BEREGU (HEIAN SHODAN) PADA PEMBELAJARAN
KARATE DI SMA NEGERI 1 BALEENDAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi
Oleh :
FAIZAL NUR IMAN 1000360
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING
TERHADAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR KATA
BEREGU (HEIAN SHODAN) PADA PEMBELAJARAN
KARATE DI SMA NEGERI 1 BALEENDAH
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd NIP.196807071992032001
Pembimbing II
Drs. Andi Suntoda, M.Pd NIP.195806201986011002
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi
ABSTRAK
Faizal Nur Iman. NIM : 1000360. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi . Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata Beregu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah.
Pembimbing : Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd. Pembimbing II : Drs. Andi Suntoda, M.Pd
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) terhadap kerjasama dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah. Karena kerjasama sangat diperlukan dalam menunjang kehidupan bermasyarakat . Begitu pula hasil belajar ingin diketahui melalui penerapan model Peer Teaching. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Baleendah tahun pelajaran 2014/2015 yang mengikuti pembelajaran beladiri karate yang berjumlah 48 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik sampling jenuh. Desain penelitian yaitu quasi eksperimen
dengan pretest-post test control group design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur kerjasama penulis menggunakan angket dengan indicator kerjasama adalah mengikuti aturan, membantu teman yang belum bisa, memotivasi orang lain, hormat pada orang lain, menerima pendapat orang lain, bermain secara terkendali, memperhatikan perasaan orang lain, dan kerjasama meraih tujuan. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar kata beregu penulis menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis melalui data, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
2. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
THE EFFECT OF PEER TEACHING MODEL TO STUDENTS’ COOPERATION AND LEARNING OUTCOMES OF KATA TEAM ( HEAIAN SHODAN ) OF KARATE LEARNING
AT SMA NEGERI 1 BALEENDAH.
Faizal Nur Iman
Tite Juliantine , Andi Suntoda . “Supervisor"
Studies Program of Physical Education, Health and Recreation Faculty of Physical Education and Health
Indonesian Education University
Faizalfpok@gmail.com
ABSTRACT
The research aims to obtain clear data and information on the effect of the Peer Teaching Model in learning ‘KATA team’ (Heian shodan) to students’ cooperation and learning outcomes at SMA Negeri 1 Baleendah. It is because cooperation is really needed to support social life and so does learning outcome through the application of the Peer Teaching model. The method used in this study is an experiment with a quantitative approach. The population of this study was students of class X SMA Negeri 1 Baleendah who follows karate lessons comprising 48 students in the year of 2014/2015. The sampling technique used by the researcher is a saturated sampling technique. The research design is quasi-experimental with pretest - posttest control group design. The instrument that the writer used to measure the cooperation is questionnaire with the following indicators of cooperation; helping a friend who is not capable of, motivating others, respect for others, accepting the other opinions, playing in a controlled way, Paying attention to the feelings of others, and cooperation in reaching the common goal. Meanwhile to measure learning outcomes of ‘Kata Team’, the writer used observation sheet. Based on the data calculations and analysis, it can be concluded that :
1. Peer Teaching Model in learning kata team (Heian shodan) influences students’ cooperation at SMA Negeri 1 Baleendah.
2. Peer Teaching Model in learning Kata Team team (Heian shodan) influences students’ learning outcomes at SMA Negeri 1 Baleendah .
A. Metode Penelitian ...
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...
C. Desain Penelitian ……….
D. Definisi Operasional ………... E. Istrumen Penelitian ...
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data ………
G. Teknik Pengolahan Data ……….
H. Analisis Data ………
54
55
56
59
60
71
73
76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Hasil Penelitian ………
1. Deskripsi Data ………...
2. Uji Normalitas ………
3. Uji Homogenitas ………
4. Pengujian Hipotesis ...
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77
77
77
86
89
94
99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...
A. Kesimpulan ...
B. Saran-saran ………..
105
105
105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Quasi Eksperimen ... 66
3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi (Aspek yang Dinilai Kerjasama)... 62
3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Kata ... 65
3.4 Hasil Uji Validitas Item Kerjasama ... 68
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Item Kerjasama ... 70
3.6 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 71
4.1 Skor Pre Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 77
4.2 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 79
4.3 Skor Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 80
4.4 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 81
4.5 Skor Pre Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 82
4.6 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol Sebelum Penerapan Model Peer Teaching ……….. 83 4.7 Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 84
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 87 4.10 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Post Test Kerjasama
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 87 4.11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test dan
Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ………..
88
4.12 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test Hasil Belajar
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 88 4.13 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Post Test Hasil Belajar
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 89 4.14 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test dan
Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ……….
89
4.15 Homogenitas Varians Pre Test Kerjasama Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ………. 90
4.16 Homogenitas Varians Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ………. 91
4.17
4.18
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pre Test dan Post Test
Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. Homogenitas Varians Pre Test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 91
92
4.19 Homogenitas Varians Post Test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 93
4.20 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pre Test dan Post Test Hasil
Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol …………... 93 4.21 Hasil Uji t Independen Data Pre test Kerjasama Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………...… 94
4.22 Hasil Uji t Independen Data Post Test Kerjasama Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….…… 96 4.24 Hasil Uji t Independen Data Post test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….… 97
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Langkah- langkah Penelitian ... 50
4.1 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Kerjasama Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 79 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Kerjasama Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….…... 81 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 83 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 86
4.5 Rata-Rata Skor Uji t Independen Kerjasama Pretest Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….. 95
4.6 Rata-Rata Skor Uji t Independen Post Test Kerjasama Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….. 96
4.7 Rata-Rata Skor Uji t Independen Pretest Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……… 97
4.8 Rata-Rata Skor Uji t Independen Post Test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……… 98
4.9 Perbandingan Rata-Rata Skor Uji t Independen Pre Test dan Post
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Olahraga merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan
jasmani serta saling mempengaruhi satu sama lainnya. Olahraga cukup
mendominasi muatan kurikulum pendidikan jasmani pada semua tingkatan
persekolahan, dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam
prakteknya di lapangan, selain bentuk olahraga sering mendominasi, juga
olahraga ini sangat digemari baik oleh guru maupun oleh peserta didiknya.
Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari pendidikan nasional
memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa. Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki kontribusi yang
cukup besar, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat
langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan
fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola
hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Tujuan yang ingin dicapai bersifat
menyeluruh, mencakup domain afektif, kognitif dan psikomotor.
Dalam Abduljabar (2011:67) menjelaskan bahwa “pendidikan fisikal
yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang
sungguh-sungguh.” Lebih lanjut ahli ini menyebutkan bahwa : ”Pendidikan
jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara
organik, neuromuskular, intelektual, sosial, cultural, emosional dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.”
Sedangkan pengertian aktivitas jasmani adalah segala bentuk kegiatan
jasmani atau gerak badan disebut juga dengan istilah “human movement”, yang
arti dalam bahasa indonesianya ”gerak insan” atau “gerak manusiawi”.
Dalam konteks yang lebih luas, menurut Harold M. Barrow (Freeman,
2011) pendidikan jasmani didefinisikan sebagai “pendidikan melalui gerak
aktifitas gerak manusia di mana banyak dari tujuan pendidikan yang dicapai
melalui kegiatan otot besar yang melibatkan olahraga, permainan, senam, tari
dan latihan.”
Tujuan utuh pendidikan jasmani dan olahraga dalam konteks
pelaksanaan aktivitas jasmani dan olahraga telah dibakukan sejak tahun 1945
dan termuat dalam konsep yang sangat generik. Mengenai hal ini Abduljabar
(2010:68) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan jasmani dan olahraga yaitu:
1. Kesehatan
2. Merupakan konsep mendasar
3. Membina menjadi warga negara yang baik 4. Membina kompetensi potensial
5. Membina warga negara yang efektif 6. Mampu memanfaatkan waktu luang 7. Membina karakter
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan
jasmani secara keseluruhan, sehingga tujuan pendidikan jasmani seyogianya
selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan di Indonesia
hal ini sejalan dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang menegaskan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Dalam definisi di atas terdapat tiga pokok pikiran utama, yaitu: (1) usaha
agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Ruang Lingkup pendidikan jasmani dalam Kurikulum 2013 meliputi
aspek:
1. Permainan dan olahraga meliputi: Olahraga tradisional, permainan,
eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, keterampilan non lokomotor dan
manipulative, atletik, permainan bola besar, permainan bola kecil dan beladiri
serta aktivitas lainnya.
2. Aktivitas pengembangan meliputi: Mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3. Aktivitas senam meliputi: Ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
ketangkasan dengan alat, dan senam lantain serta aktivitas lainnya.
4. Aktivitas ritmik meliputi: Gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic
serta aktivitas lainnya.
5. Aktivitas air meliputi: Permainan di air, keselamatan air, keterampilan gerak
di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
6. Pendidikan luas kelas meliputi: Karyawisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah dan mendaki gunung.
7. Kesehatan meliputi: Penanaman budaya sehat dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat merawat
lingkungan yang sehat, memiluh makanan yang sehat dan minuman yang
sehat, mencegah dan merawat cedera, pengatur waktu istirahat yang tepat dan
berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan
aspek tersendiri dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
Dalam mentransfer pengetahuan atau kemampuan beladiri Karate kepada
peserta didik, guru dituntut memberikan layanan terbaiknya agar materi yang
diharapkan dapat direspon positif oleh peserta didik. Strategi dan model
pembelajaran yang tepat akan menuntun siswa untuk mencapai tujuan tersebut.
Salah satu model yang dapat digunakan adalah siswa saling memberi
pengetahuannya kepada sesama temannya atau mengajar teman sejawat (peer
teaching). Peer Teaching adalah pola belajar antar sesama siswa. Dalam proses
ini guru tak dapat dipisahkan dari proses perubahan afeksi siswa dalam belajar.
Model peer teaching adalah teknik menyampaikan materi ajar melalui
rekan atau bantuan teman sendiri. Mulai dari pembahasan materi sampai
penilaian juga dilakukan dari dan oleh siswa dalam kelompok itu sendiri (
self-assessment dan peer self-assessment). Sedangkan untuk nilai akhirnya adalah
penggabungan antara penilaian oleh guru dan teman sebaya. Guru harus mampu
memodifikasi model peer teaching agar sesuai diterapkan untuk siswa terutama
pada bagian assessment-nya.
Untuk menerapkan model ini selain membutuhkan skil yang memadai,
juga perlu penguasaan konsep materi yang akan diajarkan kepada siswa.
Sehingga dalam pembelajaran dapat menuntun daya fikir siswa untuk lebih
kreatif dan mandiri.
Penerapan Model Peer Teaching ini dapat membantu mengurangi
permasalahan yang berhubungan dengan kurangnya kemampuan guru dalam
memberikan timbal balik yang diterima oleh siswa. Kesempatan siswa untuk
merespons di dalam kelas berkurang setengahnya dalam peer teaching, karena
siswa menghabiskan setengah waktunya untuk menjadi tutor dan setengahnya
lagi untuk berlatih sebagai learner. Ketika mereka berperan sebagai learner,
setiap siswa memiliki tutor masing-masing yang bertugas untuk mengawasi serta
menganalisa setiap kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas
dalam kegiatan pengajaran. Dan ketika berperan sebagai tutor, siswa secara
kognitif mampu meningkatkan pemahamannya terhadap tugas yang diberikan
sehingga dapat berlatih dengan benar ketika tiba gilirannya untuk menjadi
dengan meningkatnya efektifitas waktu untuk berlatih, hal tersebut dapat
tertutupi.
Peer teaching juga memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan
perkembangan kognitif siswa dalam pelajaran olah raga. Untuk menjadi tutor
yang baik, siswa harus mengetahui kunci dalam mempergakan sebuah petunjuk
gerakan dan memahami hubungan antara petunjuk yang diberikan dengan hasil
latihan yang diharapkan. Sehingga akan tercipta kerjasama yang harmonis yang
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok di antara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan
mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Jika tujuan yang ingin
dicapai berbeda maka kerjasama tidak akan tercapai. Demikian juga dalam
pembelajaran beladiri Karate dengan menggunakan model peer teaching. Hal ini
sesuai dengan landasan pengembangan bahan ajar dalam kurikulum 2013 yaitu
diutamakan untuk memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerjasama, dan
menilai diri sendiri agar peserta didik mampu membangun kemauan,
pemahaman, dan pengetahuannya, yang mengisyaratkan bahwa dalam proses
belajar-mengajar perlu suatu model kerja sama antarsiswa sekelas, antarsiswa
dengan siswa lain, dan antarsiswa dengan guru untuk mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran.
