• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Kurikulum saat ini menjadi sebuah kepentingan dalam sebuah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Kurikulum saat ini menjadi sebuah kepentingan dalam sebuah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum saat ini menjadi sebuah kepentingan dalam sebuah satuan pendidikan. Isi dari kurikulum menjelaskan tentang konsep pembelajaran yang akan di aplikasikan di sekolah. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, poin (19) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang berisikan tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujan pendidikan.

Hal yang sama juga ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan menengai tujuan, isi dan bahan pelajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini adalah tujuan pendidikan sesuai dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum yang dibuat dalam satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi daerah masing-masing.

(2)

Berdasarkan pengertian diatas, pengertian kurikulum ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana pengaturan yang berisikan tentang tujuan, isi dan bahan pelajaran. Sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum K13 yang berlaku pada tahun 2013/2014 sudah memenuhi kedua dimensi tersebut. Kurikulum K13 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum yang dicetuskan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 ini adalah kurikulum yang mengutamakan pemahaman skill dan pendidikan karakter. Siswa dituntut untuk dalam pemahaman materi, pembelajaran juga mengharuskan siswa untuk aktif dalam beredukasi serta memiliki sopan santun yang disiplin tinggi.

Guru harus memperhatikan perkembangan, karakteristik dan cara belajar peserta didiknya. Menurut Ibnu (2013: 21) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menerapkan konsep pembelajaran terpadu menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bagi siswa. Pengertian tersebut juga sejalan dengan pendapat Nasution (2006: 5) yang menjelaskan bahwa kuriulum yang dipandang untuk menyusun rencana guna melancarkan proses belajar mengajar yang dilakukan dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan. Pembahasan yang ada dalam pembelajaran Tematik juga

(3)

menggabungkan beberapa mata pelajaran menjadi pembelajaran yang berkaitan.

Penjelasan dari beberapa sumber mengenai kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menggabungkan beberapa mata pelajaran yang digabungkan dengan tema untuk mengaitkan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Kurikulum 2013 yang menggabungkan beberapa mata pelajaran satu dengan yang lain juga memiliki karakteristik untuk pembelajaran tematik. Karakteristik dalam kurikulum 2013 memilik beberapa poin yang memiliki tujuan dalam pembelajaran.

b. Karakteristik Kurikulum 2013

Penerapkan kurikulum yang baru yaitu kurikulum Tematik, guru harus bisa memunculkan karakter yang ada di kurikulum 2013. Jika guru masih belum bisa memunculkan karakteristik yang ada di kurikulum 2013, maka masih belum bisa dikatakan sebagai pembelajaran tematik. Menurut Ibnu (2013: 43) karakteristik kurikulum 2013 adalah sebagai berikut : a) berpusat pada peserta didik, b) memberikan pengalaman langsung, c) tidak terjadi pemisah materi pembelajaran secara jelas, d) menyajikan konsep dari berbagai materi pembelajaran, e) bersifat fleksibel, f) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, g) menggunakan prinsip belajar sambal bermain, h) mengembangkan komunikasi peserta didik, i) mengembangkan kemampuan metakognisi, j) lebih menekankan proses daripada hasil.

(4)

Karakteristik dalam kurikulum 2013 memiliki beberapa penggolongan. Menurut Nur (2016: 2) karakteristik kurikulum tematik dibagi menjadi 4 yaitu: a) tujuan pembelajaran, b) isi bahan pembelajaran, c) kegiatan pembelajaran, d) penilaian. Keempat golongan tersebut saling berkaitan dengan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

Penjelasan dari beberapa ahli mengenai kurikulum 2013 dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang dibagi dalam setiap golongan yang di dalamnya bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa. Selain karakteristik, kurikulum 2013 juga memiliki ruang lingkup. Ruang lingkup kurikulum 2013 memiliki beberapa bagian. Bagian dari ruang lingkup kurikulum 2013 berkaitan dengan pembelajaran tematik yang di laksanakan.

c. Ruang Lingkup Kurikulum 2013

Kurikulum K13 untuk Sekoah dasar memiliki ruang lingkup yang tidak berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum tematik yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya hanyalah metode dan penerapannya. Menurut Ibnu (2013: 31) ruang lingkup yang ada di kurikulum K13 di bagi menjadi 6 materi pembelajaran yaitu : 1) Pendidikan agama, 2) Pendidikan kewarganegaraan (PPKN), 3) Matematika, 4) Bahasa Indonesia, 5) Pendidikan jasmani dan kesehatan, dan 6) Seni budaya.

