• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

Pelatihan Pembuatan Nata de Coco dan Minyak Kelapa

Hemat Energi Bagi Kelompok Wanita Tani di Desa Tukad Mungga

Kecamatan Buleleng

Oleh

Dr. Gede Ari Yudasmara, S.Si., M.Si (Ketua) NIP. 197904142002121002

I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si (Anggota) NIP. 197602062005011002

I Gede Yudi Wisnawa (Anggota) NIP. 198304242009121005

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha

dengan SPK nomor: 158/UN48.15/LPM/2015 Tanggal 5 Pebruari 2015

JURUSAN BUDIDAYA KELAUTAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)
(3)

i DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Bab I. Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Analisis Situasi... 2

1.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 3

1.4. Tujuan Kegiatan... 4

1.5. Manfaat Kegiatan... 4

Bab II. Metode Pelaksanaan... 5

Bab III. Hasil dan Pembahasan... 8

Bab IV. Simpulan dan Saran... 13

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Desa Tukad Mungga adalah sebuah desa di Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, yang secara geografis berada di wilayah pesisir dengan penduduk yang memiliki profesi dari nelayan tangkap sampai menjadi petani. Meskipun daerah ini tergolong cukup subur, komoditas perikanan dan pertaniannya saat ini mulai menurun dari segi produksi. Hal ini terlihat semakin berkurangnya jumlah tangkapan ikan yang diperoleh nelayan dan menurunnya hasil pertanian yang diakibatkan oleh serangan hama pengakit dan mahalnya harga pupuk di pasaran. Namun dibalik itu, ada satu komoditas yang dapat diandalkan oleh masyarakat Desa Tukad Mungga, yaitu buah kelapa, yang tumbuh subur di daerah ini.

Selama ini, buah kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Tukad Mungga hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga walaupun ada beberapa kelompok masyarakat yang mengolah kelapa menjadi minyak kelapa dan kopra. Pada proses pengolahan tersebut, air kelapa sering menjadi limbah yang dibuang secara percuma. Hal ini selain berdampak pada pencemaran lingkungan, juga berdampak pada merosotnya nilai jual buah kelapa. Untuk produksi minyak kelapa, masyarakat masih menggunakan teknik tradisioanal yang memerlukan banyak energi sehingga biaya produksi menjadi sangat besar.

Seiring dengan kemajuan teknologi, pembuatan minyak kelapa dapat dibuat menjadi lebih efisien dengan memanfaatkan kerja mikroorganisme (seperti ragi) sehingga keperluan energi dapat ditekan. Selain itu, air kelapa yang umumnya menjadi limbah dapat dimanfaatkan menjadi produk makanan nata de coco yang bergizi dan bernilai jual tinggi. Teknologi pembuatan nata de coco cukup sederhana sehingga dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Namun masyarakat awam pada umumnya belum mengetahui teknologi tepat guna ini. Untuk itu diperlukan kegiatan untuk membuka wawasan serta melatih kemampuan dan keterampilan masyarakat Desa Tukad Mungga dalam mengolah hasil pertanian, khususnya buah kelapa.

Melalui teknologi tepat guna, buah kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Tukad Mungga akan memiliki nilai komersial yang tinggi, sehingga minat dan semangat masyarakat akan kembali tumbuh untuk menggeluti usaha produksi minyak kelapa serta membuat produk baru dengan memanfaatkan air kelapa sebagai bahan bakunya. Kegiatan ini diharapkan dapat memicu tumbuhnya unit-unit industri

(5)

2

rumah tangga di Desa Tukad Mungga secara berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi daerah yang dimiliki terutama yang berbahan baku dari kelapa.

1.2. Analisis Situasi

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan bagi kelompok tani “Darma Kusuma” yang berlokasi di Desa Tukad Mungga, kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng provinsi Bali. Sampai saat ini kelompok tani ini memiliki anggota sejumlah 20 orang. Seperti halnya masyarakat Desa Tukad Mungga secara umum, hasil pertanian kelompok ini juga mengalami penurunan produksi. Penyebabnya antara lain hama penyakit, mahalnya harga pupuk dan obat-obatan, serta murahnya harga gabah dipasaran. Jadi hasil pertaniannya tidak bisa diandalkan untuk menopang kehidupan petani di Desa Tukad Mungga.

