• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA MATERI LIMIT MELALUI MODEL TTS

PLUS-PLUS PADA SISWA KELAS XI IPS 4 SMAN 1 KRAMAT TAHUN

PELAJARAN 2014/2015

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh:

Nur Rokhman, M.Pd.

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TEGAL

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA

UPTD SMA NEGERI 1 KRAMAT

2015

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang memegang peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi. Dengan belajar matematika siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Begitu kompleksnya unsur-unsur yang ada dalam rumus matematika, banyaknya definisi, penggunaan simbol-simbol yang bervariasi dan rumus-rumus yang beraneka ragam, menuntut siswa untuk lebih memusatkan pikiran agar dapat menguasai konsep dalam matematika tersebut. Hal ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan.

Limit merupakan salah satu materi dalam matematika yang banyak membutuhkan keterampilan siswa dalam melakukan manipulasi aljabar. Hasil ulangan harian Matematika materi Limit menunjukkan rata-rata nilai 39,13 dengan 1 siswa (3,33%) yang tuntas dan 29 siswa (96,67%) belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Dalam pembelajaran matematika siswa cenderung pasif, beberapa siswa juga sering tidak membawa buku pelajaran matematika. Ketika diberi tugas, yang mengerjakan hanya siswa pandai

(3)

saja, sementara siswa yang lain hanya menyalin jawaban dari temannya. Hal ini menunjukkan aktivitas belajar siswa masih rendah.

Pembelajaran matematika selama ini masih bersifat konvensional dengan karakteristik berpusat pada guru, dan menggunakan pendekatan yang bersifat ekspositori. Dengan proses pembelajaran seperti ini siswa menjadi pasif, kadar aktivitas dan komunikasi antara siswa dan guru sangat rendah, komunikasi yang terjadi terbatas pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa dapat disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang efektif. Pembelajaran belum menggunakan model dan media yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu perbaikan pembelajaran dengan model tertentu yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model Tutor Teman Sebaya Plus-plus (TTS plus plus) yaitu model Tutor Teman Sebaya dilengkapi dengan LKS interaktif dan kompetisi antar kelompok.

Pemilihan model pembelajaran tutor teman sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya. Manfaat dari pelaksanaan tutor teman sebaya bukan hanya dirasakan oleh tutor saja, tetapi juga bagi siswa yang dibimbingnya. Siswa pada umumnya lebih mudah berkomunikasi dengan teman sebayanya dibandingkan dengan gurunya. Dengan tutor teman sebaya, siswa dapat mendiskusikan pendapat,

(4)

bertanya, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik dan menyimpulkan penemuan mereka, sehingga mendapatkan sesuatu yang lebih baik dibanding dengan mempelajarinya secara individu.

Salah satu kendala dalam pelaksanaan metode tutor teman sebaya adalah kemampuan tutor itu sendiri, untuk itu pada pelaksanaannya dibantu dengan LKS interaktif yang dapat dijalankan pada laptop maupun smartphone android. Untuk menambah semangat dan motivasi siswa dalam diskusi dengan kelompoknya, diadakan kompetisi antar kelompok. Dengan kompetisi ini masing-masing anggota kelompok akan bersemangat dan berusaha untuk tidak kalah dengan kelompok lain. Dari uraian di atas peneliti akan menerapkan model Tutor Teman Sebaya Plus-plus (TTS Plus-plus) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika materi Limit kelas XI IPS4 semester II SMA Negeri 1 Kramat Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Apakah melalui penggunaan model TTS Plus-plus dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015?

(5)

2. Apakah melalui penggunaan model TTS Plus-plus dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa

kelas XI IPS 4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui model TTS Plus-plus.

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui model TTS Plus-plus.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

a) Meningkatnya aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015.

b) Meningkatnya prestasi belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Bagi guru

a) Guru dapat memanfaatkan model TTS Plus-plus untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

(6)

b) Guru dapat memanfaatkan model TTS Plus-plus untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

c) Meningkatkan kinerja guru.

3. Bagi sekolah

a) Meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran Matematika di sekolah.

(7)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Hakikat Matematika

Ditinjau dari struktur dan urutan unsur-unsur pembentuknya, Purwoto (2003: 12) mengemukakan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.

Menurut Russeffendi (1984: 261), matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisir, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil dan matematika adalah pelayan ilmu. Karena matematika timbul dari proses pemikiran manusia, tentu setiap orang dapat mempelajarinya, sehingga akan terasa sangat dangkal jika pemahaman matematika hanya didapat melalui hafalan saja.

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari yang diperoleh dari materi pengukuran, geometri, aljabar, dan trigonometri. Selain itu, matematika juga mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model

(8)

matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasikan, yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, serta mengkomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan elemen dan kuantitas dengan menggunakan bahasa universal.

2. Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku, atau dengan istilah lain belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing) (Hamalik, 2003: 27). Menurut pengertian ini, belajar merupakan

suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Sejalan dengan itu Gagne, mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang bertahap dari bentuk yang sederhana sampai ke bentuk yang komplek (Semiawan, 1992: 132).

Dalam pengertian yang lain, belajar adalah proses berpikir dan menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan (Sanjaya, 2007: 107), sehingga proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi

(9)

pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri.

Hudojo (1998:1) menyatakan bahwa seseorang dikatakan belajar jika ada proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku berlaku dalam waktu relatif lama yang disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu berubah dari tidak bisa menjadi bisa.

Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat diartikan bahwa belajar adalah memahami sesuatu yang baru dan kemudian memaknainya, yaitu adanya perubahan tingkah laku siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap ataupun keterampilan sebagai hasil usaha dari orang yang belajar.

3. Pembelajaran

Istilah pembelajaran dipakai untuk menunjukkan konteks yang menekankan pada pola interaksi guru dan siswa atau interaksi antara kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar. Pembelajaran mengandung pengertian yang di dalamnya mencakup sekaligus proses mengajar yang berisi serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas, dan proses belajar yang terjadi pada siswa yang berisi perbuatan siswa untuk menghasilkan perubahan pada dirinya sebagai akibat kegiatan mengajar dan belajar.

Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Majid, 2013:4). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan

(10)

guru secara terprogram dalam sebuah desain pembelajaran untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Desain pembelajaran tersebut dikondisikan untuk merangsang siswa agar dapat belajar dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Penggunaan istilah pembelajaran mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan siswa. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar (Sanjaya, 2007: 96).

Akan tetapi pengertian di atas bukan berarti pembelajaran memperbesar peranan siswa di satu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Dalam istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal, demikian juga halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi dan aktivitas, hanya menunjukkan kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mempunyai pengertian sebagai suatu proses atau usaha sadar dan aktif dari guru terhadap siswa agar siswa memiliki keinginan untuk belajar serta saling bertukar informasi.

