERASIONAL
antara penulis dengan pembaca dalam menafsirkan permasalahan penelitian ini,
maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini
dengan pengertian sebagai berikut:
1. Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar pada latihan kerja adalah kebutuhan terhadap
pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk memenuhi kesenjangan yang
ditujukan bagi peningkatan pengetahuan , keterampilan dan sikap sebagai
prasyarat untuk memasuki dunia kerja atau sebagai upaya meningkatkan
kinerja bagi mereka yang sudah bekerja. Menurat D. Sudjana (1996; 168)
kebutuhanbelajar dapat diartikan :
Sebagai suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan dan / atau
sikap yang dimiliki dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan / atau
sikap yang ingin diperoleh seseorang, kelompok, lembaga dan / atau
masyarakat yang dapat dicapai melalui kegiatan belajar. Indikator yang ada
pada kebutuhan belajar menyangkut : (1) keinginan meningkatkan
kemampuan
(pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap
kerja),
dan
(2)meningkatkan eksistensi diri (aktualisasi diri) dalam kehidupan sebagai
pribadi, keluarga dan sebagai anggota masyarakat.
2. Motif Berprestasi
Pengertian motif berprestasi menurat Mc. Clelland (1953; 110) yaitu :
" Doing something well or doing something better than it had been done
before, more efficiently, more quickly with less labor, with a better result. "
Berdasarkan pendapat Mc. Clelland tersebut, Moekijat (1984; 54) menyatakan
bahwa sifatorang dengan motifberprestasi adalah:
(1) bahwa
mereka
berasaha agar
kemampuan
mereka dapat
prestasi perorangan, (3) menginginkan umpan balik yang berhubungan
dengan prestasi dan tugas mereka, (4) berasaha memikirkan cara yang lebih
baik untuk mengerjakan sesuatu.
Sedangkan Zainudin Arif (1982;14) berdasarkan hasil penelitiannya
menyatakan orang yang mempunyai motif berprestasi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut; (1) berasaha menyelesaikan tugasnya dengan baik, (2) tidak
cepat menyerah terhadap hambatan dan rintangan, (3) berfikir dan
berpandangan kemasa depan, (4) berasaha untuk selalu menampilkan hasil
pekerjaan terbaiknya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut instrumen penelitian untuk
mengungkap motifberprestasi dikembangkan.
3. Proses Pembelajaran
Menurat Syamsu Mappa (1994; 11), jika istilah pembelajaran digunakan
untuk menyatakan sebagai suatu proses, maka sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Knowles (1973) dalam Syamsu Mappa
(1994; 12), menyebutkan
" Pembelajaran
merapakan suatu proses di
dalam mana perilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan." Proses
pembelajaran dalam latihan kerja adalah proses terjadinya interaksi edukatif
antara peserta dengan peserta dan peserta dengan pelatih dalam kegiatan
pelatihan
Indikator proses pembelajaran meliputi unsur internal yaitu ; persepsi /
respon, cara-cara belajar, stimulus / rangsangan. Sedangkan unsur eksternal
4. Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja
a. Prestasi Belajar.
A. Trisnawijaya (1998; 58) menjelaskan " Prestasi belajar atau
hasil belajar menunjukkan pengukuran suatu perilaku seseorang pada
suatu saat, hasil ini mencerminkan apa yang telah dipelajari sebelumnya.
Selanjudnya Nana Saodih.S (1983; 125) mengungkapkan bahwa hasil
belajar masih bersifat umum, tetapi bila hasil belajar tersebut dikaitkan
dengan patokan tertentu maka hasil belajar itu dapat dikatakan sebagai
suatu prestasi yang dicapai dalam belajar.
b. Latihan Kerja
Latihan kerja menurat John H. Procton dan William M. Thornton
(1993; 12)
adalah
perabahan
sadar
dalam
menyajikan
berlangsungnya proses belajar. Perbuatan tadi merapakan
langkah-langkah yang
berangkai; langkah berfikir, langkah-langkah pengaturan
dan langkah-langkah bertindak. c. Peserta Latihan Kerja.
