• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Ruda paksa luar yang mengenai bagian luar kepala (tengkorak) yang menjalar ke dalam otak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Ruda paksa luar yang mengenai bagian luar kepala (tengkorak) yang menjalar ke dalam otak."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non degenerative-non konginetal yang terjadi akibat ruda paksa mekanis eksteral yang mencederai kepala yang kemungkinan berakibat gangguan kognitif, fisik, dan psikososial baik sementara atau permanen yang berhubungan dengan berkurang atau berubahnya derajat kesandaran. (Barry ,2005).

Mekanismemenya, cedera kepala berasal dari :

1. Cedera langsung ke jaringan otak.

2. Ruda paksa luar yang mengenai bagian luar kepala (tengkorak) yang menjalar ke dalam otak.

3. Pergerakan dari jaringan otak di dalam tulang tengkorak.

Cedera kepala lebih sering dialami pria dari wanita dan penyebabnya diantaranya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industri, kecelakaan olah raga, jatuh dari ketinggian, dan tindakan kekerasan. Trauma ini juga menjadi penyebab utama kematian / kelumpuhan pada usia muda.

Pasien dengan trauma kepala memerlukan penegakkan diagnosa sedini mungkin agar tindakan terapi dapat segera dilakukan untuk menghasilkan prognosa yang baik (Geijertstam,2004). Penelitian menunjukkan tindakan operasi pada trauma kepala berat dalam rentang waktu 4 jam pertama setelah kejadian, dapat menyelamatkan kurang lebih 70%. Pasien Sebaliknya, tingkat mortalitas dapat naik sampai 90% bila tindakan interverensi dilakukan lebih dari 4 jam. (Tony, 2003) Penegakkan diagnosa trauma kepala diperoleh dengan pemeriksaan klinis awal yang teliti dan ditunjang diagnosa imajing

Definisi

Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak. Menurut Brain Injury Association of America, trauma kapitis adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

(2)

Jenis Trauma Kepala: 1. Robekan kulit kepala

Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma kepala. Oleh karena kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah sehigga kurang memiliki kemampuan kontriksi. Karena itu maka trauma kepala disertai dengan perdarahan dan robekan pada kepala tersebut dapat menyebabkan infeksi.

2. Fraktur Kranium

Fraktur kranium dapat terjadi pada atap maupun dasar tengkorak, dapat berbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka ataupun tertutup. Fraktur dasar tengkorak biasanya memerlukan pemeriksaan CT scan dengan teknik “Jendela Tulang” (bone window) untuk mengidentifikasi garis frakturnya. Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan kita untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci. Tanda-tanda tersebut antara lain ekimosis periorbital (Raccoon eyes sign), ekimosis retro aurikuler (Battle’s Sign), kebocoran cairan serbrospinal dari hidung (rhinorrhea) atau dari telinga (otorrhea) dan gangguan fungsisaraf kranialis VII (facialis) dan VIII (gangguan pendengaran) yang mungkin timbul segera atau beberapa hari paska trauma. Secara umum, perbaikan fungsi Nervus kranialis VII akan lebih baik pada kasus-kasus yang onset terjadinya gangguan lebih lambat (beberapa waktu kemudian paska trauma). Namun prognosis untuk perbaikan Nervus VIII sangat buruk.

Fraktur dasar tengkorak yang melintang Kanalis Karotikus dapat mencederai Arteri Karotis (diseksi, pseuoaneurisma ataupun trombosis) dan perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan Angiography serebral.

Fraktur dasar tengkorak terbuka dapat menyebabkan terjadinya hubungan antara luka kulit “Scalp” dengan permukaan otak oleh karena sering dura mater mengalami robekan.Bila ditemukan adanya fraktur tulang tengkorak maka kita harus waspada,sebab artinya trauma yang terjadi cukup adekuat.

Bila ditemukan fraktur linier pada kalvarianya akan meningkatkan resiko kemungkinan akan adanya perdarahan intrakranial yaitu 1 dari 400 pasien sedangkan bila penderita tersebut koma kemungkinan ditemukannya perdarahan intra-kranial menjadi 1 dari 20 kasus karena resiko adanya perdarahan intrakranial memang sudah lebih tinggi.

