• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTROL DIRI DAN KECANDUAN INSTAGRAM PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTROL DIRI DAN KECANDUAN INSTAGRAM PADA MAHASISWA"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh:

Dwi Resky Setiawati 16320091

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2020

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

KONTROL DIRI DAN KECANDUAN INSTAGRAM PADA MAHASISWA

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Ketua

Yulianti Dwi Astuti S.Psi., M.Soc.Sc Dosen Penguji

Hazhira Qudsyi, S.Psi, M.A

Drs Sumedi P. Nugraha M.Sc., Ph.D. Psi

Ali Mahmud Ashshiddiqi., S.Pd.I., M.A

Pada tanggal :

Oleh:

Dwi Resky Setiwati 16320091

Mengesahkan

(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Dwi Resky Setiawati No Mahasiswa : 16320091

Program Studi : Psikologi

Judul Skripsi : Kontrol Diri dan Kecanduan Instagram pada Mahasiswa

Melalui surat ini saya menyatakan bahwa :

1. Selama melakukan penelitian dan pembuatan laporan penelitian skripsi saya tidak melakukan tindak pelanggaran etika akademik dalam bentuk apapun, seperti penjiplakan, pembuatan skripsi oleh orang lain, atau pelanggaran lain yang bertentangan dengan etika akademik yang dijunjung tinggi Universitas Islam Indonesia. Oleh karena itu, skripsi yang saya buat merupakan karya ilmiah saya sebagai penulis, bukan karya jiplakan atau karya orang lain.

2. Apabila dalam ujian skripsi saya terbukti melanggar etika akademik, maka saya siap menerima sanksi sebagaimana aturan yang berlaku di Universitas Islam Indonesia.

3. Apabila di kemudian hari, setelah saya lulus dari Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia ditemukan bukti secara meyakinkan bahwa skripsi ini adalah jiplakan atau karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang ditetapkan Universitas Islam Indonesia.

Yang menyatakan,

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin

Segala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya. Terima kasih atas segala berkah dan nikmat kemudahan dan kelancaran selama hidup sehingga naskah skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi

ini penulis persembahkan untuk : Ayah tersayang Sukani dan Ibu tercinta Siti Ratna

Terima kasih ya Allah atas kesempatan dan kenikmatan yang telah Engkau berikan. Terima kasih karena telah menghadirkan kedua orang tua yang selalu

menjadi motivator terbesar dalam hidup saya. Motivator yang tidak henti-hentinya berdoa dan memberikan semangat kepada saya. Saya sangat bersyukur

karena memiliki kedua orang tua yang selalu berkorban dan selalu sabar membesarkan ku hingga saya ada di tahap ini. Tidak ada usaha yang bisa

(5)

v

HALAMAN MOTTO

"Kamu tidak perlu menjadi luar biasa untuk memulai, tapi kamu harus memulai untuk menjadi luar biasa." - Zig Ziglar

“To handle yourself, use your head; to handle others, use your heart.” — Eleanor Roosevelt

(Untuk menangani dirimu sendiri, gunakan kepalamu; untuk menangani orang lain, gunakan hatimu.)

(6)

vi PRAKATA

Alhamdulillahi Robbil’alamin,

Segala puji hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alla yang telah memberikan nikmat dan hidayah yang tidak terhingga bagi kehidupan saya sehingga saya mampu menyelesaikan naskah ini dengan maksimal serta optimal. Tidak lupa shalawat serta salam saya haturkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam yang telah mengajarkan kebaikan serta ilmu yang berlimpah.

Saya selaku penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan rasa Bahagia karena telah menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah berjasa untuk membantu, membimbing dan memberikan nasihat serta doa yang tidak henti-hetinya kepada saya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Fuad Nashori, S.Psi., M. Ag., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Inodnesia.

2. Bu Qurotul Uyun, Dr.Phil., S.Psi., M.Si. selaku ketua jurusan Psikologi. 3. Ibu Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M., Soc.Sc selaku Kepala Prodi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. 4. Ibu Hazhira Qudsyi, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan serta bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pelajaran, saran serta nasihat yang begitu positif bagi penulis.

(7)

vii

5. Ibu Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama peneliti menjalankan aktivitas akademik di kampus.

6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universita Islam Indonesia yang telah membimbing untuk senantiasa mengajarkan ilmu yang berharga bagi penulis.

7. Seluruh pihak karyawan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universita Islam Indonesia bagian akademik, divisi umum, dan lain-lain atas Kerjasama selama ini.

8. Ayah tercinta Sukani dan Ibu tersayang Siti Ratna. Terima kasih selalu menguatkan ketika penulis dalam masalah, terimakasih telah memberikan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis, terima kasih selalu memberikan dukungan, doa, dan nasihat terhadap semua hal yang saya lakukan. Doa dan nasihat ayah dan ibu akan selalu penulis ingat.

9. Kakak tersayang Ari Anitasari. Terima kasih telah mendukung penulis dalam segala hal. Terimakasih telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Keponakan tersayang Eshal Zaina Salvina yang memberikan semangat dan keceriaan ketika saya merasa lelah saat mengerjakan skripsi.

11. Seluruh anggota keluarga yang selalu mengingatkan dan memberikan dukungan untuk menjalani kehidupan.

12. Alif Akbar, terima kasih atas dukungan, motivasi, nasehat, keceriaan yang begitu berarti bagi penulis dalam proses mengerjakan skripsi. Terima kasih telah menemani penulis.

(8)

viii

13. Sahabat-sahabat di bangku kuliah, Dyda, Mardiah, Yuni, dan Eca. Terima kasih yang selalu memberikan dukungan, motivasi kepada penulis, terima kasih selalu ada ketika saya mengalami kesulitan dalam hal akademik maupun kehidupan pribadi, terimakasih telah menemani penulis selama di bangku kuliah.

14. Sahabat saya di bangku SMP Yosika Adeirabella yang tetap menjalin komunikasi dengan baik hingga saat ini. Terima kasih telah mendukung, memotivasi, menemani, dan menghibur penulis disaat penulis sedang mengalami masalah, dan selalu bersedia mendengarkan cerita-cerita penulis.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’alla memberikan limpahan rahmat, karunia, dan kasih sayang sebagai balasan atas kebaikan semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung membantu terwujudnya skripsi ini. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila selama penulisan skripsi ini melakukan kekhilafan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saya yang membaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, 2 Juni 2020 Penulis

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN… ... ii

HALAMAN PERNYATAAN… ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO… ... v

PRAKATA… ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

BAB I PENGANTAR… ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Manfaat Peneltian ... 7

D. Keaslian Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Kecanduan Instagram ... 11

1. Definisi Kecanduan Instagram ... 11

2. Aspek-aspek Kecanduan Instagram ... 12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Instagram... 17

B. Kontrol Diri ... 20

1. Definisi Kontrol Diri ... 20

2. Aspek-aspek Kontrol Diri ... 22

C. Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecanduan Instagram ... 25

D. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Identifikasi Variabel Penelitian... 30

B. Definisi Operasional ... 30

C. Responden Penelitian ... 31

(10)

x

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32

F. Metode Analisis Data ... 34

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 35

A. Orientasi Kancah Dan Hasil Penelitian... 35

1. Orientasi Kancah ... 35

2. Persiapan Penelitian ... 36

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian ... 38

C. Hasil Penelitian ... 38

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 38

2. Deskripsi Data Penelitian ... 41

3. Uji Asumsi ... 43 4. Uji Hipotesis ... 45 D. Pembahasan... 46 BAB V PENUTUP ... 50 A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN ... 56

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Aitem Skala Kecanduan Instagram Sebelum Ujicoba .. 32

