• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR KATA BEREGU (HEIAN SHODAN) PADA PEMBELAJARAN KARATE DI SMA NEGERI 1 BALEENDAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR KATA BEREGU (HEIAN SHODAN) PADA PEMBELAJARAN KARATE DI SMA NEGERI 1 BALEENDAH."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BEREGU (HEIAN SHODAN) PADA PEMBELAJARAN

KARATE DI SMA NEGERI 1 BALEENDAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi

Oleh :

FAIZAL NUR IMAN 1000360

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING

TERHADAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR KATA

BEREGU (HEIAN SHODAN) PADA PEMBELAJARAN

KARATE DI SMA NEGERI 1 BALEENDAH

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd NIP.196807071992032001

Pembimbing II

Drs. Andi Suntoda, M.Pd NIP.195806201986011002

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi

(3)

ABSTRAK

Faizal Nur Iman. NIM : 1000360. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi . Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata Beregu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah.

Pembimbing : Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd. Pembimbing II : Drs. Andi Suntoda, M.Pd

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) terhadap kerjasama dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah. Karena kerjasama sangat diperlukan dalam menunjang kehidupan bermasyarakat . Begitu pula hasil belajar ingin diketahui melalui penerapan model Peer Teaching. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Baleendah tahun pelajaran 2014/2015 yang mengikuti pembelajaran beladiri karate yang berjumlah 48 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik sampling jenuh. Desain penelitian yaitu quasi eksperimen

dengan pretest-post test control group design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur kerjasama penulis menggunakan angket dengan indicator kerjasama adalah mengikuti aturan, membantu teman yang belum bisa, memotivasi orang lain, hormat pada orang lain, menerima pendapat orang lain, bermain secara terkendali, memperhatikan perasaan orang lain, dan kerjasama meraih tujuan. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar kata beregu penulis menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis melalui data, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah.

2. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.

(4)

THE EFFECT OF PEER TEACHING MODEL TO STUDENTS’ COOPERATION AND LEARNING OUTCOMES OF KATA TEAM ( HEAIAN SHODAN ) OF KARATE LEARNING

AT SMA NEGERI 1 BALEENDAH.

Faizal Nur Iman

Tite Juliantine , Andi Suntoda . “Supervisor"

Studies Program of Physical Education, Health and Recreation Faculty of Physical Education and Health

Indonesian Education University

Faizalfpok@gmail.com

ABSTRACT

The research aims to obtain clear data and information on the effect of the Peer Teaching Model in learning ‘KATA team’ (Heian shodan) to students’ cooperation and learning outcomes at SMA Negeri 1 Baleendah. It is because cooperation is really needed to support social life and so does learning outcome through the application of the Peer Teaching model. The method used in this study is an experiment with a quantitative approach. The population of this study was students of class X SMA Negeri 1 Baleendah who follows karate lessons comprising 48 students in the year of 2014/2015. The sampling technique used by the researcher is a saturated sampling technique. The research design is quasi-experimental with pretest - posttest control group design. The instrument that the writer used to measure the cooperation is questionnaire with the following indicators of cooperation; helping a friend who is not capable of, motivating others, respect for others, accepting the other opinions, playing in a controlled way, Paying attention to the feelings of others, and cooperation in reaching the common goal. Meanwhile to measure learning outcomes of ‘Kata Team’, the writer used observation sheet. Based on the data calculations and analysis, it can be concluded that :

1. Peer Teaching Model in learning kata team (Heian shodan) influences students’ cooperation at SMA Negeri 1 Baleendah.

2. Peer Teaching Model in learning Kata Team team (Heian shodan) influences students’ learning outcomes at SMA Negeri 1 Baleendah .

(5)
(6)

A. Metode Penelitian ...

B. Populasi dan Sampel Penelitian ...

C. Desain Penelitian ……….

D. Definisi Operasional ………... E. Istrumen Penelitian ...

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data ………

G. Teknik Pengolahan Data ……….

H. Analisis Data ………

54

55

56

59

60

71

73

76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ………

1. Deskripsi Data ………...

2. Uji Normalitas ………

3. Uji Homogenitas ………

4. Pengujian Hipotesis ...

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

77

77

86

89

94

99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...

A. Kesimpulan ...

B. Saran-saran ………..

105

105

105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Quasi Eksperimen ... 66

3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi (Aspek yang Dinilai Kerjasama)... 62

3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Kata ... 65

3.4 Hasil Uji Validitas Item Kerjasama ... 68

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Item Kerjasama ... 70

3.6 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 71

4.1 Skor Pre Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 77

4.2 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 79

4.3 Skor Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 80

4.4 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 81

4.5 Skor Pre Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 82

4.6 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol Sebelum Penerapan Model Peer Teaching ……….. 83 4.7 Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 84

(8)

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 87 4.10 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Post Test Kerjasama

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 87 4.11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test dan

Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ………..

88

4.12 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test Hasil Belajar

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 88 4.13 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Post Test Hasil Belajar

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 89 4.14 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test dan

Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ……….

89

4.15 Homogenitas Varians Pre Test Kerjasama Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ………. 90

4.16 Homogenitas Varians Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ………. 91

4.17

4.18

Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pre Test dan Post Test

Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. Homogenitas Varians Pre Test Hasil Belajar Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 91

92

4.19 Homogenitas Varians Post Test Hasil Belajar Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 93

4.20 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pre Test dan Post Test Hasil

Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol …………... 93 4.21 Hasil Uji t Independen Data Pre test Kerjasama Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………...… 94

4.22 Hasil Uji t Independen Data Post Test Kerjasama Kelompok

(9)

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….…… 96 4.24 Hasil Uji t Independen Data Post test Hasil Belajar Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….… 97

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Langkah- langkah Penelitian ... 50

4.1 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Kerjasama Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 79 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Kerjasama Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….…... 81 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 83 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 86

4.5 Rata-Rata Skor Uji t Independen Kerjasama Pretest Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….. 95

4.6 Rata-Rata Skor Uji t Independen Post Test Kerjasama Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….. 96

4.7 Rata-Rata Skor Uji t Independen Pretest Hasil Belajar Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……… 97

4.8 Rata-Rata Skor Uji t Independen Post Test Hasil Belajar Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……… 98

4.9 Perbandingan Rata-Rata Skor Uji t Independen Pre Test dan Post

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Olahraga merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan

jasmani serta saling mempengaruhi satu sama lainnya. Olahraga cukup

mendominasi muatan kurikulum pendidikan jasmani pada semua tingkatan

persekolahan, dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam

prakteknya di lapangan, selain bentuk olahraga sering mendominasi, juga

olahraga ini sangat digemari baik oleh guru maupun oleh peserta didiknya.

Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari pendidikan nasional

memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa. Pendidikan jasmani,

olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki kontribusi yang

cukup besar, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,

olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.

Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan

fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola

hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Tujuan yang ingin dicapai bersifat

menyeluruh, mencakup domain afektif, kognitif dan psikomotor.

Dalam Abduljabar (2011:67) menjelaskan bahwa “pendidikan fisikal

yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang

sungguh-sungguh.” Lebih lanjut ahli ini menyebutkan bahwa : ”Pendidikan

jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara

organik, neuromuskular, intelektual, sosial, cultural, emosional dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.”

Sedangkan pengertian aktivitas jasmani adalah segala bentuk kegiatan

(12)

jasmani atau gerak badan disebut juga dengan istilah “human movement”, yang

arti dalam bahasa indonesianya ”gerak insan” atau “gerak manusiawi”.

Dalam konteks yang lebih luas, menurut Harold M. Barrow (Freeman,

2011) pendidikan jasmani didefinisikan sebagai “pendidikan melalui gerak

aktifitas gerak manusia di mana banyak dari tujuan pendidikan yang dicapai

melalui kegiatan otot besar yang melibatkan olahraga, permainan, senam, tari

dan latihan.”

Tujuan utuh pendidikan jasmani dan olahraga dalam konteks

pelaksanaan aktivitas jasmani dan olahraga telah dibakukan sejak tahun 1945

dan termuat dalam konsep yang sangat generik. Mengenai hal ini Abduljabar

(2010:68) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan jasmani dan olahraga yaitu:

1. Kesehatan

2. Merupakan konsep mendasar

3. Membina menjadi warga negara yang baik 4. Membina kompetensi potensial

5. Membina warga negara yang efektif 6. Mampu memanfaatkan waktu luang 7. Membina karakter

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan

jasmani secara keseluruhan, sehingga tujuan pendidikan jasmani seyogianya

selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan di Indonesia

hal ini sejalan dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional yang menegaskan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Dalam definisi di atas terdapat tiga pokok pikiran utama, yaitu: (1) usaha

(13)

agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara.

Ruang Lingkup pendidikan jasmani dalam Kurikulum 2013 meliputi

aspek:

1. Permainan dan olahraga meliputi: Olahraga tradisional, permainan,

eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, keterampilan non lokomotor dan

manipulative, atletik, permainan bola besar, permainan bola kecil dan beladiri

serta aktivitas lainnya.

2. Aktivitas pengembangan meliputi: Mekanika sikap tubuh, komponen

kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

3. Aktivitas senam meliputi: Ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,

ketangkasan dengan alat, dan senam lantain serta aktivitas lainnya.

4. Aktivitas ritmik meliputi: Gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic

serta aktivitas lainnya.

5. Aktivitas air meliputi: Permainan di air, keselamatan air, keterampilan gerak

di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

6. Pendidikan luas kelas meliputi: Karyawisata, pengenalan lingkungan,

berkemah, menjelajah dan mendaki gunung.

7. Kesehatan meliputi: Penanaman budaya sehat dalam kehidupan sehari-hari,

khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat merawat

lingkungan yang sehat, memiluh makanan yang sehat dan minuman yang

sehat, mencegah dan merawat cedera, pengatur waktu istirahat yang tepat dan

berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan

aspek tersendiri dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

Dalam mentransfer pengetahuan atau kemampuan beladiri Karate kepada

peserta didik, guru dituntut memberikan layanan terbaiknya agar materi yang

(14)

diharapkan dapat direspon positif oleh peserta didik. Strategi dan model

pembelajaran yang tepat akan menuntun siswa untuk mencapai tujuan tersebut.

Salah satu model yang dapat digunakan adalah siswa saling memberi

pengetahuannya kepada sesama temannya atau mengajar teman sejawat (peer

teaching). Peer Teaching adalah pola belajar antar sesama siswa. Dalam proses

ini guru tak dapat dipisahkan dari proses perubahan afeksi siswa dalam belajar.

Model peer teaching adalah teknik menyampaikan materi ajar melalui

rekan atau bantuan teman sendiri. Mulai dari pembahasan materi sampai

penilaian juga dilakukan dari dan oleh siswa dalam kelompok itu sendiri (

self-assessment dan peer self-assessment). Sedangkan untuk nilai akhirnya adalah

penggabungan antara penilaian oleh guru dan teman sebaya. Guru harus mampu

memodifikasi model peer teaching agar sesuai diterapkan untuk siswa terutama

pada bagian assessment-nya.

Untuk menerapkan model ini selain membutuhkan skil yang memadai,

juga perlu penguasaan konsep materi yang akan diajarkan kepada siswa.

Sehingga dalam pembelajaran dapat menuntun daya fikir siswa untuk lebih

kreatif dan mandiri.

Penerapan Model Peer Teaching ini dapat membantu mengurangi

permasalahan yang berhubungan dengan kurangnya kemampuan guru dalam

memberikan timbal balik yang diterima oleh siswa. Kesempatan siswa untuk

merespons di dalam kelas berkurang setengahnya dalam peer teaching, karena

siswa menghabiskan setengah waktunya untuk menjadi tutor dan setengahnya

lagi untuk berlatih sebagai learner. Ketika mereka berperan sebagai learner,

setiap siswa memiliki tutor masing-masing yang bertugas untuk mengawasi serta

menganalisa setiap kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas

dalam kegiatan pengajaran. Dan ketika berperan sebagai tutor, siswa secara

kognitif mampu meningkatkan pemahamannya terhadap tugas yang diberikan

sehingga dapat berlatih dengan benar ketika tiba gilirannya untuk menjadi

(15)

dengan meningkatnya efektifitas waktu untuk berlatih, hal tersebut dapat

tertutupi.

