• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KEADAAN

UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambaran Umum Kabupaten Banyumas

Posisi Kabupaten Banyumas dalam peta geografi Pulau Jawa dan khususnya Propinsi Jawa Tengah sangat strategis mengingat Kabupaten Banyumas berada pada

persimpangan perhubungan lintas daerah yaitu dari Jawa Barat.-traik pada lintas selatan maupun lintas utara menuju arah Yogyakarta dan Cilacap. Perhubungan lintas daerah tersebut sangat strategis bagi Kabupaten Banyumas dm berbagai aspek yang meliputi aspek pariwisata, pendidikan, perdagangan dan industri kecil. Dari aspek pariwisata, Kabupaten Banyumas termasuk wisata Pancimas yaitu suatu kawasan wisata Pangandaran, Cilacap dan Banyumas. Dari aspek industri kecil, di Kabupaten Banyumas banyak terdapat industri-industri kecil berupa industri nunah tangga yang kurang teridentifikasi dengan baik, namun dengan melihat banyaknya perbankan yang ada baik bank negara maupun bank swasta serta perputarannya maka

-

dapat diindikasikan bahwa industri rumah tangga dan sektor informal cukup tinggi. Dari aspek pendidikan, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kota pendidikan di Jawa Tengah dimana dapat dilihat dengan banyaknya jumlah perguruan tinggi dan akademi yang ada di Banyumas. Dari aspek perdagangan, ternyata adanya pasar- pasar swalayan yang cukup banyak, maka pemasaran produk-produk baik dan hasil pertanian maupun industri (kecil dan besar) cukup besar dan stabil. Sedangkan politik, sosial, budaya cian keamanan, Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten yang relatif aman dan stabil serta nyaman untuk tempat tinggal dan proses belajar mengajar sehingga tidak salah kalau Kabupaten Banyumas sebagai kota pelajar.

(2)

1. Keadaan Geografi

Kabupaten Banyumas terletak pada diantara koordinat 108"39'17" sampai dengan 109"27'15" Garis Bujur Timur dan antara 7"15'05" sampai dengan 737'10" Garis Lintang Selatan, dengan batas-batas administratip sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap

Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes

Sebelah Timur : Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen

Luas wilayah Kabupaten Banyumas adalah 132.759 ha atau 4,08 % dari luas

Propinsi Jawa Tengah (3.249.956 ha) dan termasuk nomor 7 di Jawa Tengah setelah kabupaten Pati. Kabupaten terluas adalah Kabupaten Cilacap (212.259 ha)

dan

terkecil adalah Kabupaten Tegal (1.267 ha). Kabupaten Banyumas terdiri atas 27 wilayah adrninistrasi kecamatan dengan jurnlah penduduk 1.470.188 jiwa (tabel 5).

Topografi wilayah Kabupaten Banyumas meliputi dataran rendah, perbukitan

dan lereng gunung. Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas berkisar antara 10 dpl sampai dengan 300 dpl. Beberapa wilayah yang mempunyai ketinggian hingga 300 dpl adalah sebagian di Kecamatan Lumbir, Kernranjen, Sumpiuh, Tambak, Somagede, Kalibagor, Banyumas, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Cilongok, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturaden, Sumbang dan Sokaraja. .

Selama tahun 2000 di kabupaten Banyumas terjadi hujan rata-rata sebanyak 131 hari dengan curah hujan rata-rata 2.656 mm. Kecamatan yang paling sering terjadi hujan adalah Kecamatan Karanglewas dengan 206 hari hujan clan curah hujan mencapai 4.022 mm. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit te rjadi hujan adaah Kecamatan Wangon dengan 78 hari hujan dan curah hujan mencapai 1.664 mm.

(3)

88 Tabel 5 : Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Banyumas Menurut

Kecamatan, 1999 No 1 2 3 4 5 6

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Banyumas 12

13 1 4 15

Secara urnum kondisi alarn wilayah Kabupaten Banyumas hlihat dari jenis tanah, iklim, topografi, tersedianya air sangat cowk untuk pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu wajarlah apabila wilayah Kabupten Banyumas merupakan daerah pertanian yang sangat subur dan potensial untuk berbagai budidaya tanaman,

Kecamatan Lumbir Wangon Jatilawang Raw& Kebasen Kemranjen Patikraja Purwojati Ajibarang Gumelar Luas Wlayah 10,266 6,078 4,816 4,964 5,399 6,071 4,323 3,786 6,653 9,395 Penduduk ( j i ) l-aki-2 21,840 35,073 27,610 21,367 25,278 31,485 22,802 1 6,386 41,109 Perempuan 22,201 34,920 28,098 21,261 25,581 31,946 22,783 16,657 41,467 jurntah 44,041 69,993 55,708 42,628 50,859, 63,431 45,585 33,043 82,576 47,322, 23,743 23,579

(4)

kehidupan ekonorni daerah.

