Disdikbud ProvKaltara 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rencana Strategis Perangkat Daerah (Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) adalah merupakan dokumen perencanaan yang memiliki tujuan dan fungsi untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja Perangkat Daerah dan pembangunan daerah dalam jangka 5 (Lima) tahun kedepan pada masa kepemimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang terpilih. Ruang lingkup renstra meliputi langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai serta pengembangan arah pelayanan yang akan dicapai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam lima tahun kedepan, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-undang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara perlu menyusun rencana strategis yang memuat tujuan, sasaran, program dan kegiatan pembangunan, pencapaian target serta pagu indikatif. Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara diharapkan akan menjadi landasan dan tolak ukur dalam pelaksanaan pembangunan di sektor Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dan kewenangan otonomi daerah di bidang tersebut. Dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara 2016-2021 Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah sebagai salah satu amanat pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 maka seluruh pemerintah daerah wajib melakukan penyesuaian perangkat daerahnya. Perubahan perangkat daerah harus diikuti dengan penyesuaian perencanaan dan penganggaran. Amanat ini direspon oleh Provinsi Kalimantan Utara dengan menetapkan Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
Dengan adanya kondisi bahwa Perda tentang RPJMD Kalimantan Utara ditetapkan sebelum penetapan Perda tentang perangkat daerah yang baru, maka pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Utara melakukan evaluasi RPJMD di awal Tahun 2017.
Seyogyanya, pelaksanaan evaluasi hasil RPJMD dilakukan setelah RPJMD dilaksanakan 1 tahun untuk mengetahui kinerja dan pencapaian target-target pembangunan. Namun mengingat pentingnya penataan kembali atau penyesuaian dokumen rencana dan anggaran dengan perangkat daerah yang baru sesuai kebijakan pemerintah pusat, maka evaluasi terhadap RPJMD Provinsi Kalimantan Utara dilakukan.
Berdasarkan hasil evaluasi RPJMD, maka direkomendasikan untuk melakukan perubahan RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021. Hal ini dimungkinkan sebab memiliki beberapa acuan dasar hokum, sebagai berikut:
a. Pasal 264 ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dinyatakan bahwa RPJMD dapat diubah apabila berdasarkan hasil pengendalian dan evaluasi tidak sesuai dengan perkembangan keadaan atau penyesuaian terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
b. Pasal 282 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 menyatakan bahwa perubahan RPJMD dapat dilakukan apabila:
1) hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010;
2) hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan, tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010;
3) terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau 4) merugikan kepentingan nasional.
Disdikbud ProvKaltara 3
memenuhi amanat Pasal 264 ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Pasal 282 huruf c Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010.
Beberapa hal yang mendasari perubahan RPJMD Kalimantan Utara berdasarkan hasil evaluasi RPJMD, sebagai berikut:
1. Penyesuaian terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, antara lain:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
b. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Peraturan ini mengamanatkan pemerintah daerah untuk melakukan penyesuaian dokumen rencana pembangunan daerah sesuai dengan kelembagaan perangkat daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016.
2. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2017 telah menggunakan urusan pemerintahan daerah dan perangkat daerah yang baru. Dengan kondisi ini, maka terjadi ketidakselarasan urusan dan program yang dimuat dalam RPJMD Tahun 2016-2021 dengan APBD Tahun 2017 sebab program di RPJMD masih menggunakan perangkat daerah yang lama.
4. Hasil evaluasi RPJMD terhadap konsistensi pelaksanaan program RPJMD ke Perubahan RKPD Tahun 2017 dan APBD Tahun 2017, diketahui bahwa program RPJMD Tahun 2017 cukup banyak yang mengalami perubahan nama perangkat daerah sebagai penanggung jawab/pengampu program tersebut. Demikian pula terdapat program-program yang pindah ke perangkat daerah lain, ada penambahan program, dan bahkan ada program yang tidak dianggarkan/dimuat dalam APBD Tahun 2017. Hal ini disebabkan adanya perubahan perangkat daerah sesuai Perda Nomor 5 Tahun 2016.
1.2 LANDASAN HUKUM
Penyusunan Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Utara 2016-2021, didasarkan pada beberapa peraturan perundangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 229);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
Disdikbud ProvKaltara 5
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
16. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015– 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 994); 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);
22. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Nomor 2 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021;
23. Peraturan Gubernur Kalimantan Utara Nomor 01 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kalimantan Utara;
Disdikbud ProvKaltara 7
24. Peraturan Gubernur Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah Provinsi Kalimantan Utara
22. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025;
24. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3.1 Maksud
Maksud Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara 2016-2021 adalah:
1. Menyediakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang memberikan pedoman arah penyelenggaraan pembangunan daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan dalam upaya mewujudkan cita-cita pembangunan daerah dan sebagai implementasi tahapan ketiga RPJPD Provinsi Kalimantan Utara untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan jangka panjang daerah tahun 2025.
2. Menjadi pedoman bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyusun Rencana Kerja (Renja).
3. Sebagai tolok ukur penilaian keberhasilan Perangkat Daerah dalam melaksanakan pembangunan sesuai dengan tugas, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mewujudkan visi, misi dan program Gubernur terpilih.
4. Sebagai instrumen pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD dalam mengendalikan penyelenggaraan pembangunan daerah bidang Pendidikan dan Kebudayaan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat sesuai dengan prioritas dan sasaran program pembangunan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang RPJMD.
1.3.2 Tujuan
Berdasarkan maksud tersebut, tujuan dari penyusunan RENSTRA Provinsi Kalimantan Utara 2016-2021 adalah sebagai berikut:
1. Menjabarkan visi dan misi kepala daerah terpilih dalam agenda pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun ke depan;
2. Menjamin terwujudnya konsistensi antara perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan; 3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi
perencanaan pembangunan daerah antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara dengan daerah sekitar dan pemerintah pusat;
4. Mewujudkan partisipasi pemangku kepentingan pembangunan daerah secara proporsional dan profesional;
5. Mewujudkan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan;
6. Mewujudkan keseimbangan lingkungan, sosial dan ekonomi dalam pembangunan daerah yang berkelanjutan di wilayah perbatasan negara.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 2. Landasan Hukum 3. Maksud dan Tujuan 4. Sistematika
BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Disdikbud ProvKaltara 9
3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
3. Telaahan Renstra K/L
4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
5. Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1. Tujuan dan Sasaran
2. Strategi dan Kebijakan
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2.1.1 Dasar Hukum Pembentukan
Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Utara Nomor 21 Tahun 2016 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan bidang pendidikan dan urusan pemerintahan bidang kebudayaan yang menjadi kewenangan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Sedangkan fungsinya:
1. Perumusan kebijakan teknis bidang pendidikan sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan pemerintah daerah; 2. Perumusan perencanaan, pembinaan dan pengendalian
kebijakan teknis manajemen Pendidikan
3. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis kurikulum
4. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis pendidikan dan tenaga kependidikan
5. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis perizinan pendidikan;
6. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis sarana bahasa dan sastra;
7. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis kebudayaan
8. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis tradisional;
9. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis sejarah dan cagar budaya;
11. Penyelenggaraan urusan kesektariatan; 12. Pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis;
13. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional; dan
14. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
2.1.2 Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan daerah tersebut, struktur organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, terdiri atas Kepala Dinas, Sekretariat, bidang-bidang dan UPT dengan tugas pokok fungsi sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi di bidang pendidikan dan tugas pembantuan.