Peer teaching juga memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan

perkembangan kognitif siswa dalam pelajaran olah raga. Untuk menjadi tutor

yang baik, siswa harus mengetahui kunci dalam mempergakan sebuah petunjuk

gerakan dan memahami hubungan antara petunjuk yang diberikan dengan hasil

latihan yang diharapkan. Sehingga akan tercipta kerjasama yang harmonis yang

menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok di antara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan

mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Jika tujuan yang ingin

dicapai berbeda maka kerjasama tidak akan tercapai. Demikian juga dalam

pembelajaran beladiri Karate dengan menggunakan model peer teaching. Hal ini

sesuai dengan landasan pengembangan bahan ajar dalam kurikulum 2013 yaitu

diutamakan untuk memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerjasama, dan

menilai diri sendiri agar peserta didik mampu membangun kemauan,

pemahaman, dan pengetahuannya, yang mengisyaratkan bahwa dalam proses

belajar-mengajar perlu suatu model kerja sama antarsiswa sekelas, antarsiswa

dengan siswa lain, dan antarsiswa dengan guru untuk mendukung tercapainya

tujuan pembelajaran.

Dari bentuk interaksi atau kerjasama, siswa diharapkan mampu

memasuki kehidupan yang sebenarnya. Bukan untuk melahirkan sebuah

pernyataan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan

kerja yang baik. Peserta didik diharapkan mampu menerapkan apa yang

dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi.

Namun, dewasa ini bentuk pengaplikasian dari model kerjasama tidak begitu

dimanfatkan sebagai media untuk melatih sikap kepemimpinan, kemandirian,

kecakapan, dan keterampilan para siswa. Sehingga hasil belajar siswa tidak

(16)

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Setiap

proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil

belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik

memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu

meningkatkan keberhasilan peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang baik

dan bermakna.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti

setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab

hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai

tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang

baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya

hasil belajar yang baik.

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa “hasil belajar menunjukkan kepada

prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya

derajat perubahan tingkah laku siswa”. Sedangkan menurut Nasution (2006:36) “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Adapun menurut

Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan

dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes

yang diberikan guru”. Hasil belajar ini tidak hanya dalam pembelajaran

kokurikuler, harus tercermin dalam pembelajaran ekstrakurikuler.seperti halnya

dalam pembelajaran ekstrakurikuler beladiri karate yang termasuk dalam salah

satu ruang lingkup pendidikan jasmani.

Karate itu sendiri terdiri dari 3 unsur utama yaitu Kihon atau dasar, Kata

atau rangkaian gerak jurus dan Kumite atau pertarungan. Tahapan pembelajaran

Karate dimulai dari Kihon atau dasar, selanjutnya rangkaian jurus atau Kata.

Kata menurut Sagitarius (2008:108) “merupakan bentuk rangkaian yang

terdiri dari serangan dan tangkisan. Kata dalam istilah kita adalah jurus, dalam

(17)

Dalam karate Kata Heian Shodan merupakan kata pertama yang di pelajari oleh

seorang karateka pemula, yang terdiri dari 21 gerakan.

Saat ini perkembangan karate sudah berkembang pesat di Indonesia hal

ini terbukti dari banyaknya perguruan Karate, juga banyaknya sekolah-sekolah

yang mengadakan kegiatan ekstrakulikuler karate. Salah satunya yaitu SMA

Negeri 1 Baleendah.

Pada awal mula berdirinya karate di SMAN 1 Baleendah pada tahun

2010, waktu itu pihak sekolah menerima bibit atlit karate yang sudah berprestasi

dari siswa/siswi manapun melalui jalur prestasi. Siswa-siswi tersebut dibina

melalui kegiatan ekstrakurikuler karate untuk menjadi atlet yang professional.

Pada tahun 2013 cabang olah raga karate dimasukkan ke dalam

pembelajaran kelas X, karena dalam kurikulum 2013 ada pembelajaran beladiri,

sehingga diberikan materi pembelajaran karate.

Berdasarkan pengamatan, pembelajaran Karate di SMA Negeri 1

Baleendah belum berjalan efektif, di mana siswa kurang memahami materi kata

yang diberikan. Kurangnya kerjasama antar sesama teman sebaya, sehingga dari

proses pembelajaran tidak mendapatkan hasil yang maksimal ketika diberikan

materi rangkaian kata beregu oleh guru. Untuk dapat menyeragamkan rangkaian

kata beregu dibuthkan waktu yang lama. Beberapa faktor penyebab tidak

efektifnya proses pembelajaran karate tersebut diantaranya :

1. Kurangnya memanfaatkan media dalam Pembelajaran Kata

2. Kurangnya penguasaan gerak kata dasar Karate Heian Shodan

3. Kurangnya kompetensi guru penjas dalam pembelajaran Kata

4. Kurangnya pengetahuan guru penjas dalam mengaplikasikan model

pembelajaran

5. Kurangnya kerjasama siswa saat pembelajaran berlangsung

Salah satu cara mengatasi masalah diatas adalah dengan menerapkan

model Pembelajaran Peer Teaching. dimana seorang anak menjelaskan suatu

materi kepada teman lainnya yang rata-rata usianya sebaya. Anak yang

(18)

Model pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk proses pembelajaran

Karate, misalnya proses kelompok dan keterampilan pembentukan tim,

pembelajaran antar rekan, pembelajaran bersifat aktif dan terindividualisasi,

pembelajaran berlangsung secara bertahap, berorientasi pada

evaluasi/pertumbuhan, landasan pengujian untuk pengembangan professional

dan belajar cara belajar.

Untuk siswa SMA Negeri 1 Baleendah dimana jumlah siswa yang

berlatih karate cukup banyak, yaitu berjumlah 48 orang tiap kelasnya, model

pembelajaran Peer Teaching ini sangat cocok digunakan. Aktivitas ini

memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih

baik. Selain itu diharapkan kerjasama siswa dapat meningkat sehingga hasil

belajar yang dicapai oleh siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal. Di

mana kerjasama merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan

tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau

ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.

Sedangkan hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar

dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menerapkan

model Pembelajaran Peer Teaching dalam pembelajaran Karate terhadap gerak Kata Heian Shodan. Maka judul yang di ambil oleh penulis adalah “ Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar

Kata Beragu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate Di SMA Negeri 1 Baleendah”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa dalam pembelajaran

penjas dipengaruhi oleh beberapa faktor, maka beberapa masalah yang timbul

dalam pembelajaran penjas dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Siswa kurang memahami materi kata yang diberikan.

(19)

3. Tidak mendapatkan hasil yang maksimal ketika diberikan materi

rangkaian kata beregu oleh guru.

4. Membutuhkan waktu yang lama untuk menyeragamkan rangkaian kata

beregu.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka

masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “

1. Apakah model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian

shodan) berpengaruh terhadap kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah?

