• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG RESAPAN BIOPORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG RESAPAN BIOPORI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN

UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG

RESAPAN BIOPORI

Oleh : NENNY TRIANA P

NIM. 100 500 173

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2013

(2)

PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN

UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG

RESAPAN BIOPORI

Oleh : NENNY TRIANA P

NIM. 100 500 173

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(3)

PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN

UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG

RESAPAN BIOPORI

Oleh : NENNY TRIANA P

NIM. 100 500 173

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(4)

Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005 Menyetujui,

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan

Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.19620101 198803 1 003

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Penentuan Laju Resapan Biopori (LRB) berdasarkan Umur dan Jenis Sampah yang dibenamkan dalam Lubang Resapan Biopori

Nama : Nenny Triana P NIM : 100 500 173

Program Studi : Manajemen Lingkungan Jurusan : Manajemen Pertanian

Lulus ujian pada tanggal : ... Pembimbing,

Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.19620101 198803 1 003 Penguji I, Ir. Noorhamsyah, MP 19640523 199703 1 001 Penguji II,

Kemala Hadidjah, ST, MSi 19830718 201012 2004

(5)

ABSTRAK

NENNY TRIANA P. Penentuan Laju Resapan Biopori (LRB) berdasarkan umur dan jenis Sampah yang dibenamkan dalam Lubang Resapan Biopori (di bawah bimbingan DADANG SUPRAPTO).

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui laju resapan air pada setiap lubang yang diisi dengan jenis sampah yang berbeda yang dibenamkan dalam Lubang Resapan Biopori.

Penelitian ini dilaksanakan selama sebulan pada + 2 bulan dari Mei hingga Juni dengan membuat bak simulasi Lubang Resapan Biopori untuk mengetahui Laju Resapan pada setiap lubang dengan jenis sampah yang berbeda serta umur sampah setiap 7, 14 dan 21 hari. Pembuatan bak simulasi bertempat di Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sampah yang paling efektif untuk menyerap air pada lubang resapan adalah sampah kulit buah dengan persentase 226,95 %. Tekstur kulit buah yang licin sangat berpengaruh dalam melewatkan air sehingga menjadi semakin mudah, sedangkan daun memiliki persentase kemampuan penyerap air sebesar 108,69 % dan batang sayuran memiliki kemampuan menyerap sebesar 145,65 % yang memilik massa lebih besar dan akan lebih lama terurai oleh mikroorganisme seperti semut dan cacing.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nenny Triana P, lahir pada tanggal 24 Mei 1993 di Toraja, Sulawesi Selatan merupakan putri ketiga dari pasangan suami istri Bapak Alexander dan Ibu Detty Patanduk.

Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Kristen Tagari, Sulawesi Selatan pada tahun 1998 – 2004, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Rantepao pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Melanjutkan pendidikan kembali di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rantepao Jurusan IPA pada tahun 2007 – 2010.

Pendidikan Tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Manajemen Lingkungan tahun 2010. Pada tahun akademik 2011 – 2012 pernah mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Selama menempuh pendidikan tinggi penulis telah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih dua bulan terhitung sejak tanggal 4 Maret sampai 5 Mei 2013 di PT. Rea Kaltim Plantations Kembang Janggut, Kalimantan Timur.

Penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dengan sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penulis menyusun Karya Ilmiah yang berjudul Penentuan Laju Resapan Biopori berdasarkan Umur dan Jenis Sampah yang dibenamkan dalam Lubang Resapan Biopori.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca dan Gedung Kuning.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama kurang lebih sebulan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan sekaligus sebagai pembimbing karya ilmiah.

2. Bapak Fachruddin Azwari ST., MSi selaku Kepala Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

3. Bapak Ir. Noorhamsyah, MP selaku Dosen penguji satu. 4. Ibu Kemala Hadidjah, ST, MSi selaku Dosen penguji dua.

5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

6. Bapak Ir.Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan Jurusan Manajemen Pertanian.

8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada Penulis.

9. Saudara - saudari senasib dan seperjuangan Wulan, Dian, Dina, Andi, Sufian, Febri, Yanti, Opi dan seluruh rekan–rekan mahasiswa/mahasiswi Manajemen Lingkungan 2010/2013 yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta inspirasi bagi penulis hingga Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan.