Peserta latihan kerja adalah subyek yang terlibat dalam proses
latihan kerja yang mendapat transfer pengetahuan (transfer ofknowledge),
transfer keterampilan (transfer of skill), dan transfer sikap atau
nilai-nilai (transfer ofvalues).
Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar pada peserta latihan kerja
Khusus Pertanian Lembang, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
pada kegiatan pelatihan yang ditunjukkan dengan nilai yang dicapai setelah
program pelatihan berakhir. Pada pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus
Pertanian Lembang prestasi peserta pelatihan diukur berdasarkan jenjang
angka dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya. Sebagai indikator dari
prestasi belajar peserta pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang dipergunakan skor yang berarutan dari 10-100. Prestasi belajar ini
diperoleh melalui evaluasi yang dilaksanakan selama pelatihan berlangsung,
dengan mengevaluasi kemampuan teori dan kemampuan praktek peserta
pelatihan.
5. Determinatif
Determinatif berasal dari kata " determinant" (Inggris) yang mempunyai
arti faktor atau hal yang menentukan (John N. dan Hasan, 1984; 173).
Menurat Kamus Riset oleh Kamaradin (1984; 70) diartikan sebagai suatu
faktor atau variabel-variabel yang menentukan sifat entitas (sesuatu yang ada)
atau peristiwa. Jadi yang dimaksud dengan determinatif dalam penelitian ini
adalah faktor yang menentukan. Adapun faktor yang menentukan dalam
penelitian ini adalah : kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja pada Balai Latihan
Kerja Khusus Pertanian Lembang. Besarnya indeks penentu (bobot
sumbangan) dikonversikan dengan koefisien determinasi (koefisien penentu =
PROSEDUR PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap kontribusi serta hubungan antara variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran terhadap
prestasi belajar peserta latihan kerja. Penelitian korelasional ialah menuturkan dan
menafsirkan data yang ada, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi
tentang arti data. Menurat Sumanto (1990; 97) ; penelitian korelasi berkaitan
dengan pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya (tingkat hubungan
dinyatakan sebagai suatu koefisien korelasi).
Penelitian korelasi memungkinkan pembuatan prakiraan bagaimanakah hubungan antara dua variabel, jika dua variabel mempunyai hubungan yang erat,
koefisien korelasi akan diperoleh hampir 1,00. Jika dua variabel hampir tidak
mempunyai hubungan, akan diperoleh koefisien 0,00. Makin erat hubungan antara
dua variabel, prakiraanyang dibuat berdasarkan hubungan tersebut semakin tepat. Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400
77
sangat tinggi. tinggi.
cukup.
- Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah. (Suharsimi Arikunto, 1997; 71)
B. POPULASI D A N S A M P E L PENELITIAN.
1. Populasi Penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta latihan kerja yang
mengikuti pelatihan secara institusional di Balai Latihan Kerja Khusus
Pertanian Lembang tahun anggaran 1999/2000, denganjumlah peserta latihan seluruhnya 208 orang yang terbagi dalam 13 kelompok belajar. Adapun
peserta latihan kerja itu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) terdaftar sebagai peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang, 2) berusia 18 tahun ke atas, 3) mengikuti program latihan kerja
sampai selesai (memperoleh sertifikat).
2. Sampel Penelitian.
Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel yang akan digunakan dipilih teknik Proportional Random Sampling. Pemilihan sampel proporsi adalah proses pemilihan sampel ditentukan seimbang atau sebanding sehingga
semua sub kelompok pada populasi diwakili pada sampel dengan perbandingan sesuai dengan jumlah yang ada dalam populasi.