Atas penggmaamya, luas tanah seluruhnya terdiri atas tanah sawah dm

tanah kering. Tanah sawah luas seluruhnya 32.965 ha atau 24,83 persen dan luas tanah kering 99.794 ha atau 75,17 persen dari luas seluruhnya. Perincian penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6 : Perincian Penggunaan Tanah di Kabupaten Banyumas, 1999

[

1 .4.l~en~airan Non PU 51241 3.85961 Persentase 24.8307 1.2. 1.3. Luas (ha) 32,965.00 No I Penggunaan Tanah Luas Tanah Sawah :

Pengairan Setengah teknis Pengairan sederhana W 1.5. 11. 2.1. 2.2. 2.4. 2.5. I~un-dah 1327591 100.00001

Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Banyumas Dalam Angka 1999. 4624 6149

Tadah Hujan

Luas Tanah Kering :

Pekaranganltanah untuk bangunan dan halarnan sekitar Tegalanlkebun 2.7. 2.8. 2.9. 2.1 0. 2. Keadaan Penduduk 3.4830 4.6317 PenggembalaanlPadang Rumput Rawarawa (yang tidak diinami)

Penduduk Kabupaten Banyumas pada tahun 1987 be rjumlah 1.342.152 jiwa 6921

'

5.21 32

Tanah yang diinami kayu-kayuanlhutan rakyat

Hutan Negara

Perkebunan Lain-lain

yang terdiri atas 654.230 laki-laki (49,40 %) dan 669.999 perempuan (50,60 %),

32,965.00 19860 25047 11 1

sedangkan pada tahun 1999 berjumlah 1.470.188 jika yang terdiri atas 73 1.962 laki- 24.8307 14.9594 18.8665 0.0083 0.0008 11048 27094 11611 4687 8.321 8 20.4084 8.7459 3.5305

(5)

laki (49,79 %) dan 738.226 perempuan (50,21 %). Dari angka tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki pada tahun 1987

-

1999 rata-rata lebih sedikit (48,76 %) bila dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan (5 1,24 %). Dengan perkataan lain sex rationya adalah 99,15 persen, atau dari 100 orang penduduk perempuan terdapat 99,15 orang penduduk laki-laki. Secara umum tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Banyumas adalah 110.741 jiwa perkilo meter persegi. Jumlah kepala keluarga atau nunah tangga adalah 359.432 KK, sehingga rata-rata jiwa tiap rumah tangga adalah 4 jiwa.

Tabel 7 : Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kab. Banyumas dari Tahun 1987 s/d 1999

Tingkat kenaikan atau tin@ pertumbuhan penduduk yang terbesar terjadi Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999

pada tahun 1996. Pada tahun 1996 penduduk Kabupaten Banyumas be jumlah 1.436.504 j ika dengan pertambahan penduduk sebesar 1,49 persen pertahun. Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Banyumas Dalam Angka, 1999.

Pertumbuhan penduduk rab-rata dalam jangka waktu tahun 1987 - 19% sebesar

Laki-laki 654,230 657,635 663,256 672,874 679,693 685,888 691,657 697,490 703,721 714,353 720,188 726,058 731,962 Jumlah 1,324,229 1,331,337 1,342,152 1,350,953 1,366,838 1,379,004 1,390,084 1,403,025 1,415,369 1,436,504 1,447,800 1,458,797 1,470,188 Pertumbuhan

(%I

0.85 0.54 0.81 0.66 1.18 0.89 0.80 0.93 0.88 1.49 0.79 0.76 0.78 Penduduk Persen 49.40 49.40 49.42 49.81 49.73 49.74 49.76 49.71 49.72 49.73 49.74 49.77 49.79 Perempuan 669,999 673,702 678,896 678,079 687,145 693,116 698,427 705,535 71 1,648 722,151 727,612 732,739 738,226 Persen 50.60 50.60 50.58 50.1 9 50.27 50.26 50.24 50.29 50.28 50.27 50.26 50.23 50.21

(6)

0,56 persen. Perincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Ban- tahuu 1987

-

1999 dapat dilihat pada tabel 7.

Pa& tahun yang sama angka beban ketergantungan (dependecy ratio) penduduk usia non produktif terhadap penduduk usia produktif di Kabupaten Banyumas sekitar 59,96 persen, yang berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif (15 - 60 tahun) menanggung beban sekitar 60 orang penduduk usia non produktif.

