PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK PEMODELAN
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO
SISWA KELAS XII SMA N 2 SOLOK SELATAN
ATIKEL ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
HENDRI FARNANDO
NPM. 11080049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK PEMODELAN
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO
SISWA KELAS XII SMA N 2 SOLOK SELATAN
Hendri Farnando1, Upit Yulianti2, Helki Syuriadi3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat
2) 3)Dosen Program StudiPendidikanBahasadanSastra Indonesia (STKIP) PGRI Sumatera Barat
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh lima masalah, yaitu sebagai berikut. Pertama, siswa kurang fasih dalam menyampaikan isi pidato yang disebabkan siswa yang terlalu fokus pada teks yang disediakan. Kedua, siswa kurang menguasai materi dari isi pidato. Ketiga, siswa kurang memahami pengertian dan ciri-ciri pidato. Keempat, siswa kurang percaya diri dalam menyampaikan isi pidato. Kelima, kurangnya teknik yang bervariasi dalam berpidato. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh teknik pemodelan terhadap kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan dan menganalisis pengaruh teknik pemodelan terhadap kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan ditinjau dari faktor intonasi, ketepatan ucapan (artikulasi), penguasaan materi (isi), kenyaringan suara (volume suara), serta gerak-gerik dan mimik.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Desaign penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Desaign. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan yang 32 orang. Data dalam penelitian ini adalah skor kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan sebelum dan sesudah menggunakan teknik pemodelan. Data dianalisis menggunakan rumus uji-t.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hasil penelitian dari masing-masing aspek dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan sebelum menggunakan teknik pemodelan memperoleh rata-rata 65,93 berada pada rentangan 56—65% berkualifikasi cukup. Kedua, kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan sesudah menggunakan teknik pemodelan memperoleh rata-rata 83,75 berada pada rentangan 76—85% berkualifikasi baik. Ketiga, terdapat pengaruh penggunaan teknik pemodelan terhadap kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan dengan uji thitung > ttabel = 7,45 > 1,58. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan teknik pemodelan terhadap kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan.
THE INFLUENCE OF THE USE OF MODELING TECHNIQUES TOWARDS ADDRESSING THE ABILITY OF STUDENTS OF CLASS XII SMA N 2 SOUTH SOLOK
Hendri Farnando1, Upit Yulianti2, Helki Syuriadi3 1) West Sumatera STKIP PGRI Student
2) 3)West Sumatera STKIP PGRI Education of Indonesia and Literatur Department Lecturers
Abstract
The research was distributed by five issues, namely the following. First, students are less well versed in conveying the content of speech caused by students who are too focused on the text provided. Second, students master the material from the content of the speech. Third, students understand the sense and features of speech. Fourth, students lack confidence in conveying the content of the speech. Fifth, the lack of techniques that vary in public speaking. This study aims to describe the influence of the modeling techniques towards addressing the ability of students of class XII SMA N 2 South Solok and analyze the influence of the modeling techniques towards addressing the ability of students of class XII SMA N 2 South Solok reviewed of the intonation, accuracy of speech (articulation), mastery of the material (content), voice loudness (volume), as well as gestures and facial.
Type of this research is quantitative using experimental methods. Desaign research is One Group Pretest-Posttest Desaign. Sample This research is a grade XII SMA N 2 South Solok 32 people. The data in this study is addressing the ability score grade XII SMA N 2 South Solok before and after using the technique of modeling. The data were analyzed using t-test formula.
Based on the research that has been done, then the research results of each aspect can be summed up as follows. First, addressing the ability of grade XII SMA N 2 South Solok before using engineering modeling gained an average of 65.93 are on a stretch of 56 — 65% qualified enough. Second, the ability of the public speaking class XII students of SMA N 2 South Solok after using the technique of modeling gained an average of 83.75 are on a stretch of 76 — 85% of qualified either. Third, there is the influence of the use of modeling techniques towards addressing the ability of students of class XII SMA N 2 South Solok with a test thitung > ttabel = 7.45 > 1.58. That is, there is a significant influence on the use of modeling techniques against addressing the ability of students of class XII SMA N 2 South Solok.
