• Tidak ada hasil yang ditemukan

STIKES NGUDI WALUYO HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENARCHE DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDI AL-IRSYAD TAWANGMANGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STIKES NGUDI WALUYO HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENARCHE DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDI AL-IRSYAD TAWANGMANGU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES NGUDI WALUYO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENARCHE DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE

PADA SISWI SDI AL-IRSYAD TAWANGMANGU

JURNAL

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

Rofi’ Nur Khoiriyyah NIM : 030214A033

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO

(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENARCHE DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE

PADA SISWI SDI AL-IRSYAD TAWANGMANGU Rofi’ Nur Khoiriyyah*), Dian Oktianti**), Priyanto***)

*) Alumnus Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

**) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Masa remaja merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Menarche merupakan menstruasi pertama dan bersifat fisiologi. Remaja yang belum siap menghadapi menarche akan timbul keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut, mereka akan merasa haid sebagai sesuatu yang kejam dan mengancam. Remaja putri di SDI Al-Irsyad Tawangmangu kurang memahami tentang menarche yang menyatakan takut dan cemas terhadap kedatangan menarche tersebut. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan menarche dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche pada siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional dan alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu dengan sampel siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu yang belum mengalami menarche dan siswi kelas 5 dan 6 sebanyak 40 siswi. Tehnik penelitian menggunakan purposive sampling. Uji statistika menggunakan Chi-Square dengan α = 0,05.

Hasil dari penelitian ini adalah ada 52,5% siswi termasuk pengetahuan cukup tentang menarche dan ada (50,0%) siswi digolongkan tidak ada kecemasan menghadapi menarche. Hasil uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,235 dan α sebesar 0,05 sehingga p > α. maka Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche pada siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu.

Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi kecemasan menghadapi menarche dan juga dampak-dampak yang mungkin timbul akibat adanya kecemasan tersebut.

(3)

2

ABSTRACT

Adolescence is a phase of growth and development between childhood and adulthood. Menarche is the first period and is physiological. Teens who are not ready to face menarche will have a desire to reject the physiological process, they will feel menstruation as a cruel and threatening thing. Female student women in Al-Ershad Tawangmangu islamic elementary school have lack of understanding about menarche stating fear and anxiety of the arrival of the menarche. The purpose of this research is to determine the female students at islamic elementary school relationship between knowledge and level of anxiety to face menarche Al-Ershad Tawangmanguislamic elementary school.This was an observational study with cross sectional approach and the data instrument used questionnaires. The population in this study was all female students at Al-Ershad Tawangmangu islamic elementary school. and the samples were female students at Al-Ershad Tawangmangu islamic elementary school.who have not experienced menarche and the fifth and sixth graders as many as 40 students. The data sampling used purposive sampling technique. The statistical analysis used Chi-Square test with α of 0.05.

Results from this study is there (52.5%) student including sufficient knowledge of menarche and there (50.0%) student classified as anxiety to face menarche. Results obtained by chi square test p value of 0.235 and α of 0.05 so that p>α. then Ho is accepted which means there is no relationship between the level of knowledge about the level of anxiety to face menarche in Al-Irshad Tawangmangu islamic elementary school.

The further research should be conducted about the factors beside the knowledge that can affect the anxiety in facing menarche and the impacts that may arise as a result of the anxiety.

Keywords : Menarche, Knowledge, Anxiety

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan suatu fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Batasan remaja menurut Youth Manifesto tahun 1998 menetapkan 10-24 tahun. Jumlah remaja (10-24 tahun) saat ini sekitar 30% dari total penduduk Indonesia (Okanegara, 2007).

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan seseorang. Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa melibatkan perubahan berbagai aspek seperti biologis, psikologis, dan sosial budaya (Sarwono, 2008).