Dari bentuk interaksi atau kerjasama, siswa diharapkan mampu
memasuki kehidupan yang sebenarnya. Bukan untuk melahirkan sebuah
pernyataan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan
kerja yang baik. Peserta didik diharapkan mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi.
Namun, dewasa ini bentuk pengaplikasian dari model kerjasama tidak begitu
dimanfatkan sebagai media untuk melatih sikap kepemimpinan, kemandirian,
kecakapan, dan keterampilan para siswa. Sehingga hasil belajar siswa tidak
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Setiap
proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil
belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik
memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu
meningkatkan keberhasilan peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang baik
dan bermakna.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti
setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab
hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai
tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang
baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya
hasil belajar yang baik.
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa “hasil belajar menunjukkan kepada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya
derajat perubahan tingkah laku siswa”. Sedangkan menurut Nasution (2006:36) “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Adapun menurut
Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan
dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes
yang diberikan guru”. Hasil belajar ini tidak hanya dalam pembelajaran
kokurikuler, harus tercermin dalam pembelajaran ekstrakurikuler.seperti halnya
dalam pembelajaran ekstrakurikuler beladiri karate yang termasuk dalam salah
satu ruang lingkup pendidikan jasmani.
Karate itu sendiri terdiri dari 3 unsur utama yaitu Kihon atau dasar, Kata
atau rangkaian gerak jurus dan Kumite atau pertarungan. Tahapan pembelajaran
Karate dimulai dari Kihon atau dasar, selanjutnya rangkaian jurus atau Kata.
Kata menurut Sagitarius (2008:108) “merupakan bentuk rangkaian yang
terdiri dari serangan dan tangkisan. Kata dalam istilah kita adalah jurus, dalam
Dalam karate Kata Heian Shodan merupakan kata pertama yang di pelajari oleh
seorang karateka pemula, yang terdiri dari 21 gerakan.
Saat ini perkembangan karate sudah berkembang pesat di Indonesia hal
ini terbukti dari banyaknya perguruan Karate, juga banyaknya sekolah-sekolah
yang mengadakan kegiatan ekstrakulikuler karate. Salah satunya yaitu SMA
Negeri 1 Baleendah.
Pada awal mula berdirinya karate di SMAN 1 Baleendah pada tahun
2010, waktu itu pihak sekolah menerima bibit atlit karate yang sudah berprestasi
dari siswa/siswi manapun melalui jalur prestasi. Siswa-siswi tersebut dibina
melalui kegiatan ekstrakurikuler karate untuk menjadi atlet yang professional.
Pada tahun 2013 cabang olah raga karate dimasukkan ke dalam
pembelajaran kelas X, karena dalam kurikulum 2013 ada pembelajaran beladiri,
sehingga diberikan materi pembelajaran karate.
Berdasarkan pengamatan, pembelajaran Karate di SMA Negeri 1
Baleendah belum berjalan efektif, di mana siswa kurang memahami materi kata
yang diberikan. Kurangnya kerjasama antar sesama teman sebaya, sehingga dari
proses pembelajaran tidak mendapatkan hasil yang maksimal ketika diberikan
materi rangkaian kata beregu oleh guru. Untuk dapat menyeragamkan rangkaian
kata beregu dibuthkan waktu yang lama. Beberapa faktor penyebab tidak
efektifnya proses pembelajaran karate tersebut diantaranya :
1. Kurangnya memanfaatkan media dalam Pembelajaran Kata
2. Kurangnya penguasaan gerak kata dasar Karate Heian Shodan
3. Kurangnya kompetensi guru penjas dalam pembelajaran Kata
4. Kurangnya pengetahuan guru penjas dalam mengaplikasikan model
pembelajaran
5. Kurangnya kerjasama siswa saat pembelajaran berlangsung
Salah satu cara mengatasi masalah diatas adalah dengan menerapkan
model Pembelajaran Peer Teaching. dimana seorang anak menjelaskan suatu
materi kepada teman lainnya yang rata-rata usianya sebaya. Anak yang
Model pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk proses pembelajaran
Karate, misalnya proses kelompok dan keterampilan pembentukan tim,
pembelajaran antar rekan, pembelajaran bersifat aktif dan terindividualisasi,
pembelajaran berlangsung secara bertahap, berorientasi pada
evaluasi/pertumbuhan, landasan pengujian untuk pengembangan professional
dan belajar cara belajar.
Untuk siswa SMA Negeri 1 Baleendah dimana jumlah siswa yang
berlatih karate cukup banyak, yaitu berjumlah 48 orang tiap kelasnya, model
pembelajaran Peer Teaching ini sangat cocok digunakan. Aktivitas ini
memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih
baik. Selain itu diharapkan kerjasama siswa dapat meningkat sehingga hasil
belajar yang dicapai oleh siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal. Di
mana kerjasama merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan
tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau
ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.
Sedangkan hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar
dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menerapkan
model Pembelajaran Peer Teaching dalam pembelajaran Karate terhadap gerak Kata Heian Shodan. Maka judul yang di ambil oleh penulis adalah “ Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar
Kata Beragu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate Di SMA Negeri 1 Baleendah”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa dalam pembelajaran
penjas dipengaruhi oleh beberapa faktor, maka beberapa masalah yang timbul
dalam pembelajaran penjas dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Siswa kurang memahami materi kata yang diberikan.
3. Tidak mendapatkan hasil yang maksimal ketika diberikan materi
rangkaian kata beregu oleh guru.
4. Membutuhkan waktu yang lama untuk menyeragamkan rangkaian kata
beregu.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka
masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “
1. Apakah model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian
shodan) berpengaruh terhadap kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah?
