POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
GULA AREN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
GULA AREN
(Gula Semut dan Cetak)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Buku Pola Pembiayaan Usaha Pembuatan Gula Aren (Gula Semut dan Gula Cetak) ini mampu diselesaikan. Penyusunan buku ini dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama untuk menyediakan informasi baik bagi perbankan, UMKM pengusaha maupun calon pengusaha yang berminat mengembangkan usaha tersebut. Informasi pola pembiayaan disajikan juga dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (www.bi.go.id).
Buku Pola Pembiayaan usaha pembuatan gula aren mengambil sampel di Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Penyusunan buku dilakukan melalui survei langsung ke lapangan dan in depth interview terhadap pelaku usaha, wawancara dan diskusi dengan dinas/instansi terkait serta dengan pihak perbankan.
Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dan saran dari banyak pihak antara lain PT. Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Bukopin, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank Internasional Indonesia, Bank Danamon serta narasumber yang terkait baik asosiasi maupun perorangan. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan usaha pembuatan gula aren, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM - DKBU) menyampaikan terimakasih.
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia dengan alamat:
Gedung Tipikal (TP), Lt. 5
Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110
Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 – 8951 Email: [email protected]
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM.
Jakarta, Mei 2008
USAHA PEMBUATAN GULA AREN
No UNSUR URAIAN
1 Jenis Usaha Usaha Pembuatan Gula Aren
2 Dana yang digunakan Investasi : Rp. 259.200.000,- Modal Kerja : Rp. 92.251.458,- Total : Rp. 351.451.458,- 3 Sumber Dana Kredit : Rp. 210.000.000,-
Modal sendiri : Rp. 141.451.458,- 4 Jangka Waktu Kredit Investasi : 3 tahun
Modal Kerja : 1 tahun
5 Suku Bunga 18% per tahun
6 Periode Pembayaran Kredit Angsuran pokok dan bunga dibayarkan tiap bulan
7 Kelayakan Usaha a. Periode proyek b. Skala Proyek
c. Tingkat Teknologi d. Produk yang Dihasilkan
e. Pemasaran Produk
5 tahun
- Bahan baku = 15.000 kg gula aren semut setengah jadi per bulan - Produksi =12.500 kg gula aren semut dan
1.250 kg gula aren cetak yang dihasilkan per bulan
- Tenaga kerja tetap = 2 orang - Tenaga kerja tidak tetap = 3 orang - Penjualan = Rp. 1.290.000.000,-/tahun Semi mekanis
Gula aren semut dan gula aren cetak sebagai produk sampingan
Dijual langsung, agen, pesanan 8 Kriteria Kelayakan Usaha
Net B/C Ratio DF 18% NPV DF 18%
IRR PBP usaha
BEP rata-rata penjualan Total penjualan (Tahun)
BEP Rata-rata produksi per tahun Penilaian
1,49
Rp 171.023.442,- 37,75%
2 tahun 11 bulan (2,95 tahun) Rp 840.680.710,-
Rp 1.290.000.000,-
97.754 kg gula aren semut dan 9.775 kg gula aren cetak
No UNSUR URAIAN 9 Analisa Sensitifitas
(1) Dari sisi pendapatan a. Pendapatan turun 6% Net B/C Ratio DF 18% NPV DF 18% IRR PBP usaha Penilaian 1, 12 Rp 35.062.924,- 23,01%
4 tahun 5 bulan (4,41 tahun) Layak dilaksanakan b. Pendapatan turun 7% Net B/C Ratio DF 18% NPV DF 18% IRR PBP usaha Penilaian 1,00 Rp 1.194.644,- 18,17%
4 tahun 11 bulan (4,98 tahun) Tidak layak dilaksanakan (2) Dari sisi biaya operasional
a. Biaya operasional naik 7% Net B/C Ratio DF 15% NPV DF 15% IRR PBP usaha Penilaian 1,12 Rp 36.374.413,- 23,21%
4 tahun 5 bulan (4,38 tahun) Layak dilaksanakan
b. Biaya operasional naik 9% Net B/C Ratio DF 18% NPV DF 18% IRR PBP usaha Penilaian 0,92 negatif 14,42% % lebih dari 5 tahun Tidak layak dilaksanakan (3) Dari sisi pendapatan dan biaya
operasional
a. Pendapatan turun 3% dan Biaya operasional naik 3% Net B/C Ratio DF 18% NPV DF 18% IRR PBP usaha Penilaian 1,18 Rp 51.991.231,- 25,41%
4 tahun 2 bulan (4,15 tahun) Layak dilaksanakan
b. Pendapatan turun 4% dan Biaya operasional naik 4% Net B/C Ratio DF 18% NPV DF 18% IRR PBP usaha Penilaian 0,95 negatif 15,82% 4 tahun, 7 bulan
KATA PENGANTAR ………...………...… i RINGKASAN EKSEKUTIF ……… ii DAFTAR ISI ………... iv DAFTAR TABEL ………..……. vi DAFTAR GAMBAR ………... vii DAFTAR DIAGRAM ………... viii BAB I PENDAHULUAN ...……….…………... 1
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN ...
3
2.1 Profil Usaha ... 3
2.2 Pola Pembiayaan ………... 4
BAB III ASPEK TEKNIK PRODUKSI ... 5 3.1 Lokasi Usaha ……….………..………. 5
3.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ………. 5
3.3 Bahan Baku ……….. 6
3.4 Tenaga Kerja ………... 6
3.5 Teknologi ……….. 6
3.6 Proses Produksi ………... 7
3.6.1 Proses Produksi Gula Cetak ... 7
3.6.2 Proses Produksi Gula Semut ... 9
3.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ………... 12
3.8 Produksi Optimum ……….. 13
3.9 Kendala Produksi ……… 13
BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN ……… 15
4.1 Aspek Pasar ……….………... 15
4.1.1 Permintaan ... 15
4.1.2 Penawaran ... 15
4.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ... 16
4.2 Aspek Pemasaran ………... 16
4.2.1 Harga ... 16
4.2.2 Jalur Pemasaran Produk ... 16
BAB V ASPEK KEUANGAN
..………...………...
19
5.1 Pemilihan Pola Usaha ……….………... 19
5.2 Asumsi dan Parameter Teknis ... 19
5.3 Komponen dan Struktur Biaya ... 20
5.3.1 Biaya Investasi………... 20
5.3.2 Biaya Operasional…………...….……….. 21
5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ... 22
5.5 Produksi dan Pendapatan .………... 23
5.6 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP) .……... 24
5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ………... 25
5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ………... 26
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN ... 31
6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ... 31
6.2 Dampak Lingkungan ... 31
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..…... 33 7.1 Kesimpulan ……….………...…... 33 7.2 Saran …………..………... 34 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Enam Besar Propinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2006 ... 2
Tabel 4.1 Perkembangan Luas Pertanaman, Produksi dan Produktivitas Gula Aren di Indonesia ... 15
Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter Teknis untuk Analisa Keuangan ... 20
Tabel 5.2 Kebutuhan Biaya Investasi ... 21
Tabel 5.3 Kebutuhan Biaya Operasional ………... 22 Tabel 5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Gula Aren ……….. 23
Tabel 5.5 Proyeksi Produksi dan Penjualan Gula Aren ………. 24
Tabel 5.6 Proyeksi Laba Rugi ………... 24
Tabel 5.7 Analisa Kelayakan Usaha... 25
Tabel 5.8 Analisa Kelayakan Usaha saat Pendapatan Turun 6% ……… 27
Tabel 5.9 Analisa Kelayakan Usaha saat Pendapatan Turun 7% ……… 27
Tabel 5.10 Analisa Kelayakan Usaha saat Biaya Operasional Naik 7% ………... 28
Tabel 5.11 Analisa Kelayakan Usaha saat Biaya Operasional Naik 9% ………... 28
Tabel 5.12 Analisa Kelayakan Usaha saat Pendapatan Turun 3% dan Biaya Operasional Naik 3% ………... 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Pohon Industri Produk Turunan Aren ... 1
Gambar 3.1 Lodong Diberi Kapur Sebelum Dipakai ... 7
Gambar 3.2 Nila Aren Dimasak Sambil Duduk ... 8
Gambar 3.3 Gula Aren Setelah Pekat Didinginkan ... 8
Gambar 3.4 Gula Aren Cetak ... 9
Gambar 3.5 Mesin Penggiling ... 9 Gambar 3.6 Gula Aren Semut Diayak Berdasarkan Ukuran Kehalusan ... 10
DAFTAR DIAGRAM
Halaman Diagram 3.1 Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut oleh
Pengrajin ... 11
Diagram 3.2 Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut oleh Sentra Industri ... 12
Diagram 4.1 Rantai Pemasaran Gula Aren Cetak ... 16
BAB I
PENDAHULUAN
Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Namun pohon aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 250 celcius. Di luar itu, pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam berproduksi.
Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang-kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Dalam gambar pohon industri, berikut adalah beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan.
Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir (gula tebu). Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Produk gula aren ini adalah berupa gula cetak dan gula semut. Gula cetak diperoleh dengan memasak nira aren hingga menjadi kental seperti gulali kemudian mencetaknya dalam cetakan berbentuk setengah lingkaran. Untuk gula semut, proses memasaknya lebih panjang yaitu hingga gula aren mengkristal, kemudian dikeringkan (dijemur atau dioven) hingga kadar airnya di bawah 3%. Jenis yang terakhir ini memiliki keunggulan yaitu berdaya tahan yang lebih lama, lebih higienis dan praktis dalam penggunaannya.
Luas area pohon aren yang diusahakan di Indonesia adalah 62.120 ha dengan jumlah produksi 36.991 ton dalam bentuk gula merah. Berikut ini adalah enam Propinsi penghasil aren terbesar di Indonesia.
Tabel 1.1. Enam Besar Propinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2006
Daerah Luas Area (Ha) Produksi (ton)
Jawa Barat* 13.878 7.866 Sulawesi Utara 5.928 5.846 Sumatera Utara 4.708 3.752 Sulawesi Selatan 4.520 2.503 Jawa Tengah 2.638 2.454 Bengkulu 3.388 2.058
Sumber : Statistik Perkebunan Tahun 2006, hal 8 * Jawa Barat termasuk Banten.
Gula aren selama ini menjadi sumber mata pencaharian penting bagi para petani di sentra-sentra produksinya. Salah satu sentra-sentra produksi gula aren di Indonesia adalah di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten yaitu tepatnya di desa Hariang, Kecamatan Sobang. Kabupaten Lebak dikenal sebagai salah satu daerah penghasil gula aren terbesar di Indonesia. Industri gula aren di kabupaten ini menyerap 5.406 tenaga kerja melalui 2.982 unit usaha mikro dan kecil, belum termasuk tenaga kerja di saluran distribusinya. Kapasitas produksi per tahun mencapai 2.249,4 ton yang tersebar di 44 sentra produksi1.
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha
Usaha gula aren pada umumnya dilaksanakan oleh para pengrajin sebagai usaha sampingan. Ini karena waktu penyadapan dapat dilakukan pada pagi dan sore hari di luar waktu kerja utamanya. Usaha ini tergolong jenis home industry karena pengerjaannya secara individual di rumah masing-masing pengrajin. Penyadapan biasanya dilakukan oleh para pria, kemudian proses pemasakan hingga menjadi gula cetak atau gula semut setengah jadi dilakukan oleh para wanita di rumah.
Proses produksi gula aren di tingkat petani dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, yaitu menggunakan kuali, pengaduk dan tungku kayu bakar. Gula aren cetak dari hasil produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar atau pengumpul yang datang pada hari-hari tertentu. Selain daya tahan yang pendek, gula aren cetak memiliki kelemahan, yaitu tingkat harga yang sangat fluktuatif. Pada saat musim hujan, yaitu ketika pasokan gula aren melimpah, harga bisa jatuh hingga kisaran antara Rp. 3000,- dan Rp. 4000,- per kg. Namun pada saat musim kemarau pasokan gula aren sangat terbatas, sehingga harga dapat naik dari Rp. 9.000,- hingga Rp. 10.000,- / kg.
Untuk memasok industri usaha gula aren semut, biasanya pengrajin hanya memproduksi bahan setengah jadi, yaitu gula aren semut dengan kadar air yang masih di atas 5%. Bahan tersebut kemudian dikumpulkan ke sentra produksi oleh para pengumpul. Selanjutnya, gula aren setengah jadi dihaluskan dan dikeringkan kembali hingga kadar airnya di bawah 3%. Proses pengeringannya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan panas matahari dan menggunakan oven.
Usaha gula aren di lokasi penelitian terkonsentrasi pada suatu sentra produksi. Adanya sentra ini membantu pelaku usaha untuk berkembang dan memudahkan pihak-pihak terkait untuk berkontribusi dalam pengembangannya, misalnya bantuan peralatan (penghancur, oven, loyang penjemur) melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat. Batuan peralatan ini didistribusikan melalui kelompok pengrajin, sehingga pemiliknya adalah kelompok yang bersangkutan/bukan individual. Hasil produksinya kemudian dijual ke pasar dan pedagang besar di kota-kota besar seperti Tangerang dan Jakarta. Sedangkan, keuntungan yang diperoleh dibagikan di antara anggota (pengrajin dan pengumpul) dengan proporsi yang sudah ditentukan.
2.2. Pola Pembiayaan
Pada tingkat pengrajin, pembiayaan yang dibutuhkan adalah untuk keperluaan konsumsi daripada usaha. Ini karena usaha gula aren hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, seperti: lodong atau bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar dan konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Peralatan tersebut relatif harganya murah dan atau dapat diusahakan sendiri oleh pengrajin. Sedangkan pinjaman konsumsi dibutuhkan untuk kelangsungan hidup keluarga, terutama pada masa paceklik. Sumber pinjaman biasanya berasal dari pengumpul. Di awal bulan pengumpul memberikan pinjaman kepada pengrajin berupa bahan makanan dan atau uang untuk keperluan hidupnya. Kemudian pengrajin akan membayar pinjamannya dengan gula aren yang dihasilkan.
Pengumpul tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu pengumpul murni yang membeli gula aren cetak untuk dijual ke pasar/agen, dan pengumpul yang juga berperan sebagai pengusaha gula aren semut. Pengusaha gula aren semut tersebut memproduksi gula aren semut sebagai produk utama dan gula aren cetak sebagai produk sampingan.
Pada tingkat pengusaha/pengumpul ini, pinjaman yang diperlukan untuk kebutuhan investasi yaitu pengadaan alat-alat produksi dan modal kerja. Tetapi sejauh ini, pengusaha gula aren di Lebak belum memperoleh fasilitas kredit dari bank, baik kredit investasi maupun kredit modal kerja.
BAB III
ASPEK TEKNIK PRODUKSI
3.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha produksi gula aren sebaiknya berada di dekat sumber bahan baku yaitu nira aren. Hal ini disebabkan daya tahan nira aren hanya tiga jam sebelum menjadi asam akibat proses fermentasi. Oleh karena itu, bahan baku perlu penanganan yang cepat, nira hasil sadapan harus segera diolah menjadi gula cetak.
Daerah yang memiliki banyak pohon aren, umumnya menjadi lokasi sentra produksi gula aren baik gula aren cetak maupun gula aren semut. Salah satu sentra produksi yang relatif berkembang ada di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Di wilayah tersebut terdapat 44 sentra produksi yang mampu menghasilkan ±2.249 ton per tahun gula aren.
3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan 3.2.1. Fasilitas Produksi
a. Saung/bangunan untuk proses produksi
Saung digunakan untuk aktivitas produksi yang ukurannya disesuaikan dengan kapasitas/skala usaha. Kegiatan produksi di saung/bangunan ini adalah proses pemasakan nira aren dan pencetakan gula aren.
b. Lahan penjemuran
Luas lahan penjemuran disesuaikan dengan skala usaha. c. Tempat penyimpanan gula aren semut yang sudah jadi.
