• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan Diagnostik PAK dan Pelayanan Penyakit Kronis Pasca Pensiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembiayaan Diagnostik PAK dan Pelayanan Penyakit Kronis Pasca Pensiun"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pembiayaan Diagnostik PAK

dan Pelayanan

Penyakit Kronis

Pasca Pensiun

Disampaikan pada The 11thIndonesian Occupational Medicine Update 2017 Jakarta, 30 September 2017

dr, Medianti Ellya Permatasari, AAK Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan

(2)

2

OUTLINE

1. Overview Program JKN-KIS

2. Penjaminan Penyakit Akibat Kerja

3. Demografi dan Utilisasi Kelompok Umur Lansia

4.

Program Pengelolaan Penyakit Kronis Pasca Pensiun

(3)
(4)

Pemerintah Telah Mencanangkan Peta Jalan

Menuju Jaminan Kesehatan Nasional Hingga Tahun 2019

4

*) Per 22 September 2017 jumlah peserta JKN : 181.952.680 jiwa.

Hampir 70% dari penduduk

Indonesia

*

(5)

Cakupan

Kepesertaan Cakupan Pelayanan Kesehatan Cakupan Efektif Cakupan Semesta

2019

Mampu Bayar Iuran (Ability To Pay)

Mau Bayar Iuran (Willingness To Pay)

• Pendaftaran Peserta • Keabsahan Data • Identifikasi Peserta

secara unik (NIK) • Cara Pembayaran • Pemahaman/Persepsi • Kondisi kesehatan • Status Sosial • Latar Pendidikan • Jenis Pekerjaan • Program Pemerintah

Akses Utilisasi Kualitas

• Mudah dicapai • Bebas biaya • Diterima Tidak ada Pembedaan Pelayanan Sesuai Standar & Kaidah yang

berlaku

Persepsi +/-

Pengalaman peserta FaskesPeran

Efektif

(6)

Akses Masyarakat Terhadap Layanan Kesehatan

Semakin Mudah

KONTRIBUSI LANGSUNG KESEHATAN: Membantu pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan (+ upaya promotif dan preventif):

Menjaga masyarakat agar tetap produktif secara sosial dan ekonomis

Tahun 2014 (Laporan Audited) Tahun 2015 (Laporan Audited) Tahun 2016 (Laporan Audited) Tahun 2017 (Semester I) Kunjungan di FKTP (Puskesmas/Dokter Praktik Perorangan/ Klinik Pratama)

66,8 Juta 100,6 Juta 120,9 Juta 72,8 Juta

Kunjungan di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit

21,3 Juta 39,8 Juta 49,3 Juta 29,2 Juta Kasus Rawat Inap

Rumah Sakit 4,2 Juta 6,3 Juta 7,6 Juta 4,02 Juta TOTAL PEMANFAATAN 92,3 JUTA 146,7 JUTA 177,8 JUTA* 106,1 JUTA Total Peserta thn 2014: 133,4 Juta Total Peserta thn 2015: 156,79 Juta Total Peserta thn 2016: 171,9 Juta 51% 18% 15% 9% 2% 3% 2%

Jantung Gagal Ginjal Kanker Stroke Cirrhosis Hepatitis Thalassaemia Leukaemia Haemophilia Jumlah Kasus Penyakit Katastropik yang Ditanggung Program JKN-KIS sebanyak

9.861.378 Kasus

Sumber : Data BOA s.d. Bulan Pembebanan Juni 2017

Sumber data : LPP Jamsoskes

Mencegah Terjadinya Kemiskinan

Baru

(7)

JKN-KIS DAN DAMPAKNYA PADA PEREKONOMIAN INDONESIA

Sumber data : Kajian Kemiskinan & Perlindungan Sosial LPEM FEB UI

(8)

8

BIAYA MANFAAT PELAYANAN KESEHATAN

42

57

67

87*

0 20 40 60 80 100

Year 2014 Year 2015 Year 2016 Est. Year 2017

Total Biaya pelayanan kesehatan dalam 3 tahun

Rp. 166 T

(9)

Pembiayaan JKN Untuk Penyakit

Katastropik

Belum Termasuk Biaya Obat Luar Paket Kapitasi/INA-CBG

Sumber : Data BOA bulan Pelayanan Januari 2014 – Juni 2017

9

Rp

Rp

Rp

37,32 % 32,41 % 24,81 %

Jumlah Biaya Pelayanan Kesehatan Penyakit Katastropik dari total biaya pelkes rujukan