(11)

4. Model Tutor Teman Sebaya (TTS)

Dalam pembelajaran sumber belajar tidak harus guru. Sumber belajar bisa berasal dari siswa yang lebih pandai. Zaini (dalam Suyitno, 2004:36) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor teman sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam mengerjakan materi kepada teman-temannya. Conny Semiawan (dalam Suherman dkk, 2003:276) mengemukakan bahwa tutor teman sebaya adalah siswa yang pandai memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan teman-teman di luar sekolah. Mengingat bahwa siswa merupakan elemen pokok dalam pengajaran, yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran. Suryo dan Amin (1984:51) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan tutor teman sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar.

Menurut Alwi (2009) ada pengaruh yang signifikan dari metode tutor teman sebaya terhadap motivasi belajar matematika siswa SMA. Hal ini berarti bahwa penerapan metode pembelajaran tutor teman sebaya akan meningkatkan motivasi belajar matematika siswa SMA. Tutor teman sebaya adalah perekrutan salah satu siswa guna memberikan satu per satu pengajaran kepada siswa lain

(12)

dalam menyelesaikan tugas yang diberikan melalui partisipasi peran tutor dan tutee. Tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee (Roscoe & Chi,

2007).

Menurut Arjanggi & Suprihatin (2010) metode tutor teman sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi temantemannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang belum faham terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif.

Dengan memperhatikan pengertian tutor teman sebaya, maka dapat disimpulkan bahwa metode tutor teman sebaya ialah pemanfaatan siswa yang mempunyai keistimewaan, kepandaian dan kecakapan di dalam kelas untuk membantu memberi penjelasan, bimbingan dan arahan kepada siswa yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran yang usianya hampir sama atau sekelas dalam pembelajaran.

Tutor teman sebaya telah berhasil diterapkan di banyak universitas di seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas belajar siswa (Magin, & Churches, 1995). Webb & Mastergeorge (2003) menyatakan bahwa tutor teman sebaya merupakan salah satu strategi yang paling baik dipelajari dalam pembelajaran

(13)

matematika. Format bimbingan terstruktur tutor teman sebaya secara efektif membantu siswa yang mengalami kesulitan dengan materi pada pembelajaran matematika. Topping (1996) mengatakan bahwa metode tutor teman sebaya pada pendidikan lanjutan dan tinggi telah banyak digunakan dan telah terbukti efektif.

Untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor diperlukan pertimbangan-pertimbangan, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Memiliki kepandaian lebih unggul daripada siswa lain.

b. Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. c. Mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain.

d. Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor teman sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya dan rajin.

e. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.

f. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.

Agar pelaksanaan pengajaran tutor teman sebaya dapat berlangsung secara efektif dan berhasil, guru perlu memperhatikan pemilihan petugas tutor teman sebaya dan pembentukan kelompok. Banyaknya petugas tutor teman sebaya ditentukan oleh ciri-ciri yang telah disebutkan di atas dan disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelas tersebut dan banyaknya siswa dalam tiap-tiap kelompok yang akan direncanakan. Karena jumlah siswa ada 30 orang

(14)

direncanakan banyaknya kelompok ada 6 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok 5 orang,

Menurut Suryo dan Amin (1982:51), beberapa kelebihan metode tutor teman sebaya adalah sebagai berikut.

a. Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara siswa yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu.

b. Bagi tutor sendiri, kegiatan remedial ini merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar.

c. Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak yang dibantu.

d. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.

Adapun kekurangan metode tutor teman sebaya adalah sebagai berikut. a. Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik belum tentu

mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu.

b. Siswa yang dipilih sebagai tutor belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik.

5. Model Tutor Teman Sebaya (TTS) Plus Plus 1. Plus LKS Interaktif Berbasis Komputer

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah media cetak yang berupa lembaran-lembaran kertas yang berisi informasi soal-soal atau pertanyaan yang harus dijawab. Seiring dengan perkembangan teknologi, LKS dapat didesain sedemikian rupa dalam bentuk aplikasi yang dapat dijalankan pada komputer maupun smartphone. LKS dalam bentuk aplikasi sebaiknya

(15)

bersifat interaktif, artinya dapat memberi balikan terhadap respon atau jawaban siswa.

Metode tutor teman sebaya akan berhasil jika siswa yang dipilih sebagai tutor dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk membantu tutor dalam membimbing anggota kelompoknya pada masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif berbasis komputer. LKS ini diberikan dalam dua versi yaitu versi cetak dan versi aplikasi yang dapat dijalankan pada laptop maupun smartphone android. Tutor dan anggota kelompoknya bersama-sama menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menggunakan LKS interaktif berbasis komputer untuk selanjutnya disalin dalam LKS versi cetak.

Kelebihan LKS interaktif adalah sebagai berikut.

a. Dapat memberi umpan balik secara langsung terhadap jawaban siswa. Dalam pengisiannya siswa tidak perlu takut salah karena bagian yang salah akan ditunjukkan oleh komputer untuk selanjutnya dapat diperbaiki kembali.

b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri.

c. Dapat diulang kembali sesuai dengan kebutuhan siswa.

Kelebihan dari LKS interaktif di atas cocok digunakan dalam pembelajaran tutor teman sebaya. Tutor dapat membimbing temannya

(16)

sesuai dengan kecepatan belajarnya, untuk selanjutnya teman yang dibimbing dapat mencoba mengisi LKS secara mandiri.

2. Plus Kompetisi Antar Kelompok

Pembelajaran akan berhasil dengan baik jika siswa merasa senang dengan pembelajaran tersebut. Untuk menambah motivasi dan semangat siswa dalam belajar, diadakan kompetisi antar kelompok. Dengan kompetisi ini siswa akan bersemangat dan berusaha untuk tidak kalah dengan kelompok yang lain.

Aturan main kompetisi antar kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Pertandingan

1) Masing-masing perwakilan kelompok akan bertanding di meja pertandingan menghadapi perwakilan dari kelompok lain yang mempunyai kemampuan seimbang.

2) Siswa yang dapat menjawab soal dengan benar dan paling cepat akan memperoleh skor 6. Selanjutnya, siswa berikutnya mendapat skor 5, dan seterusnya. Siswa yang menjawab salah mendapat skor 0.

b. Kuis

Semua siswa diberi kuis secara individu, kemudian diberi skor untuk selanjutnya digabung dengan skor pertandingan. Kelompok yang memperoleh skor tertinggi adalah juara kompetisi.

(17)

6. Aktivitas Belajar Matematika

Aktivitas siswa dalam pembelajaran bisa positif maupun negatif. Aktivitas siswa yang positif misalnya, mengajukan pendapat atau gagasan, mengerjakan tugas atau soal, komunikasi dengan guru secara aktif dalam pemebelajaran dan komunikasi dengan sesama siswa sehingga dapat memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif, misalnya mengganggu sesama siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.

Dierich dalam Nasution (1995) membagi aktivitas belajar menjadi 8 kelompok, yaitu :

a. Kegiatan-kegiatan visual, seperti: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, atau mengamati orang lain bekerja.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti: mengemukakan fakta/pendapat, mengajukan pertanyaan, berwawancara, atau diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok.

d. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti: mengerjakan tes, menulis laporan atau rangkuman, memeriksa hasil diskusi.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti : menggambar, membuat grafik, diagram, atau pola.