10. Seluruh pihak yang telah membantu Penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini.

(8)

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu Penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi lebih baiknya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca.

Nenny Triana P

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Tinjauan Umum Lubang Resapan Biopori... 4

B. Manfaat Lubang Resapan Biopori……… 6

C. Perancangan Lokasi Lubang Resapan Biopori ... 8

D. Tinjauan Umum Sampah Organik……… .. 9

BAB III. METODE PENELITIAN ... 10

A. Waktu, Lokasi dan Batasan Penelitian ... 10

B. Bahan dan Peralatan Penelitian ... 10

C. Prosedur Kerja ... 11

D. Analisis Data ... 14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

A. Hasil ... 16

B. Pembahasan ... 17

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

A. Kesimpulan ... 19

B. Saran ... 19 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman 1 Waktu yang diperlukan untuk Peresapan 15 2 Nilai hasil Laju Resapan (L/detik) 16 3 Hasil Persentase Sampah Organik dalam menyerap air 17

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1 Lubang resapan biopori 3

2 Simulasi Lubang Resapan Biopori 12 3 Grafik perbandingan Laju Resapan menurut Umur dan

Jenis Sampah

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman 1 Jenis Sampah Organik yang Digunakan 24 2 Bak simulasi Lubang Resapan Biopori 24 3 Pembuatan Lubang Resapan Biopori dengan Bor Tanah 25

4 Lubang Resapan Biopori 25

5 Pengisian Sampah Organik pada Lubang Resapan Biopori

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia selalu membutuhkan tanah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tetapi dalam memanfaatkan lahan atau tanah, sering melebihi kapasitas atau kemampuan suatu tanah. Manusia hanya mementingkan hasil yang didapat dari dalam tanah, tetapi tidak memperhatikan cara atau sistem pengelolaan tanah yang seimbang, yaitu hanya memanfaatkan tanah tetapi tidak diimbangi dengan upaya perbaikan sifat tanah yang dikelolanya. Pada akhirnya lahan yang digarap menjadi lahan yang tidak produktif bahkan bisa menimbulkan lahan kritis yang tidak saja secara kimia tetapi bisa juga secara fisik rusak yang biasa disebut sebagai lahan kritis. Lahan kritis kini terjadi dimana–mana dan sangat luas sehingga perlu mendapat perhatian yang serius. Pada kondisi yang demikian maka upaya untuk mempertahankan fungsi tanah menjadi penting melalui tindakan konservasi tanah dan air.

Menurut Arsyad (1998), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukan sesuai dengan syarat–syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah bertujuan untuk mencegah erosi, memperbaiki tanah yang rusak dan memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah. Selanjutnya dikemukakan bahwa konservasi air adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui metode teknologi atau perilaku sosial. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang dapat merusak serta tersedianya air pada musim kemarau.

(14)

Pada kenyataannya di lapangan seperti wilayah Samarinda, seringkali terjadi banjir walaupun terjadinya hujan tidak terlalu deras atau curah hujannya kecil. Hal ini disebabkan karena area resapan air sudah sangat sedikit. Banjir bisa disebabkan karena infiltrasi pada daerah itu atau yang berada di atasnya sangat jelek atau dikalahkan oleh surface run off.

Salah satu upaya untuk mengurangi potensi terjadinya banjir adalah dengan mengupayakan agar infiltrasi dan perkolasi lebih besar dibanding aliran permukaan (surface run off).

Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah satu teknologi perbaikan sifat fisik tanah yaitu dapat memperbaiki pori–pori tanah melalui aktivitas mikrofauna tanah yang sengaja dipelihara pada suatu lubang resapan buatan. Hasil akhir dari metode LRB ini adalah terciptanya ruang–ruang kecil (pori) dalam tanah sebagai jalur mengalirnya air ketika air hujan datang agar meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut atau dikenal dengan infiltrasi dan perkolasi. Dengan diterapkannya LRB, maka nilai infiltrasi pada lahan tersebut akan lebih besar atau bisa mengimbangi lajunya aliran permukaan. Jika LRB ini dilaksanakan pada jumlah dan luasan lahan yang memadai pada suatu tempat maka potensi terjadinya banjir akan bisa berkurang.