2. Apakah model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian

shodan) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1

Baleendah?

D. Tujuan penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh model

Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) terhadap

kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah.

2. Ingin mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh model

Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) terhadap

hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menjadi

bahan masukan serta pertimbangan dalam upaya pengembangan pembelajaran

pendidikan jasmani. Adapun mafaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini

adalah :

(20)

Penelitian ini diharapkan dapat meberikan kontribusi bagi

pembelajaran di sekolah, meningkatkan ilmu pengetahuan, peningkatan

mutu pendidikan dalam aspek pembelajaran terutama pada pembelajaran

penjas.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru dapat dijadikan salah satu acuan oleh para guru pendidikan

jasmani guna memperbaiki pembelajaran di sekolah.

b. Bagi sekolah/lembaga memberikan keleluasan kepada guru untuk

menciptakan strategi, metoda, pendekatan dan teknik pembelajaran

penjas.

c. Bagi siswa untuk memunculkan minat belajar penjas dan memberikan

pembelajaran penjas yang inovatif.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,

maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan

diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

(latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

(kajian teoritis berisi konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan tentang beladiri karate, model pembelajaran peer teaching, kerjasama dan hasil belajar. Kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian)

BAB III MODEL PENELITIAN

(lokasi dan subjek penelitian/sampel penelitian, desain penelitian, model penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data dan

(21)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian merupakan hal yang

sangat penting, sebab dengan menggunakan metode penelitian yang tepat

diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada permasalahan

yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode dilihat dari

efektifitasnya, efesiensinya dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode

dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perunbahan

positif menuju tujuan yang diharapkan. Sedangkan metode dikatakan efisien

apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan

sehemat mungkin namun dapat mencapai hasil yang diharapkan. Metode dapat

dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan

yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.

Menurut Sugiyono (2013:107) berdasarkan tingkat kealamiahan tempat

penelitian metode penelitian dapat dibedakan menjadi 3 metode yang

diantaranya “metode penelitian eksperimen, metode penelitian survey dan metode penelitian naturalistik.”

Menurut Sugiyono (2013:13) bahwa metode penelitian eksperimen

merupakan “metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

treatment (perlakuan) tertentu.” Oleh sebab itu metode penelitian eksperimen

merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan jika kita melakukan

sesuatu pada kondisi yang dikontrol maka apakah yang akan terjadi?. Untuk

mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di

control maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan

hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

(23)

tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek peneliti serta untuk

menguji hipotesis sehingga mendapat hasil yang berguna dari persoalan yang

dibahas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian eksperimen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Dalam melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti harus

menentukan terlebih dahulu populasi yang akan dijadikan sebagai sumber

data untuk keperluan penelitiannya, populasi tersebut dapat berbentuk

manusia, benda-benda alam, nilai nilai dokumen dan peristiwa yang dapat

dijadikan objek penelitian. Menurut Arikunto (2010 : 173) menyatakan

bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Lebih jauh menurut Arikunto (2010:130) mengatakan bahwa “

apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang maka diambil seluruhnya, sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlah populasi lebih besar dari 100, boleh di ambil 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih.

Sementara Sugiyono (2013:117) berpendapat bahwa “

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, populasi penelitian adalah

keseluruhan subyek penelitian yang digunakan sebagai sasaran penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X

SMA Negeri 1 Baleendah tahun pelajaran 2014/2015 yang mengikuti

pembelajaran beladiri karate yang berjumlah 48 siswa

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari

populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat

digeneralisasikan pada populasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono

(24)

dimiliki oleh populasi tersebut.” Jadi sampel merupakan perwakilan atau

bagian dari jumlah kelompok dengan karakteristik tertentu yang dimiliki

oleh populasi. Sampel yang baik, kesimpulannya dapat dikenakan kepada

populasi (representatif).

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti

yaitu teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2013:124) “sampling

jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel.” Hal ini dilakukan karena populasi dalam

penelitian ini relatif sedikit, sehingga peneliti mengambil semua populasi

untuk dijadikan sampel.

Mengenai pengambilan sampel diatas, dengan mengasumsikan

bahwa sampel yang diambil sampelnya homogen atau representatif

sehingga sampel dapat mewakili kondisi yang disyaratkan, artinya

homogenitas sampel sangat tergantung pada lamanya siswa mengikuti

ekstrakurikuler beladiri karate, dalam hal ini untuk dikatakan sampel

homogen sekurang-kurangnya siswa harus mengikuti ekstrakurukuler

beladiri karate selama 8 bulan.

Penggunaan sampel dalam penelitian ini yaitu siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler beladiri karate di SMAN 1 Baleendah Kabupaten Bandung

dengan jumlah 48 orang, yang dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

Cara menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

siswa mengambil undian yang berada dalam kotak yaitu undian dengan

kertas berwarna putih untuk kelompok ekperimen dan kertas berwarna

merah untuk kelompok kontrol, dengan masing-masing kelompok

berjumlah 24 orang sebagai kelompok eksperimen dan 24 orang sebagai

kelompok kontrol.

(25)

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk

melaksanakan penelitian. Pola desain penelitian dalam setiap disiplin ilmu

memiliki kekhasan masing-masing, namun prinsip-prinsip umumnya memiliki

banyak kesamaan. Desain penelitian memberikan gambaran tentang prosedur

untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab

seluruh pertanyaan penelitian.

Metode yang akan digunakan dalam peneitian ini adalah metode

eksperimen, dimana terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat setelah diberikan treatment (perlakuan). Kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol diberi tes awal, setelah peneliti mengetahui

hasil dari tes awal tesebut, pada kelompok eksperimen diberikan treatment

(perlakuan) dengan menggunakan model peer teaching sedangkan pada

kelompok kontrol diberikan treatment (perlakuan) metode konvensional.