(10)

Perkembangan Fasilitas Kesehatan Bekerjasama

*Dari jumlah Rumah Sakit teregistrasi di Indonesia Sumber data : LPP Jamsoskes

2016

21.095*

2.201*

(11)
(12)

JAMINAN SOSIAL NASIONAL

UU No 40 TAHUN 2004 UU NO 24 TAHUN 2011

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial*

BPJS KETENAGAKERJAAN**

BPJS KESEHATAN** PT TASPEN ASABRI

Jaminan Kesehatan Jaminan Kecelakaan Kerja Jaminan Kematian Jaminan Pensiun Jaminan Hari Tua

Cakupan manfaat dan teknis operasional:  UU No 40 Tahun 2004  UU No 24 Tahun 2011  Perpres 12/2013 beserta perubahannya  Permenkes Nomor 71/2013  Permenkes Nomor 52/2016  dst Asuransi Kesehatan Tambahan PT Jasa Raharja (Pelkes KLL) Irisan manfaat COB Manfaat tidak beririsan Koordinasi Pelayanan *UU No 40 Thn 2013 **UU No 24 Tahun 2011

(13)

13

Pelayanan Kesehatan

yang tidak dijamin

Perpres 19/2016 pasal 25

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui

prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku

2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas

Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;

3. pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan

kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera

akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

4. pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan

kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang

ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;

5. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

6. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik; 7. pelayanan untuk mengatasi infertilitas; 8. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

9. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;

BPJS Kesehatan tidak menjamin biaya pelayanan kesehatan

akibat KK dan PAK, termasuk biaya

pemeriksaan diagnostiknya

Koordinasi dengan institusi penjamin KK &

PAK yaitu PT Taspen, BPJS TK dan ASABRI

(14)

Kerja Sama Antar Institusi

Proses revisi

(15)

15

• Dilakukan untuk peserta yang memiliki kepesertaan aktif kedua belah pihak.

• BPJS Kesehatan tidak menjamin pelayanan kesehatan yang telah

dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

• BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan melakukan

koordinasi pelayanan dan bukan koordinasi manfaat.

• BPJS Ketenagakerjaan menanggung :

– Biaya pelayanan kesehatan akibat KK–PAK sesuai kebutuhan medis di Rumah Sakit Pemerintah dengan kelas perawatan

kelas I atau Rumah sakit Swasta yang setara

– Biaya investigasi/prosedur pemeriksaan kesehatan dalam

(16)

TANTANGAN PENJAMINAN

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Akses terhadap penjaminan PAK lebih kecil

 Penduduk yang memiliki JKK hanya sekitar 30 juta jiwa (dari target 110 juta*), sedangkan cakupan JKN sudah mencapai 180 juta jiwa.

 Jumlah fasilitas kesehatan rekanan Badan Penjamin JKK lebih sedikit daripada Faskes kerja sama BPJS Kesehatan

1

Tingginya jumlah kasus PAK yang tidak terdeteksi dan/atau waktu yang dibutuhkan untuk penegakkan diagnose PAK lama karena kurang

tersedianya SDM yang kompeten

 Jumlah dokter umum tersertifikasi Perdoki berjumlah ± 700 orang  Jumlah dokter spesialis Okupasi hanya berjumlah ±200 orang

*Peta Jalan Menuju Cakupan Semesta

2

Membutuhkan dukungan PERDOKI dalam

peningkatan jumlah dokter tersertifikasi serta

panduan dan standardisasi penegakkan diagnosa

(17)

Sumber asumsi prevalensi:

Asma http://www.medscape.com/viewarticle/722312_3

CTS https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3145125/

Dermatitis https://www.ejmanager.com%2Fmnstemps%2F62%2F621402483367.pdf&usg=AFQjCNGYx6_78YHNfol-ZXE9gpGvgCB6RQ

Hearing Loss https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26249711

Low Back Pain https://bmcresnotes.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13104-017-2492-1

