• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 2 AGUSTUS 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 2 AGUSTUS 2011"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

92

Segmentasi Jaringan Otak Putih, Jaringan Otak Abu-Abu, dan Cairan Otak dari

Citra MRI Menggunakan Teknik K-Means Clustering

Nurhasanah

Jurusan Fisika F.MIPA Universitas Tanjungpura

email : nhana_nurhasanah@yahoo.com

Abstrak

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknik pencitraan medis yang digunakan dalam radiologi untuk memvisualisasi struktur internal secara rinci. Segmentasi jaringan otak putih, jaringan otak abu-abu dan cairan otak penting dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang pathophysiology beberapa gangguan neurologis. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik segmentasi citra untuk mensegmentasi citra jaringan otak lebih akurat dan efisien. Penelitian ini mendesain dan mengembangkan program berdasarkan algoritma K-Means clustering dengan menggunakan informasi yang saling melengkapi yang tersedia pada citra T1, T2 dan PD dari MRI. Algoritma K-means clustering dipilih karena sederhana, mudah diimplementasikan, dan mampu menangani data outlier. Gabungan dari ketiga citra MRI tersebut akan disegmentasi menjadi jaringan otak putih, jaringan otak abu-abu dan cairan otak secara otomatis setelah melalui pre-processing. Waktu segmentasi juga dihitung. Dihasilkan program segmentasi citra MRI menggunakan teknik K-means clustering yang mudah diimplementasikan dan metodenya bekerja secara efektif untuk mengklasifikasi jaringan otak putih, jaringan otak abu-abu dan cairan otak.

Kata kunci : Magnetic Resonance Imaging, K-Means clustering, jaringan otak

1. Pendahuluan

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

adalah

teknik

pencitraan

medis

yang

digunakan

dalam

radiologi

untuk

memvisualisasikan struktur internal secara

rinci. Alat ini menghasilkan kontras yang baik

sehingga berguna pada pencitraan otak, otot,

jantung, dan kanker dibandingkan dengan

teknik pencitraan medis yang lain seperti

computed tomography (CT) atau sinar-X.[1]

Segmentasi jaringan otak pada citra

Magnetic Resonance (MR) merupakan isu

penting dalam analisis beberapa penyakit otak

(gangguan

neurologis),

seperti

multiple

sclerosis atau penyakit Alzheimer. Segmentasi

jaringan otak putih, jaringan otak abu-abu dan

cairan otak dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman tentang pathophysiology beberapa

gangguan neurologis.[2] Hal ini penting untuk

mendefinisikan batas-batas organ secara jelas,

karena ini digunakan untuk perhitungan dosis

dari setiap treatment.[3]

Penelitian

ini

mendesain

dan

mengembangkan

program

segmentasi

berdasarkan algoritma K-Means clustering

dengan menggunakan informasi yang saling

melengkapi yang tersedia pada citra T1, T2

dan PD dari MRI. Gabungan dari ketiga citra

tersebut akan disegmentasi menjadi jaringan

otak putih, jaringan otak abu-abu dan cairan

otak (CSF) secara otomatis setelah melalui

pre-processing

.

2. Dasar Teori

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

adalah suatu alat kedokteran di bidang

pemeriksaan

diagnostic

radiologi,

yang

menghasilkan rekaman gambar potongan

penampang tubuh/organ manusia dengan

menggunakan medan magnet berkekuatan

antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss)

dan resonansi getaran terhadap inti atom

hidrogen.[4]

Citra

MRI

konvensional

memberikan informasi morfologi berupa citra

T1, T2 dan PD-weighted. Ketiga citra tersebut

memberikan informasi tentang sifat fisik air

pada jaringan. T1, spin-lattice relaxation time,

berbanding terbalik dengan jumlah gerakan

molekul dalam jaringan pada frekuensi

resonansi. T2, spin-spin relaxation time,

berbanding terbalik dengan jumlah gerakan

dalam jaringan pada frekuensi di bawah dan

sama dengan frekuensi resonansi. Selanjutnya

(2)

PD (proton density) menyediakan gambar

kepadatan proton. Ketiga citra tersebut

memberikan informasi yang berbeda dan

saling melengkapi. Ketiga pengukuran berbeda

ini memberikan perbedaan tingkat kontras dari

berbagai jenis jaringan lunak pada otak

manusia.