(18)

f. Kegiatan-kegiatan metrik, seperti : melakukan percobaan, memilih alas-alas, membuat model, menyelenggarakan simulasi.

g. Kegiatan-kegiatan mental, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti : minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, keaktifan yang diamati adalah keaktifan dalam partisipasi mengawali pembelajaran, partisipasi dalam proses pembelajaran, dan menutup jalannya pembelajaran.

7. Prestasi Belajar Siswa

Menurut Oemar Hamalik (2006: 14) hasil belajar adalah terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu dan dari tidak mengerti menjadi tahu dan mengerti. Dengan demikian, hasil belajar menunjukkan perubahan dari sebelum pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar menunjukkan perubahan yang berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan perilaku.

Prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan, secara singkat dapat dikatakan prestasi adalah hasil usaha. Perbedaan hasil belajar dengan prestasi belajar, bahwa penilaian hasil belajar dilakukan menyangkut 3 aspek, sementara penilaian prestasi belajar dilakukan pada aspek kognitif. Prestasi belajar merupakan sesuatu yang harus dapat diukur

(19)

(measurable). Mengukur prestasi belajar berarti mengukur atau melakukan penilaian mengenai seberapa besar pencapaian kompetensi dasar yang diperoleh siswa. Kompetensi dasar berarti kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif.

Selanjutnya penilaian prestasi belajar pada penelitian ini difokuskan pada penilaian pada aspek kognitif siswa yang berkenaan dengan tingkat pencapaian kompetensi dasar pada materi Limit. Data penilaian diambil melalui tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir kegiatan.

B. Kerangka Berpikir

Awal dari proses pembelajaran pada tiap pertemuan yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, langkah-langkah model TTS Plus-plus, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada setiap kelompok. Selanjutnya dilakukan Model Tutor Teman Sebaya Plus-plus. Guru memberikan tugas untuk mempelajari, mengerjakan dan menjawab pertanyaan dari LKS. Pada kegiatan ini tutor pada masing-masing kelompok bersama anggota kelompoknya mengerjakan LKS dengan bantuan LKS interaktif berbasis komputer. Dengan LKS interaktif tutor dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajarnya sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa dapat mengulang kembali mengisi LKS interaktif secara mandiri sesuai kebutuhannya.

Untuk lebih menambah semangat siswa dalam belajar, diadakan kompetisi antar kelompok. Dengan kompetisi ini maka semua siswa merasa bertanggungawab

(20)

dalam kelompoknya dan berusaha agar jangan sampai kelompoknya dikalahkan oleh kelompok lain. Sehingga semua siswa berusaha aktif dan bersungguh-sungguh dalam belajarnya.

Dengan penerapan model TTS Plus-plus maka akan terjadi proses dialogis dan pembelajaran juga lebih terbuka dan bermakna. Dengan pembelajaran yang lebih dialogis dan lebih terbuka, keaktifan siswa semakin meningkat. Peningkatan aktivitas siswa ini tentu saja akan disertai peningkatan kemampuan penguasaan materi konsepnya. Sehingga pada akhirnya bila diberi tes siswa akan memperoleh hasil yang lebih baik.

Berikut adalah bagan kerangka berpikir penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Kondisi Awal

Guru menggunakan metode ceramah

Aktivitas dan Prestasi Belajar Rendah

Tutor Sebaya Kompetisi

LKS Interaktif

(21)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, guru menetapkan hipotesis tindakan sebagai berikut.

1. Melalui penggunaan Model Tutor Teman Sebaya Plus-plus dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Melalui penggunaan Model Tutor Teman Sebaya Plus-plus dapat meningkatkan Prestasi belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Kramat Kabupaten Tegal, dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pembelajaran 2014/2015, dengan waktu pelaksanaan selama 2 minggu yaitu pada bulan Februari 2015.

B. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi dua sumber yaitu (1) sumber data primer di mana data diperoleh langsung dari subjek penelitian (siswa); dan (2) sumber data sekunder diperoleh dari pengamatan teman sejawat.

C. Teknik Pengambilan Data 1. Tes Tertulis

Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes awal diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa tentang Limit dan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu hasil belajar siswa. Dengan perkataan lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan prestasi belajar siswa sesuai dengan siklus yang ada.

(23)

2. Pengamatan

Data tentang kegiatan siswa diperoleh menggunakan lembar penilaian pengamatan kegiatan siswa baik individu maupun kelompok. Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti yang terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi rangsang baik yang datang dari guru atau teman lain, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, dan sebagainya.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik analisis. Data kuantitatif diolah melalui analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan siklus II, sedangkan data kualitatif hasil pengamatan diolah menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

E. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah. 1. Aktivitas Siswa

Sebanyak 90% siswa skor aktivitas dalam pembelajaran masuk kategori baik atau sangat baik.

2. Prestasi Belajar

Jumlah siswa yang tuntas belajarnya meningkat, dengan Persentase siswa yang tuntas di atas 75% pada akhir siklus II.

(24)

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan pelaksanaan kolaboratif antara pengamat dengan guru sebagai pelaku tindakan. Arikunto (2008: 2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas melalui paparan gabungan definisi dari kata “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan atuan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam rangkaian penelitian berbentuk siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama oleh guru. Jadi, Arikunto (2008: 3) berkesimpulan penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Adapun langkah penelitiannya bersifat refleksi tindakan dengan pola “proses Pengkajian Berdaur (Siklus)”. Langkah ini berulang-ulang yang terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus.

(25)

G. Siklus Kegiatan 1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Menyususn rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus I yakni Silabus, RPP materi Limit. Penekanan perencanaan disini adalah menyiapkan siswa benar-benar siap melaksakan tugas terstruktur. 2) Menyiapkan LKS interaktif, aturan pertandingan, dan daftar skor

kelompok.

3) Membentuk kelompok belajar secara heterogen, dengan anggota 5 orang termasuk tutor.

4) Mempersiapkan kisi-kisi kuis 1 beserta kunci jawabannya sebagai evaluasi siklus I.

5) Mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan guru.

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran pada siswa. Pembelajaran dilakukan oleh guru dan diamati oleh teman sejawat yang bertugas mengamati proses pembelajaran. c. Pengamatan

Tahap observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain

(26)

itu, untuk memperoleh data yang akurat, guru juga bertanya jawab dengan siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

d. Refleksi

Secara kolaboratif guru dan pengamat menganalisis hasil pengamatan dan hasil tes. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I. Mendiskusikan hasil analisis berdasar indikator pengamatan, dan hasil evaluasi. Membuat suatu perbaikan tindakan atau ran cangan revisi berdasar hasil analisis pencapaian indikator-indikator tersebut.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus II, tahapan pelaksanaan sama dengan pelaksanaan siklus I dengan penyempurnaan pada pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. pada tahap ini, guru kembali menyusun Rencana Pembelajaran untuk siklus II.