A. Pendahuluan
Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek berbahasa yang sangat penting. Keterampilan berbicara membantu seseorang saling berkomunikasi secara langsung untuk menyampaikan gagasan atau pendapat. Keterampilan berbicara juga merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian siswa tersebut akan lebih lancar dalam berbahasa Indonesia. Seseorang yangterampil dalam berbicara akan mudah menyampaikan gagasannya dania diduga akan berhasil mengemukakan gagasan itu sehingga dapat diterima oranglain. Sebaliknya, jika seseorang yang kurang fasih dan kurang terampil dalam berbicara tentuakan mengalami kesulitan dalam menyampaikan gagasannya kepada orang lain. Hal ini dikarenakan pembicarannya kurangmenarik, dan sulit dipahami.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki keterampilan berbicara berbeda-beda. Namun perlu diketahui bahwa berbicara ini harus dilatih sejak dini agar setiap orang dapat berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Apakah itu dilatih di rumah, di luar rumah, atau bahkan di sekolah. Tidak hanya itu, keterampilan berbicara ini harus dikuasai oleh setiap elemen yang bersangkutan, seperti halnya pendidik.
Pendidik adalah orang yang paling berpengaruh di dalam kelas. Terampil atau tidaknya siswa tergantung dari terampilnya pendidik dalam memberikan pembelajaran kepada siswanya. Di samping itu, pendidik harus selalu memperhatikan minat dan cara belajar siswa yang ada di dalam kelas. Banyak siswa yang terlihat kurang fokus dalam mengikuti proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, yang diakibatkan kurang terampilnya seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Terkadang jika dilihat secara objektif dari segi pendidik, pendidiklah yang kurang bisa memberikan variasi dalam proses belajar mengajar yang ia lakukan. Di sisi lain, siswa juga berperan penting untuk tercapainya suatu keberhasilan dalam memahami suatu materi. Bukan dari pendidik atau pun siswa saja yang berperan di dalam proses belajar mengajar, akan tetapi metode-metode yang dipilih oleh pendidik juga memiliki peranan yang penting dalam melakukan proses belajar mengajar.
Guru sebagai pendidik harus dapat memilih materi belajar yang tepat dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Salah satu materi belajar keterampilan berbicara yang dapat dilakukan adalah pidato. Pidato merupakan suatu bentuk keterampilan berbicara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan suatu materi kepada siswa. Seorang guru yang memiliki keterampilan berbicara akan mudah menyampaikan gagasannya dan diduga guru tersebut akan berhasil mengemukakan gagasan itu sehingga dapat diterima oleh siswanya. Sebaliknya, jika seorang guru kurang memiliki keterampilan berbicara tentu akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan gagasannya di depan siswa, dan guru tersebut akan mengalami kegagalan karena pembicaraannya kurang menarik.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dengan salah seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu ibu Erma Yenti di SMAN 2 Solok Selatan, dapat diketahui bahwa adanya kelemahan siswa dalam berpidato pada kelas XII SMAN 2 Solok Selatan. Pertama, siswa kurang fasih dalam menyampaikan isi pidato yang disebabkan siswa yang terlalu fokus pada teks yang disediakan. Kedua, siswa kurang menguasai materi dari isi pidato. Ketiga, siswa kurang memahami penegertian dan ciri-ciri pidato. Keempat, siswa kurang percaya diri dalam menyampaikan isi pidato. Kelima, kurangnya penggunaan teknik yang bervariasi dalam berpidato.
Sebagai suatu terobosan bagi pendidik untuk memberikan keragaman dalam berpidato, maka pendidik seharusnya melakukan beberapa cara atau teknik yang dapat dilakukan sehingga siswa mudah untuk menyampaikan gagasannya dalam berpidato. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknik pemodelan. Teknik pemodelan ini dapat digunakan oleh pendidik ketika memberikan materi kepada siswa yang sedang diajarkan. Pendidik dapat memperagakan sesuatu sebagai contoh yang pada akhirnya dapat ditiru oleh siswa. Teknik pemodelan dapat menjadi metode atau alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran berpidato.