2.1 Pre-processing

Pre-processing

merupakan

proses

yang digunakan untuk meningkatkan kualitas

tampilan citra agar memiliki format yang lebih

baik sehingga citra tersebut menjadi lebih

mudah diolah lebih lanjut.

Perbaikan

kualitas

citra

(image

enhancement) adalah proses memperjelas dan

mempertajam fitur tertentu dari citra agar citra

lebih mudah dipersepsi atau dianalisis lebih

teliti. Secara matematis, image enhancement

dapat diartikan sebagai proses mengubah citra

f(x,y) menjadi f’(x,y) sehingga ciri-ciri yang

terlihat pada f(x,y) lebih ditonjolkan. Image

enhancement tidak meningkatkan kandungan

informasi, melainkan jangkauan dinamis dari

ciri agar bisa dideteksi lebih mudah dan tepat.

2.2 Segmentasi

Segmentasi citra merupakan pusat (a

central preoccupation) dalam analisis citra.

Proses segmentasi membagi citra menjadi

bagian-bagian dimana bagian-bagian tersebut

dapat dipandang sebagai objek-objek mandiri

yang dapat dianalisa.

Segmentasi citra merupakan teknik

untuk membagi suatu citra menjadi beberapa

daerah (region) dimana setiap daerah memiliki

kemiripan atribut.[5] Atribut yang paling dasar

untuk

segmentasi

adalah

amplitudo

pencahayaan (luminance) citra untuk gambar

monokrom dan komponen warna untuk

gambar berwarna. Tepi gambar dan tekstur

juga

merupakan

atribut

berguna

untuk

segmentasi.

Segmentasi

hanya

membagi

gambar, tetapi tidak berusaha untuk mengenali

segmen satu per satu atau hubungan mereka

satu sama lain.

Segmentasi yang akan di bahas di sini

yang berdasarkan clustering. Segmentasi ini

menggunakan

data

multidimensi

untuk

mengelompokkan

pixel citra ke dalam

beberapa cluster. Pada umumnya pixel

di-cluster berdasarkan kedekatan jarak

antar-pixel. Keberhasilan dari proses segmentasi

berbasis cluster ditentukan oleh keberhasilan

dalam

mengelompokkan

fitur-fitur

yang

berdekatan ke dalam satu cluster.

2.3 K-Means Clustering

K-Means

merupakan

salah

satu

metode data clustering non hirarki yang

berusaha mempartisi data yang ada ke dalam

satu atau lebih cluster/kelompok. Metode ini

mempartisi data ke dalam cluster/kelompok

sehingga data yang memiliki karakteristik

yang sama dikelompokkan ke dalam satu

cluster yang sama dan data yang mempunyai

karakteristik yang berbeda dikelompokkan ke

dalam kelompok yang lain.[6]

K-means

mengelompokkan

objek

menjadi K cluster. Metode ini akan mencari

pusat cluster dan batas-batas cluster melalui

proses perulangan (iterative). Kedekatan atau

kemiripan (similarity) suatu objek dengan

objek lain atau dengan pusat cluster dihitung

dengan menggunakan fungsi jarak. Pada

umumnya

K-means

menggunakan

jarak

Euclidean

untuk

menghitung

kemiripan

tersebut. K-Means mampu meminimalkan

rata-rata jarak setiap data ke claster-nya. Metode

ini dikembangkan oleh J. MacQueen pada

tahun 1967.

Algoritma

K-means

dipengaruhi

jumlah pusat cluster, pemilihan inisial pusat

cluster, bagaimana sampel diambil, dan sifat

geometri

dari

data.

Proses

clustering

menggunakan metode K-Means ini dilakukan

dengan algoritma dasar sebagai berikut :[7]

1. Menentukan jumlah cluster.

2. Mengalokasikan data ke dalam cluster

secara random

3. Menghitung centroid/rata-rata dari data

yang ada di masing-masing cluster

4. Mengalokasikan masing-masing data ke

centroid/rata-rata terdekat

Kembali ke langkah 3, apabila masih ada

data yang berpindah cluster atau apabila

perubahan nilai centroid, ada yang di atas nilai

threshold yang ditentukan atau apabila

perubahan nilai pada objective function yang

(3)

digunakan di atas nilai threshold yang

ditentukan.

3. Metode Penelitian

3.1 Desain Program

Pengolahan citra di sini dilakukan melalui

tahap pre-processing, proses clustering dan

pemisahan objek. Secara garis besar rancangan

program ditunjukkan pada Gambar 1.