Usia remaja mengalami perubahan penting terhadap organ reproduksi yang menandakan mulai berfungsinya organ reproduksi tersebut. Pada remaja putri perubahan tersebut ditandai dengan datangnya tamu bulanan yang disebut menstruasi. Menstruasi pertama (menarche) menjadi saat-saat yang mendebarkan bagi remaja putri karena baru pertama mengalaminya. Menarche adalah peristiwa ketika seorang anak perempuan mengalami haid atau datang bulan yang pertama kali. Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita (Wiknjosastro, 2005).

Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun. Kecemasan remaja putri sebelum menarche disebabkan oleh

(4)

kesiapan mental, kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis terkait menarche (Ferry, 2007).

Menstruasi pertama atau menarche adalah hal wajar yang pasti dialami oleh setiap wanita normal dan tidak perlu digelisahkan. Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai menstruasi ini sangat kurang dan pendidikan dari orang tua yang kurang. Masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya personal hygiene sehingga beresiko untuk terjadinya infeksi pada saluran kemih (ISK). Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan seorang wanita yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche) (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Remaja yang belum siap menghadapi menarche akan timbul keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut, mereka akan merasa haid sebagai sesuatu yang kejam dan mengancam, keadaan ini dapat berlanjut ke arah yang lebih negatif (Jayanti et all, 2011). Tetapi berbeda bagi mereka yang telah siap dalam menghadapi menarche, mereka akan merasa senang dan bangga, dikarenakan mereka menganggap dirinya sudah dewasa secara biologis (Suryani &Widyasih, 2008).

Selama ini sebagian masyarakat merasa tabu untuk membicaran tentang masalah menstruasi dalam keluarga, sehingga remaja awal kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis terkait menarche. Kesiapan mental sangat diperlukan sebelum menarche karena perasaan cemas dan takut akan muncul, selain itu juga kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Hasil dari beberapa penelitian yang dilakukan Aboyeji et all (2005), menunjukan bahwa kebanyakan remaja mempunyai harapan yang lebih negatif terhadap menstruasi pertama (menarche)

dan merespon menstruasi pertama (menarche) secara negatif. Hal ini dideskripsikan oleh subjek dengan perasaan secara negatif seperti merasa takut, terkejut, sedih, kecewa, malu khawatir dan bingung (Fajri & Khairani, 2010).

Kasus lain yang memaparkan tentang dampak negatif dari ketidaktahuan remaja mengenai menstruasi pertama (menarche) dalam sebuah artikel, yaitu “S (11 tahun) ditemukan hampir pingsan di dalam kamar oleh orangtuanya dan segera dilarikan ke rumah sakit. Berhubung perawat terbatas dan sedang melayani pasien lainnya, maka segera dibawa masuk ke ruang tindakan dan ditangani oleh dokter. Menurut orangtuanya, mereka panik ketika melihat anaknya hampir pingsan dengan kondisi berdarah - darah. Mereka semakin panik karena anaknya tidak menjawab sewaktu ditanya apa yang terjadi. Keputusan pertama yang dipikirkan adalah membawa segera anaknya ke layanan kesehatan terdekat. Ternyata S mendapatkan menstruasi pertama kalinya. Solusi sederhana yang diberikan oleh dokter adalah memberinya pembalut, resep vitamin dan konsultasi tentang kesehatan reproduksi terhadap remaja dan orang tuanya” (Respati, 2011).

Menarche pada gadis remaja akan membuat mereka merasa terkejut, cemas bahkan trauma. Selama masa penyesuaian seorang gadis remaja akan bersikap irasional, mudah tersinggung dan sulit dimengerti. Kecemasan seorang gadis remaja akan semakin bertambah karena adanya perubahan pada bentuk fisik.

Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan yaitu mereka cemas dengan perubahan fisik seperti timbulnya jerawat, tubuh menjadi gemuk, dan sakitnya payudara. Mereka juga mengalami kecemasan terhadap terjadinya pendarahan dan cemas apabila prestasi belajar menurun dikarenakan sakit. Orang tua kurang memberikan pengetahuan yang jelas mengenai menarche sehingga siswi

(5)

4 tidak tahu bagaimana cara menghadapi

menarche. Hal tersebut juga disampaikan oleh guru yang mengajar di kelas yang menjadi subjek penelitian, siswa putri yang mengalami menarche menjadi malas belajar dan mengalami ketakutan yang berlebihan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti yang di lakukan di SDI Al-Irsyad Tawangmangu pada kelas 5 dan 6 yang memiliki siswa 103 orang yang terdiri dari siswa perempuan 56 orang, dan siswa laki-laki 47 orang.

Pada 10 siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu menunjukkan terdapat 7 siswi menyatakan kurang memahami tentang menarche, dan 3 siswi menyatakan mengetahui tentang menarche. Selanjutnya ketika peneliti menerangkan secara sepintas tentang menarche, terdapat 6 siswa yang menyatakan takut dan cemas terhadap kedatangan menarche tersebut.

Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Menarche Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche pada siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu.

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu observasional, dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional) di mana peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variabel pada saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subyek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu yaitu 56 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yaitu siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu kelas 5 dan 6 yang belum mengalami menarche. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan berdasarkan pada suatu bertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Setiawan dan Saryono, 2011). Pertimbangan yang digunakan adalah siswi kelas 5 dan 6 yang belum mengalami menarche.

C. Definisi Operasional

Variabel Hasil Ukur Skala Variabel independent tingkat pengetahuan tentang menarche 1. Baik = hasil presentase 76%-100% jawaban benar 2. Cukup = presentase 56%-75% jawaban benar 3. Kurang = hasil presentase < 56% jawaban benar Ordinal Variabel Dependen tingkat kecemasan menghadapi menarche

Total score jawaban siswi dengan kategori: 1. Tidak ada kecemasan = 0-10 2. Kecemasan ringan = 11-21 3. Kecemasan sedang = 22-32 4. Kecemasan berat = 33-45 Ordinal D. Analisa Data 1. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam

(6)

analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

Dalam analisis ini menggunakan distribusi frekuensi yaitu hanya menggambarkan presentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu tingkat pengetahuan tentang menarche dan tingkat kecemasan menghadapi menarche. 2. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik yaitu hubungan tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche pasa siswi SDI Al-irsyad. Setelah diperoleh data akan dianalisis secara statistik dengan program SPSS.

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square dan ditemukan hasil untuk variabel pengetahuan dan kecemasan 6 cell yang mempunyai nialai ekspektasi <5 dan tabel 3x3 kemudian dilakukan penggabungan sel menjadi 2x2 dengan kategori pengetahuan cukup+baik dan kurang, kemudian yang kecemasan, tidak ada kecemasan dan cemas ringan+sedang hasil menggunakan uji chi square lagi masih terdapat 2 cell yang nilai ekspektasi <5 kemudian dilakukan uji kolmogorov smirnorv. Untuk variabel pengetahuan dan kecemasan tabel 2x2 dilakukan uji chi square terdapat 2 cell yang nilai ekspektasi kurang dari <5 kemudian dilakukan uji kolmogrov smirnov

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Tingkat Pengetahuan tentang Menarche

Tabel 1

Distribusi Sampel berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Menarche

Pengetahuan

tentang Menarche Frekuensi Persentase (%)

Baik 11 27,5

Cukup 21 52,5

Kurang 8 20,0

Jumlah 40 100,0

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa siswi yang mempunyai pengetahuan tentang menarche sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sejumlah 21 siswi (52,5%), pengetahuan baik ada 11 siswi (27,5%), dan sisanya memiliki pengetahuan kurang sejumlah 8 siswi (20,0%). Dengan demikian diketahui bahwa sebagian besar siswi kelas 5 dan 6 di SDI Al-Irsyad Tawangmangu memiliki pengetahuan yang cukup.

2. Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche

Tabel 2

Distribusi Sampel berdasarkan Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche

Kecemasan Frekuensi Persentase (%)

Tidak ada 20 50,0

Ringan 16 40,0

Sedang 4 10,0

Jumlah 40 100,0

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa dari 40 responden di SDI Al-Irsyad Tawangmangu, sebagian besar tidak mengalami kecemasan sejumlah 20 siswi (50,0%), yang mengalami kecemasan ringan sejumlah 16 siswi (40,0%), serta yang mengalami kecemasan sedang sejumlah 4 siswi (10,0%). Dengan demikian diketahui bahwa sebagian

(7)

6 besar siswi kelas 5 dan 6 di SDI

Al-Irsyad Tawangmangu tidak mengalami kecemasan menghadapi menarche.

3. Hubungan tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche

Hasil perhitungan analisis bivariat meliputi distribusi silang dan korelasi (nilai uji chi square dan koefisien contingency) dilakukan penggabungan 2 sel. Setelah digabungkan tabel menjadi 2x2 sehingga dilakukan uji statistik dengan kolmogorov smirnov dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 3

Hasil Perhitungan Analisis Bivariat

Pengetahuan Kecemasan Total P-value Tidak cemas Cemas ringan + sedang f % f % f % Cukup + Baik 18 56,2 14 43,8 32 100 0,235 Kurang 2 25,0 6 75,0 8 100 Jumlah 20 50,0 20 50,0 40 100

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa siswi dengan pengetahuan cukup dan baik sebagian besar tidak mengalami kecemasan sejumlah 18 siswi (56,2%), siswi yang berpengetahuan kurang tetapi tidak mengalami kecemasan sejumlah 2 siswi (25,0%), sedangkan siswi yang pengetahuan cukup dan baik sebagian besar mengalami kecemasan ringan dan kecemasan sedang sejumlah 14

siswi (43,8%), yang

berpengetahuan kurang mengalami kecemasan ringan dan kecemasan sedang sejumlah 6 siswi (75,0),

Berdasarkan uji kolmogorov smirnov diperoleh p-value 0,235 < α (0,05) sehingga p < α, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan

menghadapi menarche pada siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu

B. Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan tentang Menarche

Pengetahuan siswi tentang menarche sesuai tabel 4.1 responden di SDI Al-Irsyad Tawangmangu sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sejumlah 21 siswi (52,5%). Respon tersebut memiliki pengetahuan cukup karena telah mengerti tentang pengertian menarche, usia remaja yang mengalami menarche, siklus menstruasi, fase menstruasi, tanda-tanda datang menstruasi, Faktor yang mempengaruhi menarche.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responde menjawab kuisoner benar pada pengertian menarche dan umur menarche karena hal ini dikarenakan respon sebagian besar telah mengetahui sedikit tentang menstruasi dari teman yang sudah mengalami menstruasi sehingga mereka telah mengetahui dan mengerti tentang pengertian menarche dan umur menarche.

Dengan demikian diketahui bahwa sebagian besar siswi kelas 5 dan 6 di SDI Al-Irsyad

Tawangmangu memiliki

pengetahuan yang cukup. Pengetahuan siswi SD yang belum mengalami menstruasi tentang menarche umumnya banyak diperoleh dari orang tua, guru, atau teman. Ini menunjukkan bahwa lingkungan merupakan faktor pendukung. Ada juga beberapa faktor yang tidak mendukung seperti umur yang masih sangat muda dan pendidikan yang masih dasar. Oleh karena itu sangat wajar

(8)

apabila sebagian besar siswi memiliki tingkat pengetahuan yang tergolong cukup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11 siswi (27,5%) memiliki pengetahuan yang baik karena mereka lebih banyak tahu tentang menarche dari orang tua dan lingkungan rumahnya. Pengetahuan atau knowledge merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan sesuatu tentang suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) (Wawan dan Dewi, 2011).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 8 siswi (20,0%) memiliki pengetahuan kurang, minimnya informasi yang dimiliki oleh orangtua bagaimana menghadapi menarche dapat membuat kesalahan dalam pemberian informasi. Mayoritas remaja cenderung berbagi cerita dan membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi dengan teman-temannya yang dianggap lebih pengertian. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmojodjo (2003), dimana semakin banyak informasi yang didapat seseorang maka akan semakin baik pengetahuan seseorang terutama pengetahuan mengenai menarche. Lebih lanjut menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan diri maupun

dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.