Tabel 2 Distribusi Aitem Skala Kontrol Diri Sebelum Ujicoba ... 32

Tabel 3 Distribusi aitem skala kontrol diri setelah uji coba ... 37

Tabel 4 Distribusi aitem skala kecanduan Instagram setelah uji coba ... 38

Tabel 5 Deskripsi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 38

Tabel 6 Deskripsi responden penelitian berdasarkan angkatan ... 39

Tabel 7 Deskripsi responden penelitian berdasarkan tempat tinggal ... 39

Tabel 8 Distribusi responden penelitian berdasarkan pengeluaran perbulan . 40 Tabel 9 Distribusi responden penelitian berdasarkan waktu penggunaan Instagram ... 40

Tabel 10 Distribusi responden penelitian berdasarkan waktu membuka Instagram40 Tabel 11 Deskripsi Data Penelitian ... 41

Tabel 12 Rumus Norma Kategorisasi ... 41

Tabel 13 Kategorisasi Kontrol Diri ... 42

Tabel 14 Kategorisasi Kecanduan Instagram ... 42

Tabel 15 Hasil Uji Normalitas ... 44

Tabel 16 Hasil Uji Linearitas ... 44

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Penelitian ... 57

Lampiran 2 Tabulasi Data Uji Coba ... 74

Lampiran 3 Uji Seleksi Aitem dan Reliabilitas ... 83

Lampiran 4 Tabulasi Data Setelah Uji Coba ... 86

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 94

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas ... 97

Lampiran 7 Hasil Uji Linearitas ... 99

Lampiran 8 Hasil Uji Korelasi ... 101

(13)

xiii

KONTROL DIRI DAN KECANDUAN INSTAGRAM PADA MAHASISWA Dwi Resky Setiawati

Hazhira Qudsyi

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dan kecanduan Instagram pada mahasiswa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dan kecanduan Instagram. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 178 mahasiswa dengan rentang usia 18-24 tahun yang memiliki AKUN Instagram melalui daring. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kontrol diri adalah alat ukur yang diadaptasi dari Avitaningrum milik Averill (1973) sedangkan pada variabel kecanduan Instagram menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Andriany milik Young (1998). Analisis korelasi menunjukkan nilai r = 0,164 dengan p = 0,029. Analisis korelasi determinasi (r2) menunjukkan sumbangan kontrol diri sebesar 2,6% pada kecanduan Instagram, sehingga hipotesis yang diajukan diterima.

(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan kemudahan dalam mengakses teknologi komunikasi dan informasi berdampak pada bertambahnya jumlah pengguna media sosial. Media sosial saat ini telah menjadi pilihan paling popular dalam melakukan komunikasi, terutama bagi mahasiswa. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa konten internet yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah media sosial. Pengguna media sosial aktif di Indonesia mencapai persentase sebesar 87,13 % pada tahun 2017 dengan komposisi sebesar 79,23% adalah mahasiswa. Pengguna 18-24 tahun menjadi kelompok usia pengguna Instagram paling besar di Indonesia, dengan total persentase 37,3% atau sekitar 23 juta pengguna. Di Universitas Sam Ratulangi ditemukan bahwa mahasiswa-mahasiswi berlomba-lomba menggunakan handphone canggih dengan kapasitas yang lebih tinggi agar dapat menggunakan semua media sosial dan memiliki kamera dengan kualitas paling baik. Hal ini dikarenakan seseorang akan dikatakan anak zaman sekarang apabila menggunakan semua media sosial yang terus mengalami perkembangan. Mahasiswa-mahasiswi tersebut sangat mementingkan gaya hidup terutama dalam hal berpakaian. Sehingga, dengan bantuan teknologi yang berkembang memudahkan untuk mengakses atau melihat mode-mode pakaian yang terbaru melalui media sosial (Drakel, 2018).

(15)

diartikan sebagai alat komunikasi (Laughey, 2007). Kata sosial diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat (Laughey, 2007). Jadi, media sosial adalah alat komunikasi yang digunakan oleh pengguna dalam proses sosial (Mulawarman & Nurfitri, 2017). Terdapat berbagai platform media sosial yang digunakan oleh mahasiswa mahasiswi di Indonesia, yaitu Facebook, Instagram, Twitter dan YouTube. Di Indonesia Instagram merupakan salah satu platform yang

mengalami pertumbuhan yang pesat, yakni berjumlah 45 juta pengguna aktif setiap bulan dan dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan negara (Kompas.com, 2019). Instagram memiliki arti yaitu kemudahan dalam mengambil dan melihat foto yang kemudian dapat dikirimkan atau dibagikan kepada orang lain (Atmoko, 2012). Instagram adalah sebuah aplikasi yang mempunyai fungsi hampir sama dengan Twitter, namun perbedaannya terletak pada pengambilan foto dalam bentuk atau tempat untuk berbagi informasi terhadap penggunanya (Atmoko, 2012).

Menurut Atmoko (2012), awalnya kemunculan Instagram sebagai salah satu media sosial yang menawarkan fitur untuk mengunggah foto ke dunia maya lengkap dengan fitur editing dan filter yang dapat digunakan oleh pengguna untuk memperindah foto yang akan diunggah. Kemudian pada tahun 2012 Instagram semakin berkembang. Banyak fitur-fitur yang ditawarkan, yaitu

chatting, story, video dan live video. Dengan begitu Instagram menjadi salah

(16)

negatif. Manfaat positif dari penggunaan Instagram yaitu dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan akurat, mempermudah komunikasi jarak jauh, dapat mendorong individu untuk lebih kreatif dalam membuat karya foto atau video blog, serta dapat melakukan promosi penjualan (Kurniawan, 2017). Pada saat ini banyak akun di Instagram yang memberikan banyak informasi terkait make up tutorial, online shop, wisata kuliner, objek wisata yang menarik (Ayutiani & Putri, 2018). Sedangkan dampak negatif dari penggunaan Instagram, menempatkan internet di atas kepentingan primer, seperti rela meninggalkan ujian hanya untuk mengakses Instagram, lebih suka atau lebih memilih berlama-lama di depan smartphone maupun laptop selain itu internet dapat mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat (Diarti, Sutriningsih, & Rahayu, 2017). Selain itu, Instagram juga dapat mengakibatkan kurangnya komunikasi tatap muka, pola interaksi seseorang dapat berubah, mengabaikan orang sekitar atau keluarga, membuang-buang waktu, kurangnya kreativitas, privasi terancam, pornografi, insomnia, cyberbullying, dan kecanduan Instagram (Chalim & Anwas, 2018). Apabila pengguna Instagram tidak menyadari bahwa Instagram memiliki sifat tanpa batas maka dapat membuat para penggunanya tanpa sadar telah membuang waktu dengan sia-sia. Hal ini dikarenakan, individu mencari informasi yang tidak penting bagi dirinya dan hanya untuk memenuhi kepuasan diri semata.

Peningkatan waktu dalam penggunaan Instagram secara terus-menerus dapat mengakibatkan permasalahan yang biasa dikenal sebagai kecanduan

(17)

Instagram merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan menghabiskan

banyak waktu yang dimiliki untuk mengakses Instagram dan tidak mampu mengontrol penggunaan Instagram saat online. Menurut Cicekoglu, Durulap dan Durulap (2014), individu yang mengakses Instagram 4-6 jam per hari memiliki tingkat kecanduan Instagram yang lebih tinggi daripada individu yang mengakses Instagram 2-3 jam perhari. Seseorang dapat dikatakan mengalami kecanduan Instagram apabila penggunaannya bisa lebih dari 30 menit dalam sehari atau jika dilihat dari frekuensinya maka penggunaannya bisa lebih dari tiga kali dalam sehari (Ma'rifatul & Nuryono, 2015). Menurut Young (2010), pengguna internet yaitu Instagram terbagi menjadi dua yaitu dependent dan nondependent. Nondependent merupakan pengguna internet yang normal.