Pre-processing

merupakan

proses

yang

digunakan untuk meningkatkan kualitas citra

agar dapat menghasilkan segmentasi yang

terbaik. Program ini akan melakukan

pre-processing yang menggunakan thresholding

(pengambangan),

erosion,

dilation

dan

histogram equalization.

Proses thresholding adalah proses untuk

mengubah gambar yang memiliki tingkat

warna

abu-abu

menjadi

gambar

biner

berdasarkan suatu nilai tertentu yang menjadi

tolok ukurnya. Proses pengambangan citra

grayscale untuk menghasilkan citra biner

adalah sebagai berikut.

g(x,y)=

(1)

Dengan g(x,y) adalah citra biner dari citra

grayscale f(x,y), dan T menyatakan nilai

ambang. Nilai T pada gambar tersebut

menunjukkan batas yang menjadi tolok ukur

pengubahan nilai tiap pixel, apakah menjadi 0

(hitam) atau 255 (putih).

Selanjutnya kombinasi dari operasi erosi

(erosion)

dan

operasi

dilasi

(dilation)

dilakukan. Proses ini disebut proses opening

yang secara matematis dapat dinyatakan

dengan :

0(A,B) = AoB = D(E(A,B),B) (2)

Algoritma histogram equalization,

mulai dari pengambilan nilai untuk histogram,

kemudian perhitungan histogram menjadi

histogram

yang

ter-equalize,

hingga

pengubahan pada tiap pixel pada gambar agar

histogram dari gambar tersebut menjadi

histogram yang ter-equalize. Teknik ini

melakukan distribusi ulang terhadap distribusi

intensitas dari histogram awal. Histogram

puncak dan lembah hasil ekualisasi akan

digeser atau lebih disebarkan (spreading).

Nilai piksel baru n(g) dinyatakan sebagai

berikut,

(3)

dimana, N menyatakan banyaknya pixel pada

citra, g menyatakan nilai gray level awal yang

nilainya dari 1…L-1(L adalah nilai gray level

maksimum), dan c(g) menyatakan banyaknya

pixel yang memiliki nilai sama dengan g atau

kurang. Secara matemtis dinyatakan sebagai

(4)

dengan h(i) menyatakan histogram awal.

Gambar 1

Bagan Aplikasi Secara Garis Besar

Proses clustering di sini dilakukan

dengan mengklasifikasi karakteristik citra

berdasarkan K-Means clustering. Jumlah klas

dalam klasifikasi ini terdiri dari 4 klas, yaitu

klas 1 untuk latar belakang, klas 2 untuk cairan

otak (CSF), klas 3 untuk jaringan otak

abu-abu, dan klas 4 untuk jaringan otak putih.

Secara garis besar proses clustering

menggunakan metode K-Means ditunjukkan

pada gambar 2. Proses pemisahan citra

dilakukan

dengan

thresholding

(pengambangan). Seperti pada persamaan (1).

(4)

Proses ini dilakukan berdasarkan hasil

clustering.

Gambar 2 Flowchart K-Means Clustering

3.2 Pengujian Program

Pengujian program dilakukan dengan

meng-input-kan file citra MRI kepala yang

terdiri dari PD, T1 dan T2 ke dalam program

yang telah dibuat. Citra yang diinput ke dalam

program seperti yang terlihat pada gambar 3.

(a) (b)

(c)

Gambar 3 Citra MRI: (a) PD (b) T1 (c) T2

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Pengujian Pre-Processing

Pre-processing merupakan kumpulan

dari proses yang digunakan untuk dapat

menghasilkan

segmentasi

yang

terbaik.

Program ini akan digunakan pre-processing

yang menggunakan thresholding, erosion,

dilation dan histogram equalization. Untuk

menghindari misclassification, citra selain

jaringan otak harus dihilangkan. Proses

thresholding dan opening dilakukan untuk

menghilangkan citra tulang dan citra selain

otak lainnya.

Operasi

erosi

berguna

dalam

menghilangkan

objek-objek

kecil

yang

terdapat pada citra sedangkan operasi dilasi

memperbesar batas dari objek yang ada

sehingga objek terlihat semakin besar. Proses

ini disebut proses opening yang bertujuan

mencegah penurunan ukuran objek secara

keseluruhan. Proses opening secara matematis

dapat dinyatakan dengan :

0(A,B) = AoB = D(E(A,B),B)

Hasil penghilangan citra tulang dapat

dilihat pada gambar 4a. Kemudian citra otak

dipertegas

dengan

peningkatan

kontras

menggunakan

algoritma

histogram

equalization. Teknik ini melakukan distribusi

ulang terhadap distribusi intensitas dari

histogram awal. Hasil perbaikan citra pada

tahap ini dapat dilihat pada gambar 4b.

