• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV. A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Data"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Data

Pada analisis uji coba instrumen terdiri dari 15

butir soal setelah di analisis diperoleh 10 butir soal yang

valid dan 5 butir soal yang tidak valid. Soal yang valid

selanjutnya digunakan untuk pretest.

hasil perhitungan uji validitas soal diatas, diperoleh nilai rtabel = 0,396, soal yang dikriteriakan valid adalah soal yang mendapatkan nilai rxy lebih besar dari rtabel yaitu 0,396. Soal yang termasuk kriteria valid adalah soal 1 dengan nilai rxy sebanyak 0.42, soal 2 dengan nilai rxy sebanyak 0.4, soal 5 dengan nilai rxy sebanyak 0.686, soal 6 dengan nilai rxy sebanyak 0.67, soal 7 dengan nilai rxy sebanyak 0.46, soal 9 dengan nilai rxy sebanyak 0.398, soal 12 dengan nilai rxy sebanyak 0.4053, soal 13 dengan nilai rxy sebanyak 0.59, soal 14 dengan nilai rxy sebanyak 0.61, soal 15 dengan nilai rxy sebanyak 0.533 sedangkan soal dengan kriteria invalid adalah soal yang mendapatkan nilai rxy lebih kecil dari rtabel yaitu soal 3 dengan nilai rxy sebanyak 0.051, soal 4 dengan nilai rxy sebanyak 0.3759, soal 8 dengan nilai rxy sebanyak 0.2516, soal 10 dengan nilai rxy sebanyak 0.117, dan soal 11 dengan nilai rxy sebanyak 0.01. Karena terdapat soal yang tidak valid, maka soal-soal yang tidak valid tersebut dibuang.

(2)

Contoh perhitungan validitas untuk butir soal uji coba dapat dilihat pada lampiran 8. Setelah diketahui soal-soal yang valid maka dapat dilanjutkan dengan menguji reliabilitas soal.

Kemudian

dilakukan

analisis

reliabilitas

diperoleh r11 = 0.62118 dengan taraf signifikansi 5%,

reliabilitas butir soal uji coba memiliki kriteria

pengujian yang tinggi (reliabel). hasil perhitungan pada

lampiran 9, koefisien reliabilitas butir soal diperoleh r11

= 0.62118 dengan taraf signifikansi 5 % dengan nilai

koefisien tersebut pada interval 0,6 – 0,8 yaitu kategori

reliabilitas tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa

instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik.

Analisis tingkat kesukaran soal uji coba termasuk

sukar. hasil perhitungan koefisien indeks kesukaran

butir soal diatas, diperoleh interpretasi angka indeks

kesukaran kurang dari 0,30 hal ini dapat dilihat nilai

yang diperoleh soal nomer 1 dengan nilai 0.11, soal 2

dengan nilai 0.19, soal 2 dengan nilai 0.19, soal 3

dengan nilai 0.092, soal 4 dengan nilai 0.105, soal 5

dengan nilai 0.157, soal 6 dengan nilai 0.26, soal 7

(3)

dengan nilai 0.17, soal 8 dengan nilai 0.0976, soal 9

dengan nilai 0.104, soal 10 dengan nilai 0.0858, soal 11

dengan nilai 0.13, soal 12 dengan nilai 0.0577, soal 13

dengan nilai 0.17, soal 14 dengan nilai 0.11 dan soal 15

dengan nilai 0.198. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 8.

Kemudian daya beda butir soal memiliki kriteria

baik terdapat 1 soal, cukup terdapat 4 soal, jelek

terdapat 7 soal, sangat jelek terdapat 2 soal. hasil

perhitungan daya beda butir soal diatas, diperoleh

kriteria daya beda soal sangat jelek sebanyak 2 soal

yaitu soal nomer 3 dan 10 dengan nilai daya beda

-0.083. Kriteria daya beda soal jelek sebanyak 8 soal

yaitu soal nomer 1 dengan nilai daya beda 0.15, soal

nomer 2 dengan nilai daya beda 0.133, soal nomer 4, 7

dan 12 dengan nilai daya beda 0.1, soal nomer 8 dengan

nilai daya beda 0.022, soal nomer 9 dengan nilai daya

beda 0.175, dan soal nomer 11 dengan nilai daya beda

0.0. Kriteria daya beda soal cukup yaitu soal nomer 13

dengan nilai daya beda 0.214, soal nomer 15 dengan

nilai daya beda 0.35, dan soal nomer 13 dengan nilai

daya beda 0.39. Kriteria daya beda soal baik yaitu soal

nomer 5 dengan nilai daya beda 0.46. Perhitungan

(4)

selengkapnya

dapat

dilihat

pada

lampiran

8.