Untuk memperoleh sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan ramus penentuan sampel minimal dari Sudjana (1992; 213) yaitu:
a z Vi y
r „_„_ ~\2
n >
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan ramus di atas diperoleh besarnya sampel minimal tercantum dalam tabel berikut ini:
TABEL:2
BESARNYA SAMPEL MINIMAL MASING-MASING
VARIABEL PENELITIAN
No. Variabel Penelitian Besarnya Sampel Minimal
1. Kebutuhan Belajar 12
2. Motif Berprestasi 18
3. Proses Pembelajaran 15
4. Prestasi Belajar 9
Namun dalam penelitian ini penulis mengambil sampel untuk masing-masing variabel sebesar 70 orang dengan cara Proportional Random Sampling. Gambaran mengenai pengambilan jumlah sampel dapat dilihat dalam tabel
berikut:
TABEL:3
JUMLAH SAMPEL PENELITIAN
No. Kelompok Sampel Penelitian
Jumlah
Responden Kelompok Sampel
1. Kejuruan Pertanian 32 2 10
2. Kejuraan Mixed Farming 64 4 22
3. Kejuruan Mekanisasi Pertanian 48 3 16
4. Kejuruan Processing 64 4 22
C. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA.
Sesuai dengan ramusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka diperlukan instrumen pengumpul data untuk mengungkap data tentang
variabel-variabel sebagai berikut : a) kebutuhan belajar, b) motif berprestasi, c) proses pembelajaran dan d) prestasi belajar. Agar diperoleh data dari variabel penelitian; kebutuhanbelajar (xt), motif berprestasi (x2), dan proses pembelajaran (x3) maka disusun instrumen pengumpul data berapa kuesioner, sedangkan untuk memperoleh data prestasi belajar (y) diperoleh dari dokumen prestasi belajar pada bidang penyelenggaraan program pelatihan Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang.
1. Kuesioner (Skala Likert).
Digunakan kuesioner karena pertanyaan pada kuesioner dimaksud untuk merekam dan menggali informasi atau keterangan yang relevan.
Pertimbangan yang dijadikan dasar dalam penggunaan kuesioner, sebagai
mana diungkapkan oleh Zainudin Arif (1982; 70) bahwa :
(a) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.
(b) Dengan alat pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang obyektif.
(c) Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga. Disamping itu digunakannya kuesioner dalam penelitian ini dilandasi oleh kenyataan seperti yang diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah (1984; 317)
Kuesioner dapat dipergunakan oleh setiap peneliti untuk memperoleh data secara langsung dari responden, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya. Data atau informasi yang diperoleh bisa berapa apa yang diketahui oleh responden, apa yang disukai atau tidak disukainya, apa
yang dirasakan atau difikirkannya, apa yang diingini atau dibutuhkan. Berdasarkan landasan tersebut maka dalam penelitian ini untuk
mengungkap kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran digunakan model Skala Likert untuk meminta seseorang agar memberikan respon terhadap beberapa statemen dengan menunjukkan apakah dia sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap
statemen. Tiap-tiap respon diasosiasikan dengan suatu nilai, dan nilai individual ditentukan dengan menjumlah nilai masing-masing statemen. Untuk
nilai yang positifdimulai dari sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu = 3, tidak
setuju = 2, sangattidak setuju = 1. Sedangkan untuk statemen yang negatif nilai
itu akan terbalik yaitu sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4, sangat tidak setuju = 5. (Sumanto, 1990; 66).
Dalam pembuatan alat ukur untuk masing-masing variabel agar alat pengumpul data yang dipergunakan valid dan reliabel, maka peneliti
mengembangkannya berdasarkan batasan dari variabel penehtian, selanjutnya ditentukan ciri umum dan indikator dari setiap variabel tersebut.
T A B E L : 4
P E N J A B A R A N V A R I A B E L K E B U T U H A N B E L A J A R
Ciri Umum Indikator Nomor Item
Instrumen
1. Peningkatan kemampuan
1.1. Kehadiran 1,2,3
1.2. Kesiapan belajar 4,5,6,7,8,9,10
1.3. Materi pelatihan 11,12,13,14,15
1.4. Pandangan terhadap Pelatihan. 16, 17, 18,
2. Peningkatan
aktualisasi diri
2.1. Tanggapan terhadap peningkatan kemam
puan selama proses pembelajaran. 19,20,21 2.2. Orientasi masa depan 22, 23, 24
2.3. Prestasi 25,26, 27, 28, 29
T A B E L : 5
P E N J A B A R A N V A R I A B E L M O T I F B E R P R E S T A S I
Ciri Umum Indikator Nomor Item
Instrumen
1. Berasaha agar kemampuan mempengaruhi hasil
1.1. Semangat berprestasi 1,2,3
1.2. Hambatan dalam
pencapaian prestasi 4, 5, 6, 7, 8 2. Berhubungan dengan
prestasi perorangan. 2.1. Tema berprestasi 9,10,11,12,13 3. Adanya umpan balik
terhadap terhadap prestasi dan tugas.