Keunggulan teknik pemodelan ini dapat didayagunakan sebagai perangkat pengantar gagasan dan alat peraga yang dimanfaatkan untuk menemukan dan mengembangkan materi pidato, menarik minat siswa, memudahkan siswa menjalin komunikasi dengan pendengar, dan sebagai sarana untuk membuat siswa lebih percaya diri agar tidak takut dan gerogi ketika berpidato. Pidatodengan teknik pemodelan adalah salah satu inovasi pembelajaran yang menarik, karena bukan hanya sebagai alat bantu, bahkan juga memiliki peran penting untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Pidato adalah kegiatan berbicara di depan umum yang
bertujuan untuk mempengaruhi pendengar serta meyakinkan pendengar supaya mengikuti apa yang diucapkan oleh si pembicara. Hal ini akan memudahkan siswa untuk mengembangkan dan mengemukakan pendapatnya dalam berpidato.
Kemampuan berpidato terintegrasi dalam kurikulum 2006 (KTSP). Berpidato terdapat dalam pembelajaran kelas XII semester 2.Berpidato terdapat dalam Satandar Kompetensi (SK) 10, yaitu mengungkapkan informasi melalui presentasi program/proposal dan pidato tanpa teks. Peneliti memfokuskan pada Kompetensi Dasar (KD) 10.2, yaitu berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat.
Hal ini dikarenakan dalam menyampaikan isi pidato, siswa terlalu fokus terhadap konsep teks yang mereka lihat. Oleh karena itu, dari masalah yang dialami oleh siswa di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Teknik Pemodelan terhadap Kemampuan
Berpidato Siswa Kelas XII SMA N 2 Solok Selatan”. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini dibatasi pada “Pengaruh Penggunaan Teknik Pemodelan terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas XII SMA N 2 Solok Selatan”.Rumusan masalahnya yaitu, Pertama, Kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan sebelum menggunakan teknik pemodelan.
Kedua,Kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan sesudah menggunakan
teknik pemodelan. Ketiga,Pengaruh penggunaan teknik pemodelan terhadap kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan.
Pada hakikatnya pidato termasuk seni monologika dalam keterampilan berbicara (Keraf, 1988:314). Monologika hadir pada zaman retorika modern. Dalam ilmu retorika modern, monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog. Dalam monologika hanya satu orang yang berbicara kepada sekelompok orang. Bentuk utama monologika adalah pidato. Komunikasi dalam berpidato lebih bersifat satu arah, sebab hanya satu orang yang berbicara, sedangkan yang lain mendengar (Hendrikus, 1990:48).Pembelajaran di kelas menuntut guru untuk memilih teknik yang sesuai dengan bahan yang akan diajarkan. Teknik merupakan cara dan alat yang digunakan guru dalam kelas. Teknik merupakan lanjutan dari metode, sedangkan arahnya harus sesuai dengan pendekatan. Menurut Sandjaya (2006: 267), pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Tujuan teknik pemodelan ini adalah agar siswa mengetahui, melihat, dan bisa melakukan dengan baik dengan disertai contoh yang diberikan guru.
B. MetodePenelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2013:72) “Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.” Rancangan openelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Postest Design. Sugiyono (2013:74), mengemukakan bahwa
One Group Pretest-Postest Design ini terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan. Dengan
demikian, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Menurut Suryabrata (2011:101), One Group Pretest-Postest
Design ini digunakan satu kelompok subjek.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa adalah 117 orang yang tersebar pada empat kelas. Karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka tidak semua populasi dijadikan sampel. Menurut Sugiyono (2013:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Arikunto (2002:117), purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan pada strata, random, atau daerah tetapi atas adanya tujuan tertentu. Berdasarkan informasi dari guru Bahasa Indonesia di SMAN 2 Solok Selatan, ditetapkan kelas XII IPS1 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang sebagai sampel penelitian. Pengambilan kelas tersebut disebabkan karena kelas ini memiliki siswa yang heterogen dan nilai yang bervariasi.
