• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Personal Adjustment

1. Definisi Personal Adjustment

Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang yang mengakibatkan orang tersebut berusaha untuk mengatasi demand dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Proses tersebut berhubungan dengan bagaimana cara seseorang mengatasi permasalahan dan tekanan dari lingkungan. Sedangkan Arkoff (dalam Tuttle, 2004) mengatakan bahwa personal adjustment adalah sebuah proses dimana seseorang berusaha menyeimbangkan kondisi diri sendiri dengan kondisi yang diharapkan dari lingkungan. Ketika seseorang mengalami suatu permasalahan di dalam hidupnya, maka orang tersebut harus mencocokkan kondisi diri sendiri dengan apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal ini bertujuan agar seseorang dapat melakukan proses personal adjustment dengan baik. Ward (2001) bersama rekannya yang lain mendefinisikan personal

adjustment sebagai respon afektif yang memotivasi individu untuk lebih

menyesuaiakan diri terhadap lingkungan dalam upaya untuk mencapai well –

being.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal

adjustment adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang untuk mengatasi

(2)

sendiri dengan kondisi lingkungan tersebut dalam upaya untuk mencapai well-being.

2. Aspek Personal Adjustment

Personal Adjustment merupakan usaha untuk menyeimbangkan kondisi

lingkungan dengan kondisi diri sendiri. Proses tersebut bermula dari bagaimana seorang individu mengidentifikasi diri sendiri, kemudian mengidentifikasi kondisi lingkungan, hingga akhirnya individu tersebut berusaha menyeimbangkan kedua hal tersebut. Ketiga hal tersebut melibatkan beberapa aspek di dalamnya. Weiten & Lloyd (2006) menjelaskan bahwa ada 3 aspek yang terlibat dalam proses

personal adjustment, yaitu :

1. Stress and Coping Stress 2. Interpersonal Realm 3. Developmental Transition

Pada dasarnya ketika aspek tersebut saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Kemunculan salah satu aspek dalam proses personal adjustment dapat disebabkan oleh aspek yang lain. Artinya, ketiga aspek tersebut saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan ketiga aspek tersebut yang akhirnya membentuk personal adjustment.

Di lain sisi, ketiga aspek personal adjustment bukanlah sebuah tahapan yang harus dijalani satu demi satu. Dalam proses personal adjustment, ketiga aspek tersebut dapat muncul satu demi satu dan dapat juga muncul secara bersamaan dalam waktu yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses personal

(3)

adjustment tidak memiliki tahapan, melainkan sesuai dengan kondisi atau situasi

yang sedang dihadapi.

2.1. Stress dan Coping Stress

Weiten & Lloyd (2006) mendefinisikan stress sebagai sebuah suatu hal yang dipersepsikan mengancam well being seseorang dan mengharuskan seseorang tersebut menggunakan kemampuan mereka dalam mengatasi stress tersebut. Sedangkan, Sarafino (2011) mendefinisikan stress sebagai suatu hal yang menimbulkan ketidakseimbangan antara demand dari lingkungan dengan sumber daya atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.

Weiten & Lyod (2006) membagi sumber stress ke dalam 4 bagian utama, yaitu:

a. Frustation

Frustation dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang dapat

menimbulkan stress ketika seseorang tidak mampu mendapatkan apa yang diinginkan (Weiten & Lloyd, 2006). Ketika ada sebuah stimulus yang menghambat seseorang mencapai sebuah tujuan, maka pada saat itu seorang individu akan merasa frustasi.

b. Conflict

Konflik merupakan suatu kondisi atau keadaan yang terjadi ketika dua atau lebih stimulus (motivation dan behavior) tidak sesuai antara satu dengan yang lain yang menyebabkan seseorang mengalami hambatan dalam berekspresi atau memilih stimulus tersebut. Semakin besar level konflik yang dihadapi seseorang,

(4)

maka semaking tinggi pula resiko mengalami stress (Laura King & Robert Emmons, dalam Weiten & Lloyd, 2006).

c. Change

Weiten & Lloyd (2006) menjelaskan change sebagai segala bentuk perubahan yang terjadi dalam diri seorang individu yang mengharuskan individu tersebut untuk melakukan penyesuaian diri kembali. Change dapat bersumber dari lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan masyarakat secara umum. Perubahan-perubahan yang terjadi pada dasarnya akan menimbulkan stress bagi individu yang menghadapinya.

d. Pressure

Pressure merupakan sebuah kondisi yang meliputi demand terhadap seseorang

untuk melakukan sesuatu. Pressure dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu pressure to perform dan pressure to conform. Perform dapat diartikan sebagai adanya tuntutan-tuntutan dari luar untuk melakukan suatu hal dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Conform adalah tekanan yang datang dari lingkungan sekitar yang mengharuskan seseorang berprilaku sesuai dengan apa yang kebanyakan orang lakukan.