Potensi PAK tidak terdeteksi

Keterangan: sd bulan pelayanan Juli 2017

Sumber data: Data warehouse BPJS Kesehatan sd bulan pelayanan Juli 2017

Asthma Related Coding Rp 2,5 Triliun 15% Rp 380,8 Miliar Carpal Tunnel Syndrome Related Coding Rp 81 Miliar 19% Rp 15 Miliar Dermatitis Contact Related Coding Rp 61 Miliar 10% Rp 6,1 Miliar Hearing Loss Related Coding Rp 42,9 Miliar 21% Rp 9 Miliar Low Back Pain Related Coding Rp 1,2 Triliun 72% Rp 868,6 miliar

Grand Total Rp 3,9 Triliun Rp 1,28 Triliun

*Filtrasi : Usia Produktif > 16 Tahun - 64

Top 5 Diagnosis Kasus berkorelasi dengan PAK*

Asumsi Prevalensi

Potensi Biaya undetected PAK berdasar asumsi

prevalensi Biaya Pelkes Kasus

berkolerasi PAK 2014-2017**

Membutuhkan Penguatan Posisi dan Peran PERDOKI dalam penegakkan diagnose PAK

(18)

Demografi dan Utilisasi Kelompok Umur

Lansia

(19)

Usia Pensiun dan Lansia

Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil sesuai PP Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil

a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi pejabat administrasi, pejabat fungsional ahli muda, pejabat fungsional ahli pertama, dan pejabat fungsional keterampilan;

b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat pimpinan tinggi dan pejabat fungsional madya; dan

c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang memangku pejabat fungsional ahli utama.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 thn 2004 tentang Pelaksaaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia

Pasal 1:

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas2.

WHO: Kategori umur usia lanjut 60 (enam puluh) tahun ke atas*.

(20)

Populasi peserta Lansia

BPJS Kesehatan

Sumber: aplikasi BI tanggal 26 September 2017

Sebaran peserta lansia

program JKN-KIS

Peserta JKN-KIS umur 60 tahun ke atas berjumlah 21,4 juta

(21)

Sumber: aplikasi BI tanggal 26 September 2017

Demografi Peserta Segmen

Bukan

Pekerja

(BP)

Perpres 19/2016 pasal 4 ayat (4)  Bukan Pekerja terdiri atas: a. investor;

b. Pemberi Kerja;

c. penerima pensiun;

d. Veteran;

e. Perintis Kemerdekaan;

f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan; dan

g. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar iuran. Proporsi

terbesar: pensiunan

(22)

Kunjungan Per Kelompok Umur

Tahun Pelayanan 2016

RAWAT JALAN TINGKAT LANJUTAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN

19% dari total kunjungan pada usia 60+ 30% dari total kunjungan pada usia 60+

Kunjungan laki-laki usia 60 tahun ke atas 17% lebih banyak dari

peserta perempuan Kunjungan laki-laki usia 60 tahun

ke atas 8% lebih banyak dari peserta perempuan

(23)

CMG Terbanyak per Kelompok Umur

RAWAT JALAN TINGKAT LANJUTAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN

0 - 4 P 274,688 34% 5 - 9 A 176,332 46% 10 - 14 A 129,496 45% 15 - 19 A 116,841 30% 20 - 24 O 163,957 31% 25 - 29 O 260,460 43% 30 - 34 O 250,424 39% 35 - 39 O 159,045 28% 40 - 44 K 70,057 15% 45 - 49 K 78,983 16% 50 - 54 K 87,197 16% 55 - 59 I 96,521 18% 60 - 64 I 91,176 19% 65 - 69 I 70,222 20% 70 - 74 I 54,473 20% 75++ I 64,159 20% Umur CMG Jumlah Kunjungan % Kunjungan

Casemix Main Groups (CMGs) RITL terbanyak pada usia 60 tahun ke

atas: penyakit jantung! Casemix Main Groups (CMGs) RJTL

terbanyak pada usia 60 tahun ke atas:

penyakit mukoskeletal tindakan rehabilitasi medis dan fisioterapi

(24)

Diagnosa

P

rimer

Terbanyak kelompok

umur 60 tahun

ke atas tahun 2016

RAWAT JALAN TINGKAT LANJUTAN

Kewajiban dokter untuk merujuk balik pasien kronis yang sudah stabil* Efektivitas rehabilitasi medis dan fisioterapi?

RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN

Dx primer terbanyak di

RITL adalah penyakit Jantung

*Permenkes 28 thn 2014 dan Permenkes 001 thn 2012

Kode Dx Nama Dx Primer Kasus

1 Z098 Follow-up exam after other treatment for other conditions 7.723.261 2 Z501 Other physical therapy 981.552 3 Z491 Extracorporeal dialysis 335.854 4 Z961 Presence of intraocular lens 284.406 5 Z760 Issue of repeat prescription 248.524 6 Z509 Care involving use of rehabilitation procedure, unspecified 243.955 7 Z867 Personal history of diseases of the circulatory system 193.685 8 Z09.0 Follow-up examination after surgery for other conditions 159.095 9 I10 Essential (primary) hypertension 131.465 10 H269 Cataract, unspecified 105.888

No Kode Dx Nama Dx Primer Jumlah Kasus

1 I500 Congestive heart failure 54,185

2 A09 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious origin 50,678

3 I10 Essential (primary) hypertension 46,992

4 I639 Cerebral infarction, unspecified 40,863

5 N40 Hyperplasia of prostate 34,015

6 I64 Stroke, not specified as haemorrhage or infarction 32,248

7 K30 Dyspepsia 32,127

8 Z511 Chemotherapy session for neoplasm 29,617

9 J189 Pneumonia, unspecified 28,976

(25)

OBAT KRONIS LUAR PAKET INA-CBG/KAPITASI TAHUN 2014 - 2016

 Obat kronis berbiaya terbesar didominasi oleh

obat-obatDiabetes danHipertensi

 Biaya obat hipertensi/diabetes mencapai

Rp

1,95 T

atau

78%

dari total biaya obat kronis luar paket kapitasi/INA-CBG

Tahun 2016, pada kelompok usia 60 tahun ke atas: jumlah kasus diabetes RJTL mencapai

80 ribu

dan kasus

hipertensi

47 ribu

Harusnya eligible untuk PRB dan

PROLANIS

NAMA OBAT KASUS JUMLAH OBAT BIAYA (Rp)

1 Candesartan Cilexetil 2.158.425 57.126.623 287.292.104.559 2 Valsartan 2.202.049 59.419.698 245.109.010.658 3 Telmisartan 957.867 26.838.323 208.313.321.582 4 Mix Insulin Analog 313.086 1.139.289 151.045.511.837 5 Analog Insulin Rapid Acting 350.442 1.277.102 140.658.386.164 6 Analog insulin mix acting 277.640 1.006.950 139.165.977.136 7 Rapid Insulin Analog 327.679 1.160.716 128.255.368.251 8 Clopidogrel 884.013 22.627.242 100.780.593.250 9 Analog insulin long acting 431.613 794.544 85.088.636.487 10 Nifedipin 677.400 19.773.641 81.013.010.883

10 BESAR OBAT KRONIS BERBIAYA TERBESAR 2014-2016

JENIS OBAT BIAYA (Rp) OBAT DM Rp 899 Miliar

OBAT HIPERTENSI Rp 1,05 Triliun OBAT KRONIS TOTAL Rp 2,5 Triliun

(26)

Katastrofik Per Kelompok Umur

tahun layanan 2016

RAWAT JALAN TINGKAT LANJUTAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN

28% dari total pada kelompok umur 65++ 27% dari total pada kelompok umur 65++

(27)

Biaya Pelkes Kelompok Umur 60

tahun ke atas

Biaya pelkes kelompok umur 61>

24%

dari total biaya pelkes FKRTL

Ket: Data tahun 2017 sd pelayanan Juli 2017

Sumber: data warehouse tanggal 26 September 2017

2016 2017 61 - 65 Rp 4.716.569.838.354 Rp 3.140.218.145.369 66 - 70 Rp 3.429.896.981.599 Rp 2.258.909.077.595 71 - 75 Rp 2.478.986.161.001 Rp 1.598.013.029.324 76++ Rp 2.271.559.615.119 Rp 1.452.330.416.162 TOTAL Rp 12.897.012.598.089 Rp 8.449.470.670.467 TAHUN PELAYANAN RangeUmur

(28)

Program Pengelolaan Penyakit Kronis

Pasca Pensiun

(29)