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran pada siswa. Pembelajaran dilakukan oleh guru dan diamati oleh teman sejawat yang bertugas mengamati proses pembelajaran. c. Pengamatan

Tahap observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi

(27)

dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain itu, guru juga bertanya jawab dengan siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

d. Refleksi

Pada siklus II digunakan untuk melihat apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak. Pada akhir siklus II melalui model TTS Plus-plus diharapkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa materi Limit meningkat.

(28)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

1. Aktivitas belajar Matematika

Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika kondisi awal masih rendah, siswa cenderung pasif dan menunggu temannya dalam mengerjakan tugas. Dalam satu kelas yang aktif mengerjakan tugas hanya anak-anak tertentu saja, sementara yang lain menunggu jawaban dari temannya. Beberapa siswa bahkan sama sekali tidak mengerjakan tugas dengan alasan tidak bisa. Ketika siswa diminta berdiskusi dengan temannya maka bukan diskusi yang terjadi melainkan hanya menyalin jawaban teman tanpa mau tahu bagaimana cara menyelesaikan masalahnya.

Aktivitas pada kondisi awal dilakukan pada aspek kesiapan mengikuti pelajaran, perhatian saat guru menjelaskan, keseriusan mengerjakan tugas, keaktifan mencatat poin-poin penting, keaktifan dalam diskusi dan kerjasama dengan kelompoknya. Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dengan skor 1 sampai 5. Skor 5 = sangat baik, skor 4 = baik, skor 3 = cukup, skor 2 = kurang, dan skor 1 = sangat kurang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa adalah berada pada skor 2,74 atau pada kategori cukup. Hasil pengamatan aktivitas belajar Matematika pada kondisi awal berdasarkan kategori tampak pada Tabel 4.1.

(29)

Keterangan Aspek:

1. Kesiapan mengikuti pelajaran 2. Perhatian pada saat guru

menjelaskan 3. Keseriusan dalam

mengerjakan Tugas 4. Keaktifan mencatat hal

penting dalam pembelajaran 5. Keaktifan dalam diskusi 6. Keaktifan Kerjasama

Tabel 4.1 Aktivitas belajar pada kondisi awal berdasarkan kategori

Rentang Skor Kategori Jumlah Siswa

4.20 ≤ Skor < 4.00 Sangat baik 0

3.40 ≤ Skor < 4.20 Baik 8

2.60 ≤ Skor < 3.40 Cukup 11

1.80 ≤ Skor < 2.60 Kurang 5

1.00 ≤ Skor < 1.80 Sangat Kurang 7

Tabel 4.1 menunjukkan hanya terdapat 8 siswa (26,67%) masuk kategori baik, 11 siswa (36,67%) masuk kategori cukup, 5 siswa (16,67%) masuk kategori kurang, dan 6 siswa (20%) masuk kategori sangat kurang. Hal ini menunjukkan aktivitas belajar Matematika masih belum optimal.

Hasil pengamatan aktivitas belajar Matematika pada kondisi awal pada masing-masing aspek dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Aktivitas belajar matematika kondisi awal pada masing-masing aspek 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 1 2 3 4 5 6

(30)

2. Prestasi belajar Matematika

Prestasi belajar pada kondisi awal diperoleh dari hasil ulangan harian materi Limit. Siswa diminta mengerjakan soal tes tertulis berbentuk uraian untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Nilai ulangan tersebut dianalisis untuk untuk mengetahui hasil belajar pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan.

Hasil ulangan harian materi Limit menunjukkan rata-rata nilai 39,13, nilai terendah 10, nilai tertinggi 96. Ketuntasan prestasi belajar adalah 1 siswa (3,33%) yang tuntas dan 29 siswa (96,67%) tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar Matematika masih sangat rendah.

B. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran perbaikan yang dilengkapi dengan LKS dalam bentuk cetak, LKS interaktif dalam bentuk aplikasi, instrumen penilaian, dan lembar observasi.

Penyusunan rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) dilakukan dengan cara memperbaiki dan menyesuaikan program pembelajaran yang telah dibuat di awal semester. RPPP disusun sesuai dengan model Tutor Teman Sebaya Plus-plus.

Pembuatan LKS dibuat dalam dua bentuk yaitu bentuk cetak dan bentuk aplikasi. Baik LKS cetak maupun LKS aplikasi terdiri dari 3 LKS dengan tingkat

(31)

kesulitan yang bertahap. LKS dalam bentuk aplikasi dibuat dengan menggunakan Adobe Flash CS 6 yang dapat dijalankan pada laptop maupun smartphone yang menggunakan operating system android. LKS dalam bentuk

aplikasi dirancang dalam layout yang menarik dan interaktif sehingga selanjutnya disebut sebagai LKS interaktif. Semua soal yang ada pada LKS interaktif ada pada LKS bentuk cetaknya. Namun demikian pada LKS bentuk cetak ditambah 2 soal yang tidak terdapat dalam LKS interaktif., hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa menyelesaikan soal secara mandiri tanpa bantuan aplikasi. Untuk lebih jelasnya gambar LKS interaktif dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3.

(32)

Gambar 4.3 Halaman Isi LKS Interaktif

Lembar observasi aktivitas siswa dirancang untuk melakukan pengamatan dan penilaian mulai dari mengawali pelajaran, perhatian terhadap kegiatan pembelajaran seperti memperhatikan ketika guru menjelaskan, mencatat poin-poin penting, diskusi kelompok dan kerjasama. Lembar pengamatan guru juga disiapkan untuk melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dan keterampilan guru dalam membawakan pembelajaran. Diharapkan dengan lembar pengamatan ini proses pembelajaran dapat terprotet secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus I materi menyelesaikan Limit dengan metode pemfaktoran. Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (4 jp), pertemuan pertama pada 11 Februari 2015 (2 jp),

(33)

pertemuan kedua pada 13 Februari 2015 (2 jp). Ulangan harian dilaksanakan pada pertemuan kedua tanggal 13 Februari 2015. Pembelajaran dengan model Tutor Teman Sebaya Plus-plus dilaksanakan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

Pertemuan pertama, Rabu 11 Februari 2015 1. Kegiatan Pendahuluan

Guru sebagai guru matematika kelas XI IPS4 menyapa siswa dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Masih dalam kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyelesaikan soal Limit bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran dengan benar.

Sebagai apersepsi, siswa diminta menjawab pertanyaan yang diberikan guru untuk mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Di sini guru memberikan stimulus kepada siswa dengan cara bertanya jawab tentang materi prasyarat, semua pendapat siswa dihargai. Materi prasyarat yang harus dikuasai adalah pemfaktoran fungsi kuadrat. Tanya jawab dimunculkan dengan cara menentukan faktor oleh siswa secara lisan atau tertulis di whiteboard. Siswa tampak semangat mengikuti pembelajaran.

(34)

2. Kegiatan Inti

Pada awal kegiatan inti, guru menyajikan materi menyelesaikan soal Limit bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran. Guru kemudian membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan masing-masing anggota kelompok 5 siswa. Masing-masing kelompok kemudian diberi LKS dalam bentuk cetak dan LKS interaktif dalam bentuk aplikasi yang dapat digunakan pada laptop dan smartphone. Pada setiap kelompok terdapat satu laptop dan seorang tutor yang bertugas memandu jalannya diskusi dalam mengerjakan LKS. Sebelum mengisi LKS dalam bentuk cetak tutor bersama anggotanya berdiskusi untuk mengisi LKS interaktif pada laptop.