Menurut Wawan dan Dewi (2012) usia merupakan umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dalam hal ini mungkin saja dikarenakan responden masih berada pada kelas 5 dan 6 masih belum mendapatkan pengetahuan tentang menstruasi itu sendiri baik secara formal maupun non formal. Karena siswi tersebut mengaku belum mendapatkan pelajaran khusus tentang kesehatan reproduksi wanita khususnya tentang menstruasi.

Seharusnya pengetahuan yang mengenai menarche itu bisa di sampaikan dalam proses belajar mengajar atau menyertakan materi tersebut pada saat jam olahraga yang sifatnya didalam ruangan, ataupun bisa juga disampaikan oleh wali kelas. Supaya diharapkan siswi yang belum mengalami menstruasi bisa mempersiapkan diri dalam menghadapi menarche.

Dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2011) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah pendidikan, pekerjaan, dan umur. Yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan dan sosial budaya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden tentang suatu hal dipengearuhi oleh umur dan informasi. Pengetahuan seseorang tentang suatu hal akan

(9)

8 berdampak pada pola pikir yang

semakin maju. Pola pikir yang maju menyebabkan kecepatan dalam mencerna dan memahami sebuah informasi, sehingga daya serapnya terhadap informasi akan semakin baik yang akan berpengaruh terhadap tindakan atau perilaku orang tersebut.

2. Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDI Al-Irsyad Tawangmangu sebagian besar tidak mengalami kecemasan sejumlah 20 siswi (50,0%), karena mereka tidak mengalami kewaspadaa berlebihan, Rasa khawatir yang berlebihan, Ketegangan motorik atau alat gerak, Hiperaktif saraf otonom, seperti Menurut Hawari D (2013) Orang dengan kepribadian pencemas lebih rentan (vulnerable) untuk menderita gangguan cemas. Atau dengan kata lain orang dengan kepribadian pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas.

Dan hasil penelitian yang mengalami kecemasan ringan ada 16 siswi, dan ada 4 siswi (10,0%) yang mengalami kecemasan sedang, karena bisa dipengaruhi perilaku, kepribadian yang sejak kecil sudah diikuti persaan ketakutan dan kecemasan akan mengganggu kepribadian individu selanjutnya. Pada umumnya tingkat pendidikan mempengaruhi kecemasan, karena semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang maka kecenderungan untuk memahami suatu hal akan semakin mudah.

Menurut Stuart (2007) kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan

perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Pendidikan dikatakan ada kaitannya dengan kecemasan siswi dalam menghadapi menarche, tetapi yang lebih utama kepribadian pencemas seseorang berpengaruh dalam menentukan cemas atau tidak menghadapi menarche.

Dengan demikian diketahui bahwa sebagian besar siswi kelas 5 dan 6 di SDI Al-Irsyad Tawangmangu tidak mengalami kecemasan menghadapi menarche.

Terkait dengan masalah menarche, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena itu merupakan hal yang bersifat alami dan fisiologis. Sedikit saja tahu tentang menarche mungkin sudah cukup untuk menghilangkan kecemasan. Oleh karena itu sangat wajar apabila sebagian besar siswi SD tidak mengalami kecemasan dalam hal menghadapi menarche 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan

tentang Menarche dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche

Dari hasil penelitian yang tidak ada kecemasan dengan pengetahuan cukup dan baik ada 18 siswi (56,2%) yang tidak ada kecemasan yang pengetahuannya kurang ada 2 siswi (25,0%), kemudian yang cemas ringan dan sedang dengan pengetahuan cukup dan baik ada 14 (43,8%) yang cemas ringan dan sedang dengan pengetahuan kurang ada 6 siswi (75,0%).

