• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI Wijani, Alexander Candra, Sutrisno, Jeny Harianto, Jo Priastana, Linawati, Alexander Candra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI Wijani, Alexander Candra, Sutrisno, Jeny Harianto, Jo Priastana, Linawati, Alexander Candra"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1. Hubungan Kedisiplinan Kerja Dan Inovasi Pembelajaran Dengan Kinerja Dosen

Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha

Wijani , Alexander Candra, ... 1-9

2. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Solidaritas Mekanik Umat Beragama

(Studi Kasus Di Desa Karangsari, Kec. Cluwak, Kab. Pati, Jawa Tengah)

Sutrisno, Jeny Harianto, Jo Priastana, ... 10-16

3. Korupsi Menurut Ariyo Aṭṭhaṅgiko Maggo di dalam Ajaran Buddha Gotama

Linawati, Alexander Candra ... 17-28

4. Analisis Kebutuhan Layanan Pendidikan Terkait Pilihan Peserta Didik Dalam

Melanjutkan Pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Tahun 2015

Sutadi, Dali Santun Naga, Yeni Harianto ... 29-35

5. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Simplisia Seledri (Apium Graveolens)

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.

Haryati Yuyun, Vivi Kurniati Tjahjadi, Adi Suhardi Herjanto ... 36-48

6. Kajian Agama Buddha Tentang Perlindungan Perempuan

(3)

1

Jurnal Dhammavicaya:

Volume: IV Nomor : 2-2020 Halaman : 1-9 Tersedia secara online

https://e-journal.nalanda.ac.id/index.php/dv/ ISSN : 2580-8028

Hubungan Kedisiplinan Kerja Dan

Inovasi Pembelajaran Dengan Kinerja Dosen Perguruan Tinggi

Keagamaan Buddha

Wijani , bcittajaya@gmail.com 1, Alexander Candra, Unja1986@yahoo.com 2

Program Pasca Sarjana Agama Buddha Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda Jakarta

ABSTRACT

Educator performance is an important element in education, besides that, it is also a determinant of the level of education quality. Good discipline reflects a person's sense of responsibility for the tasks assigned to him. This study aims to determine there is a relationship between work discipline and lecturer performance in Buddhist religious colleges. (2) There is a Relationship between Learning Innovation and Lecturer Performance in Buddhist Religious Universities. The population in this study were Lecturers at the Budda Religious College. The number of samples was 60 respondents. The activity counter uses SPSS version 26 software. Multiple linear regression analysis is a method used to analyze the data in this study. The results showed that work discipline and lecturer welfare had a positive and significant effect on lecturer performance by 0.714 (75%) which was the value of R Square and the remaining 25% was influenced by other variables in this study.

Key words : Work discipline, Lecturer Welfare, Lecturer Performance. ABSTRAK

Kinerja pendidik merupakan elemen penting dalam pendidikan, selain itu juga merupakan penentu tinggi rendahnya kualitas pendidikan. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Ada Hubungan Kedisiplinan Kerja dengan Kinerja Dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha. (2) Ada Hubungan Inovasi Pembelajaran dengan Kinerja Dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha. Populasi dalam penelitian ini adalah Dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan Budda. Jumlah sampel sebanyak 60 responden. Penghitung kegiatan menggunakan software SPSS versi 26. Analisis regresi linier berganda merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan kerja dan kesejahteraan dosen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dosen sebesar 0,714 (75%) yang merupakan nilai R Square dan sisanya 25% dipengaruhi oleh variabel lain dalam penelitian ini.

Kata kunci : Kedisiplinan kerja, Kesejahteraan Dosen, Kinerja Dosen.

Riwayat Artikel : Diterima: Juli 2020 Disetujui: Oktober 2020

Alamat Korespondensi:

Wijani, Alexander Chandra

Program Pascasarjana Pendidikan Keagamaan Buddha Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda Jakarta

Jln. Pulo Gebang Permai, No.107 Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur 13950 E-mail: penulis

Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu pembelajaran dan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang mengikuti alur zaman. Di zaman yang sudah lebih maju ini tentunya pendidikan juga memberikan banyak inovasi baru dalam sistem pembelajarannya. Salah satu jenjang pendidikan yang harus memiliki inovasi baru dalam sistem pembelajarannya adalah Perguruan Tinggi, karena perguruan tinggi bertanggung jawab untuk menghasilkan sarjana – sarjana yang berkompeten dan dapat bersaing secara global di dunia pekerjaan nanti. Oleh karena itu, untuk menunjang mutu pendidikan di perguruan tinggi salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menjalankan sistem pembelajaran yang baik dan optimal, sangat diperlukan oleh pendidik (dosen) yang memiliki kinerja dan mutu yang baik pula dalam menjalankan sistem pembelajaran dan pada saat menyampaikan materi kepada mahasiswa sehingga diharapkan mahasiswa dapat merasa puas dengan pembelajaran yang disampaikan (Devita Listyaningrum, Santoso Sri Handoyo, 2016).

Karena dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 1999 mengatur ketentuan tentang pendidikan tinggi yang di dalamnya terdapat unsur-unsur dosen. Aspek terpenting yang mengkaitkan secara langsung dengan

(4)

pengembangan kualitas dosen untuk mengupayakan peningkatan kualitas lulusan sebuah perguruan tinggi yaitu hal yang berkaitan dengan tujuan yang telah diselenggarakannya pendidikan yang tinggi (Priatna, 2018).

Meurut Huffman, Tomas dan Lawrenz (2013) berbicara tentang kelulusan sebuah penguruan tinggi, tidak bisa lepas dari aktivitas tenaga pengajar (dosen). Dikatakan demikian, mengingat terjadinya suatu proses pendidikan di lingkungan perguruan tinggi, dosen inilah yang berinteraksi langsung dengan mahasiswa lulusan penguruan tinggi yang bersangkutan.

Hasil penelitian Mochammad (2012) menunjukkan kemampuan intelektual, pembelajaran organisasi dan internal locus of control memiliki pengaruh langsung, positif dan signifikan terhadap kinerja dosen, dan juga tidak langsung, pengaruh signifikan dan positif terhadap kompetensi, sedangkan kompetensi memiliki langsung, signifikan dan positif berpengaruh terhadap kinerja dosen. Dari hasil penelitian tersebut menjadikan motivasi buat peneliti dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui kinerja dosen yang mengarahkan kepada penguasaan dosen tentang teknologi informasi (IT) di STAB. Hal ini dilakukan karena di STAB masi banyak dosen-dosen yang belum bisa menguasai teknologi imformasi (IT), sehingga berdampak pada dosen ketika mengajar, kemudian kinerja setiap masing-masing dosen memiliki kemampuan intelektual yang berbeda dalam proses belajar dan mengajar. Jadi bila dosen tidak memiliki kredibilitas atau kemampuan yang memadai, maka kegiatan pendidikan tidak akan bisa berjalan ideal yang mana lulusannya tidak akan berkualitas dan sesuai dengan yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan kondisi sekarang yang sudah membumi bahwa lulusan perguruan tinggi di Indonesia kurang mempunyai kemampuan untuk bersaing atau tidak memiliki keunggulan kompetitif disaat tingkat persaingan sangat tajam dan tuntutan perkembangan teknologi semakin tinggi (Priatna, 2018).

Kinerja dosen perlu ditingkatkan agar dapat mendukung kinerja organisasi secara keseluruhan sekaligus dapat memperbaiki/ meningkatkan mutu perguruan tinggi. Pengembangan kompetensi dosen perguruan tinggi sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan dan persaingan dalam dunia pendidikan yang semakin maju, dengan mengembangkan kompetensi diharapkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dapat meningkatkan profesionalisme di bidang pendidikan.

Dosen yayasan di perguruan tinggi swasta belum seluruhnya berlatar belakang pendidikan Strata 3 yang mengajar mahasiswa S2, kemudian latar belakang pendidikan Strata 2 juga masih ada yang mengajar mahasiswa S2. Sebenarnya hal ini tidak diperbolehkan lagi sebagaimana diatur dalam peraturan DIKTI, namun karena tuntutan organisasi yang mengharuskan seperti itu, maka tidak terlihat kepuasan kerja dosen dalam mendidik mahasiswa dan kualitas yang dimiliki oleh dosen kurang maksimal meningkatkan kinerja dosen. Dosen diharuskan mempunyai kualifikasi yang diperlukan dalam hal penyampain ilmunya kepada mahasiswa. Tenaga dosen yang berkualitas akan memudahkan penyampaian ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga yang disampaikan kepada mahasiswa lebih mudah dipahami dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan mahasiswa dengan kajian bidang ilmu yang digelutinya.

