BPS PROVINSI JAWA TIMUR
PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2012
RINGKASAN
Pada bulan Maret 2012, Penduduk miskin Jawa Timur sebanyak 5,071 juta (13,40 persen) atau turun 5,53 persen dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2011 yang mencapai 5,356 juta jiwa (14,23 persen).
Dalam kurun waktu setahun, persentase penduduk miskin terjadi penurunan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Penurunan sebesar 0,84 poin persen terjadi di perdesaan dari 18,19 persen di bulan Maret 2011 menjadi 17,35 persen di bulan Maret 2012. Untuk daerah perkotaan persentase penduduk miskin berkurang 0,81 poin persen dari 9,87 persen menjadi 9,06 persen. Secara aggregat penduduk miskin di Jawa Timur 67,84 persen diantaranya ada di daerah perdesaan atau 3,44 juta penduduk.
Garis kemiskinan (GK) pada tahun 2012 sebesar Rp. 233.202 atau mengalami kenaikan sebesar 6,13 persen dari tahun 2011. GK makanan pada tahun 2012 sebesar Rp. 171.375 dan non makanan sebesar Rp. 61.827. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 5,78 persen dan 7,13 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu dekomposisi GK, terlihat persentase kenaikan GK perdesaan (7,73 persen) lebih besar dari perkotaan (4,59 persen)
Berbagai komoditas yang ada didalam GK makanan terlihat bahwa, ada 3 komoditas yang memberikan konstribusi besarnya terhadap GK makanan yaitu beras, rokok filter dan tempe untuk daerah perkotaan dan beras, rokok filter dan gula pasir untuk daerah perdesaan
Penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) selama setahun ini sebesar 0,64 poin dan 0,24 poin untuk perdesaan atau menjadi 2,32 dan 0,48. P1 dan P2 perkotaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,26 poin dan 0,08 poin atau menjadi 1,25 dan 0,27. Pada tahun 2011, nilai P1 perdesaan 2 kali perkotaan. Pada tahun 2012, nilai P1 perdesaan 1,9 kali perkotaan. Sementara itu nilai P2 perdesaan 2,1 kali perkotaan di tahun 2011 dan pada tahun 2012 menjadi 1,8 kali.
Secara spasial, nilai P1 dan P2 antara perkotaan dan perdesaan menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah dari pada daerah perkotaan. Akan tetapi percepatan peningkatan kualitas kemiskinan di daerah perdesaan lebih cepat daripada perkotaan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.X,02 Juli 2012 2
Perkembangan Penduduk Miskin Di Jawa Timur
Upaya peningkatan kesejahteraan penduduk menjadi sebuah target utama dalam suatu pemerintahan. Berbagai strategi dilakukan untuk mencapai target tersebut diantaranya mengurangi kemiskinan.
Dalam kurun waktu setahun, persentase penduduk miskin di Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 0,83 poin persen atau menjadi 13,40 persen pada Tahun 2012. Angka persentase tersebut diatas target kemiskinan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (15-15,5 persen). Penurunan persentase tersebut menunjukkan penduduk miskin pada tahun 2012 sebanyak 5.070,98 ribu jiwa atau turun sebesar 285,23 ribu jiwa dari tahun 2011. Penurunan angka kemiskinan tidak lepas dari berbagai program pengentasan kemiskinan baik yang bersifat pusat atau kedaerahan. Adapun program pusat antara lain PNPM Perkotaan maupun perdesaan, Program Keluarga Harapan, Perbantuan Pemodalan. Sementara itu program pengentasan kemiskinan yang bersifat kedaerahan misalnya Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Rakyat (Jalin Kesra). Disamping itu juga berbagai inovasi yang dilakukan daerah otonom untuk mengentaskan kemiskinan misalkan pembangunan jalan poros desa (misal Kab Tuban dan Lumajang), optimalisasi dan fokusitas dana CSR (Kab. Jombang)
Penduduk miskin tersebar di perkotaan dan perdesaan di Jawa Timur. Untuk penduduk miskin yang tinggal di perkotaan mencapai 32,62 persen dari total penduduk miskin atau sebanyak 1.630,63 ribu jiwa. Pengurangan penduduk miskin di daerah perdesaan lebih cepat dari perkotaan, akan tetapi tidak berbeda secara nyata (perdesaan sebesar -0,84 poin persen dan perkotaan -0,81 poin persen, Tabel 1 kolom 7).
.
Gambar. 1.
Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur Tahun 2005 – 2012
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas 2005-2012 19,95 21,09 19,98 18,51 16,68 15,26 14,23 13,40 0 5 10 15 20 25 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 P e rs e n ta se Tahun
Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008 s/d Maret 2012
Daerah/Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%) Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan Maret 2008 131.487 51.921 183.408 2.438,76 13,15 Maret 2009 145.676 56.948 202.624 2.148,51 12,17 -0,98 Maret 2010 152.965 60.418 213.383 1.873,55 10,58 -1,59 Maret 2011 169.242 65.303 234.546 1.768,23 9,87 -0,71 Maret 2012 175.806 69.499 245.305 1.630,63 9,06 -0,81 Perdesaan Maret 2008 118.971 36.461 155.432 4.581,19 23,64 Maret 2009 131.522 43.106 174.628 3.874,07 21,00 -2,64 Maret 2010 139.806 46.073 185.879 3.655,76 19,74 -1,26 Maret 2011 155.457 50.818 206.275 3.587,98 18,19 -1,55 Maret 2012 167.352 54.864 222.216 3.440,34 17,35 -0,84 Kota+Desa Maret 2008 125.091 44.020 169.112 7.019,95 18,51 -1,47 Maret 2009 138.442 49.874 188.317 6.022,59 16,68 -1,83 Maret 2010 146.240 53.087 199.327 5.529,30 15,26 -1,42 Maret 2011 162.017 57.711 219.727 5.356,21 14,23 -1,03 Maret 2012 171.375 61.827 233.202 5.070,98 13,40 -0,83
Sumber: BPS, Diolah dari data Susenas Panel Maret 2008 s/d Maret 2012 Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2008-Maret 2012
Perkembangan penduduk miskin dari tahun ke tahun tidak lepas dari besarnya garis kemiskinan pada tahun bersangkutan. Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. Garis kemiskinan pada tahun 2012 sebesar Rp. 233.202 atau mengalami kenaikan sebesar 6,13 persen.
Garis kemiskinan (GK) terbagi menjadi 2 bagian yaitu GK makanan dan non makanan. GK makanan pada tahun 2012 sebesar Rp. 171.375 dan non makanan sebesar Rp. 61.827. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 5,78 persen dan 7,13 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu dekomposisi GK, terlihat persentase kenaikan GK perdesaan (7,73 persen) lebih besar dari perkotaan (4,59 persen).
Berbagai komoditas yang ada didalam GK makanan terlihat bahwa, ada 3 komoditas yang memberikan konstribusi besarnya terhadap GK makanan yaitu beras,
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.X,02 Juli 2012 4
Sementara itu untuk untuk komoditas bukan makanan, ada 3 konstributor terbesar terhadap garis kemiskinan non makanan adalah perumahan, pendidikan dan listrik untuk daerah perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan adalah biaya perumahan, listrik dan kayu bakar.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Permasalahan kemiskinan tidak hanya besarnya penduduk miskin saja. Akan tetapi seberapa jauh pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan dan tingkat homogenitas penduduk miskin. Pengetahuan ini diperlukan, agar pemahaman kemiskinan dan proses pengentasannnya dapat dipahami secara integral. Untuk mengetahui informasi diatas dapat diperoleh dari Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2).
Nilai P1 dalam kurun 5 tahun ini menunjukan penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,46 poin atau nilai P1 menjadi 1,81. Sementara itu, nilai P2 dari tahun ketahun menunjukkan angka penurunan. Pada tahun 2012, penurunan P2 mencapai 0,16 poin dari tahun sebelum atau menjadi 0,38. Kedua nilai indeks yang semakin menurun memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil.
Secara spasial, nilai P1 dan P2 antara perkotaan dan perdesaan (Tabel 2) menunjukkan tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah dari pada daerah perkotaan. Akan tetapi percepatan peningkatan kualitas kemiskinan di daerah perdesaan lebih cepat daripada perkotaan. Hal ini ditunjukkan dari penurunan P1 dan P2 yang lebih tinggi daripada perkotaan. Penurunan P1 dan P2 selama setahun ini sebesar 0,64 dan 0,24 untuk perdesaan dan perkotaan masing-masing sebesar 0,26 dan 0,08. Menilik nilai P1 antara perkotaan dan perdesaan, terlihat perbandingannya semakin menurun. Pada tahun 2011, nilai P1 perdesaan 2 kali perkotaan. Pada tahun 2012, nilai P1 perdesaan 1,9 kali perkotaan. Sementara itu nilai P2 perdesaan 2,1 kali perkotaan di tahun 2011 dan pada tahun 2012 menjadi 1,8 kali.
Gambar 2:
Tiga Kontribusi Terbesar Garis Kemiskinan Tahun 2012
Sumber: BPS, Susenas Maret 2012 42.9 9.9 5.1 0% 20% 40% 60% 80% 100% Perkotaan Tempe Rokok kretek filter Beras 44.21 10.06 5.05 0% 20% 40% 60% 80% 100% Perdesaan Gula pasir Rokok kretek filter Beras
Tabel 2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) di Jawa Timur Menurut Daerah, Maret 2008- Maret 2012
Tahun Kota Desa Kota + Desa
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Maret 2008 2,34 4,38 3,38
Maret 2009 2,18 3,54 2,88
Maret 2010 1,53 3,18 2,38
Maret 2011 1,51 2,96 2,27
Maret 2012 1,25 2,32 1,81
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Maret 2008 0,61 1,23 0,93
Maret 2009 0,60 0,91 0,76
Maret 2010 0,37 0,79 0,59
Maret 2011 0,35 0,72 0.54
Maret 2012 0,27 0,48 0,38
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.X,02 Juli 2012 6
Penjelasan Teknis dan Sumber Data
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis komoditi
Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Indeks (P1), merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P2), merupakan ukuran tingkat
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2011 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi bulan Maret 2012.
BPS PROVINSI JAWA TIMUR
Informasi lebih lanjut hubungi:DJAMAL, SE, M.Sc
Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Telopon: 031-8438873
E-mail: [email protected]
BPS PROVINSI
BIDANG STATISTIK SOSIAL
Telepon : 031-8439343 E-mail : [email protected]