KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI YANG DI RAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2009-2011
Linda Yana br. Ginting1, drh. Rasmaliah, M.Kes2, Drs. Jemadi, M.Kes2 1 Mahasiswi Peminatan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2Staf Pengajar Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Uterine myoma is a benign tumor come from the muscle of uterus and connective tissue on it. Proportion uterine myoma in Indonesia 2,39-11,7% from all hospitalized benign gynecology. In Pirngadi General Hospital was found 152 cases of uterine myoma during 2009-2011. To know the characteristics of uterine myoma patients who are hospitalized in Pirngadi General Hospital Medan has been done by using case series design. Data was analyzed by using test of chi-square, kruskal wallis and t-test.
Proportion based on sosiodemography, highest age 40-49 years old 59,9%, Batak ethnic 57,9%, Islamic 59,2%, senior high school 72,4%, housewife 69,1%, marriage 91,4%, lives in Medan 65,8%. Multipara parity 45,2%, Intramural myoma 41,9%, the size of myoma 5-10 cm 67,5%, abnormal bleeding 51,4%, not using of contraception 69,8%, menarche 90,8%, hysterectomy 50,0%, total abdominal hysterectomy 76,3%, average length of stay 7,20 days, discharged under medical treatment 90,1%. There is significant differences between age patient and medical therapy (p=0,000). The average length of uterine myoma patients who care conservatively shorter than with myomectomy and hysterectomy (p=0,000). The average length of uterine myoma patients when discharged by her own request shorter than under medical treatment (p=0,000).
Pirngadi General Hospital suggested to complete the medical record especially for parity, location of myoma, size of myoma, using of contraception, surgery indication, weight, high of patients. For woman who has abnormal bleeding to check herself soon whether she has the tendency of getting the uterine myoma.
Key words : Uterine myomas, characterictics of patients, Pirngadi General Hospital Medan
PENDAHULUAN
Mioma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi pada wanita. Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.1 Mioma uteri merupakan salah satu tumor ginekologi yang paling sering terjadi dan ditemukan pada 30% wanita usia reproduktif.2 Sebagian besar (sekitar dua per tiga) wanita dengan mioma uteri tidak menunjukkan gejala (asimtomatik), hampir setengah dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik.3 Diperkirakan hanya 20%-50% dari penderita mioma uteri yang menunjukkan gejala klinik
seperti menoragia, ketidaknyamanan pelvis, serta disfungsi reproduksi.4
The National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion
di Amerika Serikat melaporkan pada tahun 2000 proporsi mioma uteri pada pasien histerektomi 44,2% dan 38,7% pada tahun 2004.5 Medical Surveillance Monthly Report, Armed Force Amerika Serikat
periode 2001-2010 melaporkan terdapat 11.931 kasus mioma uteri (insidens rate 57,6 per 10.000 tiap tahun) pada wanita usia reproduksi aktif.6 Penelitian yang dilakukan Rammeh di Prancis tahun 2005 terhadap 2.760 kasus tumor pelvis, menemukan 2.709 kasus mioma uteri (proporsi 98,1 %).7
Penelitian yang dilakukan Randell di
Kuopio Hospital, Finland tahun 2006
melaporkan dari 927 histerektomi yang dilakukan, 547 dilakukan atas dasar indikasi adanya mioma uteri (proporsi 59%).8 Penelitian yang dilakukan oleh Abiodun Omole tahun 2011 di Aminu
Kano Teaching Hospital, Kano
melaporkan operasi pembedahan yang dilakukan untuk mioma uteri sebesar 115 kasus dari 465 pembedahan kasus ginekologi dengan prevalensi 24,7%. Histerektomi dilakukan pada 58,1% kasus sedangkan miomektomi dilakukan sekitar 41,9% dari kasus mioma uteri.9
