• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Mutu Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian mutu pelayanan kesehatan

Menurut Kottler (1994) layanan merupakan suatu aktivitas atau hasil yang dapat ditawarkan oleh suatu lembaga kepada pihak lain yang biasanya tidak tampak dan hasilnya tidak dapat dimiliki orang lain. Proses layanan pada penelitian ini difokuskan ke perawat yang memberikan layanan kepada pasien. Proses layanan kepada pasien merupakan aktivitas rumah sakit yang memberikan kemudahan pada pasien untuk mendapat layanan, jawaban dan solusi.

Brown (1994) mengemukakan bahwa mutu merupakan fenomena yang komprehensif dan multi dimensi, bisa digunakan pada pelayanan klinis maupun manajemen untuk mendukung pelayanan kesehatan. Kegiatan menjaga mutu dapat menyangkut satu atau beberapa dimensi, yaitu: kompetensi teknis, akses terhadap pelayanan, efektifitas, efisiensi, keamanan, hubungan antar manusia, kenyamanan dan kelangsungan pelayanan.

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Menurut Speigell (dalam Dharmayasa, 1999) mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat terbaik yang dihasilkan dan didokumentasikan dalam proses diagnosa dan terapi berdasarkan pengetahuan ilmu sehingga memperkecil kematian dan kesakitan.

(2)

Berdasarkan pengertian mutu pelayanan kesehatan yang telah dijabarkan sebelumnya, mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tingkat terbaik yang dihasilkan untuk memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan dimana penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan, kode etik dan pengetahuan sehingga memperkecil kematian dan kesakitan.

2. Dimensi mutu pelayanan kesehatan

Parasuraman, dkk (dalam Rosyid, 1997) mengembangkan model yang komprehensif dari mutu pelayanan kesehatan yang berfokus pada aspek fungsi dari pelayanan, yaitu:

a. Tampilan fisik, yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, pegawai dan media komunikasi dengan indikator:

1). Kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan.

2). Penataan ruang tunggu dan ruang periksa kesehatan pasien. 3). Kesiapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai.

b. Reliabilitas, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang dijanjikan dengan tepat dan memuaskan dengan indikator:

1). Prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat.

2). Pelayanan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan yang cepat dan tepat. 3). Jadwal pelayanan dan kunjungan dokter dijanjikan dengan tepat.

c. Responsif, yaitu kemampuan untuk membantu pasien dan memberikan pelayanan dengan cepat tanggap, indikatornya:

1). Perawat cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien.

(3)

3). Saat dibutuhkan pasien, perawat bertindak dengan tepat dan cepat.

d. Jaminan, yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan serta sifat yang dapat dipercaya dimiliki oleh para staf bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan dengan indikator:

1). Pengetahuan dan kemampuan para dokter menetapkan penyakit. 2). Keterampilan para perawat melayani pasien Askes.

3). Pemberi layanan yang sopan dan ramah.

4). Jaminan keamanan pelayanan dan kepercayaan terhadap pelayanan.

e. Empati, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman kebutuhan pasien dengan indikator:

1). Memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien. 2). Perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya.

3). Pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Roberts dan Prevost (dalam Azwar, 1996) membuktikan adanya perbedaan dimensi yang dianut oleh setiap pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan, yaitu:

a. Bagi pemakai jasa pelayanan yang berhubungan dengan ketanggapan dan kemampuan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien dan komunikasi pasien dan petugas termasuk didalamnya sifat ramah, rendah hati dan kesungguhan.

b. Bagi pihak pelayanan kesehatan yang terkait pada pemakai yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi selain itu terkait juga pada otonomi profesi dokter dan perawat serta profesi kesehatan lain.

(4)

c. Segi pembiayaan, mutu pelayanan terkait pada segi efisiensi pemakai sumber dana serta kewajaran pembiayaan kesehatan.