Pengembangan metode LRB perlu ditingkatkan agar lebih efektif manfaatnya di lapangan. Pengkajian terhadap bahan biopori perlu dilakukan untuk menilai lajunya resapan air dari berbagai jenis media pada biopori. Pemanfaatan sampah organik adalah satu contoh yang perlu dikembangkan.

Berdasarkan gambaran di atas penulis tertarik untuk mengamati laju resapan air dari perbedaan umur dan jenis sampah yang dibenamkan dalam lubang resapan biopori.

(15)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa nilai laju resapan tiap jenis media sampah yang dibenamkan dalam lubang biopori dan jenis sampah yang paling besar untuk meresapkan air.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai laju resapan sampah organik dan untuk mengetahui nilai laju resapan setiap sampah organik yang dibenamkan dalam LRB.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Lubang Resapan Biopori

1. Pengertian Lubang Resapan Biopori

Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas organisma di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah (Kamir, 2008).

(17)

Menurut Griya (2008), ada beberapa pendapat atau pengertian tentang Lubang Resapan Biopori yang dikemukakan oleh beberapa ahli :

a.

Menurut Muncher (2003) dalam Griya (2008), Lubang-lubang kecil pada

tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut.

b.

Anonim (2003) dalam Griya (2008), Lubang resapan untuk menampung

air hujan dan meresapkannya kembali ke tanah. Biopori memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air, yang selanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun ke sungai. Dengan demikian, mengurangi juga aliran dan volume air sungai ke tempat yang lebih rendah, seperti Jakarta yang daya tampung airnya sudah sangat minim karena tanahnya dipenuhi bangunan.

c.

Sudjono (2005) dalam Griya (2008), Lubang resapan biopori (LRB)

adalah lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter sepuluh sampai dengan tiga puluh sentimeter. Pada leaflet biopori dijelaskan, kedalamannya sekitar seratus sentimeter atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.

d.

Batara (2005) dalam Griya (2008), Bila dilihat secara alami, lubang

(18)

aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam tanah.

e.

Yusuf (2004) dalam Griya (2008), Lubang biopori memiliki kedalaman

100 cm dengan diameter 10 cm yang merupakan lubang resapan untuk menampung air hujan dan meresapkannya kembali. Biopori memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air, yang selanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun ke sungai. Dengan demikian, mengurangi juga aliran dan volume air sungai ke tempat yang lebih rendah.

B. Manfaat Lubang Resapan Biopori

Menurut Griya (2008), menjelaskan bahwa lubang resapan biopori memiliki manfaat antara lain, yaitu:

a. Mencegah Banjir

Banjir sendiri telah menjadi bencana yang merugikan bagi warga Samarinda. Keberadaan lubang biopori dapat menjadi jawaban dari masalah tersebut. Bila setiap rumah, kantor atau tiap bangunan di Samarinda memiliki biopori berarti jumlah air yang segera masuk ke tanah tentu banyak pula dan dapat mencegah terjadinya banjir. Berkurangnya ruang terbuka hijau menyebabkan berkurangnya permukaan yang dapat meresapkan air ke dalam tanah di kawasan permukiman. Peningkatan jumlah air hujan yang dibuang karena berkurangnya laju resapan air ke dalam tanah akan menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

(19)

b. Pemanfaatan Sampah Organik

Banyaknya sampah yang bertumpuk juga telah menjadi masalah tersendiri di kota besar. Kurangnya tempat pembuangan sampah memperburuk keadaan kota sehingga menyebabkan banjir. Untuk itu, peran terbesar lubang resapan biopori sebagai tempat pembuangan sampah organik contohnya seperti batang sayuran dan kulit buah.

c. Menyuburkan Tanaman

Sampah organik yang digunakan dalam lubang resapan biopori merupakan makanan untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme tersebut dapat membuat sampah menjadi kompos yang merupakan pupuk bagi tanaman di sekitarnya.

d. Mengubah Sampah Organik menjadi Kompos

Lubang resapan biopori ‘diaktifkan’ dengan memberikan sampah organik ke dalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos. Dengan melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos.

e. Memanfaatkan Peran Aktivitas Fauna Tanah dan Akar Tanaman

Seperti disebutkan di atas, Lubang Resapan Biopori (LRB) diaktifkan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka

(20)

rongga-rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah.

f. Meningkatkan Daya Resapan Air

Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air. Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu, bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.