Dilakukan uji chi square kemudian dilakukan penggabungan 2 sel. Setelah digabungkan tabel menjadi 2x2 sehingga dilakukan uji statistik dengan kolmogorov smirnov dengan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hasil nilai p sebesar 0,235 dan α sebesar 0,05 sehingga p > α, berarti tidak ada hubungan antara tingkat

(10)

pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche pada siswi SDI Al-Irsyad Tawangmangu artinya tingkat pengetahuan baik bisa mengalami kecemasan, dan tingkat pengetahuan kurang belum tentu mengalami kecemasan, sehingga tingkat pengetahuan tentang menarche tidak ada hubungan dengan kecemasan menghadapi menarche.

Kesimpulannya bahwa menarche merupakan suatu hal alami dan fisiologis yang dianggap wajar yang tidak dianggap sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kecemasan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ida Untari pada tahun 2012 yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas VI Penelitian ini menggunakan studi penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode studi korelasi, serta rancangan penelitian dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling dengan jumlah 15 siswi kelas VI yang belum mengalami menstruasi / haid pertama. Data diolah dengan program komputer SPSS for windows version 16.0 dengan analisa data Pearson Product Moment pada tingkat kesalahan 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan menghadapi menarche dengan nilai r hitung < r tabel (0,289 < 0,525) dan nilai p hitung > p tabel (0,296 > 0,05) pada tingkat kesalahan 5 %. menimbulkan kecemasan.

Hal ini dikarenakan masih banyak faktor selain tingkat pengetahuan yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan. Menurut Stuart (2007) faktor predisposisi kecemasan antara lain pengetahuan, psikoanalitis, interpersonal, perilaku, keluarga, dan biologis. Menurut Soewardi (2009) selain oleh pengetahuan, kecemasan dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan umur.

Kecemasan (anxiety) adalah gangguan akan perasaan (affective) yang ditandai dengan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkepanjangan (Hawari D, 2013).

Orang dengan kepribadian pencemas lebih rentan (vulnerable) untuk menderita gangguan cemas. Atau dengan kata lain orang dengan kepribadian pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas (Hawari D, 2013).

Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Apabila tidak mempunyai pengetahuan dan kesiapan tentang menarche, anak-anak mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan yang sedang mengalami perdarahan haid dianggap sebagai penyakit penyebab kematian (Darvil dan Powell, 2003 dalam Ezra, 2009).

Pengamatan secara

psikoanalistis, bahwa ada reaksi psikis tertentu pada saat haid pertama. Beberapa peristiwa kompleks kastrasi atau trauma genetalia itu muncul macam-macam gambaran fantasi yang

(11)

10 aneh-aneh dibarengi kecemasan

dan ketakutan-ketakutan yang tidak riil, disertai perasaan bersalah/berdosa yang semuanya dikaitkan dengan masalah perdarahan pada organ kelamin dalam proses haidnya. Adanya informasi yang salah yang kemudian dikembangkan menjadi satu reaksi yang tidak riil maka proses menstruasi itu senantiasa dikaitkan dengan bahaya-bahaya tertentu juga dihubungkan dengan kotoran dan hal-hal yang najis (Suryani, 2010).

Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan tergantung dari kemampuan responden dalam mengerti, memahami dan menerima terhadap informasi yang diterima, sehingga dapat menimbulkan perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche.

Sikap terhadap menstruasi mempengaruhi pengalaman pribadi seorang anak perempuan terhadap menstruasi dan dapat merefleksikan bagaimana perasaan menjadi seorang wanita pada umumnya. Kadang kala terjadi, sikap mengenai menstruasi sangatlah negatif dikarenakan anak perempuan lebih sering melihat menstruasi sebagai suatu kutukan atau keadaan biologis yang tidak menyenangkan daripada melihat menstruasi sebagai suatu fungsi fisiologis yang normal, yang berkaitan dengan kewanitaan dan kesuburan.