Berdasarkan penjabaran mengenai dimensi dari mutu pelayanan kesehatan dapat disimpulkan bahwa dimensi mutu pelayanan kesehatan dapat berbeda untuk setiap pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan. Bagi pemakai jasa, dimensi responsif, jaminan dan empati merupakan dimensi yang harus dilaksanakan dalam melayani pasien. Bagi penyelenggaraan pelayanan, mutu pelayanan lebih terkait pada dimensi tampilan fisik. Sedangkan untuk penyandang dana pelayanan kesehatan lebih terkait pada efisiensi pemakaian sumber dana dan kewajaran pembiayaan.

3. Aspek mutu pelayanan kesehatan

Menurut Jacobalis, mutu pelayanan kesehatan mencakup empat aspek yaitu: a. Penampilan keprofesian atau klinis. Aspek ini menyangkut sumber daya

manusia seperti dokter, perawat yang terkait dengan sikap, perilaku, pengetahuan dan pengalamannya.

b. Efektifitas dan efesiensi. Hal ini menyangkut pemanfaatan sumber daya yang ada.

c. Keselamatan pasien. Aspek ini menyangkut keamanan dan keselamatan pasien, perlindungan dari resiko yang sekecil-kecilnya terhadap pasien.

d. Kepuasan pasien. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial pasien seperti kebersihan lingkungan, kemampuan, keramahan, kecepatan pelayanan dan perhatian petugas terhadap pasien.

(5)

4. Indikator penilaian pelayanan kesehatan

Menurut Jacobalis (1990), ada beberapa indikator yang dapat digunakan dalam menilai pelayanan kesehatan, yaitu:

a. Indikator klinik yang berupa petunjuk tentang upah kerja profesi di rumah sakit (dokter, perawat dan tenaga lain).

b. Indikator efisiensi meliputi sumber daya yang dipergunakan secara efisien dan ekonomi untuk menghasilkan layanan yang bermutu dapat dilakukan dengan cara penilaian pemanfaatan rumah sakit.

c. Indikator keamanan pasien. Kurang amannya pasien lebih banyak terjadi karena kurang teliti dalam asuhan misalnya:

1). Pasien jatuh dari tempat tidur 2). Pasien diberi obat yang salah 3). Pasien lupa diberi obat

d. Indikator tentang kepuasan pasien atas pelayanan rumah sakit, gambaran ini bisa terlihat dari:

1). Bertambahnya keluhan dari pasien ataupun keluarga 2). Pulang atas permintaan sendiri

3). Pasien minta pindah ke rumah sakit lain 4). Pengaduan mal praktek

5). Pasien lama kembali di rawat dengan keluhan yang sama.

Penilaian yang dilakukan pada penelitian ini tidak menggunakan indikador penilaian kesehatan yang telah dijabarkan, tetapi menggunakan standar pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan oleh pihak RSUP Haji Adam Malik

(6)

5. Standar mutu pelayanan di RSUP Haji Adam Malik

RSUP Haji Adam Malik telah menetapkan standar dalam pelaksanaan pelayanan. Standar-standarnya yaitu:

a. Mengamati keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien.

b. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/keluarga.

c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan. d. Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptik.

e. Berlandaskan etika keperawatan.

f. Melaksanakan prinsip pelayanan yang akurat, tepat, efisien, nyaman dan aman serta mengutamakan keselamatan pasien.

g. Merujuk segera terhadap masalah yang mengancam keselamatan pasien. h. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.

i. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.

j. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. (Pedoman Pelayanan Keperawatan RSUP Haji Adam Malik, 2002)

B. Komitmen Terhadap Organisasi 1. Pengertian komitmen terhadap organisasi

Penelitian ini dilakukan di rumah sakit, maka organisasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah rumah sakit dan karyawan adalah perawat.

Steers (1991) mendefinisikan komitmen terhadap organisasi sebagai rasa identifikasi yaitu kepercayaan terhadap nilai–nilai organisasi, keterlibatan yaitu kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi, dan loyalitas yaitu keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang

(7)

bersangkutan yang dinyatakan oleh seorang karyawan terhadap organisasinya. Steers (1991) berpendapat bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan, nilai–nilai dan sasaran organisasi. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.