3.2.2. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha gula aren relatif sederhana, yaitu: lodong atau bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar, saringan nira, golok sadap, pemukul (paninggur), konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Sedangkan untuk usaha gula aren yang sudah berskala industri kecil menggunakan alat tambahan berupa nampan aluminium untuk menjemur gula aren semut, mesin penggiling, oven pemanas, mesin pengayak dan alat pengayak manual.
3.3. Bahan Baku
Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk usaha gula aren adalah nira aren. Perbedaan jenis gula aren yaitu gula cetak dan gula semut karena perbedaan pengolahannya.
Jenis gula aren cetak pengolahan nira dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari kemasaman. Pengolahan gula aren cetak selain bahan baku, juga memerlukan bahan pelengkap yaitu sarang madu yang berfungsi sebagai katalisator untuk mengentalkan nira ketika dipanaskan.
Sedangkan untuk gula aren semut, bahan baku selain langsung dari nira aren juga dapat dari gula aren semut setengah jadi. Pada skala industri kecil, umumnya digunakan bahan baku berupa gula aren semut setengah jadi yang diperoleh dari pengrajin dan atau pengumpul.
3.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada usaha gula aren umumnya berasal dari anggota keluarga dan masyarakat di sekitar lokasi usaha. Tenaga kerja keluarga biasanya dipraktekkan di tingkat pengrajin, yaitu penyadap oleh anggota keluarga laki-laki dan dibantu anggota keluarga perempuan sebagai pemasak nira aren.
Pada tingkat skala industri kecil, menggunakan tenaga kerja sebanyak 6-12 tenaga kerja yang berasal baik dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Tenaga kerja tersebut dapat digolongkan sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap yang memproses gula aren semut. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja administratif yang digaji per bulan, sedangkan tenaga kerja tidak tetap dibayar upah sebesar antara Rp. 20.000,- hingga Rp. 30.000,- per hari.
3.5. Teknologi
Teknologi usaha gula aren dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a. Teknologi Tradisional
Teknologi tradisonal digunakan di tingkat pengrajin, yaitu dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Penggunaan alat sederhana berpengaruh pada kapasitas produksi dan mutu yang relatif rendah.
b. Teknologi Mekanisasi
Teknologi ini umumnya digunakan pada skala industri kecil. Teknologi mekanisasi yang biasanya dipakai antara lain: mesin penggiling, mesin pengayak dan oven pengering.
3.6. Proses Produksi
3.6.1. Proses produksi gula cetak
Proses produksi gula cetak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dari nira aren atau dari gula semut reject. Proses produksi gula cetak yang menggunakan nira aren biasanya hanya dilakukan di tingkat pengrajin. Sedangkan, di tingkat industri, gula cetak diproduksi dari gula semut reject yaitu gula semut yang menggumpal dan tidak lolos ayakan.
Meskipun demikian, secara garis besar proses produksinya tidak ada perbedaan. Proses produksi dimulai dari penyadapan nira, pemasakan nira, pengadukan dan pencetakan gula aren.
Gambar 3.1. Lodong diberi kapur sebelum dipakai
Penyadapan nira aren biasanya dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sebelum menyadap, lodong atau bambu penampung diberi sedikit air kapur pada dasarnya yang bertujuan untuk mengurangi resiko rusaknya nira aren akibat pembiakan organisme mikro.
Nira hasil sadapan pagi disaring menggunakan ijuk dari pohon aren kemudian dituang di kuali dan dimasak hingga matang agar menjadi gula cetak setengah jadi kemudian disimpan. Tujuan memasak nira sebelum disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira aren mentah hanya tahan 3 jam.
Gambar 3.2. Nira aren dimasak sambil diaduk
Gambar 3.3. Gula aren setelah pekat didinginkan
Nira yang disadap sore, kemudian dicampur dengan nira pagi yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa sebanyak 10 gram untuk tiap 25 liter nira. Pada proses memasak, sesekali dilakukan pengadukan. Setelah memasuki fase jenuh yang ditandai dengan terbentuknya buih, pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari kayu. Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya. Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 3-4 jam.
Gula aren cetak didinginkan Gula aren cetak siap dijual Gambar 3.4. Gula Aren Cetak
3.6.2. Proses produksi gula semut
Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak, perbedaannya adalah gula aren semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula aren cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan.
Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang disebut dengan gula aren semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5%. Gula semut setengah jadi, kemudian dikirim kepada produsen gula semut skala industri kecil di masing-masing sentra produksi.
Industri kecil gula aren semut yang terdapat di beberapa sentra industri gula aren di Lebak menerima gula semut setengah jadi dari pengrajin. Gula semut setengah jadi dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk menghaluskan gula yang masih menggumpal.
Setelah penggilingan, gula aren semut diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%.
Untuk memperoleh tiga tingkat kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos pada ayakan ini, yang disebut dengan gula reject. Gula reject tersebut kemudian dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula cetak.
Gula semut hasil ayakan pertama, kemudian diayak kembali dengan ayakan ukuran yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga ukuran ayakan yang terkecil. Jumlah produksi gula semut dengan tiga jenis kehalusan ini disesuaikan dengan permintaan pasar.
Gambar 3.6. Gula Aren semut diayak berdasarkan ukuran kehalusan
Selanjutnya, gula semut dengan tiga ukuran ayakan tersebut, kemudian dijemur di bawah panas matahari hingga kadar airnya mencapai di bawah 3%. Jika tidak ada sinar matahari, proses pengeringan dapat dilakukan menggunakan alat pengering, misalnyanya oven pemanas. Gula semut yang sudah kering kemudian dikemas dalam kemasan karung untuk dikirim kepada industri makanan atau pedagang besar dengan kemasan plastik untuk dipasarkan.
Secara garis besar alur proses produksi gula aren dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Diagram 3.1. Diagram alur proses produksi gula aren cetak dan gula semut oleh pengrajin
Penyaringan (membersihkan dari kotoran kasar)
Pemasakan (ditambah minyak kelapa) serta pembersihan dari buih dan kotoran halus
Gula Cetak Pendinginan Pencetakan dalam
kojor
Pekatan nira (peet) Didinginkan 10 menit tanpa diaduk
Gula Semut ½ jadi Pengadukan
dipercepat Pensterilan Pengadukan Nira Aren
Diagram 3.2. Diagram alur proses produksi gula semut oleh sentra industri
3.7. Jenis, Jumlah dan Mutu Produksi
Usaha gula aren menghasilkan dua jenis produk yaitu gula aren cetak dan gula aren semut. Sedangkan untuk jumlah produksi, baik gula aren cetak atau semut pada skala pengrajin adalah antara 2 – 10 kg per hari. Sementara, pada skala industri kecil, produksi gula aren per hari antara 200 – 2.000 kg. Jumlah produksi dipengaruhi oleh musim, dimana saat musim hujan, jumlah nira aren yang dihasilkan lebih banyak dibanding pada saat musim kemarau. Dengan demikian, hasil produksi gula aren musim hujan lebih banyak dari musim kemarau. Tetapi dari sisi kualitas, gula aren musim kemarau lebih baik daripada musim hujan. Hal ini karena kadar air nira musim hujan lebih tinggi dari musim kemarau.
Mutu gula aren cetak ditentukan oleh tekstur, aroma dan warna. Namun demikian, tidak ada perbedaan harga untuk perbedaan mutu berdasarkan ketiga variabel tersebut baik di tingkat pengrajin maupun industri kecil. Sedangkan, gula aren semut untuk memenuhi standar industri merujuk pada standar tingkat kehalusan serbuk dan kadar air. Kehalusan serbuk dibagi dalam 3 jenis ukuran, yaitu: 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%.
Pengayakan Penggilingan Gula Semut ½ Jadi
Pengeringan
Gula Semut Pemasakan
Gula Cetak Pendinginan Pencetakan dalam kojor
Pekatan nira (peet) Gula semut reject
Tingkat kehalusan serbuk gula semut inilah yang menentukan perbedaan harga. Harga gula aren semut ukuran 20 mesh (terkecil) adalah yang paling mahal.
