• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Soekarnoto, Tengkoe Sarimudo RB (2014), dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan paket Evies 7. Sifat data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif. Dalam studi ini menunjukan bahwa PDRB, UMK, Inflasi, Investasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di kabupaten/kota provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011. Namun secara parsial PDRB dan UMK berdampak signifikan terhadap angka pengangguran terbuka di kabupaten.kota provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011. Sementara itu, Inflasi dan Investasi tidak berpengaruh terhadap angka pengangguran terbuka di kabupaten/kota provinsi Jawa Timur tahun 2007-2011.

Penelitian oleh Sudarsana, Ni Putu Sucitrawati (2013), penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Inflasi, Investasi dan Tingkat Upah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Pengangguran di Bali tahun 1998-2011. Pada waktu yang sama, Inflasi dan Investasi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Bali tahun 1998-2011. Sementara itu, besaran

(2)

11

upah berpengaruh penting terhadap tingkat pengangguran di Bali tahun 1998-2011.

Penelitian oleh Reni Helvira, Endah Putria Rizki (2020), dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif sedangkan untuk alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan menggunanakan erros section data. Hasil penelitin ini menunjukan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan indeks pembangunan manusia secara simultan artinya bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di Kalimantan Barat. Sedangkan beberapa variabel seperti investasi secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kalimantan Barat. Upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di Kalimantan Barat, sedangkan Indeks Pembangunan Manusia memilik efek negative dan tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran.

Penelitian dari David Albarqi (2016), menyatakan bahwa variabel yang diuji yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran terbuka. Sedangkan untuk variabel lain yaitu upah minimum dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif pada tingkat pengangguran terbuka. Yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan tingkat pengangguran terbuka adalah pertumbuhan penduduk. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan software Eview.

(3)

12

Penelitian oleh Indra Suhendra dan Bayu Hadi Wicaksono (2016), menyatakan bahwa antara tahun 2010 dan 2012, tingkat pendidikan sarjana (TPS1), upah, inflasi dan pertumbuhan ekonomi berdampak signifikan terhadap pengangguran, sedangkan tingkat pendidikan sekolah menengah atas (TPSMA) tidak. Sedangkan variabel independen memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi (R2) adalah 0,722353. Artinya variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen sebesar 72.2353%. alat analisis yang digunakan adalah regresi data panel.

Penelitian Syurifto Prawira (2018), menyatakan bahwa Variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum negara bagian dan tingkat pendidikan juga berdampak signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di Indonesia. Di sisi lain, beberapa variabel pertumbuhan ekonomi berdampak negatif terhadap tingkat pengangguran, namun tidak terlalu berpengaruh. Variabel upah minimum negara bagian sebagian positif dan penting untuk pengangguran. Variabel tingkat pendidikan juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran.

Penelitian oleh Mohammad Rifqi Muslim (2014), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel sedangkan untuk alat analisisnya yaitu analisis deskriptif dan analisis induktif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan variabel laju pertumbuhan penduduk, angkatan kerja, pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka. Sedangkan secara

(4)

13

parsial laju pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpegaruh negative signifikan sedangkan angkatan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Relevansi dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu kombinasi dan pengembangan. Kombinasi yang dimaksud adalah pada penggunaan variabel yaitu hanya menggunakan Tingkat Pendidikan dan PMDN. Sedangkan pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pada periode waktunya pada tahun 2015-2019.

B. Tinjauan Pustaka 1. Pengangguran

Istilah pengangguran selalu terkait dengan angkatan kerja. Tenaga kerjanya adalah orang-orang yang berusia antara 15 dan 65 tahun. Namun, hal tersebut tidak termasuk dalam angkatan kerja karena tidak semua orang yang berusia antara 15 dan 65 tahun ingin bekerja. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan tenaga kerja dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Semua orang yang di pekerjaan atau employed, memiliki pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan dan bekerja apa saja.

2. Tidak punya pekerjaan atau unemployed, seseorang yang tidak punya pekerjaan atau tidak punya penghasilan tapi berusaha mencari pekerjaan.