Nondependent ini menghabiskan waktu 4 sampai 5 jam per minggu untuk

melakukan aktivitas dengan internet. Sedangkan dependent merupakan pengguna internet yang adiktif, di mana pengguna menggunakan internet sebagai sarana mencari informasi dan menjaga hubungan baik yang sudah terbentuk melalui komunikasi elektronik. Dependent dapat menghabiskan waktu 20 sampai 80 jam per minggu untuk menggunakan internet.

Pada saat ini sudah banyak individu yang mengalami kecanduan Instagram. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari, Ilyas &

Ifdil (2017), yaitu terdapat 50% dari 240 subjek yang berada pada kategori sedang, 43% berada pada kategori tinggi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Utami & Nurhayati (2019), menunjukkan bahwa terdapat 53% dari 266 subjek

(18)

Fauziyah (2017), kepada 91 mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta menunjukkan bahwa terdapat 52,74% (48 mahasiswa) mengalami kecanduan internet pada kategori tinggi.

Kecanduan Instagram dapat memberikan dampak negatif bagi pengguna Instagram. Diantaranya yaitu pengguna Instagram akan lebih merasa nyaman

dengan Instagram dari pada berinteraksi dengan orang lain, menyebabkan pengguna Instagram menjadi konsumtif, melewatkan waktu-waktu penting karena terlalu asyik mengakses Instagram, cyber-bullying, memicu munculnya narsistik, memicu munculnya depresi, serta menjadikan individu malas belajar sehingga prestasi akademik menurun (Warsita, Tarifu, & Sirajuddin, 2016). Selain itu, Soliha (2015) memaparkan dampak negatif dari kecanduan Instagram, yaitu dapat membuat individu lupa waktu, lebih mementingkan diri

sendiri, malas belajar, malas beraktivitas serta malas untuk melakukan komunikasi secara langsung.

Munculnya kecanduan Instagram pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Anggraeni, Husain dan Arifin (2014), tipe kepribadian introvert merupakan salah satu faktor penyebab kecanduan Instagram.

Keterampilan sosial yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kecanduan Instagram (Majorsy, dkk, 2013). Selain itu, regulasi diri juga merupakan faktor penyebab kecanduan Instagram (Sifa & Sawitri, 2018). Kesepian dan harga diri juga merupakan salah satu faktor penyebab kecanduan Instagram (Latief & Retnowati, 2018), serta kontrol diri (Ningtyas, 2012). Kontrol diri dapat dikatakan sebagai suatu proses terbentuknya

(19)

terdapat tiga konsep yang berbeda tentang kemampuan mengontrol diri, yaitu kemampuan seseorang untuk memodifikasi perilaku, kemampuan seseorang dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi serta kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakininya (Averill, 1973). Setiap individu memiliki kontrol diri yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kontrol diri tinggi, dan ada juga individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Hal ini dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kontrol diri yang baik maka akan menuntun individu tersebut ke arah yang baik. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang memiliki kontrol diri yang rendah maka akan menuntun individu tersebut ke arah yang negatif (Ariyanto & Anang, 2017). Sehingga, individu yang memiliki kontrol diri yang baik maka ia akan terhindar dari kecanduan Instagram.

Penelitian yang dilakukan oleh Andriany (2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecanduan internet. Penelitian yang dilakukan oleh Istri (2016) menunjukkan bahwa kontrol diri dan keterampilan sosial berpengaruh signifikan terhadap kecanduan internet. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto (2017) menunjukkan bahwa kontrol diri berpengaruh terhadap kecanduan internet.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk melakukan analisis secara mendalam. Peneliti ingin meneliti apakah terdapat hubungan antara kontrol diri dan kecanduan Instagram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

(20)

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan kontrol diri dan kecanduan Instagram pada mahasiswa di Yogyakarta.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan pengetahuan di bidang akademik terutama untuk Psikologi agar lebih mengetahui dan memahami informasi mengenai fenomena kecanduan Instagram.

b. Memberikan sudut pandang dan pendekatan baru dalam memahami fenomena media sosial di kalangan mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi penelitian-penelitian berikutnya dengan topik yang sama dan dapat menghasilkan sebuah alat ukur yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya. b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau

rekomendasi untuk menguatkan kontrol diri terhadap penggunaan Instagram secara bijaksana dan benar.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya konsep kontrol diri dan kecanduan Instagram.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan tema serupa pernah diteliti sebelumnya. Perbedaan utama dengan penelitian ini adalah:

(21)

Penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto (2017) mengenai Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecanduan Internet pada Remaja Surakarta.

Penelitian yang dilakukan oleh Andriany (2019) mengenai Kontrol Diri dan Kecanduan Internet pada Mahasiswa di Universitas X di Yogyakarta.

Sedangkan dalam penelitian ini memilih topik Hubungan Kontrol Diri dan Kecanduan Instagram pada Mahasiswa.

2. Keaslian Teori

Penelitian sebelumnya yaitu Ariyanto (2017) menggunakan teori dari Young (2014) yaitu ketidakmampuan individu untuk mengontrol dorongan yang ada pada dalam diri terhadap penggunaan internet. Sedangkan penelitian ini menggunakan teori Young (2010). Young (2010), yaitu suatu sindrom yang ditandai dengan menghabiskan waktu yang banyak dalam menggunakan internet (Instagram) dan tidak dapat mengontrol penggunaan Instagram saat online.

Variabel kontrol diri pada penelitian Ariyanto (2017) menggunakan teori Carver & Scheiner (2010) yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan dari waktu ke waktu dan membuat seseorang menginvestasikan secara aktif usaha yang diperlukan dalam mencapai tujuan dan hasil. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto (2017) menggunakan teori dari (Tangney, Baumeister, & Boone, 2004), yaitu kemampuan yang bertujuan untuk menekan atau menghambat perilaku seseorang secara sengaja ataupun secara sadar. Sedangkan pada penelitian ini variabel kontrol diri

(22)

memodifikasi perilaku, kemampuan seseorang dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi serta kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakininya. Ditambah dengan teori Hurlock (1980) mengemukakan bahwa kontrol diri merupakan perbedaan dalam mengelola emosi, cara mengatasi masalah, tinggi rendahnya motivasi, dan kemampuan mengelola potensi dan pengembangan kompetensinya.

3. Keaslian alat ukur

Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala IAT (Internet Addiction Test) yang dibuat dan dikembangkan oleh Young (1998) dengan aspek-aspek withdrawal and social problems, time management and performance dan reality substitute yang disusun oleh Andriany (2019). Skala

kontrol diri dengan aspek Mengontrol perilaku (Behavior Control), Mengontrol Kognisi (Cognitive Control), Mengontrol Keputusan (Decisional Control), Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto menggunakan

skala IAT (Internet Addiction Test) dengan aspek merasa asik dengan internet, memerlukan waktu untuk mencapai kepuasan, merasa kurang dengan waktu yang digunakan untuk membuka internet, tidak mampu mengurangi penggunaan internet, berulang kali melakukan upaya untuk menghentikan, mengontrol, mengurangi, merasa gagal dan merasa gelisah, murung, depresi dan marah saat berusaha menghentikan, waktu yang digunakan untuk membuka internet semakin meningkat serta kehilangan

(23)

hal-Behavior Control, Cognitive Control, Decisional Control.

4. Keaslian subjek

Penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto menggunakan remaja yang berusia 15 sampai 18 tahun di Surakarta sedangkan penelitian ini menggunakan subjek mahasiswa aktif di Universitas Islam Indonesia.