Gambar 4.4 Siswa antusias mengisi LKS interaktif

Pada gambar 4.4 tampak siswa sangat antusias dalam mempelajari materi Limit, terutama pada saat mengisi LKS interaktif pada laptop. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor memberi penjelasan kepada teman-teman satu kelompoknya dalam pengisian LKS interaktif. Siswa mengisi LKS interaktif

(35)

dengan cara menginput jawaban sesuai dengan isian yang tersedia. Setelah mengisi LKS siswa dapat mengecek apakah jawaban yang diisikan sudah benar atau belum. Jika jawaban benar maka akan muncul tanda centang berwarna hijau dan jika jawaban salah maka akan muncul tanda silang berwarna merah. Siswa dapat mengganti jawaban yang salah dan dapat mengulang kembali proses ini sampai siswa benar-benar paham.

Gambar 4.5 Siswa berdiskusi mengisi LKS interaktif

(36)

Setelah siswa mengisi LKS interaktif dilanjutkan dengan mengisi LKS dalam bentuk cetak. Soal yang ada pada LKS bentuk cetak sama dengan soal yang ada pada LKS interaktif ditambah dengan beberapa soal sejenis.

Gambar 4.7 Diskusi dalam mengisi LKS bentuk cetak

(37)

Setelah tutor membimbing anggota kelompoknya dalam mengisi LKS, masing-masing anggota kelompok dapat mencoba secara mandiri dalam mengisi LKS interaktif. Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing siswa.

Gambar 4.9 Siswa mengisi LKS interaktif secara mandiri

Setelah diskusi selesai, beberapa kelompok mempresentasikan hasil yang diskusinya dengan cara mengisi LKS interaktif di laptop Guru yang dapat disaksikan oleh semua siswa melalui LCD proyektor. Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil diskusi siswa.

(38)

3. Kegiatan Penutup

Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari apa yang dipelajari, yaitu menentukan Limit menggunakan metode pemfaktoran. Guru memberikan informasi bahwa pada pertemuan yang akan datang akan ada kompetisi antar kelompok berupa pertandingan dan kuis. Masing-masing kelompok dimohon mempersiapkan diri dengan berlatih dalam menyelesaikan Limit menggunakan metode pemfaktoran. Guru mengucapkan terima kasih atas kesediaan siswa belajar bersama dan membantu teman dalam belajar. Guru memberikan tugas rumah berupa LKS 3 untuk didiskusikan bersama kelompoknya di luar jam pelajaran.

Pertemuan kedua, Jum’at 13 Februari 2014 1. Kegiatan Pendahuluan

Guru menyapa siswa dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Masih dalam kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyelesaikan soal Limit bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran dengan benar.

2. Kegiatan Inti

Guru bersama siswa mengingat kembali cara menyelesaikan soal Limit bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran. Guru bersama siswa

(39)

menata ruang kelas untuk persiapan pertandingan. Siswa dalam kelompoknya mempersiapkan anggotanya untuk mengikuti pertandingan.

Setelah semua siap, guru memanggil satu peserta pertandingan dari masing-masing kelompok dalam hal ini ada 6 peserta pada setiap putaran. Pemilihan peserta didasarkan pada tingkat kemampuan yang hampir sama. Setelah semua peserta siap masing-masing peserta diberi sebuah soal untuk dikerjakan dalam waktu maksimal lima menit. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator jalannya pertandingan yang dilakukan siswa, dan memastikan pertandingan berjalan lancar.

Gambar 4.11 Suasana pertandingan antar kelompok

Setelah pertandingan selesai, guru memberikan umpan balik positif terhadap kegiatan. Pada saat ini guru belum membacakan skor perolehan masing-masing kelompok dan menentukan juara pertandingan karena masih dilanjutkan dengan pemberian kuis sebagai evaluasi untuk semua siswa. Skor

(40)

kuis masing-masing siswa kemudian dikelompokkan pada masing-masing kelompok kemudian hasilnya di rata-rata.

3. Kegiatan Penutup

Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan terima kasih atas kesediaan siswa belajar bersama dan membantu teman dalam belajar. Guru menyampaikan rencana pembelajaran matematika pada pertemuan berikutnya dan menutup pembelajaran.

3. Hasil Pengamatan

a. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Matematika

Pada pertemuan pertama, awalnya siswa tampak canggung dengan kegiatan diskusi. Dalam satu kelompok tampak masih mencari posisi dan teknik diskusi nyaman. Pada awalnya beberapa kelompok ada yang menggunakan laptop lebih dari satu, ada juga beberapa siswa yang menggunakan smartphone android dalam mempelajari LKS, hal ini menyebabkan kegiatan diskusi kurang berjalan dengan baik. Setelah diberi pengarahan oleh guru disepakati bahwa selama kegiatan diskusi, setiap kelompok hanya boleh menggunakan 1 laptop saja, sehingga semua siswa dalam satu kelompok dapat lebih fokus dalam berdiskusi. Penggunaan laptop dan smartphone android yang lain diperbolehkan untuk belajar mandiri setelah semua anggota kelompok menyelesaikan tugasnya.

(41)

Dengan cara seperti ini kegiatan diskusi dapat berjalan dengan baik. Hampir semua siswa terlibat aktif dan antusias dalam mengerjakan LKS, terutama LKS interaktif. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor menjelaskan kepada anggota kelompoknya menggunakan LKS interaktif di laptop. Pada awalnya tutor mengisi LKS interaktif sedangkan teman yang lain memperhatikan, selanjutnya anggota kelompoknya diminta mengisi LKS interaktif dengan bimbingan tutor. Meski demikian terlihat masih ada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan LKS interaktif. Pada saat siswa diminta maju untuk mengisi LKS interaktif di depan, beberapa siswa siswa yang sebelumnya tidak pernah maju menjadi berani maju.

Pada pertemuan kedua, siswa melakukan pertandingan antar kelompok. Kerjasama yang baik dalam kelompok terlihat pada semua kelompok. Pada putaran pertama, pertandingan belum lancar karena beberapa siswa belum memahami aturan main dengan baik. Pada putaran kedua, pertandingan mulai berlangsung seru. Setiap siswa berusaha menyelesaikan soal dengan cepat dan tepat, akibatnya beberapa siswa malah terburu-buru sehingga jawabnnya tidak sempurna. Pada putaran ketiga, keempat dan kelima, pertandingan sudah berjalan dengan lancar. Sementara anggota kelompoknya bertanding masing-masing kelompok berdiskusi dibelakang untuk mempersiapkan anggotanya yang akan bertanding. Suasana kelas sangat dinamis dan siswa terlihat menikmati pertandingan.