3.1. Rasa tanggung jawab. 14, 15, 16, 17
3.2. Suasana perasaan 18,19,20,21,22
4. Memikirkan cara yang
lebih baik untuk
mengerjakan sesuatu.
4.1. Sifat kompetitif 23, 24, 25
4.2. Kegiatan berprestasi 26, 27, 28, 29, 30
TABEL:6
PENJABARAN VARIABEL PROSES PEMBPELAJARAN
Ciri Umum . Indikator Nomor Item
Instrumen
1. Unsur Internal
1.1. Persepsi / respon 1,2
1.1. Cara-cara belajar 3,4,5,6
1.3. Stimulus / rangsangan 7,8,9,10,11,12
2. Unsur Eksternal
2.1. Tujuan pembelajaran 13, 14, 15,16, 17
2. Studi Dokumentasi.
Studi dokumentasi digunakan untuk mengungkap data prestasi belajar
peserta latihan kerja, yang diperoleh dari hasil penilaian terhadap prestasi peserta
latihan kerja selama mengikuti latihan kerja. Data skor prestasi belajar peserta
latihan diperoleh dari dokumen prestasi belajar peserta latihan kerja yang
diinfentarisasikan oleh Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Balai Latihan Kerja
Khusus Pertanian Lembang.
Nilai prestasi belajar peserta latihan kerja diperoleh dari nilai praktek dan nilai teori dengan skor beraratan dari 10-100.
a) Nilai teori, diperolehdari hasil tes tertulis yang telah distandarisasikan. b) Nilai praktek, diperoleh dengan menggunakan ramus:
Np = Mp x Nw, dimana Mp = nilai mutu pekerjaan dan Nw = nilai waktu kerja.
Nw = Ws / Wk x 100 %, dimana Ws = waktu standard dan Wk = waktu kerja. c) Nilai prestasi belajar diperoleh dengan menggunakan ramus :
., , . Np + Nt
Nilai prestasi belajar =
2
dimana Np = nilai praktek dan Nt = nilai teori , dengan ketentuan batas lulus
purposif yaitu : 60 % x Skor maksimal (100), maka 60 % x 100 = 60. Jadi peserta latihan dinyatakan lulus jika dapat menguasai materi latihan 60 % ke atas. (Departemen Tenaga Kerja, Pusat Latihan Kerja, 1992; 4)
kerja, berdasarkan tes dari Departemen Tenaga Kerja RI dan merupakan tes
terstandard atau sudah dibakukan. Nilai prestasi belajar peserta latihan kerja
dalam penelitian ini merapakan hasil dari tes yang sudah dibakukan tersebut.
D. UJI COBA INSTRUMEN PENGUMPUL DATA.
Uji coba instrumen pengumpul data dilakukan penulis sebelum melaksanakan penelitian yang sesungguhnya. Kegiatan uji coba instrumen penelitian dilakukan pada peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja Khusus
Pertanian Lembang yang tidak termasuk sampel penelitian.