Berdasarkan uji validitas, reabilitas, tingkat kesukaran

soal, dan daya pembeda soal dapat di simpulkan bahwa

soal yang dapat dijadikan soal pretest dan posttest

adalah soal nomer 1,

2, 5, 6, 7, 9, 12, 13, 14 dan 15.

2. Tahap Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas XI SMK Penerbangan kartika aqasa bhakti semarang dengan pembelajaran model discovery learning. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 07 September 2016 sampai dengan 07 Oktober 2016. Kelas XI-e sebagai kelompok eksperimen dan XI-f sebagai kelompok kontrol.

Secara rinci tahapan proses penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut :

a. Pre test dan data nilai pre test

Sebelum pembelajaran, dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan pretest.

Pretest adalah tes yang diberikan sebelum

pengajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan peserta didik terhadap bahan pengajaran (pengetahuan) yang akan diajarkan. Jadi pretest berfungsi sebagai data awal untuk mengetahui kondisi awal sampel.

(5)

Pretest yang diberikan pada kelas eksperimen

sebelum peserta didik diajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learning mencapai nilai tertinggi 34 dan nilai terendah 6. Rentang nilai (R) adalah 28, banyak kelasnya kelas interval diambil 6 kelas, panjang kelas interval diambil 5. Daftar distribusi frekuensi dari nilai tes awal (pretest) kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi dari Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen

Interval Frekuensi Relatif (%) Frekuensi

6-10 5 16,13% 11-15 5 16,13% 16-20 8 25,80% 21-25 4 12,90% 26-30 5 16,13% 31-35 4 12,90% Jumlah 31 100%

Berdasarkan tabel daftar distribusi frekuensi di atas diperoleh 6 kelas. Kelas interval 1 rentang nilai 6 sampai 10 dengan jumlah peserta didik 5. Kelas interval 2 rentang nilai 11 sampai 15 dengan jumlah peserta didik 5. Kelas interval 3 rentang nilai 16 sampai 20 dengan jumlah peserta didik 8. Kelas

(6)

interval 4 rentang nilai 21 sampai 25 dengan jumlah peserta didik 4. Kelas interval 5 rentang nilai 26 sampai 30 dengan jumlah peserta didik 5. Kelas interval 6 rentang nilai 31 sampai 35 dengan jumlah peserta didik 4. Sehingga didapatkan 18 peserta didik dengan kriteria sangat kurang dan 13 peserta didik dengan kriteria kurang. Dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Kriteria Pretest Kelas Eksperimen

No Interval Frekuensi Kriteria

1 1-20 18 Sangat Kurang 2 21-40 13 Kurang 3 41-60 Cukup 4 61-80 Baik 5 81-100 Sangat Baik

Pretest yang diberikan pada kelas kontrol

sebelum peserta didik diajar dengan metode pembelajaran yang berlangsung di sekolah yaitu model pembelajaran ceramah dan tanya jawab mencapai nilai tertinggi 47 dan nilai terendah 6. Rentang nilai (R) adalah 41, banyak kelasnya kelas interval diambil 6 kelas, panjang kelas interval diambil 7. Daftar distribusi frekuensi dari nilai tes

(7)

awal (pretest) kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi dari Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Kontrol

Interval Frekuensi Relatif (%) Frekuensi

6-12 2 6,89% 13-19 10 34,48% 20-26 9 31,03% 27-33 3 10,34% 34-40 2 6,89% 41-47 3 10,34% Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel daftar distribusi frekuensi di atas diperoleh 6 kelas. Kelas interval 1 rentang nilai 6 sampai 12 dengan jumlah peserta didik 2. Kelas interval 2 rentang nilai 13 sampai 19 dengan jumlah peserta didik 10. Kelas interval 3 rentang nilai 20 sampai 26 dengan jumlah peserta didik 9. Kelas interval 4 rentang nilai 27 sampai 33 dengan jumlah peserta didik 3. Kelas interval 5 rentang nilai 34 sampai 40 dengan jumlah peserta didik 2. Kelas interval 6 rentang nilai 41 sampai 47 dengan jumlah peserta didik 3. Sehingga didapatkan 12 peserta didik dengan kategori sangat kurang, 13 peserta

(8)

didik dengan kriteria kurang dan 3 peserta didik dengan kriteria cukup. Dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Kriteria Pretest Kelas Kontrol No Interval Frekuensi Kriteria

1 1-20 12 Sangat Kurang 2 21-40 14 Kurang 3 41-60 3 Cukup 4 61-80 Baik 5 81-100 Sangat Baik

Dua kelas ini di uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan dua rata-rata sebelum pembelajaran. Jika kedua kelas normal dan homogen maka bisa dilanjutkan ke proses pembelajaran akan tetapi jika kedua kelas tidak normal dan homogen maka kedua kelas tidak bisa lajut dalam proses pembelajaran. Kedua kelas ini normal dan homogen maka dapat dilanjutkan ke proses pembelajaran setelah pretes terlaksana. Kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dan kelas kontrol dengan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab.