b. Sekretariat
Melaksanakan pelayanan teknis dan administrative serta koordinasi pelaksanaan tugas dilingkungan dinas pendidikan dan kebudayaan
Fungsi :
a. koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan kebudayaan serta tugas pembantuan di bidang pendidikan dan kebudayaan;
b. pengelolaan data dan informasi di bidang pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan kebudayaan
c. koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan kebudayaan;
d. koordinasi pengelolaan dan laporan keuangan dilingkungan dinas pendidikan dan kebudayaan;
e. penyusunan bahan rancangan peraturan perundang-undangan dan fasilitasi bantuan hokum di bidang
pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan kebudayaan;
f. pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana dimlingkungan dinas pendidikan dan kebudayaan;
g. pelaksanaan urusan kepegawaian di lingkungan dinas pendidikan dan kebudayaan;
h. penyusunan bahan pelaksanaan urusan tugas pembantuan di bidang pendidikan dan kebudayaan yang meliputi fasilitasi pelaksanaan ujian nasional untuk sekolah menengah pertama dan pendidikan kesetaraan, fasilitasi pelaksanaan akreditasi pendidikan menengah dan pendidikan khusus, fasilitasi pengembangan karier pendidik, penyiapan bahan rekomendasi izin pendirian dan penutupan sekolah menengah kerja sama, fasilitasi urusan pembinaan perfilman, fasilitasi pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, fasilitasi pengelolaan warisan budaya nasional dan dunia, dan tugas-tugas pembantuan lainnya;
i. koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan masyarakat di bidang pendidikan menengah, pendidikan khusus dan kebudayaan;
j. koordinas pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan kebudayaan;
k. pengelolaan barang milik daerah di lingkungan dinas pendidikan dan kebudayaan; dan
l. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan di lingkungan dinas pendidikan dan kebudayaan.
c. Kelompok Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas, melaksanakan tugas dan fungsi :
Melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan sekolah menengah atas.
Fungsi:
a. penyusunan bahan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah atas;
b. Pembinaan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah atas;
c. penyusunan bahan penetapan kurikulum muatan lokas sekolah menengah atas;
d. penyusunan bahan penerbitan izin pendirian, penataan, dan penutupan sekolah menengah atas;
e. penyusunan bahan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah atas;
f. penyusunan bahan pembinaan bahasa dan sastra daerah yang penuturnya lintas daerah kabupaten/kota dalam 1(satu) daerah provinsi;
g. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah atas; dan
h. pelaporan di bidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah atas.
d. Kelompok Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, melaksanakan tugas dan fungsi :
Melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan pelaksanaan kebiajakan di bidang pembinaan sekolah menengah kejuruan.
Fungsi :
a. penyusunan bahan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah kejuruan; b. Pembinaan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum
dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah kejuruan;
c. penyusunan bahan fasilitasi kerja sama industry sekolah menengah kejuruan;
d. pelaksanaan pembangunan technopark dilingkungan sekolah menengah kejuruan;
e. penyusunan bahan penetapan kurikulum muatan local sekolah menengah kejuruan;
f. penyusunan bahan penerbitan izin pendirian, penataan, dan penutupan sekolah menengah kejuruan;
g. penyusunan bahan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah kejuruan;
h. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah kejuruan;dan
i. pelaporan di bidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter sekolah menengah kejuruan.
Tugas:
Melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pendidikan khusus.
Fungsi:
a. penyusunan bahan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter pendidikan khusus;
b. Pembinaan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter pendidikan khusus;
c. penyusunan bahan penetapan kurikulum muatan lokal pendidikan khusus;
d. penyusunan bahan penerbitan izin pendirian, penataan, dan penutupan satuan pendidikan khusus;
e. penyusunan bahan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter pendidikan khusus;
f. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter pendidikan khusus; dan
g. pelaporan di bidang kurikulum dan penilaian, kelembagaan dan sarana prasarana, serta peserta didik dan pembangunan karakter pendidikan khusus.
f. Kelompok Bidang Kebudayaan, melaksanakan tugas dan fungsi:
Tugas:
Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebiajakan di bidang kebudayaan.
Fungsi:
a. penyusunan bahan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan cagar budaya, pengelolaan museum provinsi, pembinaan sejarah, pelestarian tradisi, pembinaan komunitas dan lembaga adat, dan pembinaan kesenian;
b. penyusunan bahan pembinaan di bidang pengelolaan cagar buadaya, pengelolaan museum provinsi, pembinaan sejarah, pelestarian tradisi, pembinaan komunitas dan lembaga adat, dan pembinaan kesenian;
c. penyusunan bahan pengelola kebudayaan yang masyarakat pelakunya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi;
d. penyusunan bahan pelestarian tradisi yang amsyarakat penganutnya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi;
e. penyusunan bahan pembinaan komunitas dan lembaga adat yang masyarakat penganutnya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi;
f. penyusunan bahan pembinaan kesenian yang masyarakat pelakunya lintas daerah kabupaten/kota;
g. penyusunan bahan pembinaan sejarah lokal provinsi; h. penyusunan bahan penetapan cagar budaya dan
pengelolaan cagar budaya peringkat provinsi;
i. penyusunan bahan penerbitan izin membawa cagar budaya ke luar provinsi;
j. penyusunan bahan pengelolaan museum provinsi;
k. penyusunan bahan fasilitasi di bidang pengelolaan cagar budaya, pengelolaan museum provinsi, pembinaan sejarah, pelestarian tradisi, pembinaan komunitas dan lembaga adat, dan pembinaan kesenian;
pembinaan sejarah, pelestarian tradisi, pembinaan komunitas dan lembaga adat, dan pembinaan kesenian; dan:
m. pelaporan di bidang pengelolaan cagar budaya, pengelolaan museum provinsi, pembinaan sejarah, pelestarian tradisi, pembinaan komunitas dan lembaga adat, dan pembinaan kesenian.
g. Kelompok Bidang Pembinaan Ketenagaan, melaksanakan tugas dan fungsi:
Tugas:
Melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan khusus, serta tenaga kebudayaan.