C. Perancangan Lokasi Lubang Resapan Biopori

Dalam hal perancangan pembuatan lubang resapan biopori, agar kinetik kerja lubang resapan biopori lebih maksimal perlu tempat-tempat yang khusus dan tepat. Jika penelitian menempatkan lubang biopori ditempat yang tepat, maka lubang resapan biopori tersebut akan lebih leluasa dalam segi kinerjanya dan hasil yang dapat di terima pun akan lebih maksimal. Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara cermat untuk memilih lokasi pemasangan lubang resapan biopori, menurut (Nelistya, 2008), sebaiknya ditempatkan pada lokasi sebagai berikut:

(21)

a. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor dan sekolah b. Di sekeliling pohon

c. Pada tanah kosong

D. Tinjauan Umum Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk dan dapat diurai (degradable) seperti sisa makanan, sayuran, kulit buah, daun kering dan dapat dikelola menjadi kompos. Kelebihan sampah organik yaitu : mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan, mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal atau pasar, menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan tersumbat, banjir dan tanah longsor (Anonim, 2012).

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama + 2 bulan dari bulan Mei hingga Juni 2013, meliputi kegiatan antara lain persiapan bahan atau pembuatan lubang resapan biopori, pengolahan data dan penyusunan laporan. Adapun tempat kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Kuning di Laboratorium Udara dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

B. Bahan dan Peralatan Penelitian

1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Sampah–sampah organik berupa sampah sayuran, sampah kulit buah dan sampah daun kering yang berasal dari pepohonan. Sedangkan untuk variabel umur sampah adalah selama 7, 14, dan 21 hari

b. Tanah sebagai media pelengkap c. Air sebagai penentuan laju resapan air

2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Pembuatan bak simulasi

Alat yang diperlukan antara lain rangka kotak atau akuarium dengan ukuran panjang 80 cm, tinggi 41 cm dan lebar 60 cm.

b. Pipa paralon sepanjang 30 cm dengan diameter 2,5 cm, untuk dijadikan penahan dinding lubang agar tanah di atasnya tidak mudah jatuh atau turun

c. Alat penyiram tanaman untuk mengucurkan air d. Alat bor tanah untuk membuat lubang

(23)

e. Alat tulis untuk mencatat hasil penelitian f. Kamera untuk dokumentasi proses penelitian g. Stopwatch untuk menghitung laju resapan air

C. Prosedur Penelitian

1. Studi Literatur

Studi literatur adalah kegiatan untuk mengumpulkan dan mempelajari teori-teori atau informasi dari buku-buku acuan dan referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Tahap Persiapan

a. Pembuatan Simulasi Lubang Resapan Biopori (LRB)

Membuat simulasi LRB yang bertujuan untuk mengetahui informasi awal terhadap laju resapan air yang dikucurkan pada paralon berukuran diameter 2,5 cm dan panjang 30 cm, dan untuk mengetahui jumlah air yang dibutuhkan untuk memenuhi paralon dengan volume 49,06 cm3. Lebih jelasnya, seperti yang terlihat pada Gambar 2. di bawah ini:

(24)

b. Menyiapkan bahan penelitian sebagai perlakuan penelitian

Bahan penelitian yang dipersiapkan meliputi sampah sayuran, kulit buah dan daun kering serta mempersiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan.

3. Pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB)

LRB dibuat di lapangan sebanyak 4 lubang dengan menggunakan bor tanah kemudian dimasukkan pipa paralon ukuran diameter 2,5 cm dan panjang 30 cm, jarak antar lubang adalah 50 cm.