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
kelas XII SMA N 2 Solok Selatan. Data dalam penelitian ini adalah hasil tes kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja. Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan. Tes unjuk kerja dilakukan berdasarkan tema yang ditentukan, yaitu sebelum menggunakan teknik pemodelan adalah tentang “Moral,Akhlak,Etika,Pergaulan” dan sesudah menggunakan teknik pemodelan dengan tema “Tanggung Jawab Seorang Pelajar”. Aspek yang dinilai dalam tes unjuk kerja adalah intonasi, ketepatan ucapan (artikulasi), penguasaan materi (isi), volume suara (kenyaringan suara), gerak-gerik dan mimik. Instrumen pendukung adalah kamera digital untuk merekam siswa ketika berpidato dan lembaran pengamatan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama terdiri dari beberapa tahap. Pertama, guru menjelaskan materi tentang pidato.
Kedua, siswa berpidato di depan kelas dengan tema “Moral,Akhlak,Etika,Pergaulan” (pretest). Ketiga,menilai hasil pidato siswa dengan menggunakan lembaran pengamatan (rubrik) yang
disusun berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Pertemuan kedua dilakukan beberapa tahap.
Pertama, guru menjelaskan materi tentang pidato. Kedua,guru berpidato di depan kelas dengan
tema “Motivasi” (Pemodelan). Ketiga,siswa mengerjakan tes akhir (posttest) yaitu berpidato di depan kelas dengan menggunakan teknik pemodelan dengan tema “Tanggung Jawab Seorang Pelajar”. Keempat, menilai hasil pidato siswa dengan menggunakan lembaran pengamatan (rubrik) yang disusun berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Teknik analisis data dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara menganalisis data yang diperoleh dari tes berpidato siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik pemodelan melalui tahap-tahap berikut. Pertama, menentukan skor kemampuan berpidato siswa. Pemberian skor dilakukan dengan menggunakan format penilaian berikut ini.Kedua, mengolah skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan rumus presentase. Ketiga, Menacari nilai rata-rata (M) dari data yang diperoleh. Keempat, Mengklasifikasifikasikan kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan, dengan menggunakan skala 10. Kelima, menyajikan nilai yang diperoleh ke dalam tabel distribusi frekuensi, nilai siswa ditulis dan diurutkan dari yang tertinggisampai yang terendah. Keenam, membuat diagram batang kemampuan berpidato persuasi siswa untuk masing-masing indikator. Ketujuh,melakukan uji normalitas, homogenitas dan hipotesis. Analisis dan penelitian dilakukan bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Teknik analisis data yang digunakan untuk membandingkan kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan sebelum dan sesudah menggunakan teknik pemodelan dapat dianalisis dengan melakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Kedelapan, membahas hasil analisis data dan membuat kesimpulan.
C. Hasil dan Pembahasan
Pada tahap penelitian sebelum menggunakan teknik pemodelan data berdistribusi normal karena L0< Ltab = 0,2074 < 0,5887.Pada tahap penelitian sesudah menggunakan teknik pemodelan data berdistribusi normal karena L0< Ltab = 0,135 < 0,5887.Data homogen karena 0,54 < 0,6023 < 1,6928, maka H0 diterima, sampel varians yang homogen.Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan sebelum dan sesudah menggunakan teknik pemodelan karena t hitung > t tabel (7,447> 1,58).
1. Kemampuan Berpidato Siswa Kelas XII SMA N 2 Solok Selatan
Sebelum Menggunakan Teknik Pemodelan.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa tingkat penguasaan kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan sebelum menggunakan teknik pemodelan cukup dengan rata-rata(M) 65,93 berada pada rintangan 56—65% pada skala 10.
2. Kemampuan Berpidato Siswa Kelas XII SMA N 2 Solok Selatan Sesudah
Menggunakan Teknik Pemodelan.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa tingkat penguasaan kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok selatan Sesudah menggunakan teknik pemodelan tergolong cukup dengan rata-rata (M) 83,75 berada pada rentangan 76—85% pada skala 10.