(5)

14

Singkatnya, pengangguran adalah orang-orang usia dalam angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan (Murni, 2006). Berdasarkan Bureu of Labor Statistics (BLS) 3 kategori orang dewasa:

a. Bekerja: Kategori ini mencakup mereka yang bekerja sebagai pekerja berbayar, mereka yang bekerja di bisnis mereka sendiri, atau mereka yang bekerja sebagai pekerja tidak dibayar dalam bisnis keluarga. Baik pekerja penuh waktu dan paruh waktu . Kategori ini juga mencakup orang-orang yang menganggur tetapi untuk sementara tidak hadir karena liburan, cuti sakit, cuaca buruk, dll. Sedangkan jam kerja yang dilakukan dapat mencapai 35 jam/minggunya.

b. Tidak Bekerja/Pengangguran/Unemployed: Kategori ini mencakup orang yang tidak bekerja, dapat bekerja, dan telah mencoba mencari pekerjaan dalam 4 minggu terakhir. Ini juga mencakup mereka yang menunggu untuk dipanggil kembali ke pekerjaan yang diberhentikan.

c. Tidak Dalam Angkatan Kerja: Kategori ini mencakup orang-orang yang tidak termasuk dalam salah satu dari dua kategori pertama, seperti pelajar penuh waktu, ibu rumah tangga, dan pensiunan (Mankiw, 2012:586).

Mankiw menyatakan bahwa, BLS mendefinisikan angkatan kerja sebagai penduduk yang bekerja dan jumlah pengangguran:

(6)

15

Angkatan Kerja = Jumlah yang bekerja + Jumlah Pengangguran

Sedangkan untuk tingkat pengangguran adalah persentase yang berasal dari angkatan kerja yang sedang tidak bekerja:

Tingkat Pengangguran =

Beberapa orang yang melaporkan pengangguran mungkin sebenarnya tidak bekerja sangat keras untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka menginginkan program pemerintah berkualitas yang memberikan bantuan keuangan kepada para penganggur, atau karena mereka bekerja tetapi dibayar "di bawah meja" untuk tidak mengenakan pajak atas penghasilan mereka. Bisa menyebutnya pengangguran. Mungkin lebih akurat untuk menganggap orang-orang ini sebagai pekerja di luar angkatan kerja, atau dalam beberapa kasus dipekerjakan. Di sisi lain, beberapa orang yang melaporkan pemecatan dari angkatan kerja mungkin ingin bekerja. Orang-orang ini mungkin telah mencoba apa yang disebut pekerja putus asa yang tidak muncul dalam statistik pengangguran, meskipun mereka mengira mereka benar-benar pekerja yang menganggur.

Terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang pesat secara keseluruhan, banyak orang terus-menerus mangkir dari pekerjaan. Dengan kata lain, tingkat pengangguran tidak pernah mencapai nol persen, tetapi berfluktuasi di sekitar tingkat pengangguran alamiah.

Berdasarkan jangka waktunya, pengangguran dibedakan sebagi berikut:

(7)

16

1. Pengangguran Friksional: dikatakan pengangguran friksional karena proses penyesuain pekerja dengan pekerjaannya, karena Pekerja membutuhkan waktu untuk mencari pekerjaan yang cocok untuk mereka.

2. Pengangguran Struktural: pengangguran ini terjadi karena jumlah pekerjaan yang tersedia di beberapa pasar tenaga kerja tidak cukup untuk menyediakan lapangan kerja bagi mereka yang ingin bekerja. Ini terjadi ketika jumlah tenaga kerja yang disediakan melebihi jumlah yang dibutuhkan (Mankiw, 2015:593).

Menurut faktor-faktor penyebab pengangguran, pengangguran dibedakan menjadi tiga jenis yaitu pengangguran konjungtur, pengangguran structural dan pengangguran normal atau pengangguran friksional. Ketiga jenis pengangguran ini dapat diklasifikasikan sebagai pengangguran terbuka, yaitu pekerja tidak melakukan apa-apa selama tidak bekerja. Selain itu, di Negara berkembang seperti Indonesia, terdapat beberapa bentuk pengangguran lainnya, yaitu: pengangguran tersembunyi, pengangguran musiman, dan pengangguran terselubung (Sukirno,1995).