4. Pembuatan dan Pemberian Perlakuan pada LRB

Masing-masing Lubang Resapan Biopori diberi perlakuan yaitu sampah sayuran, sampah kulit buah, sampah daun kering dan satu buah LRB yang tidak diberi perlakuan atau blanko.

5. Mengucurkan Air pada LRB

Perlakuan yang diberikan antara lain :

a. Mengucurkan air pada lubang blanko kosong dari atas menggunakan alat siram tanaman tepat di mulut lubang. Mengukur waktu yang diperlukan air untuk sampai ke dasar lubang menggunakan

stopwatch. Banyak air yang digunakan adalah hingga air meluap ke

permukaan. Memberikan perlakuan yang sama pada hari ke-7, 14 dan 21. Waktu yang diperlukan sampai air meluap ke permukaan LRB dicatat.

b. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk setiap LRB pada jenis sampah yang berbeda yaitu sampah sayuran, sampah kulit buah dan sampah daun kering. Lalu didiamkan selama 7 hari, kemudian di

(25)

kucurkan lagi air ke dalam lubang yang berisi sampah hingga air meluap ke atas. Perlakuan sama dilakukan pada hari ke-14 dan 21. 6. Pengolahan Data

Data yang diolah adalah lamanya waktu resapan air pada setiap lubang resapan biopori dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

7. Penulisan Karya Ilmiah

Semua data hasil kegiatan penelitian yang sudah diperoleh untuk selanjutnya penulis tuangkan dalam bentuk Karya Ilmiah.

C. Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka untuk mengetahui hasil dari penelitian digunakan perbandingan antara blanko kosong dengan lubang resapan biopori yang berisi jenis sampah organik yang berbeda.

Untuk mengetahui laju resapan biopori digunakan perhitungan sebagai berikut:

Lubang resapan = massa / waktu = L/detik

Selanjutnya untuk mengetahui nilai efesiensi pada setiap lubang biopori digunakan perhitungan secara persentase pada setiap lubang resapan biopori yang berisi jenis sampah organik yang berbeda dan blanko. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Sibarani, 2010) :

Persentase kemampuan penyerapan = Laju LRB sampah organik x 100% Laju LRB blanko

Dari hasil tersebut dapat diketahui persentase kemampuan sampah organik dalam menyerap air, serta lubang biopori yang lebih cepat dalam menyerap air.

(26)

Untuk menghitung volume lubang resapan biopori menggunakan rumus berikut: V = P x L x r P x l = L L = ?r 2 Keterangan: V = Volume P = Panjang L = Luas l = lebar , r = jari-jari

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil simulasi terhadap jumlah air yang dibutuhkan untuk memenuhi paralon yang bervolume 49,06 cm3 sampai meluap di permukaan paralon adalah sebanyak 1,2 Liter. Jumlah ini setelah dilakukan di lapangan ternyata air yang dibutuhkan juga sama banyaknya yaitu sebanyak 1,2 Liter. Kemudian air sebanyak 1,2 Liter ini dikucurkan pada setiap LRB dan sesuai perlakuan, hasilnya ditampilkan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Data Hasil waktu Laju Lubang Resapan Biopori

Hari ke -

Waktu yang diperlukan untuk peresapan ( L/detik)

Blanko Sampah sayuran Sampah

kulit buah Sampah daun kering 1 5,04 7, 24 6,18 7,21 7 5,04 5,15 4,22 6,24 14 5,04 3,28 2,08 4,28 21 5,04 2,02 1,14 3,21

Berdasarkan pengamatan terhadap waktu yang diperlukan untuk memenuhi paralon bervolume 49,06cm3 seperti yang ditampilkan pada Tabel 1., selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap laju resapan masing-masing perlakuan yang ditampilkan pada Tabel 2. berikut:

Tabel 2. Data Nilai hasil laju resapan air

Hari ke -

Nilai hasil laju resapan ( L/detik)

Blanko Sampah sayuran Sampah kulit buah Sampah daun kering 1 0,23 0,16 0,19 0,16 7 0,23 0,23 0,28 0,19 14 0,23 0,36 0,57 0,28 21 0,23 0,59 1,05 0,37 Rata - rata 0,23 0,335 0,522 0,25