Berikut penjelasan dari ruang lingkup kurikulum tematik pada kurikulum 2013 :

(5)

1) Pendidikan Agama

Pendidikan yang mengajarkan tentang berbagai ilmu agama untuk peserta didik. Pendidikan agama memberikan pembelajaran untuk membentuk karakter siswa agar memiliki sikap yang lebih baik. 2) Pendidikan Kewarganegaraan (PPKN)

Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan tentang ilmu untuk lebih memahami tentang negaranya, agar siswa memiliki sikap nasionalisme terhadap bangsanya dan tetap mencintai tanah airnya serta lebih mengenal bangsanya lebih dalam.

3) Matematika

Pembelajaran matematika mengajarkan tentang ilmu konkrit matematika. Berisi tentang angka dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

4) Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempelajari tentang bahasa yang digunakan sehari-hari, mempelajari makna bahasa dll.

5) Pendidikan Jasmani dan kesehatan

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan mempelajari tentang kesehatan yang menjadikan siswa menjadi anak yang lebih sehat jasmani dan sehat rohani.

6) Seni Budaya

Pembelajaran seni budaya mempelajari tentang kesenian untuk menjadikan siswa lebih trampil dan lebih memiliki wawasan tentang seni.

(6)

Berdasarkan penjelasan ahli tentang ruang lingkup pembelajaran Tematik 2013 dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembelajaran tematik memiliki 6 ruang lingkup untuk pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik yang terdapat diruang lingkup kurikulum tematik diterapkan di peserta didik. Pembelajaran tematik juga memiliki beberapa karakteristik yang diterapkan.

2. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan penggabungan beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dalam sebuah tema. Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Pendidikan Dasar dan Menengah yang terdapat pada BAB I Umum Pasal 3 bahwa “Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan pendekatan tematik terpadu…” pembelajaran tematik merupakan usaha yang dilakukan guna menghasilkan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap pembelajaran, serta pemikiran kreatif yang menggunakan tema (Sutirjo, 2004: 6).

Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 268) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan prinsip pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai kegiatan pembelajaran guna untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi

(7)

siswa. Keterpaduan dalam tematik merupakan penggabungan kompetensi-kompetensi dasar berupa mata pelajaran yang terkait.

Penjelasan di atas mengenai pembelajaran tematik, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran yang di gabungkan dalam sebuah tema guna memberikan pengalaman yang berharga pada siswa dan memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik pembelajaran tematik juga memiliki beberapa poin yang berkaitan dengan pembelajaran.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu : 1) bersifat konstektual atau prinsip yang perlu diperhatikan, 2) pembelajaran yang di rancang agar siswa bekerja dengan sungguh-sungguh, 3) efisiensi waktu, beban materi, metode dan sumber belajar otentik guna mencapai kompetensi (Suryosubroto, 2009: 133).

Pembelajaran tematik memiliki karakteristik yaitu : 1) kegiatan pembelajaran dan pengalaman pembelajaran di sesuaikan dengan tingkat usia, 2) kegiatan yang dipilih bertolak belakang dengan minat dan kebutuhan siswa, 3) kegaiatan belajar yang dipilih harus berkesan dan bertahan lama, 4) memberikan keterampilan pada siswa, 5) kegiatan pembelajaran yang pragmatis sesuai dengan permasalahan yang ditemui siswa di lapangan, 6) mengembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap

(8)

terhadap gagasan orang lain (Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2016: 133).

Pembelajaran tematik juga memiliki ciri-ciri pembelajaran tematik: 1) berpusat pada siswa, 2) memberian pengalaman langsung, 3) pemisahan mata pelajaran tidak terlalu jelas, 4) menyajikan konsep pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran, 5) bersifat fleksibel, 6) hasil pembelajaran dapat berkembang dengan kebutuhan siswa (Suryosubroto, 2009: 134).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang karakterik pembelajaran tematik yaitu bersifat fleksibel, kontektual atau nyata serta memberikan pengalaman yang berharga pada siswa. Serta pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu terlihat jelas. Penerapan pembelajaran tematik juga mengedepankan pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang diterapkan bertujuan untuk membentuk karakter siswa. Pendidikan karakter juga memiliki tujuan dan nilai-nilai yang ada di dalam penguatan pendidikan karakter.