Mowday, Steers dan Porter (dalam Meyer, 1993) mendefinisikan komitmen terhadap organisasi sebagaimana yang pernah digambarkan Porter yaitu sebagai hubungan seseorang individu dengan organisasi yang memungkinkan seseorang dengan komitmen yang tinggi akan memperlihatkan keinginan kuat untuk menjadi anggota organisasi yang bersangkutan, kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin serta penerimaan yang kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi.

Riggio (2003) mendefinisikan komitmen terhadap organisasi sebagai perasaan dan sikap karyawan tentang organisasi tempatnya bekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins (1996) yang menyatakan bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan–tujuan organisasi serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut. Jadi komitmen yang tinggi berarti pemihakan pada organisasi yang mempekerjakannya.

Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan sebelumnya, komitmen terhadap organisasi dapat diartikan sebagai perasaan dan sikap karyawan yang memungkinkannya percaya terhadap nilai – nilai organisasi untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi dan keinginan yang kuat untuk

(8)

menjadi anggota dari organisasi tempatnya bekerja. Karyawan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di rumah sakit.

2. Dimensi komitmen terhadap organisasi

Komitmen terhadap organisasi sebagai bentuk sikap kerja menurut Steers dan Porter (1991) dapat dikelompokkan menjadi 3 dimensi yaitu:

a. Identifikasi yaitu keyakinan dan penerimaan terhadap serangkaian nilai dan tujuan organisasi. Keyakinan dan penerimaan terhadap serangkaian nilai dan tujuan organisasi merupakan kunci utama terbentuknya serangkaian dimensi komitmen kerja yang lain. Dimensi tersebut tercermin dalam beberapa perilaku antara lain adanya kesamaan antara nilai dan tujuan pribadi dengan nilai dan tujuan organisasi, penerimaan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi dan adanya kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.

b. Keterlibatan yaitu keinginan yang kuat untuk berusaha demi kepentingan organisasi. Keinginan yang kuat berusaha demi kepentingan organisasi tercermin dari usaha karyawan untuk menerima dan melaksanakan setiap tugas–tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Karyawan bukan hanya sekedar melaksanakan tugas–tugasnya, melainkan selalu berusaha melebihi standar minimal yang ditentukan oleh organisasi. Karyawan akan terdorong pula untuk melakukan pekerjaan di luar tugasnya dan perannya apabila bantuannya dibutuhkan oleh organisasi.

c. Loyalitas yaitu keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Karyawan dengan komitmen yang tinggi akan merasakan adanya

(9)

loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi. Perawat hanya mempunyai sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan tetap berkeinginan untuk melanjutkan keanggotaannya pada organisasi. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi ini mencerminkan sikap loyalitas atau kesetiaan terhadap organisasi. Loyalitas juga tercermin dalam kehangatan afeksi yang positif serta adanya rasa memiliki terhadap organisasi.

3. Bentuk komitmen terhadap organisasi

Allan dan Meyer (1990) mengajukan 3 bentuk komitmen terhadap organisasi yang terdiri atas:

a. Komitmen afektif yaitu ikatan emosional, identifikasi dan keterlibatan dalam organisasi. Individu menetap dalam suatu organisasi karena keinginan sendiri. b. Komitmen kontinuans yaitu komitmen individu yang didasarkan pada

pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila akan meninggalkan organisasi. Individu memutuskan menetap pada suatu organisasi karena menganggap sebagai suatu pemenuhan kebutuhan.

c. Komitmen normatif yaitu keyakinan individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi. Individu tetap tinggal pada suatu organisasi karena merasa wajib untuk loyal pada organisasi tersebut.