(42)

Pada akhir pertandingan, kelompok 3 memimpin, disusul kelompok 6, kelompok 1, kelompok 2, kelompok 6 dan kelompok 5. Hasil pertandingan menunjukkan masih adanya beberapa nilai nol, hal ini dapat dimaklumi karena masih ada beberapa siswa yang belum menguasai materi dengan baik. Disamping itu sistem pertandingan yang hanya memberi skor benar dan salah juga menjadikan ada beberapa nilai nol.

Aktivitas belajar Matematika pada pembelajaran menggunakan model TTS Plus-plus diamati dengan menggunakan lembar observasi siswa. Pengamatan dilakukan pada aspek kesiapan mengikuti pelajaran, perhatian saat guru memberi penjelasan, keseriusan mengerjakan tugas, keaktifan dalam diskusi, keaktifan mencatat poin-poin penting dan kerjasama dengan kelompoknya. Hasil pengamatan aktivitas belajar nampak pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Aktivitas belajar pada siklus I

Rentang Skor Kategori Jumlah Siswa

4.20 ≤ Skor < 4.00 Sangat baik 8

3.40 ≤ Skor < 4.20 Baik 12

2.60 ≤ Skor < 3.40 Cukup 12

1.80 ≤ Skor < 2.60 Kurang 2

1.00 ≤ Skor < 1.80 Sangat Kurang 0

Dari Tabel 4.2 tampak bahwa banyaknya siswa yang memperoleh skor baik atau sangat baik mencapai 20 siswa (66,67%).

(43)

Keterangan Aspek:

1. Kesiapan mengikuti pelajaran 2. Perhatian pada saat guru

menjelaskan 3. Keseriusan dalam

mengerjakan Tugas 4. Keaktifan mencatat hal

penting dalam pembelajaran 5. Keaktifan dalam diskusi 6. Keaktifan Kerjasama

Hasil pengamatan aktivitas belajar Matematika pada siklus I pada masing-masing aspek dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12. Aktivitas belajar siswa pada siklus I untuk masing-masing aspek

Gambar 4.12 menunjukkan aktivitas belajar siswa pada aspek kesiapan mengikuti pelajaran dan perhatian terhadap penjelasan guru sudah tinggi. Skor keaktifan diskusi dan kerjasama sudah cukup tinggi. Hanya saja masih ada beberapa siswa yang kadang masih bercanda dalam diskusinya.

b. Hasil Pengamatan Prestasi Belajar Matematika

Ulangan harian dalam bentuk tes tertulis dilakukan pada akhir siklus I untuk mendapatkan data hasil belajar siswa. Dari hasil tes tertulis siklus I diperoleh nilai terendah 45, nilai tertinggi 100 dan rata-rata nilai 71,17. Terdapat 15 siswa (50%) yang memperoleh nilai ≥ 78 atau tuntas KKM dan 15 siswa (50%) belum tuntas, hal ini tampak pada Gambar 4.13.

1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 1 2 3 4 5 6 4.06 4.35 3.16 3.45 3.68 3.65

(44)

Gambar 4.13 Prestasi belajar matematika siklus I

4. Refleksi

a. Refleksi Aktivitas Belajar Matematika

Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model TTS Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit dengan pemfaktoran. Aktivitas belajar Matematika mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Jika dibandingkan dengan kondisi awal rata-rata skor aktivitas meningkat dari 2,74 menjadi 3,77. Pada siklus I ini, jumlah siswa yang masuk kategori sangat baik ada 8 siswa (26,67%), kategori baik 12 siswa (40%). Artinya ada 20 siswa (66,67%) aktivitasnya masuk kategori baik atau sangat baik. Persentase sebesar 66,67% belum memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu 90% siswa mencapai kategori baik atau sangat baik.

b. Refleksi Prestasi Belajar Matematika

Pada siklus I telah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Tutor Teman Sebaya Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit

0 20 40 60 80 100 71.17 45.00 100.00 50% 50%

(45)

dengan pemfaktoran. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Jika dibandingkan dengan kondisi awal, nilai terendah dari 10 menjadi 45. Nilai tertinggi naik dari 96 menjadi 100. Rata-rata nilai naik dari 39,13 menjadi 71,17. Persentase jumlah siswa yang telah tuntas belajar juga meningkat dari 3,33% menjadi 50%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal dan Siklus I

No Uraian Kondisi awal Siklus I Kenaikan

1 Nilai Terendah 10 45 35

2 Nilai Tertinggi 96 100 4

3 Rata-rata 39,13 71,17 32,04

4 Ketuntasan 3,33% 50% 46,67 %

Visualisasi progress prestasi belajar matematika dari kondisi awal ke siklus I dapat dilihat pada Gambar 4. 14.

Gambar 4.14. Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal dan Siklus I

0 20 40 60 80 100 Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Ketuntasan Kondisi Awal Siklus 1

(46)

c. Refleksi Tindakan Siklus I

Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa hal yang menjadi catatan, yaitu:

1) Masih ada beberapa siswa yang belum menguasai materi.

2) Guru perlu lebih memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam diskusi kelompok.

3) Pada saat mempresentasikan jawaban hasil diskusi di laptop guru, siswa kurang terlihat kemampuannya sehingga untuk siklus selanjutnya sebaiknya jawaban ditulis di papan tulis.

4) Penskoran pada saat pertandingan yaitu peserta yang mengumpulkan lebih dulu nilainya lebih tinggi, membuat peserta terburu-buru sehingga beberapa jawaban kurang sempurna.

5) Penskoran model ini juga kurang cocok diterapkan untuk pertandingan soal uraian, karena dimungkinkan pada jawaban soal uraian tidak seratus persen benar tetapi mendekati benar.

6) Untuk lebih meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kompetisi antar kelompok, penentuan pemenang kompetisi sebaiknya dipisah antara pemenang pertandingan dan pemenang kuis.

(47)

C. Deskripsi Hasil Siklus II 1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II hamper sama dengan siklus I yaitu meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran perbaikan yang dilengkapi dengan LKS dalam bentuk cetak, LKS interaktif dalam bentuk aplikasi, instrumen penilaian, dan lembar observasi.

Penyusunan rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) dilakukan dengan cara memperbaiki dan menyesuaikan program pembelajaran yang telah dibuat pada siklus I sesuai dengan catatan yang diperoleh pada siklus I.

Seperti pada siklus I, pembuatan LKS dibuat dalam dua bentuk yaitu bentuk cetak dan bentuk aplikasi. Baik LKS cetak maupun LKS aplikasi terdiri dari 3 LKS dengan tingkat kesulitan yang bertahap. LKS dalam bentuk aplikasi dibuat dengan menggunakan Adobe Flash CS 6 yang dapat dijalankan pada laptop maupun smartphone yang menggunakan operating system android. LKS dalam bentuk aplikasi dirancang dalam layout yang menarik dan interaktif sehingga selanjutnya disebut sebagai LKS interaktif. Semua soal yang ada pada LKS interaktif ada pada LKS bentuk cetaknya. Namun demikian pada LKS bentuk cetak ditambah 2 soal yang tidak terdapat dalam LKS interaktif., hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa menyelesaikan soal secara mandiri tanpa bantuan aplikasi.