3. Penguatan Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah penanaman atau pengembangan nilai-nilai karakter yang baik berdasarkan kebijakan individu atau masyarakat. Pendidikan karakter perlu untuk membentuk pribadi yang lebih baik. Pendidikan karakter menurut Saptono (2011: 23) adalah nilai kebijakan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sudah disepakati secara tertulis maupun tidak tertulis. Pendidikan karakter

(9)

juga menghasilkan individu yang dapat membuat keputusan dan mempertanggung jawabkan keputusan yang diambil (Azzet, 2011: 15-16).

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengarah pada penguatan dan pengembangan mental serta prilaku siswa (Kesuma, 2011: 4). Sedangkan menurut Thomas dalam Skarjawi (2006: 45) pendidikan karakter adalah pendidikan yang sengaja merancang penanaman dan pengembangan serta mengubah cara berfikir serta cara dalam bertindak saat situasi moral agar dapat diterima di lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang dapat membimbing individu agar dapat menyelesaikan konflik dan dapat bermasyarakat dengan baik.

Berdasarkan pemikiran beberapa para ahli mengenai pendidikan karakter, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter untuk siswa. Pendidikan karakter tidak hanya membentuk siswa untuk memiliki intelektual yang bagus, tetapi juga memiliki karakter atau nilai karakter yang baik pula. Pendidikan karakter juga memiliki tujuan yang dapat membentuk kepribadian siswa. Tujuan pendidikan karakter tidak hanya satu, tetapi memiliki beberapa poin untuk membentuk karakter anak.

b. Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki tujuan untuk membentuk pribadi siswa agar menjadi lebih baik, sehingga memiliki budi pekerti yang

(10)

utuh, seimbang dan terpadu. Penguatan pendidikan karakter juga mengembangkan nilai yang akan di aplikasikan di kehidupan. Tujuan dari penguatan pendidikan karakter menurut Arie dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017:3) adalah sebagai berikut: 1) mengoptimalkan platform pendidikan yang memiliki makna utama dalam pendidikan yang bertujuan menyelenggarakan pendidikan dengan memperhatikan kondisi keberagaman wilayah Indonesia, 2) membekali generasi emas Indonesia dalam menghadapi dinamika perubahan masa depan, 3) mengembalikan pendidikan sebagai karakter ruh dan fondasi pendidikan yang melalui harmonisasu oleh hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi) dan olahraga (kinestetik), 4) memvariasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter, 5) membangun jejaring pelibatan publik sebagai sumber belajar di dalam dan luar sekolah, 6) melestarian kebudayaan dan jati diri bangsa dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Tujuan penguatan pendidikan karakter menurut Pipit (2018: 32) menyatakan bahwa tujuan penguatan pendidikan karakter ada 6 poin yang memiliki kesamaan dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Tujuan yang sama juga dikemukakan dalam Modul Konsep Penguatan Pendidikan Karakter (2017: 16) yang memiliki 6 poin yang sama dalam tujuan penguatan pendidikan karakter. Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) juga selaras

(11)

dengan fungsi Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu mengembangkan dan membentuk watak yang bermartabat serta mencerdaskan kehidupan bangsa, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berakhlak mulia, berilmu, cakap, mandiri, kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pipit, 2018: 33).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penguatan pendidikan karakter dalam pendidikan formal memiliki tujuan untuk menanamkan dan mengembangkan peserta didik agar menjadi lebih baik yang dapat diterima di lingkungan masyarakat, dan juga mempersiapkan peserta didik menjadi generasi penerus bangsa. Pendidikan karakter tak hanya memiliki tujuan untuk membentuk kepribadian dan karakter siswa. Penguatan pendidikan karakter juga memiliki nilai yang dijadikan panduan untuk pembentukan karakter anak. Nilai yang ada memiliki 5 poin untuk penguatan pendidikan karakter.

c. Nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakter

Penguatan pendidikan karakter adalah gerakan pendidikan disekolah untuk memperkuat karakter siswa.Penguatan pendidikan karakter memiliki nilai-nilai yang menjadi prioritas dalam penguatan pendidikan karakter. Menurut Arie dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (2017: 3) nilai-nilai yang menjadi prioritas dalam penguatan pendidikan karakter adalah sebagai berikut :

(12)

1) Religius, 2) Integritas, 3) Nasionalisme, 4) Gotong royong dan 5) Mandiri.