Pengangguran telah menjadi pokok kebijakan di Negara berkembang dan maju. Masalah underemployment serta disquised unemployment telah berpindah ke kota-kota dalam bentuk pengangguran

(8)

17

terbuka. Faktor faktor yang menyebabkan pengangguran terbuka di kota-kota adalah:

1. Jumlah pekerja yang pindah dari desa ke kota.

2. Kota tidak dapat menampung tenaga karena kurangnya faktor produksi lain untuk mengimbangi meningkatnya jumlah pekerja.

Terdapat faktor lain yaitu full factors yaitu dengan adanya perkembangan industry di kota serta menyediakan upah yang tiggi dari pada desa (Suparmoko, 1992).

Tingginya rendahnya angka pengangguran disebabkan oleh tinggi rendahnya tingkat perubahan angkatan kerja dan kurangnya kesempatan kerja. Angkatan kerja mengacu pada jumlah pekerja dalam suatu perekonomian dalam periode waktu tertentu (Arif dan Riyanto, 2010).

Menurut teori makroekonomi Keynesian, faktor lain yang dapat mempengaruhi pengangguran adalah investasi swasta dan pengeluaran pemerintah. Keynes percaya bahwa investasi swasta dan pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari toral pengeluaran atau perbelanjaan agregat (Sukirno, 1995).

Dalam jangka panjang, perlu usaha yang keras dalam mengatasi pengangguran, karena pertumbuhan penduduk akan menyebabkan peningkatan angkatan kerja secara terus-menerus. Untuk menghindari pengangguran yang serius, perlu disediakannya lowongan kerja tambahan yang cukup untuk setiap tahunnya (Sukirno, 2013). Maka sebab itu perlu

(9)

18

adanya peningkatan kegiatan ekonomi seperti investasi agar dapat menambah lapangan pekerjaan yang ada.

Dalam pasar tenaga kerja, tidak akan mencapai pengangguran nol, hal ini karena beberapa alasan, sebagai berikut:

a) Peraturan Upah Minimum

Upah minimum bukanlah penyebab utama pengangguran. Namun, hal itu mempengaruhi beberapa kelompok dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Peraturan upah minimum memaksa upah untuk tetap pada tingkat ekuilibrium (tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan), dan peraturan meningkatkan jumlah pekerja yang ditawarkan dan mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan. Ada surplus pekerja karena lebih banyak pekerja yang bersedia bekerja daripada pekerjaan yang tersedia dan banyak yang terpaksa kehilangan pekerjaan. Secara umum, "jika karena alasan tertentu upah dipaksa di atas tingkat

ekuilibrium, pengangguran akan terjadi."

b) Serikat pekerja dan tawar menawar kolektif

Serikat pekerja merupakan kelompok dengan kekuatan pasar bersama yang lebih besar. Tujuannya adalah untuk bernegosiasi atau bernegosiasi dengan pemberi kerja. Negosiasi seperti menaikkan gaji, tunjangan dan memperbaiki kondisi kerja. Jika transaksi yang diminta gagal, pekerja lain akan melakukan pemogokan. Jika pemogokan terjadi, itu mengurangi produksi, penjualan dan keuntungan. Seiring kenaikan upah, pasokan pekerjaan di bagian lain akan meningkat. Namun, kenaikan

(10)

19

upah yang melebihi persaingan di pasar dapat mengurangi jumlah pekerja yang diminta, yang menyebabkan pengangguran dan upah yang lebih rendah di bagian lain ekonomi. Dengan adanya serikat pekerja, dapat menyeimbangkan antara keniakan upah dan permintaan atas tenaga kerja. Jika tidak ada maka perusaahn akan menggunakan kekuatan pasarnya dalam memberikan upah dan kondisi kerja yang lebih rendah.

c) Teori Upah Efisien

Teori ini menjelaskan bahwa jika upah berada di atas tingkat ekuilibrium, maka perusahaan akan berjalan lebih efisien. Terlepas dari kelebihan tenaga kerja, bisnis lebih menguntungkan dengan menjaga agar upah mereka tetap tinggi. Pengangguran disebabkan oleh upah yang melebihi tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Teori upah efisiensi menyatakan bahwa menjaga upah di atas tingkat ekuilibrium juga menguntungkan perusahaan. Dengan membayar upah tinggi maka efisiensi pekerja bisa ditingkatkan, sehingga perusahaan bisa untung. Terdapat 4 teori upah efisiensi, sebagai berikut:

1. Kesehatan pekerja

Teori upah efisiensi berfokus pada hubungan antara upah dan kesejahteraan pekerja. Semakin tinggi gaji seorang pekerja, semakin banyak nutrisi yang dikonsumsinya, yang membuatnya lebih sehat dan lebih produktif.