Penelitian Lauren Wise di Amerika Serikat periode 1997-2007 melaporkan 5.871 kasus mioma uteri dari 22.120 wanita kulit hitam (prevalens 26,5%).10 Penelitian Aimee (2010) di Carolina Utara periode 2003-2007 melaporkan 1.526 kasus mioma uteri dari 19.972 wanita usia 35-59 tahun (prevalens 7,6%).11 Penelitian Copaescu di Sfantul Ioan Hospital
Bucharest pada tahun 2007 melaporkan
dari 1.491 histerektomi yang dilakukan, 1.224 diantaranya dilakukan berdasarkan indikasi adanya mioma uteri (proporsi 82,1%).12
Mioma uteri dapat menimbulkan keganasan (sarcoma) walaupun kasusnya jarang ditemukan pada 1,7 per 100.000 wanita usia lebih dari 20 tahun.2 Penelitian Leung (2009) di Belfolt Hospital Prancis melaporkan 3 pasien leiomyosarcoma dari 1.297 pasien yang melakukan histerektomi (proporsi 0,23%).13 Penelitian Yilmaz (2009) di Women Health and Research
Hospital, Ankara, Turki melaporkan 14
pasien leiomyosarcoma dari 2.382 pasien umur 20-71 tahun yang melakukan histerektomi akibat mioma uteri (proporsi 0,6%).14
Proporsi mioma uteri di Indonesia 2,39 – 11,7% dari semua penderita ginekologi yang dirawat.15 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muzakir terhadap data rekam medik penderita yang dirawat di bagian obstetri dan ginekologi RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau pada
tahun 2004, mioma uteri menempati urutan ke lima dari sepuluh penyakit ginekologi terbanyak dengan proporsi 7,04%. Pada tahun 2005, mioma uteri juga menempati urutan kelima dari sepuluh penyakit ginekologi terbanyak dengan proporsi 8,03%. Periode 1 Januari-31 Desember 2006 didapatkan 52 penderita mioma uteri.4 Penelitian Tri Kurniasari di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari 2009 - Januari 2010 melaporkan penderita mioma uteri sebanyak 114 kasus dengan penderita terbanyak terdapat di kelompok umur 41-50 dengan jumlah 70 kasus (61,40%).16
Penelitian Miranti di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 mencatat penderita mioma uteri sebanyak 152 kasus dengan rincian pada tahun 2004 dengan jumlah 31 penderita, tahun 2005 dengan jumlah 28 penderita, tahun 2006 dengan jumlah 35 penderita, pada tahun 2007 dengan jumlah 34 penderita, dan pada tahun 2008 dengan jumlah 24 penderita.17 Penelitian Mery C. Purba di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar melaporkan jumlah kasus mioma uteri dari tahun 2004-2008 adalah sebanyak 196 kasus dari 406 kasus ginekologi yang dirawat inap (proporsi 48,3%).18
Survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tercatat jumlah kasus mioma uteri dari tahun 2009-2011 adalah sebesar 152 kasus dengan rincian pada tahun 2009 sebesar 57 kasus, pada tahun 2010 sebesar 61 kasus dan pada tahun 2011 sebesar 34 kasus.
Berdasarkana latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011.
Ada pun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan dalam memberikan pelayanan perawatan penderita mioma uteri serta menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai penyakit mioma uteri agar dapat melakukan pencegahan
secara dini terhadap kejadian penyakit mioma uteri dengan cara melakukan pola hidup sehat.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan desain case
series. Penelitian dilakukan di RSUD Dr.
Pirngadi Medan pada bulan Februari 2012 sampai dengan Juli 2012. Populasi penelitian adalah semua data penderita mioma uteri yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 sesuai yang tercatat pada kartu status dengan jumlah 152 penderita. Sampel penelitian adalah semua data penderita mioma uteri yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 dengan besar sampel sama dengan populasi (Total Sampling).
Pengumpulan data dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita mioma uteri di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011. Berkas rekam medik dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan terhadap variabel yang akan diteliti.