(3)

Jenis Fraktur tulang kepala

Fraktur tulang tengkorak berdasarkan pada garis fraktur dibagi menjadi a). Fraktur linier

Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau stellata pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan tulang kepala. Fraktur lenier dapat terjadi jika gaya langsung yang bekerja pada tulang kepala cukup besar tetapi tidak menyebabkan tulang kepala bending dan tidak terdapat fragmen fraktur yang masuk kedalam rongga intrakranial. b). Fraktur diastasis

Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulamg tengkorak yang mengababkan pelebaran sutura-sutura tulang 8kepala. Jenis fraktur ini sering terjadi pada bayi dan balita karena sutura-sutura belum menyatu dengan erat. Fraktur diastasis pada usia dewasa sering terjadi pada sutura lambdoid dan dapat mengakibatkan terjadinya hematum epidural.

c). Fraktur kominutif

Fraktur kominutif adalah jenis fraktur tulang kepala yang meiliki lebih dari satu fragmen dalam satu area fraktur.

d). Fraktur impresi

Fraktur impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang langsung mengenai tulang kepala dan pada area yang kecal. Fraktur impresi pada tulang kepala dapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada duremater dan jaringan otak, fraktur impresi dianggap bermakna terjadi, jika tabula eksterna segmen yang impresi masuk dibawah tabula interna segmen tulang yang sehat.

e). Fraktur basis kranii

Fraktur basis kranii adalah suatu fraktur linier yang terjadi pada dasar tulang tengkorak, fraktur ini seringkali diertai dengan robekan pada durameter yang merekat erat pada dasar tengkorak. Fraktur basis kranii berdasarkan letak anatomi di bagi menjadi fraktur fossa anterior, fraktur fossa media dan fraktur fossa posterior. Secara anatomi ada perbedaan struktur di daerah basis kranii dan tulang kalfaria. Durameter daerah basis krani lebih tipis

(4)

dibandingkan daerah kalfaria dan durameter daerah basis melekat lebih erat pada tulang dibandingkan daerah kalfaria. Sehingga bila terjadi fraktur daerah basis dapat menyebabkan robekan durameter. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran cairan cerebrospinal yang menimbulkan resiko terjadinya infeksi selaput otak (meningitis). Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan rhinorrhea dan raccon eyes sign (fraktur basis kranii fossa anterior), atau ottorhea dan batle’s sign (fraktur basis kranii fossa media). Kondisi ini juga dapat menyebabkan lesi saraf kranial yang paling sering terjadi adalah gangguan saraf penciuman (N,olfactorius). Saraf wajah (N.facialis) dan saraf pendengaran (N.vestibulokokhlearis).Penanganan dari fraktur basis kranii meliputi pencegahan peningkatan tekanan intrakranial yang mendadak misalnya dengan mencegah batuk, mengejan, dan makanan yang tidak menyebabkan sembelit. Jaga kebersihan sekitar lubang hidung dan telinga, jika perlu dilakukan tampon steril (konsultasi ahli THT) pada tanda bloody/ otorrhea/otoliquorrhea. Pada penderita dengan tanda-tanda bloody/otorrhea/otoliquorrhea penderita tidur dengan posisi terlentang dan kepala miring ke posisi yang sehat.

Perdarahan Intrakranial 1. Perdarahan Epidural

Perdarahan epidural adalah perdarahan antara tulang kranial dan dura mater, yang biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media. Kelainan ini pada fase awal tidak menunjukkan gejala atau tanda. Baru setetelah hematoma bertambah besar akan terlihat tanda pendesakan dan peningkatan tekanan intrakranial. Penderita akan mengalami mual dan muntah diikuti dengan penurunan kesadaran. Gejala neurologik yang terpenting adalah pupil mata anisokor yaitu pupil ipsilateral melebar. Ciri khas hematoma epidural murni adalah terdapatnya interval bebas antara saat terjadinya trauma dan tanda pertama yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam. Jika hematoma epidural disertai dengan cedera otak seperti memar otak, interval bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur. Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral. Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang membaik setelah beberapa hari.