Fungsi:
a. penyusunan bahan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan khusus, serta tenaga kebudayaan;
b. penyusunan bahan kebijakan di bidang pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolahm menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan khusus, serta tenaga kebudayaan;
c. penyusunan bahan rencana kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan khusus;
d. penyusunan bahan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan khusus;
e. penyusunan bahan rekomendasi pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi;
f. penyusunan bahan pembinaan di bidang tenaga cagar budaya dan permuseuman, tenaga kesejarahan, tenaga tradisi, tenaga kesenian, dan tenaga kebudayaan lainnya; g. penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi di bidang
pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan khusus, serta tenaga kebudayaan; dan
h. pelaporan di bidang pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan khusus, serta tenaga kebudayaan.
1. KELOMPOK SUBBAGIAN
Kelompok Sekretariat, terdiri atas :
a. Subbagian Perencanaan, Keuangan, dan BMD, melaksanakan tugas :
Penyiapan penyusunan bahan perumusan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan anggaran;
Pengelola data dan informasi;
Penyusunan bahan pengelola keuangan dan barang milik daerah di bidang pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan kebudayaan;
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana, program, kegiatan, dan anggaran; dan
Penyusunan laporan Sekretariat dan Dinas.
b. Subbagian Umum dan Kepegawaian, yang melaksanakan tugas : Urusan ketatausahaan, kerumahtanggaan, organisasi,
kepegawaian di bidang pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan kebudayaan;dan
Koordinasi dan penyusunan bahan kerja sama, publikasi, dan hubungan masyarakat di bidang pendidikan menegah, pendidikan khusus, dan kebudayaan.
Subbagian Penyelenggaraan Tugas Pembantuan, melaksanakan tugas :
Urusan tugas pembantuan di bidang pendidikan dan kebudayaan yang meliputi fasilitasi pelaksanaan ujian nasional untuk sekolah menengah pertama dan pendidikan kesetaraan, fasilitasi pelaksanaan akreditasi pendidikan menegah dan pendidikan khusus, fasilitas pengembangan karier pendidik,
penyiapan bahan rekomendasi izin pendirian dan penutupan sekolah menengah kerja sama, fasilitasi urusan pembinaan perfilman, fasilitasi pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan YME, fasilitasi pengelolaan warisan budaya nasional dan dunia, dan tugas-tugas pembantuan lainnya.
2. KELOMPOK SEKSI
a. Kelompok bidang pembinaan SMA, terdiri atas:
(1) Seksi kurikulum dan penilaian, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan kurikulum dan penilaian sekolah menengah atas; Penyusunan bahan penetapan kurikulum muatan lokal dan
kriteria penilaian sekolah menengah atas;
Penyusunan bahan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan penilaian sekolah menengah atas;
Penyusunan bahan pembinaan bahasa dan sastra daerah yang penuturannya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaann kurikulum dan penilian sekolah menengah atas;dan
Pelaporan di bidang kurikulum dan penilaian sekolah menegah atas.
(2) Seksi kelembagaan dan sarana prasarana, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan kelembagaan dan sarana prasarana sekolah menengah atas;
Penyusunan bahan pembinaan kelembagaan dan sarana prasarana sekolah menengah atas;
Penyusunan bahan penerbitan izin pendirian, penataan, dan penutupan sekolah menengah atas;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi kelembagaan dan sarana prasarana sekolah menegah atas;dan
Pelaporan di bidang kelembagaan dan sarana prasarana sekolah menengah atas.
(3) Seksi peserta Didik dan Pembangunan Karakter, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan , koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik sekolah mengengah atas;
Penyusunan bahan pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik sekolah menegah atas;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik sekolah menegah atas;dan
Pelaporan di bidang pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik sekolah menengah atas.
b. Kelompok Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, terdiri atas:
(1) Seksi Kurikulum dan Penilaian, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan kurikulum dan penilaian sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan penetapan kurikulum muatan lokal dan kriteria penilaian sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan penilaian sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi kurikulum dan penilaian sekolah menengah kejuruan;dan
Pelaporan di bidang kurikulum dan penilaian sekolah menengah kejuruan.
(2) Seksi Kelembagaan dan sarana prasarana, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan kelembagaan, sarana, dan prasarana sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan pembinaan kelembagaan, sarana, dan prasarana sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan fasilitasi kerja sama industri;
Penyiapan pelaksanaan pembangunan technopark di lingkungan sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan penerbitan izin pendirian, penataan, dan penutupan sekolah menengah kejuruan;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi kelembagaan, sarana, dan prasarana sekolah menegah kejuruan;dan
Pelaporan di bidang kelembagaan dan sarana prasarana sekolah menegah kejuruan.
(3) Seksi peserta didik dan pembangunan karakter, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan pemantaun dan evaluasi pelaksanaan pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik sekolah menegah kejuruan;dan Pelaporan di bidang pembinaan minat, bakat, prestasi, dan
pembangunan karakter peserta didik sekolah menegah kejuruan.
c. Kelompok bidang pembinaan Pendidikan Khusus, terdiri atas: (1) Seksi kurikulum dan Penilaian, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan kurikulumm dan penilaian pendidikan khusus; Penyusunan bahan penetapan kurikulum muatan lokal dan
kriteria penilian Pendidiakn Khusus;
Penyusunan bahan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan penilaian Pendidikan khusus;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kurikulum dan penilaian Pendidikan khusus;dan
Pelaporan di bidang kurikulum dan penilaian Pendidikan khusus;
(2) Seksi kelembagaan dan sarana Prasarana, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan kelembagaan dan sarana prasarana pendidikan khusus;
Penyusunan bahan penerbitan izin pendirian, penataan, dan penutupan satuan pendidikan khusus;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi kelembagaan dan sarana prasarana pendidikan khusus. (3) Seksi peserta didik dan pembangunan karakter, melaksanakan
tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik pendidikan khusus; Penyusunan bahan pembinaan minat, bakat, prestasi, dan
pembangunan karakter peserta didik pendidikan khusus; Penyusunan bahan pemantau dan evaluasi pelaksanaan
pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik pendidikan khusus;dan
Pelaporan di bidang pembinaan minat, bakat, prestasi, dan pembangunan karakter peserta didik pendidikan khusus. d. Kelompok Bidang Kebudayaan, terdiri atas:
(1) Seksi cagar budaya dan permuseuman, melaksanakan tugas: Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan
kebijakan registrasi cagar budaya dan pelestarian cagar budaya, serta permuseuman;
Penyusunan bahan pembinaan dan fasilitasi registrasi cagar budaya dan peletarian cagar budaya;
Penyusunan bahan pelaksanaan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan museum;
Penyusunan bahan penerbitan izin membawa cagar budaya ke luar daerah provinsi;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi di bidang registrasi cagar budaya dan peletarian cagar budaya, serta permuseuman;dan
Pelaporan di bidang registrasi cagar budaya dan pelestarian cagar budaya, serta permuseuman.