Setelah pemberian treatment selesai, kedua kelompok tersebut diberi tes akhir

dengan tujuan untuk mengetahui apakah treatment tersebut memberikan

pengaruh pada peningkatan penguasaan gerak beladiri karate.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi

eksperimen dengan pretest-post test control group design. Sebagaimana

dijelaskan oleh Sugiyono (2013:113) bahwa

pretest-post test control group design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model peer

teaching pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvesional yang

berjalan sebagaimana biasanya pada kelompok kontrol. Desain ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Quasi Eksperimen

Kelompok Pre-test Treatment Post-test

(26)

Kontrol O1 - O2

(Sugiyono, 2011)

Keterangan: O1 : Pre-test O2 : Post-test

X : Perlakuan khusus (penerapan model peer teaching terhadap kelompok eksperimen)

Berdasarkan desain gambar di atas, sebelum dimulai perlakuan kedua

kelompok diberi tes awal atau pretest untuk mengukur kondisi awal (O1),

selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (X) berupa

pembelajaran dengan menggunakan model peer teaching, dan pada kelompok

pembanding tidak diberi perlakuan akan tetapi tetap mengunakan pembelajaran

konvensional yang bisa dilakukan di sekolah. Sesudah selesai perlakuan kedua

kelompok diberi tes lagi sebagai posttest.

Adapun langkah-langkahnya penulis deskripsikan dengan bentuk

sebagai berikut :

Populasi

Sampel

Pre-test Kelompok eksperimen

Pre-test Kelompok kontrol

Post-test Kelompok eksperimen

Post-test Kelompok kontrol Treatment

Model Pembelajaran Peer Teaching

Analisis data

Treatment Model Pembelajaran

(27)

Gambar. 3.1

Langkah-langkah Penelitian

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian

ini, maka penulis akan menjelaskan dan menjabarkan satu-persatu istilah

tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda, dan

sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan (W.J.S Poerwadarminta dalam

Kamus Bahasa Indonesia, 1982:731)

2. Peer Teaching

Peer Teaching adalah model belajar dengan menggunakan suatu pendekatan

dimana seorang anak menjelaskan suatu materi kepada teman lainnya yang

rata-rata usianya sebaya, dimana anak yang menjelaskan ini memiliki

pengetahuan yang lebih di banding teman lainnya.

3. Kerjasama

Kerjasama adalah sebuah sistem pekerjaan yang dikerjakan oleh dua atau

lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerjasama

dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan

keberhasilan kinerja dan prestasi kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi

suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi

individu-individu yang tergabung dalam kerja tim. Komunikasi akan berjalan baik

dengan dilandasi kesadaran tanggung jawab setiap anggota.

(http://erlangga.blogspot.com/2013/05/pengertian-kerjasama-dan-ekuatan-team.html?m=1)

Menurut Soekanto (2012:66) “Kerjasama timbul apabila orang menyadari

(28)

saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian

terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil

menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang

berlaku. Begitu juga hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah

laku yang tetap sebagai hasil proses pembelajaran. Hasil belajar dapat

diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Prinsip yang mendasari penilaian hasil belajar yaitu untuk

memberi harapan bagi siswa dan guru untuk dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran. Kualitas dalam arti siswa menjadi pembelajar yang efektif

dan guru menjadi motivator yang baik. Dalam kaitan dengan itu, guru dan

pembelajar dapat menjadikan informasi hasil penilaian sebagai dasar dalam

menentukan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga mereka dapat

memperbaiki dan meningkatkan belajarnya (Rasyid, 2008 : 67).

5. Seni Beladiri

Seni beladiri merupakan satu kesenian yang timbul sebagai satu cara

seseorang mempertahankan/membela diri. (http//:www.Wikipedia.org)

6. Beladiri karate

Karate adalah seni bela diri yang berasal dari jepang dan dibawa masuk

kejepang lewat pulau Okinawa.Yang terdiri dari 2 kata kanji “Kara” yang

artinya kosong dan “Te” yang artinya tangan. Jadi dapat diartikan Karate

adalah seni bela diri tangan kosong.

E. Instrumen Penelitian

Dalam mengumpulkan data dari suatu sampel penelitian diperlukan alat

yang disebut instrumen dan teknik pengngumpulan data. Menurut Arikunto

(29)

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah”. Dalam suatu penelitian, data diperlukan untuk

menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis yang sudah dirumuskan.

Dalam konteks penelitian, instumen diartikan sebagai alat untuk

mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan

penelitian. Pada dasarnya, instrumen pengumpulan data terbagi dua macam,

yaitu tes dan non tes. Kelompok tes, misalnya tes bakat, tes prestasi belajar, tes

integrasi, sedangkan non tes, misalnya pedoman wawancara, kuisioner atau

angket, pedoman observasi, daftar cocok (cheklist), skala sikap, skala penilaian,

dan sebagainya.

Menurut Arikunto (2006:150) tes adalah “serentetan pertanyaan atau

latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok.”

Tes atau suatu alat ukur lainnya harus dapat memenuhi dua syarat

utama, tes tersebut haruslah valid (sah) dan reriabel (dapat dipercaya). Suatu tes

dikatakan valid, apabila tes tersebut dapat mengukur dengan apa yang hendak

diukur atau benar-benar cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur, tes

dikatakan reriabel apabila konsistensi dari serangkaian pengukuran dari alat

ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama.

Sebagaimana dijelaskan oleh Nurhasan (2007:42) mengemukakan bahwa:

Reliabilitas atau keterandalan menggambarkan derajat keajegan, atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat ukur atau tas dikatakan reriabel jika alat ukur itu menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk membuahkan hasil pengukuran yang sesungguhnya.

Oleh sebab itu, validitas dan reliabilitas suatu alat ukur merupakan syarat

mutlak dalam menentukan penggunaan alat ukur untuk pengukuran dan

pengetesan dalam penelitian. Alat ukur yang penulis gunakan dalam penelitian

(30)

Instrumen yang digunakan peneliti adalah melalui observasi kerjasama siswa

dan tes kemampuan bakat untuk penilaian hasil belajar anak menggunakan

instrumen tes yang telah ada. Tes terdiri dari dua tes yaitu pre tes dan post tes.