Uji coba dilakukan pada 30 responden. Ada tiga instrumen yang perlu diuji
cobakan yaitu ; 1) instrumen variabel kebutuhan belajar, 2) instrumen variabel motif berprestasi, dan 3) instrumen variabel proses pembelajaran. Tujuan uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui kesahihan (validitas item) dan keterandalan instrumen (reliabilitas instrumen). Berdasarkan hasil uji coba
diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Uji Validitas.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. (Suharsimi Arikunto, 1997; 160)
Uji validitas item dalam penelitian dimaksudkan agar item-item tes sesuai dengan indikator setiap variabel. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara setiap skor butir instrumen dengan skor total.
product moment yang dikemukakan oleh Pearson adalah prosedur yang umum
digunakan untuk melaporkan validitas item. Sesuai dengan pendapat diatas
dalam penentuan validitas item penulis menggunakan ramus korelasi product
moment ( r ) dengan taraf signifikansi 5 %. Artinya butir pernyataan
dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi dari r hitung - dengan koefisien
korelasi ^tel- Untuk butir soal yang tidak signifikan akan dilakukan perbaikan
dan ditambahkan soal bandingan yang sesuai dengan indikator item tes yang
tidak valid tersebut.
Rumus yang digunakan adalah :
NIxy-GXKXy)
r xy =
|/{NIx2-G>)2}{NZy2-(Xy)2}
(Suharsimi Arikunto, 1997; 69) dalam mana ; r xy = koefisien korelasi antara
variabel x dan variabel y, dua variabel yang dikorelasikan.
TABEL:7
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL
KEBUTUHAN BELAJAR
Nomor
Item
Koefisien Korelasi , (rxy)
Taraf Signifikansi
5% (0,361) Keterangan
1. 0,5057 Signifikan .
2. 0,7207 Signifikan
-3. 0,4417 Signifikan
-4. 0,2796 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
5. 0,5611 Signifikan
-6. 0,2333 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
7. 0,4374 Signifikan
-8. 0,4228 Signifikan
-9. 0,0773 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
10. 0,3877 Signifikan
-11. 0,4374 Signifikan
-12. 0,3962 Signifikan
-13. 0,4800 Signifikan
-14. 0,3792 Signifikan
-15. 0,4426 Signifikan
-16. 0,6708 Signifikan
-17. 0,3675 Signifikan
-18. 0,4847 Signifikan
-19. -0,1019 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
20. 0,4847 Signifikan
-TABEL:8
HASH, UJI VALIDITAS VARIABEL MOTIF BERPRESTASI
Nomor Item
Koefisien Korelasi (rxy)
Taraf Signifikansi
5 % (0,361) Keterangan
1. 0,5701 Signifikan _
2. 0,5336 Signifikan
-3. 0,4015 Signifikan
-4. -0,0197 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
5. 0,4548 Signifikan
-6. 0,4540 Signifikan
-7. 0,7670 Signifikan
-8. 0,2366 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
9. 0,4195 Signifikan
-10. 0,3832 Signifikan
-11. 0,2419 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
12. 0,4755 Signifikan
-13. 0,4132 Signifikan
-14. 0,2850 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
15. 0,4675 Signifikan
-16. 0,4965 Signifikan
-17. 0,3769 Signifikan
-18. 0,4067 Signifikan
-19. 0,2013 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
20. 0,3742 Signifikan
-TABEL:9
HASH. UJI VALIDITAS VARIABEL PROSES PEMBELAJARAN
Nomor Item
Koefisien Korelasi (r*y)
Taraf Signifikansi
5% (0,361) Keterangan
1. 0,4418 Signifikan _
2. 0,5515 Signifikan
-3. -0,0954 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
4. 0,6993 Signifikan
-5. 0,4410 Signifikan
-6. 0,0642 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
7. 0,3789 Signifikan
-8. 0,4224 Signifikan
-9. 0,0076 Tidak Signifikan Soal diperbaiki
10. 0,4596 Signifikan
-11. 0,3993 Signifikan
-12. 0,6302 Signifikan
-13. 0,5934 Signifikan
-14. 0,3978 Signifikan
-15. 0,6654 Signifikan
-16. 0,7306 Signifikan
-17. 0,3962 Signifikan
-18. 0,5043 Signifikan
-19. 0,4304 Signifikan
-20. 0,6593 Signifikan
Hasil uji coba validitas item secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL: 10
PROPORSI PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM
No. Variabel yang diuji Diuji
Valid
Diperbaiki Taraf Signifikan
99%
Taraf Signifikan
95%
1. Kebutuhan Belajar 21 8 9 4
2. Motif Berprestasi 21 6 10 5
3. Proses Pembelajaran 21 8 9 4
Setelah diketahui item-item yang tidak signifikan / tidak valid, item tersebut
selanjutnya diperbaiki, dan diberikan soal bandingan bagi item yang tidak
valid tersebut.