Perguruan Tinggi yang memiliki tenaga dosen yang berkualitas akan banyak diminati oleh masyarakat pada saat ini dan dimasa yang akan datang. Perguruan Tinggi yang tidak mau mengikuti perkembangan perubahan sekarang dan dimasa mendatang akan ditinggalkan oleh masyarakat, cepat atau lambat akan mengalami kemunduran, yang akhirnya akan mengalami penututupan Perguruan Tinggi tersebut. Dosen sebagai kunci keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh semua sumber daya pendidikan yang ada. Oleh sebab itu, untuk menciptakan tentang yang berpengaruh terhadap kinerja dosen, di antaranya adalah faktor yang berhubungan dengan kemampuan intelektual, faktor yang berhubungan dengan inovasi pembelajaran yaitu kedisiplinan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh (Asri, 2018) menunjukkan Rata-rata diatas 80% mahasiswa menyatakan setuju bahwa dosen sudah memenuhi kinerjanya dengan baik, hanya saja untuk katagori korelasi antara mata kuliah dengan program studi memiliki persentasi paling rendah sebanyak 68%. Hal ini juga diperkuatkan oleh penelitian (Devita Listyaningrum, Santoso Sri Handoyo, 2016) menyatakan bahwa Kinerja dosen pengajar bukan merupakan faktor mutlak yang mempengaruhi kepuasan belajar mahasiswa untuk tingkat keberhasilan mahasiswa tetapi dilihat juga dari mahasiswa dalam melaksanakan kewajiban belajar sebagai mahasiswa. Hal yang sama juga dijlaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Razak, 2016) menunjukkan bahwa dosen, sebagai tenaga pendidik dalam perguruan tinggi dituntut meningkatkan kualitas diri dengan memahami dan meningkatkan kompetensi diri, memiliki keterampilan dalam mengajar, inovasi dan kreatifitas yang tinggi sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam perguruan tinggi berjalan dengan baik, secara efektif dan efisien,

(5)

Wijani, Alexander Chandra 3

Penelitian terdahulu menjadi referensi dalam penelitian ini dengan topik penelitian yang sama yaitu mengenai meningkatkan kinerja dosen dan perbedaan penelitian sebelumnya yaitu fokus permasalahan penelitian mengenai inovasi pembelajaran dan kedisiplinan kerja dosen, sehingga dampak pada kinerja dosen.

Kenyataan, di Sekolah Tinggi Agama Buddha peneliti menemukan bebera permasalahan yaitu: interaksi antara dosen dan mahasiswa belum sepenuhnya terpenuhi, jumlah dosen yang berpendidikan S2 di STAB yaitu 40 dosen dan S3 20 masih bervariasi dan pada umumnya belum memadai sesuai kebutuan, relevansi latar belakang pendidikan keilmuan seorang dosen dengan mata kuliah yang diberikan masih relatif belum terpenuhi dan pembinaan terhadap dosen-dosen muda masih bervariasi, ada yang sudah baik dan ada yang masih kurang. Karena dari keempat permasalahan sebagaimana disebutkan itu tentu saja akan sampai pada kualitas lulusan, artinya jika masalah tersebut tidak ditangani dengan baik, niscaya akan menghasilkan lulusan yang tidak berbobot secara sosial edukatif maupun sosial ekonomis, keterangan ini memberikan indikasi adanya usaha yang harus dilakukan oleh sesuatu perguruan tinngi dalam pengembangan SDM-nya, tepatnya dosen guna meningkatkan kualitas pendidikan dan kinerjanya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Saputra, 2020) dimensi-dimensi yang mengukur kinerja dosen meliputi: (1) pendidikan dan pengajaran, dengan indikator: (a) sikap dosen dalam memotivasi mahasiswa, (b) menyusun buku teks sebagai bahan ajar, (c) membuat silabi pelajaran, (d) memberikan tugas terstruktur kepada mahasiswa, (e) interaksi dosen dengan mahasiswa dalam penguasaan bahan dan metodologi, (f) mengevaluasi hasil belajar; (2) penelitian, dengan indikator: (a) aplikasi hasil penelitian, penyusunan rencana dan pelaksanaan penelitian, (c) pelaporan penelitian melalui jurnal, (d) melibatkan mahasiswa dalam penelitian, (e) ublikasi hasil penelitian melalui koran, (f) frekuensi melakukan penelitian; (3) pengabdian kepada masyarakat, dengan indikator: (a) penyusunan rencana pengabdian kepada masyarakat dengan melibatkan mahasiswa, (b) kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaporkan pada publikasi ilmiah, (c) menawarkan kegiatan dengan mahasiswa, (d) mengaplikasikan hasil perkuliahan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, (e) frekuensi melakukan kegiatan.

Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu peneliti, sehingga tidak semua dimensi yang berhubungan dengan mengukur kinerja dosen di perguruan tinggi akan dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini akan dibatasi pada dua variabel yaitu kedisiplinan (X1), kesejahteraan dosen (X2) sebagai variabel bebas dan meningkatkan kinerja dosen di PTAB (Y) sebagai variabel terikat. Dengan demikian penelitian ini hanya memfokuskan pada kontribusi ada hubungan kedisiplinan kedisiplinan dosen dengan pendidikan di PTAB dan ada hubungan disiplinan dosen dengan kesejahteraan dosen di PTAB. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian “Hubungan Kedisiplinan Dan Kesejahteraan Dosen Terhadap Kinerja Dosen Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha”.

Tinjauan Pustaka Kedisiplinan Kerja

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan, hal ini mendorong timbulnya semangat kerja dan tujuan yang akan dicapai. Disiplin kerja adalah suatu keadaan dimana orang-orang tunduk pada peraturan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Hartatik, 2014).

Disiplin kerja termasuk dalam sikap dan mental seseorang terhadap tanggung jawab dalam pekerjaan, oleh karena itu kedisiplinan harus ditegakkan, khususnya bagi kedisiplinan dosen dalam bekerja karena akan berakibat pada reputasi diri untuk mencapai keberhasilan.

Sedangkan pengertian kinerja menurut Cherington (2010) menunjukan bahwa pencapaian target kerja yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas waktu, maka pencapaian kinerja dipengaruhi oleh kecakapan dan waktu. Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dosen dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor kemampuan dan faktor motivasi. Faktor kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan nyata (pengetahuan dan keahlian). Artinya seorang dosen yang profesional memiliki kecerdasan tinggi, dengan pendidikan tinggi dan kemampuan yang tinggi seharusnya akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

Disiplin kerja dosen adalah merupakan keharusan yang harus ditaati oleh seorang dosen, karena disiplin itu adalah bagian dari bentuk kinerja. Disiplin juga merupakan sikap dan perilaku yang sangat berpengaruh dengan keberhasilan suatu pekerjaan. Dimana seorang dosen itu adalah teladan dan panutan mahasiswa, jadi dalam menjalankan pekerjaannya harus benar- benar disiplin (Listryarini, 2017). Jadi dalam penelitian ini ada hubungan positip disiplin kerja dan kinerja dosen. Tanpa suatu disiplin pasti kinerja tidak baik.

(6)

Kualitas Pembelajaran Dosen

Nilai keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari mutu mengajarnya. Sebagai pendidik, contoh terbaik dari dosen pada mahasiswanya wajib, agar memiliki karakter dan menjunjung tinggi nilai moral serta kode etik (Fitriana, 2018).

Kompetensinya antara lain: 1)orientasi untuk berprestasi; 2) perhatian terhadap kerapian, mutu dan ketelitian; 3) inisiatif; 4) pencarian dan pengumpulan informasi. Realitas dalam pembelajaran dikampus, kualitas pembelajaran dosen dalam melakukan proses kurang melibatkan mahasiswa dalam kajian keilmuan juga kurang memiliki kemampuan dalam melakukan penelitian sehingga proses pembelajaran antara dosen dengan mahasiswa mengalami stagnan dalam penyampaian keilmuan. Kualitas pembelajaran dosen dapat berpengaruh baik bersama- sama ataupun individu dalam peranannya yang cukup penting dalam proses pendidikan. Standar kompetensi diperlukan dari seorang dosen.

Selain penguasaan materi pembelajaran, memahami kebijakan- kebijakan dalam penddikan, paham pada karakteristik serta isi bahan pembelajaran, peguasaan konsep, paham konteks ilmu tersebut dengan masyarakat dan lingkungannya, paham pada dampak serta realisasi ilmu dalam kehidupan masyarakat dikaitkan dengan ilmu lainnya. Dan penunjang untuk mendorong mutu pendidikan pada perguruan tinggi salah satunya yakni akreditasi program studi. Dosen harus memiliki syarat khusus dalam profesinya. Personalisasi beberapa perilaku yang dibekali dengan berbagai ilmu pendidikan sebagai dasar menyatu dalam pribadinya mampu mentransformasikannya pada diri mahasiswa dan mampu merubah perilaku mahasiswanya.”Guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi mahasiswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengahbdan pendidikan berkelanjutan.” (Undang- undang RI nomor 14 tahun 2005 ). Studi lanjut, pelatihan- pelatihan, sertifikasi, terkait dengan peningkatan kualitas dosen serta mutu pendidikan bisa memberi kontribusi untuk mahasiswa secara wajar juga benar, diharapkan memberi sumbangsih bagi perubahan dan perbaikan pendidikan. Peran dan tugas dosen sebagai pengajar motivator, supervisor, konselor, pemimpin kelas juga pembimbing mahasiswa dalam proses pembelajaran diperguruan tinggi. Dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 dinyatakan kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai- nilai dasar direfleksikan dalam kegiatan berpikir dan bertindak. Oleh karenanya kompetensi dosen meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian serta profesional.