Nilai yang ada dalam penguatan pendidikan karakter juga memiliki beberapa subnilai yang dapat dinilai untuk peserta didik. Menurut Dyah (2017: 8) subnilai yang ada dalam nilai utama adalah: 1) Religius, 2) Integritas, 3) Nasionalisme, 4) Gotong royong, 5) Mandiri.

Berikut adalah penjelasan subnilai yang ada dalam nilai utama penguatan pendidikan karakter adalah sebagai berikut :

1) Religius

Cinta damai, toleransi menghargai perbedaan agama, percaya diri, teguh pendirian, kerjasama lintas agama, anti bullying dan kekerasan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih, persahabatan.

2) Integritas

Kejujuran, setia, komitmen moral, setia, anti korupsi, adil, tangung jawab, cinta kebenaran, dan teladan.

3) Nasionalisme

Apresiasi budaya bangsa, taat hukum, disiplin, cinta tanah air, rela berkorban, unggul dan berprestsi dan menjaga lingkungan.

4) Gotong royong

Menghargai, kerelawanan, kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, tolong menolong, solidaritas, empati, musyawarah mufakat dan kerja sama

(13)

5) Mandiri

Tangguh, etos kerja, kreatif, memiliki daya juang, professional, berani, serta menjadi pembelajaran sepanjang hayat.

Bedasarkan penjelasan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam penguatan pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa nilai yang ada dalam penguatan pendidikan karakter ada 5 aspek. Setiap aspek yang akan dinilai semuanya memiliki subnilai. Setiap subnilai juga memilik beberapa aspek yang harus di nilai untuk ditanamkan pada peserta didik. Kelima nilai utama yang ada, ada satu nilai yang lebih ditekankan kepada siswa, yaitu nilai Nasionalisme. Nilai Nasionalisme lebih ditakankan agar siswa lebih memiliki rasa Nasionalisme yang tinggi terhadap tanah air.

4. Nasionalisme

a. Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme adalah salah satu nilai dari nilai-nilai pendidikan karakter. Nasionalisme merupakan suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus di serahkan kepada Negara Kebangsaan. Nasionalisme juga memiliki pengertian menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Penjelasan Nasionalisme dijelaskan dalam Kementirian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2017: 3) yang memiliki arti menempatkan kepentingan bersama dan Negara di atas kepentingan pribadi. Kepentingan pribadi dapat ditunda trlebih dahulu untuk kepentingan kelompok atau bersama.

(14)

Nasionalisme secara garis besar adalah sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, penghargaan yang ditunjukkan kepada bangsa (Dyah, 2017: 9). Pengertian Nasionalisme yang lain juga menjelaskan bahwa nasionalisme merupakan sikap yang di tunjukkan kepada Bangsa yang memiliki penghargaan kepada Bahasa, lingkungan fisik, budayam sosialm ekonomi dan politik serta menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi (Pipit, 2018: 30).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang menjelaskan tentang pengertian tentang Nasionalisme adalah identifikasi individu yang menempatkan kepentingan kelompok atau bersama diatas kepentingan sendiri. Nilai nasionalisme juga masih memiliki subnilai yang ada. Subnilai yang ada pada nilai Nasionalisme ada beberapa poin yang di berikan kepada siswa untuk lebih memberikan pemahaman tentang Nasionalisme.

b. Subnilai Nasionalisme

Nasionalisme merupakan nilai yang harus diterapkan kepada siswa, karena nilai tersebut merupakan hal yang penting untuk mengajarkan kepada siswa agar tetap mencintai tanah airnya. Nasionalisme memiliki subnilai yang di dalamnya harus di tanamkan juga untuk siswa sekolah dasar. Menurut Dyah (2017: 30) subnilai dalam Nasionalisme yaitu antara lain: 1) rela berkorban, 2) unggul berprestasi, 3) cinta tanah air, 4) menjaga lingkungan, dan 5) taat hukum. Berikut adalah penjelasan dari setiap subnilai yang ada didalam Nasionalisme:

(15)

1) Rela Berkorban

Rela berkorban merupakan sikap yang memberikan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain, meski hal tersebut akan menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri.