Situasi urnum ketenagakerjaan di Kabupaten Banyumas tahun 1999, menujukkan bahwa jumlah angkatan ke rja adalah sebesar 693.3 19 jiwa, dan yang bukan angkatan kerja sebesar 487.224 jiwa. Angkatan kerja tersebut terdiri atas yang bekerja sebesar 643.269 jiwa dan 50.050 sebagai pencari kerja. Dari seluruh pencari kerja, jumlah terbesar adalah lulusan SLTA sebesar 57,04 % dan terrendah sebesar 3,45 % dari lulusan setingkat SD. Jumlah penduduk yang bekerja dapat dibedakan dari lapdngan usaha utamanya, seperti pada tabel berikut :

Tabel 8 : Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Bekerja Menumt Lapangan UsahaUtama dan Jenis kelamin Tahun 1999

Prosentase 30.31 0.44 21.83 32.33 15.09 100.00 Sumber : BPS Kabupaten Banyumas

no 1

-

2

-

3 - 4 - 5

lapangan usaha utama Pertanian

PertambanganlPenggalian dan Energi lndustri danKonstruksi

Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi Jasa jasa Jumlah jumlah 194,879 2,818 140,379 207,891 97,002 642,969 jenis kelamin laki-laki 133,119 2,487 85,846 118,872 59,354 399,678 perempuan 61,760 331 54,533 89,019 37,648 243,291

(7)

Dari penduduk usia 10 tahun keatas yang bukan angkatan keja terdiri atas yang masih sekolah sebesar 217.454 jiwa, mengurus rumah tangga sebesar 188.397 jiwa dan lain-lain sebesar 8 1.373 jiwa.

3. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pertumbuhan Ekonom. Agregrat

Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat ditunjukkan oleh perubahan nilai total

PD& tahun bersangkutan dengan tahun sebelumnya.

Tabel 9 : Perturnbuhan Ekonomi Agregrat Kabupaten Banyumas Tahun 1987

-

1999 Tahun

I

Nilai PDRB (jutaan Rp)

I

Pertumbuhan (%)

I I

Rata-rata Pertumbuhan 3.451

Sumber : Badan Pusat Statistik, PDRB Kabupaten Banyumas 1999.

Pada tahun 1987 total PDRB Kabupaten Banyumas meurut harga konstan tahun 1993 sebesar Rp.62 1.400.860.000 dan mengalami pertumbuhan ekonomi negatip (-3,44 %). Sedangkan pada tahun 1999 total PDRB Kabupaten Banyumas sebesar Rp.988.804.680.000,- te rjadi kenailcan 0,53 persen bila dibandingkan dengan tahun 1998 yang tercatat sebesar 983.564.120.000,-. Pertumbuhan ekonomi riil

(8)

sebesar 0,53 persen pada tahun 1999 ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 1998 sebesar 4 , 8 0 persen. Hal ini berarti kondisi perekonomian di kabupaten Banyumas pada akhir tahun 1999 mulai bangkit dari pengaruh krisis ekonomi. Rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun dalam jangka waktu tahun 1987 - 1999 atas dasar harga konstan 1993 adalah sebesar 3,45 persen.

Ditinjau dari pendapatan perkapita, pada tahun 1987 pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Banyumas atas dasar hrga konstan 1993 sebesar Rp.47 1.248,-

dan pada tahun 1999 sebesar Rp.675.405,- berarti naik sebesar 43,32 persen. Rata-

rata pertumbuhan pendapatan perkapita selama tahun 1987 - 1999 adalah 2,54 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10 : Pendapatan perkapita Penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 1987

- 1999

Tahun Nilai PDRB Penduduk Pendapatan pertumbuhan

(jutaan Rp) pertengahan tahun perkapita

621,400.86 1,318,626 471,249 -4.50 668,064.80 1,327,783 503,143 6.77 705,686.85 1 ,336,745 527,915 4.92 761,733.42 1,346,553 565,692 7.16 779,763.82 1,358,896 573,822 1.44 838,852.23 1,372,921 61 0,998 6.48 865,061.80 1,384,544 624,799 2.26 899,376.66 1,396,555 643,997 3.07 977,022.78 1,409,197 693,319 7.66

I

Rata-rata Pertumbuhan

/

I

2.541

(9)

94

2. Pertumbuhan Ekonom* Sektoral

Pertumbuhan ekonomi sektoral (menurut lapangan usaha) di Kabupaten

Banyumas pada tahun 1987

-

1999 dapat dilihat pada tabel 1 1.

