• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

Secara administratif, Desa Cipeuteuy termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat dan berbatasan dengan Desa Cihamerang, di sebelah Selatan, Desa Kabandungan, di sebelah Timur Desa Ciasmara Kabupaten Bogor di sebelah Utara dan Kabubaten Bogor di sebelah Barat.

Gambar 3. Peta Lokasi Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan , Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

(2)

Desa Cipeuteuy terletak 35 kilometer dari Kabupaten Sukabumi dan 1,5 kilometer dari Kota Kecamatan. Lokasinya yang cukup jauh dapat ditempuh dengan menggunakan colt atau bus jurusan Sukabumi–Bogor hingga terminal Parung Kuda. Setelahnya hanya colt khusus menuju Desa Cipeuteuy-lah yang akan mengantarkan hingga terminal Desa Cipeuteuy yang letaknya hanya 100 meter dari Balai Desa Cipeuteuy.

Desa Cipeuteuy membentuk desa tersendiri setelah terpisah dari Desa Kabandungan yang mengalami pemekaran pada tahun 1980 menjadi Desa Kabandungan dan Desa Cipeuteuy yang terdiri dari 28 RT dan 4 RW. Desa Cipeuteuy melakukan pemekaran kembali pada tahun 2006 menjadi 5 RW dengan tujuh RT pada masing-masing RW. Adapun pembagian wilayah menurut penamaan secara lokal dikenal dengan wilayah Kampung dan Dusun, dimana wilayah kampung merupakan bagian dari dusun itu sendiri. Diketahui bahwa Desa Cipeuteuy terdiri dari 5 dusun dan 18 kampung, yakni Dusun Cipeuteuy 1 yang terdiri dari Kampung Arendah, Babakan dan Parigi 1. Adapun Dusun Cipeuteuy 2 yang hanya terdiri dari kampung Cipeuteuy, Dusun Cisarua terdiri dari Kampung Babakan dan Cisarua, Leuwiwaluh dengan Kampung Leuwiwaluh, Kampung Sawah, Kebon Genep, Gunung Leutik, Dramaga dan Cilodor serta Dusun Pandan Arum yang terdiri dari Kampung Pasir Majlis, Pasir Badak, Cisalimar, Pandan Arum, Pasir Masigit dan Sukagalih. Selanjutnya diketahui bahwa RT 1A, 1B, 2, 3, 4 masuk kedalam Kampung.Arendah, RT 5 dan RT 10B pada Kampung Babakan, RT 9 pada Parigi dan tujuh RT yakni 6A, 6B, 7A, 7B, 8A, 8B, 10A pada Kampung Cipeuteuy. Kemudian RT 11, 12, 13, 14, 15A, 15B berada pada Kampung Cisarua, RT 16, 17 pada Kampung Leuwiwaluh, dan RT 18, 19, 20, 21,

(3)

28, 22, 23, 24, 25, 26, 27 masing-masing berturut-turut berada pada Kampung Sawah, Kampung Kebon Genep, Kampung Gunung Leutik, Dramaga, Cilodor Pasir Majlis, Pasir Badak, Cisalimar 2, Pandan Arum, Pasir Masigit, dan Sukagalih.

Bentang wilayah Desa Cipeuteuy berupa dataran tinggi berbukit dengan ketinggian 750-900 meter dibawah permukaan air laut (mdpl) dengan curah hujan rata-rata sebesar 2.600 mm3/tahun dan suhu rata-rata harian 360 Celcius. Terletak

di sekitar kawasan hutan, Desa Cipeuteuy memiliki luas wilayah 3.746,5 hektar termasuk juga lahan berstatus terlantar seluas 32 hektar (0,85 persen) dengan pemanfaatan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terbesar diperuntukkan pada Hutan Produksi yang juga difungsikan sebagai hutan lindung seluas 2.000 hektar (53,38 persen) yang diikuti oleh ladang/tegalan seluas 1.077 hektar (28,75 persen) dan sawah irigasi setengah teknis seluas 545 hektar (14,55 persen). Selanjutnya, seluas 115 hektar (3,07 persen) dimanfaatkan sebagai Hutan Konversi, sedangkan sisanya seluas lima hektar (0,13 persen) dari total luas wilayah desa dimanfaatkan sebagai pemukiman dan seluas 2 hektar (0,05 persen) menjadi kas desa.

Meskipun tidak tercantum dalam tabel pemanfaatan lahan, namun total luasan tersebut sudah termasuk perkebunan seluas 616 hektar atau 16,44 persen dari luas total yang terbagi menjadi perkebunan rakyat seluas 30 hektar (0,80 persen) dan perkebunan swasta sebanyak 586 hektar (15,64 persen). Selain itu pemanfaatan lainnya adalah berupa tanah bengkok, bangunan umum dan jalan yang secara berturut-turut memiliki luas lima hektar (0,13 persen), 1,5 hektar (0,04 persen) dan 0,08 persen (tiga hektar). Meskipun tidak tertera di dalam Data

(4)

Monografi Desa, namun menurut hasil wawancara, 583 hektar lahan yang berada di Desa Cipeuteuy merupakan lahan ber-status quo yang sebelumnya merupakan perkebunan cengkeh PT. Intan Hepta, milik Toyib Hadiwijaya yang dibuka pada tahun 1971 dan telah habis masa HGU-nya pada tahun 2002. Sebelum masa HGU PT. Intan Hepta habis, pada tahun 1996 masyarakat telah terlebih dahulu menggarap lahan tersebut.

Tabel 1. Luas Wilayah Desa Cipeuteuy Menurut Penggunaannya Tahun 2004 (dalam hektar)

Penggunaan Lahan Luas Persen

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak 2.115 56,45

Ladang/Tegalan 1.077 28,75

Sawah Irigasi Setengah Teknis 545 14,55

Pemukiman 5 0,13

Lapangan 3 0,07

Kas Desa 2 0,05

Total 3.747 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

Sebagian besar wilayah Desa Cipeuteuy adalah Hutan eks Perhutani. Hutan Produksi (2000 hektar) dan Hutan Konvesi (115 hektar) yang merupakan bagian dari wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak yang beririsan langsung dengan Desa Cipeuteuy seluas 2115 hektar atau 56,42 persen dari total luas wilayah Desa Cipeuteuy, sedangkan seluas 10 hektar dari Hutan tersebut atau 0,26 persen dari total luas desa merupakan Hutan yang pengusahaannya dimiliki oleh rakyat. Dengan demikian lebih dari setengah wilayah Desa Cipeuteuy merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kawasan ini merupakan perluasan dari Taman Nasional Gunung Halimun-Salak pada tahun 2006 yang sebagian besar kondisinya berupa garapan tumpang sari eks Perhutani.