Gunn dan Petersen (Palupi, 2002) menyatakan bahwa remaja putri yang memiliki sikap negatif terhadap menstruasi akan mengalami depresi dan ketidaknyamanan pada siklus menstruasi mereka. Remaja putri dengan sikap yang lebih positif

mengenai peran gender dan seksualitas lebih sedikit mengalami sakit saat menstruasi dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki sikap negatif terhadap menstruasi.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Tingkat pengetahuan tentang menarche dari sebagian besar siswi (52,5%) termasuk cukup.

2. Tingkat kecemasan menghadapi menarche dari sebagian besar siswi (50,0%) digolongkan tidak ada. 3. Tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche. Hasil uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,235 dan α sebesar 0,05 sehingga p > α. maka Ho diterima. Artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche

B. Saran

1. Bagi Anak Perempuan yang Belum Menstruasi

Anak perempuan menjelang menarche seharusnya tidak mengalami kecemasan yang berlebihan. Oleh karena itu disarankan untuk tidak segan bertanya kepada orang tua atau guru mengenai hal tersebut.

2. Bagi Orang Tua dan Guru

Orang tua dan guru, sebagai pendidik di rumah dan sekolah, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai menarche dan memberikan bimbingan bagaimana menghadapinya dengan baik. 3. Untuk Penelitian Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi kecemasan

(12)

menghadapi menarche dan juga dampak-dampak yang mungkin timbul akibat adanya kecemasan tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hawari. 2011. Manajemen Stres Cemas

dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hidayat, A. A.. 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Ida Nilawati, Sumarni, Aris Santjaka.2013.

Hubungan Dukungan Ibu Dengan Kecemasan Remaja Dalam Menghadapi Menarche Di Sd Negeri Lomanis 01 Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. (Diakses tanggal 20-03-2015). Notoatmodjo.2010. Ilmu Perilaku

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo.2012. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu

Kebidanan. Jakarta : YBPSB.

Proverawati, Atikah. 2009. Menarche. Yogyakarta : Mulia Medika.

Proverawati dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiawan dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2.Yogyakarta: Nuha Medika. Siregar. M. M. 2010. Statistika Deskriptif

Untuk Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Stuart G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suryani dan Widyasih. 2010. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya.

Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yusuf ,Yanti, dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Menarche Dengan KesiapanRemaja Putri Menghadapi Menarche Di Smp Negeri 3 Tidore Kepulauan.

(http://ejournal.unsrat.ac.id/

index.php/jkp/article/view/5272/478 5). Diakses tanggal 22-03-2015

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir ini guna

Oleh karena karena itu, hipotesis penelitian yang menyatakan terapi relaksasi otot progresif mampu menurunkan stres pada usia lanjut atau terjadi penurunan stres setelah

Q4 Does Just Noticeable Differs mediate between role of sales person, self control mechanism and product stimuli to attitude to trade in.. Q5 Does self control mechanism, and role

Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan pada PT Panah Jaya Sejahtera,. praktikan menghadapi beberapa kendala

Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (smp), volume lalu lintas dalam smp ini menunjukan besarnya jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR)

The OUTDESIGN= option in the PROC GLIMMIX statement enables you to write the X and Z matrix to an output data set. New graphics include boxplots of data and/or residuals with respect

Abstrak: Salah satu efek ibadah adalah kebudayaan, dan kebudayaan tidak terlepas dari ibadah. Demikian dengan masjid dan seni. Dari masjid, lahir berbagai macam budaya yang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) jenis-jenis praanggapan dan (2) bentuk tindak tutur praanggapan dalam interaksi belajar mengajar Bahasa Indonesia di SMK N 1