1
MONITORING DAN EVALUASI
DALAM RANGKA OPTIMALISASI PERAN KARANG TARUNA
KOTA SURAKARTA
TAHUN 2014
TIM MONEV : BAPPEDA KOTA SURAKARTA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET :
1. Dr. Argyo Demartoto. M.Si NIP. 19650825 199203 1 003 2. Aditiyanta Karsendra P NIM D0313002
3. M Kevin Andry R NIM D0313048 4. Widya Lestari NIM D0313080
2
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Jl. Jend. Sudirman No. 2 Surakarta 57111 Telp. 0271-655277, 642020 psw 405http://www.bappeda.surakarta.go.id/
KATA PENGANTAR
Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 77 / HUK / 2010 Tentang Pedoman Dasar Karang Taruna, bahwa Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Anggota Karang Taruna yang disebut Warga Karang Taruna adalah setiap anggota masyarakat yang berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun yang berada di desa/kelurahan.
Dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 11 Tahun 2011 Tentang
Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dinyatakan bahwa dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat di Kelurahan serta memberikan kebebasan berserikat bagi warga masyarakat, maka perlu dilakukan pengaturan mengenai pembinaan dan penataan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan yang ada secara lebih baik, tertib dan teratur. Oleh karena itu guna penyelenggaraan pemerintahan, dan pembangunan kemasyarakatan Kelurahan perlu adanya peran serta masyarakat yang dikelola oleh Lembaga Kemasyarakatan, termasuk Karang Taruna.
Dewasa ini Karang Taruna dalam masyarakat mulai luntur keberadaannya, bahkan sudah mulai hilang. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh mordernisasi dan arus globalisasi, sehingga menyebabkan mulai hilangnya minat pemuda-pemudi untuk berpartisipasi di dalamnya. Pada pelaksanaan program dan kegiatan Karang Taruna baik di tingkat Kelurahan, Kecamatan dan Kota Surakarta partisipasi generasi muda terhadap Karang Taruna sangat rendah. Banyak diantara pemuda yang kurang antusias terhadap Karang Taruna, banyak hal yang belum diketahui mengenai kebijakan yang
3
terkait dengan Karang Taruna dan tidak menyadari betapa pentingnya Karang Taruna sebagai wadah organisasi pemuda didaerah atau wilayah masing-masing.
Oleh karena itu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Surakarta bekerja sama dengan SKPD terkait dan Universitas Sebelas Maret melakukan Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Karang Taruna untuk Optimalisasi Peran Karang Taruna di Kota Surakarta. Tujuan Monev adalah untuk mengetahui kelembagaan; koordinasi dan kemitraan; sumber daya manusia; program kegiatan; pendanaan serta pembinaan dalam Karang Taruna di Kota Surakarta.
Atas selesainya Laporan Monev tentang Optimalisasi Peran Karang Taruna Kota Surakarta Tahun 2014 ini, kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pengurus dan anggota Karang Taruna Indonesia Kelurahan, Kecamatan, dan Kota Surakarta.
Demikian semoga Laporan Monev ini dapat memberikan manfaat dan menjadi acuan dalam perumusan kebijakan dan program pemberdayaan dan pembinaan untuk optimalisasi peran Karang Taruna di Kota Surakarta.
Surakarta, 28 Oktober 2014
KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA
Drs. AGUS DJOKO WITIARSO, ST, MSi Pembina Utama Muda
4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga sosial merupakan himpunan dari pada norma–norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat (Soekanto, 2001). Lembaga sosial adalah suatu sistem hubungan sosial yang terorganisir serta memperlihatkan adanya nilai–nilai dan cara–cara berhubungan satu sama lain yang diatur bersama guna memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu masyarakat tertentu (Wulansari 2009: 94). Kebutuhan hidup dalam bermasyarakat ini menimbulkan adanya lembaga-lembaga kemasyarakatan, salah satunya adalah Karang Taruna.
Karang Taruna merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan yang diakui keberadaannya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Karang Taruna lahir pada tanggal 26 September 1960 di Kampung Melayu, Jakarta. Dalam perjalanan
sejarahnya, Karang Taruna telah melakukan berbagai kegiatan, sebagai upaya untuk
turut menanggulangi masalah-masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda dilingkungannya, sesuai dengan kondisi daerah dan tingkat kemampuan masing-masing.
Pada mulanya, kegiatan Karang Taruna hanya sebatas pengisian waktu luang yang positif seperti rekreasi, olah raga, kesenian, kepanduan (pramuka), pendidikan keagamaan (pengajian) dan lain-lain bagi anak yatim, putus sekolah, tidak sekolah, yang berkeliaran dan main kartu serta anak-anak yang terjerumus dalam minuman keras dan narkoba. Dalam perjalanan sejarahnya, dari waktu ke waktu kegiatan Karang Taruna telah mengalami perkembangan sampai pada sektor Usaha Ekonomis Produktif (UEP) yang membantu membuka lapangan kerja/usaha bagi pengangguran dan remaja putus sekolah.
Pada masa Pemerintahan Orde Baru, nama Karang Taruna hanya diperuntukkan bagi kepengurusan tingkat Desa/Kelurahan serta Unit/Sub Unit saja (tingkat RT/RW). Sedangkan kepengurusan tingkat Kecamatan sampai Nasional menggunakan sebutan Forum Komunikasi Karang Taruna (FKKT). Hal tersebut
5
diatur dalam Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 11/HUK/1988 Tentang Pedoman Dasar Karang Taruna.
Keberadaan Karang Taruna dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan pada waktu itu, bertumpu pada landasan hukum yang dimiliki, yang terus diperbaharui sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masalah kesejahteraan sosial serta sistem pemerintahan yang terjadi. Landasan hukum yang dimiliki Karang Taruna adalah Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor. 13/HUK/KEP/l/1981 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang Taruna, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor. II/MPR/1983 Tentang GBHN, menempatkan Karang Taruna sebagai wadah Pembinaan Generasi
Muda.
Krisis moneter yang melanda bangsa ini tahun 1997 turut memberikan dampak bagi menurunnya dan bahkan terhentinya aktivitas sebagian besar Karang Taruna. Saat dilaksanakan Temu Karya Nasional (TKN) IV tahun 2001 di Medan, disepakatilah perubahan nama menjadi Karang Taruna Indonesia (KTI). Oleh karena masih banyaknya perbedaan persepsi tentang Karang Taruna maka pada TKN V 2005 yang diselenggarakan di Banten tanggal 10-12 April 2005, Namanya dikembalikan menjadi Karang Taruna. Ketetapan ini kemudian diatur dalam Peraturan Menteri
Sosial Republik Indonesia Nomor 83/HUK/2005 Tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Dengan dikeluarkannya Permensos ini diharapkan tidak lagi terjadi
perbedaan penafsiran tentang Karang Taruna, dalam arti bahwa pemahaman tentang Karang Taruna mengacu kepada Peraturan Menteri Sosial tersebut.
Karang Taruna menduduki posisi penting, karena sangat dekat dengan masyarakat level terbawah, masyarakat akar rumput. Karang Taruna diharapkan mampu menjadi agen pembaruan, agen pencerahan dalam pembangunan memberantas kemiskinan. Peran lain yang bisa diambil Karang Taruna adalah jadi motivator, inisiator dalam pembangunan dan katalisator keserasian sosial. Karang Taruna juga wadah pemupukan karakter bangsa, yang jika dikembangkan secara kreatif akan merupakan kekuatan dahsyat bangsa ini.
Sebagai organisasi sosial kepemudaan yang mempunyai jaringan hingga ke tingkat bawah, Karang Taruna merupakan mediator dan motivator dalam pembangunan. Karang Taruna merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari
6
pembangunan bangsa ini. Karena itu, pemuda Karang Taruna harus mempunyai tekad dan keinginan untuk memberikan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat dan pembangunan bangsa.
Karang Taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda yang berada di Desa/Kelurahan dalam bidang Usaha Kesejahteraan Sosial. Sebagai wadah pembinaan tentu saja mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan yang melibatkan seluruh komponen dan potensi yang ada di Desa / Kelurahan yang bersangkutan. Sebagai Lembaga / Organisasi yang bergerak di bidang pembangunan kesejahteraan sosial dan berfungsi sebagai subyek, Karang Taruna sedapat mungkin mampu
menunjukkan fungsi dan perannya secara optimal. Jadi peran Karang Taruna
bukan saja dalam pembinaan remaja saja, melainkan juga usaha mengadakan perubahan serta perbaikan sosial kemasyarakatan.
Sampai saat ini keberadaan Karang Taruna diakui oleh negara. Hal ini terdapat dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 77 / HUK / 2010 Tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Jadi lembaga Karang Taruna sangat dianjurkan untuk ada dalam masyarakat. Karang Taruna merupakan organisasi kemasyarakatan yang anggotanya merupakan pemuda-pemudi dari daerah tersebut. Karang Taruna menjadi wadah untuk menanamkan nilai kebangsaan, pengembangan potensi yang mereka miliki, menjadi wadah untuk belajar berorganisasi, juga dapat dijadikan untuk penyaluran aspirasi mereka untuk perkembangan bangsa ini. Tetapi tidak banyak pemuda di Indonesia yang mengerti arti penting Karang Taruna yang sesungguhnya, mereka hanya memandang sebelah mata organisasi Karang Taruna dan memandang bahwa Karang Taruna hanya sebuah wadah untuk pertemuan pemuda saja. Untuk terciptanya pelaksanaan, komunikasi , informasi , konsultasi , koordinasi, konsolidasi, dan kolaborasi, di bentuk Forum Pengurus Karang Taruna di Kecamatan/Kabupaten/Kota , Provinsi dan Nasional sebagai sarana organisasi Karang Taruna yang pelaksanaannya melalui para pengurus disetiap lingkup wilayah masing-masing. Pengurus Karang Taruna Kota Surakarta periode tahun 2012-2017 telah terpilih dan disahkan dalam Temu Karya Karang Taruna Kota Surakarta pada tanggal 22-23 Desember 2012.
Dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 11 Tahun 2011 Tentang
7
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat di kelurahan serta memberikan kebebasan berserikat bagi warga masyarakat, maka perlu dilakukan pengaturan mengenai pembinaan dan penataan lembaga kemasyarakatan kelurahan yang ada secara lebih baik, tertib dan teratur. Oleh karena itu guna penyelenggaraan pemerintahan, dan pembangunan kemasyarakatan kelurahan perlu adanya peran serta masyarakat yang dikelola oleh Lembaga Kemasyarakatan, termasuk Karang Taruna.
Dewasa ini Karang Taruna dalam masyarakat mulai luntur keberadaannya, bahkan sudah mulai hilang. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh mordernisasi dan arus globalisasi, sehingga menyebabkan mulai hilangnya minat pemuda-pemudi untuk berpartisipasi di dalamnya. Pada pelaksanaan program dan kegiatan Karang Taruna baik di tingkat Kelurahan, Kecamatan dan Kota Surakarta partisipasi generasi muda terhadap Karang Taruna sangat rendah. Banyak diantara pemuda yang kurang antusias terhadap Karang Taruna, banyak hal yang belum diketahui mengenai kebijakan yang terkait dengan Karang Taruna dan tidak menyadari betapa pentingnya Karang Taruna sebagai wadah organisasi pemuda didaerah atau wilayah masing-masing. Oleh karena itu perlu diadakan Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Karang Taruna untuk Optimalisasi Peran Karang Taruna di Kota Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam kajian ini adalah bagaimanakah peran Karang Taruna dalam upaya optimalisasi peran Karang Taruna di Kota Surakarta?
C. Tujuan Monev :
1. Untuk mengetahui kelembagaan , koordinasi dan kemitraan Karang Taruna di Kota Surakarta.
2. Untuk mengetahui sumber daya manusia dalam Karang Taruna di Kota Surakarta. 3. Untuk mengetahui program kegiatan dalam Karang Taruna di Kota Surakarta. 4. Untuk mengetahui pendanaan dalam Karang Taruna di Kota Surakarta.
8
D. Manfaat Monev
1. Menjadi acuan dalam mengembangkan program dan kegiatan Karang Taruna di Kota Surakarta.
2. Memberikan kontribusi terhadap upaya optimalisasi peran Karang Taruna di Kota Surakarta.
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep 1. Peran a. Pengertian Peran
Pengertian peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut ( Friedman, 1998 : 286 ).
Menurut R. Linton, peran adalah the dynamic aspect of status. Dengan kata lain, seseorang menjalankan perannya sesuai hak dan kewajibannya. Sedangkan menurut Paul B. Horton peran merupakan pelengkap hubungan peran yang dimiliki seseorang karena meduduki status sosial tertentu. (Soekanto , 2001)
b. Struktur Peran
Struktur peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Peran Formal ( Peran yang Nampak Jelas )
Peran formal yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu adalah peran sebagai provider ( penyedia ); pengatur rumah tangga; memberikan perawatan; sosialisasi anak; rekreasi; persaudaraan (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal); terapeutik; seksual.
2) Peran Informal ( Peran Tertutup )
Peran informal yaitu suatu peran yang bersifat implisit ( emosional ) biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga, peran-peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu dan didasarkan pada atribut-atibut kepribadian anggota keluarga individual. Pelaksanaan
peran-10
peran informal yang efektif dapat mempermudah pelaksanaan peran-peran formal.
2. Karang Taruna
Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 77 / HUK / 2010 Tentang Pedoman Dasar Karang Taruna bahwa :
a. Pengertian Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial.
Anggota Karang Taruna disebut Warga Karang Taruna adalah setiap anggota masyarakat yang berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun yang berada di desa/kelurahan.
Forum Pengurus Karang Taruna adalah wadah atau sarana kerjasama Pengurus Karang Taruna, dalam melakukan komunikasi, informasi, konsultasi, koordinasi, konsolidasi dan kolaborasi, sebagai jejaring sosial Pengurus Karang Taruna Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Nasional.
b. Asas dan Tujuan
1) Karang Taruna berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 2) Karang Taruna bertujuan untuk mewujudkan :
a) Pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota masyarakat yang berkualitas, terampil, cerdas, inovatif, berkarakter serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda;
b) Kualitas kesejahteraan sosial setiap anggota masyarakat terutama generasi muda di Desa/Kelurahan secara terpadu, terarah, menyeluruh serta berkelanjutan;
11
c) Pengembangan usaha menuju kemandirian setiap anggota masyarakat terutama generasi muda; dan
d) Pengembangan kemitraan yang menjamin peningkatan kemampuan dan potensi generasi muda secara terarah dan berkesinambungan.
c. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
1) Karang Taruna berkedudukan di Desa/Kelurahan di dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Karang Taruna memiliki tugas pokok secara bersama-sama dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta masyarakat lainnya menyelenggarakan pembinaan generasi muda dan kesejahteraan sosial.