Tantangan Penuaan Populasi

WHO: Tantangan Penuaan Penduduk Dunia1

1. Peningkatan demand pelayanan kesehatan primer dan perawatan jangka panjang (long term care)

2. Membutuhkan tenaga pemberi pelayanan kesehatan terlatih dalam jumlah banyak

3. Meningkatnya kebutuhan akan lingkungan yang lebih ramah lansia 4. Perlu prioritas pengembangan sistem pelayanan primer yang terkoordinasi

dan terintegrasi untuk mencegah dan memperlambat berkurangnya kapasitas lansia  Fokus pada promotif preventif

1 WHO, (2017), Agind and Life, http://www.who.int/ageing/en/diakses tanggal 27 Sep 2017

Peningkatan peran dan kualitas pelayanan kesehatan di FKTP

(primary care oriented)

(30)

Koordinasi untuk peningkatan kualitas layanan

dan efektivitas sistem pembayaran

Rujukan berbasis Kompetensi Rujuk Balik FKTP FKRTL Dokter umum Dokter gigi Dokter Spesialis/ Sub Spesialis Kualitas pelayanan dan pembayaran efisien 30 Mentoring spesialis

Program PRB dan Prolanis

meningkatkan akses peserta

Lansia pada pelayanan

kesehatan dengan mengurangi jarak dan waktu tempuh ke Faskes

(31)

Program Promotif dan Preventif BPJS Kesehatan Pengendalian

1. Skrining Riwayat Kesehatan

Mobile Screening Pengisian Form

Mengetahui 4 potensi risiko penyakit, yaitu:

- Diabetes Mellitus

- Hipertensi

- Ginjal Kronik

- Jantung Koroner

2. Skrining Preventif Sekunder (Pemeriksaan GDP/GDPP)

Dilakukan kepada peserta yang telah melakukan

Skrining Riwayat Kesehatan denganhasil Risiko Sedang/ Tinggi Diabetes Mellitus.

Pengelolaan

1. Program Rujuk Balik (PRB)

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di FKTP atas rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis yang merawat.

9 Penyakit Kronisyang masuk dalam PRB:

Diabetes Mellitus, Hipertensi, Jantung, Asma,

PPOK, Epilepsy, Schizophrenia, Stroke,

Systemic Lupus Erythematosus (SLE). 2. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)

Sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam pemeliharaan kesehatan bagi peserta yang menyandang penyakit kronis (Diabetes Mellitus/ Hipertensi) untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.31

(32)

Program Rujuk Balik (PRB) pada

penyakit-penyakit kronis

: 1. Diabetes mellitus

2. Hipertensi 3. Jantung 4. Asma

5. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) 6. Epilepsy

7. Skizofren 8. Stroke

9. Sindroma Lupus Eritematosus

Wajib dilakukan bila kondisi pasien sudah dalam keadaan stabil, disertai dengan surat keterangan rujuk balik yang dibuat dokter spesialis/sub spesialis.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN

(33)

Tujuan Program Pelaksanaan Indikator  Meningkatkan awareness  Pendataan potensi risiko  Meningkatkan

pengetahuan dan self-care

 Perubahan gaya hidup  Kepatuhan peserta akan pengobatan Klub Prolanis Screening Individual Feedback  Peningkatan engagement peserta  Komitmen peserta Awal FKTP Lanjutan Untuk peserta risiko tinggi Untuk semua peserta Prolanis = PPDM+ PPHT)

Wajib untuk Puskesmas

Survey risiko dan gaya hidup offline/online Pemeriksaan GDP/GDPP Pemeriksaan GDP/GDPP Profil lipid dan fungsi ginjal Basal Insulin (HBA1c) Tiap 3-6 bulan 1x per semester Individual Feedback* Pemeriksaan TD dan BMI Setiap kunjungan 1x sebulan

PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS

BPJS KESEHATAN

Mentoring spesialis

(34)

PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS)

PROLANIS sebagai upaya

manajemen risiko CMD melalui: 1. edukasi/konsultasi medis 2. Pemantauan kesehatan 3. Aktivitas Klub

4. Home visit

5. Reminder pemberian obat dan pola hidup sehat

6. Mentoring FKTP oleh dokter Spesialis

(35)