3. Pengaruh Penggunaan Teknik Pemodelan terhadap Kemampuan
Berpidato Siswa Kelas XII SMA N 2 Solok Selatan.
Berdasarkan nilai kemampuan berpidato siswa kelas sampel, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik pemodelan dalam pembelajaran berpidato sangatlah baik dan signifikan. Hal ini terbukti dari hasil kemampuan berpidato siswa kelas sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan teknik pemodelan lebih baik dibandingkan dengan kelas sebelum diberi perlakuan yang hanya menggunakan metode konvensional.
Pada saat dilakukan teknik pemodelan oleh guru yaitu berpidato di depan siswa, siswa sangat antusias dalam mendengar dan memperhatikannya. Hal ini terbukti bahwa pada saat guru berpidato di depan kelas siswa terlihat konsentrasi dan sesekali menirukan cara berpidato. Sementara hal berbanding terbalik dengan yang dialami siswa sebelum diberikan perlakuan. Hal ini dapat diilihat dari tabel skor kemampuan siswa kelas sebelum diberi perlakuan dengan kelas yg diberi perlakuan. Nilai kelas kemampuan berpidato siswa kelas yang diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang tidak diberi perlakuan..
Jadi, teknik pemodelan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam berpidato, meningkatkan semangat belajar, dan konsentrasi siswa dalam belajar. Dengan adanya bantuan teknik pemodelan dalam berpidato memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran dan tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Teknik pemodelan dapat memberikan pengaruh dalam pembelajarn khususnya berpidato.
Pertama,hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena Pada
tahap penelitian sebelum menggunakan teknik pemodelan data berdistribusi normal karena L0< Ltab = (0,2074 < 0,5887). Dan pada tahap penelitian sesudah menggunakan teknik pemodelan data berdistribusi normal karena L0< Ltab = (0,135 < 0,5887).Kedua,hasiluji homogenitas
menunjukkan bahwa data mempunyai varians yang sama atau homogen karena
karena 0,54 <
0,6023 < 1,6928, maka H
0diterima, sampel varians yang homogen.
Ketiga,hasilpengujian hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara
Hasil
pengujian hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dan positif
antara kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan sebelum
dan sesudah menggunakan teknik pemodelan karena t hitung > t tabel (7,447>
1,58), dan kontribusi yang diberikan sebesar (r = 0,602).
D. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan terhadap penggunaan tekni pemodelan dalam pembelajaran berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan. Hal ini terbukti dengan nilai t hitung > t tabel dengan nilai rata-rata kemampuan berpidato siswa kelas sebelum diberi perlakuan adalah 65,93 tergolong pada kualifikasi cukup karena berada pada rentangan 56— 65%. Di samping itu, nilai rata-rata kemampuan berpidato siswa sesudah diberi perlakuan adalah 83,75% tergolong pada kualifikasi baik karena berada pada rentangan 76—85%. Terdapat pengaruh penggunaan teknik pemodelan terhadap kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan dengan uji thitung > ttabel = 7,45 > 1,58. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan teknik pemodelan terhadap kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA N 2 Solok Selatan.
Saran yang dapat dikemukakan sesuai dengan pendeskripsian, penganalisaan, pembahasan, dan kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, diharapkan agar siswa lebih
fasih, fokus dan tidak gerogi lagi dalam menyampaikan isi pidato yang dibantu dengan adanya teknik pemodelan. Kedua, hendaknya guru selalu memberikan teknik-teknik yang dapat membantu kelemahan-kelemahan siswa dalam berpidato khususnya pemakaian teknik pemodelan. Ketiga, untuk peneliti lain diharapkan dapat membantu melakukan penelitian yang lebih baik lagi dengan menggunakan teknik pemodelan terutama dalam pembelajaran berpidato. Keempat, bagi peneliti sendiri dapat dijadikan bahan pembelajaran dari pengalaman dalam melakukan penelitian dan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan.
KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hendrikus, Dori Wuwur. 2000. Retorika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Keraf, Gorys. 1988. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, Sumadi. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.