(5)

Meskipun telah ada penetapan zona lindung dan zona pemanfaatan, namun demikian selama ini tidak ada nota kesepakatan yang jelas mengenai batas Desa dengan Taman Nasional, sehingga belum ada batasan wilayah yang jelas antara wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dengan Desa Cipeuteuy.

Wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak pada awalnya merupakan wilayah Perhutani yang dialihkan berdasarkan Surat Keputusan No 175 Tahun 2003 yang berisi penetapan kawasan Perhutani sekitar 73.000 hektar sepanjang Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak untuk dialihkan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Wacana pengalih-kelolaan hutan tersebut sesungguhnya sudah dimulai dari tahun 2003, namun baru terealisasikan pada tahun 2006.

Alasan pengalihan tersebut, salah satunya adalah untuk menyelamatkan hutan yang ketika dikelola oleh Perhutani mengalami banyak kerusakan. Aparat desa mengungkapkan bahwa timbul kekhawatiran dari masyarakat ketika hutan dikelola oleh Perum Perhutani karena selama pengelolaan dilakukan oleh Perhutani, banyak pohon yang ditebang baik secara legal maupun ilegal tanpa dilakukan peremajaan atau penanaman kembali. Hal ini menyebabkan hutan perbatasan yang menghubungkan antara Gunung Halimun dan Gunung Salak menjadi gundul yang kemudian akan berakibat terputusnya jalur satwa endemik yang ada di kawasan tersebut. Satwa endemik seperti macan tutul yang ada di wilayah Salak akan mengalami kesulitan untuk melintas ke Halimun dikarenakan hutan tersebut telah gundul. Dengan demikian, tujuan lain diturunkannya Surat Keputusan tersebut adalah untuk menyelamatkan species endemik yang ada di Taman Nasional Gunung Halimun–Salak, seperti macan tutul.

(6)

Berdasarkan Tabel 1, luas sawah dan ladang merupakan jumlah pemanfaatan lahan terbesar kedua setelah hutan, yakni seluas 1.622 hektar, berarti 43,29 persen dari total wilayah desa merupakan lahan pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa, mayoritas penduduk Desa Cipeuteuy menggantungkan hidupnya pada pengelolaan sawah dan ladang. Menurut hasil wawancara dan observasi, masyarakat desa Cipeuteuy yang dengan intensif bertani adalah masyarakat Dusun Pandan Arum (RT 05) yang memiliki keragaman penguasaan lahan, dimana selain menggarap lahan milik, mereka pun menggarap lahan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan lahan status-quo eks HGU PT. Intan Hepta.

4.2. Keadaan Umum Penduduk

Jumlah penduduk Desa Cipeuteuy pada tahun 2006 tercatat sebanyak 6.352 jiwa yang terdiri dari 3.236 jiwa (50,94 persen) laki-laki dan 3.116 jiwa (49,06 persen) perempuan. Jumlah tersebut berasal dari 1.608 Kepala Keluarga (KK), dengan rata-rata sebanyak 3-4 orang jumlah anggota keluarga pada tiap KK-nya. Adapun komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2.

Menurut jenis kelaminnya, jelas terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi dari jumlah penduduk perempuan berturut-turut baik pada usia anak-anak, produktif, hingga usia lanjut. Data pada monografi Desa Cipeuteuy, menerangkan bahwa menurut desa, golongan penduduk usia produktif berkisar antara 15-55 tahun, sedangkan usia <15 tahun termasuk dalam usia muda dan >55 tahun merupakan usia Lansia.

(7)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006

Golongan Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Total

0-1 1.02 0,98 2,00 2 1,18 1,15 2,33 3-5 4,80 4,63 9,43 6 1,43 1,37 2,80 7-12 5,78 5,56 11,34 13-15 3,15 3,01 6,16 16-18 3,09 2,96 6,05 19-35 9,90 9,60 19,51 36-49 12,19 11,73 23,91 50-55 4,80 4,61 9,41 55+ 3,61 3,46 7,07 Total (Persen) 50,94 49,06 100,00 Total (Jumlah) 3.236 3.116 6.352

Sumber: Data Monografi Desa 2006

Berdasarkan data jumlah angkatan kerja pada monografi desa, yang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3, jumlah penduduk angkatan kerja tercatat sebanyak 3.880 jiwa atau 61,08 persen dari jumlah penduduk seluruhnya yaitu 6.352 jiwa sedangkan sisanya sebanyak 2.472 jiwa (38,91 persen) merupakan anak-anak dan penduduk bukan usia kerja. Dengan demikian, jumlah penduduk yang berada dalam usia produktif (15-55 tahun) lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk di usia anak-anak, dan usia lanjut.

Menurut data potensi desa, penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja berkisar dari umur 15 hingga 55 tahun, meskipun di lapangan ditemukan penduduk yang menurut desa masuk dalam usia lanjut, namun masih dapat melakukan kegiatan usahatani.

(8)

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Angkatan Kerja Tahun 2006.

Tenaga Kerja Jumlah Persen

Usia 15-55 yang bekerja penuh 1.863 48,02

Usia 15-55 yang menjadi ibu rumahtangga 1.548 39,90 Usia 15-55 yang bekerja tidak tentu 305 7,86

Usia 15-55 yang masih sekolah 164 4,23

Jumlah angkatan kerja (15-55) 3.880 100,00

Sumber: Data Monografi Desa 2006

Pada Tabel 3 dikemukakan bahwa dari total jumlah angkatan kerja, penduduk usia kerja (15-55) yang bekerja penuh mempunyai proporsi yang paling besar dibandingkan kondisi angkatan kerja lainnya, yakni sebanyak 48,02 persen dari jumlah total angkatan kerja, atau 29,32 persen dari total jumlah penduduk. Selanjutnya, sebanyak 305 jiwa atau 7,86 persen dari total angkatan kerja merupakan penduduk usia kerja yang bekerja tidak tentu sedangkan dari total angkatan kerja, 4,23 persen diantaranya masih bersekolah.