(2) Seksi sejarah dan tradisi, melaksanakan tugas:
Melakukan penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang sejarah, tradisi, pendaftaran budaya tak benda, dan pembinaan komunitas dan lembaga adat;
Penyusunan bahan pelestarian tradisi;
Penyusunan bahan pembinaan di bidang sejarah dan tradisi;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi di bidanh sejarah, tradisi, pendaftaran budaya tak benda, dan pembinaan komunitas dan lembaga adat;dan
Pelaporan di bidang sejarah, tradisi, pendaftaran budaya tak benda, dan pembinaan komunitas dan lembaga adat. (3) Seksi kesenian, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan pembinaan kesenian;
Penyusunan bahan pembinaan kesenian;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan kesenian;dan\
Pelaporan di bidang pembinaan kesenian. e. Kelompok bidang pembinaan ketenagaan,terdiri atas:
(1) Seksi Pendidik dan tenaga Kependidiakn Sekolah Menegah Atas dan Pendidikan khusus, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan pembinaan pendidik dan tenaga pendidikan sekolah menengah atas dan pendidikan khusus;
Penyusunan bahan rencana kebutuhan, rekomendasi pemindahan pendidik dan tenaga pendidikan sekolah menengah atas dan pendidikan khusus;
Penyusunan bahan pembinaan pendidik dan tenaga pendidikan sekolah menengah atas dan pendidikan khusus;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan pendidik dan tenaga pendidikan sekolah menengah atas dan pendidikan khusus;dan
Pelaporan di bidang pembinaan pendidik dan tenaga pendidikan sekolah menengah atas dan pendidikan khusus. (2) Seksi Pendidik dan Tenaga Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menengah kejuruan;
Penyusunan bahan rencana kebutuhan, rekomendasi pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menegah kejuruan;
Penyusunan bahan rekomendasi pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan lintas jejang pendidikan dan/atau lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi;
Penyusunanbahan pemantauandan evaluasi pelaksanaan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menegah kejuruan;dan
Pelaporan di bidang pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah menegah kejuruan.
(3) Seksi Tenaga Kebudayaan, melaksanakan tugas:
Penyusunan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan pembinaan tenaga cagar budaya dan permuseuman, tenaga kesejarahan, tenaga tradisi, tenaga kesenian, dan tenaga kebudayaan lainnya;
Penyusunan bahan pembinaan tenaga cagar budaya dan permuseuman, tenaga kesejarahan, tenaga tradisi, tenaga kesenian, dan tenaga kebudayaan lainnya;
Penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan tenaga cagar budaya dan permuseuman,
tenaga kesejarahan, tenaga tradisi, tenaga kesenian, dan tenaga kebudayaan lainnya;dan
Pelaporan di bidang pembinaan tenaga cagar budaya dan permuseuman, tenaga kesejarahan, tenaga tradisi, tenaga kesenian, dan tenaga kebudayaan lainnya
Gambar. 2.1 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
SUBBAGIAN PERENCANAAN, KEUANGAN & BMD
SEKRETARIAT
SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SUBBAGIAN PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
KEPALA DINAS
BIDANG PEMBINAAN SMA
SEKSI KURIKULUM DAN PENILAIAN
SEKSI KELEMBAGAAN DAN SARANA
PRASARANA
SEKSI PESERTA DIDIK DAN PEMBANGUNAN KARAKTER BIDANG PEMBINAAN SMK SEKSI KURIKULUM DAN PENILAIAN SEKSI KELEMBAGAAN DAN SARANA PRASARANA
SEKSI PESERTA DIDIK DAN PEMBANGUNAN KARAKTER
BIDANG PEMBINAAN PENDIDIKAN KHUSUS
SEKSI KURIKULUM DAN PENILAIAN
SEKSI KELEMBAGAAN DAN SARANA PRASARANA
SEKSI CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN BIDANG KEBUDAYAAN
SEKSI SEJARAH DAN TRADISI
SEKSI KESENIAN
BIDANG PEMBINAAN KETENAGAAN
SEKSI PTK SMA DAN PENDIDIKAN KHUSUS SEKSI PTK SMK SEKSI TENAGA KEBUDAYAAN UPT DINAS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SATUAN PENDIDIKAN
SEKSI PESERTA DIDIK DAN PEMBANGUNAN
2.2 SUMBER DAYA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2.2.1 Sumber Daya Aparatur
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara memiliki sumber daya aparatur sebanyak 43 (Empat Puluh Tiga) orang, 1 (Satu) orang pejabat eselon II, 6 (Enam) orang pejabat eselon III, 17 (Lima Belas) orang pejabat eselon IV dan 19 orang staf pelaksana.
Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan, Jumlah Pejabat Struktural dan Fungsional. Komposisi pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara adalah sebagai berikut:
Tebel 2.1 Jumlah Aparatur Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan No Kualifikasi Pendidikan Jumlah
1 Sekolah Lanjutan Tk. Atas (SLTA) 4
2 Diploma Tiga (D-3) 3
3 Sarjana (S-1) 2 2
4 Pasca Sarjana (S-2) 1 3
5 Doktor (S-3) 1
Jumlah 4 3
Berikut ini disajikan jumlah aparatur berdasarkan pangkat golongan:
Tabel 2.2 Jumlah Aparatur Berdasarkan Pangkat Dan Golongan No Pangkat dan Golongan Jumlah
1 I/a Juru Muda 0
2 I/b Juru Muda Tk. I 0
3 I/c Juru 0
4 I/d Juru Tk. I 0
5 II/a Pengatur Muda 1
6 II/b Pengatur Muda Tk. I 2
9 III/a Penata Muda 11 10 III/b Penata Muda Tk. I 1
11 III/c Penata 8
12 III/d Penata Tk. I 5
13 IV/a Pembina 7
14 IV/b Pembina Tk. I 3
15 IV/c Pembina Utama Muda 0 16 IV/d Pembina Utama Madya 1
17 IV/e Pembina Utama 0
Jumlah 43
Berikut ini disajikan jumlah aparatur berdasarkan Pejabat Struktural dan Fungsional:
Tabel 2.3 Jumlah Aparatur Berdasarkan Pejabat Struktural dan Fungsional
No Struktural dan Fungsional Jumlah
1 Eselon II A 1
2 Eselon III A 6
3 Eselon IV A 17
4 Non eselon 19
Jumlah 43
2.2.2 Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara dilengkapi dengan sarana dan prasarana berupa, sarana dan prasarana lainnya:
Tabel 2.4 Sarana dan Prasarana Disidikbud NO P E N E R I M A A N NAMA/JENIS BARANG MERK/ UKURAN TAHUN PEMBUATAN JUMLAH SATUAN 1 2 3 4 5 1 AC 2013 5 UNIT 2 SWITCH 2013 2 BUAH 3 DISPENSER 2013 1 UNIT
4 FILING KABINET 2013 1 UNIT
5 FILING KABINET 2013 4 UNIT
6 JAM DINDING 2013 4 UNIT
7 KABEL GULUNG 2013 6 BUAH
8 KIPAS ANGIN 2013 5 UNIT
9 KOMPUTER 2013 6 UNIT
10 KURSI KERJA MALVIN 2013 1 BUAH
11 KURSI KERJA CHITOSE 2013 14 BUAH
12 KURSI KERJA NOPOLLY 2013 5 BUAH
13 LEMARI OLYMPIC 2013 1 BUAH
14 MEJA KERJA 1 BIRO 2013 11 BUAH
15 MEJA KERJA ½ BIRO 2013 8 BUAH
16 MODEM
WIRELESS 2013 2 BUAH
17 PRINTER 2013 6 UNIT
18 TELP/FAX 2013 1 UNIT
19 TONG SAMPAH 2013 5 BUAH
20 MOBIL RODA 4 AVANZA 2015
2.3 KINERJA PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2.3.1 Angka Melek Aksara
dalam hidupnya sehari-hari. Angka ini mencerminkan tingkat kemampuan membaca dan menulis, yang tentu saja berkorelasi dengan tingkat pendidikan masyarakat. Semakin tinggi angka melek aksara suatu kabupaten/kota maka semakin banyak pula masyarakat yang mampu membaca dan menulis dibandingkan dengan total keseluruhan penduduk di wilayah tersebut. Berikut adalah data angka melek aksara di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan 2015.
Tabel 2.5 Perembangan Angka Melek aksara Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Uraian Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 Angka melek aksara Bulungan 92.35 96.64 95
Malinau 93.74 96.02 98
Nunukan 93.47 96.88 na
Tana Tidung 91.33 95.53 na
Tarakan 98.26 99.50 98.85
Prov. Kalimantan Utara na 97.66 97,92 Sumber:
1. Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2. Publikasi IPM Kaltara 2015 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010-2012 tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Data tahun 2010 hingga tahun 2014 menunjukan kabupaten dengan nilai angka melek aksara paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kota Tarakan. Pada tahun 2010 Kota Tarakan memiliki nilai angka melek aksara sebesar 97,97% dan angka ini meningkat menjadi 99,5% pada akhir tahun 2014.
Kabupaten Tana Tidung yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Bulungan sejak tahun 2009 memiliki nilai angka melek aksara yang cenderung rendah di Kalimantan Utara jika dibandingkan dengan kabupaten disekitarnya pada tahun 2010 sampai dengan 2012.
Berdasarkan data tabel di atas, angka melek aksara per kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara secara umum mengalami kenaikan. Angka melek aksara di Provinsi Kalimantan Utara mencapai 97,66% pada tahun 2014. Angka tahun 2014 ini dinilai sudah melebihi sasaran rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun nasional yang sebesar 96,1%. Provinsi Kalimantan Utara secara umum perlu mempertahankan dan tetap terus meningkatkan pencapaian ini. Hal ini dapat diusahakan dengan meningkatkan angka melek aksara di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Malinau yang dinilai masih perlu mengejar ketertinggalannya dibandingkan kabupaten lainnya, meskipun tidak terlalu signifikan (data tahun 2014).
2.3.2 Angka Harapan Lama Sekolah
Angka Harapan Lama Sekolah merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang, diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas, angka tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat
Tabel 2.6 Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 Bulungan na 12.53 12.56 Malinau na 13.22 13.29 Nunukan na 12.39 12.41 Tana Tidung na 12. 14 12.16 Tarakan na 13.39 13.41
Prov. Kalimantan Utara 12.30 12.52 12.54
Sumber:
1) Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Kalimantan Timur No. 49/06/64/Th.XIX, 15 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 2) Indeks Pembangunan Manusia 2014 Metode
Baru
Catatan: Data Angka Harapan Lama Sekolah mulai dirilis secara resmi oleh BPS berdasarkan perhitungan IPM metode baru sejak tahun 2014 sehingga tidak terdapat rilis resmi data sejak tahun 2013 dan sebelumnya.
Kota Tarakan merupakan wilayah yang memiliki angka harapan lama sekolah paling tinggi di provinsi ini pada tahun 2014 sebesar 13.39 tahun. Hal ini berarti bahwa penduduk di Kota Tarakan diharapkan dapat menempuh pendidikan hingga bangku perguruan tinggi ataupun akademi (paska Sekolah Menengah Atas) sampai dengan sekitar tahun pertama (semester 2). Sementara kabupaten yang memiliki angka harapan lama sekolah paling rendah pada tahun 2014 adalah Kabupaten Tana Tidung sebesar 12.14 tahun. Hal ini berarti bahwa penduduk di Kabupaten Tana Tidung diharapkan dapat menempuh pendidikan hingga kelas 12 pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Setelah tahun 2015, angka
harapan lama sekolah di Kabupaten Tana Tidung mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan menjadi sebesar 12,16 tahun. Kabupaten dan kota lain di Provinsi Kalimantan Utara mengalami peningkatan pula meskipun tidak terlalu signifikan.
Angka Harapan Lama Sekolah di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2013 adalah sebesar 12.30 tahun, angka tersebut berada di atas angka harapan lama sekolah nasional pada tahun tersebut1, yaitu sebesar 12.10 tahun. Angka Harapan Lama
Sekolah tersebut kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebesar 12.52 tahun. Angka tersebut tetap berada di atas angka harapan lama sekolah nasional pada tahun 20142, yaitu
sebesar 12.39 tahun. Angka Harapan Lama Sekolah Provinsi Kalimantan Utara mengalami peningkatan lagi pada tahun 2015 menjadi sebesar 12.54 tahun.