(Nana Sudjana: 2014) menyampaikan hal- hal yang perlu diperhatikan oleh dosen yaitu: 1)kemampuan menjelaskan pokok bahasan; 2) kemampuan memberikan contoh relevan; 3) kemampuan menjelaskan keterkaitan bidang/ topik yang diajarkan dengan bidang/topik lain; 4) kemampuan menjelaskan keterkaitan bidang/topik diajarkan dengan konteks kehidupan; 5) penguasaan akan isu- isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan; 6) penggunaan hasil- hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas perkuliahan; 7) pelibatan mahasiswa dalam kajian/ penelitian; 8) kemampuan menggunakan beragam teknologi komunikasi. Dari uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran dosen tidak hanya kemampuan secara teori dan praktik akan tetapi banyak penunjang lain yang terkait dengan kualitas pengajaran sosok seorang dosen.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas Dosen

Realita dosen merupakan faktor penting yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya faktor tersebut terdiri dari faktor internal karyawan (personal/individu) atau para dosen dan faktor eksternal, yaitu kepemimpinan, sistem, tim, dan situsional. Faktor personal meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimilikki oleh tiap individu dosen. Faktor kepemimpinan meliputi aspek kualitas rektor atau dekan dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja kepada dosen (Yasir, 2018).

Faktor tim meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama aonggota tim, kelompok, dan keeratan anggota tim dosen. Faktor sistem meliputi sistem kerja, fasilitas kerja dosen atau infrastruktur yang diberikan oleh Universitas. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di antaranya adalah: Komitmen moralitas yang harus diperhatikan, sistem dan iklim. Harus ada kedisiplinan. Menghargai waktu kerja keras, sanksi dan reward juga harus ada, budaya dosen dan mahasiswa. Dosen harus berprestasi, termasuk peningkatan seni budaya. Mahasiswa tidak ngerumpi tapi menggalakkan diskusi. Perilaku sehari-hari sejalan dengan Islam: gaya berpakaian, jenis aktivitas dan sebagainya harus mengarah kepada

(7)

Wijani, Alexander Chandra 5

amaliah Islam, jajaran pimpinan harus berorientasi kemanfaatan kepada masyarakat, menjadikan Perguruan Tinggi sebagai kumpulan para sarjana dan peneliti (Yasir, 2018).

Hipotesis

H1 : Ada hubungan kedisiplinan dan Pendidikan Dosen H2 : Ada hubungan kualitas dosen dan Pendidikan Dosen

METODE

Populasi dalam penelitian ini adalah Dosen di STAB. Pengambilan sampling digunakan teknik purposive sampling dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 60 responden.

Dalam melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan untuk mencapai suatu kesimpulan, penulis melakukan perhitungan pengolahan dan penganalisaan dengan bantuan dari program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 untuk windows yaitu Analisis Deskriptif dan Uji Hipotesis.

Pada analisis deskriptif ini dilakukan pembahasan mengenai analisis terhadap rasio-rasio untuk mencari nilai dari variabel disiplin dosen (X1), kesejahteraan dosen (X2), terhadap penelitian dependennya yaitu kinerja dosen (Y). Yang terdiri dari : uji Asumsi Klasik, Uji normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi.

Analisis Regresi Linier Berganda

Pada Analisis regresi berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana hubungan disiplin dosen (X1), kesejahteraan dosen (X2), terhadap kinerja dosen (Y). Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini yaitu:

Koefisien Determinasi (R2),

Menurut Agus Suyatna (2017) pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Penelitian ini juga menggunakan Adjusted R Square (Adj R2) karena terdapat lebih dari satu variabel independen dan apabila hanya ada satu variabel independen maka menggunakan R Square (R2) dalam menjelaskan pengaruh variabel independennya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian ini merupakan hasil jawaban responden dalam mengisi pertanyaan pada instrumen penelitian yang disebarkan. Pada analisis penelitian, diuraikan berdasarkan kepada operasionalisasi variabel penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur skala sikap yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Deskripsi dan operasionalisasi konsep-konsep dalam instrumen penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap gejala-gejala dilapangan. Dipaparkan dan diberikan penjelasan terhadap pernyataanpernyataan yang telah diklasifikasikan dalam kategori variabel secara deskriptif. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel kedisiplinan kerja (X1), Variabel kesejahteraan dosen (X2), dan Variabel Kinerja Dosen (Y). Untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi 60 responden terhadap variabel kedisiplinan (X1) dan kesejahteraan dosen (X2) digunakan analisis deskriptif secara statistik.

Karakteristik Responden

Dari 60 responden, jumlah responden dilihat dari jenis kelamin didominasi oleh pria sejumlah 30 orang dan berjenis kelamin wanita sejumlah 30 orang. Pembagian responden berlandaskan pendidikan bisa dikategorikan antara lain pendidikan S1 sejumlah 5 orang, pendidikan S2 sejumlah 25 orang, pendidikan S3 sejumlah 30 orang.

(8)

Tabel 1 Hasil Uji ReliabiIitas

No. Variabel Cronbach’s Alpha

Minimal Cronbach’s Alpha yang disyaratkan

Keterangan

1 Kedisiplinan kerja (X1) 0.660 0,60 Reliabel

2 kesejahteraan dosen (X2) 0.538 0,60 Reliabel

3 Kinerja Dosen (X3) 0.423 0,60 Reliabel

Hasil Uji Validitas dan Uji Realibilitas

Hasil pengujian validitas bisa ditinjau pada tabel 1-3 berlandaskan tabel tersebut dapat melihat bahwa nilai koefisien korelasi pada tiap-tiap item pertanyaan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada r tabel. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat disimpulkan seluruh butir pernyataan tersebut dinyatakan valid. Untuk melihat reaksi uji nilai reliabilitas bisa ditinjau di tabel 4 berlandaskan ternyata nilai Cronbach Alpha bagi tiap-tiap variabel memiliki nilai > 0,60. Oleh sebab itu bisa diambil kesimpulan instrumen berisi atas penelitian ini dinyatakan reliabel.

Hasil Asumsi Klasik Uji Normalitas

Gambar 1 Hasil uji normaIitas dengan kurva histogram Uji Multikolinearitas

Tabel 2 Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics

VIF Toleran

Kedisiplinan kerja 3.886 0.257

kesejahteraan dosen 3.886 0.257

Hasil Uji Multikoliniaritas

Output yang didapatkan melalui uji multikoliniaritas bisa diamati melalui tabell 6, berlandaskan tabel di atas setiap nilai variabel menyandang yang nilainya VIF < dari 10 serta nilai toleransi disetiap variabel mempunyai nilai > dari 0,1. Oleh sebab itu bisa disimpulkan ternyata pada model ini tidak menghasilkan multikolinearitas antara variabel independen.

Uji Heteroskedastisitas

(9)

Wijani, Alexander Chandra 7

Hasil Uji Heteroskesdastisitas

Hasil uji heteroskesdastisitas terdapat di gambar 4 memperlihatkan bahwa titik-titk meluas ala random (acak), menyebar terletak diiatas terletak dibawah sumbu Y angka 0. jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah pada heteroskesdastisitas dalam penelitian ini.

Tabel 3 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.540 1.673 6.898 .000 Kedisiplinan kerja 0.392 .065 .584 6.040 .000 kesejahteraan dosen 0.256 .085 .292 3.018 .003 a. Dependent Variable: Kinerja Dosen

Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil uji regreasi ini, bisa diamati melalui tabel 6 berlandaskan tabel tersebut biisa dijabarkan hasil dari uji berikut ini:

- Nilai konstanta 11.540 dapat diartikan bahwa apabila Kedisiplinan kerja (X1), Kesejahteraan dosen (X2) adalah tetap (konstan) jadi perubahan variabel kinerja Dosen (Y) sebesar 11.540.

- Koefisien regresi pada variabel Kedisiplinan kerja sebesar 0.392 dapat

- diartikan bahwa jika Kedisiplinan kerja (X1) dinaikkan maka Kinerja Dosen (Y) akan meningkat.

- Koefisien regresi variable kesejahteraan dosen sebesar 0.392artinya apabila kesejahteraan dosen (X2) ditingkatkan maka Kinerja Dosen (Y) akan meningkat

Tabel 4 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .848a .719 .714 2.401 .719 149.595 2 117 .000

a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan kerja, Kesejahteraan dosen

Hasil Ujii Koefisien Determinasi (R2)

Nilai uji hasil koefisien determnasi dapat di ketahui melalui tabel 8. Berlandaskan tabel tersebut dapat melihat angka R2 yang nilainya 0.714 (75%). Hal ini bisa di artikan bahwa variabeI (Y) kinerja dosen dipengaruhi oleh (X1) kedisiplinan kerja, (X2) kesejahteraan dosen yang nilainya 75%, nilai yang lain senilai 25 % di akibatkan oleh variabel luar.

Tabel 5 Hasil Uji Parsial (t)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.540 1.673 6.898 .000 Kedisiplinan kerja 0.392 .065 0.584 6.040 .000 Kesejahteraan dosen 0.256 .085 0.292 3.018 .003 a. Dependent Variable: Kinerja Dosen

Hasil Uji (T)

Hasil uji T yang nilainya ditunjukkan pada tabel 8 diiatas. Berlandaskan tabel tersebut, sehingga bisa mengetahui hasil uji terhadap (X1) Kedisiplinan kerja mempunyai signifikasi yang nilainya 0,000 dimana angka nominal seharusnya lebih rendah dari 0,05 dan nilai yang terdapat di t hitung 6.040 lebih tinggi dari t-tabel 1.657. Hasil uji terhadap (X2) Kesejahteraan dosen mempunyai signifikasi yang nilainya 0,003 dimana angka nominal

(10)

seharusnya lebih rendah dari 0,05 dan nilai yang terdapat di thitung 3.018 lebih tinggi dari t-tabel 1.657. Sehingga bisa menyimpulkan terdapat signifikasi (X1) Kedisiplinan kerja (X2) Kesejahteraan dosen ada pengaruh terhadap (Y) kinerja Dosen.