Data angkatan kerja juga mencantumkan bahwa jumlah angkatan kerja yang menjadi Ibu Rumahtangga memiliki persentase sebanyak 39,90 persen dari total angkatan kerja. Data mengenai angkatan kerja tidak teragregasi menurut jenis kelamin, sehingga sulit untuk membandingkan kondisi pekerjaan menurut jenis kelamin. Namun demikian, menurut penuturan salah seorang aparat desa jumlah penduduk yang bekerja penuh dan tidak tentu belum termasuk jumlah ibu rumahtangga yang menjadi tenaga kerja keluarga.

Lebih lanjut jumlah penduduk desa menurut jenis pekerjan dikemukakan pada Tabel 4. Tabel yang tersedia pada potensi desa tidak teragregasi menurut jenis kelamin, dengan demikian data mengenai jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan hanya dapat dilihat secara umum. Total jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan sama dengan jumlah penduduk angkatan kerja yang bekerja penuh

(9)

yakni sebanyak 1.863 jiwa. Hal ini berarti jumlah angkatan kerja yang bekerja tidak tentu dan menjadi ibu rumahtangga tidak termasuk kedalam penduduk usia produktif yang memiliki pekerjaan.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Cipeuteuy Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2006.

Jenis Pekerjaan Jumlah Persen

Petani 1.192 63,98 Buruh Tani 425 22,81 Pedagang/Penguasaha/Wiraswasta 80 4,29 Tukang Batu 60 3,22 Supir 41 2,20 Karyawan Swasta 30 1,61 Tukang Kayu 20 1,07 PNS 6 0,32 Konstraktor 4 0,21 Penjahit 3 0,16 Montir 2 0,11 Total 1.863 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

Pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 25,45 persen dari total penduduk Desa Cipeuteuy mempunyai pekerjaan tetap pada bidang usahatani, yakni petani dan buruh tani, yakni sebanyak 63,98 persen atau lebih dari setengah total jumah penduduk menurut jenis pekerjaan bekerja sebagai petani, yang disusul oleh buruh tani sebesar 22,81 persen. Jika dibandingkan dengan data pemanfaatan lahan, maka dapat disimpulkan bahwa belum ada distribusi lahan yang cukup merata, mengingat sebagian besar lahan di Desa Cipeuteuy dimanfaatkan untuk hutan produksi (2.000 hektar), tegalan/ladang (1.077 hektar) dan sawah (545 hektar), sedangkan data penduduk menurut pekerjaan menyatakan bahwa pekerjaan yang paling banyak setelah petani adalah menjadi buruh tani

(10)

(425 jiwa), dengan demikian masih banyak penduduk yang tidak memiliki atau menguasai lahan sehingga mereka harus menjadi buruh tani dan menggarap lahan orang lain tanpa dapat menguasai lahan.

Adapun pekerjaan lainnya adalah pedagang/pengusaha/wiraswasta yang berjumlah 80 jiwa (4,29 persen) termasuk tengkulak besar, kecil dan pedagang makanan menetap hingga keliling. Hampir seluruh petani Desa Cipeuteuy menjual hasil pertaniannya kepada para tengkulak. Para tengkulak mempunyai peranan yang cukup besar untuk petani, terutama dalam pemasaran dan distribusi hasil pertanian. Para tengkulak akan berkeliling Desa untuk mengambil hasil pertanian setiap periode yang telah disepakati bersama para petani. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada para petani dan tengkulak, penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak cukup transparan. Hal ini terjadi setelah munculnya tengkulak-tengkulak kecil yang diasumsikan dapat merugikan tengkulak besar, karena penetapan harga yang lebih murah dan lebih transparan kepada petani. Hingga saat ini, para tengkulak menetapkan harga yang lebih relevan dan mulai terbuka kepada para petani mengenai perputaran dan pembayaran uang agar tidak dirugikan oleh keberadaan tengkulak kecil.

Selanjutnya karyawan swasta sejumlah 30 jiwa (1,61 persen) merupakan karyawan yang bekerja di dalam desa maupun pekerja migran yang bekerja di Kota seperti Jakarta, Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Jenis pekerjaan di bidang jasa antara lain adalah penjahit, sebanyak tiga orang (0,16 persen), sopir (41 orang atau 2,20 persen), dan montir yang jumlahnya hanya 2 orang (0,11 persen). Sisanya adalah PNS (6 orang atau 0,32 persen), Kontraktor (4 orang atau 0,21 persen) dan Pertukangan, yang meliputi tukang kayu sebanyak 20 orang (1,07 persen) dan

(11)

tukang batu dengan jumlah 60 orang (3,22 persen). Meskipun tidak tertera dalam monografi desa, namun dari hasil observasi, beberapa penduduk mengembangkan usaha di bidang peternakan. Hingga saat ini tidak ada peternak yang mengusahakannya secara profesional, dan hanya merupakan kepemilikan individu yang dikonsumsi untuk kepentingan pribadi saja.

Sehubungan dengan distribusi kepemilikan lahan, pada Tabel 5 disajikan mengenai jumlah penduduk berdasarkan kepemilikan lahan. Jumlah yang tertera tersebut merupakan data kepemilikan lahan atas individu. Data kepemilikan lahan tersebut tidak teragregasi menurut jenis kelamin, sehingga tidak dapat melihat sebaran kepemilikan lahan menurut jenis kelamin.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Lahan Tahun 2006.