(10)

4. Faktor–faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi

Banyak peneliti telah melakukan penelitian terhadap komitmen organisasi dan menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen. Beberapa diantara faktor tersebut adalah:

a. Persepsi atas dukungan organisasi

Penelitian yang dilakukan oleh Randall dan O’Driscoll (1997) menemukan adanya pengaruh kuat dari persepsi atas dukungan organisasi dengan komitmen. Dalam penjelasannya, mereka mengatakan bahwa persepsi atas dukungan organisasi atau secara lugas disebut sebagai komitmen dari organisasi pada mereka berpengaruh pada tingkat komitmen mereka pada organisasi.

b. Kualitas hubungan atasan-bawahan

Penelitian yang dilakukan oleh Lenden,dkk (1996), Wayne (1997), Klein dan Kim (1998) serta Randall dan O’Driscoll (1997) menemukan adanya pengaruh kualitas hubungan bawahan pada komitmen. Kedekatan antara atasan-bawahan, keterlibatan bawahan dalam berbagai aktivitas atasan, kepercayaan dan kewenangan yang diberikan atasan pada bawahan ternyata menumbuhkan komitmen di kalangan karyawan pada organisasinya.

c. Pengembangan karyawan

Pemberian kesempatan pada karyawan untuk berkembang, seperti kesempatan untuk meningkatkan keahlian, pengembangan kemampuan profesional, peningkatan karir ternyata juga menjadi faktor pembentukan komitmen. Penelitian yang dilakukan oleh Tansky dan Cohen (2001) membuktikan

(11)

bahwa kebijakan organisasi dalam memberikan kesempatan pada karyawan untuk berkembang memiliki pengaruh yang kuat pada tumbuhnya komitmen karyawan terhadap organisasi.

d. Keadilan dalam organisasi

Lawson dan Angle (1998), Naumann, dkk (1995) dan Kickul (2001) meneliti variabel keadilan dalam organisasi sebagai faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi. Lawson dan Angle (1998) meneliti pengaruh adil dalam pemberian hadiah dan proses keadilan dalam organisasi pada komitmen, sementara Naumann, dkk (1995) dan Kickul (2001) meneliti pengaruh prosedur keadilan dan interaksi keadilan. Hasilnya, semua penelitian tersebut menemukan adanya pengaruh yang kuat antara berbagai jenis keadilan dalam organisasi tersebut pada komitmen karyawan.

e. Karakteristik pribadi

Selain faktor-faktor organisasi dan pimpinan, karakteristik pribadi dari karyawan juga berpengaruh pada karyawan. Steers and Porter (1991) menyebutkan bahwa karakteristik karyawan seperti umur, tingkat pendidikan, motivasi berprestasi dan masa kerja ternyata berpengaruh pada tingkat komitmen karyawan terhadap organisasi.

Menurut Dessler (1994), tinggi rendahnya komitmen terhadap organisasi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya:

a. Nilai–nilai kemanusiaan. Dasar utama membangun komitmen terhadap organisasi adalah kesungguhan dari organisasi untuk memprioritaskan nilai

(12)

kemanusiaan. Organisasi berasumsi bahwa karyawan merupakan aset penting sehingga kesejahteraan karyawan penting untuk diperhatikan.

b. Komunikasi 2 arah yang komprehensif. Komitmen di bangun atas dasar kepercayaan, untuk menghasilkan suatu bentuk rasa saling percaya diperlukan komunikasi 2 arah.

c. Rasa kebersamaan dan keakraban. Faktor ini menciptakan rasa senasib sepenanggungan yang pada tahap selanjutnya memberikan konstribusi pada komitmen terhadap organisasi.

d. Visi dan misi rumah sakit. Ada visi dan misi yang jelas pada organisasi akan memudahkan setiap karyawan dalam bekerja yang pada akhirnya dalam setiap aktivitas kerjanya, karyawan senantiasa bekerja berdasarkan apa yang menjadi tujuan organisasi.

e. Nilai sebagai dasar perekrutan. Aspek ini penting untuk mengetahui kualitas dan nilai-nilai personal karena menjadi petunjuk kesesuaian antara nilai personal dengan nilai organisasi.

