• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Selulosa Mikrokristal dan Ekstrak Etanol Daun Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr.) yang Diformulasikan Menjadi Sediaan Tablet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Selulosa Mikrokristal dan Ekstrak Etanol Daun Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr.) yang Diformulasikan Menjadi Sediaan Tablet"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Nanas

2.1.1 Morfologi tanaman nanas

Tanaman nanas memiliki nama latin (Ananas Comosus (L.) Merr.) yang berasal dari daerah tropis Amerika, yakni Brazil, Argentina, dan Peru dan telah tersebar ke seluruh dunia. Di Indonesia tanaman nanas sangat populer dan banyak ditanam didaerah dataran tinggi, di kebun-kebun, pekarangan dan tempat-tempat lain yang cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian 1-1300 meter di atas permukaan laut. Daerah penghasil nanas yang terkenal ialah Subang, Bogor, Riau, Palembang, dan Blitar (Sunarjono, 2000).

Helaian daun nenas berbentuk pedang, tebal, ujung lancip menyerupai duri, tepi berduri tempel yang membengkok ke atas, sisi bawah bersisik putih, berwarna hijau atau hijau kemerahan (Hidayat, 2008). Buahnya bulat panjang, berdaging, berwarna hijau, jika masak menjadi warna kuning. Buah nanas memiliki rasa yang asam sampai manis. Bijinya kecil bahkan sering tidak ada (Jayanudin, 2009). Buahnya selain di makan secara langsung, bisa juga dibuat selai, ataupun sirop. Buah nanas juga dapat digunakan untuk memberi cita rasa asam manis. Daunnya yang berserat dapat digunakan untuk pembuatan benang (Widyaningrum, 2011).

(2)

tumbuh meluas dengan menggunakan tunas samping yang berkembang menjadi cabang-cabang vegetatif, pada cabang tersebut dihasilkan buah (Dalimartha, 2003).

2.1.2Sinonim dan nama daerah tanaman

Anes (Aceh), nas (Gayo), henas, kenas, honas, hanas (Batak), gona (Nias), asit, nasit (Mentawai), enas, kanas, nanas (Melayu), aneh, naneh (Minangkabau), kanas, kanyas, nas, nyanyas (Lampung), danas, ganas (Sunda), nanas (Jawa), lanas, nanas (Madura), kanas, samblaka, malaka, uro usan, kayu ujan, belasan (Kalimantan), manas (Bali), nanas ( Sasak), aruma, fanda, pandal ( Bima), panda (Sumba), nana (Sawu), peda, anana, pedang (Flores), parangena, nanasi (Taluud) (Widyaningrum, 2011).

2.1.3Klasifikasi tanaman

Tanaman nanas menurut Dalimartha (2003) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Fariosae Famili : Bromoliaceae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus (L) Merr Sinonim : A. Sativus Schult.

(3)

Tanaman nanas dewasa dapat menghasilkan 70 – 80 lembar daun atau 3 –5 kg dengan kadar air 85 %. Setelah panen bagian yang menjadi limbah terdiri atas daun 90 %, tunas batang 9 % dan batang 1 %. Serat nanas terdiri atas selulosa dan non selulosa yang diperoleh melalui penghilangan lapisan luar daun secara mekanik. Lapisan luar daun berupa pelepah yang terdiri atas sel kambium, zat pewarna yaitu klorofil, karoten yang merupakan komponen kompleks dari jenis tanin, serta lignin yang terdapat di bagian tengah daun. Selain itu lignin juga terdapat pada lamela dari serat dan dinding sel serat. Serat yang diperoleh dari daun nanas muda kekuatannya relatif rendah dan seratnya lebih pendek dibanding serat dari daun yang sudah tua (Jayanudin, 2009).

Komposisi kimia serat nanas disajikan pada Tabel 2.1 dan sebagai pembanding disajikan juga komposisi kimia serat kapas dan rami.

Tabel 2. 1Komposisi kimia serat nanas (Jayanudin, 2009) Komposisi kimia Serat Nanas

(%)

(4)

(Widyaningrum, 2011). Daunnya secara tradisional dapat dimanfaatkan sebagai obat luka bakar, obat bisul (Jayanudin, 2009) ekstrak daun nanas telah diteliti dapat dimanfaatkan sebagai penggobatan anti diabetes mellitus (Rahmatullah, et al, 2014).

2.2 Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 2014). Ektraksi atau penyarian adalah suatu cara penarikan kandungan kimia dari simplisia dengan cara dan pelarut yang cocok agar kandungan kimia yang dapat larut terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Terdapat dua model ekstraksi, yaitu cara dingin dan cara panas. Cara dingin meliputi maserasi, dan perkolasi. Sedangkan cara panas meliputi reflux, sokletasi, digesti, infusa, dekokta (Ditjen POM, 1995)

2.2.1Ekstraksi cara dingin

Ekstraksi cara dingin dapat dibagi menjadi : a) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuaiyang direndam selama 5 hari dalam temperatur kamar.Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya (Ditjen POM, 2000).

(5)

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak), terus menerus sampai perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan (Ditjen POM, 2000).

2.2.2 Ekstraksi cara panas

Ekstraksi cara panas dapat dibagi menjadi : a) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur pada titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna (Ditjen POM, 2000).

b) Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000). Keuntungan dari ekstraksi secara sokletasi adalah banyaknya bagian tanaman yang akan terlarut dengan kondisi pemanasan namun demikian ekstrasi secara sokletasi juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat digunakan untuk zat yang tidak tahan pemanasan (Nikhal, et al.,2010)

c) Digesti

(6)

temperatur 40-50 oC (Ditjen POM, 2000) d) Dekoktasi

Dekoktasi adalah ekstrak infus yang dilakukan dengan waktu yang lebih lama (≥30 menit) pada suhu 90°C (Ditjen POM, 2000).

e) Infusa

Infusa adalah sedian cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 oC selama 15 menit (Ditjen POM, 1979).

Pelarut yang dipilih untuk melakukan ekstraksi dilihat berdasarkan kemapuan menarik metabolit sekunder dari tanaman tersebut. Sebagai cairan untuk melakukan ekstraksi digunakan air, eter atau campuran etanol dan air (Ditjen POM, 1979). Alkoholadalah pelarut serba guna yang baik digunakan untuk ekstraksi pendahuluan (Harborne, 1987)

2.3 Selulosa Mikrokristal

2.3.1Rumus empiris dan berat molekul (C6H10O5)n ≈ 36000

Dimana n ≈ 220 2.3.2 Struktur kimia

Ssjdh

(7)

Selulosa mikrokristal merupakan salah satu turunan selulosa yang dapat digambarkan sebagai hasil pemurnian, depolimerisasi selulosa yang dilarutkan

dalam alkali kuat akan menghasilkan selulosa yang hampir murni yaitu α-selulosa

dengan larutan asam akan diperoleh selulosa mikrokristal yang didapatkan dari tanaman yang berserat dengan menggunakan suatu asam mineral, berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa dan berupa serbuk kristal yang terdiri dari partikel-partikel yang berpori (Gohel dan Jogani, 2005). Selulosa mikrokristal dapat diproduksi dari beberapa bahan alam diantaranya tongkol jagung (Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005), ampas tebu (Zulharmita, dkk., 2012), kulit jeruk (Ejikeme, 2008), jerami padi (Halim, dkk., 2002), limbah penggergajian kayu (Gusrianto, dkk., 2011) dan rotan manau (Steven, dkk., 2014). Selulosa mikrokristal adalah bahan tambahan penting di bidang farmasi, makanan, kosmetik, dan industri khususnya industri pembuatan kertas (Ejikeme, 2008).

Mikrokristal selulosa dalam bentuk granul banyak digunakan sebagai bahan pengisi, penghancur dalam pembuatan tablet terutama untuk tablet cetak langsung karena memiliki keuntungan seperti tidak menggunakan proses granulasi, memberikan ukuran partikel yang seragam (Gusrianto, dkk., 2011). Selulosa mikrokristal yang digunakan untuk pembuatan cetak langsung tersedia dalam beberapa produk diantaranya Avicel PH 101 yang memiliki bentuk serbuk dan Avicel PH 102 yang memiliki bentuk granul yang memiliki ukuran partikelnya lebih besar dan sifat alirannya lebih baik dibandingkan dengan Avicel PH 101 (Siregar dan Wirkarsa, 2010).

(8)

Mikrokristal selulosa merupakan selulosa yang mengalami proses yang mengalami proses hidrolisis dan memiliki panjang 1 – 100 µm dengan persentasi kristanilitas sebesar 55% - 88% (Achor, et al., 2014). Untuk mendapatkan selulosa diperlukan suatu proses untuk memisahkan selulosa dengan lignin dan hemiselulosa yang disebut dengan delignifikasi (Halim, dkk., 2002). Pembuatan selulosa mikrokristal terdiri dari dua proses, yaitu proses alkalisasi dan hidrolisis asam. Tahap alkalisasi dilakukan dengan cara merendam sampel dalam larutan NaOH 17,5% selama 10 jam dan diperoleh selulosa yang hampir murni dikenal

dengan α-selulosa dan tahap hidrolisis dilakukan dengan menghidrolisis α

-selulosa dalam larutan asam klorida 2,5 N (Steven, dkk., 2014).

2.4 Sediaan Tablet 2.4.1 Uraian umum tablet

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Ditjen POM, 2014).Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat denganatau tanpa bahan pengisi. Tablet cetak dibuat dengan cara menekanmassa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan. Tabletkempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).

(9)

mengandung obat dalam jumlah yang benar dan jumlah yang sama dalam penerimaan kepada pasien (ukuran, bentuk, rasa, warna), dan untuk mendorong pasien menggunakan obat sesuai dengan aturan pemakaian obat (Agoes, 2008).

Menurut Andayana (2009) sediaan tablet memiliki beberapa keuntungan dan

kerugian diantaranya :

Keuntungan bentuk sediaan tablet :

− volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut

− memiliki variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih baik

− dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk volume yang lebih kecil

− tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga

− dapat dijadikan produk dengan pelepasan yang bisa diatur

− tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air

− merupakan sediaan yang mudah diproduksi massal dengan pengemasan yang

mudah dan murah

− dapat disalut untuk melindungi rasa yang tidak enak dari sediaan.

Kerugian bentuk sediaan tablet :

− beberapa pasien tidak dapat menelan tablet

− formulasi tablet cukup rumit

− zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak

− kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak enak

dari obat

2.4.2Komponen tablet

(10)

dan lak (bahan warna yang diabsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis (Gangurde, et al.,2013).

Komponen tablet yang harus dipenuhi dalam formulasi tablet (Syamsuni, 2006) adalah sebagai berikut :

1. Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope Indonesia 2. Eksipien atau bahan tambahan.

Bahan eksipien dapat dibagi menjadi :

a. Bahan pengisi berfungsi untuk memperbesar volume agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa, misalnya laktosa, pati, dan selulosa mikrokristal.

b. Bahan pengikat berfungsi untuk memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambahkan daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya gelatin, sukrosa, metilselulosa, CMC dan selulosa mikrokristal.

c. Bahan penghancur berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan, misalnya pati, asam alginat dan selulosa mikrokristal.

d. Bahan pelicin berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan, misalnya asam stearat dan talkum.

(11)

a. Bahan pewarna berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.

b. Bahan pengaroma berfungsi untuk menutupi rasa dan bau khasiat yang tidak enak (misalnya tablet hisap penisilin).

2.4.3 Metode pembuatan tablet

Tablet dapat dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung (Ditjen POM, 2014).

a. Granulasi kering

Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanantinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan (Ditjen POM, 2014).

Menurut Andayana (2009) keuntungan metode granulasi kering yaitu: 1) peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin

pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu, 2) baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab, 3) mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.

Kekurangan metode granulasi kering yaitu: 1) memerlukan mesin cetak khusus untuk membuat slug, 2) tidak dapat mendistribusi zat warna seragam,

3) proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.

(12)

Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukanyang akan menghasilkan granul. Pembasahan serbuk ini dapat bertindak sebagai suatu pembawa bahan tertentu, sehingga meningkatkan karakteristik dan sifat-sifat granulasi yang baik (Siregar dan Wirkarsa, 2010).

Menurut Siregar dan Wikarsa (2010) keuntungan metode granulasi basah yaitu:

1) sifat alir yang lebih baik, 2) meningkatkan kompresibilitas,

3) distribusi zat warna dan zat aktif lebih baik, 4) dapat mencegah pemisahan campuran serbuk. 5) meningkatkan kecepatan disolusi

Kerugian metode granulasi basah yaitu:

1) proses pembuatan yang rumit dan adanya proses validasi, 2) biaya yang cukup tinggi,

3) stabilitas menjadi perhatian untuk zat aktif yang peka lembap c. Kempa langsung

(13)

Keuntungan proses kempa langsung yaitu lebih ekonomis, prosesnya singkat, tenaga dan mesin yang digunakan sedikit, dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab serta waktu hancur dan disolusi lebih baik (Gohel dan Jogani, 2005).

Kerugian yang didapat dari metode kempa langsung yaitu kesulitan dalam pemilihan eksipien dan biaya eksipien yang lebih mahal dibandingkan dengan metode lain (Soekemi, dkk., 1897).

2.4.4 Uji preformulasi tablet

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Uji preformulasi ini dilakukan untuk menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap.

Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika melebihi waktu yang telah ditentukan, maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin (Carstensen, 1977).

(14)

Indeks tap adalah pengujian yang dilakukan untuk mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan menggunakan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur ke atas dan ke bawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20% (Carstensen, 1977).

2.5 Evaluasi Tablet

Pengujian yang dilakukan untuk evaluasi tablet diantaranya adalah : a. Keseragaman bobot

Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot tiap bobot tablet terhadap bobot rata-rata dari sejumlah tablet yang masih diperbolehkan menurut syarat yang telah ditentukan. Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), tidak lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu pun tablet menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B.

Persyaratan keseragaman bobot tablet dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2Persyaratan keseragaman bobot

Bobot rata-rata Penyimpangan

(15)

Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan, pendistribusian dan peredaran bergantung pada kekerasan dari tablet. Kekerasan tablet yang lebih tinggi menghasilkan tablet yang bagus, yang tidak rapuh tetapi hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya porositas dari tablet sehingga tablet akan sukar dimasuki cairan. Hal ini dapat mempengaruhi waktu hancur dari tabalet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Parrot, 1971).

c. Friabilitas

Friabilitas tablet merupakan pengujian tablet yang dilakukan untuk indikasi kekuatan mekanis dari suatu sediaan tablet, melihat kekuatan dan kekerasan tablet pada proses pengemasan, penyimpanan dan pendistribusian. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat friabilator pada kecepatan 25 rpm, caranya memasukkan tablet kedalam alat kemudian alat diputar dan tablet akan jatuh sejauh 6 inci pada setiap putaran, yang dijalankan sebanyak 100 putaran (Setyawan, dkk., 2010). Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1 % (Banker dan Anderson, 1994).

d. Waktu hancur

Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Waktu hancur menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Banker dan Anderson, 1994).

(16)

Gambar

Tabel  2. 1Komposisi kimia serat nanas (Jayanudin, 2009)
Tabel 2.2Persyaratan keseragaman bobot

Referensi

Dokumen terkait

digunakan untuk memutar sudu (baling-baling)Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan

0,010 dengan taraf signifikasi 0,05 artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima pada tekanan darah sistolik maupun diastolik atau ada pengaruh senam lansia terhadap

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kejadian insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur, adalah sebesar 8 responden (11,1%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran, dengan

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran, dengan

Dari hasil penelitian terhadap dokumen penawaran kualifikasi tersebut adalah, perusahan yang. bersangkutan dapat menunjukan dokumen asli dan legalisir sesuai dengan

[r]

103 UK/UTN SM3T PGSD DWI WIDI ASTUTIK Universitas Negeri Malang PPG SM3T UTAMA TIDAK MENGULANG 104 UK/UTN SM3T PGSD ERY RIZKI PRATAMA Universitas Negeri Malang PPG SM3T UTAMA