Tanaman kelapa yang hidup di daerah kelompok tani “Darma Kusuma” tergolong cukup banyak dan subur. Kebun kelapa di daerah ini tergolong cukup luas karena hampir semua lahan di desa ini terdapat tanaman pohon kelapa.

Sebagian besar petani dari kelompok tani “Darma Kusuma” pada mulanya memproduksi sendiri minyak kelapa untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng rumah tangga mereka disamping untuk dipasarkan. Produksi minyak kelapa dilakukan secara tradisional dimana memerlukan waktu dan energi yang sangat besar untuk memanaskan santan kelapa sampai dihasilkan minyak. Seiring munculnya produk minyak goreng kemasan yang relatif lebih murah, banyak petani kemudian berhenti memproduksi minyak kelapa. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi yang tinggi akibat teknik produksi yang kurang efisien, sehingga tidak bisa bersaing dengan minyak goreng kemasan.

Menurut keterangan Ida Ayu Maha Indri ketua kelompok Tani Darma Kusuma, saat ini buah kelapa yang dihasilkan di daerah ini sebagaian besar dijual langsung ke pengepul-pengepul yang ada di daerah desa Tukad Mungga Kecamatan Buleleng dan kota Singaraja kabupaten Buleleng dengan harga relatif rendah. Satu butir kelapa saat ini Cuma dihargai senilai Rp. 2.000,- dan kalau dijual dalam jumlah banyak sering dibayar dengan harga lebih rendah. Salah seorang warga menyatakan harga minyak kelapa di daerah Desa Tukad Mungga relatif mahal, dijual dengan harga Rp. 20.000,- per liter. Namun, biaya produksi yang mahal akibat teknik produksi yang kurang efisien menyebabkan warga enggan menggeluti usaha produksi minyak kelapa ini.

(6)

3

Sementara itu, sampai saat ini belum ada anggota kelompok tani “Darma Kusuma” yang memanfaatkan air kelapa untuk kepentingan komersial. Padahal air kelapa yang dibuang dari usaha pembuatan minyak kelapa sangat melimpah. Sebagian air kelapa tersebut memang dimanfaatkan oleh sebagian petani sebagai air minum sapi, dan bahan campuran untuk pakan babi, namun sebagian besar masih dibuang secara percuma. Dapat dikatakan air kelapa hanya menjadi limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan potensi sebagai daerah penghasil buah kelapa, sangat cocok dikembangkan usaha pengolahan kelapa menjadi produk-produk bernilai jual tinggi dengan memanfaatkan teknologi sederhana dan tepat guna, salah satunya adalah nata de coco dan minyak kelapa.

1.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Rendahnya minat petani “Darma Kusuma” menggeluti usaha produksi minyak kelapa berakar dari kurangnya pengetahuan dan keterampilan mereka tentang teknologi pengolahan kelapa menjadi berbagai produk komersial bernilai jual tinggi. Dengan teknik produksi tradisional yang diwariskan secara turun temurun, biaya yang diperlukan untuk produksi terlalu tinggi, sehingga harga jual minyak kelapa tidak mampu berkompetisi dengan minyak goreng kemasan. Di samping itu, masyarakat juga belum mengetahui bahwa air kelapa yang pada umumnya menjadi limbah ternyata dapat dimanfaatkan menjadi produk makanan berkualitas dan bernilai jual tinggi, sebagai contoh menjadi produk makanan nata de

coco. Padahal, hasil panen kelapa di daerah ini cukup melimpah karena tanaman

kelapa pada umumnya cukup subur tumbuh di daerah pesisir.

Berdasarkan analisis situasi dan potensi yang dimiliki oleh kelompok tani “Darma Kusuma” di Desa Tukad Mungga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, maka permasalahan pokok yang akan dicarikan solusinya melalui kegiatan Pengabdian pada masyarakat ini adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat setempat mengenai teknologi pengolahan buah kelapa menjadi produk berkualitas dan bernilai komersial tinggi. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai maka potensi yang dimiliki akan dapat digali dan dikembangkan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat

(7)

4 1.4. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut.

1) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan kelompok tani “Darma Kusuma” Desa Tukad Mungga, Kecamatan Buleleng, Buleleng tentang teknologi pembuatan minyak kelapa hemat energi dan pembuatan produk makanan nata

de coco dari limbah air kelapa.