Berdasarkan penjabaran mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi, dapat disimpulkan sebagai berikut: Karakteristik personal seperti usia, masa kerja dan motivasi tidak cukup untuk membangun komitmen. Karakteristik personal ini harus didukung dengan karakteristik yang berasal dari organisasi seperti visi dan misi yang jelas, organisasi yang memperioritaskan pada nilai kemanusiaan, desain organisasi dan komunikasi yang komprehensif agar timbul rasa percaya antara karyawan dan pihak organisasi. Apabila faktor–faktor ini telah dipenuhi, maka komitmen terhadap

(13)

organisasi akan terbentuk karena faktor–faktor tersebut berkorelasi secara positif dengan komitmen terhadap organisasi.

C. Perawat

1. Pengertian perawat

Perawat adalah seorang yang telah selesai mengikuti pendidikan formal keperawatan yang telah disyahkan oleh pemerintahan RI untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional dan sesuai dengan kode etik keperawatan (Pedoman Pelayanan Keperawatan RSUP Haji Adam Malik, 2002). Pada penelitian ini, subjek penelitiannya adalah para perawat yang telah mengikuti pendidikan formal keperawatan dan disyahkan oleh pemerintah, yang mana setiap tindakan keperawatannya dilaksanakan sesuai dengan standar rumah sakit dan kode etik keperawatan.

2. Peran perawat

a. Sebagai pelaksana: Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan mulai dengan tindakan yang sederhana sampai yang tersulit kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

b. Sebagai pendidik: Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan kesehatan dan keperawatan kepada pasien, keluarga, masyarakat serta siswa atau mahasiswa, perawat yunior dan tenaga kesehatan lainnya.

c. Sebagai pengelola: Perawat bertanggung jawab dalam hal pengelolaan keperawatan, baik dibidang asuhan keperawatan, ketenagaan dan semua yang menunjang keperawatan.

(14)

d. Sebagai peneliti: Perawat berperan aktif dalam kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan.

(Pedoman Pelayanan Keperawatan RSUP Haji Adam Malik, 2002).

3. Fungsi perawat

Ada beberapa fungsi perawat yang dijelaskan dalam buku Pedoman Pelayanan Keperawatan RSUP Haji Adam Malik (2002), yaitu:

a. Mengkaji masalah pasien.

b. Merencanakan keperawatan pasien.

c.Melaksanakan keperawatan meliputi: upaya pencegahan penyakit, penyembuhan, rehabilitasi, dan peningkatan kesehatan.

d. Menilai hasil asuhan keperawatan.

e. Mendokumentasikan penerapan proses keperawatan.

f. Mendidik tenaga kesehatan, berperan aktif dalam pendidikan tenaga kesehatan lain, meningkatkan kemampuan diri dan membantu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan masyarakat.

g. Mengelola institusi pendidikan keperawatan.

h. Berperan serta dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan perencanaan program

(15)

4. Kode etik keperawatan

a. Tanggung jawab terhadap individu, keluarga dan masyarakat

1) Perawat RSUP Haji Adam Malik dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung jawab yang bersumber pada kebutuhan akan perawatan untuk individu, keluarga dan masyarakat. 2). Perawat RSUP Haji Adam Malik dalam melaksanakan pengabdiannya

dibidang perawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan dengan menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.

3). Perawat RSUP Haji Adam Malik dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu dan masyarakat senantiasa dilandasi oleh rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.

4). Perawat RSUP Haji Adam Malik senantiasa menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan individu dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan usaha-usaha kesejahteraan umumnya sebagai bagian dari tugas kewajiban demi kepentingan masyarakat.

b. Tanggung jawab terhadap tugas

1). Perawat RSUP Haji Adam Malik senantiasa meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan keperawatan setinggi-tingginya, disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawat sesuai dengan kebutuhan individu atau pasien, keluarga dan masyarakat.

(16)

2). Perawat RSUP Haji Adam Malik wajib merahasiakan sgala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya. 3). Perawat RSUP Haji Adam Malik tidak akan menggunakan pengetahuan

dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma kemanusiaan.