Ketika individu menghadapi sebuah stimulus yang dianggap menimbulkan stress, maka individu tersebut akan berusaha melakukan penilaian terhadap stimulus tersebut. Penilaian yang dilakukan disebut sebagai appraisal. Appraisal dibagi menjadi 2, yaitu primary appraisal dan secondary appraisal (Lazarus, 1999). Primary Appraisal bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap situasi atau stimulus yang menimbulkan stress. Secondary Appraisal bertujuan untuk

(5)

melihat sumber daya (resource) yang dimiliki seseorang dalam menghadapi

demand dari situasi atau stimulus yang menimbulkan strees.

Ketika individu telah selesai melakukan penilaian terhadap situasi yang dianggap menimbulkan stress, maka oreng tersebut akan melakukan proses

coping. Sarafino (2011) menjelasakan coping stress sebagai sebuah upaya untuk

memanagemen ketidakseimbangan antara demand lingkungan dengan resource yang dimiliki. Lazarus (1999) membagi coping strategy menjadi dua bagian utama, yaitu :

a. Problem Focused Constructive Coping

Problem focus coping bertujuan untuk mengurangi demand dari lingkungan

atau meningkatkan sumber daya yang dimiliki seseorang untuk menghadapi suatu situasi yang dapat menimbulkan stress (Lazarus, 1999). Ada banyak cara yang dapat dilakukan sesuai dengan stimulus yang dihadapi. Misalnya, ketika seseorang mengalami stress ketika ia tidak memiliki sumber ekonomi yang cukup, maka ia dapat mengatasi stimulus tersebut dengan cara bekerja. Artinya, cara yang dilakukan untuk mengubah stimulus yang mengakibatkan stress akan berbeda pada setiap orang tergantung pada sumber stress yang mereka hadapi.

b. Emotion Focused Constructive Coping

Emotion focus coping bertujuan untuk mengubah respon emosional yang

diberikan seseorang terhadap situasi yang dapat menimbulkan stress. Dalam hal ini, seseorang berusaha mengontrol emosi yang dirasakan dalam menghadapi suatu permasalahan tertentu. Hal tersebut dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan kognitif dan behavior. Dalam pendekatan kognitif,

(6)

control emosi dapat dilakukan dengan cara berpikir positif mengenai permasalahan yang akan dihadapi. Ketika seseorang mampu berpikir positif, maka emosi yang dirasakan juga positif. Di dalam pendekatan behavior, seseorang dapat mengontrol emosi mereka dengan cara melakukan suatu kegiatan atau aktivitas yang dapat mengalihkan stress atau membantu mengurangi stress seperti mencari dukungan emosional dari orang lain.

Penggunaan emotion focused coping dapat juga mengarah kepada defense

mechanism, yaitu bentuk pola pikir yang salah mengenai realita atau

permasalahan yang dihadapi dalam upaya untuk mengurangi stress yang dihadapi. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang merasa masalah atau stimulus yang dihadapi terlalu berat dan tidak mampu untuk menghadapi permasalahan tersebut. Bentuk

defense mechanism yang sering digunakan adalah denial dan avoidance.

2.2. Interpersonal Realm

Weiten dan Lloyd (2006) mengungkapkan bahwa interpersonal realm adalah salah satu aspek personal adjustment dimana seseorang dalam proses penyesuaian dirinya berusaha untuk membangun hubungan social dengan lingkungan sekitar. Interpesonal realm mengacu pada hubungan yang dimiliki individu dengan individu yang lain. Beberapa hal yang termasuk ke dalam

interpersonal realm diantaranya adalah : a. Self Perception and Other Perception

Self – Perception menjelaskan bagaimana seseorang individu memandang dan

(7)

akan menentukan bagaimana seseorang individu berinteraksi dengan orang lain dan terlebih lagi akan mempengaruhi proses penyesuaian diri yang dilakukan. Ada 4 komponen utama ketika mempersepsikan diri sendiri, diantaranya adalah : • Self – Concept, merupakan gambaran atau keyakinan mengenai diri sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa individu telah memiliki skema mengenai diri sendiri.

• Self- Esteem, merupakan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan individu terhadap dirinya sendiri akan mempengaruhi cara yang dilakukannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.

• Self – Regulation, menggambarkan cara yang dilakukan untuk mmengarahkan dan memanagemen prilaku dan pikiran yang dimiliki.

• Self – Presentation, menjelaskan cara yang dilakukan individu untuk menampilkan dirinya di dalam lingkungan social.

Other – Perception lebih mengarah kepada persepsi individu terhadap

pemikiran orang lain mengenai dirinya. Ketika individu tersebut memiliki persepsi bahwa orang lain memandang dia buruk, maka dia akan berusaha menghindari hubungan social dan sebaliknya.

b. Interpersonal Communication and Friendship

Komunikasi personal menjelaskan cara yang dilakukan individu untuk membangun hubungan dengan orang lain. Kemampuan individu dalam berkomunikasi akan menentukan keberhasilannya dalam berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi personal yang baik mampu mengubah pandangan orang lain terhadap individu tersebut dan sebaliknya. Biasanya, komunikasi

(8)

interpersonal bertujuan untuk membentuk hubungan yang baru dengan orang lain, seperti pertemanan, rekan, dan sebagainya.

Friendship lebih mengarah kepada hubungan perteman antara satu orang

dengan orang lain. Hubungan pertemanan sangat mempengaruhi hubungan social seorang individu serta sangat mempengaruhi proses personal adjustment. Dalam hal ini, individu yang melakukan proses penyesuaian diri sudah memiliki pihak yang dapat membantu mereka dalam upaya melakukan proses tersebut.

c. Social Pressure and Prejudice

Prejudice merupakan sikap negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang

tertentu. Seseorang yang yang menjadi target prejudice biasanya akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, seperti ejekan, cemooh, bahkan beresiko didiskriminasi oleh orang lain. Orang yang terkena prejudice tidak mengalami penolakan dari masyarakat. Seseorang yang terkena stigma tersebut cenderung akan menerima tekanan secara social dari lingkungan tempat ia berada.

d. Love and Marriage

Bagian lain dari interpersonal realm adalah membangun hubungan intim atau hubungan romantis. Hal ini mencerminkan bahwa proses personal adjustment yang dilakukan seseorang sudah sampai ke tahap yang lebih tinggi.

2.3. Developmental Transition

Developmental Transition merupakan perubahan yang terjadi selama

(9)

Perubahan tersebut terjadi ketika seorang individu berhasil menyeimbangkan Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada beberapa hal, diantaranya adalah:

a. Perubahan dalam peran gender dan prilaku. Dalam proses personal adjustment, perubahan akan jelas tampak pada prilaku serta peran yang

dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Akan ada perbedaan pada peran dan prilaku yang ditunjukkan sebelum dan sesudah seseorang berhasil melakukan proses penyesuaian diri tersebut.

b. Transisi dalam dunia pekerjaan, dimana akan ada perbedaan dalam

menentukan pekerjaan sebelum dan sesudah seseorang dalam memlih pekerjaan. Transisi dalam perkerjaan mencerminkan apakah seseorang sudah berhasil melakukan personal adjustment atau tidak. Semakin baik pekerjaan yang berhasil diperoleh, maka semakin berhasil proses personal adjustment dan sebaliknya.

c. Perubahan dalam kehidupan seksual. Kehidupan seksual seseorang ditentukan

pada upaya yang dilakukan individu tersebut selama melakukan penyesuaian diri. Kehidupan seksual yang baik mencerminkan personal adjustment yang baik, dan sebaliknya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Personal Adjustment

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi personal adjustment, baik itu memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Ward (2001) membagi faktor tersebut ke dalam tiga bagian besar, yaitu :

(10)

a. Perubahan kehidupan

Perubahan kehidupan meliputi lingkungan yang baru, budaya yang baru, kondisi yang baru termasuk ekonomi dan sosial. Ketika seseorang berada dalam satu lingkungan yang baru, maka proses adjustment akan menjadi lebih susah. Hal ini dikarenakan stimulus yang diterima oleh seseorang individu pada dasarnya berbeda antara satu lingkungan dengan lingkungan yang lain. Artinya, butuh kontribusi lebih sampai seseorang mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya.

b. Faktor kepribadian

Karakteristik individu menjadi faktor yang membedakan kemampuan penyesuaian diri antara individu. Tipe kepribadian seseorang sangat menentukan bagaimana cara yang mereka lakukan dalam melakukan penyesuaian diri.

c. Dukungan sosial

Dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan penyesuaian diri. Individu dengan individu yang tidak mendapatkan dukungan sosial. Individu tersebut tidak akan mampu untuk menyesuiakan diri dan membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan individu yang mendapatkan dukungan sosial. Dukungan sosial yang tinggi memiliki tingkat keberhasilan yang besar dalam proses penyesuaian diri. Hal ini sesuai jika dibandingkan dengan

Faktor lain yang mempengaruhi personal adjustment menurut Weiten & Lloyd (2006) adalah :

(11)

a. Culture and Religion, dimana perbedaan budaya akan menentukan cara orang melakukan suatu hal, termasuk dalam melakukan penyesuaian diri.

b. Self – Esteem, semakin tinggi self – esteem seseorang, maka semakin besar kemungkinan dia berhasil dalam proses penyesuaian dirinya, dan sebaliknya. Self Esteem sangat mempengaruhi aspek Interpersonal Realm.

c. Social Activity, keterlibatan dalam aktivitas social akan mempengaruhi cara seseorang dalam melakukan penyesuian diri. Semakin sering seseorang terlibat dalam satu aktivitas social, maka semakin besar kemungkinan keberhasilan dalam proses penyesuaian diri.

Selain itu, kesehatan, pernikahan, pekerjaan, dan kepribadian juga mempengaruhi tercapainya tujuan dari penyesuaian diri tersebut.

B. Pekerja Seks Komersial (PSK)

Mudjijono (2005) memberikan batasan pekerja seks sebagai wanita yang pekerjaan utamanya sehari-hari memuaskan nafsu seksual laki-laki atau siapa saja yang sanggup memberikan imbalan tertentu yang biasa berupa uang atau benda berharga lainnya. Sedangkan menurut Ellis dkk (dalam Koentjoro, 2004) pekerja seks komersial adalah seorang yang berprofesi memuaskan nafsu seksual orang lain. Selain itu, aktivitas seksual yang dilakukan bisa bermacam-macam tergantung pada jasa pelayanan yang diberikan oleh seorang PSK.

(12)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa PSK adalah seseorang yang berprofesi sebagai pemuas nasfsu orang lain dengan imbalan uang.

C. Mantan Pekerja Seks Komersial (PSK) 1. Definisi Mantan PSK

Mantan PSK adalah seseorang yang pernah berprofesi sebagai pekerja seks komersial dan telah meninggalkan pekerjaan tersebut. Penggunaan kata mantan untuk menekankan bahwa seseorang pernah menjalani kegiatan atau aktivitas tersebut. Artinya, orang yang pernah menjalani kegiatan tersebut sudah benar-benar meninggalkan pekerjaannya dan tidak kembali lagi ke dalam dunia tersebut.

Mantan PSK berbeda dengan masyarakat umum pada lainnya, karena mereka cenderung mendapat stigma negatif dari masyarakat secara umum. Rosenberg (2008) menjelaskan bahwa mantan PSK adalah orang yang dianggap sebagai sampah masyarakat yang tidak memiliki penghargaan dan cenderung mengalami penolakan. Sihombing (2009) mengatakan bahwa masyarakat akan memandang mereka negatif tanpa peduli apakah mereka sudah keluar atau belum dari prostitusi. Hal-hal tersebut membuat seorang mantan PSK akan mengalami kesulitan ketika mencoba masuk kembali ke dalam masyarakat.

Ketika seseorang telah menjadi mantan PSK, akan terjadi perubahan besar dalam kehidupannya. Koentjoro (2004) menjelaskan bahwa perubahan yang paling tampak adalah perubahan ekonomi dan hubungan sosial. Perubahan tersebut akan berdampak pada gaya hidup yang biasa dilakukan oleh individu

(13)

tersebut. Dalam perubahan ekonomi, seorang mantan PSK tidak akan dapat memperoleh penghasilan sebanyak dan semudah pekerjaan sebelumnya. Hal tersebut kemudian mempengaruhi gaya hidup individu tersebut yaitu dimulai dari gaya hidup mewah berubah menjadi gaya hidup sederhana. Perubahan tersebut biasanya mengakibatkan seorang mantan PSK memiliki keraguan untuk kembali ke pekerjaan lama sebagai PSK atau tetap bertahan menjalani kehidupannya sebagai seorang mantan PSK. Dalam hal hubungan sosial biasanya seorang mantan PSK akan membatasi hubungan dengan orang lain. Hal ini terjadi karena mantan PSK mendapat penolakan dari masyarakat sehingga mantan PSK cenderung tidak memiliki keberanian dan malu berinteraksi dengan masyarakat umum. Hal tersebut sangat berbeda ketika mereka masih bekerja sebagai PSK, mereka tidak peduli bagaimana hubungan dengan orang lain.

2. Faktor yang Mendorong Keluar Dari Prostitusi

Adapun faktor yang dapat mendorong seseorang berhenti menjadi seorang PSK adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi perasaan bersalah, penyesalan, harapan, dan lain-lain. Perasaan-perasaan positif yang muncul dari dalam individu memberikan kontribusi yang besar pada individu yang ingin keluar dari prostitusi. Ketika faktor yang mendorong adalah faktor internal, maka seseorang akan lebih gampang meninggalkan prostitusi daripada seseorang yang mendapat dukungan secara eksternal. Faktor eksternal meliputi lingkungan termasuk keluarga dan masyarakat. Dukungan sosial dari pihak terdekat akan sangat membantu seseorang pergi meninggalkan prostitusi,

(14)

misalnya keluarga. Semakin tinggi dukungan yang diperoleh seseorang, maka semakin besar kemungkinan dia berhasil meninggalkan prostitusi.

Ajzen (1988) menejelaskan bahwa ada tiga hal yang dapat mendorong seseorang keluar dari prostitusi :

a. Sikap, yaitu bagaimana pandangan seorang mantan PSK untuk keluar dari prostitusi, dapat bersifat positif maupun negative. Sikap terhadap motivasi keluar dari prostitusi sangat dipengaruhi oleh belief system yang dimiliki oleh seorang mantan PSK.

b. Norma subjektif, berkaitan dengan orang-orang di sekitar subjek yang memiliki pengaruh dan dianggap signifikan bagi diri seorang mantan PSK. Dalam menghadapi kondisi-kondisi tertentu, subjek diasumsikan akan mempertimbangkan harapan dan keinginan orang-orang tersebut. Oleh karena itu, hal lain yang turut mempengaruhi pembentukan norma subjektif adalah motivasi subjek untuk mematuhi harapan dan keinginan orang-orang tersebut. c. Perceived behavioral control, berhubungan dengan persepsi subjek terhadap

kondisi yang memudahkan atau menyulitkan untuk berhenti menjadi wanita tuna susila.

3. Faktor yang Menghambat Keluar Dari Prostitusi

Koentjoro (2004) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menghambat seseorang keluar dari prostitusi. Faktor tersebut antara lain adalah :

a. Faktor Ekonomi, dimana pada saat menjadi PSK, individu dapat memperoleh penghasilan yang lebih besar daripada pekerjaan yang lain.

(15)

b. Faktor kenyamanan, dimana seorang PSK yang sudah merasa nyaman di tempat dirinya bekerja cenderung membuat dia lebih senang berada di dalam prostitusi daripada keluar.

c. Faktor kecemasan. Individu dengan tingkat kecemasan tinggu akan masa depan cenderung bertahan di dalam prostitusi (Batubara, 2007).

Menurut Koentjoro (2004) faktor-faktor tersebut akan sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk keluar dari prostitusi. Ketika seorang individu merasa tidak sanggup menerima perubahan yang akan terjadi ketika dia keluar dari prostitusi, maka individu tersebut cenderung untuk bertahan dalam prostitusi.

D. Personal Adjustment Pada Mantan PSK

Personal adjustment adalah sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang

yang mengakibatkan orang tersebut berusaha untuk mengatasi demand dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari (Weiten & Llyod, 2006). Proses adjustment tersebut memiliki 3 aspek utama, yaitu coping stress, interpersonal

realm, dan developmental transition.

Pada mantan PSK, proses personal adjustment memliki perbedaan dengan masyarakat biasa pada umumnya. Proses tersebut memiliki hambatan yang lebih besar pada mantan PSK. Hal tersebut disebabkan karena mantan PSK mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Mantan PSK dianggap sebagai “sampah masyarakat” dan biasanya dikucilkan serta ditolak dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan PSK untuk menjalani proses tersebut.

(16)

Hal tersebut pada dasarnya akan membuat seorang mantan PSK merasa tertekan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan salah satu perbedaan mantan PSK dengan masyarakat umum yang lain. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari mantan PSK memiliki suatu ketakutan tertentu. Artinya, dalam menjalani proses personal adjusttment, mantan PSK harus dapat mengatasi ketakutan tersebut. Hal tersebut menjadi tantangan bagi mantan PSK untuk kembali ke dalam masyarakat.

Tekanan dan tantangan yang dihadapi oleh seorang mantan PSK akan sangat mempengaruhi keputusan yang akan mereka ambil. Ketika mantan PSK merasa bahwa ia tidak sanggup menghadapi itu semua, maka besar kemungkinan ia akan memutuskan kembali ke dalam prostitusi, dan sebaliknya ketika ia memutuskan menghadapi tantangaan dan tekanan dari lingkungan tersebut, maka besar kemungkinan ia akan kembali ke masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses personal adjustment yang dilakukan oleh mantan PSK akan memiliki dua hasil yang berbeda. Kegagalan berarti kembali ke dalam prostitusi dan sebaliknya keberhasilan berarti masuk kembali ke dalam masyarakat.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mantan PSK akan memiliki tantangan yang lebih berat dalam proses personal adjustment dibandingkan dengan masyarakat lain pada umumnya. Mantan PSK akan memiliki lebih banyak permasalahan, bukan hanya dari dalam diri sendiri melainkan dari lingkungan juga berkontribusi menambah permasalahan mereka. Hal tersebut mengakibatkan mantan PSK memiliki usaha yang lebih besar dalam

(17)

menjalani proses personal adjustment¸karena hal tersebut akan mempengaruhi apakah ia kembali atau tetap bertahan sebagai mantan PSK.

(18)

E. Paradigma Teoritis Mantan PSK Terjun ke dalam masyarakat umum Permasalahan / Tantangan dari lingkungan Menghambat usaha kembali ke dalam masyarakat Berusaha mengatasi hambatan tersebut Personal Ajdusment Aspek

Weiten & Lloyd (2006)

Faktor Ward (2001) Stigma negative Diskriminasi Ekonomi Stress and Coping Stress Developmental Transition Interpersonal Realm Perubahan Kepribadian Dukungan Sosial Berupa Self Interpersonal Relation Stereotype /Prejudice Work Change Role Change Sexual Change Conflict, Pressure, Frustrassion, change Problem – Emotion

Referensi

Dokumen terkait

Manusia juga disebut sebagai makhluk entitas, yaitu dorongan manusia untuk mengekpresikan eksistensi dirinya kepada orang lain, manusia memiliki dorongan untuk diberi jati dirinya

Keempat risk level tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor seperti jenis kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi sebuah link berbeda-beda, menggunakan mesin atau alat yang

(Raise The Red Lantern, 01:01:04-01:01:18) Dari tindakan Yan'er di atas dapat terlihat bahwa Yan'er tidak menyukai kehadiran Song Lian sebagai istri baru Chen Zuoqian dengan

Suatu proyek bangunan raksasa dimana sejumlah 40 smapai 80 unit lift / eskalator harus dipasang secara bersamaan dalam satu gedung harus didiskusikan untuk

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang 

Terkait dengan terbatasnya data dan informasi biologi udang di Teluk Cempi, perlu dilakukan kajian nisbah kelamin, sebaran panjang dan berat, hubungan panjang dan berat, TKG,

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

 Guru akan meminta peserta didik untuk memprediksi dan menjelaskan apa yang akan terjadi pada lampu bila sebuah rangkaian dengan jumlah baterai yang tetap namun