2. Uji Reliabilitas.
Untuk menguji keterandalan (reliabilitas) instrumen digunakan ramus
Alpha (rn). (Suharsimi Arikunto, 1998; 193)
r i i = f k 1
rEab21
<>t2(k-1)
V. J
Dalam mana:
K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal. r n = Reliabilitas yang dicari.
£0^2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item.
Selanjutnya untuk uji keberartian r realiabilitas instrumen dengan
Distribusi Student -1 (uji -1) Rumus :
t = r /n - 2
1 - r2 (Furqon, 1997; 207)
Rumus koefisien alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instramen
yang skomya bukan 1 dan 0, sedangkan instramen dalam penelitian ini
skomya berkisar antara 1 sampai 5. Keterandalan yang dipakai termasuk
dalam klasifikasi keterandalan konsistensi internal (internal consistency
reliability).
Kriteria penafsiran mengenai besarnya koefisien alpha (r \ x) adalah :
- Antara 0,800 sampai dengan 1,000
- Antara 0,600 sampai dengan 0,800 - Antara 0,400 sampai dengan 0,600 - Antara 0,200 sampai dengan 0,400 - Antara 0,00 sampai dengan 0,200
(Suharsimi Arikunto, 1997; 71)
sangat tinggi tinggi cukup rendah
sangat rendah
Hasil uji coba keterandalan instramen dapat dilihat tabel berikut ini:
TABEL:11
RINGKASAN HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
No, Instrumen yang
diuji
Koefisien
Alpha (r Jj)
Tingkat Keterandalan
Tinggi
th Signifikanpada
1 Kebutuhan
Belajar 0,7686 6,3574 0,95
2 Motif
Berprestasi 0,7298 Tinggi 5,6083 0,95
3 Proses
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketiga instramen tersebut memiliki tingkat
keterandalan yang tinggi, maka instrumen tersebut memenuhi syarat dan dapat
dipergunakan dalam penelitian ini.
E. TEKNIK P E N G O L A H A N D A N ANALISIS DATA.
Kegiatan pengolahan dan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Melakukan penskoran (skoring) dari masing-masing variabel bebas yaitu
kebutuhan belajar (xj), motif berprestasi (x2) dan proses pembelajaran (x3).
2. Menghitung rata-rata data nilai prestasi belajar peserta latihan kerja dari hasil
dokumentasi ,yaitu nilai praktek dan nilai teori selama mengikuti latihan kerja
di Balai LatihanKerja Khusus Pertanian Lembang.
3. Melakukan pengelompokan data menjadi empat bagian yakni data kebutuhan
belajar (xt), data motifberprestasi (x2), data proses pembelajaran (x3) dan data
prestasi belajar (y). pengelompokan data dilakukan penulis agar dapat
mempermudah identifikasi dan perhitungan data selanjutnya, 4. Uji normalitas distribusi frekuensi skor setiap variabel penelitian.
Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa skor variabel penelitian berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dengan
menggunakan rumus Chi-kuadrat (x2).
Rumus :
x2 = s (fQ-fh)
Kriteria pengujian yang digunakan jika harga x2 yang diperoleh lebih
kecil dari harga kritik x2 yang ada pada tabel, maka data yang diperoleh
berdistribusikan normal, dengan taraf signifikansi 99 %. Dan sebaliknya jika
harga x2 lebih besar dari harga x2 tabel, data yang diperoleh tersebar dalam
distribusi tidak normal.