Hal ini menunjukan bahwa minat belajar masyarakat Provinsi Kalimantan Utara cukup tinggi hingga jenjang paska Sekolah Menengah Atas. Provinsi Kalimantan Utara perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target harapan lama sekolah tersebut. Hal ini dapat diupayakan dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan secara merata di semua kabupaten dan kota.
2.3.3 Angka Rata-Rata Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun yang dibutuhkan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah dihitung berdasarkan partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki dan pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk usia 15 tahun keatas. Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah maka
semakin tinggi puka tingkat partisipasi sekolah masyarakat di wilayah tersebut.
Tabel 2.7 Perkembangan Angka
Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d 2015 Uraian Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 Angka rata-rata lama sekolah Bulungan 7.9 8.27 8.29 Malinau 8.27 8.27 8.29 Nunukan 7.07 7.21 7.22 Tana Tidung 7.79 7.84 7.85 Tarakan 9.28 9.44 9.91
Prov. Kalimantan Utara 8.1 8.35 8.35
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang
Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010-2012 tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung rata-rata lama sekolah berdasarkan rumus dari Permendagri No 54 Tahun 2010.
Berdasarkan data dari tabel di atas, pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, kabupaten dengan angka rata-rata lama sekolah paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kota Tarakan. Pada tahun 2010, angka rata-rata lama sekolah di Kota Tarakan selama 9,36 tahun dan terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2014 naik menjadi 9,44 tahun. Hal ini berarti
bahwa rata-rata penduduk di Kota Tarakan baru mampu menempuh pendidikan sampai dengan kelas 3 SMP dan masih banyak yang tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA atau putus sekolah pada jenjang SMA. Sementara kabupaten yang memiliki angka rata-rata lama sekolah rendah di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan. Selama tahun 2010 sampai dengan 2014, angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Tana Tidung selama 5 tahun dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga pada tahun 2014 dapat mencapai angka rata-rata lama sekolah selama 7,84 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa rata-rata penduduk di Tana Tidung masih banyak yang tidak dapat menamatkan bangku SMP, dengan rata-rata lama sekolah hanya mencapai antara kelas 1 dan 2 SMP. Sedangkan untuk Kabupaten Nunukan angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Nunukan selama 7 tahun cenderung fluktuatif, dengan peningkatan dari tahun 2010 sebesar 7,42 tahun hingga pada tahun 2012 sebesar 7,55 tahun, kemudian menurun pada tahun 2013 sebesar 7.07, dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 7.21 tahun. Sama dengan Kabupaten Tana Tidung, hal ini menjelaskan bahwa rata-rata penduduk di Nunukan masih banyak yang tidak dapat menamatkan bangku SMP, dengan rata-rata lama sekolah hanya mencapai antaran kelas 1 dan 2 SMP.
Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Kalimantan Utara yang hanya mencapai 8.35 pada tahun 2014 dinilai masih cukup jauh dari sasaran rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun nasional 20193 yang sebesar 8,8 tahun. Provinsi Kalimantan
Utara secara umum perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target tersebut. Hal ini dapat diusahakan dengan meningkatkan angka rata-rata lama sekolah di 4 kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, dan Tana Tidung.
2.3.4 Angka Partisipasi Kasar SMA/MA/SMK
Menurut Badan Pusat Statistik, angka partisipasi kasar (APK) menunjukkan perbandingan antara rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Kegunaan APK adalah menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Semakin tinggi angka partisipasi kasar pada jenjang pendidikan apapun menunjukkan semakin besar jumlah siswa yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan, dengan mengesampingkan aspek usia dari siswa yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan. Berikut ini merupakan tabel angka partisipasi kasar SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.8 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bulungan 64.33 82.57 98.35 66.87 90.00 77.19 Malinau 75.41 95.14 88.75 81.09 87.82 78.18 Nunukan 67.86 78.66 100.10 84.92 77.36 74.82 Tana Tidung 45.61 62.09 74.54 70.22 61.90 38.91 Tarakan 75.55 69.61 84.98 99.86 77.83 74.17 Prov. Kalimantan Timur 72.39 73 80.08 - 79.47 73.38 Prov. Kalimantan Utara na na na 85.37 80.90 80.64
9Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara 2016
4) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung angka partisipasi kasar berdasarkan rumus dari Permendagri No 54 Tahun 2010.
Pada tahun 2010 APK untuk jenjang SMA/MA/SMK menunjukkan bahwa Kota Tarakan memiliki nilai APK jenjang SMA/MA/SMK tertinggi sebesar 75,55%, sebaliknya kabupaten/kota dengan APK jenjang SMA/MA/SMK yang paling rendah adalah Kabupaten Tana Tidung sebesar 45,61%. Sementara tahun 2014, Kabupaten Nunukan memiliki nilai APK jenjang SMA/MA/SMK yang paling tinggi 93,36%, sedangkan Kota Tarakan justru mengalami penurunan menjadi 84,71% dan menjadi kabupaten/kota dengan angka partisipasi kasar SMA/MA/SMK terendah.
Capaian APK SMA/MA/SMK Provinsi Kalimantan Utara mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Kabupaten Bulungan, Malinau, dan Nunukan memiliki nilai APK SMA/MA/SMK yang lebih tinggi dari nilai APK provinsi pada tahun 2014. APK untuk jenjang SMA/MA/SMK Provinsi Kalimantan Utara yang mencapai 88,44% tahun 2014 masih cukup jauh dari sasaran APK SMA/MA/SMK/Paket C Nasional tahun 2019 yang sebesar 91,6%. Provinsi Kalimantan Utara perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target tersebut.
2.3.5 Angka Pendidikan yang Ditamatkan
Angka pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah indikator yang mengukur besaran dan persentase masyarakat pada tahun tertentu yang berada pada jenjang pendidikan tertentu. Angka pendidikan yang ditamatkan berbeda dengan angka rata-rata lama
lama waktu suatu masyarakat bersekolah pada suatu kabupaten/kota. Angka pendidikan tertinggi yang ditamatkan terbagi menjadi beberapa jenjang pendidikan. Dengan mengetahui angka rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan, maka dapat diketahui tingkat partisipasi dan pendidikan masyarakat pada jenjang pendidikan tersebut, dengan demikian dapat dirumuskan rekomendasi dan masukan untuk meningkatkan angka ini, apabila kondisi yang terjadi sangat buruk.