2) Melatih kemampuan dan keterampilan kelompok tani “Darma Kusuma” Desa Tukad Mungga, Kecamatan Buleleng, Buleleng dalam produksi minyak kelapa hemat energi dan produk makanan nata de coco dari limbah air kelapa

1.5. Manfaat Kegiatan

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada mitra sebagai berikut.

1) Masyarakat sasaran (kelompok tani “Darma Kusuma” Desa Tukad Mungga, Kecamatan Buleleng, Buleleng) akan memperoleh wawasan serta pengetahuan tentang teknologi pembuatan minyak kelapa yang hemat energi dan pembuatan produk makanan nata de coco dari limbah air kelapa.

2) Masyarakat sasaran (kelompok tani “Darma Kusuma” Desa Tukad Mungga, Kecamatan Buleleng, Buleleng) akan memperoleh informasi tentang bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat nata de coco dan pembuatan minyak kelapa hemat energi enzimatis, serta cara memperoleh bahan-bahan tersebut. 3) Masyarakat sasaran (kelompok tani “Darma Kusuma” Desa Tukad Mungga,

Kecamatan Buleleng, Buleleng) akan memperoleh bekal keterampilan membuat minyak kelapa menggunakan teknologi hemat energi serta membuat nata de

coco dari bahan baku air kelapa sampai menjadi produk yang siap dipasarkan.

4) Semangat dan minat Masyarakat sasaran (kelompok tani “Darma Kusuma” Desa Tukad Mungga, Kecamatan Buleleng, Buleleng) akan tumbuh kembali sebagai bekal untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

(8)

5 BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Masalah pokok yang akan dipecahkan dalam pengabdian masyarakat ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan kelompok tani “Darma Kusuma” tentang pengolahan air kelapa menjadi produk nata de coco dan pembuatan minyak kelapa dengan teknik efisien dan menguntungkan. Permasalahan tersebut akan dicarikan solusi pemecahannya melalui berbagai alternatif kegiatan seperti ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah.

Tabel 1. Kerangka Pemecahan Masalah

No Permasalahan Akar masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1 Masyarakat kelompok tani “Darma Kusuma” belum mengetahui / memahami teknik pembuatan minyak kelapa yang hemat

energi serta

pengolahan limbah air kelapa menjadi produk

nata de coco Kurangnya informasi tentang teknologi pembuatan minyak kelapa hemat energi dan pemanfaatan air kelapa menjadi produk nata de

coco

1. Sosialisasi dan Ceramah. 2. Dialog interaktif dengan

masyarakat setempat

3 Masyarakat kelompok tani “Darma Kusuma” belum mampu dan terampil dalam membuat minyak kelapa dengan teknik yan efisien dan hemat energi, serta belum mampu mengolah limbah air kelapa menjadi produk nata

de coco Kurangnya pelatihan bagi masyarakat tentang teknik pembuatan minyak kelapa hemat energi dan teknik membuat

nata de coco dari

air kelapa

1. Ceramah dan diskusi didukung peralatan audiovisual.

2. Penyebaran brosur tentang teknik produksi nata de

coco dan pembuatan

minyak hemat energi 3. Demonstrasi teknik

pembuatan nata de coco 4. Demonstrasi teknik

pembuatan minyak kelapa secara enzimatis dengan bantuan ragi Tape

(9)

6 2.2. Metoda Pelaksanaan Kegiatan

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan adalah ceramah, diskusi, demonstrasi dan pelatihan (pendampingan). Gabungan metode-metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan wawasan, pemahaman dan keterampilan masyarakat tentang pengolahan buah kelapa menjadi produk bernilai jual tinggi, dalam hal ini produksi nata de coco dari air kelapa dan produksi minyak kelapa dengan teknik hemat energi. Keterkaitan antara tujuan dan metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keterkaitan Tujuan dan Metode Kegiatan

No Tujuan Metode Bentuk Kegiatan

1 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat kelompok tani “Darma

Kusuma” tentang

pengolahan air kelapa menjadi nata de coco serta pembuatan minyak kelapa hemat energi secara enzimatis

Ceramah dan Diskusi

Sosialisasi dan dialog interaktif tentang potensi pengolahan buah kelapa menjadi produk komersial Penyebaran Brosur tentang teknik pengolahan air kelapa menjadi nata de

coco dan pembuatan minyak

kelapa hemat energi secara enzimatis

2 Melatih kemampuan dan keterampilan masyarakat kelompok tani “Darma Kusuma” dalam mengolah air kelapa menjadi nata de

coco dan membuat minyak

kelapa dengan teknik enzimatis

Ceramah, Diskusi dan Demonstrasi

Sosialisasi hasil penelitian (hasil percobaan), Demonstrasi teknik membuat nata de coco dari bahan baku air kelapa dan pembuatan minyak kelapa hemat energi secara enzimatis,

Pelatihan pembuatan nata

de coco dan minyak kelapa

hemat energi

Diskusi tentang teknik pemasaran produk yang akan dihasilkan.