4). Perawat RSUP Haji Adam Malik dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna, kulit, umur, jenis kelamin, agama serta kedudukan sosial.

5). Perawat RSUP Haji Adam Malik harus senantiasa mengutamakan perlindungan kesehatan pasien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam pertimbangan kemampuan, baik dalam menerima maupun dalam mengalihkan tugas tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.

c. Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya. 1). Perawat RSUP Haji Adam Malik senantiasa memelihara hubungan baik

antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

2). Perawat RSUP Haji Adam Malik senantiasa menyebar luaskan pengetahuan keterampilan dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lainnya dalam meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

(17)

d. Tanggung jawab terhadap profesi perawat.

1). Perawat RSUP Haji Adam Malik selalu berusaha meningkatkan kemampuan dengan jalan menambah ilmu, ketrampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.

2). Perawat RSUP Haji Adam Malik senantiasa menjunjung tinggi nama baik dan tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. e. Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.

1). Perawat RSUP Haji Adam Malik dalam melaksanakan tugasnya harus senantiasa taat dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2). Perawat RSUP Haji Adam Malik harus senantiasa melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat. 3). Perawat RSUP Haji Adam Malik harus senantiasa berperan aktif dengan

menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat

D. Hubungan Komitmen terhadap Organisasi dengan Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan dalam kerangka penelitian ini dilihat dari sudut pandang perawat, dalam artian kemampuan dan kemauan perawat dalam memberikan pelayanan yang bermutu. Mutu pelayanan kesehatan itu sendiri memiliki ciri khas tersendiri yang tidak sama dengan pelayanan lainnya, salah satu ciri khasnya yaitu penerima jasa pelayanan kesehatan adalah orang-orang yang betul-betul membutuhkan pelayanan dan sama sekali tidak mengetahui pelayanan seperti

(18)

apa yang bakal diterimanya mengingat bahwa tindakan baru akan diberikan setelah melakukan pemeriksaan penyakit yang dideritanya.

Agar mencapai pelayanan yang bermutu ada beberapa dimensi yang harus diperhatikan yaitu: (1) kemampuan dalam hal tampilan fisik seperti penampilan fasilitas fisik, peralatan, pegawai dan media komunikasi, (2) kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang dijanjikan dengan tepat dan memuaskan, (3) kemampuan untuk membantu pasien memberikan pelayanan cepat dan tanggap, (4) pengetahuan, kemampuan, kesopanan serta sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki oleh staf bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan, (5) kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman kebutuhan pasien.

Agar hal tersebut dapat tercapai, para perawat harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi, karena komitmen seseorang terhadap tempatnya bekerja memiliki keterkaitan langsung dan positif dengan hasil kerja yang diharapkan (Mowday,dkk, 1982). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yudhawati (2005) bahwa komitmen terhadap organisasi berkorelasi dengan mutu pelayanan. Pada penelitian ini subyeknya adalah perawat yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik. Salah satu unjuk kerja yang utama dari perawat adalah memberikan mutu pelayanan kesehatan yang baik kepada pasien. Steers dan Porter (1991) menyatakan apabila karyawan memiliki komitmen yang tinggi akan merangsang karyawan untuk bekerja dengan baik sehingga mampu menampilkan hasil kerja yang baik.

(19)

Dinamika komitmen terhadap organisasi dalam mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan tergambar pada penjelasanan berikut ini: Apabila seorang perawat telah memiliki rasa identifikasi yaitu penerimaan yang penuh atas nilai– nilai rumah sakit seperti motto yang telah ditetapkan rumah sakit, dan membantu rumah sakit mencapai tujuan ,perawat akan merasa menjadi bagian dari rumah sakit tempatnya bekerja dan mereka berusaha untuk terlibat dalam rumah sakit. Keterlibatan kerja tersebut dapat tergambar dari keinginan yang kuat dari para perawat untuk bekerja sebaik mungkin sesuai dengan uraian tugas yang telah diberikan rumah sakit. Adapun uraian tugas dari RSUP Haji Adam Malik yang harus dilakukan oleh para perawat yaitu:

a. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan standar

b. Mengadakan serah terima dengan tim atau group lain (group petugas ganti) mengenai: (1) kondisi pasien, (2) logistik keperawatan, (3) administrasi rekaman medis, (4) pelayanan pemeriksaan penunjang, (5) kolaborasi program pengobatan.

c. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.

d. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya e. Menyediakan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter

f. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.