3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Karang Taruna mempunyai fungsi:
a) Mencegah timbulnya masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda;
b) Menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan diklat setiap anggota masyarakat terutama generasi muda;
c) Meningkatkan Usaha Ekonomi Produktif;
d) Menumbuhkan, memperkuat dan memelihara kesadaran dan tanggung jawab sosial setiap anggota masyarakat terutama generasi muda untuk berperan secara aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
e) Menumbuhkan, memperkuat, dan memelihara kearifan lokal; dan
f) Memelihara dan memperkuat semangat kebangsaan, Bhineka Tunggal Ika dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Teori Sistem
Secara umum para ahli teori organisasi melihat organisasi dari 2 sudut pandang, yaitu: 1. Sudut pandang yang melihat suatu organisasi sebagai satu kesatuan unit
yang memiliki suatu tujuan, seperti yang dianut oleh para ahli teori klasik dan
neo-klasik, sering juga disebut dengan pendekatan goalistic. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada pembagian kerja dalam pencapaian tujuan organisasi, pada prosedur kerja yang ditetapkan untuk mencapai tujuan itu, dan sebagainya.
12
Analisisnya sangat ditandai oleh analisis alat-tujuan, serta penempatan rasionalitas yang mendasari bekerjanya berbagai aktivitas dalam organisasi. Pendekatan ini mempunyai kelemahan yang berkaitan dengan hubungan saling pengaruh antar elemen dalam organisasi, hubungan antara organisasi dengan lingkungan sekitarnya.
2. Pendekatan yang lebih melihat hubungan antar elemen, baik yang ada di
dalam organisasi, maupun dengan lingkungan sekitarnya yang tersusun dari elemen-elemen yang saling berhubungan. Oleh karena itu pendekatan ini sering
dikatakan sebagai pendekatan yang sistematik. Pendekatan sistemik menaruh perhatian pada organisasi yang mempunyai tujuan sebagai suatu sistem yang komplek, bahkan sistem kehidupan (living system) yang terdiri dari elemen-elemen yang saling terjadi hubungan dan proses yang terjadi dalam hubungan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan para ahli melihat organisasi secara menyeluruh, baik hubungan antar elemen dalam organisasi maupun hubungan antara organisasi dengan lingkungan sekitarnya. Apabila ada yang hilang atau tidak berfungsi akan mengganggu sistem itu sebagai keseluruhan.
Sistem pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik umum sebagai berikut:
1. Bagian dari sistem bersifat dinamis, berinteraksi satu sama lain, saling berhubungan, dan saling tergantung satu sama lain.
2. Suatu sistem dapat tersusun dari beberapa sub sistem, sub sistem dapat tersusun dari beberapa sub-sub sistem yang secara keseluruhan harus dilihat sebagai bagian dari sistem.
3. Setiap sistem memiliki tujuan proses, norma, perangkat peran, struktur sendiri, dan pola-pola tertentu.
4. Sistem pada dasarnya bersifat terbuka (open system) dengan ciri adanya masukan energi, keluaran, proses di dalam sistem, masukan informasi, umpan balik negatif dan sebagainya.
Melihat organisasi sebagai suatu sistem, didalamnya terdapat minimal 3 sub sistem, yaitu:
1. Sub sistem teknis yang menunjuk pada aspek formal. Sistem teknis terdiri dari aturan diberlakukan, distribusi wewenang dan tanggung jawab dilakukan, jenjang hirarki atas tugas-tugas disusun.
13
2. Sub sistem sosial menunjuk pada aspek non formal. Sistem sosial terjadi karena terjadinya saling berinteraksi para karyawan, baik sejajar atau lintas hirarki, membentuk kelompok sosial yang sifatnya spontan. Kelompok sosial ini memiliki tujuan, peran, struktur maupun normanya sendiri.
3. Sub sistem kekuasaan menunjuk pada aspek non formal. Sub sistem kekuasaan terjadi karena tingkah laku orang dalam organisasi yang sangat bervariasi, ada yang lebih kuasa dari yang lain, ada yang mempunyai pengaruh lebih luas sehingga terjadi deferensiasi kekuasaan yang berdasar pada besar kecilnya kekuasaan yang dimiliki dalam organisasi dan menciptakan struktur kekuasaan dalam organsiasi.
Pada kenyataannya, ketiga sub sistem tersebut tidak dapat saling dipisahkan dan saling mempengaruhi, saling tergantung, sub sistem yang satu menjadi lingkungan sub sistem lainnya, dan menjadi bagian dari sistem yang lebih besar, organisasi, masyarakat. Kondisi ini menghasilkan interaksi antar sub sistem maupun antar sistem dan terbentuk pula perilaku organisasi sebagai refleksi dari hasil pengaruh sub sistem dan sistem yang berbeda. Konsekuensinya, organisasi selalu mengalami pergeseran dari rancangan awalnya sebagai akibat dari bekerjanya sub sistem maupun sistem yang ada. Organisasi selalu menanggapi perubahan sutuasi yang terjadi dengan menciptakan keseimbangan yang dinamis.
Perkembangan dalam masyarakat sejalan dengan kemajuan teknologi adalah berkembangnya organisasi sebagai entitas yang kompleks. Organisasi yang demikian ditandai dengan sejumlah ciri, antara lain:
1. Berskala besar
2. Memiliki berbagai tujuan 3. Teknologi canggih
4. Menggunakan banyak sumber daya manusia yang tersebar dalam suatu wilayah yang luas sehingga tidak selalu dapat melakukan interaksi temu muka
5. Mempunyai tingkat spesialisasi yang tinggi
6. Memiliki latar belakang, persepsi, kepercayaan, sikap yang berbeda. Kompleksitas organisasi dipengaruhi lingkungannya yang juga selalu berubah dengan cepat sehingga merupakan suatu sistem yang tidak dipahami hanya dari memahami ukuran, fungsi, maupun strukturnya secara terpisah. Berkembangnya teori sistem karena apresiasi fungsi organisasi dan bagaimana
14
memahami organisasi berinteraksi dengan lingkungannya karena organisasi merupakan suatu susunan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu sehingga organisasi tersusun atas berbagai komponen yang terintegrasi dan masing-masing komponen melakukan aktivitasnya sendiri.
Menurut teori sistem, suatu sistem dapat dibagi 2 yaitu:
1. Sistem tertutup (closed system), merupakan suatu sistem yang beroperasi tanpa pengaruh lingkungan, contohnya pandangan para ahli teori klasik yang memusatkan perhatiannya pada struktur formal dan peranan dari struktur formal.
2. Sistem terbuka (open system), melihat adanya pengaruh timbal balik antara organisasi dengan lingkungannya dan menempatkan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh organisasi.
Para ahli dari teori sistem/neostrukturalis mengembangkan berbagai model, diantaranya oleh Tavistock, Homans, “overlapping group” dari Likert, “overlapping role-set” oleh Kahn yang mengkaji hubungan dan interaksi antara organisasi dengan lingkungan. Model-model tersebut secara garis besar menghasilkan beberapa penjelasan sebagai berikut :
1. Perubahan pada suatu bagian dari sistem atau subsistem akan selalu membawa pengaruh terhadap bagian atau subsistem yang lain dari sistem tersebut.
2. Organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka yang terdapat mekanisme masukan proses keluaran berlangsung dan itu berarti terdapat mekanisme terhadap lingkungan.
Suatu jaringan kerja dari kegiatan interaksi dan perasaan dari orang-orang dalam organisasi terbentuk oleh karena bekerjanya sistem internal maupun sistem eksternal. Kelompok-kelompok dalam organisasi saling tumpang tindih dan berkait satu sama lain melalui hubungan antar individu. Terdapat perangkat peran yang saling tumpang tindih dan saling kait mengkait, setiap individu memainkan peran masing-masing sesuai dengan yang diharapkan dari masing-masing orang.