(28)

Untuk lebih jelasnya laju resapan air ini dari Tabel 2 di atas dibuat grafik perbandingan laju resapan menurut umur dan jenis sampah seperti pada Gambar 2. berikut:

Gambar 2. Grafik perbandingan laju resapan biopori pada berbagai perlakuan selama penelitian

Hasil perhitungan persentase kemampuan sampah organik dalam menyerap air pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. berikut:

Tabel 3. Nilai persentase sampah organik dalam menyerap air

No Jenis sampah organik %

kemampuan

1. Sampah sayuran 145, 65 %

2. Sampah kulit buah 226, 95 %

3. Sampah daun kering 108, 69%

Rata – rata 160,43 %

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dilakukan pembahasan sebagai berikut:

1. Kemampuan sampah organik melakukan penyerapan ternyata ada pengaruhnya dengan umur dan jenis sampah. Semakin lama umur sampah maka cenderung semakin cepat air meresap hal ini berlaku untuk semua

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Hari 1 Hari 7 Hari 14 Hari 21

Blanko

sampah sayuran sampah kulit buah sampah daun kering

(29)

jenis sampah. Baik pada sampah sayuran, sampah kulit buah maupun sampah daun kering dengan berjalannya waktu mengalami dekomposisi atau penghancuran yang diduga dilakukan oleh mikrofauna yang ada dalam LRB sehingga semakin lama umur sampah maka pori-pori dalam LRB semakin banyak. Sehingga ruang untuk jalannya air semakin banyak yang menyebabkan resapan banyak dan waktu yang dibutuhkan sedikit.

2. Dari hasil perbandingan antara tiap jenis sampah sayuran, kulit buah dan daun kering yang dibenamkan dalam lubang resapan biopori diketahui bahwa sampah kulit buah lebih besar meresapkan air yang dituangkan ke dalam lubang biopori. Hal ini disebabkan aroma kulit buah yang sangat kuat dan berasa manis sehingga mampu menarik lebih banyak mikroba atau hewan pengurai seperti cacing dan semut menuju sampah sehingga menyebabkan terbentuknya pori yang lebih banyak. Selain itu permukaan kulit yang licin juga berpengaruh dalam melewatkan air sehingga menjadi semakin mudah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sibarani (2010) yang mengemukaan bahwa massa daun dan batang sayuran lebih besar dan memiliki batang yang tebal dan akan lebih lama mengurainya. Dalam hal ini diduga rendahnya resapan air pada media sampah sayuran akibat lebih lambatnya mengalami dekomposisi atau penguraian dalam LRB sehingga pori-porinya dalam LRB tidak terlalu berubah banyak dari waktu sebelumnya.

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis, dapat diberikan kesimpulan bahwa:

1. Semakin lama umur sampah maka semakin cepat pula laju resapan setiap sampah yang dibenamkan pada Lubang Resapan Biopori.

2. Dari ketiga jenis sampah yang yang lebih efektif dalam meresapkan air pada lubang resapan biopori adalah sampah kulit buah dibandingkan dengan sampah sayuran dan sampah daun kering.

B. Saran

Disarankan agar teknologi lubang resapan biopori dapat diterapkan di masyarakat karena dapat memperbaiki infiltrasi atau perkolasi sebagai perlawanan terhadap aliran permukaan yang berpotensi menyebabkan terjadinya banjir.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Sampah organik, Wikipedia bahasa Indonesia. Ensiklopedia bebas diakses tanggal 22 Juli 2013

Griya. 2008. Lubang Resapan Biopori dan Manfaatnya. Cahaya Fajar Media. Bandung

Arsyad. 1998. Konservasi tanah dan air.

Khamir. 2008. Biopori. Gagasmedia. Surakarta.

Nelistya. 2008. Penempatan Lubang Resapan. http://bloggerku.tya.com.html diakses tanggal 5 Januari 2013.