(a) (b)

Gambar 4 (a) Hasil Penghilangan Citra Tulang (b) Hasil Perbaikan Kualitas Citra

4.

2. Pengujian Proses clustering

Proses clustering dilakukan dengan

mengklasifikasi intensitas citra berdasarkan

K-Means cluster. Metode ini mengalokasikan

data items ke masing-masing cluster secar

a

(5)

unsupervised dan menentukan jumlah cluster

yang paling sesuai dengan data yang dianalisa

secara supervised.

Setiap piksel citra dalam proses

clustering ditandai menjadi 4 klas, yaitu klas 1

untuk latar belakang, klas 2 untuk cairan otak

(CSF), klas 3 untuk jaringan otak abu-abu, dan

klas 4 untuk jaringan otak putih.[8] Hasil

pengujian proses clustering pada program

segmentasi ini dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5 Hasil clustering berdasarkan K-means

clustering

4.3. Pengujian Proses Pemisahan

Proses pemisahan citra dilakukan

dengan thresholding (pengambangan). Proses

pengambangan

dilakukan

terhadap

citra

menggunakan

nilai

ambang

tertentu

berdasarkan hasil clustering. Proses ini akan

menghasilkan citra biner, yaitu citra yang

memiliki dua nilai tingkat keabuan yaitu hitam

dan putih. Proses ini bertujuan untuk

menampilkan tiap-tiap klas yang telah dibuat.

Hasil pengujian proses pemisahan dapat dilihat

pada gambar 6.

Selain menguji program segmentasi

apakah sesuai dengan algoritma yang telah

dibuat juga dilakukan perhitungan waktu yang

dibutuhkan mulai dari pre-processing hingga

selesainya segmentasi. Perhitungan waktu ini

dilakukan untuk mengetahui apakah proses

segmentasi berdasarkan K-means clustering

efektif

untuk

dilakukan.

Waktu

yang

dibutuhkan

untuk

menyelesaikan

proses

segmentasi hanya sekitar 10,94 detik.

Oleh karena itu program segmentasi

yang telah dibuat cukup efektif karena secara

qualitative, hasil segmentasi lebih teliti

dibandingkan

dengan

metode

Minimum

Distance Classifier dan Maximum Distance

Classifier karena tiap data dikelompokkan

menjadi k kelompok dengan cara

memindah-mindahkan data dari kelompok yang satu ke

kelompok

yang

lain

sehingga

tercapai

komponen kesalahan yang minimum. Selain

itu, metode yang biasa digunakan oleh para

ahli adalah metode manual yang membutuhkan

waktu

paling

sedikit

3

jam[9]

dan

menghasilkan pengukuran volume tumor yang

tidak dapat dipercaya dan sensitif error (error

sensitive).[10] Sedangkan program ini hanya

membutuhkan sekitar 10,94 detik untuk tiap

citra.

(a) (b)

(c)

Gambar 6 (a) Otak Putih; (b) Otak abu-abu; (c) Cairan Otak

5. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat diperlihatkan

bahwa

program

segmentasi

citra

MRI

menggunakan algoritma K-Means clustering

berhasil membagi irisan citra MRI kepala

menjadi 4 klas, yaitu klas 1 untuk latar

belakang, klas 2 untuk cairan otak (CSF), klas

3 untuk jaringan otak abu-abu, dan klas 4

untuk jaringan otak putih. Keuntungan

program segmentasi dengan algoritma

K-Means clustering mudah diimplementasikan,

cepat, dan memiliki kemampuan untuk

menangani data outlier serta kompleksitas

waktunya linear. Hasil klasifikasi berdasarkan

K-Means clustering dipengaruhi oleh besarnya

kontras citra, penentuan jumlah cluster yang

paling cocok dan besarnya pixel citra yang

digunakan.

(6)

Daftar pustaka

[1]. http://en.wikipedia.org/wiki/Magnetic_resona nce_imaging, November 2010

[2]. Cercignani, M., Inglese, M., Zajdel, M. Z., dan Filippi, M. (2001). Segmenting Brain White Matter, Gray Matter and Cerebro-spinal Fluid Using Diffusion tensor-MRI Derived Indices. Magnetic Resonance Imaging, 19, 1167-1172.