Pembimbingan/

Pendampingan secara berkelanjutan

(10)

7 2.3. Rancangan Evaluasi

Evaluasi kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi proses dilakukan terhadap variabel-variabel berikut : kehadiran peserta mengikuti kegiatan, semangat/antusiasme masyarakat mengikuti kegiatan, dan tanggapan/respon masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan. Kehadiran peserta diukur dengan absensi kegiatan, kemudian dinyatakan dalam bentuk persentase kehadiran peserta. Semangat/antusiasme peserta mengikuti kegiatan diukur selama kegiatan berlangsung dengan skala likert, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan dipersentasekan. Berdasarkan frekuensi (persentase) tersebut dilakukan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan tentang semangat/antusiame peserta mengikuti kegiatan. Tanggapan/respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan diukur di akhir kegiatan dengan angket tertutup menggunakan skala Likert (SS = sangat setuju, S = setuju, TT = tidak tentu, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju). Evaluasi produk dilakukan terhadap kemampuan/keterampilan peserta mengolah air kelapa menjadi nata de coco dan membuat minyak kelapa dengan teknik hemat energi. Evaluasi produk diukur dengan skala Likert, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi (dipersentasekan), dan hasilnya diinterpretasikan untuk memperoleh kesimpulan.

Indikator yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.

1. Kehadiran peserta mengikuti kegiatan lebih dari 85 % 2. Semangat/antusiasme peserta mengikuti kegiatan baik

3. Kemampuan/keterampilan peserta mengolah air kelapa menjadi nata de coco dan membuat minyak kelapa secara enzimatis baik

(11)

8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Kegiatan

Pada kegiatan pengabdian pada masyarakat ini telah ditempuh beberapa cara untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan masyarakat (kelopok wanita Tani) di desa Tukad Mungga dalam membuat nata de coco dan pembutan minyak kelapa hemat energi. Materi ceramah dan diskusi tentang manfaat dan cara pembuatan (prosedur kerja) pembuatan Nata de coco dan Minyak Kelapa

Hemat Energi disampaikan oleh I Nyoman Sukata, S.Pd., M.Si dan Putu

Rahmadewa Eka Karma.

Pada sesi ceramah dan diskusi ini pemakalah lebih banyak menjelaskan tentang penggunaaan seluruh bagian pohon kelapa untuk menunjang kehidupan manusia, kemudian dilanjutkan dengan bagian buah kelapa tentang manfaat dari daging dan air kelapa yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, dan bahkan air kelapa masih banyak dibuang begitu saja. Padahal manfaat dari daging buah kelapa dan air buah kelapa masih banyak bisa di manfaatkan seperti misalnya airnya bisa dimanfaatkan sebagai produk nata de coco yang bernilai jual tinggi. Selama ini masyarakat (kelompok wanita tani) di desa Tukad Mungga belum banyak yang tahu bahwa air buah kelapa masih bisa dimanfaatkan sebagai produk minuman yang bermanfaat bagi tubuh dan bernilai jual tinggi. Hal ini terlihat dari penjelasan beberapa anggota masyarakat yang manyatakan bahwa mereka belum tahu tentang pengolahan air buah kelapa. Sementara untuk daging buah kelapa sudah banyak dimanfaatkan terutama untuk minyak kelapa seperti minyak tandusan. Namun demikian, masyarakat belum bisa membuat minyak kelapa dengan menggunakan energi yang hemat, karena salama ini masyarakat masih menggunakan cara tradisional. Pada acara tersebut penceramah menjelaskan beberapa cara yang bisa digunakan dalam membuat minyak kelapa seperti cara pancingan dan fermentasi.