(5)

2.Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terletak diantara duramater dan serebrospinal. Perdarahan subdural merupakan perdarahan intrakranial yang paling sering terjadi. Karakteristik perdarahan subdural biasanya dibagi berdasarkan ukuran, lokasi dan lama kejadian.

a.Perdarahan subdural akut

Secara umum perdarahan subdural akut terjadi dibawah 72 jam dan biasanya pasien dalam keadaan koma. 85 % persen pasien yang koma memiliki gambaran kontusio parenkim. Gejala klinis perdarahan subdural akut dapat berupa pusing, mual, bingung, perubahan kepribadian, penurunan kesadaran, sulit berbicara, dilatasi pupil ipsilateral dari hematoma, hemiparese kontralateral hematoma dan lemah anggota gerak. b.Perdarahan subdural subakut

Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi dari hari ketiga hingga minggu ketiga setelah cedera.

c.Perdarahan subdural kronis

Perdarahan subdural kronis biasanya terjadi setelah 21 hari atau lebih. 25 hingga50 persen dari pasien yang menderita perdarahan subdural kronis tidak memiliki riwayat trauma kepala, biasanya trauma kepala yang terjadi adalah trauma kepalaringan. Gejala klinis dari perdarahan ini dapat berupa penurunan kesadaran, pusing,kesulitan berjalan atau keseimbangan, disfungsi kognitif atau hilang ingatan, perubahan kepribadian, defisit motorik, kejang, dan inkontinensia.

3.Perdarahan Subserebrospinal

Perdarahan subserebrospinal adalah ekstravasasi darah ke dalam rongga subaraknoid yang terdapat di antara lapisan piamater dan membran araknoid. Etiologi yang paling sering dari perdarahan subaraknoid non traumatik adalah pecahnya aneurisma intrakranial (berryaneurism). Gejala klinisnya biasanya tampak sepuluh hingga dua puluh hari setelah terjadinya ruptur. Gejala yang paling sering berupa sakit kepala, nyeri daerah orbital, diplopia, gangguan penglihatan, gangguan sensorik dan motorik, kejang, ptosis, disfasia.

(6)

4.Perdarahan Intraventrikular

Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila terjadi perdarahan intraserebral.

5.Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak yang semakin lama semakin banyak dan menimbulkan tekanan pada jaringan otak sekitar. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan konfusi dan letargi.Gejala klinis biasanya timbul dengan cepat bergantung pada lokasi perdarahan. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, nausea, muntah, letargi atau konfusi, kelemahan mendadak atau kebas pada wajah, tangan atau kaki yang biasanya pada satu sisi, hilangnya kesadaran,hilang penglihatan sementara, dan kejang

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: 1.Foto polos kepala

Pemeriksaan ini untuk melihat pergeseran (displacement ) fraktur tulang tengkorak, tetapi tidak dapat menentukan ada tidaknya perdarahan intrakranial. Fraktur pada tengkorak dapat berupa fraktur impresi (depressed fracture), fraktur linear dan fraktur diastasis (traumatic suture separation). Fraktur impresi biasanya disertai kerusakan jaringan otak dan pada foto terlihat sebagai garis atau dua garis sejajar dengan densitas tinggi pada tulangtengkorak. Fraktur linear harus dibedakan dari sutura dan pembuluh darah. Pada foto, fraktur ini terlihat sebagai garis radiolusen, paling sering di daerah parietal. Garis fraktur biasanya lebih radiolusen daripada pembuluh darah dan arahnya tidak teratur. Fraktur pada dasar tengkorak sering kali sukar dilihat. Adanya bayangan cairan (air-fluid level ) dalam sinussfenoid menunjukkan adanya fraktur basis cranii. Fraktur diastasis lebih sering pada anak-anak dan terkihat sebagai pelebaran sutura.

(7)

2. Tomografi Komputer kepala

Indikasi tomografi komputer pada trauma kapitis Tomografi komputer adalah suatu alat foto yang membuat foto suatu objek dalam sudut 360 derajat melalui bidang datar dalam jumlah yang tidak terbatas.Bayangan foto akan direkonstruksi oleh komputer sehingga objek foto akan tampak secara menyeluruh (luar dan dalam). Foto tomografi komputer akan tampak sebagai penampang-penampang melintang dari objeknya.

Dengan tomografi komputer isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya. Indikasi pemeriksaan tomografi komputer pada kasus trauma kepala adalah seperti berikut:

1.Bila secara klinis (penilaian SKG) didapatkan klasifikasi trauma kapitis sedang dan berat. 2.Trauma kapitis ringan yang disertai fraktur tengkorak.

3.Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii.

4.Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran. 5.Sakit kepala yang hebat.

6.Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan otak. 7.Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral.

Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat seluruh struktur anatomis kepala, danmerupakan alat yang paling baik untuk mengetahui, menentukan lokasi dan ukurandari perdarahan intrakranial.

b.Interpretasi Gambaran Radiologis pada Perdarahan Trauma Kapitis 1.Perdarahan Epidural

Hematoma epidural didefinisikan sebagai perdarahan ke dalam ruang antara duramater, yang tidak dapat dipisahkan dari periosteum tengkorak dan tulang yang berdekatan. Hematoma epidural dapat terjadi secara intra kranial atau intra spinal dan dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan secara klinis dan/atau kematian jika tidak di diagnosis dan di tatalaksana sesegera mungkin. Pada kenyataannya, hematoma epidural,

(8)

dianggap sebagai kasus darurat bedah saraf.Hematoma epidural biasanya dapat dibedakan dari hematoma subdural dengan bentuk bikonveks dibandingkan dengan crescent-shape dari hematomasubdural. Selain itu, tidak seperti hematoma subdural, hematoma epidural biasanya tidak melewati sutura. Hematoma epidural sangat sulit dibedakan dengan hematoma subdural jika ukurannya kecil. Dengan bentuk bikonveks yang khas, elips, penampilan tomografi komputer hematoma epidural tergantung pada sumber perdarahan, waktu berlalu sejak cedera, dan tingkat keparahan perdarahan.

Karena dibutuhkan diagnosis yang akurat dan perawatan yang cepat,diperlukan pemeriksaan tomografi komputer dengan cepat dan intervensi bedah saraf. Tomografi komputer adalah pemeriksaan pilihan dalam evaluasi kasus yang dicurigai hematoma epidural. Namun terkadang hematoma epidural sulit untuk dideteksi dengan tomografi komputer.

2.Perdarahan Subdural

Hematoma subdural adalah 1 dari 3 jenis pendarahan intrakranial ekstra-aksial dan biasanya terjadi sebagai akibat trauma. Cedera deselerasi sering menjadi penyebab dari perdarahan subdural yang disebabkan pecah pembuluh darah vena. Kemungkinan lain, seperti kekerasan pada anak dan dekompresi ventrikel juga dapat mengakibatkan perdarahan subdural. Pendarahan spontan dapat terjadi pada pasien yang menerima antikoagulan atau pasien dengan kondisi koagulopati. Kompresi dari sinus dural tidak secara langsungmenyebabkan hematoma subdural, meskipun kompresi dapat mengakibatkaninfark vena.

Beberapa hematoma subdural tidak menimbulkan gejala klinis,sementara yang lain menimbulkan gejala sebagai akibat dari efek massa di otak.Beberapa hematoma dapat tumbuh cukup besar untuk menyebabkan herniasi jaringan otak. Sebelum tomografi komputer dan teknologi pencitraan magnetik (MRI), hematoma subdural didiagnosis hanya berdasarkan efek massa, yang digambarkan sebagai perpindahan dari pembuluh darah pada angiogram atau sebagai kalsifikasi kelenjar hipofisis pada radiografi tengkorak. Munculnya tomografi komputer dan pencitraan resonansi magnetik telah membuat diagnosis rutin bahkan pada perdarahan kecil.

Temuan tomografi komputer dalam hematoma subdural tergantung pada lamanya perdarahan (lihat gambar di bawah).

(9)

Tomografi komputer menunjukkan pasien dengan hematoma subdural dari berbagai usia. Pasien ini memiliki tomografi komputer 1 minggusebelumnya yang menunjukkan hematoma subdural kronis . Selama minggu berikutnya, kondisi klinis semakin menurun, kemudian ia pingsan sesaat sebelum gambar ini diperoleh. Darah abu-abu merupakan perdarahan subakut,sedangkan darah putih merupakan akut.

Pada fase akut, hematoma subdural muncul berbentuk bulan sabit, ketika cukup besar, hematoma subdural menyebabkan pergeseran garis tengah.

Pergeseran dari gray matter-white matter junction merupakan tanda penting yang menunjukkan adanya lesi. Meskipun sering diberikan di masa lalu untuk membantu mendeteksi perpindahan pembuluh kortikal, media kontras tidak diperlukan dengan kemampuan scanner saat ini. Dalam kasus yang jarang,hematoma subdural kronis dapat mengeras dan menghasilkan penampilan yang tidak biasa yang bisa disalah artikan sebagai sebuah massa kalsifikasi.