Analisa dilakukan secara deskriptif adapun variabel yang diteliti adalah sosiodemografi, paritas, letak, ukuran, keluhan utama, riwayat pemakaian alat kontrasepsi, status haid, penatalaksanaan medis dan jenis histerektomi, lama rawatan rata-rata penderita mioma uteri serta keadaan sewaktu pulang sedangkan analisa statistik menggunakan uji
Chi-Square, Kruskal Wallis, dan t-test untuk
mengetahui perbedaan umur dengan penatalaksanaan medis, lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis serta lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Deskriptif
Karakteristik penderita mioma uteri yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Sosiodemografi
No. Sosiodemografi Jumlah
f % 1. Umur (tahun) 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 5 27 91 25 4 3,3 17,8 59,9 16,4 2,6 Total 152 100,0 2. Suku Batak Jawa Melayu Minang Lain-lain 88 42 10 7 5 57,9 27,6 6,6 4,6 3,3 Total 152 100,0 3. Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik 90 60 2 59,2 39,5 1,3 Total 152 100,0 4. Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Akademi/Perguruan Tinggi 2 11 15 110 14 1,3 7,2 9,9 72,4 9,2 Total 152 100,0 5. Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga 25 6 16 105 16,5 3,9 10,5 69,1 Total 152 100,0 6. Status Perkawinan Menikah Belum Menikah 139 13 91,4 8,6 Total 152 100,0 7. Tempat Tinggal Kota Medan Luar Kota Medan
100 52
65,8 34,2
Total 152 100,0
Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa karakteristik penderita mioma uteri yang dirawat inap berdasarkan
sosiodemografi yaitu proporsi umur tertinggi pada kelompok umur 40-49 tahun 59,9% dan terendah pada kelompok umur 60-69 tahun 2,6%. Berdasarkan suku tertinggi suku Batak 57,9% dan terendah Lain-lain (suku Nias dan Aceh) 3,3% . Berdasarkan agama tertinggi agama Islam 59,2% dan terendah pada agama Kristen Katolik 1,3%.
Berdasarkan pendidikan tertinggi SMA 72,4% dan terendah tidak sekolah 1,3%. Berdasarkan pekerjaan tertinggi Ibu Rumah Tangga 69,1% dan terendah Pegawai Swasta 3,9%. Berdasarkan status perkawinan tertinggi menikah 91,4% dan belum menikah 8,6%. Berdasarkan tempat tinggal kota Medan 65,8% dan Luar Kota Medan 34,2%.
Tabel 2. Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Paritas
No. Paritas Tercatat f Proporsi (%) 1. 2. 3. 4. Nullipara Primipara Multipara Grandemultipara 27 14 47 16 26,0 13,4 45,2 15,4 Total 104 100,0
Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat bahwa berdasarkan paritas tercatat proporsi tertinggi multipara 45,2% dan terendah primipara 13,4%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Purba M. (2009) di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2004-2008 dengan desain case series bahwa proporsi paritas tertinggi penderita mioma uteri adalah multipara 66,9%.18
Tabel 3. Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Letak
Letak Mioma f Proporsi (%)
Mioma Submukosa Mioma Intramural Mioma Subserosa 32 36 28 37,2 41,9 32,6 Berdasarkan tabel 3. dapat dilihat letak mioma tertinggi adalah mioma intramural 41,9%, mioma submukosa
37,2% dan terendah mioma subserosa 32,6%.
Pertumbuhan mioma dapat terjadi di beberapa tempat sesuai dengan perkembangan mioma. Pada umumnya letak mioma adalah intramural, namun dapat juga tumbuh menonjol kearah rongga peritoneum (subserosa) dan ke arah kavum uteri (submukosa). Mioma submukosa berada di bawah endometrium dan menonjol ke rongga uterus, dapat tumbuh bertangkai kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myoma geburt).15
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Purba M. (2009) di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2004-2008 dengan desain case series bahwa proporsi letak mioma tertinggi adalah mioma intramural 42,0%.18
Tabel 4. Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Ukuran
No. Ukuran Mioma f Proporsi (%) 1. 2. 3. < 5 cm 5-10 cm >10 cm 25 79 13 21,4 67,5 11,1 Total 117 100,0
Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat bahwa berdasarkan ukuran mioma tercatat proporsi tertinggi 5-10 cm 67,5% dan terendah > 10 cm 11,1%.
Pertumbuhan mioma uteri sangat lambat tetapi progresif diperkirakan memerlukan waktu sekitar 3 tahun untuk dapat mencapai ukuran sebesar kepalan tangan dan dengan pertumbuhannya ini dapat mencapai berat lebih 5 kg.15 Penelitian Manurung ID (2010) di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan desain case series menemukan proporsi ukuran tertinggi adalah > 5 cm sebesar 54,4%.19
Tabel 5. Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama Keluhan f Proporsi (%) Perdarahan abnormal Nyeri abdomen Gejala Penekanan 75 54 42 51,4 37,0 28,8 Berdasarkan tabel 5. dapat dilihat proporsi keluhan tertinggi yang dialami penderita mioma uteri adalah perdarahan abnormal 51,4% dan terendah adalah gejala penekanan 28,8%.