b. Proses atau perlakuan (Treatment)

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen yang terdiri kelas eksperimen

(9)

dan kelas kontrol. Dalam hal ini proses pembelajaran kedua kelas tersebut menggunakan cara yang berbeda, di mana kelas eksperimen diajar dengan menggunakan model discovery learning sedangkan kelas kontrol dengan model ceramah dan tanya jawab. Proses ini dilaksanakan langsung setelah

pretest, dimulai dari pertemuan pertama sampai

ketiga dan ditutup dengan postest. c. Postest dan Data Nilai Postest

Posttest dilaksanakan setelah pembelajaran

selesai. Tujuan postest ini untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan data postest ini sebagai data akhir untuk mengetahui kondisi akhir sampel. Postest yang diberikan pada kelas eksperimen setelah peserta didik diajarkan dengan model pembelajaran

Discovery Learning mencapai nilai tertinggi 88 dan

nilai terendah 60. Rentang nilai (R) adalah 28, banyak kelasnya kelas interval diambil 6 kelas, panjang kelas interval diambil 5. Daftar distribusi frekuensi dari nilai postest kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.5

(10)

Tabel 4.5 Daftar Distribusi Frekuensi dari Nilai Tes Akhir (posttest) Kelas Eksperimen

Interval Frekuensi Relatif (%) Frekuensi

60-64 4 12,90% 65-79 3 9,67% 70-74 3 9,67% 75-79 9 29,03% 80-84 7 22,58% 85-89 5 16,12% Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel daftar distribusi frekuensi di atas diperoleh 6 kelas. Kelas interval 1 rentang nilai 60 sampai 64dengan jumlah peserta didik 4. Kelas interval 2 rentang nilai 65 sampai 79 dengan jumlah peserta didik 3. Kelas interval 3 rentang nilai 70 sampai 74 dengan jumlah peserta didik 3. Kelas interval 4 rentang nilai 75 sampai 79 dengan jumlah peserta didik 9. Kelas interval 5 rentang nilai 80 sampai 84 dengan jumlah peserta didik 7. Kelas interval 6 rentang nilai 85 sampai 89 dengan jumlah peserta didik 5. Sehingga didapatkan 19 peserta didik dengan kriteria baik dan 12 peserta didik dengan kriteria sangat baik. Dapat dilihat pada Tabel 4.6

(11)

Tabel 4.6 Kriteria Postest Kelas Eksperimen No Interval Frekuensi Kriteria

1 1-20 - Sangat Kurang 2 21-40 - Kurang 3 41-60 - Cukup 4 61-80 19 Baik 5 81-100 12 Sangat Baik

Postes yang diberikan pada kelas kontrol

setelah peserta didik diajar dengan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab mencapai nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 57. Rentang nilai (R) adalah 29, banyak kelasnya kelas interval diambil 6 kelas, panjang kelas interval diambil 5. Daftar distribusi frekuensi dari nilai postes kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Daftar Distribusi Frekuensi dari Nilai Tes Akhir (Posttes)

Kelas Kontrol

Interval Frekuensi Relatif (%) Frekuensi

57-61 3 10,34% 62-66 7 24,13% 67-71 3 10,34% 72-76 9 31,03% 77-81 5 17,24% 82-86 2 6,89% Jumlah 31 100

(12)

Berdasarkan tabel daftar distribusi frekuensi di atas diperoleh 6 kelas. Kelas interval 1 rentang nilai 57 sampai 61 dengan jumlah peserta didik 3. Kelas interval 2 rentang nilai 62 sampai 66 dengan jumlah peserta didik 7. Kelas interval 3 rentang nilai 67 sampai 71 dengan jumlah peserta didik 3. Kelas interval 4 rentang nilai 72 sampai 76 dengan jumlah peserta didik 9. Kelas interval 5 rentang nilai 77 sampai 81 dengan jumlah peserta didik 5. Kelas interval 6 rentang nilai 82 sampai 86 dengan jumlah peserta didik 2. Sehingga didapatkan 2 peserta didik dengan kriteria cukup, 25 peserta didik dengan kriteria baik dan 2 peserta didik dengan kriteria sangat baik. Dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Kriteria Pretest Kelas Eksperimen

No Interval Frekuensi Kriteria

1 1-20 - Sangat Kurang 2 21-40 - Kurang 3 41-60 2 Cukup 4 61-80 25 Baik 5 81-100 2 Sangat Baik

Tabel distribusi frekuensi ini menggambarkan bahwa pada pembelajaran kimia materi laju reaksi lebih tinggi nilai kelas eksperimen dengan

(13)

menggunakan model pembelajaran discovery learning daripada kelas kontrol dengan model

pembelajaran ceramah dan tanya jawab.