Tidak seperti hematoma epidural, hematoma subdural tidak dibatasi oleh penarikan dural pada sutura, mereka bisa menyeberang garis sutura dan terus sepanjang falx dan tentorium (lihat gambar di bawah). Namun, mereka tidak melewati garis tengah karena refleksi meningeal.

Jika ditemukan hematoma subdural pada tomografi komputer, penting untuk memeriksa adanya cedera terkait lainnya, seperti patah tulang tengkorak (lihat gambar pertama di bawah), kontusio intraparenkimal, dan darah pada subaraknoid (lihat gambar kedua di bawah). Adanya cedera parenkim pada pasien dengan hematoma subdural adalah faktor yang paling penting dalam memprediksi hasil klinis mereka.

3.Perdarahan Subaraknoid

Pada tomografi komputer, perdarahan subaraknoid (SAH) terlihat mengisi ruangan subaraknoid yang biasanya terlihat gelap dan terisi CSF disekitar otak. Rongga subaraknoid yang biasanya hitam mungkin tampak putih diperdarahan akut. Temuan ini paling jelas terlihat dalam rongga subaraknoid yang besar.

Ketika tomografi komputer dilakukan beberapa hari atau minggu setelah perdarahan awal, temuan akan tampak lebih halus. Gambaran putih darah dan bekuan cenderung menurun, dan tampak sebagai abu-abu.

(10)

Sebagai tambahan dalam mendeteksi SAH, tomografi komputer berguna untuk melokalisir sumber perdarahan. Hal ini sangat penting dalam kasus-kasus aneurisma intrakranial ganda, yang terjadi pada 20% pasien. Lokalisasi SAH pada Tomografi komputer berkorelasi dengan lokasi dari pecahnya aneurisma. Kehadiran darah dalam celah interhemisfer anterior atau lobus frontal yang berdekatan menunjukkan pecahnya aneurisma arteri anterior. Bekuan fisura Sylvian berkorelasi dengan aneurisma arteri serebral tengah ipsilateral. Jikadarah terdapat di fossa posterior, hal ini menunjukkan perdarahan darianeurisma sirkulasi posterior.

4.Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh trauma terhadap pembuluh darah, timbul hematoma intraparenkim dalam waktu ½-6 jam setelahterjadinya trauma. Hematoma ini bisa timbul pada area kontralateral trauma. Pada tomografi komputer sesudah beberapa jam akan tampak daerah hematoma(hiperdens), dengan tepi yang tidak rata.

Tomografi komputer angiography " spot sign" dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan hematoma intraserebral.

5.Perdarahan Intraventrikular

Sebelum ketersediaan ultrasonografi, tomografi komputer digunakanuntuk diagnosis dan tindak lanjut. Tomografi komputer tidak lagi digunakanuntuk diagnosis dan tindak lanjut mengingat keamanan dan efektivitas biaya sonografi.

3.Pencitraan Resonansi Magnetik Kepala

Pencitraan resonansi magnetik merupakan salah satu cara pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar X. Tujuan dari pencitraan resonansi magnetik dalam evaluasi perdarahan intrakranial(ICH) adalah sebagai berikut:

a. Untuk melihat ada atau tidaknya darah

b. Untuk mengetahui lokasi dan membedakan perdarahan (ekstra-aksial dibandingkanintra-aksial): ekstra-aksial, untuk membedakan perdarahan subarachnoid (SAH),hematoma

(11)

subdural (SDH), dan hematoma epidural (EDH), dan intra-aksial, untuk menemukan lokasi spesifik dari neuroanatomi

c. Untuk menentukan sudah berapa lama perdarahan terjadi d.Untuk mengetahui etiologi

e. Untuk membantu penatalaksanaan perdarahan dan menentukan prognosis pasien Perdarahan Intra Parenkim Berdasarkan Waktu

1.Perdarahan Hiperakut

Pencitraan resonansi magnetik aksial menunjukkan hematoma hiperakut dalam kapsul eksternalyang tepat dan korteks insular pada pasien hipertensi. T1 aksial menunjukkan isointens untuk lesi hipointens di daerah temporoparietal kanan yang hiperintens pada T2 dan dengan kecenderungan tampak sebagai intensitas sinyal rendah karena darah pada gradien-echo (GRE). Sebuah lingkaran kecil edema vasogenik mengelilingi hematoma.