Perdarahan merupakan gejala klinis yang paling sering dialami penderita mioma uteri, dimana jumlah perdarahan dipengaruhi oleh ukuran mioma sedangkan tingkat keparahan perdarahan dipengaruhi lokasi mioma submukosa. Keluhan perdarahan abnormal yang umumnya terjadi menoragia dan metroragia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Purba M. (2009) di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2000-2004 bahwa proporsi keluhan tertinggi penderita mioma uteri adalah perdarahan abnormal 71,4%.18
Tabel 6. Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan
No. Alat Kontrasepsi Yang Digunakan f Proporsi (%) 1. 2. 3. 4. Hormonal AKDR Sterilisasi Tidak KB 21 3 5 67 21,9 3,1 5,2 69,8 Total 96 100,0
Berdasarkan tabel 6. dapat dilihat bahwa berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan proporsi tertinggi tidak KB 69,8% dan terendah alat kontrasepsi dalam rahim 3,1%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Manurung ID tahun 2007-2008 di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan desain case series menemukan proporsi riwayat pemakaian alat kontrasepsi tertinggi adalah tidak KB sebesar 63,9%.19
Tabel 7. Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Status Haid
No. Status Haid f Proporsi (%) 1. 2. Masih Haid Tidak Haid 119 12 90,8 9,2 Total 131 100,0
Berdasarkan tabel 7. dapat dilihat bahwa berdasarkan status haid tercatat proporsi masih haid 90,8% dan tidak haid 9,2%.
Mioma uteri umumnya ditemukan pada masa reproduksi, karena adanya rangsangan estrogen, tidak akan dijumpai sebelum menarche, dan setelah menopause mioma uteri akan mengecil seiring dengan penurunan kadar estrogen.2 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Purba M. (2009) di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2000-2004 bahwa proporsi status haid penderita mioma uteri tertinggi adalah masih haid 96,9%.18
Tabel 8. Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Penatalaksanaan Medis No. Penatalaksanaan Medis f Proporsi (%) 1. 2. 3. Konservatif Miomektomi Histerektomi 56 20 76 36,8 13,2 50,0 Total 152 100,0
Berdasarkan tabel 8. dapat dilihat bahwa berdasarkan penatalaksanaan medis proporsi tertinggi adalah histerektomi 50,0% dan terendah miomektomi 13,2%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Purba M. (2009) di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2000-2004 bahwa proporsi penatalaksanaan medis penderita mioma uteri tertinggi adalah pengobatan operatif 96,9%.18
Tabel 9. Distribusi proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Histerektomi
No. Jenis Histerektomi f Proporsi (%) 1. 2. Sub Total Abdominal Total Abdominal 18 58 23,7 76,3 Total 76 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis histerektomi total abdominal 76,3% dan subtotal abdominal 23,7%.
Histerektomi dapat dilakukan pervaginam pada ukuran kecil. Tetapi pada umumnya histerektomi dilakukan perabdominam karena lebih mudah dan pengangkatan sarang mioma dapat dilakukan lebih bersih dan teliti serta dapat menghindari terjadinya kanker serviks pada penderita mioma uteri.
Tabel 10. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Mioma Uteri
Lama Rawatan Rata-Rata N Mean SD (Standard Deviation) 95%CI Minimum Maximum 152 7,20 5,104 6,38-8,02 1 25 Berdasarkan tabel 10. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata seluruh penderita adalah 7,20 hari (7 hari). Standard Deviation (SD) adalah 5,104, dengan lama rawatan paling singkat 1 hari dan paling lama 25 hari.
Secara umum sebelum tindakan operatif (khususnya histerektomi) dilakukan penderita harus menjalani beberapa pemeriksaan, dan kemudian mendapat perawatan dari pihak rumah sakit sampai kondisi pasien benar-benar pulih.
Tabel 11.Distribusi proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
No. Keadaan Sewaktu Pulang f Proporsi (%) 1. 2. Pulang Berobat Jalan Pulang Atas Permintaan Sendiri 137 15 90,1 9,9 Total 152 100,0
Berdasarkan tabel 11. dapat dilihat bahwa berdasarkan keadaan sewaktu pulang proporsi tertinggi pulang berobat jalan 90,1% dan pulang atas permintaan sendiri 9,9%.