B. Analisis Data

1. Analisis Data Tahap Awal

Pada analisis tahap awal terdiri dari uji normalitas, dan uji homogenitas. Analisis tahap awal dilakukan sebelum pelaksanaan perlakuan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis tahap awal meliputi analisis soal dan analisis kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum penelitian..

a. Analisis Data Pretes 1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah chi kuadrat. Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika

2 hitung

>tabel2 tabel untuk taraf nyata α = 5% dan dk = k-1 dan terima H0 jika

2 hitung

<tabel2 . Hasil uji normalitas data

pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat

(14)

Tabel 4.9 Daftar Uji Chi Kuadrat Nilai Pretes Kelas Kemampuan 2 hitung  2 tabel Ket

Eksperimen Pretes 4,8980 11,07 Normal Kontrol Pretes 9,1462 11,07 Normal

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kedua kelas dalam kondisi normal dan tidak berbeda, karena

2 hitung  <tabel2 .Kelas eksperimen diperoleh 2 hitung

<tabel2 dengan nilai 4,8980 < 11,07 sedangkan kelas kontrol

2 hitung  < 2 tabel

dengan nilai 9,1462 < 11,07 Untuk lebih jelasnya perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran15.

Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi normal. Jadi kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dijadikan penelitian karena kedua kelas tersebut dalam keadaan normal. 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data nilai awal mempunyai

(15)

varians yang sama (homogen). Pengujian homogenitas data dilakukan dengan Uji Varians. Suatu populasi dikatakan homogen jika Fhitung <

Ftabel. Kriteria pengujian yang digunakan adalah

untuk taraf signifikan α = 5% dengan dk pembilang = n1-1 dan dk penyebut = n2-1.

Perhitungan uji homogenitas untuk sampel dengan menggunakan data nilai awal (pretest) diperoleh Fhitung = 1,573 dengan dk pembilang =

28 dan dk penyebut = 30, sehingga diperoleh

Ftabel= 1,854. Jadi hasil ini menunjukkan bahwa

Fhitung<Ftabel sehingga data yang diperoleh dapat

disimpulkan homogen.

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi sama atau tidak. Jika sama maka dikatakan homogen karena uji ini dilakukan pra syarat dalam analisis t-test. Setelah didapatkan hasil homogen maka tahap selajutnya uji kesamaan rata-rata. dapat dilihat pada Lampiran 15.

3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Teknik statistik yang digunakan dalam uji kesamaan dua rata-rata adalah teknik t-test. Hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa hasil penelitian yang

(16)

diperoleh untuk nilai pretes kelas ekspermen diperoleh rata-rata 19,355 dan varian (S2) adalah

74,640 sedangkan kelas control diperoleh rata-rata nilai pretes adalah 22,793 dan varian (S2)

adalah 117,384 dengan dk = 31 + 29 – 2 = 58 dan taraf nyata 5% maka diperoleh thitung = -1,363

dengan ttabel= 2,00.

Karena perhitungan uji kesamaan dua rata-rata thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha

ditolak, berarti rata-rata hasil nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, sehingga dapat digunakan sebagai sampel penelitian dapat dilihat pada Lampiran 15.

b. Analisis Data Skor Skala Psikologi sebelum Perlakuan 1. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah chi kuadrat. Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika

2 hitung

>tabel2 tabel untuk taraf nyata α = 5% dan dk = k-1 dan terima H0 jika

2 hitung

<tabel2 . Hasil uji normalitas data

pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat

(17)

Tabel 4.10 Daftar Uji Chi Kuadrat Skor sebelum Perlakuan Kelas Kemampuan 2 hitung  2 tabel Ket

Eksperimen Pretes 6,3280 11,07 Normal Kontrol Pretes 8,3267 11,07 Normal

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kedua kelas dalam kondisi normal dan tidak berbeda, karena

2 hitung  < tabel2 . Kelas eksperimen diperoleh 2 hitung

<tabel2 dengan nilai 6,3280 < 11,07 sedangkan kelas kontrol

2 hitung  < 2 tabel

dengan nilai 8,3267 < 11,07 Untuk lebih jelasnya perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 16.

Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi normal. Jadi kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dijadikan penelitian karena kedua kelas tersebut dalam keadaan normal.

(18)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data nilai awal mempunyai varians yang sama (homogen). Pengujian homogenitas data dilakukan dengan Uji Varians. Suatu populasi dikatakan homogen jika

Fhitung<Ftabel. Kriteria pengujian yang digunakan

adalah untuk taraf signifikan α = 5% dengan dk pembilang = n1-1 dan dk penyebut = n2-1.

Perhitungan uji homogenitas untuk sampel dengan menggunakan data nilai awal (pretest) diperoleh Fhitung = 0,461 dengan dk pembilang =

28 dan dk penyebut = 30, sehingga diperoleh

Ftabel= 1,854. Jadi hasil ini menunjukkan bahwa

Fhitung<Ftabel sehingga data yang diperoleh dapat

disimpulkan homogen dapat dilihat pada Lampiran 16.

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi sama atau tidak. Jika sama maka dikatakan homogen karena uji ini dilakukan pra syarat dalam analisis t-test. Setelah didapatkan hasil homogen maka tahap selajutnya uji kesamaan rata-rata.

(19)

3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Teknik statistik yang digunakan dalam uji kesamaan dua rata-rata adalah teknik t-test. Hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh untuk nilai pretes kelas ekspermen diperoleh rata-rata 63.12903 dan varian (S2)

adalah 161.38 sedangkan kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai pretes adalah 68,41379 dan varian (S2) adalah 79,394 dengan dk = 31 + 29 – 2 = 58

dan taraf nyata 5% maka diperoleh thitung = -1,872

dengan ttabel= 2,00 dapat dilihat pada Lampiran

16.

Karena perhitungan uji kesamaan dua rata-rata thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak,

berarti rata-rata skor nilai skla psikologi sebelum pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, sehingga dapat digunakan sebagai sampel penelitian

2. Analisis Data Tahap Akhir

Analisis tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dikemukakan. Data yang digunakan pada analisis tahap akhir ini adalah data nilai

(20)

Analisis tahap akhir meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji perbedaan dua rata-rata hasil belajar. a. Analisis Data Nilai Postest Hasil Belajar

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah chi

kuadrat. Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0

jika

2 hitung

> tabel2 tabel untuk taraf nyata α = 5% dan dk = k-1 dan terima H0 jika

2 hitung

<tabel2 . Hasil uji normalitas data posttes kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat Tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 Daftar Uji Chi Kuadrat Nilai

Posttes Kelas Kemampuan 2 hitung  2 tabel Ket

Eksperimen Postest 7.0998 11,07 Normal Kontrol Postest 4.4390 11,07 Normal

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kedua kelas dalam kondisi normal dan tidak berbeda, karena

2 hitung

(21)

eksperimen diperoleh

2 hitung

<tabel2 dengan nilai 7.0998 < 11,07 sedangkan kelas kontrol

2 hitung  < 2 tabel

dengan nilai 4.4390 < 11,07 Untuk lebih jelasnya perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 25.

Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi normal. Jadi kelas eksperimen dan kelas control dapat dijadikan penelitian karena kedua kelas tersebut dalam keadaan normal.

2. Uji homogenitas

Perhitungan uji homogenitas untuk sampel dengan menggunakan data nilai hasil belajar (post

test), diperoleh Fhitung = 0.97 dengan taraf

signifikan α = 5% serta dk pembilang = 28 dan dk penyebut = 30. Sehingga diperoleh Ftabel= 1,854.

Jadi hasil ini menunjukkan bahwa Fhitung<Ftabel

sehingga data yang diperoleh dapat disimpulkan homogeny dapat dilihat pada Lampiran 25.

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi sama atau tidak. Jika sama maka dikatakan

(22)

homogen karena uji ini dilakukan pra syarat dalam analisis t-test. Setelah didapatkan hasil homogen maka tahap selajutnya uji kesamaan rata-rata 3. Uji perbedaan Dua Rata-rata. (Uji Hipotesis)

Teknik statistik yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata kondisi akhir ini adalah teknik t-test. Digunakan untuk mengetahui koefisien perbedaan antara dua buah distribusi data. Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata menunjukkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh untuk kemampuan ranah kognitif kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai post test adalah 75.87097 dan varian (S2) adalah 62.52

sedangkan kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai

post test adalah 71.37931 dan varian (S2) adalah

60.67241 dengan dk = 29 + 31 – 2 = 58 dan taraf nyata 5% maka diperoleh thitung = 2,215 dengan

ttabel= 1,67 dapat dilihat pada Lampiran 25.

Karena perhitungan diperoleh thitung>ttabel,

maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti rata-rata

hasil belajar kimia pada materi pokok laju reaksi dengan model pembelajaran discovery learning lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kimia dengan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab.

(23)

b. Analisis Data Skor Skala Psikologi Setelah Perlakuan 1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah chi

kuadrat. Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0

jika

2 hitung

>tabel2 tabel untuk taraf nyata α = 5% dan dk = k-1 dan terima H0 jika

2 hitung

<tabel2 . Hasil uji normalitas data posttes kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat Tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12 Daftar Uji Chi Kuadrat Nilai setelah Perlakuan Kelas Kemampuan 2 hitung  2 tabel Ket

Eksperimen Postest 9,3873 11,07 Normal Kontrol Postest 8,8549 11,07 Normal

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kedua kelas dalam kondisi normal dan tidak berbeda, karena

2 hitung  <tabel2 . Kelas eksperimen diperoleh 2 hitung

<tabel2 dengan nilai 9.3873 < 11,07 sedangkan kelas kontrol

2 hitung

 <

(24)

2

tabel

dengan nilai 8,8549 < 11,07 Untuk lebih jelasnya perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 26.

Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi normal. Jadi kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dijadikan penelitian karena kedua kelas tersebut dalam keadaan normal.

2. Uji homogenitas

Perhitungan uji homogenitas untuk sampel dengan menggunakan data nilai hasil belajar (post

test), diperoleh Fhitung = 0,894 dengan taraf

signifikan α = 5% serta dk pembilang = 28 dan dk penyebut = 30. Sehingga diperoleh Ftabel= 1,854.

Jadi hasil ini menunjukkan bahwa Fhitung<Ftabel

sehingga data yang diperoleh dapat disimpulkan homogen.

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi sama atau tidak. Jika sama maka dikatakan homogen karena uji ini dilakukan pra syarat dalam analisis t-test. Setelah didapatkan hasil homogen maka tahap selajutnya uji kesamaan rata-rata

(25)

3. Uji perbedaan Dua Rata-rata. (Uji Hipotesis) Teknik statistik yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata kondisi akhir ini adalah teknik t-test. Digunakan untuk mengetahui koefisien perbedaan antara dua buah distribusi data. Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata menunjukkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh untuk kemampuan psikologi kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai posttest adalah 74,839 dan varian (S2) adalah 73,010

sedangkan kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai

posttest adalah 70,483 dan varian (S2) adalah

65,259 dengan dk = 31 + 29 – 2 = 58 dan taraf nyata 5% maka diperoleh thitung = 2,026 dengan

ttabel= 1,67.

Karena diperoleh perhitungan thitung>ttabel,

maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti rata-rata

skor skala psikologi kelompok eksperimen ada perbedaan psikologi antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. c. Uji Peningkatan Hasil Belajar

Uji ini dugunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar masing-masing kelas. Uji ini

(26)

menggunakan uji normalitas gain (N-Gain). Dalam uji ini nilai pretes akan dibandingkan dengan nilai

postest, sehingga dapat diketahui seberapa besar

peningkatan hasil belajar yang diperoleh setiap peserta didik. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai N-gain kelas eksperimen sebesar 0,72 dengan kriteria peningkatan hasil belajar tinggi, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai N-gain sebesar 0,63 dengan peningkatan hasil belajar sedang. Dapat dilihat Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Perbandingan Persentase Kategori N-Gain Hasil Belajar pada Peserta Didik

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kategori Eksperimen Kelas Kontrol Kelas

Tinggi 18 Orang 8 Orang

Sedang 13 Orang 21 Orang

Rendah Tidak ada Tidak ada Berdasarkan tabel perbandingan persentase kategori N-Gain pada peserta didik kelas eksperimen di atas yang tegolong kategori N-Gain tinggi 18 orang, kategori N-Gain sedang 13 orang dan kategori N-Gain rendah 0 sehingga dapat disimpulkan tidak ada peserta didik yang tergolong N-Gain rendah. kelas

(27)

kontrol yang tegolong kategori N-Gain tinggi 8 orang, kategori N-Gain sedang 21 orang dan kategori N-Gain rendah 0 sehingga dapat disimpulkan tidak ada peserta didik yang tergolong N-Gain rendah. Sedangkan N-Gain pada skala psikologi dapat dilihat pada Tabel 4.14

Tabel 4.14 Perbandingan Persentase Kategori N-Gain Skala Psikologi pada Peserta

Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kategori Eksperimen Kelas Kontrol Kelas Tinggi 1 Orang Tidak ada

Sedang 19 Orang 15Orang

Rendah 11 Orang 14 Orang

Berdasarkan tabel perbandingan persentase kategori N-Gain pada peserta didik kelas eksperimen di atas yang tegolong kategori N-Gain tinggi 1 orang, kategori N-Gain sedang 19 orang dan kategori N-Gain rendah 11. kelas kontrol yang tegolong kategori N-Gain tinggi 0, kategori N-N-Gain sedang 15 orang dan kategori N-Gain rendah 14 orang. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen sebesar 0,30 dengan kriteria peningkatan hasil belajar sedang, sedangkan pada kelas kontrol

(28)

diperoleh nilai N-gain sebesar 0,25 dengan peningkatan skor skala spikologi rendah.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, sebelum dilakukan pembelajaran terdapat kesamaan rata-rata hasil belajar peserta didik antara kelas XI-e dan kelas XI-f hal ini dibuktikan dengan thitung < ttabel atau -1,363 < 2,00. Maka

dapat disimpulkan bahwa ada persamaan pretest antara kelas kelas XI-e dan kelas XI-f. Setelah kedua kelas dalam keadaan yang sama maka dapat dilanjut pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai dilanjukan dengan postest, terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar peserta didik antara kelas e dan kelas f hal ini dibuktikan dengan thitung > ttabel atau 2,215 >

1,67. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan. Pada kelas XI-e yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery Learning dan pada kelas XI-f yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab.