Prinsip-prinsip organisasi diikuti lebih patuh pada industri-industri dengan teknologi yang stabil dibanding dalam industri dengan teknologi yang dinamis Masing-masing bagian dari organisasi bersifat fungsional, bekerja dengan dan bereaksi terhadap suatu bagian tertentu saja dari lingkungan yang berbeda dan bagian
15
yang lain dari organisasi. Model yang dikembangkan di atas menunjukkan bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang komplek. Organisasi menerima masukan dari lingkungan dan kemudian menstransformasikannya menjadi keluaran untuk kembali disodorkan kepada lingkungan. Proses ini berulang atau melingkar (recycling process) yang tiada henti. Pendekatan sistem memberikan sumbangan yang besar dalam evolusi perkembangan teori organisasi modern yang dikenal dengan teori sistem umum (General System Theory). Pada prinsipnya General System Theory menggunakan sistem sebagai dasar memahami fenomena organisasi, yaitu fungsi dan saling interaksi antara organisasi dengan lingkungannya. Beberapa ciri inti dari
General System Theory ini antara lain bahwa organisasi sebagai suatu sistem memiliki
bagian-bagian:
1. Individu dalam organisasi
Adanya individu/orang dalam organisasi menyebabkan organisasi dapat beraktivtas. Individu mempunyai latar belakang, sikap, motivasi yang berlainan dan bersama-sama, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Individu dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.
2. Setiap organisasi selalu tersusun berdasarkan prinsip, peraturan, dan prosedur tertentu untuk dapat menjalankan fungsinya secara baik dan ini berkaitan dengan formalisasi organisasi.
3. Interaksi sosial antar individu dalam organisasi menghasilkan berbagai bentuk hubungan sosial yang tidak selalu formal sifatnya. Perilaku sosial yang spontan ini kemudian memiliki pola tertentu sehingga memunculkan kelompok informal dalam organisasi untuk memenuhi kebutuhan sosialnya yang tidak dapat dipenuhi oleh organisasi.
4. Setiap organisasi memiliki sistem hirarki/sistem berjenjang yang membentuk piramida yang dapat menunjukkan posisi sosial individu dalam organisasi dan meberikan peran dan status tertentu.
5. Situasi lingkungan aktivitas organisasi dapat terdiri dari berbagai macam, misalnya lingkungan fisik yang memberikan pengaruh besar pada keterampilan, motivasi, persepsi, prestasi dan kepuasan kerja.
6. Sebagai suatu sistem, bagian-bagian dan organisasi saling berhubungan satu sama lain. Antara satu bagian dengan bagian lain dari sistem itu saling tergantung, masing-masing memiliki tugas yang khusus, terspesialisasi dan berlainan. Terdapat pembagian kerja yang terintegrasi di antara bagian-bagian dari suatu
16
organisasi sebagai suatu sistem. Sistem ini menunjukkan adanya hubungan antar bagian dalam sistem.
7. Bekerjanya masing-masing bagian dan saling hubungan antar bagian dalam organisasi itu menunjuk pada suatu proses yang saling berkaitan (linking
processes).
8. Setiap sistem senantiasa memiliki tujuan tertentu, demikian juga organisasi sebagai sistem juga memiliki tujuan tertentu. Oleh karena adanya upaya pencapaian tujuan ini maka setiap organisasi selalu terdapat interaksi, kestabilan, kemampuan beradaptasi, dan berkembang.
Teori ini juga melihat arti penting dari pengawasan atau kontrol sebagai mekanisme untuk menciptakan keseimbangan dari organisasi. Pelaksanaan dari fungsi pengawasan atau kontrol ini nampak secara jelas dalam konsep cybernetics, yang menekankan aspek pengawasan atau kontrol dari suatu sistem melalui penggunaan umpan balik dari lingkungan sistem itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas maka unsur-unsur dalam sebuah sistem adalah :
1. Input
Input ini merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem seperti sistem atau Karang Taruna Indonesia, maka masukannya berupa potensi anggota Karang Taruna, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran (dana) dan lain sebagainya.
2. Proses
Proses adalah berbagai kegiatan dalam Karang Taruna Indonesia. Kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut, sebagaimana contoh dalam sistem atau Karang Taruna Indonesia, maka yang dimaksud dengan proses adalah berbagai program dan kegiatan dalam Karang Taruna Indonesia.
3. Output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam sistem atau Karang Taruna Indonesia hasilnya dapat berupa luaran program dan kegiatan Karang Taruna Indonesia yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh anggota Karang Taruna Indonesia khususnya dan
masyarakat pada umumnya, sehingga anggota Karang Taruna Indonesia menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, terampil, cerdas, inovatif,
17
menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda.
4. Dampak
Akibat yang dihasilkan dari sebuah hasil dari sistem disebut dampak, yang terjadi relatif lama waktunya. Setelah hasil tercapai, maka dampaknya akan menjadikan anggota Karang Taruna Indonesia yang berkualitas, terampil, cerdas, inovatif, berkarakter serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda
5. Umpan balik
Umpan balik merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam sistem atau Karang Taruna Indonesia dapat berupa kualitas anggota Karang Taruna Indonesia yang juga dapat menjadikan input yang selalu meningkat (Azwar, 2010)
18
BAB III METODE MONEV
A. Lokasi Monev
Monev ini dilakukan di Kota Surakarta yang terdiri dari 1 Karang Taruna Indonesia Kota Surakarta, 5 Karang Taruna Indonesia tingkat Kecamatan dan 51 Karang Taruna Indonesia tingkat Kelurahan. Pemilihan lokasi monev ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan ciri-ciri atau sifat yang sudah diketahui sebelumnya sesuai dengan kepentingan monev dan atas pertimbangan bahwa di lokasi tersebut ada organisasi Karang Taruna.
B. Jenis Monev
Monev ini menggunakan metode evaluasi berupa On-going evaluation. Menurut Cernea dan Tepping (1977) On-going evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau kegiatan itu masih/sedang dilaksanakan, yang dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya penyimpangan pelaksanaan kegiatan dibanding program atau rencana yang telah ditetapkan; sekaligus (jika ditemukan penyimpangan) segera merumuskan langkah-langkah pengamanan untuk mengantisipasinya. Dengan demikian, penyimpangan yang terjadi tidak terlalu besar, dan segera dapat diluruskan sesuai dengan yang direncanakan, demi tercapainya tujuan kegiatan seperti yang direncanakan, baik kuantitatif maupun kualitatif, pada waktu yang ditetapkan (Mardikanto, 2011 : 44). Dalam hal ini tim monev mengkaji peran Karang Taruna di masing-masing Kelurahan, Kecamatan dan di Kota Surakarta serta mengevaluasi input, proses dan output dari pelaksanaan program Karang Taruna.
C. Jenis dan Sumber Data
Data diperoleh melalui sumber data primer dan sumber data sekunder. Yang dimaksud dengan data primer dalam monev ini adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau informannya, yakni: Pengurus dan anggota Karang Taruna, SKPD terkait dan masyarakat. Data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan dengan monev dan data monografi.
19
D. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam monev ini jumlah sampel tidak menjadi titik perhatian yang penting karena teknik sampling yang digunakan dalam monev ini adalah secara total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan seluruh sampel yaitu Karang Taruna yang ada di Kota Surakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam monev ini adalah observasi,
indepth interview, dokumentasi dan Focus Group Discussion (FGD)
1. Observasi ini dilakukan secara langsung di lapangan dengan melihat keberadaan organisasi Karang Taruna, fasilitas Karang Taruna, sarana dan prasarana pendukung Karang Taruna
2. Indepth Interview, yaitu wawancara dengan menggunakan petunjuk wawancara untuk mendapatkan informasi yang mendalam dengan cara berwawancara bebas, dan bertanya langsung kepada informan. Wawancara dengan menggunakan teknik tersebut dilakukan secara terbuka dan bebas sehingga informan tidak merasa takut dalam menyatakan pendapatnya. Wawancara dilakukan dalam suasana yang bebas, luwes dan lebih menekankan pada suasana yang akrab. Teknik wawancara tersebut mampu mengorek dan menangkap kejujuran informasi berkaitan dengan persepsi, sikap, dan perasaan mereka yang sebenarnya.
3. Dokumentasi, yaitu cara untuk memperoleh data melalui dokumen Karang Taruna, data monografi dan data-data sekunder lainnya.
4. Focus Group Discussion (FGD) dengan para stake holders terkait dengan Karang Taruna yaitu Pengurus dan anggota Karang Taruna, SKPD terkait dan Masyarakat di Kota Surakarta.
F. Validitas Data
Validitas data digunakan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa yang ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan
20
tentang dunia kenyataan memang benar sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Dalam monev ini, validitas data dilakukan dengan cara triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.
Menurut Patton ada 4 macam triangulasi, yaitu: triangulasi sumber; triangulasi metode; triangulasi teori; triangulasi penyidik (Sutopo, 2002:78-79; Moleong, 2004). Dalam monev ini yang digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber dimaksudkan untuk memperoleh derajat kepercayaan yang lebih tinggi dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber informasi yang berbeda. Prosedur ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dilakukan secara pribadi.
2. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Dengan menggunakan metode triangulasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan dan menjamin validitas hasil monev.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif. Data yang terkumpul diklasifikasikan, dianalisis, dideskripsikan secara kualitatif dan bila diperlukan juga dilengkapi dengan pengungkapan secara kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam monev ini adalah model analisis interaktif (Interactive Model of
Analysis) yang memiliki tiga komponen yakni data reduksi, data display, dan conclution drawing (Sutopo, 2002 ).
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kota Surakarta
1. Sejarah Kota Surakarta
Solo atau Surakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki
sejarah panjang. Adanya dualisme pemerintahan jaman dahulu berupa keraton
Kertanegaran dan Kasunanan, menjadikan kota ini memiliki karakteristik tersendiri
sehingga berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Surakarta dikenal sebagai
salah satu pusat dan inti dari kebudayaan Jawa kuno karena secara tradisional
merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa. Slogan “Solo
Kota Budaya” memang pantas disandang oleh kota Solo, banyak event yang sengaja di gelar untuk melestarikan budaya, tidak terkecuali pelestarian permainan
tradisional.
Sejarah kota ini bermula saat kerajaan (Keraton) Kartasuro telah mengalami
kerusakan parah akibat perang antara Baginda (Sunan Pakubuwana/PB II) dengan
Sunan Kuning (1742). Pada tahun 1742, orang-orang Tionghoa memberontak dan
melawan kekuasaan Pakubuwana II yang bertahta di Kartasura sehingga Keraton
Kartasura hancur dan Pakubuwana II menyingkir ke Ponorogo, Jawa Timur.
Berkat bantuan VOC, PB II dapat merebut kembali keraton Kartasura.
Hancurnya bangunan keraton dinilai telah menghilangkan kesaktian keraton
karena pemberontak itu telah masuk kedalam keraton, sehingga akan
mempengaruhi pamor dan wibawa kerajaan, oleh karena itu sudah tidak tepat kalau
terus mempertahankan keraton Kartasuro sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota
kerajaan Mataram. Pada hari rabu tanggal 17 Syura 1670 atau 17 Februari 1745,
22
perpindahan ini dilaksanakan dengan kirab secara besar-besaran. Maka sejak saat
itu Ibu kota Kerajaan Mataram pindah dari Kartasuro ke Surakarta Hadiningrat.
Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan sebagai dasar hari lahir kota Solo.
Nama Surakarta hadiningrat menjadi seperti kalah pamor dibanding Solo
karena sikap sang pemberi nama, Paku Buwono II, yang saat itu pro kolonial.
Surakarta kemudian dianggap mencerminkan watak kekuasaan, kapitalis-kolonial,
sementara Solo mencerminkan semangat kerakyatan (mengakar sebagaimana asal
namanya dari pohon Sala) dan memberi keteduhan, keayoman pada rakyat (rimbun
dedaunan).
2. Keadaan Geografis
Kota Surakarta yang dikenal dengan sebutan Kota Solo terletak di Provinsi
Jawa Tengah dan terletak antara 110o45’15” – 110o45’35 Bujur Timur dan 7o36’00” – 7o56’00” Lintang Selatan. Wilayah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 meter dari permukaan laut dan dilalui oleh sungai Pepe,
Jenes dan Bengawan Solo. Kota Surakarta berbatasan dengan kabupaten lain yaitu
Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar.
Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Sukoharjo.
Kota Solo mempunyai luas wilayah 44.04 km2. Terdiri atas 5 (lima)
Kecamatan, 51 Kelurahan, 602 Rukun Warga (RW) dan 2.708 Rukun Tetangga
(RT). Kelima Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar
23
terbesar dengan luas wilayah 14,81 km2 atau 33,63% dari luas Kota Surakarta,
sedangkan Kecamatan Serengan merupakan Kecamatan dengan luas wilayah
terkecil yaitu 3,19 km2.
Gambar 1
Peta Administrasi Kota Surakarta
3. Keadaan Demografi
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2012
jumlah penduduk Kota Surakarta adalah 545.653 jiwa, terdiri dari 266.724 laki-laki
dan 278.929 perempuan. Rasio jenis kelamin Kota Surakarta 95,62%, ini
menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan
penduduk perempuan. Penduduk terbesar kota Surakarta terdapat di Kecamatan
Banjarsari yaitu 173.145 jiwa dan terkecil di Kecamatan Serengan 52.998 jiwa.
Kepadatan penduduk cukup tinggi yaitu mencapai 12.390 jiwa/km2, sehingga jika
24
semakin padat. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 38,74%. Jumlah
penduduk tahun 2012 sebesar 545.653 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk tahun 2011 sebesar 536.498 jiwa maka mengalami pertambahan sebesar
9.155 jiwa dalam 1 (satu) tahun yaitu dari akhir Bulan Desember 2011 sampai
Bulan Desember 2012. Jadi pertambahan penduduk Kota Surakarta adalah 1,69%.
4. Karang Taruna di Kota Surakarta
Di Kota Surakarta terdapat satu Karang Taruna di tingkat Kota Surakarta, 5
Karang Taruna di tingkat Kecamatan dan 51 Karang Taruna ditingkat Kelurahan.
Berikut ini akan disajikan hasil monev dalam bentuk matriks.
25
1. KARANG TARUNA DI KOTA SURAKARTA
No Nama Pembagian
Kota Surakarta
Uraian
I KELEMBAGAAN, KOORDINASI DAN KEMITRAAN
1
Anggaran dasar
nama, waktu dibentuk dan kedudukan Karang Taruna KT Kota Surakarta
asas dan tujuan Karang Taruna Pancasila dan UUD 1945
kedudukan, tugas pokok dan fungsi Bersama pemerintah menanggulangi dan mencegah masalah sosial sekaligus mengupayakan kesejahteraan
2
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan TUPOKSI Belum adanya ruang kesekretariatan, kurangnya pemahaman akan KT, kemampuan anggota minim
3
Mekanisme pengukuhan dan pelantikan pengurus KT Dipilih melalui musyawarah dan dilantik oleh Walikota
4
Identitas dan lambang KT Sekuntum bunga teratai yang mulai mekar
5
26
sistem keanggotaan/mekanisme rekrutmen KT Stelsel pasif
hak dan kewajiban anggota KT Memiliki hak dan kewajiban sama tanpa membedakan suku, agama, ras
sistem kepengurusan dan penempatan personil KT Dipilih warga dan memenuhi syarat 6
Mekanisme kerja KT (otonom, sosial, terbuka atau
berkarakter lokal Sosial dalam bidang penyelenggara kesejahteraan
Sifat koordinasi KT (konsultatif/kolaboratif secara
fungsional) Kolaboratif secara fungsional dengan membangun kemitraan
7
koordinasi yang dilakukan apakah secara berkala/rutin? Temu Karya, raker pengurus secara rutin
8
materi yang biasa dikoordinasikan Penyusunan, pembahasan dan pelaksanaan program kerja, evaluasi kegiatan
9 kendala dalam koordinasi
10 kemitraan yang dijalin dalam berkegiatan
(lembaga/organisasi) LK3, TKSK, PMI, PSM, TAGANA, LPMK, PKK, WPA, Forum anak
11
apakah kemitraan dilakukan berkesinambungan Ya
12
contoh pelaksanaan kemitraan yang disebutkan Donor darah, sosialisasi narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah
13 apakah dilakukan evaluasi terhadap kelembagaan,
koordinasi dan kemitraan KT Pernah oleh Dinsoso, Bappeda, Dinkes, BLH
1 Pemahaman tentang kebijakan
27
kebijakan/regulasi yang mengatur KT (kebijakan pusat dan daerah)
sebutkan kebijakan yang dimaksud UU No.11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
2
usia termuda dan tertua pengurus/anggota KT Usia termuda 13 tahun dan tertua 45 tahun
3
jumlah pengurus KT dan jumlah anggotanya 39 orang pengurus
4
jumlah pengurus/anggota KT berdasar tingkat pendidikan
SD,SMP,SMA/SMK,PT
5
penempatan personil dalam struktur kepengurusan KT
6
apakah mengetahui tentang Forum Anak, apakah anggota forum anak bisa menjadi anggota KT dan bagaimana
prosesnya
Pada musyawarah/temu karya tingkat kelurahan
7
apakah pengurus/anggota pernah mendapat materi
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) LDK, keterampilan, manajemen organisasi
apakah diklat bagi pengurus/anggota diagendakan setiap
tahun? Ya
1
sistem penetapan dan penyusunan program kerja KT Melalui temu karya dan rapat kerja pengurus 2
28 3
Kegiatan lain yang mendukung program kerja KT Olahraga, kesenian
4
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kerja KT Anggaran
5
Apakah dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan dan dalam bentuk apa? Ya, rapat evaluasi kegiatan
6
apakah KT aktif dalam musrenbangkel/kec/kota Aktif
7
Kebijakan yang diusulkan KT dalam
musrenbangkel/kec/kota Peluang kerja, pelatihan UEP, bantuan sarana dan prasarana
Usulan/saran/rekomendasi Pengadaan kantor kesekretariatan, pameran hasil kegiatan dan bantuan dana operasional
1
Apakah KT menempati ruang khusus untuk kesekretariatan?
Berada dimana? Belum
2 Apakah kesekretariatan sudah dilengkapi sarana dan
prasarana? Belum
3
Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh KT Belum
4
Bagaimana pengelolaan/pemeliharaan sarana prasarana
tersebut? Belum
Usulan/Saran/Rekomendasi Pengadaan kelengkapan berupa PC, printer, LCD projector, kamera
29
1
Sumber pendanaan kegiatan KT APBD pemerintah, swadaya, sponsor
2 Apakah ada pendanaan dari pihak lain dan apa bentuk
kegiatannya? Belum
3
upaya yang digunakan untuk menghimpun potensi sumber
dana yang ada di wilayah Mengajukan proposal untuk sponsor
Usulan/Saran/Rekomendasi Penguatan koordinasi lintas sektoral, kemitraan diperluas dan anggaran ditambah
1 Apakah ada pembinaan dari instansi terkait, jika ada
sebutkan Ya ada dari Dinsosnakertrans
2
Siapa pembina KT? Pembina utama: Presiden, umum: Mendagri, Walikota, Fungsional: Mensos RI
3
Pembinaan dalam bentuk apa? Bimbingan manajemen, pengembangan KT, memfasilitasi kelembagaan
4 Apakah pembinaan dilakukan intensif setiap tahun? Oleh
siapa? Ya rutin setiap tahun oleh Dinsosnakertrans dan Dinsos provinsi
Usulan/Saran/Rekomendasi Mohon pembinaan lalu lintas sektoral
2. KARANG TARUNA KECAMATAN BANJARSARI
30
Nama Pembagian Kecamatan Banjarsari Kelurahan Nusukan Kelurahan Ketelan
Uraian
I KELEMBAGAAN, KOORDINASI DAN KEMITRAAN
Anggaran dasar nama, waktu dibentuk dan kedudukan Karang Taruna 26 September 1960 di Kampung Melayu Jakarta. Sebagai pembantu
mengatasi masalah sosial.
KT Kelurahan Nusukan dibentuk 26 September dibawah binaan kelurahan
setempat
KT Ketelan dibentuk 17 Januari 2012 sebagai lembaga kelurahan namun kalah oleh PKK asas dan tujuan
Karang Taruna Pancasila dan UUD 1945
memupuk persatuan dan kesatuan
anggota KT meningkatkan kesejahteraan
kedudukan, tugas pokok dan fungsi
berkedudukan di desa/kelurahan dalam wilayah hukum NKRI. Tugasnya
melenggarakan pembinaan generasi muda dan kesejahteraan sosial.
Fungsinya mencegah masalah kesejahteraan sosial, rehabilitasi,
pemberdayaan sosial
organisasi sosial yang berfungsi sebagai wadah pembinaan dan pengembangan
tenaga pemuda
kedudukannya kalah dari PKK dalam bidang anggaran
Kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan TUPOKSI
KT dipandang sebelah mata sebagai sarana hura hura, Kebijakan dari atas tidak sampai bawah, kepedulian SKPD
terkait pendanaan kurang, menyesuaikan kelonggaran pengurus
dalam suatu kegiatan
masalah perekrutan anggota KT di tiap RW
anggaran untuk kegiatan, dukungan dari pihak kelurahan dan kurangnya kesadaran
pemuda untuk berpartisipasi Mekanisme
pengukuhan dan pelantikan pengurus KT
dilakukan pejabat berwenang di lingkup wilayah masing masing. (Kepala Desa/Lurah, Camat, Bupati,
Gubernur, Menteri Sosial)
dilantik oleh kelurahan setempat dilantik Kepala Kelurahan atau pejabat berwenang di wilayah
Identitas dan lambang KT
KT wajib memiliki bendera, panji, lagu mars dan hymne identitas terdiri atas bendera, pakaian dinas lapangan dan
harian topi dan atribut KT
31 Anggaran Rumah Tangga (Keorganisasian, Keanggotaan, Kepengurusan)
sifat keorganisasian KT
legalitas formal diatur permensos disertai pedoman dasar dan rumah
tangga
sosial memantapkan komunikasi dan pertukaran informasi
sistem keanggotaan/mek
anisme rekrutmen KT
stelsel pasif (tanpa mendaftarkan diri apabila sudah berusia 11 secara otomatis terdaftar sebagai anggota
direkrut dari KT RW 2 orang usia 11 sampai 45 tahun otomatis terdaftar sebagai anggota
hak dan kewajiban anggota KT
berhak mendapat taraf kesejahteraan sosial baik dan wajib berusaha
mendapat kesejahteraan itu
dipilih dan memilih menjadi anggota KT menampung asipirasi dan menyampaikan pada instansi terkait
sistem kepengurusan dan penempatan
personil KT
disesuaikan minat dan kemampuan personil
dipilih melalui musyawarah dan
mufakat antar anggota menyesuaikan kebutuhan Mekanisme Kerja Mekanisme kerja KT (otonom, sosial, terbuka atau berkarakter lokal
Sosial melaksanakan tugas bersama pengurus
Sifat koordinasi KT (konsultatif/kolab
oratif secara fungsional
informatif koordinatif, konsultatif dan kolaboratif secara fungsional bukan
operasional
kolaboratif secara fungsional pengembangan wilayah masing masing
koordinasi yang dilakukan apakah
secara berkala
koordinasi dilakukan rutin setiap bulan berkala Berkala
materi yang biasa dikoordinasikan
kegiatan yang akan dilaksanakan, evaluasi kegiatan, informasi kegiatan
masalah sosial psikologis, sosial
ekonomi lemah, kenakalan remaja kegiatan KT, anggaran dan kepengurusan
32 koordinasi kemitraan yang dijalin dalam berkegiatan (lembaga/organis asi
ada Dikpora, Disperindag, Solo Peduli,
LSM/Yayasan, LKP PMI, BLKI, Disperindag ya ada OSIS, PMI, PKK, TAGANA apakah kemitraan
dilakukan berkesinambunga
n
tidak berkala Berkala
contoh pelaksanaan kemitraan yang
disebutkan
LPK bersama KT mengadakan pelatihan desain grafis gratis bagi
anggota KT
donor darah bersama PMI di kelurahan,
HUT Kemerdekaan RI Pelatihan pertolongan dengan tim SAR apakah dilakukan evaluasi terhadap kelembagaan, koordinasi dan kemitraan KT iya ya Ya Usulan/Saran/Rek omendasi
koordinasi dengan LPMK, PKK dan kelurahan dan bekerja sama dengan
lembaga lain seperti PMI, BLKI, Disperindag
kemitraan lebih diseringkan dan ada koordinasi dari instansi pemerintah II SUMBER DAYA MANUSIA
Pemahaman tentang kebijakan apakah pengurus/anggot a mengetahui tentang kebijakan/regulas i yang mengatur
iya ya ya mengetahui kebijakan baik pusat maupun
33 KT (kebijakan pusat dan daerah) sebutkan kebijakan yang dimaksud
ada pedoman dasar dan pedoman rumah tangga KT
memberantas kenakalan remaja,
menciptakan lapangan kerja melaksanakan TUPOKSI dengan benar usia termuda dan
tertua pengurus/anggot
a KT
termuda 13 tahun dan tertua 45 tahun termuda 11 tahun dan tertua 35 tahun usia termuda 17 tahun dan tertua 45 tahun jumlah pengurus
KT dan jumlah anggotanya
pengurus KT tingkat kecamatan 39 orang dan jumlah anggota tidak
terbatas
pengurus 12 orang dan anggota 20 orang
jumlah pengurus 30 orang dan anggota 30 orang jumlah pengurus/anggot a KT berdasar tingkat pendidikan SD,SMP,SMA/SM K,PT
SMA/SMK 18 orang, Diploma 2 orang, PT 19 orang
SMP 1 orang, SMA 7 orang, SMK 5 orang, PT 7 orang
SD 5 orang, SMP 10 orang, SMA/SMK 25 orang, PT 10 orang
penempatan personil dalam
struktur kepengurusan KT
sesuai minat, sesuai proposi dan profesionalisma, sesuai pengalaman
perwakilan anggota KT tingkat
kecamatan dan tingkat kota
apakah mengetahui tentang Forum
Anak, apakah anggota forum anak bisa menjadi
anggota KT dan bagaimana
iya bisa. Proses cukup sederhana. Siap bekerja dan menderita
ya bisa diikutkan dalam reorganisasi KT tingkat kelurahan
ya bisa syaratnya memiliki jiwa sosial dan punye keterampilan berorganisasi
34 prosesnya apakah pengurus/anggot a pernah mendapat materi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
iya pernah yaitu Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) dan Diklat
Tagana
pernah mendapat materi diklat dari kecamatan dan kota
pernah. Pelatihan dari tim SAR,pelatihan menjahit, memasak dan komputer
apakah diklat bagi pengurus/anggot
a diagendakan setiap tahun?
iya diadakan Latihan Dasar
Kepemimpinan ya tergantung dari ada anggaran atau tidak
siapa saja yang pernah menyelenggaraka
n Diklat bagi KT
KT Kecamatan Bnjarsari, KT Kota Surakarta, KT Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
KT Kota dan KT Kecamatan Tim SAR, Damkar, PMI
Manfaat yang diperoleh dari
diklat
bertambahnya pengetahuan dan wawasan, jalinan kebersamaan dan
kekeluargaan akan sangat erat, terbukanya wawasan dan paradigma
bahwa KT sangatlah hebat
mempertebal sosial dan jiwa yang kuat
tahan banting menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
Usulan/Saran/Rek omendasi
pengembangan SDM sesering mungkin diadakan pelatihan namun
yang bersifat produktif dan kreatif yang dapat menunjang kehidupan secara langsung. Selain itu pendanaan
untuk pelatihan
mengikuti diklat yang diadakan instansi pemerintah baik daerah, pusat maupun
LSM yang mengadakan kegiatan
pengenbangan SDM ditingkatkan agar KT bisa berkembang
III PROGRAM KEGIATAN sistem penetapan
dan penyusunan program kerja KT
melalui rapat kerja setiap 1 tahun sekali
dilaksanakan rapat rutin saran dan usul
oleh anggota Program latihan dasar kepemimpinan Program kerja disesuaikan kebutuhan yaitu 3 dalam 1 tahun program kerja disusun Diklat, pelatihan kepemimpinan, pelatihan
35 yang dimaksud kegiatan dalam 1 tahun dengan
mempertimbangkan beberapa hal salah satunya pendanaan
dan dilaksanakan keterampilan
Kegiatan lain yang mendukung program kerja KT
Bulan bhakti gotong royong, peringatan hari besar nasional
membantu dan bekerjasama dengan
pihak kelurahan, PKK kelurahan anggaran yang tidak memadai Kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan program kerja KT
pendanaan masalah dana dan personil
Apakah dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan dalam bentuk apa?
iya dalam bentuk rapat evaluasi pasca
kegiatan studi banding ke KT kota lain ya evaluasi program kerja, anggaran
apakah KT aktif dalam musrenbangkel/k ec/kota Iya ya Ya Kebijakan yang diusulkan KT dalam musrenbangkel/k ec/kota
di kecamatan hanya sebagai tamu undangan sehingga tidak ada formulir
daftar skala prioritas pengajuan
memberantas anak putus sekolah, menciptakan lapangan kerja, memberantas kenakalan remaja
Kebijakan anggaran KT
Usulan/saran/rek omendasi
pengajuan pendanaan kegiatan. Program kegiatan lebih mengarah
pada peningkatan SDM untuk mewujudkan kemandirian
menambah pengalaman dalam kegiatan KT yang sudah diprogram
Kegiatan yang diadakan diikuti dengan dukungan instansi
IV SARANA DAN PRASARANA
36 menempati ruang khusus untuk kesekretariatan? Berada dimana? Apakah kesekretariatan sudah dilengkapi sarana dan prasarana?
tidak ada ya meja dan kursi Sudah namun belum memadai
Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
KT
tidak ada meja, kursi, almari Komputer, papan informasi
bagaimana pengelolaal/pem
eliharaan sarana prasarana tersebut?
tidak ada diinventariskan dalam buku inventaris
KT Dipelihara secara rutin
Usulan/Saran/Rek omendasi
perlu diadakan kesekretariatan dengan sarana dan prasarana
memadai agar mendukung administrasi. Koordinasi dilakukan
dengan berpindah tempat
mendapat bantuan sarana dan
prasarana dari DPK dan kelurahan
V PENDANAAN Sumber
pendanaan kegiatan KT
Bantuan pemerintah, melalui Dinsos dilewatkan SKPD terkait yakni
kecamatan
DPK kelurahan dan DPK dalam kota
(dana hibah) Iuran warga, bantuan dari pemerintah Apakah ada
pendanaan dari pihak lain dan apa
bentuk kegiatannya?
Ada ada kerjasama bazar dengan pedagang Ada, latihan dasar kepemimpinan dan lomba 17 Agustus
37 digunakan untuk
menghimpun potensi sumber dana yang ada di
wilayah
sumber dana. Selain itu juga secara swadaya
dicatat dalam buku inventaris
Usulan/Saran/Rek omendasi
pendanaan hanya dari Dinsos sebesar Rp. 2.000.000 untuk 1 tahun. Lebih baik ditambah minimal menjadi Rp. 5.000.000 untuk 1 tahun kegiatan
dipegang dan diurus bendahara KT kelurahan
untuk pendanaan mohon dikabulkan dan segera dicairkan
VI PEMBINAAN Apakah ada
pembinaan dari instansi terkait, jika ada sebutkan
iya dari kecamatan dari kelurahan setempat Camat dan Lurah
Siapa pembina
KT? Camat LPMK dan Lurah setempat
Pembinaan dalam bentuk apa?
setiap kegiatan selalu berkoordinasi dengan pembina (Camat)
memberi bantuan dana dan kerjasama
dengan LPMK dan kelurahan Dukungan untuk peningkatan KT Apakah
pembinaan dilakukan intensif
setiap tahun? Oleh siapa?
iya oleh Camat ya oleh kelurahan Biasanya tiap tahun tapi terkadang 3 bulan oleh Camat/Lurah
Usulan/Saran/Rek omendasi
koordinasi lebih diintensifkan agar menumbuhkan semangat berorganisasi dan mengatasi masalah
sosial sekitar
pembinaan lebih intensif oleh LPMK dan kelurahan
Pembinaan KT secara rutin sehingga ada perkembangan
38 No Nama Pembagian
Kelurahan Banyuanyar Kelurahan Punggawan Kelurahan Timuran
Uraian
I KELEMBAGAAN, KOORDINASI DAN KEMITRAAN
1 Anggaran dasar
nama, waktu dibentuk dan kedudukan Karang
Taruna
KT kelurahan Banyuanyar sebagai organisasi sektoral
dibentuk pada 26 September 1980 sebagai salah satu LKK di kelurahan
Punggawan
KT Sinar Timur dibentuk pengurusan baru pada 2004 berkedudukan di
kelurahan
asas dan tujuan Karang Taruna
berorganisasi dan membantu
masyarakat berasaskan Pancasila Berasaskan Pancasila dan UUD 1945
kedudukan, tugas pokok dan fungsi
sebagai organisasi pemuda yang memiliki tugas memberi pembelajaran mengenai organisasi
kepemudaan
sebagai salah satu LKK kelurahan Punggawan. Tugasnya menanggulangi masalah kesejahteraan sosial. Fungsinya
mengusahakan kesejahteraan, mengembangkan semangat
kebersamaan.
Berkedudukan di kelurahan wilayah NKRI. Tugasnya menyelenggarakan
pembinaan generasi muda dan mengupayakan kesejahteraan sosial.
Fungsinya mencegah masalah sosial meningkatkan ekonomi masyarakat
setempat 2
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
TUPOKSI
anggaran dan kesibukan anggota maupun pengurus
kesibukan pengurus dan anggota KT
Kurangnya kesadaran dan kepedulian dari generasi muda
3 Mekanisme pengukuhan dan pelantikan pengurus
KT
dipilih dan dikukuhkan dari Rt/Rw setempat, dilantik oleh Lurah
pengurus KT dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kepala Kelurahan
dan dilantik Kepala Kelurahan
Dikukuhkan dan dilantik oleh pejabat berwenang setempat (Lurah, Camat)
4
Identitas dan lambang KT Bunga teratai
bunga teratai yang mulai mekar, dua helai pita dibagian atas dan bawah, sebuah lingkaran dengan bunga teratai mekar sebagai latar
belakang
Bendera, panji, mars dan hymne. Memiliki atribut berupa seragam topi
dan bendera
39
sifat keorganisasian KT bersifat sosial masyarakat diselenggarakan secara otonom
oleh KT setempat Dilakukan secara otonom
sistem
keanggotaan/mekanisme rekrutmen KT
dari perwakilan dan rekrutmen secara otomatis
keanggotaan berusia 15 sampai 45
tahun Stelsel pasif
hak dan kewajiban
anggota KT siap bersosial di masyarakat
memiliki hak dan kewajiban sama tanpa membedakan keturunan, golongan, suku dan budaya, jenis
kelamin, politik dan agama
Berhak memperoleh kesejahteraan dan wajib untuk meraih kesejahteraan
itu sistem kepengurusan dan penempatan personil KT
sesuai pedoman dan keterampilan
dikukuhkan Kepala Kelurahan masa bakti 3 tahun susunan sesuai
kebutuhan
Disesuaikan minat dan bakat
6 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja KT (otonom, sosial, terbuka
atau berkarakter lokal
sosial
terbuka dengan bekerja sama dengan instansi pemerintah dalam
menjalankan program kerja KT
Sosial terbuka Sifat koordinasi KT (konsultatif/kolaboratif secara fungsional)
kolaboratif secara fungsional konsultatif Konsultatif
7 koordinasi yang dilakukan apakah secara
berkala/rutin?
dilakukan secara rutin
koordinasi dilakukan rutin tiap bulan maupun insidental diluar
forum
Dilakukan 1-2 bulan sekali
8 materi yang biasa dikoordinasikan
kegiatan dalam organisasi dan sosialisasi dalam masyarakat
kegiatan yang direkomendasikan dari hasil raker
Kegiatan yang akan dilaksanakan, evaluasi kegiatan dan informasi
kegiatan
9 kendala dalam
koordinasi Waktu dan kesibukan anggota
mensinkrokan waktu antar
anggota/pengurus Tidak ada
10 kemitraan yang dijalin dalam berkegiatan (lembaga/organisasi)
LPMK, PKK, POKDARWIS
LKK yang ada di kelurahan (LPMK, PKK, POKDARWIS, WPA, Forum
Anak)
Iya, LPMK,PKK, BNK, Telkomsel
40 dilakukan berkesinambungan 12 contoh pelaksanaan kemitraan yang disebutkan
Berpartisipasi dalam kegiatan musrenbangkel
dengan POKDARWIS KT berpartisipasi dalam acara festival
Ting malam Selikuran
Penyuluhan narkoba bersama BNK dan Telkomsel 13 apakah dilakukan evaluasi terhadap kelembagaan, koordinasi dan kemitraan KT
Ya evaluasi dilaksanakan pasca
kegiatan Ya secara internal setelah kegiatan Usulan/Saran/Rekomend asi
II SUMBER DAYA MANUSIA
1 Pemahaman tentang kebijakan apakah pengurus/anggota mengetahui tentang kebijakan/regulasi yang mengatur KT (kebijakan
pusat dan daerah)
Ya mengetahui dari tingkat pusat hingga daerah
tidak semua mengetahui dan memahami
Ada yang mengetahui dan ada yang tidak
sebutkan kebijakan yang
dimaksud Pembaruan PDRT
Adanya pedoman dasar dan pedoman rumah tangga
2 usia termuda dan tertua
pengurus/anggota KT Usia termuda 14 tahun
anggota termuda 15 tahun, anggota tertua 45 tahun
usia termuda 13 tahun dan tertua 45 tahun
3 jumlah pengurus KT dan
jumlah anggotanya Jumlah pengurus 18 orang
pengurus KT 24 orang dan anggota
KT 30 orang
4 jumlah
pengurus/anggota KT berdasar tingkat
60% dari tingkat SMA/SMK, 40%
dari tingkat PT SMA/SMK 19 orang, PT 11 orang
SMA/SMK 9 orang, Diploma 4 orang, PT 14 orang