Kepemilikan Lahan (Rumahtangga) Jumlah ( persen) Persen

Tidak memiliki Lahan 163 10,14

< 0.1 Ha 212 13,18 0.1-0.2 120 7,46 0.21-0.3 136 8,46 0.31-0.4 96 5,97 0.41-0.5 54 3,36 0.51-0.6 204 12,69 0.61-0.7 66 4,10 0.71-0.8 92 5,72 0.81-0.9 47 2,92 0.91-1.0 53 3,30 >1.0 98 6,09

Rumahtangga Pemilik Lahan 1.178 73,26

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

Selanjutnya diketahui bahwa persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan lebih tinggi dari penduduk yang tidak memiliki lahan. Penduduk Desa

(12)

Cipeuteuy dengan persentase sebanyak 13,18 persen dari total penduduk memiliki lahan seluas lebih dari satu hektar, dimana jumlah tersebut merupakan persentase tertinggi dibanding rumahtangga lainnya. Dari data tersebut diketahui bahwa distribusi lahan di Desa Cipeuteuy masih kurang merata.

Berbeda dengan Tabel 5 yang menyajikan kepemilikan individu atas.lahan, data yang disajikan pada Tabel 6 merupakan data mengenai kepemilikan rumahtangga petani atas lahan. Sebanyak 74,12 persen dari total rumahtangga yang ada di Desa Cipeuteuy adalah rumahtangga petani yang sebanyak 63,43 persen dari total rumahtangga adalah rumahtangga petani yang memiliki lahan pertanian dan sisanya adalah rumahtangga petani yang tidak berlahan/tunakisma. Dari data tersebut diperoleh 85,57 persen jumlah rumahtangga petani yang memiliki lahan pertanian. Didalamnya termasuk 68 (5,7 persen) rumahtangga petani yang memiliki kurang dari 0,5 hektar, 257 rumahtangga petani yang memiliki 0,5 hektar – 1,0 hektar lahan dan rumahtangga petani yang memiliki lebih dari 1,0 hektar yaitu sebanyak 154 (12,92 persen) rumahtangga petani.

Tabel 6. Jumlah Rumahtangga Pertanian Menurut Jumlah Kepemilikan Lahan Tahun 2006.

Kepemilikan Lahan Rumahtangga Petani Jumlah

(RTP) Persen ( %) Rumahtangga yang Memiliki Lahan Pertanian 1.020 85,57 Rumahtangga yang Memiliki 0,5 – 1,0 Ha 257 21,56 Rumahtangga Petani yang Tidak memiliki Lahan 163 13,67 Rumahtangga yang Memiliki lebih dari 1,0 Ha 154 12,92 Rumahtangga yang Memiliki kurang dari 0,5 Ha 68 5,70

Total Rumahtangga Petani 1.192 100,00

(13)

Para petani yang memiliki/menguasai lahan sawah merupakan petani yang subsisten, karena luas sawah yang dimiliki hanya dapat memenuhi kebutuhan pokok pangan keluarga. Tidak jarang pada beberapa kasus, lahan sawah akhirnya mengering atau bahkan sengaja dikeringkan dan di buat ladang karena kesulitan air untuk mengairi sawah. Alasan yang memotivasi penduduk untuk merubah sawah menjadi kebun dan mulai menanam tanaman palawija adalah besarnya keuntungan yang diperoleh dari lahan kebun, mengingat hasil dari pengelolaan sawah tidak dapat dikomersilkan dan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan rumahtangga. Seiring dengan masuknya teknik budidaya pengelolaan yang baru, maka sedikit demi sedikit petani menggunakan cara baru dan meninggalkan cara lama yang sesungguhnya lebih baik

Tabel 7 selanjutnya akan menunjukkan jumlah penduduk desa menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dalam dokumen potensi desa, tidak ditemukan data mengenai tingkat pendidikan yang teragregasi menurut jenis kelamin, sehingga tidak diperoleh gambaran mengenai perbedaan akses antara laki-laki dan perempuan terhadap pendidikan. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Cipeuteuy tergolong rendah. Mayoritas penduduk Desa Cipeuteuy sebanyak 3.689 jiwa (58,08 persen) hanya mengenyam pendidikan hingga SD/sederajat, hal ini diduga karena adanya kebijakan mengenai wajib belajar 9 tahun yang digalakkan pemerintah. Selanjutnya terdapat 64 jiwa atau 1,01 penduduk usia 7-45 tahun yang tidak pernah sekolah. Sedangkan jumlah penduduk yang menikmati pendidikan SLTP, SLTA, D2 dan S1 semakin sedikit, secara berturut turut yaitu sebanyak 478 jiwa (7,53 persen), 264 jiwa (4,16 persen), 6 jiwa (0,09 persen), 8 jiwa (0,13 persen). Sisanya adalah penduduk yang

(14)

belum bersekolah sebanyak 720 jiwa atau 11,34 persen dari total jumlah penduduk. Rendahnya partisipasi pendidikan tinggi ini diduga dikarenakan jarak dari Desa menuju sekolahan cukup jauh. Desa Cipeuteuy tidak memiliki sekolah SLTP dan SMU, sehingga anak usia sekolah lanjutan pertama harus menempuh jarak sejauh empat kilometer untuk bersekolah pada tingkat SLTP dan lima kilometer jauhnya untuk bersekolah di SMU. Tsanawiyah yang setingkat dengan SLTP berada tiga kilometer jauhnya dari Balai Desa Cipeuteuy, sedangkan akses untuk bersekolah di Perguruan Tinggi hanya dapat diperoleh di Kota Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Jakarta.

Tabel 7. Jumlah Anggota Rumahtangga Desa Cipeuteuy Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2006

Tingkat Pendidikan Persen

Tamat SD 58,08

Tidak tamat SD 17,68

Belum sekolah 11,34

SLTA 4,16 SLTP 7,53

Tidak pernah sekolah 1,01

Diploma (D2) 0,09

S1 0,13

Total (Persen) 100,00

Total (Jumlah) 6.352

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

4.3. Kelembagaan

Kelembagaan yang terdapat di Desa Cipeuteuy meliputi kelembagaan formal dan informal yang beberapa diantaranya diprakarsai sendiri oleh penduduk Desa. Adapun lembaga formal yang terdapat di Desa Cipeuteuy antara lain Pemerintahan Desa, Posyandu, Keluarga Berencana (KB), POSYANDU, dan

(15)

lainnya. Meskipun sudah mengedepankan partisipasi dari masyarakat namun kelembagaan yang berkaitan dengan kepemerintahan desa masih ada campur tangan pemerintah dalam kepengurusan. Kelembagaan keamanan didukung dengan adanya 50 orang hansip dan pos kamling sejumlah 24 unit. Secara umum dalam kelembagaan tersebut dominasi laki-laki masih sangat kuat, karena tergolong dalam kategori lembaga politik menurut Mosher. Sedangkan lembaga yang cenderung kepanjangan dari pekerjaan reproduktif perempuan lebih di dominasi oleh perempuan, seperti halnya Keluarga Berencana (KB) dan POSYANDU.