(48)

Lembar observasi aktivitas siswa dirancang untuk melakukan pengamatan dan penilaian mulai dari mengawali pelajaran, perhatian ketika guru menjelaskan, mencatat poin-poin penting, diskusi kelompok dan kerjasama. Lembar pengamatan guru juga disiapkan untuk melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dan keterampilan guru dalam membawakan pembelajaran. Diharapkan dengan lembar pengamatan ini proses pembelajaran dapat terprotet secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus II adalah materi menentukan Limit dengan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (4 jp), pertemuan pertama pada 18 Februari 2015 (2 jp), pertemuan kedua pada 20 Februari 2015 (2 jp). Ulangan harian dilaksanakan pada pertemuan kedua tanggal 20 Februari 2015. Pembelajaran dengan model Tutor Teman Sebaya Plus-plus dilaksanakan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

Pertemuan pertama, Rabu 18 Februari 2015 1. Kegiatan Pendahuluan

Guru menyapa siswa dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

(49)

pembelajaran. Masih dalam kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyelesaikan soal Limit menggunakan metode mengalikan dengan akar sekawannya.

Sebagai apersepsi, siswa diminta menjawab pertanyaan yang diberikan guru untuk mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Di sini guru memberikan stimulus kepada siswa dengan cara bertanya jawab tentang materi prasyarat. Tanya jawab dimunculkan dengan cara menentukan hasil dari (a + b)(a – b) baik secara lisan atau tertulis di papan tulis.

2. Kegiatan Inti

Pada awal kegiatan inti, guru menyajikan materi menyelesaikan soal Limit menggunakan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Guru kemudian membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan masing-masing anggota kelompok 5-6 siswa. Masing-masing kelompok kemudian diberi LKS dalam bentuk cetak dan LKS interaktif dalam bentuk aplikasi yang dapat digunakan pada laptop dan smartphone.

Pada setiap kelompok terdapat seorang tutor yang bertugas membantu teman-temannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Pada setiap kelompok juga terdapat satu laptop yang digunakan untuk mempelajari dan mengisi LKS interaktif.

(50)

Gambar 4.15 Suasana diskusi siklus II

Pada gambar 4.15 tampak semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok untuk menyelesaikan soal Limit menggunakan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Seperti pada siklus I dalam mempelajari materi Limit, siswa yang ditunjuk sebagai tutor memberi penjelasan kepada teman-teman satu kelompoknya dalam pengisian LKS interaktif, seperti tampak pada Gambar 4.16.

(51)

Melalui diskusi siswa mengisi LKS interaktif dengan cara menginput jawaban sesuai dengan isian yang tersedia. Setelah mengisi LKS siswa dapat mengecek apakah jawaban yang diisikan sudah benar atau belum. Jika jawaban benar maka akan muncul tanda centang berwarna hijau dan jika jawaban salah maka akan muncul tanda silang berwarna merah. Siswa dapat mengganti jawaban yang salah dan dapat mengulang kembali proses ini sampai siswa benar-benar paham. Setelah siswa mengisi LKS interaktif dilanjutkan dengan mengisi LKS dalam bentuk cetak. Kegiatan ini juga dilakukan dengan diskusi, seperti tampak pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 Diskusi dalam mengisi LKS bentuk cetak siklus II

Setelah tutor membimbing anggota kelompoknya dalam mengisi LKS, masing-masing anggota kelompok dapat mencoba secara mandiri dalam mengisi LKS interaktif. Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing siswa.

(52)

Gambar 4.18 Siswa mengisi LKS interaktif secara mandiri siklus II

Setelah diskusi selesai, beberapa kelompok mempresentasikan hasil yang diskusinya dengan cara menuliskan jawabannya di papan tulis. Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil diskusi siswa.

(53)

3. Kegiatan Penutup

Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari apa yang dipelajari, yaitu menentukan Limit dengan cara mengalikan dengan akar sekawannya. Guru memberikan informasi bahwa pada pertemuan yang akan datang akan ada kompetisi antar kelompok berupa pertandingan dan kuis. Masing-masing kelompok dimohon mempersiapkan diri dengan berlatih dalam menyelesaikan Limit menggunakan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Guru mengucapkan terima kasih atas kesediaan siswa belajar bersama dan membantu teman dalam belajar. Guru memberikan tugas rumah berupa LKS 3 untuk didiskusikan bersama kelompoknya di luar jam pelajaran.

Pertemuan kedua, Jum’at 20 Februari 2014 1. Kegiatan Pendahuluan

Guru menyapa siswa dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Masih dalam kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyelesaikan soal Limit bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran dengan benar.

2. Kegiatan Inti

Guru bersama siswa mengingat kembali cara menyelesaikan soal Limit bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran. Guru bersama siswa

(54)

menata ruang kelas untuk persiapan pertandingan. Siswa dalam kelompoknya mempersiapkan anggotanya untuk mengikuti pertandingan.

Setelah semua siap, guru memanggil satu peserta pertandingan dari masing-masing kelompok dalam hal ini ada 6 peserta pada setiap putaran. Pemilihan peserta didasarkan pada tingkat kemampuan yang hampir sama. Setelah semua peserta siap masing-masing peserta diberi sebuah soal untuk dikerjakan dalam waktu maksimal lima menit.

Gambar 4.20 Suasana pertandingan antar kelompok siklus II

Setelah pertandingan selesai, guru memberikan umpan balik positif terhadap kegiatan. Setelah pertandingan selesai guru membacakan skor perolehan masing-masing kelompok dan menentukan juara pertandingan. Pemenang pertandingan mendapat pujian, tepuk tangan dan hadiah.

(55)

Gambar 4.21 Pemberian hadiah pemenang pertandingan siklus II Setelah selesai pertandingan, kegiatan selanjutnya adalah mengerjakan kuis sebagai evaluasi. Guru membagikan soal kuis untuk dikerjakan secara individu. Skor kuis masing-masing siswa kemudian dikelompokkan pada masing-masing kelompok kemudian hasilnya di rata-rata.

(56)

3. Kegiatan Penutup

Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan terima kasih atas kesediaan siswa belajar bersama dan membantu teman dalam belajar. Guru menyampaikan rencana pembelajaran matematika pada pertemuan berikutnya. 3. Hasil Pengamatan

a. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Matematika

Pada pertemuan pertama siklus II, siswa sudah mulai nyaman dengan kegiatan diskusi. Masing-masing kelompok dapat melaksanakan diskusi dengan baik. Hampir semua siswa terlibat aktif dan antusias dalam diskusi kelompok. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor sudah luwes dalam menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Kesadaran anggota kelompok untuk terlibat aktif dalam diskusi sudah baik. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa mencoba-coba sendiri mengisi LKS interaktif baik menggunakan laptop maupun smartphone, seperti tampak pada Gambar 4.23.

(57)

Setelah kegiatan diskusi selesai, beberapa siswa diminta untuk mempresentasikan jawabannya. Siswa yang ditunjuk tampak percaya diri untuk maju dan menuliskannya di papan tulis. Beberapa siswa bahkan mengajukan diri untuk maju.