Sibarani. 2010. Penelitian biopori untuk menentukan laju resapan air. http://lubang biopori.blogspot.com/2013/7/lubang-resapan-biopori diakses tanggal 20 Juni 2013

(32)
(33)

PERHITUNGAN

1. Menghitung volume lubang resapan biopori Diketahui : a. ? = 3,14 b. r = 2,5 Ditanya : Volume …. ? Penyelesaian : Luas = ?r2 = 3,14 x (2,5)2 = 3,14 x 6,25 = 19,65 cm2 Volume = p x l x r = 19,65 x 2,5 = 49,06 cm3

2. Menghitung nilai hasil laju resapan air dengan menggunakan rumus L/detik : a. Blanko kosong

1,2 L = 0,23 L/detik 5,04 dtk

b. Sampah sayuran

Hari Perhitungan Hasil

Hari -1 1,2 L 7,24 dtk 0,16 L/ detik Hari - 7 1,2 L 5,15 dtk 0,23 L/detik Hari - 14 1,2 L 3,28 dtk 0,36 L/detik Hari - 21 1,2 L 2,02 dtk 0,59 L/detik

(34)

c. Sampah kulit buah

Hari Perhitungan Hasil

Hari -1 1,2 L 6,18 dtk 0,19 L/ detik Hari - 7 1,2 L 4,22 dtk 0,28 L/detik Hari - 14 1,2 L 2,08 dtk 0,57 L/detik Hari - 21 1,2 L 1,14 dtk 1,05 L/detik

d. Sampah daun kering

Hari Perhitungan Hasil

Hari -1 1,2 L 7,21 dtk 0,16 L/ detik Hari - 7 1,2 L 6,24 dtk 0,19 L/detik Hari - 14 1,2 L 4,28 dtk 0,28 L/detik Hari - 21 1,2 L 3,21 dtk 0,37 L/detik

3. Menghitung persentase kemampuan sampah organik dalam menyerap air dengan menggunakan rumus perhitungan :

% = Laju LRB sampah organik x 100% Laju LRB blanko

a. Sampah sayuran

0,335 x 100 % = 145,65 % 0,23

b. Sampah kulit buah

0,522 x 100 % = 226,95 % 0,23

c. Sampah daun kering 0,25 x 100 % = 108,69 % 0,23

(35)

Gambar 1. Jenis sampah organik yang digunakan

(36)

Gambar 3. Pembuatan Lubang Resapan Biopori dengan Alat Bor Tanah

(37)

Gambar

Gambar 1. Lubang Resapan Biopori
Tabel 1.  Data Hasil waktu Laju Lubang Resapan Biopori  Hari ke -
Gambar 2.  Grafik perbandingan laju resapan biopori pada berbagai perlakuan  selama penelitian
Gambar 4 . Lubang Resapan Biopori
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sudah tentu nasabah tidak akan pernah suka dengan perlakukan yang kaku, ramah tapi dibuat-buat, senyum tapi tidak tulus, disambut tapi bukan dengan hati, melayani tapi

secara kumulatif (ketiga bahan induk tanah) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata signifikan (P<0,01) antara kandungan hara daun tanaman karet pada pemupukan

Zdravstvena nega pacientk z rakom dojk, ki se zdravijo s tarčnimi zdravili, je usmerjena zlasti v zdravstvenovzgojno delo in izvajanje zdravljenja s tarčnimi zdravili.. Ključna vloga

Keadaan ini wujud apabila formulasi yang digunakan agak lemah, tetapi perlaksanaan yang dilakukan adalah baik. Oleh yang demikian ia akan menyebabkan

Salah satu faktor yang mempengaruhi penetapan harga Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop adalah nilai tambah yaitu kenyamanan yang dijual dari pelayanan dan pemandangan yang

Menurut saya pribadi, kita harus mengetahui bahwa pasar seringkali digerakkan oleh perasaan atau emosi (fear & greedy). Kemudian faktor pasar yang lainnya

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zen (2013) menunjukkan ada pengaruh terapi bermain puzzle terhadap kecemasan anak usia prasekolah

Tujuan penelitian dilakukan adalah untuk mempelajari sistem cara kerja berbasis IOT pada studi kasus Pemantauan Kualitas Udara yang ada di Palangka Raya, dalam