2) Unggul Berprestasi

Sub nilai unggul berprestasi memiliki arti hasil dari usaha yang sudah dilakukan. Prestasi yang dicapai yaitu dengan mengendalikan kemampuan intelektuan, emosional dll.

3) Cinta Tanah Air

Cinta tanah air merupakan perasaan yang timbul untuk memelihara dan menjaga tanah airnya dari ancaman dan gangguan yang akan datang.

4) Menjaga Lingkungan

Subnilai menjaga lingkungan memiliki arti untuk menjaga lingkungan agar tidak rusak akibat prilaku yang dilakukan oleh manusia, serta menjaga ekosistem yang ada dilingkungan.

5) Taat Hukum

Taat hukum memiliki makna menuruti atau mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga harus mengikuti semua aturan yang sudah dibuat untuk kebaikan manusia.

Berdasarkan penjelasan para ahli yang menjelaskan tentang subnilai Nasionalisme yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa subnilai Nasionalisme ada 5 poin. Kelima poin yang sudah dijelaskan dapat disampaikan kepada peserta didik dengan

(16)

menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam memahami subnilai Nasionalisme yang sudah ada.

5. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Pembelajaran lebih menarik dengan adanya media pembelajaran. Adanya media pembelajaran sangat membantu siswa untuk memahami pembelajaran. Media merupakan alat-alat grafis, photografis, atau elektronis yang berguna untuk menangkap informasi dalam bentuk visual atau verbal (Azhar, 2013: 3). Media tidak hanya berupa media elektronik tetapi juga media cetak. Pengertian media dalam buku Musfiqon (2012: 26) menurut Sadiman (2005: 6) menjelaskan bahwa media adalah pengantar pesan dari pengirim pesan kepada yang menerima pesan.

Media secara harfiah memiliki arti “pengantar” sehingga dapat diartikan sebagai perantara atau sebuah pengantar sumber pesan kepada penerima pesan (Ari, 2014: 47). Hal ini menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mengirimkan informasi dari yang memberi informasi kepada penerima informasi. Media pembelajaran bisa sebagai alat yang dapat membantu dalam mengatasi pembelajaran yang tidak dimengerti siswa.

Beberapa penjelasan dari para ahli yang menjelaskan pengertian media dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat yang digunakan untuk memberi informasi kepada yang menerima informasi untuk

(17)

memperjelas. Media pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai pemberi informasi saja, tetapi juga memiliki fungsi yang lainnya. Fungsi dari media pembelajaran memiliki manfaat untuk membantu dalam pembelajaran saat didalam kelas.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media memiliki peranan yang penting untuk proses pembelajaran yang akan di terapkan kepada siswa. Berdasarkan penjelasan yang sudah di jeaskan diatas, media sebagai perantara untuk mengirimkan informasi. Media pembelajaran juga memiliki fungsi. Menurut Ari (2014: 49) fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh siswa, 2) Dapat memperoleh gambaran jelas tentang benda yang sulit, 3) adanya interaksi secara langsung antar siswa dengan hal sekitar, 4) menghasilkankeseragaman pengamatan, 5) memberikan konsep yang benar pada siswa, 6) menumbuhkan minat baru bagi siswa, 7) menumbuhkan motivasi belajar siswa, 8) memberikan pengalaman yang menyeluruh bagi siswa, 9) memudahkan siswa dalam mendeskripsikan benda

Sedangkan menurut Azar (2013: 20) fungsi media pembelajaran di bagi menjadi 3 golongan yaitu : a) fungsi afektif, b) fungsi kognitif, dan c) fungsi kompensatoris. Fungsi tersebut berguna dalam pelaksanaan pembelajaran, serta berguna dalam membantu peserta didik dalam memahami pembelajaran yang disampaikanoleh guru.

Berdasarkan penjelasan menurut beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa fungsi dari media pembelajaran yaitu memiliki

(18)

fungsi untuk memberi pengalaman bagi siswa dan memudahkan siswa untuk mengatasi masalah yang belum bisa di selesaikan. Serta memiliki fungsi untuk afektif, kognitif dan kompensatoris.