Pada pertemuan kedua, siswa melakukan pertandingan antar kelompok. Sebelum pertandingan dimulai masing-masing kelompok terlihat serius dalam mempersiapkan anggotanya untuk mengikuti pertandingan. Berbeda dengan siklus I, pertandingan pada siklus II tidak menggunakan waktu sebagai patokan skor. Penetapan skor pada pertandingan siklus II dengan melihat kesempurnaan jawaban. Dengan cara ini peserta tidak terburu-buru dalam mengerjakan soal pertandingan. Pertandingan dapat berjalan dengan lancer sejak putaran pertama. Sementara anggota kelompoknya bertanding masing-masing kelompok berdiskusi dibelakang untuk mempersiapkan anggotanya yang akan bertanding. Suasana kelas sangat dinamis dan siswa terlihat menikmati pertandingan. Pada akhir pertandingan, kelompok 6 memimpin, disusul kelompok 3, kelompok 1, kelompok 2, kelompok 5 dan kelompok 4.

Aktivitas belajar matematika pada pembelajaran menggunakan model TTS Plus-plus diamati dengan menggunakan lembar observasi siswa. Pengamatan dilakukan pada aspek kesiapan mengikuti pelajaran, perhatian saat guru memberi penjelasan, keseriusan mengerjakan tugas, keaktifan mencatat poin-poin penting, keaktifan dalam diskusi, dan kerjasama dengan kelompoknya. Hasil pengamatan aktivitas belajar dapat dilihat pada tabel 4.4.

(58)

Keterangan Aspek:

1. Kesiapan mengikuti pelajaran 2. Perhatian pada saat guru

menjelaskan 3. Keseriusan dalam

mengerjakan Tugas 4. Keaktifan mencatat hal

penting dalam pembelajaran 5. Keaktifan dalam diskusi 6. Keaktifan Kerjasama Tabel 4.4 Aktivitas belajar pada siklus II

Rentang Skor Kategori Jumlah Siswa

4.20 ≤ Skor < 4.00 Sangat baik 17

3.40 ≤ Skor < 4.20 Baik 11

2.60 ≤ Skor < 3.40 Cukup 2

1.80 ≤ Skor < 2.60 Kurang 0

1.00 ≤ Skor < 1.80 Sangat Kurang 0

Dari Tabel 4.4 tampak bahwa sebanyak 28 siswa (93,33%) masuk dalam kategori baik atau sangat baik dan tidak ada siswa yang masuk kategori kurang atau sangat kurang.

Rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada semua aspek sudah tinggi, seperti tampak pada Gambar 4.24.

Gambar 4.24 Rata-rata skor aktivitas belajar matematika siklus II pada masing-masing aspek 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 1 2 3 4 5 6

(59)

b. Hasil Pengamatan Prestasi Belajar Matematika

Untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa dilakukan ulangan harian dalam bentuk tes tertulis pada akhir siklus II. Dari hasil tes tertulis siklus II diperoleh nilai terendah 52, nilai tertinggi 100 dan rata-rata nilai 88,13. Terdapat 24 siswa (80%) yang memperoleh nilai ≥ 78 atau tuntas KKM dan 6 siswa (20 %) belum tuntas, hal ini tampak pada Gambar 4.25.

Gambar 4.25 Prestasi belajar matematika siklus II

4. Refleksi

a. Refleksi Aktivitas Belajar Matematika

Pada siklus II telah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Tutor Teman Sebaya Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit dengan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Aktivitas belajar Matematika pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Jika dibandingkan dengan siklus I rata-rata skor aktivitas meningkat dari 3,77 menjadi 4,30. Pada siklus II ini, jumlah siswa yang masuk kategori

0 20 40 60 80 100 80.00 52 100

80%

20%

(60)

sangat baik ada 17 siswa (56,67%), kategori baik 11 siswa (36,67%). Artinya ada 28 siswa (93,33%) aktivitasnya masuk kategori baik atau sangat baik. Persentase sebesar 93,33% sudah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu 90% siswa mencapai kategori baik atau sangat baik.

b. Refleksi Prestasi Belajar Matematika

Pada siklus II telah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Tutor Teman Sebaya Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit dengan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Jika dibandingkan dengan siklus I, nilai terendah dari 45 menjadi 52. Rata-rata nilai naik dari 71,17 menjadi 88,13. Persentase banyaknya siswa yang telah tuntas belajar juga meningkat dari 50% menjadi 80%. Persentase sebesar 80% sudah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu lebih dari 75% siswa memperoleh nilai tuntas. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No Uraian Kondisi

awal Siklus I Siklus II

Kenaikan dari Kondisi Awal 1 Nilai Terendah 10 45 52 42 2 Nilai Tertinggi 96 100 100 4 3 Rata-rata 39,13 71,17 88,13 49 4 Ketuntasan 3,33% 50% 80% 76,67%

(61)

Visualisasi progres prestasi belajar matematika dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.26.

Gambar 4.26 Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

c. RefleksiTindakan Siklus II

Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa hal yang menjadi catatan, yaitu:

1) Secara umum proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik. 2) Semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

D. Pembahasan

Pada kondisi awal aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Metode yang digunakan adalah metode ekspositori dimana peran guru sangat dominan, hal ini menyebabkan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Gambar

Tabel 4.1  menunjukkan hanya terdapat 8 siswa (26,67%) masuk kategori  baik, 11 siswa (36,67%) masuk kategori cukup, 5 siswa (16,67%) masuk kategori  kurang, dan 6 siswa (20%) masuk kategori sangat kurang
Gambar 4.2 Halaman Depan LKS Interaktif
Gambar 4.3 Halaman Isi LKS Interaktif
Gambar 4.4 Siswa antusias mengisi LKS interaktif
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan dipantulkan ke tembok, masing-masing siswa melakukan sebanyak 5 kali. Siklus 2: latihan yang pertama, siswa membuat lingkaran tetapi diberi jarak antar siswa

Rangkuman hasil observasi kegiatan diskusi kelompok siswa dalam PBM siklus I pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Penilaian hasil praktikum dari pertemuan ke pertemuan

Sedangkan pada siklus kedua pertemuan pertama aktivitas siswa sudah mulai mengalami peningkatan dengan rata-rata 91,67 dengan kategori amat baik, pada pertemuan

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe STAD.

Pada pertemuan keempat dalam siklus II, siswa mulai merespon pembelajaran yang diberikan oleh peneliti, siswa lebih aktif dalam kegiatan diskusi dengan kelompoknya,

a) Observasi guru dalam kegiatan belajar mengajar. Observasi kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama.. Hampir semua aspek telah dilaksanakan dengan baik, sesuai

2) Pada Siklus II perilaku prososial anak meningkat di antaranya yang paling tinggi aspek berbagi dengan teman pada pertemuan pertama 75%, pada pertemuan kedua 82%

Perbaikan yang dilakukan pada pertemuan kedua siklus 1, pertemuan pertama siklus 2, dan pertemuan kedua siklus 2 yaitu penyederhanaan struktur kalimat tugas, penyederhanaan