Setelah sesi ceramah dan diskusi dilanjutkan dengan praktek pembuatan nata

de coco dan membuat minyak dengan teknik pancingan dan fermentasi. Pada sesi

ini dipandu oleh I Nyoman Sukarta, S.Pd., dan di bantu oleh Putu Rahmadewa Eka Karma dan Dr. Gedea Ari Yudasmara, S.Si.,M.Si. pembuatan santan dilakukan oleh peserta, menggunakan 20 butir buah kelapa. Santan yang dihasilkan selanjutnya

(12)

9

dibagi dua dan ditaruh dalam wadah transparan. Setelah didiamkan selama 1 jam, kedua santan tersebut memisah menjadi dua (lapisan atas berupa krim mengandung minyak dan blondo, serta skim di lapisan bawahnya yang kaya akan air). Lapisan skim dipisahkan dengan jalan mengalirkan keluar menggunakan plastik.

Salah satu krim santan diberikan perlakuan pembuatan VCO dengan teknik fermentasi. Caranya, ke dalam krim santan tersebut ditambahkan ekstrak nenas sedikit demi sedikit sambil diaduk, kemudian didiamkan selama 20 jam. Krim santan yang lainnya ditambahkan minyak kelapa juga sedikit demi sedikit sambil diaduk, selanjutnya dibiarkan selama 8 jam. Pengamatan dan perlakuan diserahkan kepada peserta. Setelah didiamkan selama kurun waktu yang telah ditentukan tersebut, terbentuk tiga lapisan; dari atas ke bawah secara berturut-turut adalah lapisan minyak, lapisan protein (blondo) dan lapisan air. Lapisan air dipisahkan dengan bantuan selang, sedangkan lapisan minyaknya dengan disendok secara berhati-hati.

Pembuatan nata de coco lebih banyak dipandu oleh Dr. Gede Ari Yudasmara dan didemonstrasikan oleh Putu Rahmadewa Eka Karma. Pembuatan nata de coco dimulai dengan penyaringan air kelapa menggunakan kain kasa, selanjutnya dipanaskan sampai mendidih, dan ditambahkan gula pasir (100 g/L air kelapa). Setelah didinginkan ditambahkan asam cuka dan stater, kemudian difermentasi selam 20 hari dalam tempayan yang tertutup rapat dan ditempatkan pada tempat yang aman dan bersih.setelah tiga minggu terbentuk lapisan nata, dan cairan yang ada dibawahnya dapat digunakan sebagai bibit (stater). Lapisan nata yang terbentuk dicuci dan dipotong berbentuk kubus. Setelah dicuci kembali, direndam dalam air selama 3 hari. Air rendamannya dapat diganti setiap hari. Terakhir setelah direbus kemabali dalam larutan gula didapatkan nata de coco yang siap dikonsumsi dan dipasarkan.

Sementara itu, kinerja peserta pelatihan diamati selama proses pelatihan menggunakan lembar Observasi (Rubrik Kinerja). Data kinerja peserta pelatihan disajikan pada tabel 3.1 berikut.

(13)

10 Tabel 3.1. Kinerja Peserta Pelatihan No Indikator Kinerja

Jumlah Peserta dengan skor (N=11) 1 2 3 4 5 Jumlah rerata 1 Kehadiran peserta selama pelatihan

(dari awal sampai akhir kegitan)

0 0 0 0 11 55 5,00

2 Ketekunan peserta dalam mengikuti kegitan pelatihan

0 0 0 0 11 55 5,00

3 Keterampilan peserta dalam membuat nata de coco dan minyak kelapa

0 0 2 6 3 45 4,42

4 Kerjasama peserta pelatihan dalam kelompoknya dalam membuat nata

de coco dan minyak kelapa

0 0 0 4 7 51 4,64

Rerata 51,5 4.77

Dari tabel 3.1. di atas terlihat bahwa kinerja peserta pelatihan memiliki rerata skor kinerja sebesar 4,77 (menurut skala Likert), sehingga tergolong sangat baik. Skor tertinggi (5,00) berkaitan dengan kehadiran peserta pelatihan, karena apa yang disampaikan dalam pelatihan tersebut sangat bermanfaat bagi mereka, sehingga bisa bertahan sampai akhir kegiatan. Semnetara itu, skor terendah sebesar (4,42) pada keterampilan peserta dalam membuat nata de coco dan Minyak Kelapa Hemat

Energi. Hal ini terjadi karena mereka (pesarta) baru pertama kali belajar membuat,

sehingga ada kecendrungan takut salah.

Disisi lain, tanggapan atau kesan dari peserta terhadap kegitan pengabdian pada masyarakat ini berkaitan dengan kesiapan panitia pelaksana dalam menglola kegiatan mulai dari ceramah sampai simulasi pembuatan nata de coco dan minyak kelapa hemat energi yang meliputi penyajian materi, keterampilan pelatih, dan efektivitas kegiatan. Secara lebih lengkap data kesan peserta terhadap kegiatan pelatihan yang dijaring lewat pemberian angket disajikan pada tabel 3.2 berikut.

(14)

11

Tabel 3.2. Kesan Peserta Terhadap Kegiatan P2M No Indikator Kinerja

Tanggapan (N=11)

1 2 3 4 5 Jumlah rerata 1 Kesiapan panitia pelaksana P2M 0 0 0 1 10 54 4,91 2 Penyajian materi oleh penceramah 0 0 0 2 9 53 4,82

3 Keterampilan pelatih 0 0 2 1 10 45 4,10

4 Efektivitas kegiatan 0 0 1 4 5 42 3.82

Rerata 48,5 4.41

Berdasrkan Tabel 3.2. di atas terlihat bahwa kesan peserta terhadap seluruh kegiatan P2M ini tergolong sangat baik dengan skor rata-rata penilaian sebesar 4,41. Dari tabel 3.2. di atas juga terliahat bahwa, skor tertinggi terhadap tanggapan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diperoleh pada kesiapan panitia pelaksana P2M dengan skor rata-rata 4,91. Sementara itu, kesan terhadap efektivitas kegiatan mendapatkan penilaian terendah dengan skor rata-rata 3,82. Hal ini terjadi karena kegiatan ini tidak langsung dapat menghasilkan produk, tetapi harus menunggu beberapa hari seperti nata de coco harus menggu sampai 20 hari. Meskipun demikian, secara umum pendapat masyarakat sasaran tergolong sangat baik. Di samping memberikan kesan seperti tersebut di atas, peserta pelatihan juga menaruh harapan besar kepada LPM Undiksha agar tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan pengabdian untuk membuka peluang usaha demi kesejahteraan masyarakat.

3.2. Pembahasan

Sebelum dilaksanakan pengabdian pada masyarakat ini, masyarakat sasaran yang ada di desa Tukad Mungga sudah memiliki baik pengetahuan maupun keterampilan dalam membuat minyak kelapa secara basah tradisional dengan teknik pemanasan, atau dalam istilah Bali dikenal dengan cara nandusin. Minyak kelapa yang dihasilkan sudah banyak sekali dimanfaatkan. Selain untuk keperluan sendiri, minyak kelapa yang dihasilkan juga sudah dipasarkan di wilayah desa Tukad Mungga bahkan sampai kebebrapa desa di sekitar. Namun demikian, masyarakat peserta pelatihan (masyarakat sasaran) belum mengetahui teknik pembuatan minyak kelapa yang lainnya, yang mana teknik ini lebih hemat energi yaitu teknik pancingan dan fermentasi. Selain itu masyarakat sasaran juga belum bisa memanfaatkan air kelapa yang dihasilakannya, dan hanya membuangnya sebagai limbah rumah tangga.

(15)

12

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sasaran dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini telah dilaksanakan dua bentuk kegiatan. Pertama, ceramah dan diskusi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang cara membuat minyak kelapa hemat energi dan cara pembuatan nata de coco. Kedua, pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat sasaran dalam membuat minyak kelapa hemat energi dengan teknik fermentasi dan teknik pancingan, serta memanfaatkan air limbah kelapa untuk membuat nata de coco.

Berdasarkan hasil pengamatan panitia pelaksana terhadap kinerja peserta selama pelatihan tergolong tinggi dengan rerata skor 4,77 (menurut skala Likert). Nilai tersebut melebihi kriteria keberhasilan minimal sebesar 3,40. Dengan demikian, secara umum sasaran kinerja peserta dalam mengikuti pelatiham ini dapat dicapai dengan sangat baik. Ketercapaian kriteria keberhasilan tersebut disebabkan mereka sangat berkepentingan dengan kegiatan yang dilakukan, terutama berkaitan dengan peluang untuk menjadi produsen nata de coco. Sejalan dengan kinerja para peserta pelatihan selama pelatihan, kesan mereka juga tergolong sangat baik dengan nilai skor rata-rata sebesar 4,41.

