• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial

Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang hidupnya bersosialisasi dengan orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk sosialisasi. Bisa berupa interaksi antar individu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi antara kelompok. Sedangkan syarat terjadinya interaksi sosial adalah terjadi kontak sosial dan terjadi komunikasi. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia juga tidak terlepas dari hubungan satu dengan yang lain dalam melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial pula merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Hal ini dapat di lihat dari kebiasaan cara berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya, yang meliputi pergaulan serta cara hidup berkelompok dan bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat guna mewujudkan hubungan sosial yang harmonis.

Menurut H. Bonner (dalam Ahmadi, 2007:49) merumuskan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”.

(2)

6 Selanjutnya dipertegas oleh Walgito (dalam Widayanti 2005:57) interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi adanya hubungan yang saling timbal balik. Menurut Rahman, dkk (dalam Widayanti, 2005: 35) interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamais, menyangkut hubunan antara individu dengan kelompok.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.

2.1.2 Aspek-Aspek Interaksi Sosial

Ada beberapa aspek yang mendasari interasi sosial, antara lain sebagai berikut:

a. Komunikasi

Menurut Soekanto (dalam Widayanti, 2005:41) arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak gerik badaniah, atau sikap), perasaan perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dalam komunikasi terdapat empat unsur antara lain: adanya pengirim dan penerima berita, adanya berita yang dikirimkan, ada media atau alat pengirim berita, ada sistem simbol yang digunakan untuk menyatakan berita.

Menurut Dayaksini (dalam Widayanti, 2005:42) bahwa komunikasi baik verbal ataupun nonverbal merupakan saluran untuk menyampaikan perasaan

(3)

7 ataupun ide/pikiran dan sekaligus sebagai media untuk dapat menafsirkan atau memahami pikiran atau perasaan orang lain. Komunikasi tidak lepas dari kehidupan individu karena dengan komunikasi individu dapat berhubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan.

Dalam mengadakan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan individu juga mengadakan interaksi dan dalam interaksi tersebut terdapat komunikasi. Komunikasi sangat penting dalam kehidupan dan merupakan unsur yang penting dalam menjalin interaksi sosial. Adanya komunikasi, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain.

b. Sikap

Sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan) Wirawan (dalam Widayanti, 2005:42). Sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah, dengan demikian sikap seseoran atau individu terngantung dimana individu tersebut tinggal. Menurut Walgito (dalam Widayanti, 2005:42) Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.

Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dalam bersifat positif, dan dapat pula bersifat negatif. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

(4)

8 c. Tingkah laku Kelompok

Menurut tokoh psikologi dari aliran klasik bahwa tingkah laku kelompok adalah hubungan dari tingkah laku indvidu secara bersama-sama. Tingkah laku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh individu yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Dalam suatu kelompok seorang individu akan bertingkah laku dengan individu atau sesama anggota dalam kelompok dengan mengadakan hubungan dan kerjasama.

Menurut Kurt Lewin, (dalam Widayati 2005:43) tingkah laku kelompok adalah fungsi dari kepribadian individu maupun situasi sosial. Tingkah laku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, maupun berpengaruh pada lingkungan, demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi individu dapat mempengaruhi individu dan sebaliknya Walgito (dalam Widayanti 2005:43). Dalam suatu kelompok, tingkah laku individu dapat membentuk tingkah lakunya sesuai dengan kelompok yang ada. Tingkah laku yang terjadi dalam suatu kelompok mempengaruhi terbentuknya kerjasama dalam kelompok tersebut. d. Norma Sosial

Menurut Gerungan (dalam Widayanti, 2005:44) norma sosial adalah patokan-patokan umum mengenai tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok yang dikehendaki oleh kelompok mengenai bermacam-macam hal yang berhubungan dengan kehidupan kelompok yang melahirkan norma-norma tingkah laku dan sikap-sikap itu mengenai segala situasi yang dihadapi oleh anggota kelompok.

(5)

9 Menurut Rahman, dkk (dalam Widayanti, 2005:44) Norma sosial lebih merupakan aturan-aturan dengan sangsi-sangsi yang dimaksudkan untuk mendorong bahkan menekan individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan untuk mencapai nilai-nilai sosial.