Tabel 2.9 Perkembangan Angka Pendidikan yang Ditamatkan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2012 Provinsi Kalimantan Utara N o Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 1. Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak/Belu m Tamat SD Bulungan 26,75 25,75 25,21 Malinau 21,16 31,64 28,82 Nunukan 32,45 33,17 32,77 Tana Tidung 32,66 34,23 26,82 Tarakan 17,93 17,11 19,21 Prov. Kalimantan Timur 19,83 18,76 17,98 Prov. Kalimantan Utara na na na 2. SD/Sederajat Bulungan 27,99 28,54 28,47 Malinau 26,7 21,33 26,02 Nunukan 29,88 28,65 25,31 Tana Tidung 27,96 29,76 29,2 Tarakan 24,93 24,25 22,15 Prov. Kalimantan Timur 26,58 25,73 24,06 Prov. Kalimantan Utara na na na 3. SMP/Sederajat Bulungan 18,89 20,75 20,23
N o Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 Malinau 21,53 16,5 18,64 Nunukan 16,93 17,65 19,26 Tana Tidung 10,16 12,64 14,33 Tarakan 21,24 20,86 18,33 Prov. Kalimantan Timur 19,32 18,61 18,75 Prov. Kalimantan Utara na na na 4. SMA/Sederajat Bulungan 20,02 18,4 19,20 Malinau 22,36 21,17 19,21 Nunukan 17,23 16,41 18,24 Tana Tidung 19,82 15,74 17,51 Tarakan 29,43 29,9 33,35 Prov. Kalimantan Timur 26,95 28,86 31,16 Prov. Kalimantan Utara na na na
5. Perguruan Tinggi Bulungan 6,34 6,56 6.89
Malinau 8,26 9,35 7,31 Nunukan 3,50 4,10 4,42 Tana Tidung 9,40 7,63 12,13 Tarakan 6,48 7,88 6,96 Prov. Kalimantan Timur 7,33 8,05 8,22 Prov. Kalimantan Utara na na na
kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Pada tahun 2010, Kabupaten Tana Tidung memiliki penduduk yang belum pernah sekolah atau belum tamat sekolah tertinggi yakni sebesar 32,66%. Angka mengisyaratkan bahwa 1/3 masyarakat dari semua golongan umur di Kabupaten Tana Tidung yang belum pernah atau tidak lulus sekolah dasar. Sedangkan pada tahun yang sama kabupaten/kota yang memiliki nilai persentase terendah adalah Kota Tarakan yakni 17,93%. Pada tahun 2012, Kabupaten Nunukan menunjukkan persentase tertinggi yakni 32,77%. Jika dibandingkan dengan capaian dari Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2010 sebesar 19,83%, dan tahun 2012 sebesar 17,98%, menunjukkan bahwa di provinsi induk pun mengalami penurunan. Dengan kondisi demikian maka dibutuhkan usaha dan kerja keras dari semua stakeholder yang terkait untuk meningkatkan tingkat partisipasi dan kemauan masyarakat serta aspek daya layan fasilitas pendidikan untuk masyarakat.
Angka rata-rata pendidikan tertinggi untuk jenjang pendidikan lulusan SD sederajat yang tertinggi tahun 2010 terdapat di Kabupaten Nunukan yakni 29,88%. Jika ditambah dengan persentase penduduk yang tidak pernah atau tidak lulus SD pada tahun yang sama, maka lebih dari 50% penduduk di Kabupaten Nunukan hanya lulus SD, dengan rasio yang lebih besar tidak pernah atau tidak lulus SD.
Sementara Kota Tarakan memiliki nilai paling kecil pada tahun 2010 (24,93%). Jika dibandingkan dengan capaian dari Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2010 (26,58%), maka capaian kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara tidak terlalu jauh tingkat perbedaannya, bahkan capaian Kota Tarakan justru lebih rendah, yaitu 24,93%. Kecenderungan perkembangan dari tahun 2010 hingga 2012 di Provinsi Kalimantan Timur juga cenderung menurun, menurunnya persentase rata-rata pendidikan tertinggi
yang ditamatkan jenjang SD ini dapat disebabkan karena meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat. Apabila kemungkinan tersebut benar, maka kecenderungan yang menurun dapat terjadi karena meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat.
Angka rata-rata pendidikan tertinggi untuk jenjang SMP sederajat tahun 2010 dengan persentase terbesar adalah Kabupaten Malinau (21,53%). Sedangkan kabupaten/kota dengan persentase terkecil adalah Kabupaten Tana Tidung (10,16%). Nilai ini mencerminkan bahwa derajat pendidikan tahun 2010 di Provinsi Kalimantan Utara sudah sedikit membaik, indikasi membaik adalah apabila dibandingkan dengan rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk jenjang SD sederajat tidak terlalu jauh, yang berarti partisipasi masyarakat untuk bersekolah sudah lebih baik. Kecenderungan perkembangan dari tahun 2010-2012 menunjukkan peningkatan yakni di Kabupaten Bulungan, Nunukan dan Tana Tidung, dengan persentase peningkatan paling tinggi Kabupaten Tana Tidung, tahun 2010 sebesar 10,16%, meningkat menjadi 14,33% pada tahun 2012. Selain peningkatan, juga terjadi kecenderungan perkembangan yang menurun di Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan.
Capaian angka rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk jenjang SMP sederajat di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 sebesar 19,32. Apabila dibandingkan dengan capaian di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, maka hanya Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan yang memiliki capaian lebih baik, selebihnya di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2012 capaian Provinsi Kalimantan Timur sebesar 18,75%. Jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Utara, maka hanya Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan yang sudah melampai capaian di Provinsi Kalimantan Timur, sedangkan Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan sedikit di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur.
sedikit mengalami penurunan jika dilihat dari tahun 2010 hingga tahun 2012.
Kategori berikutnya adalah rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk jenjang pendidikan SMA sederajat. Semakin besar angka persentase ini mencerminkan semakin besar pula masyarakat yang telah mengenyam pendidikan hingga SMA. Pada tahun 2010 persentase terbesar angka rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk jenjang SMA sederajat adalah Kota Tarakan (29,43%), sedangkan terendah adalah Kabupaten Nunukan (17,23%). Jika dibandingkan dengan capaian pada jenjang pendidikan SMP pada tahun sebelumnya, maka hampir semua kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara memiliki persentase jenjang pendidikan tertinggi jenjang SMA lebih besar. Pada tahun 2012, Kota Tarakan menunjukkan capaian terbesar (33,35%), hal ini berarti ada peningkatan dalam 3 tahun terakhir di Kota Tarakan. Sementara kabupaten/kota dengan nilai persentase paling rendah adalah Kabupaten Tana Tidung (17,51%). Apabila dilihat kecenderungan perkembangan dalam 5 tahun terakhir, Kota Tarakan, dan Kabupaten Nunukan yang mengalami peningkatan, sedangkan tiga kabupaten lain justru mengalami penurunan.