Tingginya proporsi penderita mioma uteri yang pulang berobat jalan disebabkan karena penderita mioma uteri pada umumnya sudah dinyatakan sembuh oleh dokter dan mendapat persetujuan untuk pulang namun disarankan untuk kembali memeriksakan diri atau melakukan kontrol ulang terhadap tindakan pengobatan yang telah diberikan ke rumah sakit pasca perawatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Purba L (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan menemukan 97,9% penderita mioma uteri dinyatakan pulang berobat jalan.20
Analisa Statistik
Tabel 12. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penatalak sanaan Medis Umur Total ≤ 40 > 40 f % f % f % Konserva tif 17 30,4 39 69,6 56 100 Miomekt omi 14 70,0 6 30,0 20 100 Histerekt omi 9 11,8 67 88,2 76 100
Berdasarkan tabel 12. dapat dilihat bahwa penderita dengan pengobatan konservatif proporsi tertinggi kelompok umur > 40 tahun 69,6% dan ≤ 40 tahun 30,4%. Penderita dengan miomektomi proporsi tertinggi kelompok umur ≤ 40
tahun 70,0% dan > 40 tahun 30,0%. Penderita dengan histerektomi proporsi tertinggi pada kelompok umur > 40 tahun 88,2% dan ≤ 40 tahun 11,8%.
Analisa statistik dengan
menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 artinya ada perbedaan proporsi umur berdasarkan penatalaksanaan medis.
Tabel 13. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis No. Penatalaksa naan Medis Lama Rawatan Rata-Rata n Mean SD 1 Konservatif 56 2,55 1,464 2 Miomektomi 20 8,30 3,213 3 Histerektomi 76 10,33 4,680 Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis. Penderita yang mendapat tindakan histerektomi secara bermakna memiliki lama rawatan rata-rata lebih lama dibanding dengan penderita yang mendapat pengobatan konservatif dan miomektomi.
Tabel 14. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang No. Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Rata-Rata n Mean SD 1 Pulang Berobat Jalan 137 7,64 5,152 2 Pulang Atas Permintaan Sendiri 15 3,13 1,885
Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh nilai p = 0,000 (p< 0,05) hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita mioma uteri. Penderita yang pulang atas permintaan
sendiri lebih singkat lama rawatan rata-ratanya dibanding dengan penderita yang pulang berobat jalan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Proporsi berdasarkan sosiodemografi penderita mioma uteri tertinggi pada kelompok umur 40-49 tahun 59,9%, suku Batak 57,9%, agama Islam 59,2%, pendidikan SMA 72,4%, pekerjaan Ibu rumah tangga 69,1%, status menikah 91,4%, tempat tinggal di Kota Medan 65,8%.
2. Proporsi paritas penderita mioma uteri tertinggi multipara 45,2%.
3. Proporsi letak mioma penderita mioma uteri tertinggi mioma intramural 41,9%.
4. Proporsi ukuran mioma penderita mioma uteri tertinggi 5-10 cm 67,5%. 5. Proporsi keluhan utama penderita
mioma uteri tertinggi perdarahan abnormal 51,4%.
6. Proporsi alat kontrasepsi yang digunakan penderita mioma uteri tertinggi tidak KB 69,8%.
7. Proporsi status haid penderita mioma uteri tertinggi masih haid 90,8%. 8. Proporsi penatalaksanaan medis
penderita mioma uteri tertinggi adalah histerektomi 50,0% dan jenis histerektomi tertinggi total abdominal histerektomi 76,3%.
9. Lama rawatan penderita mioma uteri 7,20 hari (7 hari).
10. Proporsi penderita mioma uteri berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi pulang berobat jalan 90,1%. 11. Ada perbedaan antara umur dengan
penatalaksanaan medis (p=0,000). 12. Penderita mioma uteri yang mendapat
pengobatan konservatif lebih singkat lama rawatan rata-ratanya dibanding penderita yang mendapat tindakan miomektomi dan histerektomi (p=0,000).