(16)

13 BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Berdasarkan hasil kegiatan dan hasil pembahasan, maka dapat dirumusakan simpulan sebagai berikut.

1) Peningkatan pemahaman dan keterampilan masyarakat sasaran dalam membuat minyak kelapa hemat energi dan nata de coco dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan dua cara yaitu: pertama melalui ceramah dan diskusi untuk meningkatkan pemahaman peserta pelatihan tentang cara pembuatan nata de coco dan minyak kelapa hemat energi. Kedua, memberikan simulasi dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat (peserta) dalam membuat nata de coco dan minyak kelapa hemat energi.

2) Kinerja peserta pelatihan selama pelatihan tergolong sangat tinggi dengan rata-rata skor sebesar 4,77 (menurut skala Likert), melewati kriteria keberhasilan minimal 3,40. Ketercapaian kriteria keberhasilan tersebut disebabkan karena masyarakat sasaran sangat berkepentingan dengan kegiatan yang dilakukan terutama berkaitan dengan peluang untuk menjadi produsen nata de coco. Sejalan dengan kinerja para peserta pelatihan selama pelatihan, kesan mereka juga tergolong sangat baik dengan nilai skor rata-rata sebesar 4,41.

4.2. Saran

Berdasarkan simpulan dan temuan empiris selama kegiatan pengabdian pada masyarakat ini berlangsung dapat diajukan saran sebagai berikut.

1) Perlu diberikan pelatihan cara pengemasan dan labeling terkait dalam usaha pemasaran.

(17)

14 Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

19 Lampiran. Daftar Pustaka

Anonim, 2001. Minyak Kelapa. Tersedia pada http://www.ristek.go.id

Astawan Made. 2004. Nata de coco yang Kaya Serat. http://www.kompas.com/kesehatan/news/0402/25/213558.htm

BPTP Lampung. 2006. Teknik Pembuatan Nata de Coco. Available from: http://primatani.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=vie w&id=80&Itemid=56

Melliawati. R. 2006. Nata de Coco. Available from: http://www.biotek.lipi.go.id/biotek/index.php?option=content&task=view&id= 69&catid=58&Itemid=48

Parwata, I Putu, dkk. 2008. Peningkatan Nilai Jual Buah Kelapa di Desa Bulian Kecamatan Bulelengtambahan melalui Produksi Nata de Coco dan Minyak Secara Enzimatis. Laporan Pengabdian pada Masyarakat, Universitas Pendidikan Ganesha

Oviantari, dkk., 2007. Peningkatan Nilai Jual Air Kelapa Melalui Produksi nata de

coco di Desa Gerokgak. Laporan Pengabdian pada Masyarakat. Universitas

Pendidikan Ganesha

Republika on line. 2005. Penelitian Siswa SMA Piri I Yogyakarta. Available from:http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=1&id=18139 5&kat_id=105&kat_id1=151&kat_id2=192

(23)

19 Lampiran 3. Peta Lokasi Wilayah Mitra

(24)

Gambar

Tabel 1.  Kerangka Pemecahan Masalah
Tabel 2.  Keterkaitan Tujuan dan Metode Kegiatan
Tabel 3.2. Kesan Peserta Terhadap Kegiatan P2M

Referensi

Dokumen terkait

144.. dengan produktivitas karyawan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan beberapa pembahasan di atas bahwa variabel- variabel tersebut memiliki keterkaitan yang saling

yaitu meskipun berasal dari keluarga yang tidak berpendidikan, the mother tetap berjuang.. untuk mempertahankan harga diri dan keluarganya agar tidak direndahkan dan

• Pasien dengan efek samping berat atau serius dan pasien yang tidak menunjukkan perbaikan setelah penanganan efek samping ringan atau sedang harus segera

Informasi yang diperoleh dari pemanfaatan statistik spasial dalam mempelajari determinan sosial, faktor risiko dan kejadian TB tersebut sangat bermanfaat dalam

 Mengolah data tentang tata letak unsur- unsur dalam desain grafis..  Mengomunikasik an tentang tata letak unsur- unsur dalam

 Biaya perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tidak termasuk biaya transaksi..

Pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan untuk pengaruh ketinggian dan kerapatan unggun sekam padi terhadap kualitas pembakaran gas produser yang dihasilkan