6. Buku Dongeng a. Pengertian Dongeng

Dongeng merupakan informasi yang kreatif, emosional, dan kreatif. Oleh karena itu penyampaian informasi melalui dongeng akan masuk ke subkronis manusia Farida (2010: 12). Menurut Endaswara (2006: 110) dongeng biasanya diceritakan oleh orangtua atau yang dituakan. Dongeng merupakan sebuah kisah atau cerita yang lahir dari hasil imajinasi manusia, hayalan manusia, yang sebenarnya bertentangan dengan kehidupan sehari-hari. Dongeng memiliki tujuan yaitu untuk menghibur pendengan dan juga penanaman karakter. Penanaman karakter dengan pesan moral dapat tampilkan dengan tokoh-tokohnya. Sehingga dapat tersampaikan isi pesan moral untuk pembentukan karakter.

Pengertian dongeng yang sudah dijelaskan oleh beberapa para ahli menjelaskan bahwa dongeng merupakan sebuah hayalan yang bertentangan dengan kehidupan yang memiliki fungsi untuk penanaman karakter dan memberi pengalaman bagi yang membacanya. Dongeng juga memiliki beberapa jenis untuk menjadi pembeda. Jenis dongeng ada 4 yang dapat dipelajari dan dilihat perbedaan dari masing-masing jenis dongeng.

(19)

b. Jenis Dongeng

Dongeng memiliki beberapa jenis yang dibagi menjadi beberapa kalangan. Berdasarkan buku The Types of the Folktale, menurut Danandjaja (2002: 87) dongeng dibagi menjadi empat golongan yaitu: 1) Dongeng binatang (animal tales), 2) Dongeng biasa (Ordinary Folktales), 3) Lelucon atau anecdote (joke and anecdote), 4) Dongeng berumus (formula tales). Berikut merupakan penjelasan untuk jenis dongeng yang sudah dijelaskan adalah sebagai berikut:

1) Dongeng Binatang (animal tales)

Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar. Binatang itu dalam cerita dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.

2) Dongeng Biasa (Ordinary Folktales)

Dongeng biasa adalah dongeng yang ditokohi oleh manusia dan biasanya kisah suka duka seseorang. Sifat dongeng ini universal sebab banyak persamaan dengan daerah lain baik masalah pokok maupun pesan moralnya.

3) Lelucon atau anecdote (joke and anecdote)

Lelucon dan anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati sehingga menimbulkan tawa bagi yang mendengarkan maupun yang menceritakan. Walaupun demikian, bagi tokoh tertentu yang menjadi sasaran dongeng itu, dapat menimbulkan rasa sakit.

(20)

4) Dongeng Berumus (formula tales)

Berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan, yaitu dongeng bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dongeng yang tidak mempunyai akhir.

Nilai yang terdapat dalam dongeng merupakan hal yang dianggap dan dipercaya sebagai pedoman yang baik dan berbudaya Sumardjo (1992: 2). Nilai yang terdapat pada dongeng juga bisa disebut dengan moral. Moral biasanya sengaja dimasukkan oleh pengarang agar dongeng yang dibuat memiliki pesan yang dapat diambil oleh pembaca. Menurut Arif (2009: 20) moral yang terkandung dalam sebuah dongeng biasanya bermuatan religius, memiliki kecerdikan, dan ajaran mengenai kebaikan.

Berdasarkan penjabaran oleh ahli mengenai dongeng yang muat menggunakan buku yang menjadi buku dongeng. Buku dongeng yang akan dibuat yaitu buku dongeng yang sudah disesuaikan dengan KI dan KD yang sudah ada, tidak menggunakan cerita legenda atau sejenisnya. Keunggulan buku dongeng ini selain sudah disesuaikan dengan KI dan KD yang sudah ada, buku dongeng ini juga menarik perhatian siswa dengan menggunakan gambar dan pop up yang sudah dibuat. Selain itu warna yang cerah menambah kesan semangat untuk siswa dalam membaca buku dongeng ini.

(21)

7. Karakteristik Siswa kelas 1 Sekolah Dasar a. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa adalah seluruh kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari lingkungan sosial sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cita. Menurut Sadirman (2007: 120) karakter siswa dibagi menjadi 2 yaitu sisa masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Tingkatan kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua dan tiga. Tingkatan kelas tinggi yaitu dari kelas empat, lima dan enam.