Norma sosial adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok yang membatasi tingkah laku individu dalam kelompok itu. Norma sosial berbeda-beda dari satu kelompok orang ke kelompok yang lainnya. Karena norma sosial berbeda-beda maka pola tingkah lakupun berbeda-beda.

Dari uraian, maka penulis menyimpulkan bahwa hal-hal tersebut merupakan aspek-aspek yang menjadi dasar berlangsungnya proses interaksi sosial, karena interaksi sosial dapat dilakukan bila ada komunikasi, serta sikap dalam kesiapan untuk melakukan suatu tindakan yang dilihat dari tingkah laku antara individu atau kelompok dan dilandasi oleh norma sosial yang merupakan aturan-aturan dengan sangsi-sangsi sehingga proses interaksi sosial dapat berlangsung dengan baik.

2.1.3 Faktor-Faktor Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut Soekanto (2012:57) Ada beberapa faktor yang terjadi mempengaruhi kemampuan seorang siswa dalam berinteraksi sosial, antara lain sebagai berikut:

a. Faktor imitasi

Faktor ini memiliki peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong

(6)

10 seseorang untuk mematuhi nilai yang berlaku. Dampak buruknya, ketika yang ditiru adalah tindakan-tindakan menyimpang.

b. Faktor sugesti

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi apabila pihak yang menerima dilanda emosinya, yang kemudian dapat menghambat daya berfikirnya.

c. Faktor identifikasi

Merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, oleh karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

d. Faktor simpati

Merupakan proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

Dari penjelasan maka dapat disimpulkan bahwa hal-hal tersebut merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang sangat kompleks, sehinga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut. Akan tetapi, dapatlah dikatakan bahawa imitasi dan sugesti terjadi lebih cepat, walau pengaruhnya kurang mendalam bila dibandingkan dengan identifikasi dan simpati yang secara relatif agak lebih lambat proses berlangsungnya.

(7)

11

2.1.4 Pengertian Teknik Role Playing

Proses role playing ini dapat memberikan contoh kehidupan manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk menggali pemikiran, memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan presepsinya, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, mendalami nilai pelajaran dengan berbagai macam cara. Menurut Uno (2002: 11) teknik role playing digunakan oleh guru yang bertujuan untuk membantu kelompok. Artinya melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan kehidupan perilaku orang lain.

Sedangkan menurut Bennet (dalam Syahril, 2011:5) “teknik bermain peran atau role playing adalah suatu alat belajar yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya”.

Dari pendapat para ahli tersebut mengenai teknik role playing, maka dapat disimpulkan bahwa teknik role playing yaitu suatu teknik yang dapat digunakan oleh konselor dalam membantu memecahkan permasalan yang dialami individu dengan memerankan permasalahan yang tengah dialami dalam kehidupan sebenarnya dan mendiskusikan bersama cara pemecahannya.

2.1.5 Manfaat Teknik Role Playing

Menurut Ments (dalam Syahril 2011:5) teknik role playing mempunyai beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.

(8)

12 a. Memungkinkan siswa mengekspresikan perasaan-perasaan yang tersembunyi. b. Memungkinkan siswa membahas berbagai isu/hal-hal dan permasalahan

pribadi.

c. Memungkinkan siswa untuk berempati terhadap orang lain dan memahami motivasi orang lain

d. Melatih beraneka macam bentuk tingkah laku

e. Menggambarkan berbagai permasalahan sosial yang umum serta dinamika interaksi kelompok, baik kelompok yang formal maupun informal.

Sedangkan menurut Roestiyah (2012:93) bahwa keunggulan dari teknik role playing adalah siswa lebih tertaik perhatiannya karena masalah-masalah social sanga berguna bagi mereka. Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami masalah-masalah social. Bagi siswa dengan berperan seperti orang lain. Maka siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain. Siswa merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih terhdap sesama makhluk akhirnya siswa dapat berperan dan menimbulkan diksui yang hidup, karena merasa menhayati sendiri permasalahannya.