2. Apakah model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian
shodan) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1
Baleendah?
D. Tujuan penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh model
Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) terhadap
kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
2. Ingin mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh model
Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) terhadap
hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menjadi
bahan masukan serta pertimbangan dalam upaya pengembangan pembelajaran
pendidikan jasmani. Adapun mafaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini
adalah :
Penelitian ini diharapkan dapat meberikan kontribusi bagi
pembelajaran di sekolah, meningkatkan ilmu pengetahuan, peningkatan
mutu pendidikan dalam aspek pembelajaran terutama pada pembelajaran
penjas.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru dapat dijadikan salah satu acuan oleh para guru pendidikan
jasmani guna memperbaiki pembelajaran di sekolah.
b. Bagi sekolah/lembaga memberikan keleluasan kepada guru untuk
menciptakan strategi, metoda, pendekatan dan teknik pembelajaran
penjas.
c. Bagi siswa untuk memunculkan minat belajar penjas dan memberikan
pembelajaran penjas yang inovatif.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,
maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan
diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
(latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
(kajian teoritis berisi konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan tentang beladiri karate, model pembelajaran peer teaching, kerjasama dan hasil belajar. Kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian)
BAB III MODEL PENELITIAN
(lokasi dan subjek penelitian/sampel penelitian, desain penelitian, model penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data dan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian merupakan hal yang
sangat penting, sebab dengan menggunakan metode penelitian yang tepat
diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada permasalahan
yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode dilihat dari
efektifitasnya, efesiensinya dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode
dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perunbahan
positif menuju tujuan yang diharapkan. Sedangkan metode dikatakan efisien
apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan
sehemat mungkin namun dapat mencapai hasil yang diharapkan. Metode dapat
dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan
yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.
Menurut Sugiyono (2013:107) berdasarkan tingkat kealamiahan tempat
penelitian metode penelitian dapat dibedakan menjadi 3 metode yang
diantaranya “metode penelitian eksperimen, metode penelitian survey dan metode penelitian naturalistik.”
Menurut Sugiyono (2013:13) bahwa metode penelitian eksperimen
merupakan “metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
treatment (perlakuan) tertentu.” Oleh sebab itu metode penelitian eksperimen
merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan jika kita melakukan
sesuatu pada kondisi yang dikontrol maka apakah yang akan terjadi?. Untuk
mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di
control maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan
hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek peneliti serta untuk
menguji hipotesis sehingga mendapat hasil yang berguna dari persoalan yang
dibahas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian eksperimen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Dalam melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti harus
menentukan terlebih dahulu populasi yang akan dijadikan sebagai sumber
data untuk keperluan penelitiannya, populasi tersebut dapat berbentuk
manusia, benda-benda alam, nilai nilai dokumen dan peristiwa yang dapat
dijadikan objek penelitian. Menurut Arikunto (2010 : 173) menyatakan
bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Lebih jauh menurut Arikunto (2010:130) mengatakan bahwa “
apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang maka diambil seluruhnya, sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlah populasi lebih besar dari 100, boleh di ambil 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih.
Sementara Sugiyono (2013:117) berpendapat bahwa “
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, populasi penelitian adalah
keseluruhan subyek penelitian yang digunakan sebagai sasaran penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X
SMA Negeri 1 Baleendah tahun pelajaran 2014/2015 yang mengikuti
pembelajaran beladiri karate yang berjumlah 48 siswa
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari
populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat
digeneralisasikan pada populasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono
dimiliki oleh populasi tersebut.” Jadi sampel merupakan perwakilan atau
bagian dari jumlah kelompok dengan karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh populasi. Sampel yang baik, kesimpulannya dapat dikenakan kepada
populasi (representatif).
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti
yaitu teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2013:124) “sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.” Hal ini dilakukan karena populasi dalam
penelitian ini relatif sedikit, sehingga peneliti mengambil semua populasi
untuk dijadikan sampel.
Mengenai pengambilan sampel diatas, dengan mengasumsikan
bahwa sampel yang diambil sampelnya homogen atau representatif
sehingga sampel dapat mewakili kondisi yang disyaratkan, artinya
homogenitas sampel sangat tergantung pada lamanya siswa mengikuti
ekstrakurikuler beladiri karate, dalam hal ini untuk dikatakan sampel
homogen sekurang-kurangnya siswa harus mengikuti ekstrakurukuler
beladiri karate selama 8 bulan.
Penggunaan sampel dalam penelitian ini yaitu siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler beladiri karate di SMAN 1 Baleendah Kabupaten Bandung
dengan jumlah 48 orang, yang dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Cara menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
siswa mengambil undian yang berada dalam kotak yaitu undian dengan
kertas berwarna putih untuk kelompok ekperimen dan kertas berwarna
merah untuk kelompok kontrol, dengan masing-masing kelompok
berjumlah 24 orang sebagai kelompok eksperimen dan 24 orang sebagai
kelompok kontrol.
Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian. Pola desain penelitian dalam setiap disiplin ilmu
memiliki kekhasan masing-masing, namun prinsip-prinsip umumnya memiliki
banyak kesamaan. Desain penelitian memberikan gambaran tentang prosedur
untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab
seluruh pertanyaan penelitian.
Metode yang akan digunakan dalam peneitian ini adalah metode
eksperimen, dimana terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat setelah diberikan treatment (perlakuan). Kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diberi tes awal, setelah peneliti mengetahui
hasil dari tes awal tesebut, pada kelompok eksperimen diberikan treatment
(perlakuan) dengan menggunakan model peer teaching sedangkan pada
kelompok kontrol diberikan treatment (perlakuan) metode konvensional.
Setelah pemberian treatment selesai, kedua kelompok tersebut diberi tes akhir
dengan tujuan untuk mengetahui apakah treatment tersebut memberikan
pengaruh pada peningkatan penguasaan gerak beladiri karate.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi
eksperimen dengan pretest-post test control group design. Sebagaimana
dijelaskan oleh Sugiyono (2013:113) bahwa
pretest-post test control group design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model peer
teaching pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvesional yang
berjalan sebagaimana biasanya pada kelompok kontrol. Desain ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Quasi Eksperimen
Kelompok Pre-test Treatment Post-test
Kontrol O1 - O2
(Sugiyono, 2011)
Keterangan: O1 : Pre-test O2 : Post-test
X : Perlakuan khusus (penerapan model peer teaching terhadap kelompok eksperimen)
Berdasarkan desain gambar di atas, sebelum dimulai perlakuan kedua
kelompok diberi tes awal atau pretest untuk mengukur kondisi awal (O1),
selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (X) berupa
pembelajaran dengan menggunakan model peer teaching, dan pada kelompok
pembanding tidak diberi perlakuan akan tetapi tetap mengunakan pembelajaran
konvensional yang bisa dilakukan di sekolah. Sesudah selesai perlakuan kedua
kelompok diberi tes lagi sebagai posttest.
Adapun langkah-langkahnya penulis deskripsikan dengan bentuk
sebagai berikut :
Populasi
Sampel
Pre-test Kelompok eksperimen
Pre-test Kelompok kontrol
Post-test Kelompok eksperimen
Post-test Kelompok kontrol Treatment
Model Pembelajaran Peer Teaching
Analisis data
Treatment Model Pembelajaran
Gambar. 3.1
Langkah-langkah Penelitian
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian
ini, maka penulis akan menjelaskan dan menjabarkan satu-persatu istilah
tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda, dan
sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan (W.J.S Poerwadarminta dalam
Kamus Bahasa Indonesia, 1982:731)
2. Peer Teaching
Peer Teaching adalah model belajar dengan menggunakan suatu pendekatan
dimana seorang anak menjelaskan suatu materi kepada teman lainnya yang
rata-rata usianya sebaya, dimana anak yang menjelaskan ini memiliki
pengetahuan yang lebih di banding teman lainnya.
3. Kerjasama
Kerjasama adalah sebuah sistem pekerjaan yang dikerjakan oleh dua atau
lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerjasama
dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan
keberhasilan kinerja dan prestasi kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi
suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi
individu-individu yang tergabung dalam kerja tim. Komunikasi akan berjalan baik
dengan dilandasi kesadaran tanggung jawab setiap anggota.
(http://erlangga.blogspot.com/2013/05/pengertian-kerjasama-dan-ekuatan-team.html?m=1)
Menurut Soekanto (2012:66) “Kerjasama timbul apabila orang menyadari
saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil
menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Begitu juga hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah
laku yang tetap sebagai hasil proses pembelajaran. Hasil belajar dapat
diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Prinsip yang mendasari penilaian hasil belajar yaitu untuk
memberi harapan bagi siswa dan guru untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Kualitas dalam arti siswa menjadi pembelajar yang efektif
dan guru menjadi motivator yang baik. Dalam kaitan dengan itu, guru dan
pembelajar dapat menjadikan informasi hasil penilaian sebagai dasar dalam
menentukan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga mereka dapat
memperbaiki dan meningkatkan belajarnya (Rasyid, 2008 : 67).
5. Seni Beladiri
Seni beladiri merupakan satu kesenian yang timbul sebagai satu cara
seseorang mempertahankan/membela diri. (http//:www.Wikipedia.org)
6. Beladiri karate
Karate adalah seni bela diri yang berasal dari jepang dan dibawa masuk
kejepang lewat pulau Okinawa.Yang terdiri dari 2 kata kanji “Kara” yang
artinya kosong dan “Te” yang artinya tangan. Jadi dapat diartikan Karate
adalah seni bela diri tangan kosong.
E. Instrumen Penelitian
Dalam mengumpulkan data dari suatu sampel penelitian diperlukan alat
yang disebut instrumen dan teknik pengngumpulan data. Menurut Arikunto
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah”. Dalam suatu penelitian, data diperlukan untuk
menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis yang sudah dirumuskan.
Dalam konteks penelitian, instumen diartikan sebagai alat untuk
mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan
penelitian. Pada dasarnya, instrumen pengumpulan data terbagi dua macam,
yaitu tes dan non tes. Kelompok tes, misalnya tes bakat, tes prestasi belajar, tes
integrasi, sedangkan non tes, misalnya pedoman wawancara, kuisioner atau
angket, pedoman observasi, daftar cocok (cheklist), skala sikap, skala penilaian,
dan sebagainya.
Menurut Arikunto (2006:150) tes adalah “serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.”
Tes atau suatu alat ukur lainnya harus dapat memenuhi dua syarat
utama, tes tersebut haruslah valid (sah) dan reriabel (dapat dipercaya). Suatu tes
dikatakan valid, apabila tes tersebut dapat mengukur dengan apa yang hendak
diukur atau benar-benar cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur, tes
dikatakan reriabel apabila konsistensi dari serangkaian pengukuran dari alat
ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama.
Sebagaimana dijelaskan oleh Nurhasan (2007:42) mengemukakan bahwa:
Reliabilitas atau keterandalan menggambarkan derajat keajegan, atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat ukur atau tas dikatakan reriabel jika alat ukur itu menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk membuahkan hasil pengukuran yang sesungguhnya.
Oleh sebab itu, validitas dan reliabilitas suatu alat ukur merupakan syarat
mutlak dalam menentukan penggunaan alat ukur untuk pengukuran dan
pengetesan dalam penelitian. Alat ukur yang penulis gunakan dalam penelitian
Instrumen yang digunakan peneliti adalah melalui observasi kerjasama siswa
dan tes kemampuan bakat untuk penilaian hasil belajar anak menggunakan
instrumen tes yang telah ada. Tes terdiri dari dua tes yaitu pre tes dan post tes.
Pre tes dilakuan sebelum kelas diberi perlakuan dan post tes dilakukan setelah
diberi perlakuan.Untuk hal tersebut maka akan dijelaskan bentuk tes dan
pemberian skor tes keterampilan kata beregu sebagai berikut :
1. Instrumen penilaian kerjasama
Tabel 3.2
1. Saya mentaati peraturan dalam berlatih karate
2. Saya selalu mentaati peraturan dalam berlatih karate
3. Saya sesekali melanggar peraturan dalam berlatih karate
4. Saya sering melanggar peraturan dalam berlatih karate
5. Saya disiplin dalam melakukan latihan karate
6. Saya selalu disiplin dalam melakukan latihan karate
7. Saya tidak disiplin dalam melakukan latihan karate
8. Saya sering tidak disiplin dalam melakukan latihan karate
9. Saya Saya sering mengkoreksi teman ketika melakukan kesalahan gerakan ketika latihan
10. Kelompok saya terbiasa saling mengkoreksi bila ada kesalahan gerakan ketika latihan
11. Saya tidak pernah mengkoreksi teman ketika melakukan kesalahan gerakan ketika latihan
1) kerukunan
13. Saya sering memberikan dukungan kepada teman ketika ada kesalahan dalam berlatih karate
14. Saya sering membantu teman ketika ada kesalahan
15. Saya tidak memberikan dukungan kepada teman ketika ada kesalahan dalam berlatih karate
16. Saya tidak membantu teman ketika ada kesalahan
17. Saya sering memberikan motivasi ke semua teman agar giat berlatih karate
18. Saya memberikan motivasi ketika teman tertekan
19. Saya tidak memberikan motivasi ke semua teman agar giat berlatih karate
20. Saya tidak memberikan motivasi ketika teman tertekan
21. Saya memberikan dukungan pada teman yang belum bisa ketika berlatih karate
22. Saya memberikan dukungan pada teman ketika melakukan kesalahan 23. Saya tidak memberikan dukungan
pada teman yang belum bisa ketika berlatih karate
tujuan
25. Saya tidak menyalahkan teman satu kelompok bila ada kesalahan 26. Saya selalu instropeksi diri bila ada
kesalahan/kekuranagan dalam kelompok
27. Saya menyalahkan teman satu kelompok bila ada kesalahan 28. Saya tidak pernah instropeksi diri
bila ada kesalahan/kekuranagan dalam kelompok
29. Saya menghormati lawan di lapangan ketika bertanding 30. Saya tidak memaki teman maupun
lawan bila ada kesalahan
31. Saya mengejek lawan di lapangan ketika bertanding
32. Saya memaki teman maupun lawan bila ada kesalahan
5.
Meneri-33. Saya sering menerima masukan dari teman ketika melakukan kesalahan
34. Saya selalu saling memberi masukan dengan teman agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik
35. Saya tidak menerima masukan dari teman ketika melakukan kesalahan 36. Saya dengan teman tidak saling
mengingatkan untuk meningkatkan kemampuan beladiri karate 37. Saya menerima pendapat teman
agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik
38. Saya bertukarpikiran dengan teman agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik
39. Saya tidak menerima pendapat teman untuk memperbaiki kemampuan beladiri karate saya 40. Saya tidak pernah bertukarpikiran
dengan teman agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik
6. Bermain
41. Saya fokus dalam berlatih dan tidak mudah emosi yang negatif dan bisa merugikan kelompok 42. Saya selalu tetap tenang dalam
berlatih walaupun ada masalah dalam kelompok
43. Saya tidak fokus dalam berlatih dan mudah emosi yang negatif dan bisa merugikan kelompok
6.2 Tidak
45. Saya tidak mudah terpancing emosi yang merugikan kelompok 46. Saya selalu mengingatkan bila ada
teman yang mulai terpancing emosi 47. Saya mudah terpancing emosi
yang merugikan kelompok
48. Saya acuh saja bila ada teman yang mulai terpancing emosi
49. Saya tidak memarahi teman yang melakukan kesalahan
52. Saya bersama kelompok acuh saja bila ada kesalahan gerakan 53. Saya meminta maaf terhadap
teman ketika melakukan kesalahan 54. Saya selalu memaafkan teman
yang melakukan kesalahan
55. Saya tidak meminta maaf terhadap teman ketika melakukan kesalahan 56. Saya tidak memaafkan teman
57. Saya selalu berlatih secara kelompok untuk melatih kekompakan tim
58. Saya bekerja sama dengan teman dalam melatih gerakan karate 59. Saya berlatih sendiri untuk melatih
kekompakan tim
60. Saya tidak pernah berlatih dengan teman dalam melatih gerakan karate
61. Saya selalu saling membantu dengan teman untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate
62. Saya suka dibantu teman untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate
63. Saya tidak pernah membantu teman untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate
64. Teman saya tidak pernah
membantu saya untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate
Sumber : Soekanto (2012:66) yang telah dimodifikasi oleh Faizal Nur Iman
Instrument yang di gunakan adalah tes keterampilan kata
berdasarkan kriteria penilaian kata menurut WKF (World Karate
Federation) rule of competition (2011:29).
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Keterampilan Kata
KRITERIA PENILAIAN KATA NILAI
A. Bentuk Kuda-Kuda Zenkutsu Dachi
1. Berat badan berada di kaki depan. 1
2. Kaki belakang lurus 1
3. Kaki depan dan belakang tidak pada satu garis 1
Kokutsu Dachi
4. Berat badan bertumpu di kaki belakang 1
5. Kaki depan dan belakang berada dalam satu garis 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria A 5
B. BENTUK PUKULAN
1. Kepalan tangan rapat tidak berongga 1
2. Bentuk lengan lurus ke arah sasaran 1
3. Posisi badan tegak menghadap kedepan 1
4. Posisi tangan yang tidak aktif berada di atas pinggang 1
5. Pukulan bertenaga (Power pukulan) 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria B 5
C. BENTUK TANGKISAN
Gedan Barai
1. Tangan lurus satu kepal di atas lutut kaki depan 1 Age Uke
2. Posisi tangan menangkis di atas kepala 1
3. Lengan ditekuk 90o 1
KRITERIA PENILAIAN KATA NILAI
Sotouke
4. Bentuk tangan rapat terbuka dengan jempol ditekuk 1
5. Lengan ditekuk 90o 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria C 5
D. KESERAGAMAN GERAK
1. Tidak mendahului teman satu regunya ketika menampilkan kata 1
2. Kesamaan ritme gerak 1
3. Kembali keposisi awal pada saat selesai menampilkan kata 1
5. Ekspresi saat menampilkan kata 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria D 5
TOTAL SKOR 20
3. Uji coba Instrumen
Sebelum menggunakan instrumen penelitian, instrumen tersebut diuji
coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan kepada 12 orang siswa SMAN 1
Baleendah kelas X IPS yang tidak termasuk ke dalam sampel penelitian. Hal
ini dilakukan karena kelas X IPS mempunyai karakteristik dan kurikulum yang
sama.
Instrumen yang diujicobakan berjumlah 64 item untuk instrument
kerjasama. Setelah dilakukan uji coba, kemudian dilakukan penyeleksian item
dengan cara melihat nilai validitas dan reliabilitas hasil instrumen. Instrumen
yang baik haruslah memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan
reliabilitas (Arikunto, 2006:168).
4. Validitas Instrumen
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2007:167).
Penilaian validitas dilakukan dengan membandingkan atau mengkorelasikan
antara hal yang dinilai dengan kriterianya.
Pada pengujian alat ukur penggunaan penelitian dapat menunjukkan
seberapa besar alat untuk penelitian mampu mengukur variabel yang terdapat
dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, validitas merupakan suatu ukuran
yang dapat menunjukkan tingkatan akurasi suatu alat ukur. Suatu alat akur
yang salah memiliki validitas rendah, begitupun sebaliknya.
Terdapat dua cara dalam pengujian validitas (Sugiyono, 2008) yaitu:
a. Validitas Isi (Content Validity)
Untuk menguji validitas isi, digunakan pendapat dari ahli (judgement
expert). Yaitu berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan pada
]
melakukan penelitian.
b. Validitas Item (Item Validity)
Setelah dilakukan judgement oleh para ahli, maka instrument tersebut
divalidasi item dengan cara diujicobakan. Dalam menguji validitas item, maka
dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi
yang telah diajarkan. Pada setiap instrument baik tes maupun non tes terdapat
butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan.
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kevalidan atau
kebenaran ítem-item soal dalam suatu instrumen sehingga layak digunakan
untuk mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Formula yang akan digunakan untuk
mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini adalah product moment
coefficient dari Karl Pearson.
(Bluman, 2001:468)
validitas instrumen penelitian sebagaimana ditampilkan tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Item Kerjasama
No Item r Hitung r Tabel Keterangan
1 0.402 0.375 Valid
No Item r Hitung r Tabel Keterangan
3 0.509 0.375 Valid
4 0.484 0.375 Valid
5 0.751 0.375 Valid
6 0.402 0.375 Valid
7 0.540 0.375 Valid
8 0.121 0.375 In Valid
9 0.845 0.375 Valid
10 0.699 0.375 Valid
11 0.359 0.375 In Valid
12 0.540 0.375 Valid
13 0.837 0.375 Valid
14 0.546 0.375 Valid
15 0.540 0.375 Valid
16 0.502 0.375 Valid
17 0.845 0.375 Valid
18 0.751 0.375 Valid
19 0.494 0.375 Valid
20 0.484 0.375 Valid
21 0.699 0.375 Valid
22 0.402 0.375 Valid
23 0.540 0.375 Valid
24 0.540 0.375 Valid
25 0.386 0.375 Valid
26 0.546 0.375 Valid
27 0.494 0.375 Valid
28 0.484 0.375 Valid
29 0.699 0.375 Valid
30 0.751 0.375 Valid
31 0.54 0.375 Valid
32 0.376 0.375 Valid
33 0.611 0.375 Valid
34 0.588 0.375 Valid
35 0.092 0.375 In Valid
36 0.741 0.375 Valid
37 0.386 0.375 Valid
38 0.699 0.375 Valid
No Item r Hitung r Tabel Keterangan
40 0.540 0.375 Valid
41 0.606 0.375 Valid
42 0.390 0.375 Valid
43 0.394 0.375 Valid
44 0.384 0.375 Valid
45 0.611 0.375 Valid
46 0.621 0.375 Valid
47 0.484 0.375 Valid
48 0.540 0.375 Valid
49 0.845 0.375 Valid
50 0.751 0.375 Valid
51 0.394 0.375 Valid
52 0.384 0.375 Valid
53 0.845 0.375 Valid
54 0.699 0.375 Valid
55 0.540 0.375 Valid
56 0.502 0.375 Valid
57 0.837 0.375 Valid
58 0.402 0.375 Valid
59 0.540 0.375 Valid
60 0.502 0.375 Valid
61 0.699 0.375 Valid
62 0.751 0.375 Valid
63 0.540 0.375 Valid
64 0.376 0.375 Valid
Berdasarkan tabel 3.4 di atas di peroleh bahwa dari 64 pernyataan
kemampuan kerjasama terdapat 61 item yang valid dan 3 item yang tidak valid
yaitu item nomor 8, 11 dan nomor 35. Adapun kalkulasi perhitungan validitas
setiap item dapat di lihat di lampiran.
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Artinya kapanpun alat pengumpul data tersebut
digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Instrumen dalam penelitian
ini diuji reliabilitasnya dengan menggunakan teknik koefisien α – Chronbach. (Arikunto, 2010:154)
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas suatu
instrumen penelitian. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik, tidak bersifat tendesius, datanya memang benar sesuai
dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap
sama. Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah rumus alpha dari
Cronbach sebagai berikut:
( ) ∑
(Arikunto, 2010:171)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir instrumen
∑ b = varians total
Setelah diujji validitas item dari variabel kerjasama, maka langkah
selanjutnya adalah menguji apakah item tersebut reliabel. Untuk
mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan perhitungan program SPSS 17
for windows diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Item Kerjasama
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi
dari Sugiyono (1999 : 149) yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.6
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 - 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Merujuk pada tabel interpretasi nilai koefisien korelasi, maka reliabilitas
instrument ini dinyatakan sangat tinggi, karena 0,964 berada diantara 0,80-1,00.
dengan kata lain, instrumen ini dapat digunakan untuk penelitian.
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran pendidikan jasmani
dilapangan di SMAN 1 Baleendah Kabupaten Bandung, yang dilaksanakan
selama satu bulan, dan penelitian ini mengacu kepada kurikulum yang telah ada
disekolah. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan observasi
menggunakan observasi terstruktur. Menurut Sugiyono (2013:205) observasi
terstruktur adalah “
observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Dalam melakukan pengamatannya peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reriabilitasnya.
Dalam pelaksanaannya penelitian kata beregu beladiri karate
dilaksanakan dalam satu semester dengan 16 kali pertemuan, dilakukan 3 kali
dalam satu minggu. Sesuai dengan pendapat Juliantine et.al (2007:3.5)
mengatakan bahwa “Sebagai percobaan untuk mendapatkan hasil yang baik
bisa pula dilaksanakan dalam frekuensi latihan 3 hari/minggu. Sedangkan
Pendapat harsono (dalam Ryan 2012:61) “sebaiknya latihan dilakukan 3 kali dalam seminggu.” Kemudian mengacu pada Bompa (dalam Iwa 2013:36) menyatakan “During this time athleties should trening 3-5 time for week depending or their of development in athietes.”
Mengenai hal tersebut, pembelajaran dilaksanakan pada hari senin,
Rabu dan jum’at pada pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Pembelajaran yang dilaksanakan dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan
dan tahap pelaksanaan, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Guru dan peneliti menyiapkan/menyusun skenario pembelajaran dan
siswa diintruksikan untuk memahami skenario pembelajaran tersebut
sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berlangsung.
2. Tahap pelaksanaan
a. Kegiatan awal
Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa serta
menjelaskan tujuan dan pelaksanaan pembelajaran kata beregu dengan
model pembelajaran peer teaching, serta memberikan penjelasan
tentang inti tujuan dari kata beregu tersebut.
b. Kegiatan inti
Setelah melakukan apersepsi dan melakukan pre test terhadap
materi minggu lalu, guru menghubungkan materi minggu lalu dengan
topik yang akan dibahas waktu itu. Kemudian guru menerangkan secara
umum tentang topik yang dibahas waktu itu. Lalu guru membuat
kelompok antar siswa secara merata, artinya dalam satu kelompok
terdapat siswa yang pintar sedang dan kurang pintar. Maksudnya agar
terdapat keseragaman pemikiran nantinya.
Langkah berikutnya adalah sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan topik, tujuan pembelajaran, dan langkah/kegiatan
2) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6
siswa secara merata (tiap kelompok terdapat siswa yang pintar).
3) Di dalam kelompoknya siswa belajar dari dan dengan sesama teman
lain dengan cara yang saling menguntungkan serta berbagi
pengetahuan, ide, dan pengalaman masing- masing.
4) Setiap anggota kelompok dituntut memberikan tanggapan serta
pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu
kesimpulan.
5) Setiap kelompok merumuskan hasil diskusinya dalam satu
kesimpulan atas dasar kesepakatan bersama.
6) Beberapa menit kemudian (sekitar 20 menit) salah satu anggota
masing-masing kelompok secara bergiliran mengajarkan hasil
temuannya di hadapan kelompok lain.
7) Setiap kelompok diminta memberikan tanggapan (kritik, saran,
pendapat, pertanyaan, komentar, dll)
8) Perbedaan pendapat didiskusikan sampai permasalahan terpecahkan
9) Setiap masalah baru yang muncul dicatat oleh guru dan diberikan
solusinya
c. Kegiatan akhir
1) Guru memberi kesimpulan permasalahan dan pemecahannya,
sehingga pemahaman setiap siswa seragam.
2) Penilaian dilakukan oleh guru saat proses pembelajaran sedang
berlangsung (terutama pada langkah 3)
.
G. Teknik Pengolahan Data.
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dalam suatu tes, harus
dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tes tersebut. Tujuan dari
prosedur tes dan pengukuran ini untuk memudahkan dalam melakukan tes,
Setelah data dari tes awal dan tes akhir terkumpul, langkah selanjutnya
adalah mengolah dan menganalisis data dengan statistik. Langkah-langkah
pengolahan data tersebut ditempuh dengan menggunakan rumus yang dirujuk
dari Sudjana (dalam Iwa 2013:38-40)
1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
X = skor rata-rata yang dicari
= jumlah nilai data = jumlah sampel
2. Menghitung simpangan baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
√
Keterangan:
S = simpangan baku yang dicari
n = jumlah sampel
= jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata 3. Mencari varians (S2) melalui rumus:
∑
Keterangan:
S2 = Varians yang dicari n = Jumlah sampel
= Skor yang diperoleh
∑ = Jumlah
4. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Kolmogorov
Smirnov dengan bantuan program SPSS 17 for windows
a. Menyusun hasil data pengamatan, yang dimulai dari hasil pengamatan
b. Untuk semua nilai pengamatan x1, x2, x3, ... x11 dijadikan angka baku
z1, z2 ... zn dengan pendekatan z skor
̅
( ̅ dan S masing-masing rata-rata dan simpangan baku)
Keterangan :
Z = skor standar yang dicari
= skor yang didapat
̅ = rata-rata hitung S = simpangan baku
a. Untuk tiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal
baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing
nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: jika nilai Z negatif, maka dalam
menentukan Fzi-nya adalah 0,5 – luas daerah distribusi Z(-), 0,5 + luas
daerah distribusi Z(+).
b. Menentukan proposi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat
kedudukannilai z pada nomer urut sampel yang kemudian dibagi dengan
banyaknya sampel.
5. Menguji homogenitas bartlet
Uji homogenitas, dilakukan untuk mengetahui apakah ada sampel
yang terpilih menjadi responden berasal dari kelompok yang sama. Dengan
kata lain, bahwa sampel yang diambil memiliki sifat-sifat yang sama atau
homogen. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Barlett. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian homogenitas
varians ini menurut Somantri dan Muhidin (2006:295), adalah:
a. Menentukan kelompok-kelompok data dan menghitung varians untuk
tiap kelompok tersebut
b. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan tabel perhitungan, dengan
model tabel uji barlett.