Berkaitan dengan hal itu, keterampilan yang dimiliki oleh anak yang mempunyai rentang usia 6-13 tahun yaitu keterampilan social-help dan play skill. Keterampilan yang dicapai diantaranya, yaitu social-help 2 skills dan play skill. Social-help skills berguna untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi. Keterampilan ini akan menambah perasaan harga diri dan menjadikannya sebagai anak yang berguna, sehingga anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif). Dengan keterampilan ini pula, anak telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelamin, mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan mandiri.Sementara itu, play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat.

(22)

Siswa sekolah dasar khususnya kelas rendah memiliki rentang usia 6 atau 7 tahun sampai umur 10 tahun, memiliki sifat khas anak-anak. Sifat khas anak menurut Ari (2014: 5) antara lain : 1) kolerasi yang tinggi antar keadaan jasmani dengan prestasi, 2) tunduk terhadap peraturan, 3) suka memuji diri sendiri, 4) suka membandingkan dirinya dengan orang lain, 5) tidak dapat menyelesaikan suatu masalah sendiri, 6) suka dengan nilai rapor yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar khususnya siswa kelas rendah yaitu masih suka dengan kehidupan dirinya sendiri yang senang jika dipuji serta suka dengan nilai yang bagus. Siswa kelas rendah juga memiliki sifat khas yang dimiliki oleh anak seusia mereka. Sifat yang khas itu adalah yang wajar untuk siswa sekolah dasar khususnya untuk kelas rendah.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dan pengembangan media dan bahan ajar ini didasarkan penelitian yang terkait dengan penelitian bahan ajar yang terdahulu. Penelitian yang relevan tersebut yaitu penelitian oleh Novia Wulandari (2017), yang berjudul “Bahan Ajar Interaktif Membaca Teks Dongeng Untuk Siswa Sekolah Dasar”, yang mengangkat tentang Teks Dongeng Untuk siswa Sekolah Dasar. Penelitian oleh Jefri Setyo Budi (2018) yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Membaca Teks Dongeng Berbasis Kearifan Lokal Malang Untuk Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar”, yang mengangkat tentang kearifan lokal Malang

(23)

menggunakan teks dongeng untuk pembelajaran bagi siswa kelas 4 Sekolah Dasar.

Penelitian yang dilakukan oleh beberpa peneliti terdahulu, memiliki persaman yang dilakukan oleh penelitian tersebut yaitu mengangkat Dongeng sebagai pembelajaran yang dilakukan kepada siswa Sekolah Dasar. Terdapat pula perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tujuan dari dongeng tersebut, yakni tujuan dari penelitian ini mengembangkan sebuah Buku Dongeng untuk siswa Sekolah Dasar Kelas 1. Perbedaan juga terdapat pada materi yang akan dikembangkan yaitu materi Nasionalisme untuk meningkatkan rasa Nasionalisme anak sejak dini dengan penyampaian yang menggunakan Buku Dongeng.

Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan

Novia Wulandari Bahan Ajar Interaktif Membaca Teks Dongeng Untuk Siswa Sekolah Dasar

Hasil dari Bahan Ajar membaca teks dongeng yang berisi tentang kearifan lokal Malang, sudah sangat baik dan bisa disebar luaskan dalam bentuk CD. Sudah memenuhi Menggunakan Dongeng sebagai penunjang pembelajaran untuk siswa. - Mengembangkan sebuah buku dongeng - Mengunakan gambar ilustrasi yang sesuai untuk anak kelas 1 SD - Materi yang

dikembangkan yaitu Nasionalisme yang sesuai dengan KI

(24)

kriteria yang sudah ditetapkan.

dan KD yang sudah ada. Jefri Setyo Budi Pengembangan Bahan Ajar Membaca Teks Dongeng Berbasis Kearifan Lokal Malang Untuk Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Hasil pengembangan bahan ajar membaca teks dongeng berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 4 SD, tergoong nilai baik dan sangat layak untuk di produksi. Menggunakan Dongeng sebagai penunjang pembelajaran untuk siswa, serta menumbuhkan sikap cinta tanah air kepada siswa.