(24)

11 1. Definisi Kecanduan Instagram

Kecanduan berasal dari kata candu yang memiliki arti sesuatu yang membuat individu ingin melakukannya terus menerus (Smart, 2010). Pada awalnya kecanduan hanya ditujukan kepada penyalahgunaan obat yaitu suatu keadaan di mana seseorang mengalami ketergantungan secara fisik terhadap zat kimia (Santoso & Purnomo, 2017). Menurut Arthur dan Emily (2010), kecanduan (addiction) merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dan dapat memunculkan dampak yang negatif. Kecanduan adalah sesuatu yang menyenangkan yang dilakukan dengan berlebihan sehingga melupakan hal-hal yang lain (Suplig, 2017). Kecanduan dapat menimbulkan dampak yang negatif dalam kehidupan seseorang (Maheswari & Dwiutami, 2013). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecanduan adalah suatu kondisi di mana individu mengalami ketergantungan terhadap sesuatu yang disenangi dan dilakukan secara berulang-ulang pada akhirnya akan menimbulkan dampak yang negatif. Instagram memiliki arti yaitu kemudahan dalam mengambil dan melihat foto yang kemudian dapat dikirimkan atau dibagikan kepada orang lain. Instagram adalah sebuah aplikasi yang khusus untuk media sosial yang mana merupakan salah satu dari media digital yang mempunyai fungsi hampir sama dengan twitter,

(25)

namun perbedaannya terletak pada pengambilan foto dalam bentuk atau tempat untuk berbagi informasi terhadap penggunanya (Atmoko, 2012).

Menurut Young (2010), kecanduan Instagram merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan menghabiskan banyak waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas Instagram dan tidak mampu mengontrol penggunaan Instagram. Kecanduan Instagram adalah suatu kondisi di mana individu merasa bahwa dunia maya di layar komputer/smartphone lebih menarik daripada kehidupan nyata sehari-hari (Orzack, 2004). Selain itu, Griffiths (2015) menjelaskan kecanduan Instagram merupakan tingkah laku berulang-ulang yang meliputi interaksi antara manusia dengan mesin tanpa adanya penggunaan obat-obatan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kecanduan Instagram adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketergantungan terhadap Instagram dan dilakukan secara berulang-ulang serta tidak dapat mengontrol penggunaan Instagram yang pada akhirnya dapat menimbulkan efek negatif.

2. Aspek-aspek Kecanduan Instagram

Terdapat tiga aspek kecanduan Instagram menurut Young (1998), yaitu:

a. Penarikan dan Masalah Sosial (Withdrawal and social problems)

Individu yang mengalami kecanduan Instagram akan merasa kesulitan ketika kehidupannya dijauhkan dan penggunaannya dibatasi dari Instagram serta adanya permasalahan interpersonal akibat

(26)

penggunaan Instagram. Individu akan merasa tidak nyaman ketika offline. Ketika offline individu akan merasa gelisah, murung, tertekan dan

cepat marah. Penggunaan Instagram menjadi aktivitas paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu, merasa sangat membutuhkan Instagram, dan mengalami kemundurun dalam perilaku sosial. Individu akan selalu memikirkan Instagram walaupun tidak sedang mengakses Instagram sekalipun. Misalnya, selalu memeriksa smartphone untuk melihat sosial media yang dimiliki sebelum

melakukan aktivitas lainnya. Perasaannya tidak nyaman jika offline. Kriteria yang keempat ini dimaksudkan bahwa individu akan merasa gelisah, murung, tertekan atau lekas marah ketika mengurangi atau menghentikan penggunaan Instagram. Demi melakukan aktivitas Instagram individu lebih memilih untuk mengabaikan kehidupan sosial

seperti berkumpul atau bertemu dengan orang terdekat, berekreasi dengan teman ataupun keluarga dan mengurangi kegiatan sosial lainnya. Individu akan mengurangi kegiatannya di luar kegiatan yang berkaiatan dengan Instagram agar dapat menggunakan lebih banyak waktunya untuk mengakses Instagram.

b. Manajemen Waktu dan Kinerja (Time management and performance) Managemen waktu atau Time management and performance ini ditunjukkan dengan adanya tingkat penggunaan Instagram yang kompulsif, kegagalan dalam mengontrol dan kegagalan dalam mengurangi jumlah penggunaan Instagram. Akibat yang ditimbulkan

(27)

oleh ketidakmampuan mengontrol diri yaitu semakin bertambahya waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas Instagram baik dalam bentuk frekuensi maupun durasi waktu. Contohnya seperti, ingin mengurangi waktu penggunaan Instagram namun selalu gagal dan terus menambah durasi penggunaan Instagram. Kurangnya kontrol diri terhadap penggunaan Instagram dapat mengakibatkan masalah akademis dan kinerja pekerjaan. Seseorang akan mengabaikan pekerjaan yang harus dikerjakan karena aktivitas Instagram. Contohnya seperti, individu tidak mengerjakan tugas sekolah karena lebih memilih bermain dengan Instagram.

c. Pengganti Realita (Reality substitute)

Pengganti realita atau Reality substitute mencerminkan sejauhmana individu menganggap Instagram sebagai realitas lain dan Instagram sebagai pengalihan untuk menyelesaikan masalah di dunia

nyata. Aktivitas Instagram digunakan individu sebagai strategi coping dari masalah, misalnya melarikan diri atau mengabaikan masalah yang sedang terjadi di dunia nyata. Akhirnya hal tersebut mengakibatkan aktivitas Instagram menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan individu sehingga dapat mendominasi pikiran, perasaan dan perilaku. Misalnya, menggunakan Instagram untuk menenangkan pikiran.

Penggunaan Instagram secara berlebihan berkaitan dengan hilangnya pengertian mengenai pemakaian waktu atau pengabaian kebutuhan-kebutuhan dasar dalam kehidupan individu. Seseorang

(28)

biasanya menyembunyikan atau merahasiakan waktu online yang digunakan dari orang tua, anggota keluarga maupun orang-orang terdekat lainnya. Contohnya seperti awalnya ingin melakukan aktivitas Instagram selama 2 jam akan tetapi pada kenyataannya telah menggunakan Instagram selama 5 jam atau lebih.

Selain itu, Griffiths (2015) menyatakan terdapat enam dimensi kecanduan Instagram, yaitu:

a. Esensial (Salience)

Hal ini akan muncul disaat penggunaan Instagram menjadi aktivitas yang paling penting dalam kehidupan seseorang, mendominasi pikiran seseorang (preokupasi atau gangguan kognitif), perasaan (merasa sangat butuh) dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial). Individu akan memikirkan Instagram walaupun tidak sedang mengakses Instagram.

b. Perubahan Suasana Hati (Mood Modification)

Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri yang menjadi hasil dari berselancar di Instagram, serta dapat dilihat sebagai strategi coping.

c. Toleransi (Tolerance)

Toleransi atau Toleranace merupakan proses di mana terjadinya peningkatan jumlah penggunaan Instagram untuk mendapatkan efek perubahan dari mood.

(29)

d. Gejala Penarikan (Withdrawal Symptoms)

Gejala penarikan atau Withdrawal symptoms merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena penggunaan Instagram dikurangi atau tidak dilanjutkan (misalnya mudah marah, cemas atau tubuh bergoyang).

e. Konflik (Conflict)

Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi diantara pengguna Instagram dengan lingkungan sekitar (konflik interpersonal), konflik

dalam tugas lainnya, seperti pekerjaan, tugas, kehidupan sosial dan hobi serta konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri, seperti konflik intrafisik atau merasa kurangnya kontrol yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengakses Instagram.

f. Berulang (Relapse)

Berulang (Relapse) merupakan kecenderungan berulangnya pola penggunaan Instagram setelah adanya kontrol.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kecanduan Instagram menurut Young (1998) meliputi penarikan dan masalah sosial (withdrawal and social problems), manajemen waktu dan kinerja (time management and performance), pengganti realita (reality substitute). Sedangkan menurut Griffiths (2015), terdapat enam dimensi

kecanduan Instagram yaitu esensial (salience), perubahan suasana hati (mood modification), toleransi (tolerance), gejala penarikan (withdrawal symptoms), konflik (conflict) dan berulang (relapse).