Uji Normalitas dilakukan dengan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan Mean (rata-rata) dengan ramus Mean :
n (Sudjana, 1992; 47)
b. Menentukan banyak kelas (bk) dengan rumus Sturges :
bk = 1+ (3.3) Log n (Sudjana, 1992; 47)
c. Mencari rentang varibel Xb X2, X3 dan variabel Y dengan rumus : R = Skor tertinggi - Skor terendah (Sudjana, 1992; 47)
d. Menentukan panjangkelas (p) dengan rumus :
R
bk (Sudjana, 1992; 47)
e. Menentukan titik tengah kelas interval (x) sejajar dengan kelas interval yang bersangkutan.
f. Menuliskan frekuensi (f) bagi tiap-tiap kelas interval.
g. Menentukan fx hasil kali frekuensi dengan titik tengah untuk menghitung
h. Menentukan varians (S2) dengan ramus : IfUi-x)2
S2 =
n - 1 (Sudjana, 1992; 95)
i. Menentukan simpangan baku (S) dengan rumus :
S = V^ (Sudjana, 1992; 96)
j. Menghitung angka standar atau z-score batas nyata kelas interval dengan
ramus : xi - x
z
S (Sudjana, 1992; 99)
k. Menentukan batas daerah yang menggunakan tabel " Luar daerah lengkung normal standar dari 0 ke z.
1. Menentukan selisih dari batas daerah untuk mengetahui luas daerah. m. Menentukan frekuensi yang diharapkan (fh).
n. Menggunakan rumus Chi-kuadrat untuk memperoleh harga x2.
o. Berdasar harga x2 dalam tabel dengan d.b = k - 3 (Subino, 1982; 13)dalam interval kepercayaan 99 % ditentukan data dalam sebaran normal atau tidak normal atau dengan kriteria bahwa data tersebut berdistribusi normal
apabila
x2 hitung < x2 tabel dengan p <0,01 atau p < 0,05.
5. Pengolahan data dan penguj ian hipotesis.
Setelah dilakukan uji normalitas data, maka langkah selanjutnya yaitu pengolahan data untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan menggunakan rumus statistik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
a. Statistik Diskriptif.
Statistik Diskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk dalam
statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, mean, standar deviasi dan variansi.
b. Statistik Inferensial.
Statistik Inferensial disebut juga statistik induktif atau statistik
probabilitas, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Penggunaan
metode ini untuk melakukan penafsiran terhadap normalitas, linieritas serta pengujian terhadap hipotesis pada tingkat signifikansi tertentu.
Rumus statistik yang digunakan dalam pengolahan data untuk membuktikan hipotesis penelitian, adalah sebagai berikut:
1) Menghitung Koefisien Regresi Linier Sederhana dan Koefisien Korelasi Sederhana:
a) Menghitung koefisien regresi linier sederhana, dengan rumus : n (lxy)-(Zx)(Iy)
n(lx2)-(lx)2
b) PengujianKeberartian Persamaan Regresi melalui Analisis Varians Regresi. (Harun Al-Rasyid, Hand Out UNPAD)
SSTo( =Xy2-ny2
SSReg =b (ixy). (DO(Iy)
SSRes *S Tot —SSReg
MS Reg ~ SS Reg / k
MSRes =SSRcs/n-k-l
F = MSRes/MSRes
TABEL : 12
ANAVA REGRESI Y ATAS X
Sources DF Sum of Square
(SS)
Mean of Square
(MS) •
Regresi K SSReg MS Reg = SS Reg
K F = MSReR
ssRes
Residual n-k-1 SS Res = SS Tot - SS Reg
msRrs= SSRp, n-k-1 Tuna Cocok DFTC= k-2
SS TC = SS Res - SS Error
JVlonrp ~ gj nrp
DFTC F = MS Tc SS Error
Error DFError
= n-k ssError
MSError = SS Error DFError
c) Determinasi (r 2), dengan rumus :
r - SS Reg - SS Tot
Besarnya determinasi yang disesuaikan dengan banyaknya variabel
prediktordapat dihitungdengan :
r 2(Adj) =1-( 1- r2 ) (n-1)
(n-k-1) d) Korelasi dapat dicari dengan ramus :
r2
Signifikansi korelasi diuji dengan rumus :
\l "-2
t = 1
y 1 - r2
(Sudjana, 1996; 62)
Untuktaraf signifikansi, maka hipotesa diterima jika :
*hitung - t tabel dimana distribusi t yang digunakan mempunyai
d.k = n-2.