13. Penderita mioma uteri yang pulang atas permintaan sendiri secara bermakna lebih singkat lama rawatan
rata-ratanya dibanding penderita yang pulang berobat jalan (p=0,000).
Saran
1. Kepada pihak rumah sakit RSUD Dr. Pirngadi Medan diharapkan untuk melengkapi pencatatan pada kartu status pasien seperti paritas, letak mioma, ukuran mioma, alat kontrasepsi yang digunakan, indikasi operasi, berat badan dan tinggi badan penderita mioma uteri.
2. Bagi wanita yang mengalami keluhan pendarahan abnormal agar segera memeriksalan diri apakah memiliki kemungkinan menderita mioma uteri khususnya bagi wanita menopause karena mioma uteri pada masa menopause memiliki kemungkinan untuk menjadi ganas (sarcoma uteri).
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadibroto., R.Budi., 2005. Mioma
Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara, Volume 38, No. 3, September 2005.
2. Lefebvre, et al., 2003. The Management of Uterine Leiomyomas. Journal Obstetric
Gynecologic Canada, No 128, Pages 396-405.
3. Benson, Ralph. 2008. Buku Saku
Obstetri dan Ginekologi Edisi 6.
Jakarta : Penerbit EGC.
4. Muzakir, 2008. Profil Penderita
Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari-31 Desember 2006.
Laporan Penelitian.
5. Whiteman et al., 2008. Inpatient
Hysterectomy Surveillance in The United States, 2000-2004.
American Journal of Obstetric and Gynecology. Volume 198, No. 134, pages 1-7.
6. Anonim, 2011. Uterine Fibroids,
Active Component Females, U.S. Armed Forces, 2001-2010.
Medical Surveillance Monthly
Report. Volume 18, No. 12. Pages 10-13.
7. JK, Park et al., 2005. A Clinical
Analysis of Uterine Myoma.
Korean Journal Obstetric Gynecology. Volume 48, No. 2. Pages 436-445.
8. Randell, et al., 2006. Fracture Risk
and Bone Density of Peri – and Early Postmenopausal Women with Uterine Leiomyoma.
Maturitas. Volume 53, No. 3, February 2006, Finland.
9. Ohonsi, A, Amole, et al., 2011.
Surgical Management of Uterine Fibroids at Aminu Kano Teaching Hospital. Hindawi Publishing Corporation Obstetrics and Gynecology International. Volume 2012. Pages 1-6.
10. Wise, Lauren, et al., 2009. A
Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine Leiomyomata. American Journal
of Epidemiology. Vol. 171 No. 2. Pages 221-232.
11. Aimee, et al., 2010. Association of
Intrauterine and Early-Life Exposures with Diagnosis of Uterine Leiomyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.
Environmental Health
Perspectives. Volume 118. No. 3. Pages 375-380.
12. Copaescu, C., 2007. Laparoscopic
Hysterectomy. Chirurgia (Bucur).
Volume 102, No. 2, March-April 2007. Romanian.
13. Laughlin et al., 2009. Prevalence of
Uterine Leiomyomas in the First Trimester of Pregnancy : An Ultrasound-Screening Study. Journal of Obstetric and Gynaecology. Volume 113. Issue
3. Pages 630-635.
14. Yilmaz et al., 2009. Assessment of
the predictivity of preoperative serum CA 125 in the differential diagnosis of uterine leiomyoma and uterine sarcoma in the
Turkish female. European Journal
of Gynaecological Oncology. Volume 30. No. 4. Pages 412-414. 15. Wiknjosastro, H., 2008. Ilmu
Kandungan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
Prawirorardjo.
16. Kurniasari, T., 2010. Karakteristik
Mioma Uteri Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari 2009 – Januari 2010.
Laporan Penelitian Mahasiswa FK UNS.
17. Ompusunggu, Miranti., 2009.
Karakteristik Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di RS. Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FKM
USU Medan.
18. Purba, C, Merry., 2009.
Karakteristik Penderita Mioma Uteri yang Dirawat Inap di rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FKM
USU Medan.
19. Manurung, ID. 2010. Karakteristik
Penderita Mioma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008. Skripsi Mahasiswa FKM
USU.
20. Purba, Lisdauli, 2006. Karakteristik
Penderita Mioma Uteri yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2000-2004.
Skripsi Mahasiswa FKM USU.