Model pembelajaran Discovery Learning pendidik menggunakan media lembar kerja peserta didik untuk menfasilitasi peserta didik untuk mandiri dalam memecahkan problem sehingga peserta didik benar-benar memahami konsep atau rumus, sebab peserta didik mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut. (Baharuddin , 2010) Lembar kerja peserta

(29)

didik merupakan salah satu panduan peserta didik yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Peserta didik belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong peserta didik untuk mempunyai pengalaman-pengalaman dan menghubungkan pengalaman-pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip-prinsip bagi diri mereka sendiri. (Baharuddin , 2010)

Model pembelajaran Discovery Learning juga memiliki kelebihan diantaranya: Peserta didik ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya, sebab ia berfikir dan tidak sekedar mendengarkan informasi atau menerima ilmu pengetahuan yang telah diberikan. Menimbulkan semangat ingin tahu dari para peserta didik, (Baharuddin , 2010) Memotivasi dari dalam diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban- jawaban atas problem yang dihadapi mereka.

Model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kreativitas belajar yang tinggi dari pada model pembelajaran ceramah dan tanya jawab karena pada model pembelajaran Discovery Learning biasa disebut penemuan terbimbing adalah bagian dari penemuan dimana bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui berbagai aktivitas sehingga peran guru lebih banyak

(30)

sebagai fasilisator dan pembimbing peserta didik. Adanya lembar kerja peserta didik tersebut yang berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi sehingga peserta didik dapat lebih aktif menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam pembelajaran.

Hal tersebut sesuai teori belajar Bruner bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Brunner menyarankan agar peserta didik hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Belajar menemukan konsep dapat membangkitkan keingintahuan peserta didik, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban. Model pembelajaran ini dapat mengajarkan kemampuan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan meminta peserta didik untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima saja. (Ratna Wilis Dahar ,

(31)

2011) Sedangkan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab dalam pola pengajaran ini ada sisi positifnya yaitu terjadi interaksi tanya jawab antara peserta didik dengan pendidik akan tetapi sisi negatifnya menjadikan pemahaman peserta didik kurang terutama pada materi yang bersifat hitungan.

Peserta didik yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Discovery Learning dapat menunjukkan aktivitas pembelajaran dalam beberapa kegiatan diantaranya : aktifnya peserta didik dalam bertanya dengan temannya, bertanya dengan gurunya dan keberanian dalam mempresentasikan di kelas. Adanya kontrol dan arahan dari peneliti, peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga pembelajaran efektif.

Dalam praktiknya, aktivitas belajar peserta didik secara kelompok dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kreativitas belajar peserta didik. Hal ini ditunjukan bahwa peserta didik belajar mandiri dalam memecahkan problem dan benar-benar memahami konsep atau rumus, sebab peserta didik mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut dan pengalaman baik dengan satu kelompoknya maupun dengan kelompok lainnya sehingga menimbulkan semangat ingin tahu dari para peserta didik. Peserta didik ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya, sebab ia berfikir

(32)

dan tidak sekedar mendengarkan informasi atau menelan seongok ilmu pengetahuan yang telah disiapkan.

Peneliti juga memberikan skala psikologi untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Skala psikologi merupakan data pendukung yang terdiri atas 40 pernyataan dalam bentuk skala Likert yang telah diuji validitas. Skala psikologi ini telah di uji kevalidannya oleh Tahta Kurnia, (Kurnia , 2010) sehingga peneliti menggunakan angket yang sudah valid yaitu sebanyak 26 pertanyaan. Skala psikologi sebagai alat ukur memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain seperti angket, inventori, dll. Skala psikologis yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala psikologis kreativitas belajar peserta didik berupa skala Likert. Skala Likert menghadirkan sejumlah pernyataan positif dan negatif tentang suatu objek sikap. Skala psikologi kreativitas ini digunakan untuk mengetahui tingkat kreativitas dari peserta didik. Indikator keberhasilan kreativitas yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi yang merupakan ciri-ciri dari kreativitas. Dari ciri-ciri tersebut kemudian dijabarkan dalam skala psikologi kreativitas susunan. Persentase keberhasilan yang diinginkan sebesar 75% dari peserta didik memperoleh kriteria minimal tinggi.