[3]. Kalet, I. J., and Seymour, M. M. A. (1997) : The Use of Medical Images in Planning and Delivery of Radiation Therapy, Journal of The

American Medical Informatics Association, 4,

327-339.

[4]. Stark, David D. (1988) : Magnetic Resonance

Imaging, The CV Mosby Company, Toronto.

[5]. Putra, D. (2010) : Pengolahan Citra Digital, Penerbit Andi, Yogyakarta.

[6]. Agusta, Y. (2007) : K-Means – Penerapan, Permasalahan dan Metode Terkait. Jurnal

Sistem dan Informatika, 3, 47-60.

[7]. MacQueen, J. B. (1967) : Some Methods for classification and Analysis of Multivariate Observations, Proceedings of 5-th Berkeley

Symposium on Mathematical Statistics and

Probability, Berkeley, University of

California Press, 1, 281-297.

[8]. Bartlett, T., Vannier, M., Keel, D.Mc., Gado, M., Hildebolt, C., dan Walkup, R. (1994). Interactive Segmentation of Cerebral Gray Matter, White Matter, and CSF : Photographic and MR Images. Comp. Med. Graphics, 18, 449-460.

[9]. Mancas, M., Gosselin, B., dan Macq, B. (2005) : Segmentation Using a Region Growing Thresholding, Proc. Of the Electronic Imaging Conference of the International Society for Optical Imaging (SPIE/EI 2005), San Jose (California, USA).

[10]. Dai, D., Condon, B., Hadley, D., Rampling, R., Teasdale, G. (1993). Intracranial deformation caused by brain tumors : assessment of 3-D surface by magnetic resonance imaging. IEEE Transactions on

Medical Imaging, 12, 693 – 702.

[11]. Ardisasmita, M.S. Metoda Segmentasi Citra Resonansi Magnetik Otak Menggunakan Sistem Pengkodean Neurofuzzy. Pusat Pengembangan Teknologi Informatika dan Komputasi, BATAN.

[12]. Gonzalez, R.C., Woods, R.E. (2002) : Digital

Image Processing Second Edition, Prentice

Hall, New Jersey.

[13]. Sakas, G., dan Pommert, A. (2006) : Processing and Segmentation of 3D Images, 17-25 dalam Schlegel, W., Bortfeld, T., dan Grosu, A.-L. New Technologies in Radiation

Oncology, Springer, Germany.

[14]. Wijaya, M.C., dan Prijono, A. (2007) :

Pengolahan Citra Digital menggunakan Matlab, Penerbit Informatika, Bandung.

[15]. Tanabe, J. L., Amend, D., Scuff, N., DiSclafani, V., Ezekiel, F., Norman, D., Fein, G., dan Weiner, M.W. (1997). Tissue Segmentation of The Brain in Alzheimer Disease. Am. J. Neuroradiol, 18, pp. 115-123.

Gambar

Gambar 3 Citra MRI: (a) PD (b) T1 (c) T2
Gambar 6 (a) Otak Putih; (b) Otak abu-abu; (c)  Cairan Otak

Referensi

Dokumen terkait

Henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke

Perusahaan lainnya melakukan outsourcing untuk tanggung jawab perlindungan dari virus ke ISP atau perusahaan telekomunikasi atau manajemen keamanan.perusahaan

web difungsikan sebagai aplikasi administrator untuk mengelola basis data. Terdapat tiga karakteristik pengguna pada sistem ini, yaitu meliputi pencari kuliner, pemilik

Gagasan ekopolitik (ekologi-ekonomi-politik) kemudian muncul sebagai jawaban atas kritik tersebut yakni dengan memberikan sebuah cara pandang dalam melihat

Sebaiknya hanya ditanam tanaman 1-2 tanaman pada bagian tengah halaman untuk menghasilkan keteduhan, (2) tanaman yang disarankan untuk menghasilkan keteduhan

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada masalah tersebut dengan mengambil judul : “ Pengaruh Pertumbuhan

Stabilitas penjualan yang meningkat tidak selalu diikuti dengan menurunnya struktur modal pada perusahaan industri dasar dan kimia di Bursa Efek Indonesia Periode

Adapun kegiatan yang dilakukan pengawas adalah sebagai berikut: (1) pertemuan pertama, pendampingan pembelajaran, seperti halnya pada siklus I, kegiatan awal adalah mendiskusikan