e) Standar Error untuk regresi diatas dapat dihitung dengan rumus : ^Err- ./ MSRes
2) Menghitung Koefisien Regresi Multipel dan Koefisien Korelasi Multipel (Ronald E. Walpole, 1982; 370)
a) Menghitung koefisien regresi multipel, dengan rumus :
y = a+ bjxt+ b2x2+b3x3,
dimana b,, b2 dan b3 dihitung dengan :
2>iy = b12x12+ b2IxlX2 + b3Lxxx3 Ix2y = b1Zx1x2+ b2£x22 + b3£x2x3
b) Pengujian Keberartian Persamaan Regresi melalui Analisis Varians
Regresi (Haran Al-Rasyid, Hand Out UNPAD) SS Tot = Xy2^ ny 2
CXMly)
SSReg=bJ(IXiy)-
+ bJdXjy)-(Zx2)(ly)b3J(Zx3y) (lx3)(ly)
SS a„ — SS T.t — SSRes Tot Reg
MSReg = SSReg/k
MSRes=SSRes/n-k-l
F = MSRes/MSRes
TABEL: 13
ANAVA REGRESI LINIER GANDA
+
Sources DF Sum of Square
(SS)
Mean of Square
(MS) F
Regresi K ss Reg MSReg= SSRes
K F = MSRe,
ss Res
Residual n-k-1 ssRes =
SS Tot ~~ ss Reg
MS Res = SS Res
n-k-1
Total N SS Tot jj
Xy2 - ny2
c) Determinasi ( R2), dengan rumus : (Haran Al-Rasyid, Hand Out UNPAD)
Besamya determinasi disesuaikan dengan banyaknya variabel
prediktor, dapat dihitung dengan :
(n-1)
R2(Adj) = l-(l-R2) (n_k_t)
d) Korelasi (R) dengan rumus :
F =
«•/
R2Signifikansi korelasi diuji dengan ramus : (Sudjana, 1996; 108) R2 / k
(l-R2)/n-k-l
e) StandarError untuk Regresi dihitung dengan :
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai; a) kesimpulan dari penelitian,
b) implikasi hasil penelitian, dan c) saran-saran. A. KESIMPULAN.
Berdasarkan tujuan, hipotesis penelitian dan pembahasan hasil penelitian,
dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Hubungan Fungsional antara Prestasi Belajar dengan Kebutuhan Belajar
Peserta Latihan Kerja.
Mengetahui kebutuhan belajar peserta latihan kerja dalam
penyelenggaraan program pelatihan merupakan hal yang penting. Dengan
mengetahui kebutuhan belajar peserta latihan dengan tepat maka dapat
mendorong peserta latihan untuk mengikuti program pelatihan yang
selanjutnya berpengarah terhadap prestasi belajar yang dicapai, dikarenakan
pelatihan tersebut dapat memenuhi kebutuhan belajamya. Keikutsertaan
peserta pelatihan dalam kegiatan pelatihan, bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam bidang pertanian, serta untuk
mendapatkan kesempatan kerja.
Apabila Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang ingin
mempertinggi tingkat keikutsertaan peserta pelatihan dalam kegiatan
pelatihan, maka terlebih dulu haras mengetahui kebutuhan belajar peserta
pelatihan secara tepat. Karena semakin tinggi tingkat kebutuhan belajar
semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai. Hal ini dikarenakan antara
kebutuhan belajar dengan prestasi peserta latihan kerja terdapat hubungan
fungsional linier, positif searah, tercermin dalam persamaan regresi sebagai
berikut: Y = 36,24309 + 0,28574 x} . Bila persamaan regresi itu ditafsirkan,
maka setiap peningkatan prestasi belajar sebesar 28 %, maka secara
bersamaan kebutuhan belajar meni