(33)

Skor skala kreativitas belajar yang diperoleh menunjukkan peningkatan pada setelah pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan kategori sangat tinggi pada kelas kontrol sebanyak 1 peserta didik dan pada kelas eksperimen sebanyak 3 peserta didik, kategori tinggi pada kelas kontrol sebanyak 15 peserta didik dan pada kelas eksperimen sebanyak 20 peserta didik, kategori rendah pada kelas kontrol sebanyak 13 peserta didik dan pada kelas eksperimen sebanyak 8 peserta didik sedangkan kategori sangat rendah pada pada kelas kontrol sebanyak 0 peserta didik dan pada kelas eksperimen sebanyak 0 peserta didik sehingga tidak ada peserta didik yang termasuk kategori sangat rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning ini dapat memberikan kontribusi proses belajar yang lebih baik sebab peserta didik belajar aktif dengan menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan pendidik mendorong peserta didik untuk mempunyai pengalaman - pengalaman dan menghubungkan pengalaman-pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip-prinsip bagi diri mereka sendiri (Baharuddin,2010) sehingga memotivasi dari dalam diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban- jawaban atas problem yang dihadapi mereka.

(34)

Hasil uji N-gain menunjukkan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,72 (tinggi), sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai N-gain sebesar 0,63 (sedang). Sedangkan pada skor skala psikologi hasil uji N-Gain menunjukkan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan pada skor skala psikologi yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,3 (sedang), sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai N-gain sebesar 0,25 (rendah). Dapat dilihat pada Tabel 4.15

Tabel 4.15 Hasil N-Gain antara Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen

No Keterangan N-Gain K. Kontrol K.Eksperimen N-Gain

1 Tes 0.63 0.71

2 Skala Psikologi Kreativitas 0.25 0.3 Berdasarkan beberapa uraian diatas jadi dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran kimia menggunakan dengan model pembelajaran Discovery

Learning efektif terhadap hasil belajar kognitif peserta didik

dan cukup efektif terhadap kreativitas belajar peserta didik kelas XI di SMK penerbangan kartika aqasa bhakti semarang pada sub materi laju reaksi.

(35)

D. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan Waktu

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini terpancang oleh waktu karena waktu yang digunakan sangat terbatas. Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan pada saat diskusi kelompok karena peserta didik membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga mengakibatkan pelaksanaan skenario pembelajaran tidak sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

2. Keterbatasan Tempat

Penelitian ini hanya dilakukan di satu tempat yaitu di SMK Penerbangan Aqasa Bhakti Semarang dan yang menjadi populasi dalam penelitian kali ini adalah peserta didik kelas XI SMK Penerbangan Kartika Aqasa Bhakti Semarang. Oleh karena itu, hanya berlaku bagi peserta didik kelas XI SMK Penerbangan Kartika Aqasa Bhakti Semarang saja dan tidak berlaku bagi peserta didik di sekolah lain.

3. Keterbatasan dalam Objek Penelitian

Penelitian ini terbatas pada materi pokok laju reaksi semester ganjil di SMK Penerbangan Kartika Aqasa Bhakti Semarang. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan kreativitas belajar peserta didik dengan menggunakan model Discovery Learning.

(36)

Apabila penelitian ini dilakukan pada materi dan tempat berbeda kemungkinan hasilnya tidak sama.

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi   dari Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi dari  Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Kontrol  Interval  Frekuensi  Frekuensi
Tabel 4.5 Daftar Distribusi Frekuensi   dari Nilai Tes Akhir (posttest) Kelas Eksperimen
Tabel 4.6 Kriteria Postest Kelas Eksperimen  No  Interval   Frekuensi   Kriteria
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat berkembang dan mampu terlibat dalam masyarakat manusia tidak dapat terlepas dari bantuan serta pertolongan orang lain. Hidup bermasyarakat adalah saling membutuhkan

Pada sore harinya surat itu diambil beliau dan ternyata benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Hussein Mutahar

Semakin tinggi nilai aktifitas tanah lempung, maka se- makin ekspansif dengan mengembang dan mengerut yang tinggi seperti pada lempung monmorilonitik. Pada umumnya tanah

Dengan mengikuti perkuliahan ini, di akhir semester setiap mahasiswa mengenal dan mampu mengaplikasikan sejumlah metode dan pendekatan modern dalam kajian

Ini artinya bahwa semakin tinggi suhu pemanasan, akan diikuti oleh penurunan jumlah titrasi larutan Huble yang menunjukkan penurunan kandungan asam lemak tidak jenuh pada minyak

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Teknik Universitas

Ada dua istilah utama yang digunakan dalam mengklasi'ikasikan endapan, yaitu sumberdaya 3esources, dan cadangan 3eser4es,&#34;   &#34;umberdaya mineral 3esources,  adalah

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dilakukan di SMK Negeri 4 Yogyakarta mulai dari tanggal 10 Agustus 2015 sampai dengan 12 September 2015. Sekolah ini berlokasi di Jalan Sidikan