(30)

Aspek-aspek kecanduan Instagram yang dikemukakan oleh Young (2010), akan dijadikan acuan indikator pembuatan skala kecanduan Instagram. Hal ini dikarenakan, menurut peneliti aspek-aspek kecanduan

Instagram yang dikemukakan oleh Young isinya lengkap dan dapat

digunakan untuk melihat masalah mengungkap variabel kecanduan Instagram.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Instagram

Young (2010), memaparkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kecanduan Instagram, yaitu:

a. Gender

Gender dapat mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab individu mengalami kecanduan Instagram. Laki-laki lebih sering mengalami kecanduan terhadap game online, situs porno dan perjudian online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami kecanduan terhadap chatting dan berbelanja secara online.

b. Kondisi Psikologis

Kecanduan Instagram timbul akibat masalah-masalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan serta sering menggunakan dunia fantasi di Instagram sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stress.

(31)

c. Kondisi Sosial Ekonomi

Individu yang telah bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kecanduan Instagram dibandingkan dengan inidvidu yang belum bekerja. Hal ini dikarenakan individu yang telah bekerja memiliki fasilitas internet di kantornya dan juga memiliki sejumlah gaji yang memungkinkan individu memiliki fasilitas komputer/smartphone dan internet di rumahnya.

d. Tujuan dan Waktu Penggunaan Instagram

Tujuan dalam penggunaan Instagram akan menentukan sejauhmana individu mengalami kecanduan Instagram, terutama dikaitkan terhadap banyaknya waktu yang dihabiskan di depan komputer. Individu yang menggunakan Instagram untuk pendidikan memiliki kecenderungan mengalami kecanduan Instagram yang lebih kecil begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan tujuan penggunaan Instagram bukan digunakan sebagai upaya untuk mengatasi atau melarikan diri dari masalah yang sedang dihadapi di kehidupan nyata.

e. Tidak Mampu Mengontrol Diri

Ketidakmampuan individu dalam mengontrol diri dapat mengakibatkan bertambahnya waktu untuk melakukan aktivitas dengan Instagram baik dalam frekuensi maupun durasi waktu.

Selain faktor-faktor yang dikemukakan oleh Young (2010) terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kecanduan Instagram yang dikemukakan oleh Mountag & Reuter (2015), yaitu:

(32)

a. Faktor sosial

Kusilitan dalam melakukan hubungan sosial dan juga kesulitan dalam melakukan komunikasi interpersonal dapat menyebabkan penggunaan internet yang berlebihan dan terus-menerus. Hal tersebut dikarenakan individu mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain secara nyata atau secara langsung dengan cara bertatap muka. Akibatnya, individu lebih memilih berkomunikasi melalui internet karena individu akan lebih merasa aman dan nyaman ketika berkomunikasi melalaui internet sebab tidak harus bertatap muka secara langsung dengan lawan bicara. Rendahnya kemampuan dalam berkomunikasi dapat mengakibatkan rendahnya harga diri, mengisolasi diri dan menimbulkan permasalahan dalam hidup seperti kecanduan internet.

b. Faktor psikologis

Permasalahan psikologis yang dialami seseorang seperti kecemasan, depresi, obsessive compulsive disorder (OCD), penyalahgunaan obat-obat terlarang dan sindrom-sindrom yang berkaitan dengan masalah psikologis dapat mengakibatkan kecanduan internet. gangguan yang dialami tersebut akan membuat seseorang lari dari masalah yang sedang dihadapi dan mencari hiburan dari aktivitas internet. Pelarian yang dilakukan yang dilakukan ini dapat mendorong individu menggunakan internet sebagai pelampiasan dan pada akhirnya menyebabkan kecanduan terhadap internet.

(33)

c. Faktor biologis

Penelitian yang dilakukan oleh Montag dan Reuter (2015) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antar orang yang mengalami kecanduan internet dengan yang tidak mengalami kecanduan internet. Seseorang yang mengalami mengalami kecanduan internet menunjukkan bahwa dalam memproses informasi jauh lebih lambat, sulit dalam mengontrol diri dan memiliki kecenderungan kepribadian depresif.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor kecanduan Instagram menurut Young (2010) meliputi gender, kondisi psikologis, kondisi sosial ekonomi, tujuan dan waktu penggunaan Instagram, dan tidak mampu mengontrol diri. Sedangkan menurut Mountag & Reuter (2015), terdapat tiga faktor-faktor kecanduan Instagram, yaitu faktor sosial, faktor psikologis, dan faktor biologis.

B. Kontrol Diri 1. Definisi Kontrol Diri

Kontrol diri adalah variabel psikologis yang dalamnya terdapat tiga konsep yang berbeda tentang kemampuan mengontrol diri, yaitu kemampuan seseorang untuk memodifikasi perilaku, kemampuan seseorang dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi serta kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakininya (Averill, 1973). Menurut Hurlock (1980), kontrol diri merupakan perbedaan dalam mengelola emosi, cara mengatasi masalah,

(34)

tinggi rendahnya motivasi, dan kemampuan mengelola potensi dan pengembangan kompetensinya. Kontrol diri juga berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu mengendalikan emosi dan dorongan-dorongan dalam dirinya (Hurlock, 1980).

Menurut Papalia, Olds dan Feldman (2004), kontrol diri merupakan suatu kemampuan individu untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan apa yang dianggap diterima secara sosial oleh masyarakat. Kontrol diri adalah kemampuan mengesampingkan impuls dan respon spontan yang selama ini telah menjadi kebiasaan, untuk kemudian menyesuaikan diri dengan standar orang atau pihak lain (Tangney, dkk dalam Hastuti, 2018). Selain itu, menurut Kartono dan Gulo (1987) kontrol diri yaitu bagaimana cara seseorang dalam mengatur tingkah lakunya sendiri.

Menurut Endrianto (2014), kontrol diri adalah kemampuan individu untuk mengontrol atau mengubah respon dari dalam dirinya untuk menghindarkan diri dari perilaku yang tidak diharapkan dan mengarahkan dirinya pada sesuatu yang ingin dicapai. Kontrol diri merupakan tindakan diri dalam mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkah laku yang dapat dikontrol dengan cara menghindar, penjauhan, stimuli yang tidak disukai dan memperkuat diri Skinner (Alwisol, 2004).

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol diri atau tingkah laku dengan cara memodifikasi perilaku, menginterpretasikan

(35)

informasi yang tidak diinginkan serta memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini.

2. Aspek-aspek Kontrol Diri

Menurut Averill (1973), terdapat tiga jenis aspek dalam kemampuan mengontrol diri, yaitu:

a. Mengontrol perilaku (Behavior Control)

Mengontrol diri atau behavior control merupakan suatu tindakan langsung terhadap lingkungan. Hal ini berarti seseorang mempunyai kemampuan mengontrol diri dengan baik maka seseorang tersebut akan mampu menentukan perilakunya sendiri dan jika seseorang tersebut tidak mampu, maka akan menggunakan sumber eksternal dari luar dirinya. b. Mengontrol Kognisi (Cognitive Control)

Mengontrol kognisi atau cognitive control adalah kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara mengimplementasikan, menilai atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologi untuk mengurangi tekanan.

c. Mengontrol Keputusan (Decisional Control)

Mengontrol keputusan atau decisional control adalah sebuah kemampuan untuk memilih hasil yang diyakini individu dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih kemungkinan suatu tindakan.