3.8. Produksi Optimum
Hasil produksi gula aren di tingkat pengrajin ditentukan oleh musim dan jumlah pohon aren yang dimiliki. Rata-rata seorang pengrajin memiliki 10 – 60 pohon, dimana hanya sepertiga atau sekitar 4 – 20 pohon diantaranya yang memproduksi nira. Sementara, sisanya pohon masih muda atau belum berproduksi. Mengingat tidak adanya biaya variabel di tingkat pengrajin gula aren (kayu bakar, minyak kelapa dan nira aren diproduksi sendiri), maka semakin banyak produksi gula aren, keuntungan yang didapat semakin besar.
Sedangkan hasil gula aren di tingkat industri kecil, produksi optimum mencapai ± 2 ton per hari. Hal ini diperhitungkan dari besarnya rata-rata permintaan pasar terhadap produk gula aren di Kabupaten Lebak.
3.9. Kendala Produksi
Kendala produksi yang dialami dalam usaha pembuatan gula aren adalah fluktuasi jumlah nira aren yang dihasilkan dan harga. Fluktuasi ini terjadi karena pengaruh musim. Pada saat musim hujan jumlah produksi meningkat tetapi harga produk justru turun, sementara pada musim kemarau terjadi sebaliknya. .
Selain itu, pada tingkat industri kecil juga mengalami kendala pengadaan peralatan produksi misalnya oven pengering. Oven ini sangat dibutuhkan terutama pada musim pengujan, dimana produksi sedang tinggi tetapi tidak ada panas matahari sebagai pengering.
BAB IV
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
4.1. Aspek Pasar 4.1.1. Permintaan
Usaha gula aren di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Ini dapat diketahui dari tingginya permintaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya untuk jenis gula semut, yang seringkali sulit dipenuhi. Berdasarkan survei, sebuah industri kecil dalam sebulan dapat memperoleh pesanan sebesar 15 – 25 ton. Pesanan tersebut sampai saat ini belum mampu dipenuhi akibat keterbatasan pasokan dan kurangnya modal.
Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di sekitar Tangerang. Sementara untuk pasar lokal, permintaan tertinggi terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang.
4.1.2. Penawaran
Di Indonesia, usaha gula aren banyak dikembangkan di wilayah pegunungan. Berdasarkan data pada tabel 4.2. luas areal tanaman relatif meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi gula aren juga cenderung meningkat.
Tabel 4.1. Perkembangan luas pertanaman, produksi dan produktivitas gula aren di Indonesia
Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Kw/Ha) 1996 46.105 25.392 10,05 1997 45.611 19.067 7,38 1998 44.857 38.069 14,31 1999 44.802 20.874 7,65 2000 47.730 27.682 9,96 2001 50.543 33.498 11,38 2002 48.797 28.189 10,15 2003 55.183 34.051 10,42 2004 59.557 32.880 10,12 2005 60.761 35.899 10,13
Perluasan areal tanaman aren dapat diindikasikan sebagai jaminan pasokan bahan baku. Ini juga berarti usaha gula aren dapat berkelanjutan dan berpeluang untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan demikian, dari sisi penawaran berpotensi untuk menaikan produk gula aren sebagai upaya untuk memenuhi permintaan yang cenderung makin tinggi.
4.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan antar usaha gula aren di lokasi penelitian relatif masih rendah karena jumlah pengusaha gula aren tidak terlalu banyak. Dengan demikian, jumlah penawaran masih lebih rendah dibanding permintaannya, terutama pada saat permintaan tinggi yaitu pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sebagaimana yang diuraikan pada sub bab 4.1.1 pengusaha seringkali tidak mampu memenuhi permintaan pasar.
4.2. Aspek Pemasaran 4.2.1. Harga
Harga gula aren ditentukan oleh musim, dimana musim hujan saat produksi nira melimpah harga turun, sebaliknya saat musim kemarau saat produksi nira sedang berkurang harga naik. Secara umum fluktuasi harga per kg untuk gula aren cetak berkisar antara Rp3000,- - Rp9000,-, sedangkan gula aren semut berkisar Rp7000,- - Rp.10.000,-.
4.2.2. Jalur Pemasaran Produk
Gula aren, baik gula aren cetak maupun gula aren semut, dapat dipasarkan melalui beberapa jalur pemasaran. Jalu-jalur tersebut antra lain dapat dilihat pada diagram 4.1 dan 4.2
Diagram 4.1. Rantai Pemasaran Gula Aren Cetak
Pengrajin
Pedagang pengumpul di tingkat desa
Pedagang pengumpul di tingkat kecamatan
Pedagang Besar dari Jakarta dan Tangerang
Pedagang Pengecer Pedagang Besar/Bandar di Tingkat kabupaten
Diagram 4.2. Rantai Pemasaran Gula Aren Semut
4.2.3. Kendala Pemasaran
Kendala pemasaran yang masih dihadapi oleh pengusaha dalam pemasaran produk gula aren, antara lain:
a. Kurangnya akses terhadap informasi pasar, terutama tentang harga, sehingga pengrajin sangat tergantung pada harga yang diberikan oleh pengumpul (posisi tawar pengrajin rendah).
b. Masyarakat masih kurang mengenal produk gula aren semut sebagai subtitusi gula pasir tebu. Hal ini menyebabkan gula aren semut lebih dikenal untuk keperluaan industri daripada untuk konsumsi. Padahal, peluang pasar untuk memenuhi kebutuhan pemanis pada pasar konsumsi relatif besar.
Industri kecil Pengolahan Gula Semut
Eksportir Industri makanan
dan obat Pengrajin
Pedagang pengumpul di tingkat desa
Pedagang pengumpul di tingkat kecamatan
Pedagang Besar dari Jakarta dan Tangerang
Pedagang Pengecer
BAB V
ASPEK KEUANGAN
5.1. Pemilihan Pola Usaha
Analisis keuangan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pengusaha maupun pemerhati usaha gula aren terhadap nilai tambah yang dihasilkan dalam kegiatan usaha ini. Pengusaha dipacu untuk mampu mengembalikan kredit yang diberikan oleh bank dalam jangka waktu yang wajar (±3 tahun). Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha gula aren yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya repliaksi usaha di wilayah lain.
Pola pembiayaan yang dianalisis adalah usaha gula aren skala industri kecil. Industri yang menjadi contoh adalah usaha gula aren yang dimiliki oleh kelompok tani di desa Hariang, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak.
Produk utama yang dihasilkan adalah gula aren semut dengan kadar air 3% dan produk sampingan adalah gula aren cetak yang berasal dari gula aren semut yang tidak lolos pada saat pengayakan. Kapasitas produksi per bulan adalah 12.500kg gula aren semut dan 1.250kg gula aren cetak.
5.2. Asumsi dan Parameter Teknis
Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren menjelaskan gambaran umum variabel-variabel yang digunakan dalam perhitungan analisis keuangan. Asumsi tersebut diambil berdasarkan survei lapangan yang dilakukan terhadap industri terkait. Periode proyek adalah lima tahun dimana tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin/peralatan dan jumlah tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha setiap bulan mampu memproduksi 12.500 kg gula aren semut dan 1.250 kg gula aren cetak dengan angka rendemen sebesar 92%. Harga gula aren semut rata-rata di pasar lokal sebesar Rp 8.000,- per kg, dan gula aren cetak Rp. 6000,- per kg. Hari kerja selama setahun sebanyak diasumsikan 300 hari (25 hari per bulan). Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren dapat dilihat pada tabel 5.1. Selengkapnya dapat dilihat lampiran 1.
Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter Teknis untuk Analisa Keuangan
No Asumsi Jumlah (Nilai) Satuan Keterangan
1 Periode proyek 5 tahun Periode 5 tahun 2 Jumlah hari kerja per bulan 25 hari
3 Jumlah bulan kerja per tahun 12 bulan
4 Skala Usaha Untuk satu hari a. Bahan baku *) 600 kg b. Output produksi • Gula Cetak 50 kg • Gula Semut 500 kg 5 Harga produk **) • Gula Cetak 6,000 Rp/kg • Gula Semut 8,000 Rp/kg 6 Harga Bahan Baku **) 5,000 Rp/kg
7 Penggunaan Bahan Pendukung Untuk satu bulan • Minyak tanah 180 Liter
• Kantong plastik 30 kg • Karung 175 buah • Kayu bakar 100 ikat
8 Penggunaan tenaga kerja Untuk satu bulan • Pimpinan 1 orang
• Tenaga kerja administrasi 2 orang • Tenaga kerja tidak tetap 3 orang
9 Biaya pemeliharaan 5% %/thn dari nilai peralatan dan mobil 10 Discount Factor ( suku bunga) 18% % Tingkat Suku Bunga Pinjaman
*) Gula aren setengah jadi yang dihasilkan pengrajin
**) Harga rata-rata sepanjang tahun (rata-rata terbobot dari harga masing-masing musim)
5.3. Komponen dan Struktur Biaya 5.3.1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi secara garis besar terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu: biaya perizinan, sewa tanah dan bangunan, peralatan produksi, peralatan lain, dan kendaraan carry.
Biaya perijinan meliputi SIUP, SITU, ijin usaha industri dan wajib daftar perusahaan yang masa berlakunya 5 tahun, sementara untuk ijin Depkes dan NPWP yang berlaku selamanya. Jumlah biaya perijinan total mencapai Rp. 1.750.000,-. Sewa tanah dan bangunan dibayarkan sekaligus selama masa proyek yaitu 5 tahun, karenanya setiap tahun harus dikeluarkan biaya amortisasi untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun ke nol adalah Rp. 259.200.000,-.
Komponen biaya investasi berurutan dari yang terbesar adalah sewa tanah dan bangunan yaitu 46,3% dari total biaya investasi pada awal usaha, kemudian diikuti biaya kendaraan carry yaitu sebesar 27%, peralatan produksi yaitu sebesar 25,7% dan sisanya 1% adalah untuk investasi pembelian peralatan lain dan perijinan. Kebutuhan biaya investasi dapat dilihat pada tabel 5.2. Sedangkan, rincian biaya investasi dapat dilihat pada lampiran 2.
Tabel 5.2. Kebutuhan Biaya Investasi
Nilai Peny usutan
No Rp per thn
1 Perizinan 1,750,000 240,000
3 Sewa tanah dan bangunan 120,000,000 24,000,000
2 Peralatan Produksi 66,700,000 13,850,000
3 Peralatan lain 750,000 150,000
4 Kendaraan carry 70,000,000 7,000,000
Jumlah Biay a Inv estasi 259,200,000 45,240,000
5 Sumber Dana Investasi dari Rp
Kredit 150,000,000
Dana Sendiri 109,200,000
Jenis Biay a
5.3.2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku, bahan pendukung, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, serta biaya administrasi dan umum. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi gula aren. Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari (asumsi yang digunakan adalah 25 hari kerja per bulan dan 12 bulan kerja dalam setahun).
Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp.1.107.017.500,-. Komponen biaya operasional berurutan dari yang terbesar yaitu biaya bahan baku menyerap sebesar 81,3% dari total biaya operasional per tahun, diikuti biaya overhead pabrik yaitu sebesar 13,2% dan 5,5% sisanya adalah biaya bahan pendukung, pemasaran, tenaga kerja serta administrasi dan umum.
Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja tetap terdiri dari seorang pimpinan dengan bayaran Rp. 2.000.000,- per bulan, 2 orang tenaga administrasi gaji masing-masing Rp. 800.000,- per bulan. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap adalah 3 orang yang masing-masing dibayar dengan upah sebesar Rp. 30.000,- per hari. Jumlah
biaya operasional untuk usaha gula aren disajikan pada tabel 5.3. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
Tabel 5.3. Kebutuhan Biaya Operasional
No Jenis Biay a Nilai (Rp)
1 Bahan Baku 900,000,000 3 Bahan Pendukung 30,180,000 4 Pemasaran 3,600,000 5 Biaya Tenaga kerja 27,000,000 6 Biaya overhead pabrik 145,637,500 7 Biaya administrasi & umum 600,000 Jumlah Biay a 1,107,017,500
5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja
Besarnya dana modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha produksi gula aren mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 25 hari atau 1 bulan. Sehingga kebutuhan dana modal kerja adalah:
,-92.251.458 Rp. .500,-1.107.017. Rp. 300 25 setahun l operasiona biaya setahun kerja hari produksi siklus kerja modal dana Kebutuhan Dengan demikian total kebutuhan biaya untuk modal awal usaha gula aren sebesar Rp. 351.451.458,- yang terdiri dari biaya investasi sebesar Rp. 259.200.000,- dan modal kerja awal untuk 1 siklus produksi gula aren (1 bulan/25 hari) yaitu sebesar Rp. 92.251.458,-. Kebutuhan dana investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi sendiri. Salah satu sumber dana yang dapat dimanfaatkan adalah dana kredit dari perbankan.
Diproyeksikan sebesar Rp.210.000.000,- kebutuhan biaya tersebut diperoleh dari kredit bank dan sisanya dari modal sendiri. Kredit bank tersebut dialokasikan untuk biaya investasi sebesar Rp.150.000.000,- dan biaya modal kerja yaitu: Rp 60.000.000,-. Jangka waktu kredit untuk investasi adalah tiga tahun, sedangkan untuk modal kerja satu tahun. Tingkat suku bunga diberlakukan sama sesuai dengan bunga pasar/komersial yaitu 18 % per tahun tanpa masa
tenggang. Sistem perhitungan bunga secara efektif menurun. Kebutuhan dana usaha gula aren selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel 5.4 dan lampiran 4.
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Gula Aren
No Rincian Biay a Proy ek Total Biay a
1 Dana inv estasi y ang bersumber dari
a. Kredit 150,000,000
b. Dana sendiri 109,200,000
Jumlah dana investasi 259,200,000
2 Dana modal kerja y ang bersumber dari
a. Kredit 60,000,000
b. Dana sendiri 32,251,458
Jumlah dana modal kerja 92,251,458
3 Total dana proy ek y ang bersumber dari
a. Kredit 210,000,000
b. Dana sendiri 141,451,458
Jumlah dana proy ek 351,451,458
Selanjutnya, pada lampiran 5 menunjukkan kumulatif angsuran (angsuran pokok dan bunga). Pembayaran angsuran baik untuk kredit investasi maupun kredit modal kerja dilakukan setiap tahun.
5.5. Produksi Dan Pendapatan
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka kapasitas produksi usaha gula aren selama satu tahun adalah 150.000kg gula aren semut dan 15.000kg untuk gula aren cetak. Harga jual gula aren semut rata-rata sebesar Rp. 8.000,-/kg, sedangkan untuk gula aren cetak Rp. 6.000,-/kg. Dengan demikian, pendapatan yang dihasilkan dari produksi gula aren semut adalah Rp. 1.200.000.000,-. dan gula aren cetak sebesar Rp. 90.000.000,- atau totalnya (kotor) mencapai Rp 1.290.000.000 per tahun. Perhitungan produksi dan pendapatan dapat dilihat pada tabel 5.5 atau lampiran 6.
Tabel 5.5. Proyeksi Produksi dan Penjualan Gula Aren
No Uraian Satuan Produksi Produksi Harga Nilai kg/bulan kg/tahun Rp/kg Rp/thn 1 Jenis Produk
Gula Cetak Kg 1,250 15,000 6,000 90,000,000 Gula Semut Kg 12,500 150,000 8,000 1,200,000,000 2 Total Pendapatan Kotor Per Tahun 1,290,000,000
5.6. Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Point
Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel pada 5.6. di bawah ini menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek.