Kelembagaan desa juga meliputi jaring pengaman sosial dengan program pelayanan kartu sehat dan beras murah (raskin). Distribusi raskin mulai masuk ke Desa Cipeuteuy pada tahun 1997. Raskin didistribusikan masing-masing delapan karung pada tiap RT dengan pembagian 4-5 liter tiap KK. Munculnya kelembagaan ini diduga merupakan dampak dari terjadinya krisis ekonomi. Pendistribusian beras murah cenderung merata karena hampir seluruh penduduk yang termasuk dalam unit analisis penelitian ini memperoleh manfaat dari beras murah. Sedangkan pelaksanaan kartu sehat mengalami hambatan karena tidak juga terlaksananya perpanjangan kartu sehat. Pada lembaga jaring pengaman sosial ini, perempuan diduga lebih dominan dibanding laki-laki karena program ini didominasi oleh peran reproduktif.

Mengingat sebagian luas wilayah Desa Cipeuteuy merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, maka kelembagaan Taman Nasional pun banyak dibentuk, diantaranya KOPEL (Komunitas Peduli Lingkungan), JAMASKOR (Jaringan Masyarakat Hutan Koridor), Taman Nasional dan Kader

(16)

Konservasi. Pemrakarsa lembaga-lembaga ini adalah lembaga atau institusi lain di luar Desa Cipeuteuy yang berkegiatan di wilayah Desa Cipeuteuy dan taman Nasional Gunung Halimun-Salak, seperti lembaga-lembaga penelitian, konservasi dan lainnya. Lembaga-lembaga tersebut dibentuk berdasarkan adanya kebutuhan akan pemeliharaan dan pelestarian hutan dari masyarakat dan pihak-pihak yang berkegiatan di wilayah desa. Lembaga yang terbentuk mempunyai kontribusi yang besar dalam pelestarian hutan.

Selain lembaga tersebut, terdapat kelembagaan pertanian yang meliputi kelompok tani dan koperasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor desa, terdapat 10 kelompok tani yang pernah dibentuk di Desa Cipeuteuy, namun menurut hasil wawancara dan observasi, hanya tiga kelompok tani yang masih aktif dan satu kelompok tani yang berkembang pesat. Kelompok tani yang terbentuk akan berjalan jika kelompok tersebut memiliki pemimpin (front person) dan insentif dari pihak luar. Ketika kelompok tersebut kehilangan figur pemimpin dan tidak dapat menciptakan kader yang baik, maka kelompok tersebut akan “mati”, seperti halnya yang pernah terjadi pada Kelompok Tani Arum Jaya, Tunas Sari di Dusun Cipeuteuy, dan Citra Tani di tingkat Desa Cipeuteuy. Kelompok Tani yang tergolong aktif meliputi Kekompok Tani Arum Bandung yang terletak di Dusun Leuwiwaluh, Kelompok Tani Arum Mekar di Dusun Cisalimar yang juga memprakarsai koperasi Arum Bangun dan Kelompok Tani Selaras di Kampung Sukagalih (RT 25/RW 05) yang hanya mencakup wilayah RT. Meskipun cakupannya hanya pada wilayah Kampung pada 1 RT, namun Kelompok Tani Sukagalih memiliki prestasi yang sangat baik dan mampu melakukan pengembangan kelompok dengan luar biasa hingga membuat

(17)

Sukagalih menjadi Kampung percontohan. Kelompok Tani Arum Mekar dulu pernah menjadi kelompok tani yang lebih besar daripada Kelompok Tani Selaras di Sukagalih pada saat ini. Kelompok tani ini akhirnya pecah, karena tidak dibangun dengan kebutuhan dan kesadaran masyarakat. Selain daripada itu, banyaknya intervensi dari NGO-NGO yang membawa misinya tersendiri membuat pola pikir masyarakat bervariasi yang pada akhirnya membuat masyarakat bingung akan program-program yang akan dilaksanakan.

Hampir keseluruhan anggota Kelompok Tani Arum Bandung menggarap lahan status quo (Eks. Intan Hepta) dan telah bertahun-tahun memperjuangkan hak garapnya. Kelompok tani yang masih aktif di Desa Cipeuteuy ternyata sangat membantu anggota petani di dalamnya dalam proses produksi dan penjualan hasil pertanian. Kelompok Tani Selaras yang ada di Kampung Sukagalih, Dusun Pandan Arum ini sudah 10 tahun didirikan, namun peresmian kelompok tani ini baru dilaksanakan selama dua tahun. Kelompok Tani Selaras hanya beranggotakan laki-laki, namun kelompok tani ini sudah memiliki rencana untuk membentuk kelompok tani khusus perempuan. Kang Hendy, merupakan tokoh masyarakat yang memajukan kelompok tani Selaras dan memotivasi para petani hingga mendapatkan Kalpataru dan mendapat perhatian dari Departemen Pertanian. Kelompok Tani ini sangat mengedepankan konsep swadaya dalam program-program yang diselenggarakan. Modal sosial yang sangat kuat juga menjadi salah satu penunjang keberhasilan Kelompok Tani Selaras. Saat ini kampung Sukagalih menjadi kampung percontohan dan mendapatkan perhatian dari pihak luar, sehingga konsentrasi kegiatan pertanian hingga wisata (camping ground) terpusat pada Kampung Sukagalih.