(36)

Selain itu, Tangney, Baumeister dan Boone (2004) memaparkan bahwa kontrol diri terdiri dari lima aspek, yaitu:

a. Disiplin Diri (Self-Discipline)

Hal ini mengacu pada kemampuan individu dalam melakukan disiplin diri. Hal ini menunjukkan bahwa individu mampu memfokuskan diri saat melakukan tugas. Individu dengan disiplin diri mampu menahan dirinya dari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasinya.

b. Kehati-hatian (Deliberaate atau Nonimpulsive)

Kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan tertentu, bersifat hati-hati dan tidak tergesa-gesa. Pada saat individu sedang bekerja, ia akan cenderung tidak mudah teralihkan. Individu yang tergolong nonimpulsive dapat bersifat tenang dalam megambil keputusan dan bertindak.

c. Kebiasaan Sehat (Healthy Habits)

Kemampuan mengatur pola perilaku menjadi kebiasaan yang menyehatkan bagi individu. Individu dengan healthy habits akan menolak sesuatu yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi dirinya meskipun hal tersebut menyenangkan. Individu tersebut akan mengutamakan hal-hal yang memberikan dampak positif bagi dirinya meski dampak tersebut tidak diterima secara langsung.

d. Etika Kerja (Work Ethic)

Hal ini berkaitan dengan penilaian individu terhadap regulasi diri di dalam layanan etika. Individu mampu menyelesaikan pekerjaan

(37)

dengan baik tanpa dipengaruhi oleh hal-hal di luar tugasnya meskipun hal tersebut bersifat menyenangkan. Individu mampu memberikan perhatiannya pada pekerjaan yang sedang dilakukan.

e. Konsisten (Reliability)

Dimensi yang berakaitan dengan penilaian individu terhadap kemampuan dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka panjang untuk pencapaian tertentu. Individu tersebut akan secara konsisten akan mengatur perilakunya untuk mewujudkan setiap perencanaannya.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kontrol diri menurut Averill (1973) meliputi mengontrol perilaku (behavior control), mengontrol kognisi (cognitive control), mengontrol keputusan (decisional control). Sedangkan menurut Tangney, Baumeister dan Boone (2004) terdapat lima aspek, yaitu disiplin diri (self-discipline), kehati-hatian (deliberate atau nonimpulsive), kebiasaan sehat (healthy habits), etika kerja (work ethic), konsisten (reliability).

Aspek-aspek kontrol diri yang dikemukakan oleh Averill (1973), akan dijadikan acuan indikator pembuatan skala kontrol diri. Hal ini dikarenakan, menurut peneliti aspek-aspek kontrol diri yang dikemukakan oleh Averill isinya lengkap dan dapat digunakan untuk melihat masalah mengungkap variabel kontrol diri.

(38)

C. Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecanduan Instagram

Beragamnya fitur-fitur yang ada di Instagram menjadikan intensitas penggunaan Instagram dikalangan mahasiswa semakin meningkat (Atmoko, 2012).

Mahasiswa merupakan golongan remaja akhir yang perlu untuk memperhatikan perilaku atau tingkah lakunya pada saat menggunakan Instagram. Memiliki kontrol diri terkait dengan aktivitas yang dilakukan saat

mengakses Instagram menjadi sesuatu hal yang penting untuk mahasiswa. Hal ini dikarenakan agar mahasiswa maupun mahasiswi memiliki kemampuan untuk memilah mana saja perilaku yang dapat atau tidak dapat diterima di lingkungan masyarakatnya (Aviyah & Farid, 2014).

Secara umum kontrol diri dapat mempengaruhi cara individu berperilaku dan mengendalikan emosinya. Menurut Averill (1973), kontrol diri merupakan sebuah variabel psikologis yang meliputi kemampuan individu untuk mengatur atau merubah perilaku, mencerna hal baik ataupun buruk dan memilah informasi yang penting dan tidak penting serta kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan yang diyakininya. Seseorang yang mempunyai kontrol diri yang baik maka akan semakin baik pula individu tersebut dalam mengatur perilaku dan emosinya (Denson, 2012). Aspek-aspek yang terdapat pada kontrol diri adalah behavior control atau kontrol perilaku, cognitive control atau kognisi kontrol

dan decisional control atau mengontrol keputusan.

Kontrol diri menjadi salah satu faktor yang ikut andil pada kecanduan Instagram. Hal ini sejalan dengan Young (2010) yang menyatakan bahwa

(39)

terdapat lima faktor yang mendorong terjadinya kecanduan Instagram, yaitu gender, kondisi psikologis, kondisi sosial ekonomi, tujuan dan waktu penggunaan Instagram, serta tidak mampu mengontrol diri. Penelitian terkait kontrol diri dengan kecanduan internet yang dilakukan oleh Ariyanto (2017) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecanduan internet pada remaja di Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kontrol diri yang dimiliki seseorang maka semakin rendah tingkat kecanduan internetnya. Pengguna Instagram yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan mampu menentukan, mengarahkan serta mengatur perilaku penggunaan Instagram.

Averill (1973) menjelaskan bahwa kontrol diri memiliki tiga aspek. Pertama, kemampuan mengontrol perilaku (behavior control) yaitu kemampuan individu dalam menentukan siapa yang mengendalikan keadaan dirinya atau sesuatu di luar dirinya. Kemampuan untuk memahami bagaimana dan kapan sesuatu stimulus yang tidak dikehendaki untuk dihadapi. Salah satu faktor penyebab terjadinya kecanduan Instagram menurut Young (2010) yaitu ketidakmampuan mengontrol diri. Individu yang tidak mampu untuk mengontrol diri dalam penggunaan Instagram akan memiliki kecenderungan mengalami kecanduan Instagram. Ketidakmampuan mengontrol diri dalam penggunaan Instagram akan membuat individu lupa waktu dan akan terus menambah durasi

waktu dalam penggunaanya (Istri, 2016). Pada saat individu tidak dapat mengontrol dirinya dalam menggunakan Instagram maka individu tersebut tidak dapat mengarahkan dan mengatur perilakunya dalam menggunakan Instagram.

(40)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ariyanto, 2017), yaitu individu yang mampu mengontrol diri mampu mempertimbangkan konsekuensi sehingga dapat memilih tindakan yang dilakukan serta individu mampu mengatur dalam menggunakan internet sesuai dengan kebutuhan dan mampu menyeimbangkan aktivitas online dengan aktivitas lain di kehidupan.

Kedua, aspek kemampuan mengontrol kognisi (kognitive control) yaitu kemampuan seseorang utuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara mengimplementasikan, menilai atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologi untuk mengurangi tekanan. Salah satu faktor penyebab terjadinya kecanduan Instagram menurut Young (2010), kondisi psikologis. Kecanduan Instagram muncul akibat dari masalah-masalah emosional, yaitu depresi dan gangguan kecemasan. Apabila individu tidak mampu mengimplementasikan, menilai dan menggabungkan hal-hal yang tidak dibutuhkan dari Instagram maka individu akan semakin mengalami kecanduan Instagram. Individu akan menggunakan dunia fantasi Instagram sebagai pengalihan dari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Putri (2019), bahwa individu yang mengalami kecemasan dan depresi dalam hubungan sosial akan beralih ke dunia maya salah satunya Instagram. Adanya kemampuan mengontrol kognisi sangat diperlukan agar individu dapat mengontrol diri dalam penggunaan Instagram dan tidak mengalami kecanduan Instagram.