Tabel 5.6. Proyeksi Laba Rugi
1 Pendapatan 1,290,000,000
2 Biay a Operasional Produksi 1,107,017,500
3 Laba Kotor 182,982,500
Bunga Kredit 9,495,000
4 Laba Sebelum Pajak 173,487,500
Biaya Penyusutan 45,240,000
5 Laba Kena Pajak 128,247,500
Pajak 20,974,250
6 Laba Bersih 107,273,250
7 Profit margin (%) 8.32
No Uraian Rata-rata
Perhitungan proyeksi laba rugi (lampiran 7) menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha saja, telah menghasilkan keuntungan sebesar Rp 93.812.250,-. Laba ini meningkat pada tahun berikutnya karena makin berkurangnya beban angsuran bunga dan mencapai puncaknya ketika kredit lunas setalah tahun ke tiga. Laba rata-rata selama periode proyek mencapai Rp 107.273.250,- per tahun dengan profit margin rata-rata per tahun sebesar 8,32%.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan gula aren, maka diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp. 840.680.710,- . Nilai ini sama dengan jumlah BEP rata-rata produksi sebesar 97.754 kg gula aren semut dan 9.775
5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan produk gula aren semut dan gula aren cetak selama satu tahun, dimana asumsi kapasitas usaha berpengaruh pada besarnya volume produksi yang akan menentukan nilai total penjualan, sehingga arus masuk menjadi optimal. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya modal kerja, biaya operasional termasuk angsuran pokok, angsuran bunga.dan pajak penghasilan.
Untuk penghitungan kelayakan rencana investasi dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah penilaian B/C ratio, Net B/C ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP). Sebuah usaha berdasarkan kriteria investasi di atas dikatakan layak jika B/C ratio atau Net B/C ratio > 1, NPV > 0 dan IRR > discount rate.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha gula aren ini menguntungkan karena pada discount factor 18% per tahun net B/C ratio sebesar 1,49 (> 1) dan NPV sebesar Rp. 171.023.442,- (> 0). Dengan nilai IRR 37,75% (> discount rate) artinya proyek ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 37,75% per tahun. Perhitungan kelayakan ditampilkan pada table 5.7. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9
Pada tabel 5.7 juga dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian seluruh biaya investasi/PBP (usaha) adalah 2 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek yaitu 5 tahun. Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa usaha gula aren Layak dan Menguntungkan.
Tabel 5.7. Analisa kelayakan usaha
IRR 37.75 PBP (usaha) - tahun 2.95 PBP (kredit) 1.58 DF 18.00% PV Benefit 4,049,720,982 PV Cost 3,878,697,541 B/ C Ratio 1.04 NPV 171,023,442 NetB/ C Ratio Cash Flow (+) 522,474,900 Cash Flow (-) (351,451,458) Net B/C ratio 1.49
5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha
Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa komponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi dan proyeksi sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk mengurangi resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji tingkat sensitivitas proyek/usaha terhadap perubahan harga input maupun output. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:
1. Skenario I
Pendapatan proyek mengalami penurunan sedangkan biaya investasi dan biaya operasional dianggap tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga gula aren, jumlah permintaan yang menurun ataupun jumlah produksi yang menurun.
2. Skenario II
Biaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi dan penerimaan proyek investasi tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi karena kenaikan harga input untuk operasional seperti bahan baku, peralatan operasional, dll.
3. Skenario III
Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II yaitu diasumsikan penerimaan proyek mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan, sedangkan biaya investasi tetap.
Hasil analisis sensitivitas disajikan secara lengkap dalam lampiran 9 – 11.
Pada skenario I, dengan penurunan pendapatan usaha sebesar 6%, usaha gula aren ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 1,12 (> 1), NPV sebesar Rp. 35.062.924,- (> 0), nilai IRR 23,01% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 5 (< periode proyek).
Saat pendapatan usaha turun sebesar 7%, usaha gula aren ini sudah tidak layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: NPV Rp1.194.644,-, nilai IRR 18,17% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 11 bulan (< periode proyek), tetapi net B/C sebesar 1,00 (= 1) sehingga tidak layak untuk diusahakan.
Tabel 5.8. Analisa kelayakan usaha saat pendapatan turun 6% IRR (%) 23.01 PBP (usaha)-tahun 4.41 PBP (kredit) 2.75 DF 18% PV Benefit 3,807,677,945 PV Cost 3,772,615,021 B/C Ratio 1.01 NPV 35,062,924 NetB/C Ratio Cash Flow (+) 326,514,382 Cash Flow (-) (291,451,458) Net B/C ratio 1.12
Tabel 5.9. Analisa kelayakan usaha saat pendapatan turun 7%
IRR (%) 18.17 PBP (usaha)-tahun 4.98 PBP (kredit) 3.11 DF 18% PV Benefit 3,767,337,439 PV Cost 3,766,142,795 B/C Ratio 1.00 NPV 1,194,644 NetB/C Ratio Cash Flow (+) 292,646,103 Cash Flow (-) (291,451,458) Net B/C ratio 1.00
Pada skenario II, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 7%, usaha gula aren ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 1,12 (> 1), NPV sebesar Rp. 36.374.413,- (> 0), nilai IRR 23,21% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 5 bulan (< periode proyek).
Ketika kenaikan biaya operasional mencapai 9% maka usaha ini sudah tidak layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 0,92 (< 1), NPV negatif, dan nilai IRR 14,42% (< discount rate). Selain itu PBP (usaha) lebih besar dari periode proyek yaitu 5 tahun.
Tabel 5.10. Analisa kelayakan usaha saat biaya operasional naik 7% IRR (%) 23.21 PBP (usaha) - tahun 4.38 PBP (kredit) 2.73 DF 18% PV Benefit 4,049,720,982 PV Cost 4,013,346,570 B/C Ratio 1.01 NPV 36,374,413 NetB/C Ratio Cash Flow (+) 327,825,871 Cash Flow (-) (291,451,458) Net B/C ratio 1.12
Tabel 5.11. Analisa kelayakan usaha saat biaya operasional naik 9%
IRR (%) 14.42
PBP (usaha) - tahun > dari 5 tahun
PBP (kredit) 3.46 DF 18% PV Benefit 4,049,720,982 PV Cost 4,074,061,050 B/ C Ratio 0.99 NPV -24,340,067 NetB/C Ratio Cash Flow (+) 267,111,391 Cash Flow (-) (291,451,458) Net B/ C ratio 0.92
Pada skenario III, pada saat terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional masing-masing sebesar 3%, usaha gula aren ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 1,18 (> 1), NPV sebesar Rp. 51.991.231,- (> 0), nilai IRR 25,41% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 2 bulan (< periode proyek)
Tabel 5.12. Analisa kelayakan usaha saat pendapatan turun 3% dan biaya operasional naik 3%
IRR (%) 25.41 PBP (usaha) - tahun 4.15 PBP (kredit) 2.58 DF 18% PV Benefit 3,928,699,464 PV Cost 3,876,708,233 B/C Ratio 1.01 NPV 51,991,231 NetB/C Ratio Cash Flow (+) 343,442,689 Cash Flow (-) (291,451,458) Net B/C ratio 1.18
Hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa proyek ini lebih sensitif terhadap penurunan pendapatan dibandingkan kenaikan biaya operasional. Dengan memperhatikan kriteria jangka waktu pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar 6%, artinya jika penurunan pendapatan lebih besar dari 6% tiap tahunnya proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Sedangkan jika dilihat dari perubahan biaya operasional, proyek ini sensitif pada kenaikan biaya operasional sebesar 7% dengan asumsi biaya investasi dan pendapatan tetap. Artinya jika kenaikan biaya operasional lebih besar dari 7% tiap tahun, proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kondisi terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional masing-masing sebesar 3%.
BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Dampak ekonomi dan sosial dari kegiatan produksi gula aren antara lain sebagai berikut: a) Menyediakan lapangan kerja bagi penduduk di sekitar sentra produksi gula aren.
b) Meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan dan diperoleh pengrajin dan pengusaha gula aren. c) Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan potensi daerah penghasil gula aren.
d) Meningkatkan devisa negara melalui ekspor produk gula aren ke luar negeri.
e) Mendorong adanya penelitian dan pengembangan teknologi produksi gula aren secara berkesinambungan.