Tabel 6 Hasil Uji Simultan (F)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .848a .719 .714 2.401 .719 149.595 2 117 .000

a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan kerja, Kesejahteraan dosen

Hasil Uji Secara Simultan (F)

Output dari uji f-hitung yang nilainya sejumlah 149.595 lebih besar daripada 3,07 dan niIai signifikasi 0,000 angka nominal < dibandingkan niIai alpha 0,05. Jadi H0 di tolak dan Ha di terima yaitu Kedisiplinan kerja, Kesejahteraan dosen ada pengaruh terhadap kinerja dosen.

Pembahasan

Kedisiplinan kerja (X1) ada pengaruh terhadap kinerja Dosen (Y)

Output uji thitung sebesar 6.040 >1.657 dengan signifikansi sebesar 0.000<0,05. Hal tersebut menandakan yaitu Kedisiplinan kerja (X1) ada pengaruh positif signifikan terhadap kinerja Dosen. Karena thitung < ttabel atau 6.040 >1.657 dengan taraf signifikansi atau 0.000< 0,05, hal ini berarti H1 diterima. Artinya secara statistik dapat disimpulkan bahwa Kedisiplinan kerja dalam penelitian ini berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan Budha. Hal ini didukung oleh penelitian (Arda, 2017) menemukan hasil adalah kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, Disiplin memiliki pengaruh positif terhadap kinerja. Hal yang sama juga diteliti oleh (Syarkani, 2017) menunjukkan hasil disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal yang sama juga di lakukan oleh (Mekel & Sendow, 2014) menunjukkan disiplin kerja, motivasi, dan kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Kesejahteraan dosen (X2) ada pengaruh terhadap kinerja Dosen (Y)

Hasil Output uji thitung sebesar 3.018>1.657 dengan signifikansi sebesar 0.010< 0,05. Hal tersebut menandakan bahwa variabel Kesejahteraan dosen berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Dosen. Karena thitung < ttabel atau 3.018>1.657 dengan taraf signifikansi atau 0.010< 0,05 hal ini berarti H2 diterima. Artinya bahwa Kesejahteraan dosen dalam penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja Dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan Budha.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Bambang Giyarto, 2018) menemukan hasil bahwa kepuasan kerja dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh pada kinerja karyawan. Hal yang sama juga dilakukan oleh (Hamid, 2019) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Hal yang sama juga ditemukan oleh (Suyitno, 2017) membuktikan hasil bahwa disiplin kerja dan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

SIMPULAN Dari hasil pembahasan mengenai penelitian berikut ini:

1. Berlandaskan hasil dari nilai uji hipotesis pemyataan pertama (H1) nilai yang terdapat pada uji t (X1) Kedisiplinan kerja memiliki signifikasi yang nilainya 0.000, dimana nilai yang seharusnya rendah daripada nilai 0,05. Nilai hasil thiung yang terdapat nilainya 6.040, nilai tersebut merupakan angka nominal yang nilainya lebih besar daripada t-tabel 1.657. Hingga hipotesis mengesahkan bahwa (X1) Kedisiplinan kerja ada pengaruh terhadap kinerja Kedisiplinan kerja terbukti.

2. Berlandaskan hasil dari nilai uji hipotesis pemyataan kedua (H2) nilai yang terdapat pada uji t (X2) Kesejahteraan dosen memiliki signifikasi yang nilainya 0.010, dimana nilai yang seharusnya rendah daripada nilai 0,05. Nilai hasil t hiung yang terdapat nilainya 3.018, nilai tersebut merupakan angka nominal yang nilainya lebih besar daripada t tabel 1.657. Hingga hipotesis mengesahkan bahwa (X2) Kesejahteraan dosen ada pengaruh terhadap kinerja Dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan Budha terbukti.

(11)

Wijani, Alexander Chandra 9

DAFTAR RUJUKAN

Agus Suyatna. (2017). Uji Statistik Berbantuan Spss Untuk Penelitian Pendidikan. Media Akademi.

Arda, M. (2017). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau Medan. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 18(1), 45–60. Https://Doi.Org/10.30596/Jimb.V18i1.1097

Asri, Y. N. (2018). Hubungan Persepsi Mahasiswa Pada Kinerja Dosen Terhadap Tingkat Kelulusan Mahasiswa. Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(2), 129–136.

Bambang Giyarto. (2018). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Ekobis Dewantara, 1(9), 1–11.

Devita Listyaningrum, Santoso Sri Handoyo, R. E. M. (2016). Pengaruh Kinerja Mengajar Dosen Terhadap Kepuasan Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Unj. Jurnal Pendidikan Teknik Sipil, 5(2), Tersedia Online: Http://Journal.Unj.Ac.Id/Unj/Inde.

Fitriana, A. (2018). Pengaruh Kualitas Pembelajaran Dosen Terhadap Keterampilan Mengajar Mahasiswa. Ensains Journal, 1(2), 112–117. Https://Doi.Org/10.31848/Ensains.V1i2.105

Hamid, A. (2019). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pt. Aker Solutions Batam. Jurnal Benefita, 4(2), 326–335.

Listryarini, D. (2017). Pengaruh Pemberian Sertifikasi Dosen, Motivasi Kerja, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Dosen Perguruan Tinggi Swasta Kota Semarang. Bima Bingkai Manajemen, 2(20), 27–39.

Mekel, M. I. T. A., & Sendow, G. M. (2014). Disiplin Kerja, Motivasi Dan Kompensasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Bank Sulut Cabang Calaca. Jurnal Emba, 2(2), 1594–1606.

Priatna, A. (2018). Hubungan Pengembangan Profesionalisme Dan Kinerja Dosen Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Dosen Stkip – Subang, 1(1), Issn 1412-565 X.

Razak, Y. (2016). Kepemimpinan, Kinerja Dosen Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Perguruan Tinggi. Tanzim Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan, 1(2), Issn: 2548-3978.

Saputra, Y. N. (2020). Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Dosen. Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan, 18(1), 118–135.

Suyitno, S. (2017). Effect Of Competence, Satisfaction And Discipline On Performance Of Employees In The Office Of Women Empowerment And Family Planning Of West Papua. Asian Social Science, 13(5), 144. Https://Doi.Org/10.5539/Ass.V13n5p144

Syarkani, S. (2017). Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Panca Konstruksi Di Kabupaten Banjar. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 3(3), 365–374. Https://Doi.Org/10.35972/Jieb.V3i3.136

Yasir, S. N. H. (2018). Manajemen Peningkatan Kualitas Dosen (Studi Kasus Pada Fakultas Tarbiyah Uin Malang). Jrtie: Journal Of Research And Thought Of Islamic Education, 1(1), 1–21.

(12)

Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Solidaritas Mekanik

Umat Beragama (Studi Kasus Di Desa Karangsari, Kec. Cluwak,

Kab. Pati, Jawa Tengah)

Sutrisno, Jeny Harianto, Jo Priastana,

Pendidikan Keagamaan Buddha Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda

ABSTRACT

Research on the relationship between spiritual intelligence and the mechanical solidarity of religious people (Case Study in Ngawen Village, Cluwak District, Pati Regency, Central Java) is important research for the development of religious life in Indonesia. That is because, the appreciation of religion is something that accompanies religious life, but at the same time religion also requires a strong bond of brotherhood. This study tries to look at the relationship between the individual and social dimensions of religious life. This study discusses the discussion of spiritual intelligence with the mechanical solidarity of Buddhists in Karangsari Village, Kec. Cluwak, Kab. Starch. Obtained from ex-post facto research because the facts or symptoms that were collected already existed before the respondent or symptoms appeared without the presence of consultation. The data in this study were obtained based on respondents' answers in the questionnaire research. Data collected includes ordinal data. This data refers to the resolution or classification of responses to instrument approval. This research proves that there is no difference between Spiritual Intelligence and Mechanical Solidarity. Based on data processing, the results of the relationship between the two variables are positive, but in the low category. The low relationship between Spiritual Intelligence and Mechanical Solidarity can be interpreted as Buddhist social piety, not fully relying on the internal values of Buddhism. However, awareness can be determined by values and norms that are given together. The facts that occur in the field can show a phenomenon that is getting stronger and closer, the social ties of society, the deeper the religious feelings and the feelings about the sacred things that accompany each manifestation are gathered.

Key words : spiritual intelligence, mechanical solidarity, religion ABSTRAK

Penelitian tentang hubungan antara kecerdasan spiritual dengan solidaritas mekanik umat beragama (Studi Kasus di Desa Ngawen, Kec. Cluwak, Kab. Pati, Jawa Tengah) merupakan penelitian yang penting bagi integrasi kehidupan beragama di Indonesia. Hal itu dikarenakan, penghayatan beragama merupakan suatu hal yang menyertai kehidupan beragama, tetapi pada saat yang bersamaan beragama juga membutuhkan ikatan persaudaraan yang kokoh. Penelitian ini mencoba melihat hubungan antara dimensi individual dan sosial kehidupan beragama. Penelitian ini bertujuan menyelidiki hubungan kecerdasan spiritual dengan solidaritas mekanik umat Buddha di Desa Karangsari, Kec. Cluwak, Kab. Pati. Disebut penelitian ex-post facto karena fakta atau gejala yang dikumpulkan sudah ada sebelumnya pada diri responden atau gejala muncul tanpa adanya perlakuan. Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan jawaban responden dalam angket penelitian. Data yang terkumpul termasuk data ordinal. Data ini menunjuk pada tingkatan atau penjenjangan respon terhadap pernyataan instrumen. Penelitian ini berupaya membuktikan ada tidaknya korelasi antara Kecerdasan Spiritual dan Solidaritas Mekanis. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa hubungan di antara kedua variabel tersebut bersifat positif, tetapi berada dalam kategori rendah. Hubungan yang rendah antara Kecerdasan Spiritual dan Solidaritas Mekanis dapat dimaknai bahwa kesalehan sosial umat Buddha, tidak semata-mata secara ekslusif bersandar pada nilai-nilai intern Agama Buddha. Namun, kesadaran terikat secara sosial tersebut dapat ditentukan oleh nilai dan norma lain secara bersama-sama. Gejala yang terjadi dilapangan bisa menunjukkan fenomena bahwa semakin kuat dan erat, ikatan sosial suatu masyarakat, semakin dalamlah perasaan religius dan perasaan mengenai hal yang kudus yang menyertai setiap manifestasi kolektif.

Kata kunci : kecerdasan spiritual, solidaritas mekanik, agama

Riwayat Artikel : Diterima : Juli 2020 Disetujui : September 2020

Alamat Korespondensi:

Sutrisno, Jeny Harianto, Jo Priastana, Pendidikan Keagamaan Buddha

Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda

Jln. Pulo Gebang Permai No.107 Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur 13950 E-mail: redaksidhammavicaya@gmail.com

(13)

Sutrisno, Jeny Harianto, Jo Priastana, Hubungan Antara Kecerdasan 11

Bagi manusia, kehidupan beragama mengandung dimensi vertikal dan horizontal, juga personal dan sosial. Secara ideal, agama merupakan rahmat bagi seluruh alam sebagai bentuk cinta kasih Tuhan kepada makhluknya. Cinta kasih itulah yang semestinya direfleksikan dalam kehidupan melalui hubungan sosial, agar bisa saling mengenal (Ismail, 2010: 175). Tidak hanya saling mengenal, tetapi demi kehidupan yang lebih maju dan sejahtera, manusia harus saling menyokong satu dengan yang lain. Namun, dalam sejarah umat manusia, agama tidak selalu mampu menghadirkan suasana bersatu padu dalam kedamaian dan kerukunan. Perbedaan sikap, pandangan dan kepentingan pemeluk agama kadangkala menciptakan polarisasi hubungan, baik secara intern maupun ekstern beragama.

Terlepas adanya potensi friksi di dalamnya, agama adalah pengikat dan modal sosial yang sangat penting. Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan manusia, yaitu agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter pribadi dan membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai, mendidik agar memiliki jiwa yang tenang, membebaskan dari belenggu perbudakan, berani menegakkan kebenaran, memiliki moral yang terpuji dan agama dapat mengangkat derajat manusia lebih tinggi dari makhluk Tuhan yang lain (Muhammaddin, 2013: 113).

Adanya inspirasi keagamaan yang menjadikan manusia bertindak positif dan efektif menunjukkan bahwa agama berkontribusi bagi terbentuknya kecerdasan spiritual pemeluk agama. Pembelajaran dan penghayatan terhadap agama yang benar dapat menumbuhkan aspek-aspek kecerdasan spiritual, yaitu: kemampuan bersikap fleksibel, tingkat kesadaran yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, berpikir secara holistik, kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar (Zohar & Marshall dalam Sabiq dan M. As’ad Djalali, 2012: 58). Dengan kata lain, penghayatan agama yang baik dapat menghadirkan keseimbangan antara religiusitas pribadi (kesalehan individual) dengan religiusitas sosial (kesalehan sosial).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pemahaman yang baik dan mendalam tentang agama akan membantu manusia berhubungan secara mendalam dan harmonis dengan kekuatan adikodrati yang trasendental, sesama manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, tepat bila sosiolog Durkheim mengidentifkasikan agama dengan masyarakat, semakin kuat dan erat ikatan sosial suatu masyarakat, semakin dalamlah perasan religius dan perasan mengenai hal yang kudus yang menyertai setiap menifestasi kolektif (Kamirudin, 2006: 75).

Secara faktual, kehidupan sosial yang dihadapi umat beragama dapat berupa dan tatanan masyarakat yang homogen dan heterogen.Terdapat asumsi umum berkenaan dengan interaksi sosial dalam sebuah komunitas bahwa semakin homogen elemen-elemen yang membangun komunitas tersebut, maka akan semakin mudah (Sujarwanto, 2012: 61). Kenyataannya tidak selalu demikian. Teks-teks suci keagamaan oleh penganut agama yang sama dapat menghasilkan tafsir yang berbeda. Oleh karena itu selalu hadir kebutuhan untuk mendamaikan yang tekstual dengan yang kontekstual. Persoalannya, mungkinkah mensinergiskan antara orang-orang yang berlainan pendirian itu dalam ikatan yang solid. Kalangan sosiolog meyakini bahwa hal itu dapat diwujudkan sepanjang di antara orang-orang yang berbeda pandangan itu terdapat modal sosial (social capital) yang intinya adalah kepercayaan (trust). Adanya kepercayaan inilah yang akan mewujudkan kelekatan sosial (social embededness) di antara orang-orang yang berbeda dari segi agama dan lain-lainnya (Surachman, 2010: 25).

Aktivitas-aktivitas keagamaan tampaknya merupakan wahana efektif untuk memupuk solidaritas umat beragama. Salah satu aktivitas itu adalah upacara keagamaan. Ritual religius diyakini sebagai saluran interaksi sosial yang efektif untuk menciptakan integritas, kohesi dan solidaritas sosial suatu masyarakat. Bahkan, melalui upacara keagamaan, suatu kelompok keagamaan dapat menjalin interaksi dengan kelompok keagamaan lain (Sujarwanto, 2012: 62). Dalam studinya terhadap masyarakat tradisional, Emile Durkheim, menyimpulkan bahwa tujuan utama agama dalam masyarakat adalah membantu orang berhubungan bukan dengan tuhannya, melainkan dengan sesamanya. Ritual-ritual religius membantu orang untuk mengembangkan rasa solidaritas, rasa sepaguyuban (sense of community), rasa berkelompok (group feling). Misalnya mereka bersama-sama ambil bagian dalam pesta perkawinan, mengantarkan sesajian, pesta kelahiran dan kematian, dan bersama-sama merayakan musim tanam dan panen. Hal itu dapat mempersatukan kelompok dengan cara kontraksi religius (Kamirudin, 2006: 77).

Pernyataan bahwa kehidupan beragama membantu orang untuk mengembangkan rasa solidaritas, rasa sepaguyuban (sense of community), rasa berkelompok (group feling) tersebut perlu dibuktikan secara empiris. Cara

(14)

terbaik untuk melihat solidaritas umat seagama adalah dengan mengaitkannya dengan solidaritas mekanik. Sebab, secara konseptual solidaritas mekanik dimaknai sebagai solidaritas dalam masyarakat yang masih sangat sederhana, bersahaja, anggota masyarakat saling terikat secara utuh. Setiap angota masyarakat merasa memiliki, merasa terikat antara satu dengan yang lainnya, kepercayan dan perasan yang sama (kesadaran kolektif). Masyarakat seperti ini, oleh sosiolog Ferdinand Tonnies disebut paguyuban (gemeinschaft) lawan dari patembayan (gesellschaft) (Soekanto, 2010: 116). Corak dari solidaritas mekanik adalah persaman dari individu-individu. Dengan kata lain, solidaritas mekanis terjadi karena diferensiasi atau perbedan antara individu-individu masih sangat terbatas (Kamirudin, 2006: 73).

Gambaran tentang masyarakat yang sangat sederhana (gemeinschaft) dengan persamaan yang kuat lebih tepat digambarkan sebagai masyarakat pedesaaan. Bila dikaitkan dengan agama, maka lebih tepat umat beragama di pedesaan. Berdasarkan pertimbangan ini, maka menarik untuk melihat korelasi kecerdasan spiritual dengan solidaritas sosial umat Buddha di pedesaan. Berdasarkan informasi awal, kehidupan umat Buddha di Desa Karangsari, Cluwak Pati, Jawa Tengah menggambarkan keadaan tersebut.

Desa Karangsari letaknya memang jauh dari ibukota Kabupaten Pati, tetapi cukup populer dengan sebutannya sebagai Desa Pancasila. Penamaan itu bukan tanpa alasan. Pemerintah menetapkan Desa Karangsari sebagai Desa Pancasila kerena masyarakat di desa itu mampu hidup rukun walaupun dalam keberagaman agama. Masyarakat bisa hidup berdampingan, rukun dan gotong royong selama puluhan tahun tanpa melihat perbedaan keyakinan. Hal ini bisa dilihat dengan adanya bangunan masjid, gereja, dan vihara yang berdiri di satu lingkungan atau boleh dikatakan berdiri berdampingan. Selain itu, ada beberapa keluarga dalam satu rumah menganut keyakinan yang berbeda (Humas, 2017).

Keadaan itu tentu menarik, sebab bisa dijadikan inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Pengakuan seperti ini pernah diberikan oleh Ketua Tim Kajian Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Julie Trisnadewani saat berkunjung langsung di desa tersebut. Menurut Julie, Desa Karangsari Kecamatan Cluwak bak miniatur Indonesia (Humas, 2017). Informasi awal ini perlu digali, sehingga diperoleh informasi tentang bagaimana desa ini mengelola tertib sosialnya secara berkesinambungan, terkhusus relevansinya dengan nilai-nilai spritualitas. Dalam penelitian ini, secara lebih khusus akan dilihat dari sudut umat Buddha.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis ex-post facto, tepatnya jenis causal research (penelitian korelasi), yaitu suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih (Widarto, 2013: 3). Penelitian ini bertujuan menyelidiki hubungan kecerdasan spiritual (SQ) dengan solidaritas mekanik umat Buddha di Desa Karangsari, Kec. Cluwak, Kab. Pati. Disebut penelitian ex-post facto karena fakta atau gejala yang dikumpulkan sudah ada sebelumnya pada diri responden atau gejala muncul tanpa adanya perlakuan. Fakta atau gejala yang dimaksud adalah variabel-variabel penelitian. Variabel dalam penelitian terdiri dari dua, yakni: Kecerdasan Spiritual dan Solidaritas Mekanik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan jawaban responden dalam angket penelitian. Data yang terkumpul termasuk data ordinal. Data ini menunjuk pada tingkatan atau penjenjangan respon terhadap pernyataan instrumen. Penjejangan tersebut diberikan nilai, yaitu Sangat Setuju (5), Setuju (4), Ragu-Ragu (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Data tersebut diperoleh dari jawaban responden yang telah dipilih berdasarkan kriteria. Dalam memilih kriteria tersebut peneliti dibantu oleh informan (Bapak Drs. Yudi). Berdasarkan kriteria yang ditentukan, dari sebanyak 400 umat di Desa Karangsari diperoleh responden sebanyak 24 orang. Selain data ordinal tersebut, guna mendalami dan melengkapi jawaban yang diberikan oleh responden, peneliti juga melakukan FGD (Focus Group Discusion). Kegiatan ini dilakukan di Vihara Dhammasanti yang diikuti sekitar 20 orang, dengan 10 orang sebagai peserta aktif, sisanya lebih banyak sebagai pendengar. Melalui FGD ini diperoleh sejumlah informasi penting yang bersifat deskriptik.

Berdasarkan pengolahan data menggunakan alat bantu SPSS 23.0 for Windows diperoleh data mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dengan solidaritas mekanik umat Buddha di desa Karangsari, Kec. Cluwak, Kab. Pati, Jawa Tengah, sebagai berikut:

(15)

Sutrisno, Jeny Harianto, Jo Priastana, Hubungan Antara Kecerdasan 13 Mean Std. Deviation N V2 63.169868496996770 14.151345222899002 25 V3 58.00 5.890 24 Tabel 4.2. Correlations V2 V3 V 2 Pearson Correlation 1 .247 Sig. (2-tailed) .245 N 25 24 V 3 Pearson Correlation .247 1 Sig. (2-tailed) .245 N 24 24

Berdasarkan perhitungan data statistik tersebut, terlihat bahwa Kecerdasan Spiritual (X) dan Solidaritas Mekanis (Y) memiliki korelasi rxy= 0,247. Artinya, terdapat hubungan positif di antara kedua variabel tersebut, tetapi hubungan tersebut dalam kategori rendah. Kategori itu dapat dilihat dalam tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.3. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0.599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199 Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat Rendah Sangat Rendah Sumber: Sianembela (2014: 208).

Berdasarkan perhitungan statistik di atas, terlihat bahwa hubungan antara Kecerdasan Spiritual (X) dan Solidaritas Mekanis (Y) berada dalam kategori rendah. Hal ini bisa terjadi karena bangunan solidaritas mekanis terjadi karena berbagai faktor. Berdasarkan hasil FGD diperoleh informasi bahwa kearifan lokal berupa gotong royong yang terus dijaga dan dikreasikan lebih terasa di ruang-ruang publik. Interaksi yang harmonis dalam pergaulan lintas iman, tidak semata-mata dipengaruhi faktor keimanan, tetapi juga ditentukan kultur yang menaunginya, terutama nilai-nilai Kejawen. Berbagai aktivitas menunjukkan hal tersebut, misalnya dalam hal bersih desa atau sedekah bumi.

Umat Buddha di Desa Karangsari diperkirakan sekitar 400 orang, terbesar kedua setelah Islam, sekitar 5000an, sisanya sekitar 200 orang adalah pemeluk Nasrani. Umat Buddha di Desa Karangsari hanya 0,03% dari jumlah penduduk Kabupaten Pati yang mencapai 1.239.989 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.305 penduduk beragama Buddha (0,58%). Umat Buddha tidak tersebar merata di setiap di Kabupaten Pati. Di antara 21 kecamatan di Kabupaten Pati, umat Buddha berada di Kecamatan Juwana (1.116 orang), Pati (1.006 orang), Gunung Wangkal (2.018 orang), Cluwak (3.121 orang, Tayu (33 orang), dan Dukuhseti (11 orang).

Ditinjau dari jumlah vihara, di Kabupaten Pati terdapat 37 vihara, yaitu 8 vihara berada di Kecamatan Juwana, 2 vihara di Kecamatan Pati, 8 vihara di Kecamatan Gunung Wungkal, 18 vihara di Kecamatan Cluwak, dan 1 vihara di Kecamatan Dukuhseti. Sebagian vihara dibina oleh majelis Buddhayana.

Vihara yang dibina oleh majelis Buddhayana yaitu Vihara Metta Manggala di Desa Payak, Vihara Dwi Dharmaloka di Desa Karangsari, Vihara Bodhi Kusala di Desa Medani, Vihara Catur Dharmadatu di Desa Bleber. Keenam vihara tersebut berada di Desa Cluwak. Selain itu, di Kecamatan Gunung Wungkal juga terdapat vihara Buddhayana, yaitu: Vihara Glagah Wangi di Desa Giling (BPS, 2017, Kabupaten Pati dalam Angka 2017).

Dialog dengan umat Vihara Dhamma Santi. Desa Karang Sari, Kec. Cluwak Kab, Pati yang memiliki 75 kk Buddhis, dan 50 kk diantaranya yang aktif-produktif. Dialog berlangsung dengan dinamis dalam menggali informasi mengenai kerukunan hidup beragama baik intra-Buddhis maupun umat Buddha dengan umat beragamanya lainnya yang menunjukkan adanya solidaritas diantara mereka

Tidak jauh dari vihara Dhammasanti terdapat juga Vihara Dwi Dhamma Loka dan Vihara Buddhi Kaloka. Meski kedua Vihara ini dibawah naungan majelis agama Buddha yang berbeda, namun umat Vihara yang masih

(16)

satu desa ini juga terikat erat dalam kerukunan dan solidaritas. Beberapa tokoh terkemuka dari komunitas Buddhis di Desa Karang Sari menuturkan tentang solidaritas dan kerukunan dari umat Buddha Karang Sari.

Bapak Drs. Wahyudi (Yudi), sekretaris Vihara Dhammasanti, yang merupakan seorang guru dan kepala sekolah. Beliau banyak menceritakan tentang kerukunan dan solidaritas yang berkembang diantara umat Buddha di Desa Karang Sari, seperti pemberdayaan ekonomi umat dalam sistem arisan, tabungan dan model keiamham lainnya yang sewaktu-waktu dapat digunakan.

Selain itu, Bapak Wahyudi juga menyebutkan beberapa keaktifan umat Buddha Karang Sari dalam beribadah, seperti melakukan ritual puja bakti agama Buddha dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Hubungan antara kegiatan beribadah secara bersama sebagai cernin dan saling tolong menolong seperti cermin solidaritas mekanis tampak menggejala dalam kehidupan umat di Karang Sari.

Bapak Sunoko,S.Pd, yang merupakan bendahara dan juga dikenal sebagai ketua Lembaga pemberdayaan masyarakat Desa, dan Ibu Jumiatun, Ketua Vihara Dhammasanti, turut memberikan informasi ketika diadakan dialog di Vihara Dhammasanti pada hari Jumat 23 Nopember 2018. Dalam acara dialog tersebut juga berlangsung pengisian angket/kuesioner yang dibantu oleh para mahasiswa Nalanda sebagai bagian dari Tim Peneliti. Bapak Wahyudi juga turut memberikan arahan tentang pengfisian angket sekiranya responden, umat ingin lebih jelas apa yang dimaksud dalam pernyataan dalam angket.

Diinformasikan mengenai beberapa kegiatan yang dilakukan umat Buddha Vihara Dhammasanti. Ada Kebaktian SMB (Sekolah Minggu Buddhis) pada Jam 08.00 -10.00, kemudian dilanjutkan dengan kebaktian Umum pada Jam 10.00-12.00. Selain itu, pada hari Kamis, jam 13.00 ada kebaktian ibu-ibu Desa Karang Sari dibawah koordinasi Wandani . Tiap hari selasa malam ada kegiatan anjangsana pembacaan paritta ke ruman umat bergiliran. Rabu Pon kegiatan Arisan dan ceramah, setiap bulan sekali. Ada kerja bakti luar vihara atau lingkungan, pada hari kamis oleh ibu/perempuan dan Jumat laki-laki.

Desa Karang Sari juga dikenal sebagai Desa Pancasila. Desa ini pernah mendapat kunjungan dari pejabat-pejabat pemerintahan pusat di Jakarta seperti Dewan Pertimbangan Presiden. Yang menjadi latar Belakang Desa Karang Sari ini mendapat sebutan Desa Pancasila, mengingat di Desa Karang Sari telah terjadi kerukunan antar umat Bergama sejak lama. Kerukunan itu tercermin dalam sikap hidup mereka sehari-hari yang rukun dan guyub, saling peduli dan penuh solidaritas.

Kehidupan beragama di desa Karang Sari penuh denga kerukunan dan saling tolong menolong. Disamping mereka beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing, perilaku keagamaan mereka itu tercermin dalam kehidupan sosila mereka yang rukun saling menghormati, tolong menolong dan gotong royong, Mereka saling mengunjungi dan membantu kegiatan keagamaan saudara-saudara yang lain agama. Sikap-sikap hidup yang rukun tersebut merupakan kristalisai nilai-nilai Pancasila. Meski mereka hidup dalam masyarakat yang berbagai agama, namun kehidupan sosial budaya mereka dilakukan secara bersama, berdampingan. Solidaritas diantara umat di Desa Karang sari ini sangat terasakan, sehingga perilaki sosial-budaya mereka yang serasi dan rukun tidak lain dari cerminan kecerdasan mereka dalam beragama. Mereka hidup rukun saling membantu dan saling membutuhkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan. Mereka secara bersama-sama menyelenggarakan kegiatan Slametan, serta saling membantu kegiatan keagamaan yang sedang dilakukan saudaranya yang lain agama misalnya sebagai pengaman dari kegiatan agama umat lain. Makam mereka berada di satu lokasi untuk semua umat beragama.

Di desa Karang Sari terdapat kultur budaya yang tetap dipertahankan Petilasan Punden Mobor acara tradisi bersih desa setahun sekali Cikal bakalnya di desa Karangsari tokoh yang dihormati. Petolasan ini diduga tempat pertapaan Sukowijoyo, pendiri kerajaan Mataram Islam dan diterima oleh semua umat beragama. Di Tempat ini puila diadakan sedekat bumi dan doa bersama yang diikuti oleh segenap penduduk desa Karang Sari. Petilasan punden Mobar tidak dipungkiri menjadi symbol identitas bersama yang dianggap sebagai leluhur desa mereka. Wandani (Wanita Theravada Indonesia) dengan Ketuanya Ibu Kadarwati melaporkan beberapa kegiatan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara bersama. Ada Kegiatan berupa arisan, jimpitan adalah tiap warga Desa bawa beras dikopyok dan bawa uang seribu rupiah masuk kas, dan uang seribu rupiah dibawa untuk arisan.Tabungan tiap hari kamis. Dana yang terkumpul digunakan untuk simpan pinjam bila ada warga desa yang ingin menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Juga dapat dibeli seragam yang semuanya bertujuan untuk kemajuan anggota Wandani, melatih mereka bersosialisasi dengan lingkungan. Ada pula kegiatan sosial-kemanusiaan berupa kunjunagan/menjenguk pasien di rumah sakit

(17)

Sutrisno, Jeny Harianto, Jo Priastana, Hubungan Antara Kecerdasan 15

Kesimpulannya Arisan Jimpitan merupakan tabungan beras segelas dan uang seribu. Tujuannya adalah sebagai tabungan yang sewaktu-waktu bisa digunakan. Ada Tabungan tiap kamis, ada juga simpan pinjam untuk menyambut perayaan Waisak, dan tabungan persiapan lebaran. Ada pula tabungan Dana Paramita yang sifatnya rutin, dan pengumpulan dana ke KBTI (Keluarga Besar Theravada Indonesia) yang disetor ke cabang, Dhammasanti mendapat 1/3 dari dana yang ada untuk Vihara, dan dilakukan tiga bulan sekali. Ada pula Samma-Jivita, yakni pengumoulan dana sebelum Waisak yang disetor ke pengurus Pusat melalui kepengurusan daerah/ .Arisan setiap Kamis dan Minggu, dimana setiap peserta membayar a. Rp. 5000,- dengan jumlah 170 peserta, sehingga dana yang diperoleh setiap umat sebesar Ro. 875.000,- Pengumpulan pertama kalinya diberikan untuk Vihara.

Ada Kegiatan gotong royong dengan umat Bergama lain, bersih-bersih lingkungan. Dengan slogan: Salam Berlian: Sapu Halaman Bersihkan Lingkungan. Seminggu sekali tiap jum’at atau ketika ada perayaan 17 Agustus dan kunjungan tamu. Ada Kegiatan Bersih Desa yang dilakukan setahun sekali, serta kegiatan sosial, donor darah rutin. Setiap umat juga diwajibkan menamam satu batang pisang untuk kemandiran vihara. Kegiatan antar umat beragama antara lain: (1) saling bantu membangun bangunan yang rusak; (2) di hari Waisak mengundang umat lain untuk berkunjung; dan (3) saling membantu jaga keamanan parkir saat ada perayaan masing-masing agama. Kegiatan pemuda Buddhis melalui kegiatan Patria mengundang umat beragama lain untuk ikut kegiatan kemah bersama, dan Volley bersama. Toleransi umat beragama juga ditandai dengan memiliki tempat makam bersama antar umat beragama, dan kegiatan sosial mrngumpulkan uang untuk membeli peti bersama bila ada warga yang meninggal.

Dari hasil wawancara dengan para tokoh dan observasi langsung terhadap kehidupan umat Buddha di desa Karang Sari itu tergambar bahwa kehidupan Bergama mereka tidak lepas dari kehidupan bersama mereka. Ibadah merupakan peristiwa personal name, kiha bosa dam kerap dilakukan secara bersama-sama dan komunal. Dalam kebersamaan itulah terjalin kecerdasan beragama atau kecerdasasan spiritual dengan solidaritas mekanis. Dimensi sraddha atau keyakinan yang bersifat personal-vertikal tidak lepas dari penghayatan akan kehidupan bersama, solidaritas yang merupakan cermin ibadah sosial. Sejumlah kegiatan keagamaan dari uamt Buddha Desa Karang Sari telah memperlohatkan hal itu, termasuk kerjasama dan solidaritas serta hidup rukun yang dilakukannya bersama dengan umat Beragama lain. Hasil observasi dan wawancara dengan tokoh kalangan terbatas ini memperlihatkan adanya hubungan antara kegiatan keagamaan dan solidaritas dan kerukunan di antara umat Desa Karang Sari.

SIMPULANDANSARAN Simpulan

Penelitian ini berupaya membuktikan ada tidaknya korelasi antara Kecerdasan Spiritual (X) dan Solidaritas Mekanis (Y). Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa hubungan di antara kedua variabel tersebut bersifat positif, tetapi berada dalam kategori rendah (0,247). Hubungan positif itu menunjukkan bahwa apabila Kecerdasan Spiritual (X) mengalami kenaikan, maka Solidaritas Mekanis (Y) juga akan mengalami kenaikan. Hal yang sama berlaku bila Kecerdasan Spiritual (X) mengalami penurunan, maka Solidaritas Mekanis (Y) juga menurun. Bila dihitung kontribusi variabel X terhadap Y, maka diperoleh angka 6,25%. Artinya eksistensi solidaris mekanis ini sekitar 93,75% ditentukan oleh faktor lain.

Hubungan yang rendah antara Kecerdasan Spiritual (X) dan Solidaritas Mekanis (Y) dapat dimaknai bahwa kesalehan sosial umat Buddha, tidak semata-mata secara ekslusif bersandar pada nilai-nilai intern Agama Buddha. Namun, kesadaran terikat secara sosial tersebut dapat ditentukan oleh nilai dan norma lain secara bersama-sama. Berdasarkan hasil FGD terlihat bahwa keharmonisan hidup umat beragama di Pati bersandar pada akar kultural dan sejarah yang panjang. Bahkan adanya penamaan Desa Pancasila menjadikan mereka merasa perlu menjaga dan berinovasi agar suasana rukun itu terus dapat dipertahankan.

Gejala yang terjadi dilapangan bisa menunjukkan fenomena bahwa semakin kuat dan erat, ikatan sosial suatu masyarakat, semakin dalamlah perasaan religius dan perasaan mengenai hal yang kudus yang menyertai setiap manifestasi kolektif. Rendahnya hubungan antara Kecerdasan Spiritual (X) dan Solidaritas Mekanis (Y) bisa bermakna bahwa keduanya sebenarnya sudah berjalan beriringan sebagai fakta sosial di Masyarakat Desa Karangsari, Kec. Cluwak, Kab. Pati.

(18)

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang bisa diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Umat Buddha Desa Karangsari, lebih meningkatkan peran sosialnya berdasarkan nilai-nilai dasar Agama Buddha.

2. Bagi dunia akademis, perlu digali lebih lanjut melalui penelitian tentang faktor-faktor yang menentukan solidaritas mekanis pada masyarakat Desa Karangsari, Kec. Cluwak, Kab. Pati.

3. Bagi pemerintah, perlu diberikan pembinaan, apresiasi dan insentif secara berkala bagi Desa Karangsari, Kec. Cluwak, Kab. Pati yang mampu menjaga predikatnya sebagai Desa Pancasila.

DAFTAR RUJUKAN

Humas Setda Kabupaten Pati. 2017. “Dewan Pertimbangan Presiden Sebut Desa Di Pelosok Pati Ini Sebagai Miniatur Indonesia”, diakses dari https://humas.patikab.go.id/article/195/Dewan-Pertimbangan-Presiden-Sebut-Desa-diPelosok-Pati-Ini-Sebagai-Miniatur-Indonesia. Diakses pada 27 Juli 2018.

Ismail, Arifuddin, “Refleksi Pola Kerukunan Umat Beragama (Fenomena Keagamaan di Jawa Tengah, Bali dan Kalimantan Barat)”, dalam Jurnal Analisa, Volume XVII, No. 02, Juli – Desember 2010, hal. 175-186.

Janoko, “Solidaritas dan Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Membuat Kebijakan Sosial Serta Fungsi Peraturan Perundang-Undangan (Theori Emile Durkheim)”, dalam Discovery, Vol.1 No. 1, 2017: 6-14.

Janti, Suhar, “Analisis Validitas dan Reliabilitas Dengan Skala Likert Terhadap Pengembangan Si/Ti Dalam Penentuan Pengambilan Keputusan Penerapan Strategic Planning Pada Industri Garmen”, dalam Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 15 November 2014, hal. 156.

Kamirudin, “Agama dan Solidaritas Sosial: Pandangan Islam Terhadap Pemikiran Sosiologi Emile Durkheim”, dalam Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2006, hal. 70-83.

Liling, Ekawaty Rante, dkk., “Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Prokrastinasi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir”, dalam Humanitas, Vol. X No.2 Agustus 2013, hal. 59-72.

Muhammaddin, “Kebutuhan Manusia Terhadap Agama” dalam JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114.

Nuryanto, M. Rahmat Budi, “Studi Tentang Solidaritas Sosial Di Desa Modang Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser (Kasus Kelompok Buruh Bongkar Muatan)”, dalam eJournal Ilmu Sosiatri, Volume 2, Nomor 3, 2014: 53-63.

Rahmawati, Ulfah, “Pengembangan Kecerdasan SpiritualSsantri: Studi Terhadap Kegiatan Keagamaan di Rumah TahfizQu Deresan Putri Yogyakarta”, dalam Jurnal Penelitian, Vol. 10, No. 1, Februari 2016, hal. 97-124.

Sabiq, Zamzami dan M. As’ad Djalali, “Kecerderdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Prososial Santri Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Pamekasan”, dalam Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, September 2012, Vol. 1, No. 2, hal 53-65.

Sinambela, Lijan Poltak. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sujarwanto, Imam, “Interaksi Sosial Antar Umat Beragama (Studi Kasus Pada Masyarakat Karangmalang Kedungbanteng Kabupaten Tegal)”, dalam Journal of Educational Social Studies (JESS) 1 (2) (2012), hal. 60-65.

Surachman, Eman “Dimensi Teologis dan Sosiologis Dalam Relasi Antar Umat Beragama”, dalam Jurnal Studi Al-Qur`an, Vol. VI No. 1 Januari 2010, hal. 21-26.

Widarto. 2013. Penelitian Ex Post Facto. Makalah. Disampaikan Pada Kegiatan Pelatihan Metodologi Penelitian Pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Tanggal 27 s.d. 28 Juni 2013.

Yuliyatun, “Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Pendidikan Agama”, dalam jurnal Thufula, Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2013, hal. 153-172.

(19)

17

Jurnal Dhammavicaya :

Volume : IV Nomor: 2-2020 Halaman : 17-28 Tersedia secara online

https://e-journal.nalanda.ac.id/index.php/dv/ ISSN: 2580-8028

Korupsi Menurut Ariyo Aṭṭhaṅgiko Maggo di dalam Ajaran Buddha

Gotama

Linawati, Alexander Candra

Program Studi Pendidikan Keagamaan Buddha Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda

ABSTRACT

Purpose - This study examines the problems of corruption in Buddhism to get a solution in an effort to prevent the increase of corruption in the community according to the view of Buddhism based on the Tripitaka scriptures so that Indonesian people can live safely, peacefully and prosperously.

Design/methodology/approach This research is a descriptive-qualitative method of normative approach using secondary data sourced from interviews with Buddhist leaders, print media, electronic media, the internet and literature books such as the Buddhist scriptures namely the Tripitaka (Sutta, Vinaya and Abhidhamma Pitaka) and the Eradication Law Corruption then analyzes and draws conclusions

Research Limitation/Implication - Based on the study of theories from the literature book and the opinions of resource persons related to corruption in the view of Buddhism.

Key words : Corruption, Buddhism, Law, and Tri Pitaka ABSTRAK

Tujuan - Penelitian ini mengkaji masalah korupsi dalam agama Buddha untuk mendapatkan solusi dalam upaya mencegah peningkatan korupsi di masyarakat sesuai dengan pandangan agama Buddha berdasarkan kitab suci Tripitaka sehingga masyarakat Indonesia dapat hidup dengan aman, damai dan sejahtera.

Desain / metodologi / pendekatan Penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan normatif menggunakan data sekunder yang bersumber dari wawancara dengan para pemimpin Buddha, media cetak, media elektronik, internet dan buku-buku sastra seperti kitab suci Buddha yaitu Tripitaka (Sutta, Vinaya dan Abhidhamma Pitaka) dan UU Pemberantasan Korupsi kemudian mengambil kesimpulan dan menarik kesimpulan

Batasan / Implikasi Penelitian - Berdasarkan studi teori dari buku literatur dan pendapat nara sumber yang terkait dengan korupsi dalam pandangan agama Buddha

Kata kunci : Korupsi, Budhisme, Hukum, dan Tri Pitaka

Riwayat Artikel : Diterima: Juni 2020 Disetujui: Oktober 2020

Alamat Korespondensi:

Linawati, Alexander Candra

Program Studi Pendidikan Keagamaan Buddha Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda

Jln. Pulo Gebang Permai No.107 Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur 13950 E-mail: penulis

Dalam kehidupan, setiap manusia selalu menginginkan hidup penuh kebahagiaan (sukha kāme) dan kepuasan dalam kebutuhan, maka mulailah mencari segala cara apapun dengan menghalalkan agar dapat tercapai. Perbuatan menghalalkan segala cara inilah sering menimbulkan masalah bahkan tanpa sadari telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan kerugian dan penderitaan terhadap diri maupun orang lain.

Keberadaan kejahatan sangat meresahkan dan merupakan gejala perilaku sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap masyarakat di dunia ini karena mengganggu ketertiban dan ketenteraman masyarakat luas dalam menjalani aktivitas kehidupannya Seperti yang terjadi saat ini, korupsi telah tidak asing terdengar yang terjadi hampir di seluruh dunia karena merupakan salah satu perbuatan kejahatan pelanggaran hukum.

Hal tersebut yang membuat negara Indonesia menjadi salah satu terkorup diantara negara dunia yang tengah hangat dibicarakan dalam lingkungan masyarakat seperti makanan sehari-hari dan hampir setiap hari ada saja berita tentang korupsi pada surat kabar, TV maupun media sosial. Pelakunya bukan hanya dari kalangan elite tetapi telah berkembang di semua elemen masyarakat tanpa memandang golongan, suku, agama dan ras terlibat ikut melakukannya termasuk pejabat publik di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif sehingga sulit untuk diberantas maka tindak pidana korupsi ini telah dianggap sebagai “extraordinary crime” atau kejahatan luar biasa

Gambar

Tabel 1 Hasil Uji ReliabiIitas
Tabel 3 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 6 Hasil Uji Simultan (F)
Tabel 4.1. Descriptive Statistics
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 76 Undang- undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran “setiap dokter atau dokter gigi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Lurah dan jajaran pemerintahan desa bahwa gadai yang terjadi di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

Hasil dari penelitian ini adalah dihasilkannya sebuah alat Sistem keamanan kendaraan bermotor menggunakan sms dengan metode gps tracking berbasis arduino mega 2560 sebagai

Layanan informasi bimbingan dan konseling karir melalui pemanfaatan

Pengungkapan tersebut terbukti bahwa perusahaan telah melaksanakan pelaporan keuangan yang memperhatikan aspek social, ethical, serta environmental dengan baik, sehingga

Penggunaan nilai transaksi sesuai dengan harga pasar cenderung jauh lebih tinggi dari Nilai Jual Obyek Pajak Bumi dan Bangungan (NJOP PBB), sehingga petugas

5.1C.3 Evaluasi Kinerja Tahun 2014 pada PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang 5.1C.4 Evaluasi Kinerja Tahun 2014 pada PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo 5.1C.5 Evaluasi

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh variabel lokasi kerja, jenis kelamin, lama kerja, jam kerja, modal, status pernikahan dan umur terhadap