Ketiga, kemampuan dalam mengontrol keputusan (decisional control), yaitu kemampuan seseorang dalam menentukan tindakan atau suatu hasil

(41)

berdasarkan pada suatu hal yang diyakini. Salah satu faktor penyebab terjadinya kecanduan Instagram menurut Young (2010), yaitu tujuan dan waktu penggunaan Instagram. Apabila tujuan individu menggunakan Instagram untuk pendidikan maka individu memiliki kecenderungan kecanduan Instagram lebih kecil. Hal ini dikarenakan individu mampu membatasi dan mengontrol kegiatan yang dilakukan ketika mengakses Instagram (Young, 2010). Individu akan mengimplementasikan, menilai dan menggabungkan suatu informasi yang tidak dibutuhkan. Pada saat pengguna Instagram memutuskan untuk menggunakan Instagram dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan maka seseorang tersebut

tidak akan mengalami kecanduan internet (Baumeister, 2002). Begitu sebaliknya, individu yang tidak dapat mengontrol dirinya dalam menggunakan Instagram dengan baik dan sesuai kebutuhan menunjukkan individu tersebut

memiliki kontrol diri yang rendah, sehingga individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan penggunaan Instagram dan pada akhirnya mengarahkan individu pada kecanduan Instagram (Baumeister, 2002).

Menurut Choliz (2012), individu yang memiliki kontrol diri yang baik akan dapat mengontrol dan mengarahkan perilakunya dalam penggunaan Instagram dan tidak akan mengalami kecanduan Instagram. Sebaliknya,

individu yang memiliki kontrol diri kurang baik akan menyebabkan individu tersebut kesulitan dalam mengatur, mengarahkan dan mengurangi penggunaan Instagram. Individu yang mengalami kecanduan Instagram cenderung berani

mengambil risiko kehilangan karena Instagram. Apabila seorang pengguna Instagram sedang mangalami masalah, maka ia akan menggunakan Instagram

(42)

untuk melarikan diri dari masalahnya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Tri Kusuma Adi (2016) yaitu individu mencoba mengatasi masalah yang dimilikinya dengan cara melarikan diri dari dunia nyata ke dunia maya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bagaimana kontrol diri memiliki hubungan dengan kecanduan Instagram. Banyaknya informasi yang dapat diperoleh di Instagram membuat penggunanya tidak bisa mengontrol dan mengarahkan diri untuk memilah informasi yang diperlukan dan tidak diperlukan. Penelitian ini berfokus untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan antara kontrol diri dengan kecanduan Instagram pada mahasiswa di Universitas Islam Indonesia.

D. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan mengenai kontrol diri dan kecanduan Instagram di atas maka peneliti mengajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya, yaitu terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dan kecanduan Instagram, yang artinya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah kecanduan Instagram. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi kecanduan Instagram yang dialami.

(43)

30

Sebagaimana tujuan dan hipotesis penelitian yang telah diajukan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Adapun variabel penelitiannya adalah sebagai berikut:

Variabel KRITERIA (tergantung) : Kecanduan Instagram Variabel PREDIKTOR (bebas) : Kontrol Diri

B. Definisi Operasional 1. Kecanduan Instagram

Kecanduan Instagram dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh responden pada skala kecanduan Instagram, dengan aspek withdrawal and social problems, time management and performance, reality

substitute. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden maka semakin

tinggi kecanduan Instagram yang dialami oleh responden dan sebaliknya semakin rendah skor maka semakin rendah kecanduan Instagram yang dialami.

2. Kontrol Diri

Kontrol diri dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh responden pada skala kontrol diri, dengan aspek-aspek mengontrol perilaku (behavior control), mengontrol kognisi (cognitive control) dan mengontrol kepuasan (decisional control). Semakin tinggi skor, semakin tinggi pula

(44)

kontrol diri dan sebaliknya semakin rendah skor maka semakin rendah pula kontrol diri.

C. Responden Penelitian

YANG M,ENJADI Responden penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Universitas Islam Indonesia berusia 18-24 tahun yang memiliki media sosial Instagram (SELAMA 3 TAHUN?) melalui smartphone, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala psikologis sebagai skala untuk mengungkap atribut psikologis yang dijadikan variabel dalam penelitian ini. Penelitian ini terdiri dari skala kecanduan Instagram dan skala kontrol diri.

1. Skala Kecanduan Instagram

Skala kecanduan Instagram yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun oleh Andriany (2019) dengan mengacu pada teori Young (1998). Skala ini berisi 18 aitem, dengan reliabilitas 0,907, dengan aspek withdrawal and social problems (8 aitem), time management and performance (4 aitem), dan reality substitute (6 aitem). Seluruh dari aitem ini

berbentuk favorable. Skala ini terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (1), Tidak Sesuai (2), Agak Sesuai (3), Sesuai (4), dan Sangat Sesuai (5). Berikut ini distribusi aitem skala kecanduan Instagram:

(45)

Tabel 1.

Distribusi Aitem Skala Kecanduan Instagram Sebelum Ujicoba

No. Aspek Favorabel Total

1. Withdrawal and social problems

1.2.3.4.5.6.7.8 8 2. Time management and

performance

9, 10, 11, 12 4 3. Reality substitute 13, 14, 15, 16, 17, 18 6

Total 18

2. Skala Kontrol Diri

Skala kontrol diri dalam penelitian ini menggunakan skala kontrol diri yang disusun oleh Avithaningrum (2019) yang mengacu pada teori Averill (1973). Skala ini terdiri dari 19 aitem dengan koefisien reliabilitas 0,807. Aitem ini berbentuk favorable dan unfavorable. Skala ini terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai. Berikut ini distribusi aitem skala kontrol diri:

Tabel 2.

Distribusi Aitem Skala Kontrol Diri Sebelum Ujicoba

No. Aspek Favorable Unfavorable Total

1. Kontrol perilaku (behavior control)

1, 6, 13, 17 9, 19 6 2. Kontrol kognisi (cognitive

control) 2, 5, 8, 14, 15, 16, 18 3 8 3. Mengontrol keputusan (decisional control) 7, 10, 12 4, 11 5 Total 19

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur

Suatu tes dapat dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan yang akan diukur. Validitas alat ukur dapat dikaji dengan tiga arah yaitu

(46)

validitas isi, validitas konstruksi teoritis dan validitas berdasar kriteria. Dalam penelitian ini validitas alat ukur akan dilihat dari validitas isi. Menurut Gregory (2000), validitas isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Semakin aitem skala mencerminkan kawasan konsep yang diukur, semakin besar validitas isi. Berikut adalah langkah yang dilakukan peneliti dalam mengupayakan dan menjamin validitas alat ukur:

a. Memilih alat ukur psikologis yang sudah tervalidasi dalam penelitian sebelumnya yang terdapat di laboratorium Psikologi UII.

b. Meminta professional judgement kepada dosen pembimbing skripsi.

c. Melakukan uji coba secara langsung kepada subjek, dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif UII.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas alat ukur merujuk pada konsistensi atau keajegan hasil pengukuran. Tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas Cronbach α, yang bergerak dari 0 sampai 1 (Suryabrata, 2000). Untuk menentukan apakah instrumen reliabel atau tidak menggunakan batasan yaitu reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 sampai 1 adalah baik yaitu memiliki konsistensi yang tinggi (Priyatno, 2012). Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (suffiencet reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh aitem reliabel dan seluruh tes secara

(47)

konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat atau ada pula yang memaknakannya sebagai berikut, jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna, jika alpha antara 0,70-0,90 maka reliabilitas tinggi, jika alpha antara 0,50-0,70 maka reliabititas moderat, jika alpha <0,50 maka reliabilitas rendah (Azwar, 2012).

F. Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk meneliti tentang hubungan antara dua variabel. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang mencakup uji normalitas dan uji linieritas. Apabila hasil uji asumsi normal dan linier, maka uji hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment Pearson. Jika uji asumsi tidak terpenuhi maka uji hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi Spearman Rho. Pada Penelitian ini syarat hipotesis NOL diterima atau ditolak

yaitu, hipotesis diterima jika signifikasi (p)<0.05, dan hipotesis NOL akan ditolak jika signifikasi (p)>0.05.

(48)

35

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah Dan Hasil Penelitian 1. Orientasi Kancah

Sebelum melakukan proses pengambilan data, dilakukan orientasi kancah mengenai kemungkinan pelaksanaan penelitian. Persiapan dalam melakukan penelitian ini diawali dengan menentukan lokasi yang dijadikan tempat pengambilan data peneliti. Lokasi yang akan digunakan untuk pengambilan data yaitu Universitas Islam Indonesia.

Universitas Islam Indonesia merupakan salah satu universitas berbasis nilai-nilai Islam yang berada di Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia berdiri sejak 8 Juli 1945. Terdapat berbagai macam fakultas yang ada di Universitas Islam Indonesia yaitu FH, FE, FPSB, FMIPA, FTI, FTSP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dan kecanduan Instagram pada mahasiswa. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia.

Menurut Ramadhan (2018), terlihat perubahan dalam kebiasaan sehari-hari mahasiswa Universitas Islam Indonesia. Perubahan tersebut ialah mereka menjadi pendiam, cuek, dan acuh tak acuh. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa selalu memegang smartphone atau bermain media sosial. Sehingga peneliti ingin meneliti penggunaan media sosial khususnya Instagram pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia.

(49)

a. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi yang dilakukan bertujuan untuk memperlancar pengambilan data di suatu instansi atau Lembaga pendidikan tertentu. Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah membuat surat izin permohonan penelitian. Surat perijinan permohonan penelitian skripsi dilakukan di Devisi Umum Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

b. Persiapan Alat Ukur

Persiapan alat ukur pada penelitian ini dimulai dengan melakukan adaptasi skala kontrol diri dari Avithaningrum (2019) yang terdiri dari aspek kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognisi (cognitive control), mengontrol keputusan (decisional control) yang dikemukakan

oleh Averill (1973). Sedangkan alat ukur kecanduan Instagram peneliti menggunakan alat ukur yang disusun oleh Andriany (2019) yang terdiri dari aspek withdrawal and social problems, time management and performance, reality substitute yang dikemukakan oleh Young (1998).

c. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, yaitu pengambilan data dilakukan hanya sekali saja. Hasil

uji validitas dan reliabilitas alat ukur menggunakan software SPSS for windows 22.

(50)

Skala kontrol diri yang digunakan pada uji coba terdiri dari 18 aitem. Setelah dilakukan uji coba terdapat 6 aitem yang gugur. Adapun aitem yang gugur adalah aitem 1 dengan skor indeks beda 0,155, aitem 3 dengan skor indeks beda 0,244, aitem 4 dengan skor indeks beda 0,243, aitem 9 dengan skor indeks beda 0,267, aitem 11 dengan skor indeks beda 0,173 dan aitem 19 dengan skor indeks beda 0,110. Skor indeks beda aitem bergerak dari 0,300-0,644. Hasil uji reliabilitas yang diperoleh dengan skor koefisien Cronbach Alpha yaitu 0,799.

Tabel 3

Distribusi aitem skala kontrol diri setelah uji coba

No. Aspek Favorable Total

1. Kontrol perilaku (behavior control) 6, 13, 17 3 2. Kontrol kognisi (cognitive control) 2, 5, 8, 14, 15, 16, 18 7 3. Mengontrol keputusan (decisional control) 7, 10, 12 3 Total 13

2) Skala Kecanduan Instagram

Skala religiusitas yang digunakan pada uji coba terdiri dari 18 aitem. Hasil analisis menunjukkan terdapat 1 aitem yang dinyatakan gugur. Aitem yang dinyatakan gugur terdapat pada aitem 4 dengan skor indeks beda 0,219. Skor indeks beda aitem bergerak dari 0,331-0,623. Hasil uji reliabilitas yang diperoleh dari skor koefisien Cronbach Alpha yaitu 0,848.

(51)

Distribusi aitem skala kecanduan Instagram setelah uji coba

No. Aspek Favorabel Total

1. Withdrawal and social problems 1.2.3.5.6.7.8 7 2. Time management and performance 9, 10, 11, 12 4 3. Reality substitute 13, 14, 15, 16, 17, 18 6 Total 17

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dimulai pada tanggal 2 April 2020 hingga 19 April 2020. Pengambilan data dilakukan dengan cara penyebaran link google form kepada mahasiswa dan mahasiswi aktif Universitas Islam Indonesia.

C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi aktif Universitas Islam Indonesia, dengan karakteristik sebagai berikut: Tabel 5

Deskripsi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 37 20,8 %

2. Perempuan 141 79,2 %

Total 178 100 %

Tabel 5 menjelaskan jumlah responden yang telah melakukan pengisian angket penelitian berdasarkan jenis kelamin. Responden didominasi perempuan dengan persentase 79,2%.

(52)

Deskripsi responden penelitian berdasarkan angkatan

No. Angkatan Jumlah Persentase

1. 2014 1 0,6 % 2. 2015 3 1,7 % 3. 2016 67 37,6 % 4. 2017 29 16,3 % 5. 2018 44 24,7 % 6. 2019 34 19,1 % Total 178 100 %

Tabel 6 menjelaskan jumlah responden yang telah melakukan pengisian kuesioner berdasarkan angkatan. Berdasarkan tabel 6 responden terbanyak yaitu angkatan 2016 dengan persentase 37,6%.

Tabel 7

Deskripsi responden penelitian berdasarkan tempat tinggal

No. Tempat Tinggal Jumlah Persentase

1. Bersama orangtua 72 40,4% 2. Bersama saudara/kerabat 4 2,2 % 3. Kos 86 48,3 % 4. Kontrakan 13 7,3 % 5. Pondok pesantren 3 1,7 % Total 178 100 %

Tabel 7 menjelaskan tempat tinggal responden yang telah mengisi kuesioner penelitian. responden terbanyak yaitu tinggal di kos dengan persentase 48,3%.

Gambar

Tabel  6  menjelaskan  jumlah  responden  yang  telah  melakukan  pengisian  kuesioner  berdasarkan  angkatan
Tabel  8  menjelaskan  jumlah  pengeluaran  responden  setiap  bulan.

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya saja salah satu ciri dari kontrol diri yaitu memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku impulsif, ketika seorang pegawai memiliki kemampuan ini dalam dirinya

Dari definisi tersebut dapat dirangkum bahwa kontrol diri terhadap kecenderungan kecanduan game online pada remaja adalah kemampuan remaja untuk membuat keputusan dan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan kontrol diri dengan perilaku kecanduan menggunakan situs jejaring sosial pada mahasiswa.. Subyek

adalah terdapat hubungan negatif antar kontrol diri dengan kecenderungan

Kontrol diri (Ghufron, 2012) merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan

Dalam penelitian ini ada 3 variabel yaitu variabel bebas yaitu pendekatan konflik kognitif, variabel terikat yaitu penguasaan konsep fisika, variabel kontrol

Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik kelas XI SMA N 1 Kedungwuni memiliki kontrol diri yang tinggi, artinya peserta didik memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya baik secara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel kontrol diri dan perilaku konsumtif mahasiswa pada masa pandemi Covid-19.. Hasil ini