(18)

Koperasi Arum Mekar terbentuk pada tahun 2003 sebagai solusi atas kebutuhan dalam pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Micro hydro (PLTMH). Koperasi ini mencakup wilayah Pandan Arum yang terdiri dari tujuh buah kampung. Koperasi Arum Mekar memiliki fungsi simpan pinjam untuk para anggotanya dengan modal simpan pinjam anggota sebesar Rp12.542.000,-. Selain berfungsi sebagai simpan pinjam, koperasi Arum Mekar juga membiayai perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Micro hydro (PLTMH) lewat iuran bulanan yang dibayarkan oleh setiap orang yang menggunakan listrik dari PLTMH. Jumlah anggota koperasi Arum Mekar per 30 Desember 2005 adalah 247 orang dengan 107 orang anggota aktif dan 40 orang anggota tidak aktif. Simpanan pokok anggota Koperasi Arum Mekar sebesar Rp25.000,- yang diperoleh dari uang muka listrik. Simpanan wajib koperasi sebesar Rp2.000,-/bulan per anggota dengan pinjaman anggota yang tidak boleh lebih dari Rp500.000,-. Jasa simpan pinjam sukarela koperasi sebesar satu persen tiap bulan dan bunga tiga persen untuk tiap pinjaman anggota. Pada tahun 2005 pengurus telah menggulirkan pinjaman sebesar Rp 34.300.000,- dan piutang anggota sebesar Rp 13.906.000,-.

Adapun kelembagaan informal yang terdapat di Desa adalah kelembagaan keagamaan (pengajian), keuangan (arisan) dan kelembagaan gotong royong. Pengajian yang dilaksanakan di Desa Cipeuteuy biasanya dilaksanakan di tiap RT dengan tokoh agama sebagai penggiatnya. Pada beberapa wilayah, pengajian yang dilaksanakan di setiap RT bergantung kepada pemuka agama daerah tersebut. Dalam kasus ini jika pemuka agama yang dimaksudkan pindah atau meninggal dunia, maka pengajian rutin yang biasanya diselenggarakan akan terhambat dan tidak dapat terselenggara sampai ada pengganti tokoh agama

(19)

tersebut. Di Desa Cipeuteuy juga terdapat satu kepercayaan yang dianut oleh beberapa penduduk, khususnya di daerah Kampung Cilodor yang sering dijuluki ASPEK10.

Kelembagaan arisan hanya dapat ditemui di Dusun Cipeuteuy 1 (RW 01), Dusun Cipeuteuy 2 (RW 02), dan Dusun Cisarua (RW 03). Arisan yang diselenggarakan pada Dusun Cipeuteuy 1,2 dan Cisarua, merupakan arisan dalam bentuk uang yang dipergilirkan sesuai dengan undian dan tidak hanya diperuntukkan pada perempuan, tapi juga laki-laki. Pada tahun 2004, penduduk dusun Pandan Arum menyelenggarakan arisan yang lebih didominasi oleh laki-laki. Penduduk yang berpartisipasi dalam arisan ini membayar arisan tiap bulannya menggunakan padi. Arisan ini disebut Arisan Padi atau dalam bahasa lokalnya disebut arisan pare. Sudah hampir dua tahun arisan ini tidak lagi dijalankan. Padi hasil arisan yang terkumpul disimpan dalam suatu ruangan tempat penyimpanan yang hingga saat ini masih terjaga, namun sudah tidak difungsikan.

Kelembagaan gotong royong (rempugan, babarengan, gorol) di Desa Cipeuteuy dilaksanakan di setiap RT dan Kampung. Gotong royong yang masih ada dewasa ini terutama berlangsung manakala ada kegiatan yang sifatnya temporer, seperti pembangunan masjid, pembangunan jalan, perbaikan jalan hingga membantu pembangunan rumah penduduk. Namun beberapa kampung memiliki jadwal gotong royong, yang umumnya dilaksanakan setiap hari jumat (Jumsih/jumat bersih) dengan kegiatan gotong royong yang meliputi pembuatan

10 ASPEK merupakan kepanjangan dari Anti Speaker. Penduduk yang termasuk ASPEK,

mempercayai bahwa speaker dan segala bunyi-bunyian yang keluar dari benda elektronik dan tersiar kepada publik adalah sesuatu hal yang tidak baik. Masjid tempat ibadah penduduk yang mempercayai ASPEK tidak menggunakan speaker untuk menggaungkan Adzan dan lantunan ayat-ayat Al-Quran.

(20)

rumah, perbaikan jalan, pembuatan irigasi, perawatan irigasi, dan hal lain yang tergolong public facilities. Gotong royong dalam pertanian atau yang sering dijuluki dengan Liliuran masih terselenggara di Desa Cipeuteuy. Kampung Sukagalih merupakan kampung yang masih menyelenggarakan liliuran dengan cara menggarap lahan anggota kelompok bersama-sama secara bergiliran dalam satu kelompok. Dilaksanakannya liliuran ini bertujuan untuk menghemat biaya pengelolaan lahan pertanian yang dapat dikerjakan bersama-sama.

Salah satu lembaga pemuda yang ada di Desa Cipeuteuy adalah Absolute dan GARDECI (Gabungan Remaja Desa Cipeuteuy). GARDECI merupakan Karang Taruna Desa Cipeuteuy yang terbentuk pada tahun 1990. Mayoritas anggota GARDECI berkegiatan di bidang olah raga dan kegiatan Masjid (IRMA-Ikatan Remaja Masjid). Sedangkan Absolute terbentuk tahun 2000, atas dasar persamaan persepsi pemuda Desa Kabandungan dan Desa Cipeuteuy tentang konservasi hutan, pembangunan desa, juga etika pemuda dalam kehidupan bermasyarkat. Pendiri Absolute berjumlah tujuh orang yang berbeda latar belakang pendidikan dan karakter. Anggota Absolute pada tahun 2000 berjumlah 23 orang yang terdiri dari pemuda pemudi Desa Kabandungan dan Cipeuteuy. Dalam perjalanannya, Absolute menjadi jembatan informasi antara masyarakat dengan para pihak yang berkegiatan di wilayah Taman Nasional dan Desa Cipeuteuy. Mereka seringkali membantu kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Pemerintah serta LSM-LSM yang berkegiatan di Desa Cipeuteuy sehingga menelurkan beberapa divisi program, diantaranya Ekowisata, Community Development, Litbang, dan Informasi publik.

(21)

Kelembagaan olah raga yang ada di Desa Cipeuteuy meliputi kelembagaan olah raga sepak bola, bulu tangkis, voli, sepak takrau, tenis meja dan pencak silat. Kelompok olah raga berjumlah 12 kelompok yang terdiri dari Radeci, Boystay, Ligen, PSTL (Persatuan Sepakbola Tanjakan Limus), Arendah, Asten (Asal Tendang), PERSIBA (Persatuan Sepakbola Babakan), Elang Muda, PILIP, Perancis (Peranakan Cisalimar), Garuda, Munding Laya yang seluruhnya dibawah naungan karang taruna desa/KONI (Komite Olah Raga Nasional Indonesia)

4.4. Sarana dan Prasarana

Desa Cipeuteuy mempunyai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan masyarakat, baik formal maupun informal. Sarana yang mendukung kegiatan desa adalah Balai Desa/Kantor Desa dengan berbagai fasilitas di dalamnya meliputi masing-masing tiga unit komputer dan mesin tik, 10 unit meja, 46 unit kursi yang dapat disewakan atau dipinjamkan untuk kebutuhan desa dan warga, dan lemari arsip sebanyak dua unit. Selain itu, desa juga menyediakan sound system yang merupakan bantuan dari PT. Chevron Gunung Salak dan bantuan dari Balai Taman Nasional, berupa.sepeda motor yang digunakan untuk operasional desa.

Desa Cipeuteuy memiliki satu buah Madrasah Ibtidaiyah setara Sekolah Dasar yang terletak di Dusun Cipeuteuy 1 dan empat buah Sekolah Dasar (SD), masing-masing terletak di Dusun Cipeuteuy 2, Cisarua, Leuwiwaluh dan Pandan Arum. Empat Sekolah Dasar tersebut dalam kondisi baik, salah satunya, yakni SD Cipeuteuy baru saja mendapat bantuan untuk perbaikan sekolah. Desa Cipeuteuy hanya memiliki satu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Dusun

(22)

Cipeuteuy 2 dan 1. Tsanawiyah yang sederajat dengan pendidikan tingkat SLTP di Dusun Leuwiwaluh. Selain itu, Desa Cipeuteuy juga memiliki tujuh buah Madrasah Diniyah yang juga merupakan sarana pendidikan formal. Kondisi ketujuh bangunan tersebut masih dapat dikatakan baik, namun masih memerlukan perbaikan pada beberapa tempat. Untuk pendidikan Informal, di Desa Cipeuteuy terdapat rental komputer serta perpusatakaan sederhana yang berisikan buku-buku hasil riset serta buku-buku sumbangan.

Setiap kampung dan dusun memiliki masjid dan mushola yang secara keseluruhan berjumlah 10 buah masjid dan 19 buah mushola, dimana beberapa diantaranya telah mengalami perbaikan dengan bantuan dari pihak luar yang mempunyai lahan di Desa Cipeuteuy. Terdapat tiga buah masjid dan empat buah mushola di Cipeuteuy, masing-masing dalam kondisi yang baik. Dusun Cisarua memiliki dua buah masjid dan tujuh buah mushola, sebanyak satu buah masjid dan lima buah mushola di Dusun Leuwiwaluh dan empat buah masjid serta tiga buah mushola di dusun Pandan Arum.

Sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di Desa Cipeuteuy antara lain meliputi enam buah posyandu, yang didukung oleh satu orang paramedis dan tiga orang dukun terlatih. Sedangkan untuk pengairan, Cipeuteuy memiliki dua unit saluran air bersih/perpipaan, 117 unit sumur gali yang dimanfaatkan oleh 117 KK, lima aliran sungai, diantaranya Citamiang, Cipanas dan Citarik yang dimanfaatkan oleh 431 jiwa. Selanjutnya masih ada penduduk yang menggunakan mata air, yakni sebanyak 560 KK pada 120 mata air, sedangkan PAM tersedia tiga unit dengan 500 KK yang memanfaatkannya. Sebagai sarana sanitasi, masyarakat Desa Cipeuteuy sebanyak 1.120 rumahtangga atau 69,7 persen dari total KK

(23)

memiliki WC dan sebanyak 280 rumahtangga yang buang air besar di sungai sedangkan jumlah MCK yang tersedia sebanyak 500 unit termasuk 20 unit yang mengalami kerusakan. Adapun data mengenai jumlah dan pemanfaatan sarana dan prasarana pengairan terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Sarana pengairan dan Rumahtangga Penerima Manfaat Sarana Pengairan di Desa Cipeuteuy Tahun 2006

Sarana Pengairan Jumlah (unit) Jumlah Penerima Manfaat (KK)

Mata Air 120 560 Sumur Gali 177 117 PAM 3 500 Sungai 5 431 Mata Air 120 560 Perpipaan 4 500

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

Saluran irigasi yang mengairi sawah penduduk Desa Cipeuteuy seluas 545 hektar terbagi menjadi saluran primer sepanjang 2,5 meter, saluran sekunder sepanjang 800 meter dan pintu pembagi air sebanyak 80 unit Adapun sepanjang 800 meter saluran primer, 200 meter saluran sekunder dan 20 unit pintu pembagi air dalam keadaan rusak.

Adapun untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan listrik, fasilitas yang disediakan Desa Cipeuteuy antara lain aliran listrik dari PLN, turbin kecil (keren) dan Pembangkit Listrik Tenaga Micro hydro (PLTMH). PLTMH ini di bangun sejak tahun 2004, tepatnya di Dusun Pandan Arum dan telah mensuplai listrik untuk lima kampung atau kurang lebih 500 KK yang ada di Dusun tersebut. Kondisi mesin Micro hydro masih dalam keadaan baik, dan hanya dua kali melakukan penggantian karet. Pemasangan PLTMH ini merupakan bantuan dari IBEKA dan dioperasikan mulai pukul empat sore hingga pukul tujuh pagi oleh

(24)

empat orang yang bertanggung jawab mengoperasikan dan memeliharanya. Dana pemeliharaan Micro hydro berasal dari koperasi yang dibayarkan tiap bulan. Selama ini pemakaian daya telah melampaui batas ketetapan. Tidak ada kesesuaian antara jumlah daya yang terdaftar di koperasi dengan pemakaian konsumen. Kapasitas turbin adalah 33.000 watt, jumlah yang terjual (data koperasi) adalah sebanyak 22.000 watt, pengeluaran jumlah watt di turbin tiap harinya adalah 30.000 s/d 33.000 watt. Dengan demikian, jumlah watt yang menjadi cadangan telah habis terpakai. Benda elektronik yang paling banyak mengambil daya salah satunya adalah penggunaan rice cooker dan setrika.

Adapun fasilitas olah raga yang tersedia di desa ini adalah tiga lapangan sepak bola, berikut peralatan pertandingan bola, empat buah lapangan tenis meja, dan empat lapangan voli yang dikapasitasi oleh delapan tim sepak bola, empat tim tenis meja dan empat tim voli. Sarana komunikasi desa tersebut antara lain tersedianya jaringan telepon rumah, wartel dan radio lokal (TATALEPA). Jaringan telepon rumah hanya dapat menjangkau satu buah Dusun yang ada di desa tersebut dan hanya 20 orang yang mempunyai pesawat telepon. Sarana komunikasi didukung juga oleh adanya dua buah wartel dan keberadaan radio lokal yang di inisiasi oleh Absolute sebagai lembaga lokal pada tahun 2005. Selain itu, sebanyak 643 orang menikmati bentuk komunikasi visual pada televisi dengan total empat parabola di wilayah desa. Radio lokal diinisiasi pada tahun 2005 oleh lembaga Absolute untuk informasi publik dan sarana berbagi informasi antara masyarakat antar kampung. Radio ini dikelola oleh pemuda setempat dengan tujuan untuk mengembangan pola pikir pemuda tentang hidup

(25)

berorganisasi. Sejauh ini radio lokal yang ada belum dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber informasi masyarakat desa.

Sarana jalan yang menghubungkan antara satu dusun ke dusun lainnya dalam kondisi kurang baik. Hanya beberapa wilayah dan jalan tertentu saja yang beraspal. Salah satunya karena jalan tersebut merupakan jalan yang baru dibuka untuk memenuhi kebutuhan TNGHS, sedangkan jalan dari Dusun Leuwiwaluh hingga Pandan Arum merupakan jalan bebatuan. Niatan seorang tokoh masyarakat untuk menjadikan desa ini menjadi desa Agropolitan dengan maksud agar jalan segera diaspal, tidak dapat terlaksana, karena kurangnya luas wilayah akibat lahan status quo sebagai salah satu persyaratan. Selain ojeg, terdapat angkutan umum (colt) dari Parung Kuda hingga Dusun Pandan Arum sebagai batas terjauh, dimana terminalnya terletak di Dusun Cipeuteuy. Angkutan pertama kali adalah Bus yang beroperasi tahun 1957. Disusul dengan oplet (1974) yang beroperasi hingga batas kantor desa, karena jalan belum dibuka. Tahun 1986 mulai masuk angkutan menuju Leuwiwaluh yang merupakan angkutannya satu-satunya yang menempuh jarak jauh melewati kantor desa. Saat ini sudah ada kendaraan yang menjangkau hingga ke Nirmala, yang letaknya 11 kilometer dari balai Desa Cipeuteuy, diantaranya mobil (20 unit), truk (10 unit), kendaraan pribadi baik motor maupun mobil berjumlah 30 unit dan 50 buah ojeg yang ditunjang dengan adanya lima buah pangkalan ojeg, enam buah jembatan dan sebuah terminal.

Cipeuteuy mempunyai tiga buah Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang terletak di Dusun Cisarua dan Pandan Arum. Tempat pemakaman umum hanya tersedia bagi penduduk yang tidak memiliki tanah pemakaman keluarga atau

(26)

tanah hak milik. Bagi orang-orang yang memiliki tanah hak milik, maka anggota keluarga yang meninggal akan dikuburkan di tanah hak milik, seperti di pekarangan dan kebun. Hal ini menjadi salah satu alasan, mengapa tanah-tanah di daerah Cipeuteuy tergolong murah, karena tiap lahan pekarangan rumah atau kebun terdapat kuburan anggota keluarga yang telah meninggal. Hal ini hanya berlaku pada daerah perbatasan antara Desa Cipeuteuy dengan Desa Kabandungan.

Gambar

Gambar 3. Peta Lokasi Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan , Kabupaten  Sukabumi, Jawa Barat
Tabel 2.  Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun  2006
Tabel 4.  Jumlah Penduduk Desa Cipeuteuy Menurut Jenis Pekerjaan Tahun  2006.

Referensi

Dokumen terkait

Klasifikasi tutupan lahan di Kasepuhan Ciptagelar Desa Sirnaresmi berdasarkan data potensi Kasepuhan Ciptagelar Desa Sirnaresmi tahun 2008 terdiri atas: leuweung

Areal persawahan pada grup vulkanik secara luas terdapat di Kecamatan Pasaman dan Kinali dengan tingkat kesesuaiannya mulai dari cukup sesuai sampai sangat sesuai. Sebagian

Dapat di ketahui bahwa jumlah penduduk usia produktif yaitu usia 15-59 tahun sebanyak 8.055 jiwa atau sebesar 63,34%, berarti sebagian besar warga desa Kepuharjo

Penetapan Pusat Pelayanan Kota, yang berada di sebagian wilayah Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Timur, Rawalumbu, Bekasi Selatan, yang meliputi kawasan Jalan Sudirman

Lebih lanjut, jika dibandingkan Kabupaten Purwakarta yang merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terendah di Jawa Barat, jumlah penduduk di Kabupaten Bogor lebih tinggi 81,6

Pada bagian ini pada lahan milik banyak dijumpai sawah irigasi, sedang pada kawasan hutan berupa tegakan Pinus rapat cukup luas, dan pada lereng atas dan puncaknya berupa

Kawasan Taman Nasional Baluran memiliki dua buah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Bajulmati dan Sungai Klokoran yang membentuk batas Taman Nasional di sebelah Selatan dan

Kondisi lapangan yang umumnya berbukit sampai berbukit curam menyebabkan sebagian lahan tegalan di wilayah ini diusahakan dalam bentuk agroforestri kebun campuran, dimana