- Menggunakan materi

Nasionalisme untuk menumbuhkan sikap cintatanah air pada siswa. - Tidak menggunakan CD dalam penyampaian materi. C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dibuat berdasarkan kebutuhan yang ada di sekolah tersebut. Analisis kebutuhan juga dilihat dari sekolah tersebut, dilihat dari sarana prasarana, kebutuhan siswa dan evaluasi guru. Adanya analisis kebutuhan, dapat dilihat kebutuhan apa saja yang memang seharusnya dibutuhkan oleh sekolah tersebut untuk kebutuhan siswa dalam menunjang pembelajaran.

Kerangka pikir didapatkan dengan cara observasi ke lapangan serta wawancara yang dilakukan kepada pihak sekolah, khususnya kepala sekolah dan wali kelas 1 SD Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan.

(25)

Hasil yang didapatkan berkaitan dengan sarana prasarana dan kebutuhan siswa di sekolah tersebut.

Kurangnya media pembelajaran saat pembelajaran di kelas, pembelajaran yang masih terpusat pada guru, serta siswa kurang memahami materi tentang Nasionalisme adalah analisis kebutuhan yang ada di sekolah tersebut. Pada saat wawancara yang dilakukan, siswa di sekolah tersebut juga suka dengan buku bacaan daripada buku pelajaran. Buku pelajaran yang memiliki kesan monoton dan tidak menarik mengakibatkan mereka malas membaca, dan lebih memilih buku cerita.

Berdasarkan analisis kebutuhan maka dibuat sebuah media pembelajran yang dapat mengatasi kebutuhan tersebut dalam sebuah kerangka pikir. Berikut adalah kerangka pikir yang dibuat :Pengembangan Budo Aktif “Buku Dongeng Interaktif” Materi

Nasionalisme Pada Tema 8 Subtema 1 Pembelajaran 1 Untuk Siswa Kelas 1 SD Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan

(26)

\

Gambar. 2.1 Kerangka Pikir Media Budo Aktif

Pengembangan BUDO AKTIF “Buku Dongeng Interaktif” Materi Nasionalisme Pada Tema 8 Subtema 1 Pembelajaran 1 untuk Siswa Kelas 1 SD Muhammadiyah

1 Kota Pasuruan

Model Pengembangan Research and Development (R&D) yang dimodifikasi menjadi 7 langkah :

(1) Penelitian dan pengumpulan data, (2) menyusun rencana penelitian, (3) pengembangan draft produk awal, (4) uji coba lapangan awal, (5) revisi hasil uji

coba, (6) uji coba lapangan utama, (7) revisi produk Analisis Kebutuhan Siswa: 1. Kurangnya sikap Nasionalisme 2. Suka terhadap buku dongeng yang menarik dari buku pembelajaran Analisis Kebutuhan Sarana Prasarana: 1. Tidak adanya LCD yang mendukung untuk media yang berbasis multimedia 2. Kurangnya media pembelajaran untuk pendukung pembelajaran Analisis Kebutuhan Pembelajaran: 1. Pembelajaran tidak menarik dan interaktif serta hanya terfokus pada guru. Kondisi Ideal :

1. Pembelajaran yang terfokus pada siswa

2. Pembelajaranmenggunakan media sebagai sumber belajar 3. Sarana Prasarana yang lengkap

Gambar

Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Tanda Nomor kendaraan Bermotor yang tidak sesuai derngan Pasal 68 jo Pasal 280 Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan

Dari data 30 transaksi terdapat 1 pola asosiasi yang memenuhi syarat, salah satunya adalah jika membeli telur maka akan membeli rokok dengan nilai confidence tertinggi =

akibat telah selesainya pembangunan infrasruktur yang didanai oleh dana pinjaman daerah. Kebijakan belanja daerah pada tahun 2015 tetap diarahkan untuk mencapai target

Perbedaan yang nyata antara konsentrasi 40 ppm dengan kontrol pada jumlah buah panen total sesuai pernyataan Masroor, Khan dan Gautam (2006) bahwa pemberian

Hasil analisis filogenetik PVY berdasarkan runutan nukleotida dan asam amino menunjukkan bahwa PVY asal Bayongbong (Indonesia) membentuk satu cluster dengan isolat PVY-NTN

Iklim politik negara Indonesia pada tahun 1955 (tahun penyelenggaraan pemilu yang pertama di Indonesia) adalah

Perilaku prokrastinasi akademik siswa terkait uraian diatas mengenai perilaku prokrastinasi akademik siswa di SMP Negeri 24 Palembang, maka dilakukan upaya penelitian

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Terapi Rendam