Pre tes dilakuan sebelum kelas diberi perlakuan dan post tes dilakukan setelah

diberi perlakuan.Untuk hal tersebut maka akan dijelaskan bentuk tes dan

pemberian skor tes keterampilan kata beregu sebagai berikut :

1. Instrumen penilaian kerjasama

Tabel 3.2

1. Saya mentaati peraturan dalam berlatih karate

2. Saya selalu mentaati peraturan dalam berlatih karate

3. Saya sesekali melanggar peraturan dalam berlatih karate

4. Saya sering melanggar peraturan dalam berlatih karate

5. Saya disiplin dalam melakukan latihan karate

6. Saya selalu disiplin dalam melakukan latihan karate

7. Saya tidak disiplin dalam melakukan latihan karate

8. Saya sering tidak disiplin dalam melakukan latihan karate

9. Saya Saya sering mengkoreksi teman ketika melakukan kesalahan gerakan ketika latihan

10. Kelompok saya terbiasa saling mengkoreksi bila ada kesalahan gerakan ketika latihan

11. Saya tidak pernah mengkoreksi teman ketika melakukan kesalahan gerakan ketika latihan

(31)

1) kerukunan

13. Saya sering memberikan dukungan kepada teman ketika ada kesalahan dalam berlatih karate

14. Saya sering membantu teman ketika ada kesalahan

15. Saya tidak memberikan dukungan kepada teman ketika ada kesalahan dalam berlatih karate

16. Saya tidak membantu teman ketika ada kesalahan

17. Saya sering memberikan motivasi ke semua teman agar giat berlatih karate

18. Saya memberikan motivasi ketika teman tertekan

19. Saya tidak memberikan motivasi ke semua teman agar giat berlatih karate

20. Saya tidak memberikan motivasi ketika teman tertekan

21. Saya memberikan dukungan pada teman yang belum bisa ketika berlatih karate

22. Saya memberikan dukungan pada teman ketika melakukan kesalahan 23. Saya tidak memberikan dukungan

pada teman yang belum bisa ketika berlatih karate

(32)

tujuan

25. Saya tidak menyalahkan teman satu kelompok bila ada kesalahan 26. Saya selalu instropeksi diri bila ada

kesalahan/kekuranagan dalam kelompok

27. Saya menyalahkan teman satu kelompok bila ada kesalahan 28. Saya tidak pernah instropeksi diri

bila ada kesalahan/kekuranagan dalam kelompok

29. Saya menghormati lawan di lapangan ketika bertanding 30. Saya tidak memaki teman maupun

lawan bila ada kesalahan

31. Saya mengejek lawan di lapangan ketika bertanding

32. Saya memaki teman maupun lawan bila ada kesalahan

5.

Meneri-33. Saya sering menerima masukan dari teman ketika melakukan kesalahan

34. Saya selalu saling memberi masukan dengan teman agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik

35. Saya tidak menerima masukan dari teman ketika melakukan kesalahan 36. Saya dengan teman tidak saling

mengingatkan untuk meningkatkan kemampuan beladiri karate 37. Saya menerima pendapat teman

agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik

38. Saya bertukarpikiran dengan teman agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik

39. Saya tidak menerima pendapat teman untuk memperbaiki kemampuan beladiri karate saya 40. Saya tidak pernah bertukarpikiran

dengan teman agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik

6. Bermain

41. Saya fokus dalam berlatih dan tidak mudah emosi yang negatif dan bisa merugikan kelompok 42. Saya selalu tetap tenang dalam

berlatih walaupun ada masalah dalam kelompok

43. Saya tidak fokus dalam berlatih dan mudah emosi yang negatif dan bisa merugikan kelompok

(33)

6.2 Tidak

45. Saya tidak mudah terpancing emosi yang merugikan kelompok 46. Saya selalu mengingatkan bila ada

teman yang mulai terpancing emosi 47. Saya mudah terpancing emosi

yang merugikan kelompok

48. Saya acuh saja bila ada teman yang mulai terpancing emosi

49. Saya tidak memarahi teman yang melakukan kesalahan

52. Saya bersama kelompok acuh saja bila ada kesalahan gerakan 53. Saya meminta maaf terhadap

teman ketika melakukan kesalahan 54. Saya selalu memaafkan teman

yang melakukan kesalahan

55. Saya tidak meminta maaf terhadap teman ketika melakukan kesalahan 56. Saya tidak memaafkan teman

57. Saya selalu berlatih secara kelompok untuk melatih kekompakan tim

58. Saya bekerja sama dengan teman dalam melatih gerakan karate 59. Saya berlatih sendiri untuk melatih

kekompakan tim

60. Saya tidak pernah berlatih dengan teman dalam melatih gerakan karate

61. Saya selalu saling membantu dengan teman untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate

62. Saya suka dibantu teman untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate

63. Saya tidak pernah membantu teman untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate

64. Teman saya tidak pernah

membantu saya untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate

Sumber : Soekanto (2012:66) yang telah dimodifikasi oleh Faizal Nur Iman

(34)

Instrument yang di gunakan adalah tes keterampilan kata

berdasarkan kriteria penilaian kata menurut WKF (World Karate

Federation) rule of competition (2011:29).

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Keterampilan Kata

KRITERIA PENILAIAN KATA NILAI

A. Bentuk Kuda-Kuda Zenkutsu Dachi

1. Berat badan berada di kaki depan. 1

2. Kaki belakang lurus 1

3. Kaki depan dan belakang tidak pada satu garis 1

Kokutsu Dachi

4. Berat badan bertumpu di kaki belakang 1

5. Kaki depan dan belakang berada dalam satu garis 1

Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria A 5

B. BENTUK PUKULAN

1. Kepalan tangan rapat tidak berongga 1

2. Bentuk lengan lurus ke arah sasaran 1

3. Posisi badan tegak menghadap kedepan 1

4. Posisi tangan yang tidak aktif berada di atas pinggang 1

5. Pukulan bertenaga (Power pukulan) 1

Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria B 5

C. BENTUK TANGKISAN

Gedan Barai

1. Tangan lurus satu kepal di atas lutut kaki depan 1 Age Uke

2. Posisi tangan menangkis di atas kepala 1

3. Lengan ditekuk 90o 1

KRITERIA PENILAIAN KATA NILAI

Sotouke

4. Bentuk tangan rapat terbuka dengan jempol ditekuk 1

5. Lengan ditekuk 90o 1

Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria C 5

D. KESERAGAMAN GERAK

1. Tidak mendahului teman satu regunya ketika menampilkan kata 1

2. Kesamaan ritme gerak 1

3. Kembali keposisi awal pada saat selesai menampilkan kata 1

(35)

5. Ekspresi saat menampilkan kata 1

Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria D 5

TOTAL SKOR 20

3. Uji coba Instrumen

Sebelum menggunakan instrumen penelitian, instrumen tersebut diuji

coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan kepada 12 orang siswa SMAN 1

Baleendah kelas X IPS yang tidak termasuk ke dalam sampel penelitian. Hal

ini dilakukan karena kelas X IPS mempunyai karakteristik dan kurikulum yang

sama.

Instrumen yang diujicobakan berjumlah 64 item untuk instrument

kerjasama. Setelah dilakukan uji coba, kemudian dilakukan penyeleksian item

dengan cara melihat nilai validitas dan reliabilitas hasil instrumen. Instrumen

yang baik haruslah memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan

reliabilitas (Arikunto, 2006:168).

4. Validitas Instrumen

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang

bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2007:167).

Penilaian validitas dilakukan dengan membandingkan atau mengkorelasikan

antara hal yang dinilai dengan kriterianya.

Pada pengujian alat ukur penggunaan penelitian dapat menunjukkan

seberapa besar alat untuk penelitian mampu mengukur variabel yang terdapat

dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, validitas merupakan suatu ukuran

yang dapat menunjukkan tingkatan akurasi suatu alat ukur. Suatu alat akur

yang salah memiliki validitas rendah, begitupun sebaliknya.

Terdapat dua cara dalam pengujian validitas (Sugiyono, 2008) yaitu:

a. Validitas Isi (Content Validity)

Untuk menguji validitas isi, digunakan pendapat dari ahli (judgement

expert). Yaitu berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan pada

(36)

]

melakukan penelitian.

b. Validitas Item (Item Validity)

Setelah dilakukan judgement oleh para ahli, maka instrument tersebut

divalidasi item dengan cara diujicobakan. Dalam menguji validitas item, maka

dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi

yang telah diajarkan. Pada setiap instrument baik tes maupun non tes terdapat

butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan.

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kevalidan atau

kebenaran ítem-item soal dalam suatu instrumen sehingga layak digunakan

untuk mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Formula yang akan digunakan untuk

mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini adalah product moment

coefficient dari Karl Pearson.

(Bluman, 2001:468)

validitas instrumen penelitian sebagaimana ditampilkan tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Item Kerjasama

No Item r Hitung r Tabel Keterangan

1 0.402 0.375 Valid

(37)

No Item r Hitung r Tabel Keterangan

3 0.509 0.375 Valid

4 0.484 0.375 Valid

5 0.751 0.375 Valid

6 0.402 0.375 Valid

7 0.540 0.375 Valid

8 0.121 0.375 In Valid

9 0.845 0.375 Valid

10 0.699 0.375 Valid

11 0.359 0.375 In Valid

12 0.540 0.375 Valid

13 0.837 0.375 Valid

14 0.546 0.375 Valid

15 0.540 0.375 Valid

16 0.502 0.375 Valid

17 0.845 0.375 Valid

18 0.751 0.375 Valid

19 0.494 0.375 Valid

20 0.484 0.375 Valid

21 0.699 0.375 Valid

22 0.402 0.375 Valid

23 0.540 0.375 Valid

24 0.540 0.375 Valid

25 0.386 0.375 Valid

26 0.546 0.375 Valid

27 0.494 0.375 Valid

28 0.484 0.375 Valid

29 0.699 0.375 Valid

30 0.751 0.375 Valid

31 0.54 0.375 Valid

32 0.376 0.375 Valid

33 0.611 0.375 Valid

34 0.588 0.375 Valid

35 0.092 0.375 In Valid

36 0.741 0.375 Valid

37 0.386 0.375 Valid

38 0.699 0.375 Valid

(38)

No Item r Hitung r Tabel Keterangan

40 0.540 0.375 Valid

41 0.606 0.375 Valid

42 0.390 0.375 Valid

43 0.394 0.375 Valid

44 0.384 0.375 Valid

45 0.611 0.375 Valid

46 0.621 0.375 Valid

47 0.484 0.375 Valid

48 0.540 0.375 Valid

49 0.845 0.375 Valid

50 0.751 0.375 Valid

51 0.394 0.375 Valid

52 0.384 0.375 Valid

53 0.845 0.375 Valid

54 0.699 0.375 Valid

55 0.540 0.375 Valid

56 0.502 0.375 Valid

57 0.837 0.375 Valid

58 0.402 0.375 Valid

59 0.540 0.375 Valid

60 0.502 0.375 Valid

61 0.699 0.375 Valid

62 0.751 0.375 Valid

63 0.540 0.375 Valid

64 0.376 0.375 Valid

Berdasarkan tabel 3.4 di atas di peroleh bahwa dari 64 pernyataan

kemampuan kerjasama terdapat 61 item yang valid dan 3 item yang tidak valid

yaitu item nomor 8, 11 dan nomor 35. Adapun kalkulasi perhitungan validitas

setiap item dapat di lihat di lampiran.

(39)

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Artinya kapanpun alat pengumpul data tersebut

digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Instrumen dalam penelitian

ini diuji reliabilitasnya dengan menggunakan teknik koefisien α – Chronbach. (Arikunto, 2010:154)

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas suatu

instrumen penelitian. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik, tidak bersifat tendesius, datanya memang benar sesuai

dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap

sama. Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah rumus alpha dari

Cronbach sebagai berikut:

( ) ∑

(Arikunto, 2010:171)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir instrumen

∑ b = varians total

Setelah diujji validitas item dari variabel kerjasama, maka langkah

selanjutnya adalah menguji apakah item tersebut reliabel. Untuk

mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan perhitungan program SPSS 17

for windows diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Item Kerjasama

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(40)

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi

dari Sugiyono (1999 : 149) yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.6

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 - 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Merujuk pada tabel interpretasi nilai koefisien korelasi, maka reliabilitas

instrument ini dinyatakan sangat tinggi, karena 0,964 berada diantara 0,80-1,00.

dengan kata lain, instrumen ini dapat digunakan untuk penelitian.

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran pendidikan jasmani

dilapangan di SMAN 1 Baleendah Kabupaten Bandung, yang dilaksanakan

selama satu bulan, dan penelitian ini mengacu kepada kurikulum yang telah ada

disekolah. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan observasi

menggunakan observasi terstruktur. Menurut Sugiyono (2013:205) observasi

terstruktur adalah “

observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Dalam melakukan pengamatannya peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reriabilitasnya.

Dalam pelaksanaannya penelitian kata beregu beladiri karate

dilaksanakan dalam satu semester dengan 16 kali pertemuan, dilakukan 3 kali

dalam satu minggu. Sesuai dengan pendapat Juliantine et.al (2007:3.5)

mengatakan bahwa “Sebagai percobaan untuk mendapatkan hasil yang baik

bisa pula dilaksanakan dalam frekuensi latihan 3 hari/minggu. Sedangkan

(41)

Pendapat harsono (dalam Ryan 2012:61) “sebaiknya latihan dilakukan 3 kali dalam seminggu.” Kemudian mengacu pada Bompa (dalam Iwa 2013:36) menyatakan “During this time athleties should trening 3-5 time for week depending or their of development in athietes.

Mengenai hal tersebut, pembelajaran dilaksanakan pada hari senin,

Rabu dan jum’at pada pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.

Pembelajaran yang dilaksanakan dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan, yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Guru dan peneliti menyiapkan/menyusun skenario pembelajaran dan

siswa diintruksikan untuk memahami skenario pembelajaran tersebut

sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2. Tahap pelaksanaan

a. Kegiatan awal

Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa serta

menjelaskan tujuan dan pelaksanaan pembelajaran kata beregu dengan

model pembelajaran peer teaching, serta memberikan penjelasan

tentang inti tujuan dari kata beregu tersebut.

b. Kegiatan inti

Setelah melakukan apersepsi dan melakukan pre test terhadap

materi minggu lalu, guru menghubungkan materi minggu lalu dengan

topik yang akan dibahas waktu itu. Kemudian guru menerangkan secara

umum tentang topik yang dibahas waktu itu. Lalu guru membuat

kelompok antar siswa secara merata, artinya dalam satu kelompok

terdapat siswa yang pintar sedang dan kurang pintar. Maksudnya agar

terdapat keseragaman pemikiran nantinya.

Langkah berikutnya adalah sebagai berikut :

1) Guru menjelaskan topik, tujuan pembelajaran, dan langkah/kegiatan

(42)

2) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6

siswa secara merata (tiap kelompok terdapat siswa yang pintar).

3) Di dalam kelompoknya siswa belajar dari dan dengan sesama teman

lain dengan cara yang saling menguntungkan serta berbagi

pengetahuan, ide, dan pengalaman masing- masing.

4) Setiap anggota kelompok dituntut memberikan tanggapan serta

pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu

kesimpulan.

5) Setiap kelompok merumuskan hasil diskusinya dalam satu

kesimpulan atas dasar kesepakatan bersama.

6) Beberapa menit kemudian (sekitar 20 menit) salah satu anggota

masing-masing kelompok secara bergiliran mengajarkan hasil

temuannya di hadapan kelompok lain.

7) Setiap kelompok diminta memberikan tanggapan (kritik, saran,

pendapat, pertanyaan, komentar, dll)

8) Perbedaan pendapat didiskusikan sampai permasalahan terpecahkan

9) Setiap masalah baru yang muncul dicatat oleh guru dan diberikan

solusinya

c. Kegiatan akhir

1) Guru memberi kesimpulan permasalahan dan pemecahannya,

sehingga pemahaman setiap siswa seragam.

2) Penilaian dilakukan oleh guru saat proses pembelajaran sedang

berlangsung (terutama pada langkah 3)

.

G. Teknik Pengolahan Data.

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dalam suatu tes, harus

dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tes tersebut. Tujuan dari

prosedur tes dan pengukuran ini untuk memudahkan dalam melakukan tes,

(43)

Setelah data dari tes awal dan tes akhir terkumpul, langkah selanjutnya

adalah mengolah dan menganalisis data dengan statistik. Langkah-langkah

pengolahan data tersebut ditempuh dengan menggunakan rumus yang dirujuk

dari Sudjana (dalam Iwa 2013:38-40)

1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Keterangan :

X = skor rata-rata yang dicari

= jumlah nilai data = jumlah sampel

2. Menghitung simpangan baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari

n = jumlah sampel

= jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata 3. Mencari varians (S2) melalui rumus:

Keterangan:

S2 = Varians yang dicari n = Jumlah sampel

= Skor yang diperoleh

∑ = Jumlah

4. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Kolmogorov

Smirnov dengan bantuan program SPSS 17 for windows

a. Menyusun hasil data pengamatan, yang dimulai dari hasil pengamatan

(44)

b. Untuk semua nilai pengamatan x1, x2, x3, ... x11 dijadikan angka baku

z1, z2 ... zn dengan pendekatan z skor

̅

( ̅ dan S masing-masing rata-rata dan simpangan baku)

Keterangan :

Z = skor standar yang dicari

= skor yang didapat

̅ = rata-rata hitung S = simpangan baku

a. Untuk tiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal

baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing

nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: jika nilai Z negatif, maka dalam

menentukan Fzi-nya adalah 0,5 – luas daerah distribusi Z(-), 0,5 + luas

daerah distribusi Z(+).

b. Menentukan proposi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat

kedudukannilai z pada nomer urut sampel yang kemudian dibagi dengan

banyaknya sampel.

5. Menguji homogenitas bartlet

Uji homogenitas, dilakukan untuk mengetahui apakah ada sampel

yang terpilih menjadi responden berasal dari kelompok yang sama. Dengan

kata lain, bahwa sampel yang diambil memiliki sifat-sifat yang sama atau

homogen. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji

Barlett. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian homogenitas

varians ini menurut Somantri dan Muhidin (2006:295), adalah:

a. Menentukan kelompok-kelompok data dan menghitung varians untuk

tiap kelompok tersebut

b. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan tabel perhitungan, dengan

model tabel uji barlett.

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar
Tabel 3.1 Desain Quasi Eksperimen
Kisi-Kisi Lembar Observasi Tabel 3.2 (Aspek yang Dinilai Kerjasama)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat, Bandung: Penerbit PT ALUMNI.. Teknologi Penyediaan

PENYAJIAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR GULING DEPAN MELALUI BERBAGAI PERMAINAN PADA SISWA KELAS IV SDN PASIRIMPUN. KECAMATAN SITURAJA

PERANAN STRUKTUR ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI KERJA PADA KANTOR DINAS SOSIAL DAN.. TENAGA KERJA

Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian

Mikrokristal selulosa dalam bentuk granul banyak digunakan sebagai bahan pengisi, penghancur dalam pembuatan tablet terutama untuk tablet cetak langsung karena memiliki

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji pengaruh pertumbuhan Pendapatan Daerah (PAD), pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pertumbuhan Belanja

Transactions Journals Ledger, Trial Balance, and Financial Statements. Payroll

Accept Client and Perform Initial Planning New client acceptance and continuance Identify client’s reasons for the audit Obtain an understanding with client Staff the engagement..