(11)

20

Selanjutnya, kami akan fokus pada upah dengan perputaran karyawan. Pekerja pensiun karena beberapa alasan. Frekuensi turnover tergantung pada insentif yang mereka hadapi, manfaat terus bekerja dengan berhenti. Semakin tinggi gaji yang dibayarkan, semakin kecil kemungkinan pekerja tersebut akan berhenti. Semoga perusahaan membayar upah lebih tinggi untuk mengurangi omset.

3. Kerja keras pekerja

Berfokus pada upah pekerja yang bekerja keras, upah yang lebih tinggi membuat mereka kurang setia dan memberi mereka insentif untuk fokus pada upaya dan pemikiran mereka sebanyak mungkin.

4. Kualitas pekerja

Berfokus pada pengupahan dengan kualitas pekerja, perusahaan tidak mengetahui seberapa tinggi kualitas pekerjanya. Oleh karena itu, membayar gaji tinggi memungkinkan bisnis menarik pelamar yang lebih berkualitas.

d) Pencarian Kerja

Pengangguran yang dihasilkan dari pencarian kerja ini adalah proses mencocokkan pekerja dengan pekerjaan yang tepat. Semua pekerja memiliki hobi dan keterampilan yang berbeda, pekerjaan memiliki atribut pekerjaan yang berbeda, dan informasi tentang kandidat dan pekerjaan tidak didistribusikan ke semua bisnis dan rumah tangga dalam

(12)

21

perekonomian. Pengangguran oleh pencari kerja bukan karena ketidakseimbangan penawaran dan permintaan upah. Dalam hal ini, pekerja mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan keterampilan dan keinginannya.

2. Human Capital

Tenaga kerja yang tidak "berkualitas" tidak bisa menghasilkan banyak output. Sehingga nantinya bisa menurunkan pendapatan per kapita. Oleh karena itu, jika banyak pekerja atau populasi tersedia dan kualitasnya rendah, produksi per kapita akan rendah. Tenaga kerja relatif kecil, tetapi kualitas yang dibudidayakan tinggi. Mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi dengan jumlah pekerja yang sama dikatakan dapat meningkatkan kualitas angkatan kerja. Kualitas tenaga kerja dapat meningkat karena tiga alasan: (a) sumber daya alam yang lebih banyak dan / atau lebih berkualitas, (b) sumber daya modal fisik yang lebih banyak dan / atau lebih baik, (c) peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri (Mulyadi, 2003:194)

Terdapat empat kebijakan pokok dalam upaya peningkatan sumber daya manusai (SDM), yaitu:

1. Meningkatkan kualitas hidup, baik fisik, mental dan perjuangan serta kualitas hidup lainnya, serta kualitas hidup seperti perumahan dan permukiman yang sehat.

(13)

22

2. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan pemerataan.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi lingkungan.

4. Pengembangan sistem yang mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sistem yang mencakup sarana hukum.

Kebijakan ini merupakan kebijakan lintas sektoral dan menjadi dasar bagi integrasi kebijakan dan program sektoral. Secara operasional, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui berbagai sektor pembangunan, antara lain sektor pendidikan kesehatan, kesejahteraan sosial, kependudukan, ketenagakerjaan, dan sektor pembangunan lainnya.

Kebijakan tersebut diatas antara lain meliputi sebagai berikut:

1. Pembangunan pendidikan menitikberatkan pada arah pembangunan ekonomi masa depan dalam arti merespon dinamika pembangunan dan permintaan pasar tenaga kerja, serta untuk memenuhi kebutuhan (demand-driven).

2. Pembangunan kesehatan menarik perhatian dengan menanamkan budaya hidup sehat dan memperluas cakupan dan

(14)

23

kualitas pelayanan medis, terutama di daerah miskin dan terpencil.

3. Bagi masyarakat miskin, peningkatan kualitas dilakukan dengan memberikan keterampilan praktis, menumbuhkan sikap produktif dan bersama-sama mendorong kemandirian dan semangat kemandirian untuk keluar dari kemiskinan.

4. Mengurangi pertumbuhan penduduk dengan meningkatkan pelaksanaan gerakan KB, dan meningkatkan keseimbangan antara kepadatan dan distribusi penduduk, terutama melalui migrasi dan industri di pedesaan.

Peningkatan produktivitas tenaga kerja umumnya dicapai dengan membina lingkungan kerja yang sehat untuk meningkatkan kompetensi/keterampilan, disiplin, etos kerja yang produktif, sikap kreatif dan inovatif, serta meningkatkan prestasi (Mulyadi,2008:2).

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan pengembangan kegiatan di bidang pendidikan dan pelatihan. Pendidikan termasuk dalam penanaman modal di bidang sumber daya manusia, yang disebut penanaman modal manusia. Investasi pendidikan merupakan kegiatan yang dapat dievaluasi oleh sumber daya manusia, dan nilai sumber daya manusia setelah dididik adalah peningkatan pendapatan pribadi, peningkatan produktivitas kerja, dan rasionalitas individu dibandingkan dengan menerima pendidikan (Idris, 2007: 69).

(15)

24 3. Investasi

Ketika pengusaha menggunakan uang (simpanan di sektor rumah tangga, melalui lembaga keuangan) untuk membeli barang modal maka hal ini disebut sebagai investasi. Juga dalam artian lain sebagai pengeluaran atau penanaman modal oleh suatau perusahaan untuk membeli barang modal dan peralatan produksi untuk meningkatkan kemampuan menghasilkan barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno,2010).

Investasi adalah penanam modal, pembelanjaan, atau perusahaan yang membeli peralatan produksi atau barang modal untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono, 2011:121).

Pada dasarnya, investasi didefinisikan sebagai semua pengeluaran untuk barang modal riil. Namun, berinvestasi dalam bahasa sehari-hari juga mencakup pembelian aset. Pengeluaran investasi umumnya terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada untuk penggunaan atau keuntungan di masa depan. Dilihat dari jenisnya, investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu investasi real estate dan investasi finansial. Investasi aktual adalah investasi barang konsumsi tahan lama (barang modal) yang digunakan dalam proses produksi. Investasi keuangan, di sisi lain, adalah investasi dalam sekuritas seperti pembelian saham, obligasi, dan bukti hutang lainnya (Waluyo & Yuliati, 2013:73).

(16)

25

Ciri-ciri investasi adalah sebagai berikut:

1. Biasanya memiliki keuntungan satu tahun atau lebih.

2. Nilai tersebut akan relative besar dibandingkan dengan nilai pada output yang dihasilkan.

3. Manfaatnya dapat dirasakan jika menggunakan produk investasi dalam waktu yang lama.

Ada beberapa jenis investasi:

1. Investasi otonom (Autonomous Investment)

Investasi pemerintah, selain biaya yang sangat tinggi, tidak dapat melakukan jenis investasi ini karena tidak mendatangkan keuntungan dan sektor swasta tidak mendatangkan keuntungan langsung.

2. Investasi yang diinduksi (Induced Invesment)

Investasi yang dihasilkan oleh peningkatan permintaan efektif yang dihasilkan di pasar. Peningkatan permintaan efektif disebabkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat.

3. Penanaman modal dalam ( Domestic Invesment) dan luar negeri (Foreign Invesment)

Penanaman modal dalam negeri adalah penanaman modal dalam negeri. Di sisi lain, penanaman modal asing adalah penanaman modal asing.

(17)

26

4. Total investasi (Gross Invesment) dan investasi bersih ( Net Invesment)

Total investasi adalah jumlah semua investasi yang dimiliki atau dilakukan pada satu waktu. Investasi bersih adalah selisih antara total investasi dan depresiasi ( Johan et al, 2016).

3.1 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Penanaman modal dalam negeri merupakan sebuah kegiatan penanaman modal yang akan melakukan usaha ni Negara Republik Indonesia dan dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal negeri. Hal ini menurut Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 1 ayat 2.

Dalam mengetahui perbedaan antara perusahaan ini milik nasional ataukah peusahaan asing tentu dapat dibedakan dari kepemilikan modalnya.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan kegiatan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal adalah total pengeluaran perusahaan untuk membeli barang modal yang sebenarnya, yang digunakan untuk mendirikan perusahaan baru dan mengembangkan bisnis yang ada untuk mendapatkan keuntungan (Siahaan, 2020).

(18)

27

Menurut Sadono Sukirno, dalam prakteknya untuk mencatatp nilai investasi pada tahun tertentu barang-barang yang di klasifikasikan sebagai investasi meliputi iaya-biaya sebagi berikut:

a. Membeli berbagai jenis barang modal yaitu mesin dan peralatan serta produk lain untuk mendirikan berbagi jenis industri dan perusahaan.

b. Biaya pembangunan rumah tempat tinggal, gedung perkantoran, pabrik dangedung laiinya.

c. Pada akhir tahun perhitungan penerimaan nasional , nilai tambah komoditas, bahan baku, dan komoditas yang tidak terjual masih berproduksi.

Perusahaan nasional merupakan perusahaan yang sekurang-kurangnya 51% dari modal dalam negeri yang ditanamkan dimiliki oleh Negara atau swasta yang sifatnya nasional. Apabila jika digunakan perseroan terbatas (PT), minimal 51% sahamnya harus merupakan saham atas nama atau saham yang di daftarkan. Sesuai ketentuan yang berlaku, persentase ini harus selalu dinaikkan hingga mencapai 74% pada 1 januari 1974 dan perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut adalah perusahaan asing (Wijaya, 2005).

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sangat penting dalam menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran, dimana lebih banyak lapangan kerja yang tersedia akan membantu

(19)

28

menyerap tenaga kerja. Skala investasi di masyarakat akan sangat mempengaruhi skala kesempatan kerja yang tercipta di masyarakat (Siahaan, 2020).

Adanya kesempatan kerja baru akan mengakibatkan penurunan jumlah pengangguran, namun sebaliknya apabila investasi tidak ditingkatkan maka produksi tidak akan meningkat, sehingga kesempatan kerja tidak berkembang yang nantinya akan bedampak pada pengangguranserta antara investasi dengan pengangguran memiliki hubungan yang negatif (Mulyadi, 2003).

Investasi akan meningkatkan kegiatan produksi sehingga menciptakan lapangan kerja baru. Adanya kesempatan kerja baru akan mengakibatkan penurunan jumlah pengangguran, namun sebaliknya apabila investasi tidak ditingkatkan maka produksi tidak akan meningkat , sehingga kesempatan kerja tidak berkembang yang akan berdampak pada pengangguran (Anzas et al, 2018).

Peningkatan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) akan dapat meningkatkan potensi daerah dan pembangunan manusia dengan menyerap teknologi asing yang telah maju. Selain itu, tingkat Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang lebih tinggi akan membantu meningkatkan lapangan kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran terbuka yang ada (Siahaan, 2020).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Pasal 3 ayat 2 tahun 2007 tujuan melakukan penanaman modal antara lain: a.

(20)

29

Mempromosikan pertumbuhan ekonomi bangsa. b. Menciptakan pekerjaan. c. Mempromosikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. d. Meningkatkan daya saing dunia usaha dalam negeri. e. Meningkatkan kapabilitas dan kapabilitas teknologi nasional. f. Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat. g. Gunakan dana dalam dan luar negeri untuk mengubah ekonomi potensial menjadi ekonomi riil. h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C. Hubungan Antarvariabel

1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pengangguran Terbuka Dengan meningkatkan pendidikan seseorang, dapat mengubah proses orang itu menjadi lebih baik. Orang yang berpendidikan dapat menemukan solusi sendiri untuk menghindari pengangguran dan berpendidikan. Misalnya, Anda dapat bekerja di tempat di mana Anda dapat bekerja tanpa pendidikan tinggi atau bahkan tenaga fisik. Tawaran upah juga jauh lebih sedikit.Seiring dengan meningkatnya pendidikan, banyak faktor yang menyebabkan penyerapan tenaga kerja tidak terserap secara masksimal seperti, kurangnya kesadaran akan pendidikan berdampak kecil terhadap pengangguran. Oleh karena itu berapapun besarnya tingkat pendidikan tidak akan mempengaruhi apapun pada pengangguran (Tangke et al, 2019).

Variabel tingkat pendidikan juga merupakan variabel yang dapat mempengaruhi tingkat pengangguran. Diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan manusia.

(21)

30

Berdasarkan pengembangan sumber daya manusia, ini merupakan inisiatif untuk meningkatkan kapasitas produksi di tempat kerja dan mempermudahnya. Orang yang mendapat pekerjaan. Upaya pengembangan sumber daya manusia telah disetujui sebagai inisiatif untuk menciptakan lapangan kerja yang dapat mengurangi pengangguran (Merizal, 2008).

Wicaksono dan Suhendra (2016) menyatakan bahwa peningkatan pendidikan sekolah menengah tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan pengangguran. Di sisi lain, ketika tingkat pendidikan perguruan tinggi meningkat dengan persentase, tingkat pengangguran yang ada turun.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak waktu yang dimiliki, semakin baik kualitas sumber daya yang tersedia, semakin mudah mendapatkan pekerjaan, dan secara tidak langsung dapat mengurangi tingkat pengangguran (Albarqi, 2016). Namun, tingkat pengangguran terbuka dan tersembunyi terus meningkat, dan jumlah pengangguran terdidik juga dijelaskan. Sebenarnya terdapat pendapat yang menyatakan semakin tinggi pendidikan dan semakin banyak sertifikat yang di miliki, semakin banyak peluang yang di miliki untuk pekerjaan berpenghasilan tinggi dan asuransi jiwa yang memuaskan, dan semakin rendah tingkat pengangguran (Todaro, 2000:414).

(22)

31

2. Pengaruh PMDN Terhadap Pengangguran Terbuka

Untuk mengurangi pengangguran, PMDN sangat penting guna menciptakan lapangan kerja baru serta membantu menyerap tenaga kerja lebih banyak karena lapangan pekerjaan yang tersedia. Investasi berupa besar dan kecil yang terjadi di masyarakat berdampak signifikan terhadap besarnya peluang kerja yang tercipta di masyarakat (Siahaan, 2020).

Adanya lapangan kerja baru, akan mengurangi jumlah pengangguran. Namun sebaliknya, jika kita tidak meningkatkan investasi maka produksi tidak akan bertambah dan kesempatan kerja tidak dapat berkembang yang akan berdampak pada pengangguran. Ketika permintaan barang dan jasa merosot permintaan tenaga kerja juga merosot dan tingkat pengangguran nantinya meningkat (Mulyadi, 2003:55). Namun jika investasi yang diinvestasikan bersifat padat modal, peningkatan investasi tidak akan mempengaruhi pasar tenaga kerja (Soekarnoto & Sarimurdo, 2014).

Adanya investasi akan mendorong terciptanya barang modal baru, sehingga menyerap faktor-faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja baru, kemudian menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran ( Prasojo, 2009).

Realisasi investasi dapat mempengaruhi tingkat pengangguran, terutama jika investasi di sektor padat karya (industri) karena dapat

(23)

32

mempercepat penyerapan tenaga kerja sehingga pengangguran akan berkurang (Syaihu, 2012).

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan dengan pendahuluan yang telah di paparkan diatas, maka dalam penelitian ini penulis telah membuat kerangka pikir, sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk rumusan masalah pertama:

(24)

33

H0: Diduga bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kabupaten dan Kota Jawa Tengah tahun 2015-2019.

2. Hipotesisi untuk rumusan masalah kedua:

H0: Diduga bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kabupaten dan Kota Jawa Tengah tahun 2015-2019.

Gambar

Gambar  2.1  Kerangka Pemikiran  E. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini hasil pengolahan peramalan untuk supplier A berdasarkan metode peramalan yang dipilih dengan melihat nilai MAD terkecil dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai

merupakan salah satu jenis ikan kakap yang banyak dicari oleh konsumen. sebagai bahan konsumsi masyarakat yaitu sebagai lauk-pauk harian

Srikpsi ini berjudul “ Penerapan Model Cooperative Learning Type Buzz Group Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Mengemukakan Argumentasi Siswa Dalam

Desain ini dilakukan untuk memberikan alternative pengkondisian udara system geothermal Berdasarkan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa pengkondisian udara dengan

[r]

Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas (dengan tidak menutup kemungkinan pada taraf tertentu juga

Dari hasil penjelasan pekerjaan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh peserta rapat telah memahami dokumen dan proses pengadaan jasa konstruksi

kekuatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal atau masalah yang diberikan