6.2. Dampak Lingkungan
Usaha produksi gula aren tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, bahkan menciptakan manfaat bagi lingkungan karena:
a) Tidak ada limbah berbahaya yang dihasilkan oleh industri gula aren.
b) Perakaran pohon aren sangatlah dalam, sehingga membantu mengangkat unsur hara dari tanah yang dalam ke permukaan yang berakibat pada semakin suburnya tanah disekitarnya. Itulah sebabnya di sekitar pohon aren, para pengrajin dapat melakukan kegiatan bercocok tanam secara tumpang sari untuk menambah penghasilan.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
a. Industri kecil gula aren dilakukan secara kelompok oleh masyarakat pengrajin di desa Hariang, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak merupakan sumber pendapatan keluarga bagi masyarakat.
b. Permintaan dan penawaran gula aren di pasar sangat fluktuatif. Permintaan sangat tinggi pada saat menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sedangkan penawaran bergantung pada curah hujan. Saat musim kemarau, air nira yang dihasilkan sangat sedikit sehingga gula aren yang diproduksi jumlahnya kecil, dan sebaliknya di saat musim penghujan.
c. Daerah yang memiliki banyak pohon aren umumnya menjadi lokasi sentra produksi gula aren baik gula aren cetak maupun gula aren semut. Hal ini karena setelah diambil, nira hasil sadapan harus segera diolah. Mengingat daya tahan nira aren setelah disadap hanya 3 jam sebelum menjadi asam akibat proses fermentasi.
d. Terkait dengan replikasi usaha di wilayah lain, sepanjang tersedia bahan baku pohon aren maka usaha gula aren dapat dilakukan. Ini mengingat, usaha gula aren relatif tidak membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus, peralatan yang digunakan sederhana dan hanya membutuhkan modal kecil atau tidak sama sekali jika masyarakat mempunyai bahan bakunya sendiri.
e. Berdasarkan analisis kelayakan finansial terhadap usaha produksi gula aren pada tingkat discount rate 15%, diperoleh NPV sebesar Rp. 184.993.036,- (> 0), net B/C ratio sebesar 1,53 (> 1) dan nilai IRR 35,25% (> discount rate). Hasil perhitungan kelayakan usaha tersebut menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula aren ini layak dilaksanakan.
f. Analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan pendapatan di atas 7% dan kenaikan biaya operasional di atas 8%. Analisis sensitivitas terhadap perubahan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional masing-masing sebesar 3%
7.2. Saran
a. Investasi peralatan dibutuhkan baik untuk peningkatan kapasitas produksi maupun untuk perbaikan kualitas produk gula aren. Hal ini mengingat peluang pasar domestik maupun ekspor masih sangat terbuka dan sejauh ini belum optimal mampu dimanfaatkan oleh pelaku usaha gula aren.
b. Pembiayaan dari lembaga keuangan formal (bank) sangat dibutuhkan untuk pengadaan alat-alat baik untuk perbaikan mesin maupun pembeliaan mesin baru. Guna memotivasi pelaku usaha untuk mengakses kredit dari perbankan maka perlu ada skim pembiayaan yang dapat mengakomodir siklus produksi dan nature of business gula aren.
c. Untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu produk yang dihasilkan, maka pengusaha perlu lebih memperdalam pengetahuan mengenai teknik produksi, teknologi, dan informasi mengenai produksi gula aren yang efektif dan higienis.
d. Untuk meningkatkan produksi, perlu diadakan pembudidayaan bibit gula aren secara intensif untuk menggantikan pohon aren yang sudah tidak produktif lagi. Selain itu perlu adanya transfer teknologi pengolahan gula aren cetak dan semut melalui pelatihan dan penyuluhan secara berkala dan pengenalan teknologi tepat guna sehingga lebih efisien.
e. Untuk memperbaiki pola pemasaran, pengusaha sebaiknya mendapat pelatihan mengenai strategi pemasaran yang baik untuk meningkatkan penjualan produknya dan mendapatkan harga yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Neraca Bahan Makanan, BPS (199996-1999); dan Neraca Bahan Makanan, Deptan (2000-2002).
Clive Gray, Pengantar Evaluasi Proyek, Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kab. Lebak, Profil Potensi Komoditi Gula Aren. Lebak: 2005.
Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, Metode, dan Kasus, Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Rachman, Benny, dkk, Kajian Sosial Ekonomi Gula Aren, Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten, Serang: 2005.
L A M P I R A N
Lampiran 1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Gula Aren
No Asumsi
Jumlah
(Nilai) Satuan Keterangan
1 Periode proyek 5 tahun Periode 5 tahun
2 Jumlah hari kerja per bulan 25 hari
3 Jumlah bulan kerja per tahun 12 bulan
4 Skala Usaha Untuk satu hari
a. Bahan baku *) 600 kg b. Output produksi • Gula Cetak 50 kg • Gula Semut 500 kg 5 Harga produk **) • Gula Cetak 6,000 Rp/kg • Gula Semut 8,000 Rp/kg
6 Harga Bahan Baku **) 5,000 Rp/kg
7 Biaya pemeliharaan 5% %/thn dari nilai peralatan dan mobil
8 Discount Factor (suku bunga) 18% % Tingkat Suku Bunga Pinjaman
*) Gula aren setengah jadi yang dihasilkan pengrajin
**) Harga rata-rata sepanjang tahun (rata-rata terbobot dari harga masing-masing musim) ***) Jumlah hari kerja perbulan dikali upah harian (Rp 30.000 per hari)
Lampiran 2. Biaya Investasi Usaha Gula Aren
No Jenis Biaya Satuan Jml Harga Nilai Umur Penyusutan Nilai Sisa
satuan Rp ekonomis per thn Rp
1 Perizinan Berkas
• SIUP 1 300,000 300,000 5 60,000
• SITU 1 300,000 300,000 5 60,000
• Izin Usaha Industri 1 300,000 300,000 5 60,000
• Wajib Daftar Perusahaan 1 300,000 300,000 5 60,000 -
• Izin Depkes 1 300,000 300,000 selamanya - -
• NPWP 1 250,000 250,000 selamanya - -
Sub jumlah 1,750,000 240,000 -
2 Sewa tanah dan bangunan thn 5 24,000,000 120,000,000 5 24,000,000
3 Peralatan Produksi
• Mesin gilingan unit 2 5,000,000 10,000,000 5 2,000,000 -
• Oven unit 1 15,000,000 15,000,000 5 3,000,000 -
• Kompor utk Oven unit 1 5,000,000 5,000,000 5 1,000,000
• Loyang aluminium unit 60 250,000 15,000,000 5 3,000,000 -
• Cetakan unit 20 10,000 200,000 2 100,000 100,000
• Mesin ayakan unit 1 20,000,000 20,000,000 5 4,000,000 -
• Ayakan manual unit 6 250,000 1,500,000 2 750,000 750,000
Sub jumlah 66,700,000 13,850,000 850,000
4 Peralatan lain
• Timbangan 5 kg unit 3 150,000 450,000 5 90,000 -
• Timbangan 25 kg unit 1 300,000 300,000 5 60,000 -
Sub jumlah 750,000 150,000 -
5 Kendaraan carry unit 1 70,000,000 70,000,000 10 7,000,000 35,000,000
Jumlah biaya investasi 259,200,000 45,240,000
35,850,00 0
Rekap Jumlah Biaya Investasi
Jenis Biaya
Nilai Penyusutan
No Rp per thn
1 Perizinan 1,750,000 240,000
3 Sewa tanah dan bangunan 120,000,000 24,000,000
2 Peralatan Produksi 66,700,000 13,850,000
3 Peralatan lain 750,000 150,000
4 Kendaraan carry 70,000,000 7,000,000
Jumlah Biaya Investasi 259,200,000 45,240,000
5 Sumber Dana Investasi dari Rp
Kredit 150,000,000
Lampiran 3. Biaya Operasional Usaha Gula Aren
No Jenis Biay a Satuan Jumlah Harga/ Biay a Nilai
p/ bulan satuan per bulan 1 thn (Rp)
1 Bahan Baku gula cetak kg 15,000 5,000 75,000,000 900,000,000 2 Bahan Pendukung
• Minyak tanah Liter 180 3,500 630,000 7,560,000 • Kantong plastik kg 30 12,000 360,000 4,320,000 • Karung buah 175 7,000 1,225,000 14,700,000 • Kayu bakar ikat 100 3,000 300,000 3,600,000 Sub jumlah 2,515,000 30,180,000 3 Pemasaran paket 1 300,000 300,000 3,600,000 4 Tenaga Kerja Produksi orang 3 30,000 2,250,000 27,000,000 5 Overhead pabrik (BOP)
• Pimpinan orang 1 2,000,000 2,000,000 24,000,000 • Tenaga kerja administrasi orang 2 800,000 1,600,000 19,200,000 • Pembelian wajan per tahun 150,000 12,500 150,000 • Pembelian pengaduk per tahun 15,000 1,250 15,000 • Listrik per bulan 1 300,000 300,000 3,600,000 • Transportasi per bulan 1 7,500,000 7,500,000 90,000,000 • Telpon per bulan 1 150,000 150,000 1,800,000 • Biaya Pemeliharaan per tahun 1 6,872,500 572,708 6,872,500 Sub jumlah 12,136,458 145,637,500 6 Biaya administrasi & umum Bulan 1 50,000 50,000 600,000 Jumlah 92,251,458 1,107,017,500
*) Perhitungan Biaya Pemeliharaan per Bulan (5% dari nilai barang)
No Jenis Biaya Nilai (Rp)
1 Peralatan Produksi 3,335,000
2 Peralatan lain 37,500
3 Kendaraan carry 3,500,000
Jumlah Biaya Pemeliharaan per Bulan 6,872,500
Rekap Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
No Jenis Biaya Nilai (Rp)
1 Bahan Baku 900,000,000
3 Bahan Pendukung 30,180,000
4 Pemasaran 3,600,000
5 Biaya Tenaga kerja 27,000,000
6 Biaya overhead pabrik 145,637,500
7
Biaya administrasi &
umum 600,000
Perhitungan Modal Kerja Untuk Biaya Operasional
No Jenis Biaya Harga/ Nilai (Rp)
satuan
1 Jumlah dana modal kerja*) 0.083 92,251,458
2 Sumber dana modal kerja: Rp
Kredit 60,000,000
Dana sendiri 32,251,458
*) Diasumsikan kebutuhan modal kerja awal adalah untuk 1 bulan pertama operasional
Sehingga jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan :
Lampiran 4. Kebutuhan Dana Untuk Investasi dan Modal Kerja No Rincian Biaya Proyek Total Biaya
1 Dana investasi yang bersumber dari
a. Kredit 150,000,000 b. Dana sendiri 109,200,000 Jumlah dana investasi 259,200,000 2 Dana modal kerja yang bersumber dari
a. Kredit 60,000,000 b. Dana sendiri 32,251,458 Jumlah dana modal kerja 92,251,458 3 Total dana proyek yang bersumber dari
a. Kredit 210,000,000 b. Dana sendiri 141,451,458 Jumlah dana proyek 351,451,458
Lampiran 5. Perhitungan Angsuran Kredit
Pembayaran Angsuran Kredit Investasi Nilai Kredit Investasi (Rp) 150,000,000 Jangka waktu kredit (bulan) 36 Bunga per tahun (%) 18 Jumlah angsuran per bulan menurun
Bulan
Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo
Pokok Bunga Angsuran Awal Akhir
Thn 1 1 4,166,667 2,250,000 6,416,667 150,000,000 145,833,333 2 4,166,667 2,187,500 6,354,167 145,833,333 141,666,667 3 4,166,667 2,125,000 6,291,667 141,666,667 137,500,000 4 4,166,667 2,062,500 6,229,167 137,500,000 133,333,333 5 4,166,667 2,000,000 6,166,667 133,333,333 129,166,667 6 4,166,667 1,937,500 6,104,167 129,166,667 125,000,000 7 4,166,667 1,875,000 6,041,667 125,000,000 120,833,333 8 4,166,667 1,812,500 5,979,167 120,833,333 116,666,667 9 4,166,667 1,750,000 5,916,667 116,666,667 112,500,000 10 4,166,667 1,687,500 5,854,167 112,500,000 108,333,333 11 4,166,667 1,625,000 5,791,667 108,333,333 104,166,667 12 4,166,667 1,562,500 5,729,167 104,166,667 100,000,000 50,000,000 22,875,000 72,875,000 Thn 2 1 4,166,667 1,500,000 5,666,667 100,000,000 95,833,333 2 4,166,667 1,437,500 5,604,167 95,833,333 91,666,667 3 4,166,667 1,375,000 5,541,667 91,666,667 87,500,000 4 4,166,667 1,312,500 5,479,167 87,500,000 83,333,333 5 4,166,667 1,250,000 5,416,667 83,333,333 79,166,667 6 4,166,667 1,187,500 5,354,167 79,166,667 75,000,000 7 4,166,667 1,125,000 5,291,667 75,000,000 70,833,333 8 4,166,667 1,062,500 5,229,167 70,833,333 66,666,667 9 4,166,667 1,000,000 5,166,667 66,666,667 62,500,000 10 4,166,667 937,500 5,104,167 62,500,000 58,333,333 11 4,166,667 875,000 5,041,667 58,333,333 54,166,667 12 4,166,667 812,500 4,979,167 54,166,667 50,000,000 50,000,000 13,875,000 63,875,000 Thn 3 1 4,166,667 750,000 4,916,667 50,000,000 45,833,333 2 4,166,667 687,500 4,854,167 45,833,333 41,666,667 3 4,166,667 625,000 4,791,667 41,666,667 37,500,000 4 4,166,667 562,500 4,729,167 37,500,000 33,333,333
Bulan
Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo
Pokok Bunga Angsuran Awal Akhir
6 4,166,667 437,500 4,604,167 29,166,667 25,000,000 7 4,166,667 375,000 4,541,667 25,000,000 20,833,333 8 4,166,667 312,500 4,479,167 20,833,333 16,666,667 9 4,166,667 250,000 4,416,667 16,666,667 12,500,000 10 4,166,667 187,500 4,354,167 12,500,000 8,333,333 11 4,166,667 125,000 4,291,667 8,333,333 4,166,667 12 4,166,667 62,500 4,229,167 4,166,667 0 50,000,000 4,875,000 54,875,000
Pembayaran Angsuran Kredit Investasi Nilai Kredit Investasi (Rp) 60,000,000 Jangka waktu kredit (bulan) 12
Bunga per tahun (%) 18
Jumlah angsuran per bulan menurun
Bulan
Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo Pokok Bunga Angsuran Awal Akhir
1 5,000,000 900,000 5,900,000 60,000,000 55,000,000 2 5,000,000 825,000 5,825,000 55,000,000 50,000,000 3 5,000,000 750,000 5,750,000 50,000,000 45,000,000 4 5,000,000 675,000 5,675,000 45,000,000 40,000,000 5 5,000,000 600,000 5,600,000 40,000,000 35,000,000 6 5,000,000 525,000 5,525,000 35,000,000 30,000,000 7 5,000,000 450,000 5,450,000 30,000,000 25,000,000 8 5,000,000 375,000 5,375,000 25,000,000 20,000,000 9 5,000,000 300,000 5,300,000 20,000,000 15,000,000 10 5,000,000 225,000 5,225,000 15,000,000 10,000,000 11 5,000,000 150,000 5,150,000 10,000,000 5,000,000 12 5,000,000 75,000 5,075,000 5,000,000 0 60,000,000 5,850,000 65,850,000
Lampiran 6. Produksi dan Penjualan Gula Aren
No Uraian Satuan Produksi Produksi Harga Nilai
kg/bulan kg/tahun Rp/kg Rp/thn
1 Jenis Produk
• Gula Cetak Kg 1,250 15,000 6,000 90,000,000 • Gula Semut Kg 12,500 150,000 8,000 1,200,000,000