2.1.6 Tahapan Tehnik Role Playing

Menurut Shaftel (dalam Syahril, 2011:5) “Adapun tahap-tahap dalam role playing yaitu sebagai berikut: (1) menghangatkan suasana dan memotivasi siswa, (2) memilih partisipan/peran, (3) menyusun tahap-tahap peran, (4) menyiapkan pengamat, (5) pemeranan, (6) diskusi dan evaluasi, (7) pemeranan ulang, (8)

(9)

13 diskusi dan evaluasi ulang, (9) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan”.

Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 47-48) mengemukakan prosedur role playing terdiri atas langkah-langkah sebaga berikut:

1. Menyusun (menyiapkan) skenario yang akan ditampilkan.

2. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum proses pembelajaran.

3. Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang. 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

5. Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakukan skenario yang sudah dipersiapkan.

6. Masing-masing peserta dididik duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan/mengamati skenario yang sedang diperagakan.

7. Setelah selesai pementasan, masing-masing peserta didik diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas.

8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. 9. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

10. Evaluasi. 11. Penutup

Teknik role playing adalah salah satu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini tergantung kepada apa saja yang

(10)

14 diperankan. Kelebihan teknik role playing adalah melibatkan seluruh siswa berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama (Uno, 2002: 12).

Dengan melaksanakan teknik role playing maka suasana kelas akan menjadi semakin hidup sebab siswa diharapkan berpartisipasi secara aktif, mereka diberi kesempatan untuk dapat meingkatkan kemampuan untuk mengenal perasaan dirinya sendiri dan perasaan orang lain, mereka memperoleh cara berperilaku baru untuk mengatasi situasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.

2.1.7 Teknik Role Playing dan Pengaruhnya terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Siswa

Melalui teknik role playing siswa dituntut mampu untuk melakukan suatu peran tertentu sesuai dengan permasalahan yang tengah dialami. Dengan adanya teknik role playing diharapkan dapat memberikan manfaat kepada siswa dengan beberapa kecerdasan, di ataranya yaitu kecerdasan emosional. Hal ini ditegaskan oleh Menurut Mulyasa (2005:43) pembelajaran dengan role playing ada tujuh tahap yaitu pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Pada tahap pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.

(11)

15 Selanjutnya menyusun tahap-tahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa bisa menambah dialog sendiri. Tahap berikutnya adalah menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran. Setelah semuanya siap maka dilakukan kegiatan pemeranan. Pada tahap ini semua peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing sesuai yang terdapat pada skenario bermain peran.

Maka melalui tehnik role playing siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam berinteraksi sosial baik dengan guru, teman sebaya, dan orang yang disekitarnya, sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini.

2.2 Hipotesis

Berdasarkan uraian teori tersebut, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Terdapat pengaruh teknik role playing untuk meningkatkan kemampuan interaksi social pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Gorontalo.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan pendekatan pembelajaran metakognitif AO, kualitas kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki gaya kognitif FI lebih baik

Dengan adanya dinding pantul, penonton yang berada di susut > 60° sumber bunyi dapat menerima bunyi dengan besar yang sama dengan bunyi yang di dengar penerima

Pemerataan dan kejelasan suara atau bunyi sekarang ini tidak bisa hanya mengandalkan sumber bunyi utama dan desain bangunan serta material untuk memperoleh

Kriteria desain berupa taman dengan konsep „healing garden’ dinyatakan oleh Marcus dan Barnes (2008) adalah sebagai berikut (a) Pola bentukan menggunakan arsitektur

sudah mendengar tetapi belum paham aplikasinya, tidak sedikit pula yang masih gagap saat diminta penjelasan mengenai konsep PAKEM (Akhmad Sudrajat dalam Majalah Derap

Analisis merupakan penelaahan atau penelitian yang lebih mendetail dengan melakukan suatu percobaan yang menghasilkan kesimpulan dari penguraian suatu sistem yang utuh

pH tanah antara 6.0 – 7.0 sangat mempengaruhi aktivitas makan semut, sehingga dapat disimpulkan bahwa semut dalam hutan Negeri Tuhaha dapat hidup dan mencari makan pada