Trend Peserta PROLANIS

No Jenis Pemeriksaan Periode Pemeriksaan Biaya*

1 Tekanan Darah Kapitasi 2 Tinggi Badan Kapitasi 3 Berat Badan Kapitasi 4 Gula Darah Puasa (GDP) 10,000-20,000 5 Gula Darah Post Prandial (GDPP) 10,000-20,000 6 Microalbuminuria 120,000 7 Ureum 30,000 8 Kreatinin 30,000 9 Kolesterol Total 45,000 10 Kolesterol LDL 60,000 11 Kolesterol HDL 45,000 12 Trigliserida 50,000 13 HbA1c 3-6 bulan 1x 160,000-200,000 2x dalam 1 tahun 1x dalam 1 bulan Setiap kunjungan ke FKTP

(36)

Benchmark keberhasilan

Disease Management Program Jerman*

 tingkat mortalitas pasien turun  tingkat hospitalisasi akibat stroke, serangan jantung, amputasi, kebutaan, nefropati, dll turun  Mendorong perubahan

gaya hidup pasien dan kepatuhan terhadap pengobatan Tingkat survival pasien DMP 89% vs non DMP 86% Hari (t)

(37)

Benchmark keberhasilan

Disease Management Program Jerman*

Dampak Ekonomi

 Penurunan biaya pelkes hingga 5% per tahun atau € 210 juta (Rp 3,9 T)* per tahun untuk program PPDM.

*kurs 1 Euro = Rp 15,823

ELSID, Evaluation of large scale implementation of disease management Programs for patients with type 2 diabetes, www.klinikum.uni-heidelberg.de

Age group

(38)

Potensi pengembangan pelayanan untuk

Geriatri di Indonesia

• Demografi peserta geratri sebagian besar di daerah rural :

 peningkatan koordinasi dan kualitas layanan FKTP-FKRTL melalui

program mentoring spesialis dan telemedicine

 program PRB dan Prolanis untuk mendekatkan peserta dengan pelayanan Faskes (mengurangi jarak dan waktu tempuh)

• Potensi implementasi home care dan

long term care

(LTC)

dalam program JKN

 Kontinuitas pelayanan kesehatan untuk pasien geriatri

 Potensi koordinasi antar Faskes untuk meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan tingkat independensi dan pelayanan kesehatan jangka panjang pasien geriatric.

(39)
(40)

Dukungan

PERDOKI

untuk :

1. Turut aktif meningkatkan kompetensi dokter di Faskes kerja sama untuk penegakkan diagnosa kasus diduga PAK

2. Mengembangkan standardisasi dan panduan penegakkan diagnose kasus diduga PAK

3. Secara konsisten menerapkan pelayanan yang efisien, efektif dan berkualitas melalui penerapan kaidah-kaidah evidence based

4. Memberikan rekomendasi perbaikan program JKN kepada Pemerintah, BPJS Kesehatan dan Faskes

5. Turut aktif dalam implementasi clinical governance untuk menerapkan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien

HARAPAN

(41)

Terima Kasih

Kartu Indonesia Sehat

Dengan Gotong Royong, Semua Tertolong

@BPJSKesehatanRI Fanpage:

BPJS Kesehatan BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan @bpjskesehatan_ri bpjskesehatan www.bpjs-kesehatan.go.id

Referensi

Dokumen terkait

1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang kehilangan gigi sesuai dengan indikasi medis 2) Pelayanan prothesa gigi diberikan pada fasilitas. kesehatan tingkat pertama

menggunakan haknya sebagai peserta untuk dapat berobat ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Pekerja/buruh tersebut harus mendapat pelayanan

1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang kehilangan gigi sesuai dengan indikasi medis 2) Pelayanan prothesa gigi diberikan pada fasilitas. kesehatan tingkat pertama

Pelayanan kesehatan Polri dilaksanakan dengan menggunakan dana APBN dan dana pemeliharaan kesehatan yang ditanggung oleh negara melalui sistem iuran Personil Polri serta dana

Tujuan pengembangan sistem informasi ini adalah untuk kemudahan dan efektivitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan dalam mendaftarkan para peserta ke

Jaminan Kesehatan Nasional Regulator BPJS Kesehatan Peserta Jaminan Kes Fasilitas Kesehatan Mencari Pelayanan Memberi Pelayanan4. Regulasi Sistem Pelayanan Kesehatan (rujukan,

Sistem Informasi Pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat 1 (Puskesmas) Terintegrasi Kota Cimahi merupakan sistem pelayanan kepada publik di bidang kesehatan, Sistem informasi ini