Persentase jenjang pendidikan SMA di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010 sebesar 26,95%. Apabila dibandingkan dengan capaian di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun yang sama maka hanya Kota Tarakan saja yang memiliki persentase capaian yang lebih tinggi, sedangkan kabupaten lain masih di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan tahun 2012, capaian persentase untuk jenjang pendidikan SMA di Provinsi Kalimantan Timur mengalami peningkatan menjadi 31,16%, pada saat yang sama hanya Kota Tarakan yang memiliki capaian kinerja yang lebih baik, sedangkan kabupaten lain masih di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur. Jika dibandingkan pada jenjang pendidikan tertinggi untuk jenjang SMP pada tahun yang sama, maka ada peningkatan pada jenjang SMA, hal ini berarti
bahwa semakin banyak orang yang mengenyam pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Selain itu hal ini juga memiliki arti bahwa kesadaran masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi semakin meningkat, hal ini dapat disebabkan karena faktor ekonomi masyarakat yang sudah semakin meningkat.
Tahun 2010, Kabupaten Tana Tidung merupakan kabupaten/kota dengan persentase masyarakat yang tamat perguruan tinggi tertinggi (9,4%), sedangkan kabupaten/kota dengan capaian persentase terendah Kabupaten Nunukan (3,5%). Capaian persentase kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara tidak ada yang melebihi 10%, ini menunjukkan bahwa masyarakat masih cukup sulit untuk mendapatkan akses pendidikan tersebut karena berbagai keterbatasan, baik berupa ketersediaan sarana/prasarana maupun keterbatasan ekonomi. Pada tahun 2012, Kabupaten Tana Tidung masih memiliki persentase lulusan perguruan tinggi yang paling banyak (12,13%), dan Kabupaten Nunukan masih dengan rasio lulusan paling sedikit (4,42%). Kecenderungan perkembangan dalam lima tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang meningkat, namun dengan nilai peningkatan yang relatif kecil, kecuali Kabupaten Tana Tidung. Kabupaten Malinau tahun 2010 memiliki persentase sebesar 8,26% namun tahun 2010 justru mengalami penurunan menjadi 7,31%.
Persentase masyarakat yang lulus perguruan tinggi di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010 sebesar 7,33%. Jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, hanya Kabupaten Tana Tidung yang memiliki persentase capaian yang melebihi, sedangkan kabupaten/kota lain masih di bawah Provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2012, persentase capaian lulusan perguruan tinggi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 8,22%. Jika dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Utara, maka hanya Kabupaten Tana Tidung yang memiliki capaian lebih baik, sedangkan kabupaten/kota lain masih memiliki capaian di bawah
lulusan perguruan tinggi di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan masih kurang. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara harus membuat perencanaan yang jelas dan terarah untuk meningkatkan jumlah lulusan di kabupaten/kota, pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi atau menyekolahkan siswa berprestasi ke universitas yang baik dapat menjadi salah satu cara yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah.
2.3.6 Angka Partisipasi Murni SMA/MA/SMK
Angka Partisispasi Murni (APM) menurut Badan Pusat Statistik merupakan persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Angka partisipasi murni adalah salah satu tolak ukur yang dijadikan pegangan oleh pemerintah untuk menilai keberhasilan suatu wilayah dalam merangsang minat masyarakat untuk bersekolah. Semakin besar nilai APM suatu kabupaten/kota pada jenjang pendidikan tertentu dapat menjadi indikator keberhasilan program pendidikan suatu wilayah. APM untuk jenjang SMA/MA/SMK adalah perbandingan jumlah siswa yang berusia 16-18 tahun yang bersekolah di jenjang SMA dengan jumlah seluruh penduduk yang berada pada jenjang umur tersebut.
Tabel. 2.10 Perkembangan Angka Partisipasi Murni SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 Bulungan 48.33 64.32 72.57 57.25 65.53 Malinau 55.13 61.83 60.52 60.92 65.25 Nunukan 49.74 52.37 62.77 64.40 70.75 Tana Tidung 33.33 47.20 56.82 54.52 64.13 Tarakan 63.72 57.35 68.85 72.69 72.87
Prov. Kalimantan Timur 53.66 54.58 59.75 -
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025 2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara 2016
4) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung angka partisipasi murni berdasarkan rumus dari Permendagri No 54 Tahun 2010.
APM jenjang SMA yang paling tinggi di tahun 2010 adalah Kota Tarakan (63.72%), sedangkan kabupaten/kota dengan capaian APM jenjang SMA/MA/SMK terendah adalah Kabupaten R (45.14%). Perkembangan tahun 2014, kabupaten/kota dengan capaian APM jenjang SMA sederajat yang paling besar adalah Kota Tarakan (72,87%). Jika melihat kecenderungan perkembangan dari tahun 2010-2014, maka kabupaten/kota dengan kecenderungan perkembangan yang baik adalah Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung (kurang lebih 20% dan 30%). Seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara mengelami kecenderungan peningkatan APM untuk jenjang SMA/MA/SMK selama 5 tahun terakhir. Kecenderungan perkembangan yang semakin meningkat ini hendaknya tetap dijaga dan ditingkatkan oleh pemerintah kabupaten/kota.
APM jenjang SMA/MA/SMK di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 adalah sebesar 53,66%. Jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, maka hanya Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau yang melebihi
masih di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur. Tahun 2014, APM di Provinsi Kalimantan Utara adalah 69.64%, jika dibandingkan dengan capaian APM di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2014, maka hanya Kota Tarakan dan Kabupaten Nunukan yang melebihi capaian Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel. 2.11 Jumlah Sekolah Menurut Kabupaten/Kota
Rekap Jumlah Sekolah
Kab/Kota SD SMP SMA SMK J J J J Tarakan 60 16 9 7 Bulungan 134 55 12 6 Nunukan 132 45 13 8 Malinau 96 29 17 4 Tanah Tidung 27 8 3 0 Total 449 153 54 25
Berikut di sajikan tebel jumlah siswa menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel. 2.12 Jumlah Siswa Menurut Kabupaten/Kota
Rekap Jumlah Siswa
Kab/Kota SD SMP SMA SMK J J J J Tarakan 26.068 9.293 4.304 3.368 Bulungan 17.182 6.870 2.943 1.976 Nunukan 22.306 8.567 4.477 2.118 Malinau 9.806 4.017 2.821 595 Tanah Tidung 2.669 1.089 754 0 Total 78.031 29.836 15.299 8.057
Berikut di sajikan tebel jumlah siswa menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara.