• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Poli atau Polus yang artinya banyak, dan kata Gamein atau Gamos yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Poli atau Polus yang artinya banyak, dan kata Gamein atau Gamos yang berarti"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Poligami

Poligami berasal dari bahasa yunani. Kata ini merupakan penggalan dari kata Poli atau Polus yang artinya banyak, dan kata Gamein atau Gamos yang berarti kawin atau perkawinan. Poligami termasuk Poligini yaitu perkawinan seorang pria dengan lebih dari seorang wanita, sehingga rumah tangga itu terbentuk dari dua atau lebih keluarga inti, dimana laki-laki yang sama menjadi suami bagi beberapa wanita (Goode, 1991 : 90).

Pasal 1 UU Perkawinan No 1 tahun 1974, perkawinan dirumuskan sebagai ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan dalam hukum islam disebut dengan nikah adalah salah satu asas hidup yang utama dalam masyarakat beradap dan sempurna. Islam berpendapat bahwa perkawinan bukan saja merupakan suatu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga sebagai suatu jalan menuju pintu perkenalan antara satu kaum dengan kaum lainnya (Rasyid, 1984 :362)

Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang ada di Indonesia mengenai perkawinan adalah UU Nomor 1 Tahun 1974, PP Nomor 9 Tahun 1975, PP Nomor 10 Tahun 1983 dan PP Nomor 45 Tahun 1990. UU Nomor 1 Tahun 1974 memperbolehkan poligami asalkan syarat-syarat tertentu dipenuhi. Seorang suami

(2)

yang ingin berpoligami harus mengajukan ijin beristri lagi kepada pengadilan dengan alasan berikut :

a. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri;

b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Selain memenuhi salah satu syarat tersebut, semua syarat kumulatif di bawah harus dipenuhi (Pasal 5:1):

a. adanya persetujuan dari istri/istri-istri;

b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka;

c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak anak mereka

Secara umum poligami secara luas biasanya dipraktekkan oleh bangsa/suku-suku nomaden yang hidup di alam yang keras dan gemar berperang. Di kalangan seperti ini poligami adalah sebuah kebutuhan karena kuat atau tidaknya suku mereka ditentukan oleh berapa banyak keturunan yang bisa dihasilkan terutama anak laki-laki karena laki-laki dalam komunitas ini dianggap sebagai komunitas militer. Sementara perempuan dianggap hanya sebagai asset untuk memproduksi keturunan yang bahkan juga dijadikan sebagai salah satu harta rampasan perang bila suku itu kalah atau juga dijadikan alat pertukaran demi perdamaian antar suku. Di kalangan bangsa/suku-suku yang menetap serta tidak banyak mengalami ancaman militer, poligami umumnya hanya dilakukan oleh kalangan tertentu saja yang biasanya kalangan elite dan berkuasa dimana praktek ini djadikan sebagai salah satu simbol demi meningkatkan

(3)

status dan sarana memamerkan kekayaan dan kekuasaannya. Sementara poligami di kalangan rakyat kebanyakan biasanya sangat jarang dilakukan. Hal ini juga terjadi di Indonesia dimana praktek poligami di kalangan rakyat kebanyakan tidak umum dilakukan.

Pada dasarnya islam memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu (poligini). Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 34:3). Poligini dalam islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap – tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Pada masyarakat hindu baik poligami maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada hakekatnya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami.

Kemudian pada kitab – kitab kuno agama Yahudi menandakan bahwa poligami diizinkan, tapi berbagai kalangan Yahudi kini melarang poligami. Gereja – gereja Kristen umumnya (Protestan, Katolik, Ortodoks, dan lain – lain) menentang praktik poligami. Namun beberapa gereja memperbolehkan poligami berdasarkan kitab- kitab kuno agama Yahudi. Gereja Katolik merevisi pandangannya sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang berlaku hingga sekarang. Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-an hingga sekarang mempraktekkan, bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882 penganut Mormon memprotes keras undang – undang anti poligami yang dibuat pemerintah Amerika Serikat. Namun praktik ini resmi dihapuskan ketika Utah memilih untuk

(4)

bergabung dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai kini masih mempraktekkan poligami (http://id.wikipedia.org/wiki/poligami

Dianutnya asas monogami dalam Undang-Undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) mencerminkan pengutamaan diterapkannya asas monogami dalam setiap perkawinan. Namun, dalam hal kondisi tertentu dan darurat dimungkinkan adanya poligami dengan dasar alasan yang ketat dan persyaratan yang sangat berat. Hal itu juga dimaksudkan untuk menghargai pandangan sebagian masyarakat Muslim yang membolehkan poligami dengan syarat harus mampu berlaku adil. Agama Islam mengakui institusi poligami. Namun, penerapannya harus memperhatikan ketentuaan hadis (riwayat Bukhari) yang menyatakan bahwa sang suami harus mampu menjaga perasaan isteri-isteri (dengan kata lain, Nabi melarang poligami jika melukai hati perempuan).

).

Dalam pelaksanaannya, memang terdapat banyak sekali pelanggaran. Aturan hukum yang idealnya harus diterapkan sering kali disimpangkan. Banyak poligami dilakukan dengan tidak memenuhi dasar alasan dan keseluruhan syarat yang harusnya dipenuhi. (Di sisi lain, akibat ketatnya prosedur yang harus dilalui untuk berpoligami, masyarakat cenderung lebih senang memilih menikah siri atau bahkan hidup bersama tanpa ikatan pernikahan. Tanpa disadari, melalui pernikahan siri atau pun hidup bersama tanpa nikah, si perempuan tidak memperoleh perlindungan hukum dari negara, seperti hak waris dan sebagainya).

Dari perkawinan poligami akan menimbulkan akibat positif dan akibat negatif. Akibat positifnya adalah laki-laki yang berpoligami dapat meringankan beban masyarakat dengan memberikan sesuatu kepada seorang wanita atau lebih, dan

(5)

membawanya kejenjang pernikahan yang bersih. Poligami memberikan kesempatan untuk kawin bagi gadis-gadis dan janda-janda, serta memberikan keamanan bagi mereka sehingga merekapun terpilihara dari fitnah. Poligami membantu kaum wanita menjaga kemuliaan dan kehormatannya. Akibat negatfnya adalah hubungan suami istri atau madu menjadi tegang. Poligami pada umumnya menyakitkan bagi sejumlah wanita, namun ia juga bermanfaat bagi wanita-wanita lain. Dengan melihat kenyataanya jumlah wanita lebih banyak dari pada laki-laki dan satu laki-laki bisa memiliki dua atau tiga wanita.

2.2. Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional Coleman adalah tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu (juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Coleman menginginkan karya penelitian melakukan bertolak dari perspektif pikiran rasional yang mempunyai hubungan yang secara praktis dengan kehidupan sosial yang sedang berubah. Oleh karena itu maka Kebolehan poligami harus didahului oleh alasan-alasan yang wajar, logis dan rasional, seperti isteri dalam keadaan sakit yang tidak dapat melahirkan keturunan, atau akibat tertentu seperti jumlah kaum wanita jauh lebih banyak daripada kaum pria akibat peperangan atau bencana alam, bukan karena nafsu belaka.

Tori pilihan rasional (Coleman menyebutkan ”Paradikma tindakan rasional”) adalah satu-satu yang menghasilkan integrasi berbagai paradikma sosiologi. Coleman dengan yakin menyebutkan bahwa pendekatannya beroprasi dari dasar metodelogi individualisme dan dengan menggunakan teori pilihan rasional sebagai landasan

(6)

tingkat mikro untuk menjelaskan penomena tingkat mikro. Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. “Suami” sebagai pelaku utama poligami jelas dikatakan sebagai aktor yang memiliki kebebasan bertindak. Di saat suami telah memutuskan untuk mempunyai istri kedua, ketiga atau melakukan poligami, Coleman menggambarkan aktor tadi telah memilih, memeriksa, berpikir dan mengetahui sesuatu, memberinya nilai dan memutuskan bertindak tentang hal tersebut. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.

Teori pilihan rasional Coleman tanpak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan, misalnya poligami dilakukan karena ada sesuatu yang diharapkan dari perkawinan poligami tersebut baik itu bersifat materi ataupun sesuatu yang bersifat non materi. Dan tujuan itu ditetentukan oleh nilai atau pilihan.

Sebagai tindakan sosial poligami bisa saja merupakan tindakan atas pertimbangan yang sadar dan punya tujuan, namun pada sisi lain bisa saja poligami lebih bersifat non rasional karena hanya didominasi oleh perasaan dan emosi tanpa refleksi intelektual dan pertimbangan yang sadar akan akibat-akibat yang akan terjadi. Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berprilaku

(7)

rasioanl, namun ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh terhadap teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro atau bagaimana cara gabungan tindakan individu menimbulkan prilaku sistem sosial. Meski seimbang, namun setidaknya ada tiga kelemahan pendekatan Colemans. Pertama ia memberikan prioritas perhatian yang berlebihan terhadap masalah hubungan mikro dan makro dan dengan demikian memberikan sedikit perhatian terhadap hubungan lain. Kedua ia mengabaikan masalah hubungan makro-makro. Ketiga hubungan sebab akibatnya hanya menunjuk pada satu arah, dengan kata lain ia mengabaikan hubungan dealiktika dikalangan dan di antara fenomena mikro dan makro. (http://henkysosiologi.blogspot.com/2009/06/teori-pilihan-rasional-james-s-coleman .htmlan)

2.3. Teori Interaksi Sosial

Manusia telah mempunyai naluri untuk melakukan Interaksi dengan sesamanya semenjak dia dilahirkan di dunia. interksi sosial terjadi karena adanya sifat dasar manusia yang merupakan makhluk sosial yang selalu ingin berhubungan dan didasari oleh kebutuhan manusia yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dalam buku sosiologi suatu pengantar, Soerjono Soekanto (1986 : 498) mengutif defenisi Gillian dan Gillian dari buku mereka Cultural Sosilogy yakni interaksi merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam sosiologi. Istilah tersebut secara

(8)

kontak timbal balik atau interstimulasi dan respon antara individu-individu dan kelompok. Adapun ciri-ciri dari interaki sosial adalah :

1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih.

2. Adanya komunikasi antar para pelaku dengan menggunakan symbol-simbol. 3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini, dan akan

datang, yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung. 4. Adanya suatu tujuan tertentu.

Tindakan manusia dikatakan tindakan interpretatif, yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Poligami adalah tindakan manusia dan bisa pula dikategorikan sebagai tindakan sosial dari individu karena dalam teori interaksi individu digambarkan sebagai aktor yang bebas, aktif, kreatif, evaluatif. Tindakan sosial berarti juga tindakan individu yang mempunyai makna subjektif yang diarahkan kepada individu lain dan diharapkan mempengaruhi tingkah laku individu tempat mengarahkan tindakan itu dalam orientasi waktu yang lalu, sekarang dan yang akan datang.

Dalam pendekatan interaksi sosial dapat terjadi dengan beberapa cara, salah satunya adalah pendekatan interaksionisme simbolis. Pendekatan ini bersumber pada pemikiran Mead. Symbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh orang yang mempergunakannya. Makna atau nilai tersebut hanya dapat ditangkap melalui cara-cara non-sensoris. Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme ada tiga: manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya, makna yang dipunyai tersebut berasal atau muncul dari hasil interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya, dan makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang

(9)

dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Thomas dikenal dengan ungkapannya bahwa bila orang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya nyata. Yang dimaksudkannya di sini ialah bahwa definisi situasi yang dibuat orang akan membawa konsekuensi nyata. Thomas membedakan antara definfisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu, dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat, yaitu ia melihat adanya persaingan antara kedua macam definisi situasi tersebut.

Hall mengemukakan bahwa dalam interaksi dijumpai aturan-aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Dari penelitiannya hall menyimpulkan bahwa dalam situasi sosial orang cenderung menggunakan empat macam jarak, yakni jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Hall antara lain membahas pula aturan mengenai waktu. Hall mencatat bahwa dalam masyarakat berbeda dijumpai pengguanaan waktu secara berbeda karena adanya persepsi berbeda mengenai waktu. Menurut Hall dalam interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya. Komunikasi nonverbal atau bahasa tubuh kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan perasaan kita kepada orang lain. Studi sosiologis terhadap gerak tubuh dan isyarat tangan ini dinamakan kinesics. Karp dan Yoels mengemukakan bahwa untuk dapat berinteraksi seseorang perlu mempunyai informasi mengenai orang yang berada di hadapannya. Manakala kita tidak mengetahui riwayat hidupnya dan/atau kebudayaannya maka interaksi sukar dilakukan. Sumber-sumber informasi yang disebutkan Karp dan Yoels adalah ciri fisik yang diwarisi sejak lahir seperti jenis kelamin, usia, dan ras serta penampilan – daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan percakapan.

(10)

Menurut Goffman dalam suatu perjumpaan masing-masing pihak membuat pernyataan dan memperoleh kesan. Ia membedakan dua macam pernyataan: pernyataan yang diberikan dan pernyataan yang dilepaskan. Menurutnya masing-masing pihak berusaha mendefinisikan situasi dengan jalan melakukan pengaturan kesan. Knapp membahas berbagai tahap yang dapat dicapai dalam interaksi. Tahap-tahap interaksi tersebut terbagi dalam dua kelompok besar, yakni Tahap-tahap-Tahap-tahap yang mendekatkan peserta interaksi, dan tahap-tahap yang menjauhkan mereka.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa selama periode Tahun Anggaran 2017 akuntabilitas kinerja di Badan PengelolaanKeuangan dan Pajak Daerah Kota Surabaya mengenai laporan

Slide 7-3 Kecurangan Pengendalian internal Prinsip-prinsip aktivitas pengendalian internal Keterbatasan Setara kas Kas yang penggunaannya dibatasi Saldo kompensasi Membuat

Penelitian tentang Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Di Lingkungan Lokalisasi Padang Bulan ini, menggunakan 7 (tujuh) informan pokok orang tua yaitu para mucikari yang memiliki anak

Anestesi intravena seperti propofol dan fentanyl secara signifikan menurunkan aliran darah otak, metabolisme otak dan menurunkan tekanan intrakranial. Selain itu kombinasi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tekanan penyebab trauma yang dialami oleh tokoh Ajo Kawir, dampak trauma yang diderita, dan mendeskripsikan bentuk

(2) Pengelolaan database kependudukan oleh satuan kerja perangkat daerah provinsi yang membidangi urusan kependudukan dan pencatatan sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40

Penelitian dalam skripsi ini membahas mengenai proses pelaksanaan keuangan apakah hasil dari pengawasan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak oleh Yayasan Pondok

Samudera Toserba harus menyediakan produk peralatan rumah tangga yang memiliki kualitas yang baik, dimana produk tersebut dapat tahan lama dan tidak mengandung zat-zat