(20)

h. Melakukan orientasi terhadap pasien atau keluarga baru mengenai: (1) tata tertib ruangan atau rumah sakit, (2) perawat yang bertugas menyiapkan pasien pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan.

i. Memelihara kebersihan ruangan

j. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan

k. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan.

l. Menulis laporan tim atau group mengenai kondisi pasien dan lingkungannnya m. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien ataupun keluarga pasien. (Buku panduan keperawatan RSUP Haji Adam Malik, 2007)

Setelah para perawat bersedia terlibat dalam rumah sakit, para perawat akan berusaha mempertahankan keanggotaannya di rumah sakit. Para perawat mempunyai sedikit alasan untuk keluar dari rumah sakit. Keinginan untuk melanjutkan keanggotaan pada rumah sakit ini mencerminkan sikap loyalitas. Sikap loyal terhadap rumah sakit tersebut tercermin dengan memberikan sesuatu dari diri perawat untuk menyokong kesejahteraan rumah sakit. Setelah dimensi dari komitmen organisasi tersebut dimiliki oleh perawat, maka para perawat akan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar pelayanan dan kode etik profesi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. Standar pelayanan dan kode etik profesi yang merupakan salah satu syarat dalam memberikan pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).

Pelaksanaan standar pelayanan yang dilakukan oleh perawat ini nantinya akan menghasilkan mutu pelayanan kesehatan yang optimal.

(21)

Berdasarkan kajian tersebut, keseluruhan hubungan antar variabel yang telah dihipotesiskan dinyatakan dalam gambar berikut ini:

Gambar 1. Dinamika komitmen terhadap organisasi dengan mutu pelayanan kesehatan

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ada pengaruh antara komitmen terhadap organisasi dengan mutu pelayanan kesehatan pada perawat RSUP Haji Adam Malik.

Loyalitas Keterlibatan

Melaksanakan standar pelayanan

Mutu pelayanan kesehatan Dimensi

Komitmen Terhadap Organisasi

Gambar

Gambar 1. Dinamika komitmen terhadap organisasi dengan mutu pelayanan  kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari pertimbangan diatas maka kami merencanakan akan mendirikan pabrik acetaldehyde dengan kapasitas 25.00 ton per tahun dengan harapan produk yang dihasilkan

menunjukkan bahwa agresi pada anak dapat terbentuk karena setiap hari anak sering melihat dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga baik secara langsung atau

• Pendidik memberikan tugas lanjutan bagi Peserta didik yang telah mampu Menjelaskan pengertian hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan

Performa reproduksi babi bali jantan yang meliputi ukuran testis dan kualitas semen, berkaitan erat dengan aktivitas dan kemampuan pejantan untuk mengawini sejumlah

- Pemeriksaan Kesehatan Ibu satu kali kunjungan - Pemeriksaan kesehatan anak satu kali kunjungan - Pemeriksaan kesehatan bayi untuk satu kali kunjungan -

Besar Pergeseran bulan Juli ditunjukkan pada Tabel 7.. Stasiun GRWH bergeser sebesar 11.73 mm ke arah selatan. Sedangkan titik PLAW bergeser ke arah timur-selatan sebesar 8.93

Sedangkan menurut Sofjan Assauri dalam bukunya Manajemen Produksi dan Operasi (2004:210) mengemukakan bahwa “ Pengendalian kualitas adalah kegiatan memastikan apakah

Tabel 4.3 :Data Distribusi Sikap Perawat yang Berhubungan dengan kepuasan pasien peserta Askes Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip Rumah sakit Umum Daerah