2.Perdarahan Akut

Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan hematoma akut pada daerah frontal kiri. T1 aksial dan T2 menunjukkan hematoma yang hipointens. Sebuah lingkaran kecil edema vasogenik mengelilingi hematoma terlihat di T2.

3.Perdarahan Subakut Awal (Early Subacute Hemorrhage)

Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan hematoma subakut awal di daerah oksipital kiri.Lesi terlihat hiperintens pada T1 dan hipointens pada T2 ditandai dengan kecenderungan disebabkan oleh hematoma pada gradien-echo (GRE). Hematoma intraventrikular juga terlihat jelas sebagai sinyal rendah pada GRE.

4.Perdarahan Subakut Akhir (Late subacute hemorrhage)

Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan perdarahan subakut akhir di kedua daerah thalamus pada pasien malaria cerebral. T1, T2, dan gradient-echo (GRE) menunjukkan hematoma hiperintens. T2 dan GRE menunjukkan lingkaran kecil hipointens yang disebabkan hemosiderin.

(12)

5.Perdarahan Kronik

Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan hematoma kronik sebagai space-occupying lesion pada fossa posterior kanan. Perdarahan terlihat sebagai gambaran hipointens di T1 dan T2. Hipointensitas diperjelas oleh efek darah pada GRE.

4.Angiografi

Pemeriksaan angiografi adalah pemeriksaan pembuluh darah dengan menggunakan zat kontras. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada pasien yang mengalami hemiparesis(kelumpuhan salah satu anggota tubuh) dengan kecurigaan adanya hematoma. Bila ada kelainan di dalam otak akan terlihat adanya pergeseran lokasi pembuluh darah. Pemeriksaan ini bermanfaat bila alat tomografi komputer tidak ada. Trauma kapitis pada angiografi terutama memperlihatkan adanya hematoma subdural dan hematoma epidural.

Hematoma subdural menunjukkan pendesakan arteri dan vena berbentuk konvekssesuai dengan lengkung hemisfer serebri. Sesuai dengan lokalisasi perdarahan, akan tampak pendesakan arteri serebri anterior, arteri serebri media maupun deep vein. Kadang-kadangditemukan lesi yang luas, tetapi pendesakan arteri serebri anterior, arteri serebri media dan vena serebri interna sangat sedikit (tidak seimbang), maka harus dilakukan angiografi sisi kontralateral karena kemungkinan adanya hematoma subdural di sisi kontralateral tersebut.

Pada hematoma di daerah temporobasal atau lebih ke posterior, dilakukan juga posisi oblik dengan kepala miring ke sisi kontralateral dengan proyeksi sinar antero-posterior.Hematoma subdural yang kronis sesudah 2 atau 3 minggu disebut higroma, yang pada angiogram tampak gambaran bridging vein selain tanda-tanda desakan vaskular.

Membedakan hematoma epidural dan hematoma subdural pada angiogram sering sulit.Jika arteri meningea media terdesak ke arah median (ke dalam), maka diagnosis hematoma epidural bisa ditegakkan. Jika hematoma epidural masuk ke dalam sinus venosus, maka sinus venosus ini akan terpisah dari tabula interna.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk magnetisasi daTitipe-P maka pactasalah satu lapisan tipis teIjadi pembalikan maIDenmagnetik sehingga akan timbul dinding tetapi kemudian lenyap apabila maIDenmagnetik

GOLONGAN ONGAN ANTIM ANTIMET ETABOLIT

pertumbuhan dan produksi adalah pada air tanah kapasitas lapang.terdapat interaksi sangat nyata antara varietas dan kadar air tanah terhadap tinggi tanaman umur 45

يكيكفتلا كأ يسنرفلا يئاسنلا م بيدلأا دقنللاا يئاسنلا م بيدلأا دقنللاا Anglo-Amerika اراغيناياج بٌايرانوس لأر Soenarjati Djajanegara ول دقنلا

Ni Made Ras Amanda Gelgel, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana sekaligus dosen penguji III penulis,

Banyak model yang dapat digunakan dalam penerapan suatu sistem teknologi informasi namun pengujian dengan model yang berbeda dengan kasus yang sama jarang dilakukan.. Ada

Hal ini disebabkan karena pihak KRT memiliki alat dan bahan yang mencukupi sehingga para operator taman (tenaga kerja) dapat dengan mudah melakukan kegiatan