Tabel 11 : Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Ban- Tahun 1987 -

~PDRB -3.441 0.531

Sumber : Badan Pusat Statistik, PDRB Kabupaten Banyumas 1999.

I

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Dari tabe! tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 1987 menurut harga konstan 1993, pertumbuhan tertinggi adalah sektor keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan sebesar 9,70 persen sedangkan pertumbuhan terrendah adalah sektor pertanian sebesar -1 1,39 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan diatas rata- rata pertumbuhan PDRB (sebesar (-3,44) adalah sektor pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri, Sektor Listrik, Gas dan Air Minum, Sektor Angkutan dan Komunikasi serta sektor Jasa-jasa. Sektor-sektor lainnya mengalami pertumbuhan di bawah rata-rata pertumbuhan PDRB yaitu sektor Pertanian, Sektor

Bangunan dan Sektor Perdagangan. Pada tahun 1999 pertumbuhan tertinggi adalah sektorAngkutan dn Komunikasi sebesar 1 133 persen dan perturnbuhan terrendah adalah sektor Pertaian sebesar -7,34 persen. Semua sektor pada tahun 1999 pertumbuhannya diatas pertumbuhan rata-rata PDRB (0,53 %), kecuali sektor

Lapangan Usaha Pertanian

Pertambangan dan Penggalian lndustri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan

Perdagangan

Angkutan dan Komunikasi

keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan Jasa-jasa

(10)

Perdagangan dengan pertumbuhan sebesar 0,13 persen dan sektor Pertanian dengan pertumbuhan sebesar -7,34 persen.

Gambaran Umum Daerah Irigasi Tajum

Daerah Irigasi Tajum terletak di wilayah kerja Dinas Pengairan Kabupaten Banyumas, yang secara administratip lokasi bendungnya terletak pada aliran sungai Tajum tepatnya di desa Tipar Kidul Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Sungai Tajum merupakan kumpulan anak-anak sungai yang sumber airnya berasal dari pegunungan disekitarnya yaitu Igir Manis (2383 m ), G. Kali Kidang (1533 m), G. Sembung (1638 m ), G. Rata Petung (1437 m ), G. Rata Amba (1371 m), G. Batu Kurung (473 m ), G. Kinanti (466 m), G. Krangean (9 13 m).

Luas daerah tangkapan hujan sungai Tajum di bendung Tajum adalah 242,33 km2 dan panjang sungainya adalah 31,35 km. Kondisi daerah tangkapan hujannya saat ini mulai terganggu dimana hutannya terancam rusak karena adanya penebangan liar.

Bendung Tajurn merupakan bendung tetap dari konstruksi pasangan batu yang dibangun kembali oleh Pemerintah Indonesia mulai tahun 1963 sampai dengan selesai di lokasi Coupwe (sudetan) Kali Tajum yang berfungsi mengairi daerah potensial persawahan seluas 3.404 ha dengan luas fungsional seluas 3.200 ha dimana sawah tersebut semula hanya merupakan sawah tadah hujan (buku Proyek Irigasi Tajum, 1973).

Pada awalnya tahun 1943 dibawah pendudukan Jepang dibangun daerah irigasi Tajum dengan membuat Bendung Danuat dari kayu dan bambu dan saluran- saluran induk dan sekunder serta beberapa bangunan pelaksanaan pekerjaan yang

(11)

96

berlangsung harnpir setahun akhirnya gagal dengan menyerahnya Jepang dari Sekutu. Selanjutnya pada tgl 19 Desember 1963 dimulai kembali pembangunan proyek ini oleh pemerintah, yang kemudian dilanjutkan oleh KOTOE pada tahun

1965. Departemen Pengairan Dasar pada tahun 1966 dan akhirnya oleh Departemen Pekerjaan Umwn pada tahun 1967 sampai dengan selesai. Jaringan irigasi Tajurn diresmikan oleh Presiden RI pada tgl23 Pebruari 1973 sekaligus uji coba pengaliran sampai dengan bulan April 1974. Semenjak berfungsinya irigasi Tajum, areal tadah hujan yang tadinya hanya panen satu kali pertahun meningkat menjadi 2 (dua) kali pertahun dan pada musim tanam ketiga ada sebagian areal yang ditanami palawija.

1. Keadean Geografi

Wilayah penelitian ini terdapat pada Daerah Irigasi Tajum terletak di Kecarnatan Wangon, Jatilawang, dan Rawalo Kabupaten Banyumas, dan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas termasuk &lam Sub Wilayah Pembangunan (SWP) 111 dengan pusatnya di kota Wangon.

Daerah irigasi Tajum dibatasi oleh :

Sebelah Utara : Kecamatan Purwojati, Kecamatan Ajibarang dan Kecamatan Cilongok.

Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap.

Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Kecamatan Lumbir. Sebelah Timur : Kecamatan Kebasen dan Kecamatan Patikraja.

Kondisi topografi di daerah penelitian mempunyai kontur yang relatif sama yaitu berupa dataran rendah yang sangat cocok untuk pertanian khususnya pertanian tanaman pangan.

Namun

di wilayah Kecamatan h o j a t i (bagian Utara dari daerah

(12)

penelitian), terdapat wilayah erosi, dimana sering terjadi secara insidentil terutarna

pada daerah-daerah yang mempunyai topografi dengan kemiringan relatif tinggi dan

memiliki jenis batuan " batulempung". Hal ini mengancam te r j d n y a kerusakan

jaringan irigasi di Daerah Irigasi Tajum.

Berdasarkan RDTR Sub Wilayah Pembangunan 111 Kabupaten Banyumas,

tanah di wilayah Kecamatan Wangon, Jatilawang clan Rawalo Kabupaten Banyumas terbentuk dari 3 (tiga) rnacam bahan induk, yaitu : bahan sedimen, bahan formasi rambatan dan bahan aluvium.

a. Bahan Sedimen

Bahan sedimen ini berupa batualit dan batupasir, dibeberapa tempat tertutup. Bahan volkanis, terdapat pada daerah bukit lipatan, bentuk wilayah berbukit sampai bergunung lereng 15

-

> 45 %. Tanah yang terbentuk diklasifikasi sebagai tanah podsolik, latosol dan regosol.

b. Bahan Forrnasi Rambatan

Bahan formasi rambatan ini terdiri atas batu pasir gampingan dengan sisipan Napal, batu lempung dan breksi.

c. Bahan Aluvium

Bahan aluvium tersusun dari liat dan debu, yang diendapkan di daerah banjir, sedangkan endapan sungai tua tersusun dari pasir kerikil, danau dan bingkah terdapat terpencar- pencar yang merupakan bekas aliran sungai tua, terdapat di sepanjang jalur aliran sungai.

Tanah yang belum mengalami perkembangan struktur diklasifikasikan sebagai

tananh aluvial dan aluvial hidromorf, dan tanah yang mengalami perkembangan struktur diklasifikasikan sebagai tanah tanah glie humus rendah. Tanahtanah ini

(13)

98

mempunyai kedalaman tanah dalam, tekstur umumnya liat, perkembangannya lemah sampai sedang, konsistensi lekat

dan

plastis ( basah ) : tingkat kemasaman agak masam sampai m g a t alkali ( PH 6.0

-

8.5 ).

Tanah Aluvial Hidromorf mempunyai kedalaman tanah dalam, tekstur liat sampai liat berdebu, belum mempunyai tingkat perkembangan (melumpur), konsistensi teguh sampai gempur (lembab) lekat sampai tidak lekat

dan

plastis sampai tidak plastis (basah); tingkat kemasaman tanah agak masam sampai

sangat alkali (PH 6.0 - 8.5 ). --

2. Kondisi Iklim dan Curah Hujan

Kecamatan Wangon, Jatilawang, dan Rawalo Kabupaten Banyumas seperti umumnya daerah di Indonesia mempunyai ikiim tropis basah. Rata-rata suhu udara bulanan 26,3"C, dengan suhu minimum 24,4"C dan suhu maksimwn 30,9"C.

3. Kondisi Hidrologi

Keadaan hidrologi di wilayah Kecamatan Wangon, Jatiiawang, dan Rawalo Kabupaten Banyumas meliputi air pemukaan (surface water), air tanah (ground water) dan daerah genangan air.

A. Air permukaan dalam wujud fisiknya di wilayah perencanam merupakan air yang mengalir melalui igir - igir maupun sungai - sungai. Sungai besar yang melintasi wilayah ini adalah sungai Lopasir dan Tajum yang mengalir sepanjang tahun. Kedua sungai ini melintas dari Utara dan Barat ke arah Tenggara dan bermuara di sungai Serayu yang mengalir ke Lautan Indonesia melalui wilayah Kabupaten Cilacap.

(14)

B. Air Tanah

Air tanah yang ada Q wilayah penelitian berupa sumur banyak dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga dan industri serta keperluan Iginnya, sedangkan kedalaman air tanahnya memiliki kedalaman yang bervariasi yang dipengaruhi oleh ketinggian wilayah serta jenis tanahnya, sedangkan kedalarnannya di wilayah penelitian memiliki 3 (tiga) kelompok yaitu :

-

Wilayah dengan kedalaman air tanah 25

-

40 M terletak di Wangon dan

Jatilawang bagian Selatan.

-

Wilayah dengan kedalaman air tanah 15 - 25 M terletak di Kecamatan

Wangon bagian Utara dan sebagian Jatilawang dan Rawalo bagian Utara.

-

Wilayah dengan kedalaman air 10 - 15 M terletak di sebagian besar di

Kecamatan Jatilawang dan Rawalo, Kecamatan Wangon bagian Tengah.

4. Keadaan Penduduk

Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa sex ratio di daerah penelitian adalah 99,728 %, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99,728 penduduk laki-laki. Sedangkan tingkat kepadatan penduduknya adalah 10,615 jiwa perhektar atau 10.615 jiwa perkilo meter persegi. Jumlah kepala keluarga atau rurnah tangga adalah 43.482 KK, sehingga rata-rata jiwa tiap rumah tangga adalah 4 jiwa.

(15)

Tabel No I 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Ill 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sumber 12 : Luas Wilayah, Tajum KecamatanIDesa Wangon Randegan Rawaheng 3Pengadegan Klapagading Wetan Klapaggading Kulon Wangon Banteran Jambu Jurangbahas Cikakak Wlahar Windunegara Jatilawang Gunungwetan Pekuncen Karanglewas Karanganyar Margasana Adisara Kedungwringin Bantar Tinggarjaya Tunjung Gentawangi Rawalo Losari Menganti Banjarparakan Rawalo Tambaknegara Sidamulih Pesawahan Tipar Sanggreman Jumlah : Biro Pusat Jumlah Luas Wtlayah (ha) 6,078.0 1,039.0 678.0 836.0 372.4 348.6 417.0 249.0 609.0 309.0 595.0 274.0 351 .O 4,816.0 719.0 490.0 51 5.0 205.0 182.0 238.0 447.0 31 3.0 573.0 832.0 302.0 4,963.7 645.2 279.1 442.3 282.5 892.5 842.4 185.6 803.9 590.2 15,857.70 Statistik,

Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga di Kepadatan penduduk (iiwa/ha) 11.52 5.94 7.56 6.67 23.72 29.16 22.72 17.63 9.89 7.31 7.47 13.70 10.75 11.57 6.12 8.72 5.21 12.97 11.12 14.02 14.87 18.25 16.06 10.97 18.67 8.59 7.89 10.78 10.41 22.06 7.10 5.92 12.77 6.35 8.29 10.61 laki-laki 35,073 3,177 2,575 2,770 4,489 4,959 4,773 2,235 2,970 1,081 2,245 1,935 1,864 27,610 2,212 2,084 1,239 1,307 1,013 1,644 3,326 2,822 4,552 4,557 2,854 21,367 2,616 1,526 2,321 3,162 3,133 2,427 1,200 2,515 2,467 84,050.00 Kecarnatan Dalam DI Jumlah KK 19,344 1,655 1,311 1,702 2,355 2,575 2,588 1,237 1,850 656 1,261 1,055 1,099 12,928 1,020 1,017 640 62 1 444 81 1 1,638 1,326 2,259 1,782 1,370 11,210 1,484 792 1,133 1,613 1,614 1,188 592 1,364 1,430 43,482 penduduk (jiwa) perempuan 34,920 2,996 2,549 2,809 4,344 5,205 4,701 2,156 3,052 1,178 2,201 1,820 1,909 28,098 2,190 2,190 1,444 1,352 1,011 1,692 3,323 2,890 4,651 4,572 2,783 21,261 2,472 1,483 2,285 3,070 3,206 2,560 1,170 2,587 2,428 84,279.00 Angka, jumlah 69,993 6,173 5,124 5,579 8,833 10,164 9,474 4,391 6,022 2,259 4,446 3,755 3,773 55,708 4,402 4,274 2,683 2,659 2,024 3,336 6,649 5,712 9,203 9,129 5,637 42,628 5,088 3,009 4,606 6,232 6,339 4,987 2,370 5,102 4,895 168,329.00 1999

(16)

Dengan melihat produktifitas dari komoditi pertanian seperti padi sawah, pad^ ladang, jagung, ketela pohon, ketela rambat dan h a n g tanah, rata-rata untuk daerah penelitian lebih tinggi dari produktifitas kabupaten seperti dalam tabel dibawah ini. Produktifitas di tingkat kabupaten untuk padi sawah adalah 4,8634 ton/ha, pa& ladang adalah 3,876 tonha, jagung adalah 4,3444 ton/ha, ketela pohon adalah 17,7154 tonlha, ketela rambat adalah 14,3988 tonha, dan kacang tanah adalah 1,2942 tonha.

Tabel 13: Data Luas Panen dan Produksi Pertanian di Daerah Penelitian Tahun 1999.

1

4IKacang Tanah

I

251

1

315

1

1.2550 Surnber : Biro Pusat Statistik, Kecamatan Dalam Angka

No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Ketela Pohon 5 Ketela Rambat 6KacangTanah Kec. Rawalo 1 Padi Sawah

1

Padi Ladang Produksi (ton) 13,230 3,682 684 19,783 588 225 15,199 1,628 429 2 3 Komoditas Kec. Wangon Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat 6KacangTanah Kec. Jatilawang Padi Sawah Padi Ladang Jagung Produktifitas (tonlha) 4.9237 4.1605 3.6578 19.1325 15.0769 1 3473 4.9412 5.0092 4.6129 Jagung Ketela Pohon Luas Panen (ha) 2,687 885 1 87 1,034 39 1 67 3,076 325 93

(17)

1 02 Untuk komoditi Jagung, hanya kecamatan Jatilawang yang produktifitasnya melebihi tingkat Kabupaten, d a n g k m untuk wilayah Kecamatan Rawalo, hanya komoditi padi ladang saja yang mempunyai tingkat produktifitas yang lebih tinggi

dari

tingkat kabupaten, ha1 ini dikarenakan pada wilayah tersebut, termasuk pada daerah yang sulit mendapatkan air irigasi, baik irigasi dari Tajum maupun dari irigasi pedesaan yang lain, sehingga mempengarutu produksi tanamannya.

6. Kondisi Jaringan Zn'gasi Tajum

Secara umum data teknis bangunan dan saluran yang ada di jaringan irigasi Daerah Irigasi Serayu Tajum cukup baik, dimana terletak pada 3 kecamatan yaitu :

Wangon, Jatilawang dan Rawalo dengan rincian sebagai berikut : a. Bangunan Utama

Bangunan Utarna Daerah Irigasi Tajum adalah Bendung Tajum, Bendung Tajum ini merupakan bangunan dengan konstruksi pasangan batu yang terletak di desa Tipar Kidul, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa tengah.

Bangunan Utama berupa bendung tetap untuk mengairi daerah persawahan seluas 5 3 110 Ha yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan, yaitu 5 706,45 Ha di Kecamatan Wangon,

2

1353,75 Ha di Kecarnatan Jatilawang dan seluas 2 1049,80 Ha berada di Kecamatan Rawalo.

2. Saluran Irigasi

Seluruh saluran irigasi berbentuk trapesiurn dengan miring talud 1 : 1,5 dengan lebar dasar 1,7 M ( paling sempit )dan 5 M ( paling lebar ). Sebagian besar saluran belum di "lining". Tanggul saluran di daerah antara BTa 1 - Bta 5 sebagian besar dalam kondisi kritis. Di daerah antara Bta 11 - Bta 12 clan Bta 16

-

(18)

- Bta 17 banyak terdapat endapan lumpur. Sebagian saluran yang d i n pada

tanggul banyak di tumbuhi gerurnbul liar dan di pasang MCK liar.

Saluran Pembawa pada Jaringan Irigasi Tajum mempunyai panjang total L

= 43, 116

Km,

yang terdiri atas saluran induk Tajum dengan panjang L

+

25,49 Km dan sisanya &ah saluran sekunder. Saluran sekunder ini terdiri atas :

-

Saluran Sekunder Wangon ( L= 1,625 Km ), i ..

-

Saluran Sekunder Jatilawang ( L= 4,834 Km ),

-

Saluran Sekunder Keseran ( L = 1,7 19 Km ),

-

Saluran Sekunder Tinggarwangi ( L = 4,009 Km ),

-

Saluran Sekunder Rawalo ( L = 3,135 Km ),

-

Dan Saluran Sekunder Tajum Kiri ( L = 2,294 Km ). Dilapangan terdapat berbagai bentuk dan tipe saluran yaitu :

-

Saluran tertutup (conduit) sepanjang L=596m

-

Saluran terbuka berbentuk flume sepanjang L= 360,25 m

-

Saluran berlining pasangan batu sepanjang L= 2535 m

Pada umurnnya di sebagian tempat saluran tanah sudah tidak beraturan lagi dimensinya terutarna pada saluran sekunder dan tersier, sedangkan di beberapa tempat terdapat sample ukuran I dimensi ( kemiringan talud ) saluran aslinya yang terbuat dari pasangan batu. Pada saluran-saluran yang sudah dilining banyak siarannya sudah terkelupas sehingga perlu diperbaiki, kebocoran-kebocoran pada saluran berlining disebabkan karena alarn dan ada pula oleh faktor kesengajaan dengan maksud untuk mendapatkan air irigasi lebih cepat, hal ini terjadi pada saluran timbunan sedangkan pada saluran galian

(19)

104 banyak pemakaian p o m p air untulc mengairi sawah tegalan atau sawah yang jauh dari pintu air.

3. Bangunan Irigasi

Sebagian besar pintu romijn dalarn keadaan tidak berfungsi karena air lewat bawah ambang. Hal itu disebabkan oleh keadaan pintu itu sendiri maupun keadaan saluran di hulu pintu. Banyak terdapat endapan lumpur dan sampah di muka pintu.

Secara umum penyimpangan - penyimpangan yang dijumpai pada pintu Romijn adalah sebagai berikut :

Pengairan air lewat bawah ambang romijn karena saluran di hulu kritis atau pintu rusak sehrngga tidak dapat di atur,

Pintu tidak dapat diatur karena macet (berkarat), bagian - bagian pintu ada yang hilang atau tidak ada pengunci, pengunci macet atau kunci hilang, Tidak ada garis skala pada papan ukuran,

Digunakan alat ukur lain yaitu dengan menggunakan "rating curve" atau dengan mengatur bukaan pintu penguras.

Bangunan irigasi yang berada di Jaringan Irigasi Tajum berjumlah 273

buah tersebar di Saluran Induk dan Saluran Sekunder. Keterangan mengenai Bangunan Irigasi dan jumlahnya dapat dilihat pada tabel berikut.

(20)

No 1. 2. 3. 4. 5 . 6. 7. Nama Saluran

Saluran Induk Tajum Saluran Sekunder Wangon Saluran Sekunder Jatilawang Saluran Sekunder Tinggarwangi Saluran Sekunder Keseran Saluran Sekunder Rawalo Saluran Sekunder Tajurn Kiri Jumlah

Jenis Bangunan (buah)

n E V

I

&

3 3

Vl 25490 1625 4834 3882 1719 31 35 2294 42979 1 1 1 1 19 2 4 5 3 2 37 3 1 1 14 24 2 5 4 2 8 4 7 6 39 15 1 2 4 29 8 14 16 2 18 5 5 2 2 14 4 3 2 1 8 4 3 1 1 5 2 1 1 9 63 4 0 7 7 1 1 4 18 9 1 6 1 1 8 149 21 27 22 10 8 36 273

Gambar

Tabel  5  :  Luas  Wilayah  dan  Jumlah  Penduduk  Kabupaten  Banyumas  Menurut  Kecamatan,  1999  No  1  2  3  4  5  6
Tabel  6 :  Perincian Penggunaan Tanah di Kabupaten Banyumas,  1999
Tabel 8 :  Penduduk  Usia  10  Tahun  Keatas  yang  Bekerja  Menumt  Lapangan  UsahaUtama  dan  Jenis kelamin Tahun 1999
Tabel 9  :  Perturnbuhan Ekonomi Agregrat Kabupaten Banyumas  Tahun  1987  -  1999  Tahun  I  Nilai  PDRB  (jutaan  Rp)  I  Pertumbuhan  (%)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemamfaatan Internet sebagai Media Belajar dan

Alocasia sp. atau keladi hutan merupakan salah satu jenis tumbuhan liar yang hidup di hutan. Tumbuhan ini kerap ditemukan pada daerah yang cenderung lembab atau berair,

Kebijakan lapas supermaksimum security di Lapas Kelas IIA Pasir Putih untuk narapidana terorisme risiko tinggi dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

Kaitannya dengan perlindungan hukum terhadap pemilik asal tanah dalam pelaksanaan jual beli yang dilakukan oleh tergugat I, II, III dan IV maka perlindungan hukum

Hal ini sejalan dengan penelitian Putri (2013) yang berjudul Hubungan pendidikan, pengetahuan, dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dengan

IMPLEMENTASI AUGMENTED REALITY UNTUK PEMBELAJARAN HURUF HIJAIYAH BAGI

Penelitian yang dilakukan oleh Nurjana (2016) dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kanker Serviks Terhadap Motivasi Wanita Usia Subur Untuk Pemeriksaan Tes Inspeksi

Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak di alam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru